Prioritas Kedua : Kawasan Konservasi

harmonisasi dan tujuan pengembangan wilayah pesisir yang diinginkan pada setiap sektor dapat terlaksana secara maksimal, dan berdampak positif terhadap eksistensi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Buru, sehingga aspek kelestarian dan keberlanjutannya juga dapat terpenuhi.

b. Prioritas Kedua : Kawasan Konservasi

Wilayah pesisir Kabupaten Buru memiliki potensi sumerdaya alam yang cukup besar dan merupakan salah satu aset yang harus dipertahankan kelestariannya. Proses pembangunan yang giat dilaksanakan di Kabupaten Buru dalam rangka percepatan pembangunan dan pengembangan daerah, hendaknya memperhatikan nilai-nilai kelestarian sumberdaya alam, sehingga keberadaan sumberdaya alam ini tidak cepat habis atau bahkan hilang. Berdasarkan hasil studi lapangan, diketahui bahwa telah terjadi beberapa jenis kegiatan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir yang tidak ramah lingungan, seperti penangkapan ikan-ikan karang dan ikan-ikan konsumsi lainnya di wilayah terumbu karang dan sekitarnya yang menggunakan bahan peledak bom ikan dan bahan beracun potacium cianida yang mengakibatkan rusaknya ekosistem terumbu karang yang berada di wilayah pesisir kabupaten ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya karang mati di sepanjang perairan pantai wilayah ekologis Teluk Kaiely, seperti di pesisir Desa Ubung, Desa Lala, Dusun Nametek Desa Namlea, Dusun Batu Boy Desa Namlea, Desa Jamilu, Desa Sanleko, Desa Waelapia, Desa Seith, Desa Pela, Desa Batu Jungku hingga pesisir Desa Ilath. Selain kegiatan pengeboman ikan, proses degradasi sumberdaya terumbu karang juga terjadi akibat adanya kegiatan penambangan karang yang dijadikan sebagai bahan baku pembangunan rumah oleh masyarakat di sekitar wilayah pesisir Kabupaten Buru. Bentuk degradasi sumberdaya alam lainnya, juga terjadi pada pemanfaatan ekosistem hutan mangrove yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Buru, terutama di wilayah ekologis Teluk Kaiely. Pemanfaatan hutan mangrove sebagai bahan bangunan rumah dan kayu bakar, telah menjadi ancaman bagi keberadaan ekosistem mangrove sebagai wilayah yang memiliki potensi bagi perkembangan berbagi sumberdaya ikan yang menjadikan ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan feeding ground, tempat memijahberkembang biak spawning ground dan tempat pertumbuhanpengasuhan nursery ground, bagi sebagian besar biota laut lainya. Mengingat pada fungsi dan arti penting yang dimiliki oleh ekosistem sumberdaya pesisir dan laut yang berada di Kabupaten Buru, maka sudah sewajarnyalah bahwa dalam penentuan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan Kabupaten Buru haruslah memperhatikan fungsi dan arti penting dari keberadaan ekosistem dan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan yang terdapat di kabupaten ini. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan di Kabupaten Buru memerlukan penanganan yang baik oleh semua pihak yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya tersebut, sehingga bentuk-bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan yang bersifat destruktif dan mengancam fungsi dan keberadaan ekosistem dan sumberdaya alam dapat dihindari. Selain itu, penetapan beberapa wilayah pesisir sebagai kawasan konservasi juga merupakan salah satu alternatif pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan yang lestari dan berkelanjutan.

c. Prioritas Ketiga : Kawasan Pelabuhan