Bandung Concert Hall Tema

(1)

ABSTAKSI

Concert hall ini dirancang demi mengikuti tuntutan kemajuan dunia musik di Bandung yang semakin berkembang. Kemajuan industri musik tidak dibarengi dengan ketersediaan fasilitas untuk mendukung perkembangan tersebut. Selain itu, berkembangnya industri musik secara global membuat pertunjukan-pertunjukan konser musik makin sering diadakan. Ini menuntut sebuah fasilitas yang memadai dan ideal untuk memberikan sebuah pertunjukan musik yang maksimal secara keseluruhan. Untuk itu dibuatlah sebuah concert hall yang dapat mewadahi pertunjukan-pertunjukan musik dengan kualitas akaustik yang maksimal.

Concert hall ini dirancang dengan melakukan pendekatan akustik ruang guna menciptakan kualitas suara secara maksimal. Lokasinya berada di pusat kota untuk memudahkan penonton maupun performer mencapai concert hall ini. Konsep perancangan didasari urutan-urutan lagu di dalam musik yang diterapkan ke dalam bangunan.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Musik sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu dan telah menjadi kebutuhan penunjang bagi manusia saat ini. Dengan bermusik, manusia dapat mengekspresikan perasaan dan emosinya.

Dalam akhir dekake ini, perkembangan industri musik sangat cepat peningkatannya. Begitu pula di Indonesia, industri musik menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Kita dapat menemukan major label, band-band baru, artis baru dan pagelaran musik yang sangat beragam.

Bandung yang dijuluki sebagai "Paris van Java", sejak dulu telah dikenal sebagai kota musik. Banyak musisi-musisi muda berbakat yang bermunculan di Indonesia yang berasal dari Kota Bandung. Bandung merupakan kota ke-5 dengan pertumbuhan musik indie tercepat di dunia. Musisi-musisi muda berpotensi tersebut masih ingin menambah pengetahuan dan meningkatkan karir bermusiknya. Namun potensi-potensi tersebut belum dapat terwadahi dengan baik. Hal ini terlihat dari minimnya fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai kegiatan musik termasuk memproduksi sebuah musik secara profesional, fasilitas pertunjukkan, fasilitas pengembangan bakat di bidang musik, dan fasilitas lainya yang dapat mendukung kegiatan bermusik baik bagi pelaku musik maupun penikmat musik.

Bandung tertinggal dalam pengadaan fasilitas apresiasi seni. Padahal dengan adanya fasilitas tersebut ikut mendukung dalam perkembangan kegiatan apresiasi seni. Selama ini yang di gunakan sebagai tempat pertunjukan adalah saparua=Gelanggang Olah Raga, AACC= bioskop, Sabuga= convention hall, eldorado= lapangan tenis. Tidak ada bangunan khusus yang memang di peruntukan untuk seni pertunjukan.


(3)

Berlatar belakang kondisi di atas, dibutuhkan fasilitas yang mampu menghadapi tantangan tersebut. Concert hall adalah salah satu jawaban yang dapat menjawab tantangan-tantangan di atas.

Dalam skala kota pun concert hall dapat menjadi investasi pemerintah dalam bidang ekonomi dan pariwisata, sebagai penghasilan daerah dari wisatawan.

Permasalahan utamanya adalah ketidak tersediannya Gedung Pertunjukan yang layak secara teknis, fungsi san persyaratan-persyaratan mendukung terciptanya suatu gedung pertunjukan yang baik.

Dan aspek-aspek yang menjadi pokok permasalahan antara lain kelancaran sirkulasi, keamanan, termasuk keamanan terhadap bahaya kebakaran, kenyamanan akustik, dan keterbangunan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Permaslahan utamanya adalah ketidak tersediannya Gedung Pertunjukan yang layak secara teknis, fungsi san persyaratan-persyaratan mendukung terciptanya suatu gedung pertunjukan yang baik.

Dan aspek-aspek yang menjadi pokok permasalahan antara lain kelancaran sirkulasi, keamanan, termasuk keamanan terhadap bahaya kebakaran, kenyamanan akustik, dan keterbangunan.

1.3 TUJUAN PROYEK

1. Merancang concert hall untuk kota Bandung

2. Memberikan akustik yang layak untuk sebuah gedung pertunjukan. 3. Memberikan fasilitas yang layak untuk sebuah concert.


(4)

5. Menyediakan sarana bagi penyelenggara konser yang memadai dan mampu menampung 1500 penonton.

6. Mendukung usaha peningkatan pariwisata bidang seni dan hiburan di indonesia pada umumnya dan Jawa Barat pada khususnya.

1.4 MANFAAT PROYEK

- Bagi musisi : memberikan sarana untuk menampilkan performa dengan kualitas sound yang memadai.

- Bagi Bandung dan Pemerintah Daerah : menciptakan landmark baru kawasan dan meningkatkan pendapatan kas daerah.

- Bagi masyarakat : dapat menjadikan sarana edukasi menegnai kualitas musik yang baik, dan sebagai sarana melihat konser musik yang berkualitas tanpa harus pergi ke ibu kota.

1.5 IDENTIFIKASI DAN SASARAN PROYEK

- Perancangan wadah konser yang berkapasitas besar, memiliki fungsi tambahan dalam bidang kesenian yang menunjang dan mampu menggali potensi pariwisata.

- Perancangan wadah konser yang mampu memberikan lingkungan akustik dan pencahayaan yang mendukung konses secara optimal.

- Segmentasinya adalah penggemar musik semua kalangan yang ingin menyaksikan dan mendengarkan suatu konser.

1.6 METODA PENGUMPULAN DATA

1. Wawancara : Wawancara di lakukan kepada musisi sebagai salah satu objek pengguna sebuah concert hall, guna mendapatkan data objektif mengenai pertimbangan apa yang harus diperhatikan dalam mendesign sebuah concert hall. Musisi yang di wancara untuk memenuhi preseden ini adalah Alvin Lubis (guru besar piano departement IMI), Indra


(5)

Prasetyo (Gitaris Tompi), Echa Soemantri (live drummer), Barry Likumahuwa (Bassist BLProject), dll.

2. Survei Lapangan : Survei lapangan dilakukan dengan cara mengamati lokasi yang bertujuan mengetahui keadaan yang sebenarnya di lokasi.

3. Studi Literatur : berguna untuk mengetahui standar dan ketentuan-ketentuan di dalam membuat concert hall.

1.7 KERANGKA BERFIKIR

Hasil analisis

BANDUNG CONCERT HALL

STUDI BANDING Melakukan perbandingan

langsung di: 1. Balai Sarbini,

jakarta

STUDY LITERATURE 1. Time sever

standar for bulding typeS standard CD-Room 2. Arsitek data edisi

33 jilid 1,2

Hasi studi banding Hasil study literature

Pengolahan data/analisis

Gagasan desain Pengumpulan

data


(6)

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

Sebagai penjelasan strukturisasi, penulis dalam membuat laporan terlebih dahulu membuat sistematika pembahasan. Sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I, memuat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup perancangan, masalah perancangan, metoda pendekatan, kerangka berfikir dalam perancangan Autism Center serta sistematika dari laporan tugas akhir.

BAB II DATA AWAL PROYEK

Pada bab II, memuat penjelasan mengenai proyek secara umum, program kegiatan dan studi banding terhadap proyek sejenis.

BAB III ELABORASI TEMA

Pada bab III, memuat tentang pengertian tema, hubungan tema dengan rancangan proyek yang dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan bentuknya serta studi banding terhadap kasus yang sejenis.

BAB IV ANALISIS

Pada bab IV, memuat tentang analisis fungsi bangunan dan analisis terhadap kondisi lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Pada bab IV, memuat proses perencanaan dan perancangan bangunan mulai dari konsep dasar, rencana tapak (landscape), rencana fungsi bangunan utama dan fungsi failitas pendukung serta penyelesaian ruang luar dan sistem utilitasnya baik bangunan maupun landscape.


(7)

BAB II

PENJELASAN KASUS 2.1 DATA UMUM PROYEK

Kasus : Bandung Concert hall Tema : “Song in Architecture” Sifat Proyek : Fiktif

Pemilik Proyek : Swasta Pemilik Dana : Swasta

Lokasi : Jalan HOS Cokroaminoto Luas Lahan : 2,1 ha

2.2 PENGERTIAN JUDUL

Judul “Gedung Konser Musik diBandung”, definisinya :

 Gedung :

1. bangunan tembok dsb yg berukuran besar sbg tempat kegiatan, spt perkantoran, pertemuan, perniagaan, pertunjukan, olahraga, dsb; (KBBI online)

2. rumah tembok yg berukuran besar;(KBBI online)

3. segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. (wikipedia,2010)

 Konser :

1. pertunjukan musik di depan umum; (KBBI online)

2. pertunjukan oleh sekelompok pemain musik yang terjadi dr beberapa komposisi perseorangan (KBB online)

3. suatu pertunjukan langsung, biasanya musik, di depan penonton. Musik dapat dimainkan oleh musikus tunggal, kadang disebut resital, atau suatu ensembel musik, seperti orkestra, paduan suara, atau grup


(8)

musik. Konser dapat diadakan di berbagai jenis lokasi, termasuk pub, klub malam, rumah, lumbung, aula konser khusus, gedung serbaguna, dan bahkan stadion olahraga. Konser yang diadakan di suatu tempat yang sangat besar kadang disebut konser arena. Di manapun dilangsungkan, musisi biasanya tampil di atas suatu panggung. Sebelum meluasnya musik rekaman, konser merupakan satu-satunya kesempatan bagi seseorang untuk mendengarkan penampilan seorang musisi. (wikipedia, 2010)

 Musik :

1. ilmu atau seni menyusun nada atau suara dl urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinam-bungan;

2. nada atau suara yg disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yg menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu);

3. adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam:

 Bandung :

Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta, dan Surabaya, dan kota Metropolitan terbesar kedua di Indonesia .

Jadi Gedung Konser di Bandung adalah Gedung yang digunakan untuk mengadakan konser dengan kualitas akustik yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pertunjukan langsung yang diadakan di luar ruangan.

Gedung konser musik ini merupakan sebuah gedung yang memfasilitasi pertunjukan musik yang diadakan di kota Bandung. Semua jenis musik dapat dimainkan dengan di gedung konser ini.


(9)

2.3 TINJAUAN CONCERT HALL

2.3.1 Sejarah Gedung Pertunjukan

Gedung konser merupakan hasil inovasi arsitektur dari budaya barat yang secara teknis memang ditujukan untuk menunjang budaya seni musik. Sejarahnya dimulai sejak awal abad ke 19 dimulai dengan bangunan berupa amphitheater, gedung opera baru kemudian gedung konser. Perkembangannya ini juga seiiring dengan perkembangan ilmu akustik dan juga arsitektur. Pada jaman modern ini, gedung konser sudah merupakan hasil inovasi mutakhir dari berbagai teknologi, ilmu pengetahuan dan seni musik itu sendiri.

Pada mulanya berupa pertunjukan tradisional pada upacara-upacara religus dan upacara-upacara lainnya, seperti pertunjukkan wayang di kraton dan tarian-tarian di pura-pura di Bali. Sejalan dengan perkembangan dan peradaban yang lebih maju dan unsur-unsur budaya barat yang ditanamkan bersama dengan masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia, maka seni pertunjukan mengalami perkembangan pula, sehingga pada saat sekarang cenderung untuk dipertunjukkan di atas pentas.

Baru pada abad XIX di Jakarta pada zaman Rafles, dibangun gedung pertunjukkan yang pertama, yaitu Gedung Kesenian (City Hall) yang berfungsi sebagai tempat penyajian seni pertunjukkan modern, dimana materi, sruktur, dan pengolahannya didasarkan pada seni pertunjukan barat, misalnya : seni opera, tari, balet drama barat.

2.3.2 KEBUTUHAN AREA TEATER

Dalam mendesain sebuah gedung pertunjukan, seorang arsitek dihadapkan pada banyak masalah yang luas dan kompleks dan untuk itu pertunjukan yang akan dibuat batasan itu dapat berupa uluran, tipe dan biaya yang dikeluarkan. Hal ini diperlukan mengingay concert hall adalah salah satu tipe bangunan yang kompleks akan masalah fungsi interior, akustik, sight line, layout, kapasitas tempat duduk, acces point, ukuran dan tipe


(10)

pertunjukan (McGowan, 2004). Secara kapasitas, concert hall dibagi empat jenis :

1. Sangat besar (1500 kursi atau lebih) 2. Besar (900-1500 kursi)

3. Medium (500-900 kursi) 4. Kecil (dibawah 500 kursi) - AREA LOBBY

Salah satu ruangan paling penting dari public space dalam sebuah gedung pertunjukan atau ruang utama, yang harus diatur supaya dapat dengan mudah di akses dari luar. Ruangan atraktif, penuh antisipasi dan hiburan, harus dapat membantu penonton untuk menikmati suasana dari pertunjukan yang akan ditampilkan di panggung nantinya.

Entrance ke dalam concert hall dari lobby harus direncanakan dengan benar agar tercipta light proof dan sound proof. Biasanya menggunakan dua pasang pintu dengan penyerap gelap. Pengunjung juga harus dapat mencapai ruang-ruang lain tanpa terbentuk dan terjebak dalam banyaknya cross sirculation.

Bars, exhibition, ticket box, juga harus diatur supaya orang atau pengunjung dapat duduk dan berdiri tanpa mengganggu sirkulasi utama. Ruang dan fasilitas untuk orang-orang cacat juga harus sangat diperhatikan. Seorang pengunjung dengan kursi roda harus dapat mencapai semua titik di public area, termasuk auditorium, tanpa harus terhalang tangga dan slope. Lebih baik jika menyediakan area spesial pengunjung dengan kursi roda dibandingkan jika orang cacat tersebut pindah ke tempat duduk teater


(11)

- AREA PENONTON

 Sudut Pandang Penglihatan

Sudut pandang penglihatan penonton terhadap area panggung adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan supaya penonton dapat melihat keseluruhan area panggung secara jelas tanpa ada gangguan. Pada gambar memperlihatkan derajat 135 adalah derajat paling baik untuk para aktor melakukan akting bila berada di atas panggung.


(12)

Tingkatatan pada lantai concert hall juga harus diperhatikan untuk dapat memberikan sudut pandnag yang memadai ke arah panggung.

 Dimensi Ruang

Dalam pengaturan terhadap tempat duduk di auditorium, tidak boleh ada tempat duduk yang lebih dari 20 meter dari depan stage bila menginginkan pertunjukan dapat dilihat dan didengar dengan jelas. Diperlukan pemilihan tipe seat sebelum dimensi akhir ditentukan.

Seating and performance

Semua gedung pertunjukan memberikan tempat dimana para penonton menikmati tontonan yang disajikan.Antara pemain dan penonton biasanya dipisahkan oleh lengkung procenium kosong yang biasanya dipergunakan untuk keperluan teknis.


(13)

Seating Layout

Tipologi Bentuk Lantai dari Concert hall 1. Persegi Empat

Kelebihan : pemantulan silang antar dinding-dinding sejajar menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada, suatu segi akustik tuang yang sangat diinginkan pada ruang musik.

Kekurangan : facade bangunan yang flat dan monoton. 2. Kipas

Kelebihan : penonton lebih dekat ke sumber bunyi, sehingga memungkinkan konstruksi balkon yang dilengkungkan,

Kekurangan : apabila dinding belakang ikut dilengkungkan akan menyebabkan terjadinya gema atau pemusatan bunyi, kecuali memang diatur secara akustik atau dibuat difuse.

3. Tapal Kuda

Kelebihan : kotak-kotak yang berhubungan yang satu diatas yang lain, walaupun tanpa lapisan penyerapan interior, kotak-kotak ini berperan sebagai penyerap bunyi.

Kekurangan : apabila dinding belakang ikut dilengkungkan akan menyebabkan terjadinya gema atau pemusatan bunyi, kecuali memang diatur secara akustik atau dibuat difus.

4. Tidak teratur

Kelebihan : dapat membawa penonton sangat dekat dengan sumber bunyi. Bentuk ini dapat menyebabkan keakraban bunyi antara pemain dan penonton.


(14)

Visualisasi seating layout - AREA PANGGUNG

Stage merupakan bagian terpenting dari sebuah gedung pertunjukan, yaitu tempat di mana para artis (performer) akan tampil untuk mempertunjukan acting dan keahliannya. Tidak ada ukuran secara pasti untuk stage yang benar. Namun stage biasanya berukuran antara 9-12 meter dengan kedalaman yang lebih panjang dan lebarnya kira-kira 10-14 meter.


(15)

Ketinggian procenium (permukaan yang membatasi bukaan dari stage yang ada biasanya minimal 6 meter.

Untuk procenium biasanya selalu digunakan warna hitam untuk ketika mengadakan pertunjukan sandiwara atau drama modern. Sedangkan untuk beberapa pertunjukan tradisional, seperti contohnya wayang wong, desainnya biasanya menggunakan ragam-ragam hias berupa gambar-gambar tokoh yang dilakonkan secara stilasi.

Keterangan Bagian-Bagian Stage Bagian Stage Keterangan

Apron Bagian stage yang berada di depan procenium. Batas apron akan menentukan ketinggian tempat duduk di dalam concert hall.

Wing Layar yang berguna untuk menutup arah pandang penonton yang duduk di kanan dan kiri concet hall agar tidak dapat melihat bagian dalam stage yang tidak ingin terlihat penonton. Selalu diletakan di kanan dan kiri stage sehingga artis yang belum waktunya tampil tidak sampai terlihat oleh performance. Disini juga direktor pihak performer memberi arahan pada aktor atau aktris yang akan tampil. Selain itu, wing juga berguna untuk menyembunyikan lampu uplight maupun beberapa macam spesial efek, seperti penggunaan asap yang biasanya di buat dengan jarak 2 meter. Minimal dibutuhkan tiga buah wing di setiap pertunjukan. Wing harus dibuat dari bahan yang lunak (tidak keraas) agar artis tidak sakit bila terbentur. backdrop Layar yang menjadi background diatas stage.

Backdrop ini harus fleksibel sehingga memungkinkan untuk dirubah dengan layar dengan gambar yang berbeda-beda. Untuk penyimpanan peralatan elektrik maupun hidrolis sekaligus untuk mengoperasikannya


(16)

(menarik-turunkan backdrop ketika pertunjukan berlangsung)

 Bentuk Stage

Bentuk panggung dalam sebuah gedung seni pertunjukan ada dua macam, yaitu teater procenium yang hakekat pementasannya terletak pada adanya bingkai pentas dan teater non-procenium yang memindai bingkai pentas ini.

Stage atau panggung adalah ruang yang umumnya menjadi orientasi dalam sebuah auditorium. menurut bentuk dan tingkat komunikasinya dengan penonton, panggung dapat dibedakan menjadi :

a. Panggung Proscenium

Panggung Proscenium yaitu bentuknya konvensional, penonton hanya melihat pengisi acara dan tidak ada kontak komunikasi . Seperti contohnya, panggung-panggung untuk musik klasik, tarian klasik dan sebagainya.

b. Panggung Terbuka,

yaitu panggung yang menunjukkan terjadinya komunikasi dan kontak fisik antara pengisi acara dan penonton, seperti contohnya panggung konser band rock, pop dan sebagainya.


(17)

c.Panggung Area,

yaitu panggung yang posisinya berada di tengah. d. Panggung Extended

adalah panggung yang merupakan pengembangan dari panggung proscenium, entah itu bentuknya yang bisa menjalar juga ke area tengah atau penyesuaian bentuk yang tetap konvensional namun memungkinkan adanya sedikit komunikasi antara penyaji dengan penonton.

 Layar Backdop

Ada dua macam cara penyimpanan layar backdrop, yaitu : a. Menggulung layar backdrop

Cara ini dilakukan dengan menggulung layar backdrop ke atas stage. Dengan sistem ini ada kemungkinan bahwa layar backdrop dapat terlihat sehingga mudah rusak.

b. Menarik layar backdrop ke atas stage

Cara ini dilakukan dengan gris elektrik yang biasa ke atas tanpa menggulung layar backdrop, sehingga dibutuhkan ketinggian plafond


(18)

minimum dua kali lipat lebih tinggi dari pada procenium supaya layar backdrop tidak terlihat oleh penonton. Cara ini efektif untuk mencegah agar layar backdrop tidak terlipat dan terhindar dari kerusakan.

- AREA BACKSTAGE

Make-up Rooms

Ruangan lain yang perlu ada di dalam gedung pertunjukan ini adalah ruang rias. Ruangan ini harus dapat menampung semua performer yang tampil. Masing-masing artis hendaknya harus mendapat sebuah meja rias. Lighting dalam ruang rias haruslah menggunaka bohlam bukan lampu TL, karena lampu TL akan menyebabkan warna make-up yang dihasilkan akan tidak sesuai dengan yang diinginkan ketika tampil di stage dengan lighting stage (lampu PAR, freshnel dan profil). Lampu bohlam tersebue meiliki kesamaan spesifikasi dengan lampu-lampu panggung.

 Dressing Rooms

Ruangan ini biasanya digunakan untuk ruangan ganti dan pemerikasaan kostum yang akan digunakan. Letaknya biasa ditempatkan dekat koridor atau tangga. Kamar ganti yang berkapasitas dua puluh orang, biasanya memiliki luasan minimum seluas 5m2 per orang. Ruangan ini sudah


(19)

termasuk dengan kamar kecil, kamar ganti, dan shower. Kamar ganti untuk empat orang memiliki luasan sekitar 20m2, sedangkan untuk kamar ganti artis luasannya sampai 10m2.

 Costume shop

Ruang dibagi dua jenis untuk costume shop yang profesional biasanya ruangan ini dugunakan untuk menerima, menyimpan, mengubah dan menyetrika kostum. Sedangkan untuk non-profesional, ruangan ini hanya digunakan untuk menjahit, menyetrika, memperbaiki kostum yang ada.

Loading dock

Ruangan ini harus dapat dimasuki oleh minimal dua truk yang bisasnya digunakan untuk menurunkan barang-barang kebutuhan pementasan. Pintu muatan bagian depan harus sedikitnya 8’-0” lebar dan 12’-0” tinggi. Ini berlaku bagi pintu manapun yang dapat memindahkan barang-barang material, seperti backdrop, dan lain sebagainnya. Area bagian dalam minimal harus memiliki luasan 50m2.


(20)

 Scene Dock

Ruangan ini berfungsi untuk menyimpan barang-barang kebutuhan panggung, seperti back drop. Area minimal yang dibutuhkan adalah hingga 50 hingga 100m2 (ukuran ini tergantung kebijakan pihak teater). Tingginya tergantung dari metode penyimpan back drop tersebut. Cara penyimpanan back drop itu sendiri dapat digulung, atau ditumpuk secara vertikal atau horizontal.

AREA SERVICE

Control Rooms

Stage manager biasnya berada di samping stage, dengan meja kontrol untuk berkomunikasi dengan seluruh bagian ruangan concert hall. Ruang kontrol cahaya harus mempunyai jendela yang cukup besar untuk memberikan pandangan yang jelas dan tak terhalang stage, bahkan ketika


(21)

performance berdiri. Biasanya ukuran ruangan bergantung pada perlengkapan yang dipilih, tapi normalnya berukuran 3 meter X 2,4 meter. Ruang kontrol suara mempunyai kebutuhan yang sama dengan ruang kontrol cahaya, namun keduanya perlu dipisahkan.pintu dan jendela yang terhubung dapat menyediakan komunikasi diantera kedua operasi.

Akses kedua ruangan sebaiknya berada di luar auditorium dan lebih baik jika jauh dari publik sirkulasi.

 Ticket Box

Tiket box harus nyaman untuk penjual tiket dapat menjual ke publik. Ruangan yang diperlukan kurang lebih lima meter persegi untuk tiap penjual ticket.


(22)

- PERFORMANCE AREA

Akomodasi khusus diperlukan untuk pihak performance dan para performer. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yiatu :


(23)

- Ruang kontrol cahaya dan suara berada di belakang auditorium diatas kepala performance.

- Ruang dimmer sebaiknya diletakkan jauh dari stage dan harus dijaga suaraa yang dihasilkan agar jangan sampai ke performance.

- Ruang elektrik (penyimpan) dan barang-barang pertunjukan harus sedekat mungkin dengan stage.

- Ruang manager pertunjukan harus langsung berhubungan dengan stage.

- Scenery dock harus ditempatkan pada stage level dan harus dapat di akses langsung dari stage dan loading door. Dalam hal ini, scenery sebesar apapun harus dapat masuk lewat pintu ke dalam scenery dock. - Ruang rehearsal idealnya harus berukuran sama dengan stage dan

harus dapat di akses dari scenery dock.

- Beberapa kontrol untuk stage door diperlukan agar orang-orang yang tidak berkepentingan tidak dapat masuk ke dalam. Ruang ini harus dijaga oleh pekerja full time. (Millis, 1976: 3-10)

AKSES DAN POLA HUBUNGAN RUANG PADA CONCERT HALL

 Akses Menuju Concert hall

Akses publik ke dalam gedung pertunjukan (main entrance) harus berada di lokasi sekitar parkir area, mudah dilihat, mudah dikenali oleh pengunjung. Harus di desain agar mobil dapat menjemput (menaikkan) dan mengantar (menurunkan) penumpang, khususnya untuk orang cacat dan orang tua.

Akses main service normalnya berada di sisi baliknya dari bangunan. Akses ini digunakan untuk memasukan furniture, scenery backdrop, dan barang-barang stage lainnya. Dibutuhkan pintu yang cukup besar untuk akses barang-barangdiatas. Akses ini harus jauh dari penonton atau publik dan harus ada area parkir untuk 1-3 van besar di dekatnya.


(24)

Akses lainnya adalah performer entrance, akses ini untuk akses masuk para artis dan staff performers agar jauh dari publik. Selain itu juga diperlukan akses untuk kasus kebakaran (Mills,1976:32)


(25)

2.3 TINJAUAN AKUSTIK

Prinsip utama desain akustik ruang dalam adalah memperkuat atau mengarahkan bunyi yang berguna serta menghilangkan atau memperlemah bunyi yang tidak berguna bagi pendengaran manusia.

Dalam merancang interior gedung auditorium yang menyajikan pertunjukan seni teater, drama, atau musik, desain akustiknya diarahkan untuk dapat memberi kepuasan kepada setiap penonton yang berada dalam ruang. Penonton dapat mendengar dengan jelas setiap artikulasi percakapan aktor sehingga nuansa dan efek dramatis yang berusaha ditampilkan dapat ditangkap dan dicerna. Tetapi dalam gedung auditorium yang menyajikan pertunjukan musik, artikulasi musiknya dan mimik aktor bukan merupakan hal yang utama, karena yang terpenting adalah setiap penonton yang berada dalam ruang dapat mendengar dan menikmati harmoni irama musik tersebut dengan baik.

Kata akustik berasal dari bahasa Yunani ”akuostikos” yang berarti, segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi. Akustik mempunyai tujuan untuk mencapai kondisi pendengaran suara yang sempurna yaitu murni, merata, jelas dan tidak berdengung sehingga sama seperti aslinya, bebas dari cacat dan kebisingan.

Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi.

Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek pasif dari alam.

Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara, misalnya dalam gedung rapat akan sangat mempengaruhi artikulasi dan kejelasan pembicara. Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar, yaitu :

 Perubahan suara karena pemantulan dan


(26)

Faktor – faktor yang mendasari masalah akustik adalah[2] :  Sumber suara

 Perambatan suara  Penerimaan suara  Intensitas suara  Frekuensi suara

2.3.1 Persyaratan Akustik

Berikut ini adalah persyartan umum kondisi mendengar yang baik :

- Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian ruanngan terutama di tempat duduk terjauh.

- Energi bunyi harus didistribusikan secara merata (difusi) dalam ruang. - Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam ruang untuk

memungkinkan penerimaan acara yang paling disukai oleh penonton dan penampil.

- Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan, gaung, pemutusan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan resonansi ruang.

- Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran atau pementasan harus dihindari dan di kurangi dengan cukup banyak dalam tiap bagian ruangan.

Persyaratan khusus mendengar sebuah concert hall :

- Karena tidak ada gedung concert yang di bangun untuk satu jenis musik, waktu dengung harus selalu merupakan kompromi yang ditetapkan dengan teliti.

- Ketegasan akan memuasakan bila kesenjangan waktu-mula tidak melampaui 20msekon.


(27)

- Mengadakan persediaan dan distribusi nada-nada rendah yang cukup untuk daerah pandengar yang luas (diatas 2500 tempat duduk)

- Untuk memperoleh kualitas bunyi yang merata, balkon tidak boleh terlalu menjulur ke udara.

- Gema akan sangat jelas bila waktu dengung sangat pendek dan difusi tidak cukup.


(28)

BAB III

PENJELASAN TEMA

Tema : “Song In Architecture

Pendekatan yang dipergunakan pendekatan fungsi dan akustik.

Musik merupakan bagian penting dalam hidup manusia. Terkadang musik juga memberikan pengalaman rasa yang berbeda-beda pada setiap orang. Musik jazz atau klasik yang menenangkan, musik rock yang membuat semangat, atau musik-musik yang mengingatkan kita pada momen-momen yang spesial. Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari musik. Namun ketika musik ini dikaitkan dengan arsitektur, peran musik ini menjadi berubah menjadi tidak hanya untuk dinikmati. Sebenarnya di dalam musik dan arsitektur terdapat kesamaan yaitu dimana kedua-duanya membutuhkan kedisiplinan. Dalam memainkan musik yang indah dan harmoni pemain musik harus memainkannya sesuai naskah lagu yang ada sehingga tidak ada yang sumbang atau tidak cocok. Dan begitu juga dengan arsitektur dimana dalam membentuk sebuah produk arsitektur maka tidak bisa kita langsung membuatnya. Aturan-aturan yang ada di dalam arsitektur yaitu berupa konteks sekitarnya, orang-orang yang akan menghuni nya sehingga terbentuk keharmonian antara produk arsitektur itu dengan konteks sekelilingnya dan dengan orang yang ada di dalamnya. Namun itu apabila kita mengartikan terpisah antara musik dan arsitektur dan membahas persamaannya. Lalu bagaimana bila dikaitkan antara musik dan arsitektur.

Salah satu ketergabungan antara musik dan arsitektur dilakukan oleh Le Corbusier dalam mendesign Philips Pavilion Poeme Electronic. Le Corbusier bekerja sama dengan Iannis Xenakis yang menciptakan musik untuk bangunan itu yang nantinya akan diterjemahkan ke dalam matematika dan kemudian diubah menjadi space. Apa yang dilakukan Le Corbusier seakan-akan bisa ditarik kesimpulan bahwa musik mempunyai peran yang lebih besar dibandingkan arsitektur, di mana musik berperan sebagai pembentuk dari arsitektur itu sendiri. Ketika bangunan itu di


(29)

desian maka bangunan itu akan mengikuti musik yang telah diciptakan sebelumnya, dimana yang nantinya naskah itulah yang berfungsi sebagai pembentuk space. Lalu ketika musik ini diterjemahkan menjadi space, maka arsitektur itu menjadi berbeda dengan arsitektur yang berisi space yang dibuat tanpa berdasarkan terjemahan musik. Musik dalam design Le Corbusier hanyalah berperan sebagai pembentukan benda arsitektural itu secara visual yaitu menjadi bentuk hyperbolic paraboloid shapes. Tapi dari experience feeling of space, apakah akan ada bedanya antara bangunan yang didesign berdasarkan terjemahan musik ataupun yang bukan? Bukan musik itu sangatlah berkaitan dengan feeling yang bisa kita rasakan keindahannya? Apa yang dilakukan Le Corbusier ini sangatlah bertentangan yang dilakukan oleh Daniel Libeskind dimana, Libeskind menjadikan musik dan arsitektur menjadi Musik Space Reflection.

“Architecture is an acoustical reality. Most people think about it as something visual or spatial. But the sense of balance is in the inner ear and orientation is through the ear. So the acoustics of a building — the sound of a space — is an incredibly important part of my work. And the whole process of architecture is also musikal, both in its end characteristic and in its relationship to time.” — Daniel Libeskind

Libeskind beranggapan bahwa arsitektur yang seringnya dinilai secara visual maka sebenarnya merupakan arsitektur yang seimbang itu juga harus mempertimbangkan dari akustiknya. Tidak hanya spatial of space tapi juga sound of space. Yang dipentingkan oleh Libeskind antara musik dan arsitektur bukanlah bagaimana musik membentuk arsitektur secara visual tapi juga secara experience, dimana sound of space itu bisa memberikan perasaan yang khusus untuk orang-orang yang ada didalamnya, sehingga keindahan musik itu tidak hanya bisa dilihat namun juga dirasakan seperti musik yang sering kita dengar,dan kemudian bisa terjalinlah keindahan yang harmoni antara musik dan arsitektur itu sendiri.


(30)

Suatu lagu,seperti halnya karangan terdiri atas Bab, kalimat, anak kelimat, kata, dst., maka lagu juga dibagi dalam: Kalimat (verse atau bridge), segmen, dan yang terkecil adalah pola (motif).

Sususnan lagu yang di pergunakan adalah struktur lagu yang paling dasar yaitu :

1. Intro 2. Bait

3. Reff/chrous 4. Interlude 5. Ending

Interpreatasi ruang yg tercipta

Susunan lagu seperti diatas adalah susunan lagu paling dasara dan paling awal dipergunakan dari modifikasi-modifikasi lagu lainnya. (wenner, 1986).


(31)

Berada di awal lagu. Biasanya berupa permainan instrument untuk memperkenalkan pendengar terhadap lagu. Notasi nya biasa diambil dari bagian dalam lagu.

Bait/Verse

Pola bait ini selalu diulang dalam tiap lagu. Isi syair nya pun berbeda walau permainan musiknya sama (Inilah yang membuat kita tidak bosan dalam mendengarkan sebuah lagu).

Chorus

Disebut juga reffrain. Yaitu inti sebuah lagu. Bagian ini yang lebih menentukan citra sebuah komposisi. Bagian inilah yang sebenarnya paling ditunggu-tunggu untuk didengarkan.

Chorus biasanya dibuat dari kumpulan notasi yang mudah diingat oleh pendengar. Notasi melody tidak terlalu panjang.

Interlude / Bridge

Interlude ini bagian yang menyambungkan Bait dengan Bait atau Bait dengan Chorus. Tidak terdapat syair dalam Interlude ini. Interlude hanya terdiri dari beberapa bar atau pola chord. Mungkin 4 bar, 6 bar atau 8 bar.

Ending

Metode ending beberapa macam. Fade Out, Instrument Looping, Berhenti seketika, Pengulangan Intro dan banyak lagi.

Bagian-bagian ini kemudian diinterpretasi dalam desain sebagai :

1. Intro adalah bagian-bagian pengenalan dimana pengunjung concert hall baru diterima dan melekukan orientasi di dalam site.

2. Bait atau verse, setelah datang dan berorientasi kemudian pengunjung mencari informasi dan mulai mengenal situasi, ini diartikan ke dalam site berupa area lobby dan area informasi. 3. Chrous/reffrain adalah inti dari sebuah lagu, diinterpreatasikan


(32)

4. Interlude/ Bridge diinterpreatsikan sebagai daerah transisi antara Chrous dan Bait yang dapat di fungsikan sebagai gallery temporer. 5. Ending, ending diinterpreatasi sebagai akhir dari sebuah lagu

dimana pendengar bisa mengapresiasi lagu tersebut ini diartikan ke dalam sebuah ruang terbuka dimana pengunjung dapat saling berdiskusi tentang pertunjukan yang telah dinikmatinya.


(33)

Tema

“SONG IN ARCHITECTURE”

LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN 2009/2010

Sebagai Persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

NURUL NUR HADIYANI

1.04.06.006

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


(34)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTRA ISI

BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 LATAR BELAKANG... 1 I.2 RUMUSAN MASALAH ... 1 I.3 TUJUAN PROYEK ... 2 I.4 MANFAAT PROYEK ... 3 I.5 IDENTIFIKASI DAN SASARAN PROYEK... 3 I.6 METODA PENGUMPULAN DATA ... 4 I.7 KERANGKA BERFIKIR ... 4 I.8 SISTEMATIKA PENULISA ... 5 BAB II PENJELASAN KASUS... 6 II.1 DATA UMUM PROYEK ... 6 II.2 PENGERTIAN JUDUL ... 6 II.3 TINJAUAN CONCERT HALL... 8 II.3.1 SEJARAH CONCERT HALL... 8 II.3.2 KEBUTUHAN RUANG THEATER ... 10 II.4 TINJAUAN AKUSTIK ... 24 BAB III PENJELASAN TEMA ... 25 BAB IV STUDI BANDING KASUS ... 33 BAB V STUDI BANDING TEMA ... 43 BAB VI ANALISIS LOKASI ... 46

VI.1 STUDI BANDING LOKASI ... 47 VI.2 JUSTIFIKASI LAHAN ... 48 BAB VII KONSEP PERANCANGAN ... 50 DAFTAR PUSTAKA


(35)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur tak lupa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan anugerahnya, penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini dengan lancar.

Setelah menyelesaikan proses Studio Tugas Akhir, penulis berusaha melaporkan semua hasil rancangan yang telah dibuat. Laporan ini ditujukan memberikan gambaran dan alasan dalam bentukan sebuah Concert Hall.

Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak di bantu oleh berbagai pihak. Dengan penuh rasa hormat pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada Ayahanda Suyono Hadi dan Ibunda Nunung Jubaedah tercinta yang selalu dan senantiasa memberikan dukungan yang sangat berarti. 2. Ibu Dhiny Dewiyanti Tantarto, Ir., MT selaku Ketua Jurusan Teknik

Arsitektur UNIKOM yang telah banyak membantu dan memberikan wejangan-wejangan dan nasehat yang sangat membangun,

3. Bapak Salmon Martana ST., MT selaku dosen wali dan dosen pembimbing 4. Ibu Ilhamdaniah ST, MT, MSc selaku dosen mata kuliah Tugas Akhir ini. 5. Dian Gita Utami ST., selaku dosen dan teman .

6. Alvin lubis, indra “perfekto” prasetyo, Barry likumahuwa, Alto, Mas Sandy “PAS band” yang bersedia di repotkan dengan pertanyaan-pertanyaan wawancara yang unik.

7. Dimas Agung Kurnia, Manggala, Erin, Vallin, taviv untuk semua “begadang” yang jelas dan tidak jelas kala memperjuangkan maket.

8. Mba-mba polar yang mau di telepon malam-malam.

9. Teman-teman seperjuangan di Arsitektur UNIKOM angkatan 2006, Rifky Riansyah, Geri Leofan, Logi Tofani, Asrial D, Widy Hermawan, Fredi syapardiansahdan teman-teman lainnya yang merasa satu nasib.

10. Teman-teman BDG26! Kita bisa kan! Dan saya ternyata juga BISA! 11. Teman-teman String Orchestra yang telah bersedia dan merelakan


(36)

12. EcherZ u rock guys!

13. Segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dan memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan Laporan Tugas akhir ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan penguasaan ilmu rekayasa Arsitektur di Jurusan Teknik Arsitektur UNIKOM.

Bandung, Juli 2010 Penulis


(37)

Tema

“SONG IN ARCHITECTURE”

Oleh :

NURUL NUR HADIYANI

1.04.06.006

Disetujui oleh : Bandung, 20 Juli 2010

Dosen Pembimbing

Salmon Priaji Martana ST., MT., NIK. 4127 70 12 001

Ketua Jurusan Pimpinan Sidang

Dhini Dewiyanti Tantarto Ir., MT Ilhamdaniah ST., MT., MSc NIK. 4127 70 12 010 NIK. 4217 70 12 002


(38)

BAB IV

STUDI BANDING KASUS

2.3

Balai Sarbini, Jakarta

Balai Sarbini adalah salah satu concert hall yang berada di Jakarta. Awal berdirinya gedung ini digagas oleh HM Sarbini yang merupakan tokoh penting TNI. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Sukarno pada tahun 1965 dan diresmikan oleh presiden Suharto pada tahun Maret 1973 dengan nama Gedung Veteran RI.

Balai Sarbini kemudian direhabilitasi dan diresmikan kembali oleh presiden Megawati Sukarnoputri pada tahun 2004. Beberapa event ternama yang sering digelar di Balai Sarbini misalnya Indonesian Idol yang sudah memakai Balai Sarbini dari musim pertama hingga kelima.


(39)

Balai Sarbini adalah salah satu concert hall yang berada di Jakarta. Awal berdirinya gedung ini digagas oleh HM Sarbini yang merupakan tokoh penting TNI. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Sukarno pada tahun 1965 dan diresmikan oleh presiden Suharto pada tahun Maret 1973 dengan nama Gedung Veteran RI. Balai Sarbini kemudian direhabilitasi dan diresmikan kembali oleh presiden Megawati Sukarnoputri pada tahun 2004.

Balai sarbini memiliki bentuk yang unik dan tidak seperti bangunan-bangunan biasanya,,Gedung ini digunakan untuk event seperti konser atau

untuk acara yang lain,,

Bangunan ini memiliki bentuk seperti kubah, dimana panggung konser dikelilingi oloh bangku-bangku penonton, sehingga dapat dilihat dari

berbagai arah,,

Bangunan ini memiliki konsep arsitektur yang sesuai dengan kegunaannya, yaitu sebagai hall pertunjukan,.Sehingga tanpa harus melihat dari dalam, kita dapat mengetahui dari bagian bangunan yang di luar, bahwa ini adalah bangunan untuk pertunjukan event,,Penempatan gedung ini juga sesuai dengan aktifitas keramaian yang berada di pusat perbelanjaan, Plaza Semanggi, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat,

Penempatan interior bangunan ini juga memiliki tataan yang sangat baik, menggunakan prinsip arsitektural yang sesuai dengan kegunaan bangunan, dan dirancang dengan sisitematis, agar pada waktu event diadakan,apat berjalan dengan baik dan teratur,, Begitu juga dengan penempatan lampu pada luar maupun dalam bangunan, ditata dengan baik, sehingga bangunan ini dapat menjadi pusat perhatian karena memiliki vocal point,,


(40)

PrinsipDesign:

1. Keseimbangan: Simetri, karena bila dilihat atau ditarik garis di tengah-tengah bagian bangunan, terlihat keseimbangan ataupun kesamaan antara sisi kanan dan sisi kirinya

2. Vokal Point: bagian yang seperti kubah dan lampu (pada malam hari) karena memiliki bentuk yang lain sendiri, dan apabila malam hari lampunya menjadi pusat perhatian,,sehingga bangunan tersebut terlihat lain dari yang lain

3.Irama: Dinamis, karena ada perubahan bentuk pada bagian bangunan dari bagian dasar gedung hingga atapnya yang berbentuk kubah, sehingga terlihat tidak kaku dengan adanya lekukan, dan terkesan dinamis,

4.Skala:Normal,

5.Proporsi: Memiliki proporsi yang cukup baik karena antara bagian2 bangunan (penempatan lampu, pilar, pintu, dll), memiliki ukuran yang pas dan sesuai dengan ukuran bangunan,

6.Unity: Memiliki kesetuan bangunan yang baik, karena antar bagian bangunan terlihat utuh dan menjadi satu kesatuan,

- Bentuk baru panggung Balai Sarbini bersusun tiga. Jarak ketinggian masing-masing panggung sekitar 1,04 meter. Lebarnya bervariasi: 7 meter untuk panggung terbawah, 3 meter panggung tengah, dan 2 meter panggung paling atas. Dengan komposisi semacam itu, dan sudut tangga yang tidak bisa dibilang landai, panggung berlapis kayu itu terkesan sedikit curam.

- Perubahan paling menonjol dari interior terlihat pada dominannya penggunaan materi kayu sebagai pelapis dinding. Lapisan kayu yang terpasang di dinding lobi dan bagian muka gedung memiliki fungsi


(41)

berbeda dengan yang terdapat di dalam ruang pertunjukan. "Di dalam, fungsinya sebagai pendukung kualitas akustik, sedangkan yang di luar lebih sebagai pemanis interior," kata Budi.

- Akustik ruangan, menurut Budi, menyita perhatian cukup banyak saat proses rehabilitasi berlangsung. Dengan struktur ruangan yang bundar, sangat besar potensi munculnya gema, baik melalui efek pantul suara vertikal maupun horizontal-melingkar.

- Untuk meredam gema vertikal, dibuatlah sebuah antidom berdiameter sekitar 16 meter. Bangun bulat yang menentang atap kubah utama itu digantungkan tepat di pusat ruangan. Itu saja belum cukup. Masih ada bahan khusus yang disemprotkan merata pada langit-langit. Fungsinya, untuk meredam gema lebih optimal lagi. "Tebal bahan peredam itu sekitar tujuh sentimeter sehingga menimbulkan tekstur pada permukaan dom dan antidom," kata Budi lagi.

- Sedangkan untuk memecah gema horizontal-melingkar, sekeliling ruangan berkapasitas 1.330 orang itu penuh dengan bidang maju-mundur yang permukaannya dilapisi kayu. Karpet yang menutupi permukaan lantai juga memberi masukan penting dalam meredam gema.

- Wajah baru Balai Sarbini diharapkan bisa mendongkrak popularitas gedung bertarif sewa Rp 25 juta-Rp 50 juta per hari itu. Target para pengelolanya cukup berani, yakni menjadikan Balai Sarbini sebagai ikon baru yang paling mewakili dunia hiburan di Indonesia.


(42)

2.4 Usmar Ismail Concert Hall

Data Proyek :

Nama Proyek: Usmar Ismail Hall

Lokasi: Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail; Kuningan – Jakarta Selatan

Pemberi Tugas:

PT. Prodas Perdana bekerja sama dengan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail

Jacob Soetojo; Presiden Direktur Elang Ananta, Property Manager Sufadli, Project Manager

Arsitek: PT. Arkonin

HA. Noerzaman, Presiden Direktur Tabah Nugroho, Arsitek Koordinator Tatok, Arsitek

Ahli Akustik: Prof. Dr. Ir. Soegijanto (Departemen Fisika ITB) Interior Designer: Aditya (Oxide Design)


(43)

Lighting Designer: Hadi Komara Manajemen Konstruksi:

PT. ACT

Maryanti L. Imamto, Presiden Direktur Pongky, Construction Manager

Quantity Surveyor:

PT. Jurukur Bangunan Indonesia (JBI) General Contractor:

PT. Harjaguna Handry, Direktur Heru, Project Manager Kapasitas: 430 orang

Setiap musisi tahu betul betapa pentingnya perlakuan akustik dalam sebuah ruangan yang difungsikan sebagai ruangan audio atau video. Tanpa penataan akustik yang benar dan tepat, tidak dapat tercipta keseimbangan frekuensi suara pada sebuah ruangan. Jenis frekuensi suara sendiri sebenarnya secara umum terdiri dari high, mid dan bass. Namun jika pengaturan tidak tepat, yang cenderung terjadi ialah suara rendah berlebihan dan tidak teratur ataupun dead room yang sangat melelahkan bagi telinga. Agar memahami betul seperti apa penataan yang tepat untuk ruangan tersebut, desainer pun perlu tahu kegunaan ruang. Sebab ini akan mempengaruhi besaran ruang, bentuk ataupun seberapa akustik kritikal diperlukan agar tidak terjadi pemborosan. Seperti Cinema sebagai satu-satunya ruang pertunjukkan, sekaligus bagian yang terpenting di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail. Karenanya pengelola berusaha untuk meningkatkan kualitas agar


(44)

mampu memenuhi standar ruang pertunjukkan internasional. “Sejak 2005, kami berusaha melakukan renovasi terhadap ruangan tersebut, sekaligus menambah fungsi ruang tidak hanya sebagai cinema tetapi juga concert hall,” jelas Elang Ananta, Property Manajer Gedung ini. Untuk memenuhi standar tersebut perancang mengutamakan akustik sebagai pendekatan dalam penataan interiornya. Ada kontras yang terjadi. Cinema membutuhkan ruang yang menyerap suara untuk performa maksimal, sementara concert hall justru membutuhkan ruang yang mampu memantulkan suara. Menurut Tabah Nugroho selaku koordinator arsitek gedung ini, masalah itulah yang harus dipecahkan oleh tim perancangnya.

Bagi dia, akustik yang baik memiliki beberapa ketentuan, antara lain transmisi suara harus sampai secara langsung ke telinga penonton. Suara juga harus diatur agar kesannya sesuai dengan atmosfir sebuah pertunjukkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah reverberation time (waktu gema), diffuse sound field (medan penyebaran suara), kejernihan suara, juga uniformity of sound pressure level (keseragaman tingkat tekanan udara pada suara).

Adalah Prof. Dr. Ir. Soegijanto, yang bertanggung jawab dalam perhitungan akustik untuk memenuhi syarat-syarat di atas. Perhitungan yang cermat, ahli akustik dari Departemen Fisika bangunan Institut Teknologi Bandung ini menyimpulkan, bahwa kebutuhan waktu gema atara 1.3 detik – 2 detik, dalam kasus ini ditetapkan nilai 1.6 detik untuk concert hall dan 1.1 detik untuk cinema.

Sedangkan untuk Uniformity of sound pressure level yang dibutuhkan runagan ini kurang lebih adalah 6 DB (desibell) untuk seluruh area penonton. Mengapa di angka ini? “Menurut Prof Soegijanto, 6 desibel


(45)

adalah angka ideal bagu kebuthan ruang konser dan cinema,” ungkap Tabah. Di angka ini akan ditimbulkan suasana yang lebih hening dibanding ketika sebuah masjid sedang kosong.

Sementara untuk keperluan medan diffuse, Tabah dan tim melakukan penataan khusus pada permukaan dengan material yang mampu mendistribusikan suara secara merata ke seluruh ruangan sekaligus menghasilkan suara optimal.

Pemilihan detail material runagan, termasuk bentuk dan ukuran pun disesuaikan dengan kebutuhan akustik. Lantai kayu yang dikombinasikan dengan karpet untuk tangga adalah dengan tujuan akustik pula, karena sebenarnya tangga adalah ruang kosong yang bisa mengganggu akustik. Dinding ruangan ini didesain dengan prisma-prisma yang menonjol untuk titik-titik pemantulan suara.

Perancangan pun telah menyiapkan strategi ketika runagan difungsikan sebagai cinema yang membutuhkan penyerapan suara. Gorden-gorden dengan ketebalan dan berat khusus berwarna merah marun yang menutupi dinding-dinding prisma sisi samping ruangan tersebut. Pada dinding panggung dipilih bahan kombinasi antara kayu dan metal perforated, yang sekali lagi demi pencapaian akustik optimal.

Begitu pula untuk bentuk langit-langit bergelombang, hadir sebagai hasil perhitungan akustik, sebagaimana bentuk lainnya. Bentuk ini juga diselaraskan dengan tonjolan prisma-prisma pada dinding. Konsep akustik memang diterapkan di seluruh lini oleh perancan. Termasuk juga dalam pemilihan kursi penonton, dan layer yang harus disesuaikan dengan syarat akustik.

Ketelitian perhitungan akustik diharapkan mampu menghasilkan ruang yang dapat digunakan untuk menonton pertunjukkan baik


(46)

konser ataupun film dengan kenyamanan maksimal. Bahkan pentas teater juga bisa digelar di ruangan ini. Tata akustik memudahkan permain teater beraksi tanpa harus menggunakan pengeras suara apapun.

Meskipun begitu detail dalam urusan akustik, tak membuat interior desainernya alpa dalam sentuhan estetika. Pilihan warna-warna tanah dengan sentuhan merah di kursi penonton dan gorden serta pengaturan cahaya memberi kesan harmonis, hangat, tanpa kehilangan unsure kontras.

Sayangnya, layer di ruangan ini hanya ada satu, sehingga tidak sesuai ketika membutuhkan layer lebih dari satu untuk keperluan setting panggung. Luas lahan yang terbatas, membuat perancang dan pengelola tidak bisa menciptakan ruangan yang maksimal untuk kebutuhan teater. Itu juga memicu kekurangan lain ruangan ini yang hanya menyediakan 430 kursi, yang kurang separo dibandingkan kapasitas ruangan pertunjukkan lain di Jakarta, semisal Balai Sarbini, yang mampu menyediakan 1200 tempat duduk.


(47)

Aula terbesar adalah Concert Hall, yang 2.679 kursi. Ini digunakan untuk berbagai pertunjukan termasuk konser simfoni, musik kamar, opera, tari, paduan suara konser, pop, jazz dan konser rakyat, berbagai pertunjukan dan konvensi.

Akustik dari Concert Hall sangat dihargai secara internasional. Langit-langit, yang naik sampai 25 meter (82 kaki) di atas panggung, dan dinding bagian atas pohon birch putih berlapis dengan kayu lapis, dan dinding bagian bawah, tangga, kotak dan panggung dengan platform yang berlapis kayu cokelat yang keras, sikat kotak. Hutan Australia ini digunakan di seluruh gedung. Volume 26.400 meter kubik (880.000 kaki kubik) memberikan waktu gema sekitar dua detik memungkinkan simfoni musik untuk didengar dengan penuh, kaya dan nada mellow. Di atas panggung yang ditangguhkan 18 disesuaikan akrilik akustik cincin atau "awan", yang membantu musisi dengan mencerminkan beberapa suara instrumen langsung kembali ke panggung. The Concert Hall Grand Organ ini dirancang dan dibangun oleh Australia, Ronald Sharp, antara tahun 1969 dan 1979. Ini adalah tindakan pelacak mekanis terbesar organ di dunia dengan 10.500 pipa. Ada lima manual dan satu pedal keyboard dan 127 berhenti diatur pada 205 peringkat.


(48)

BAB V

STUDI BANDING TEM A

5.1 Philips Pavilion Poeme Electronique

Salah satu ketergabungan antara musik dan arsitektur dilakukan oleh Le Corbusier dalam mendesian Philips Pavilion Poeme Electronic. Le Corbusier bekerja sama dengan Iannis Xenakis yang menciptakan musik untuk bangunan itu yang nantinya akan diterjemahkan ke dalam matematika dan kemudian diubah menjadi space. Apa yang dilakukan Le Corbusier seakan-akan bisa ditarik kesimpulan bahwa musik mempunyai


(49)

peran yang lebih besar dibandingkan arsitektur, dimana musik berperan sebagai pembentuk dari arsitektur itu sendiri. Ketika bangunan itu akan didesain maka bangunan itu akan mengikuti musik yang telah diciptakan sebelumnya, dimana nantinya naskah itulah yang berfungsi sebagai pembentuk ruang. Musik dalam design Le Corbusier hanyalah berperan sebagai pembentukan benda arsitektural, secara visual yaitu menjadi bentuk hyperbolic paraboloid shapes. Tapi dari experience feeling of space, akan ada bedanya antara bangunan yang didesign berdasarkan terjemahan musik. Apa yang dilakukan Le Corbusier ini sangatlah bertentangan yang dilakukan oleh Daniel Libeskind dimana, Libeskind menjadikan musik dan arsitektur menjadi Music Space Reflection.

«Poème électronique» merupakan yang pertama dibangun, elektronik lingkungan spasial untuk menggabungkan arsitektur, film, cahaya dan musik untuk pengalaman total dibuat untuk fungsi-fungsi dalam ruang dan waktu. Di bawah arahan Le Corbusier, Iannis Xenaki konsep dan geometri yang dirancang World's Fair ruang pameran mengikuti fungsi matematika. Edgard Varese menyusun baik beton dan vokal musik yang disempurnakan dinamis, ringan dan gambar proyeksi dikandung oleh Le Corbusier. Karya Varese selalu mencari abstrak dan, di bagian, konsep-konsep yang terinspirasi secara visual bentuk dan gerakan spasial. Di antara unsur-unsur lain untuk «Poème électronique» ia menggunakan suara-suara mesin, diangkut piano chords, paduan suara dan solo disaring suara, dan nada pewarna sintetik. Dengan bantuan sarana teknis lanjutan yang tersedia melalui Pavilion Philips, suara komposisi ini untuk tape recorder bisa berkeliaran di seluruh ruang pada rute yang sangat kompleks.

The Philips Pavilion disajikan sebuah kolase liturgi untuk abad kedua puluh umat manusia, bergantung pada listrik, siang hari dan pada tempat virtual perspektif dalam pandangan darat. (Sumber: Marc Treib, Space Dihitung di detik, Princeton, 1996, h. 3)


(50)

BAB VI

LOKASI

6.1 Usulan Lokasi

Gambar 5.1 Lokasi site


(51)

Usulan Lokasi : jalan Pajajaran, Bandung, Jawa Barat Luas Lahan : 2,1 ha

Batasan Lahan : Barat : Jalan HOS Cokroaminoto Timur : Jalan Rontgen

Utara : Jalan Deprisan Hasim Selatan : Jalan Doktor Rajiman

KDB : 50 %

KLB : 2

GSB : 5 meter Pemilik Proyek : Swasta

Jalan pajajaran merupakan jalan premier kota Bandung. Dengan aktifitas lalu-lintas yang cukup padat, jalan pajajaran dapat menjadi potensi yang sangat menarik untuk sebuah concert hall. Kemudahan akses untuk pengunjung dan penampil menjadi potensi dari jalan tersebut.

Letaknya yang berada di pusat kota membuat akses menuju tempat tersebut mudah, untuk bangunan-bangunan publik yang menarik manusia (pengunjung) banyak kemudahan akses ini harus sangat diperhatikan. Untuk membuat bangunan ini hidup harus juga ditunjang oleh fungsi-fungsi pendukung seperti hotel, sarana transportasi yang memadai dll, ini dapat dipenauhi oleh jalan pajajaran ini.

6.2 Justifikasi Lahan

Pemilikan Lokasi di dasarkan kepada pertimbangan : 1. Sesuai peruntukan lahan

2. Berada di pusat kota

sehingga : dekat akses untuk performer dekat akses untuk penonton 3. Dekat dengan fasilitas pendukung lainnya

- standard concert hall dekat dengan hotel min. bintang#3


(52)

- dekat dengan fasilitas keramaian lainnya.

Gambar 5.2 Gambaran umum kawasan

1.3Analisis Lahan

Gambar 5.3 Analisis fungsi kawasan


(53)

Dapat dilihat dari gambar diatas, site dikelilingi oleh area komersil yang telah terbentuk secara existing. Ini dapat menjadi potensi terhadap site, sebagai fungsi pendukung dari bangunan concert hall tersebut.

Gambar 5.4 Vegetasi existing

Kondisi existing vegetasi yang ada untuk enclosure site cukup rimbun, dengan jenis-jenis pohon peneduh. Pohon eksisting ini dapat dipertahankan untuk buffer kebisingan dari dalam site maupun dari kebisingan yang ditimbulkan dari kendaraan diluar site.

Karena konsep bangunan sebagai ruang publik, menuntut kenyaman publik di dalam segala kegiatannya, salah satunya adalah trotoar, maka pohon tersebut dapat di manfaatkan sebagai peneduh di dalam perancangan trotoar dan area publik space lainnya di dalam desain.


(54)

Gambar 5.5 Analisis sirkulasi

Jalur sirkulasi dibagi atas jalur publik dan jalur service. Pintu masuk dan muka bangunan di tempatkan menghadap jalan primer yaitu jalan HOS Cokroaminoto, untuk menarik perhatian dari pengunjung nantinya. Sedangkan jalur-jalur service bangunan di buat disisi lain site. Ini dilakukan agar aktifitas tidak mengganggu aktifitas utama dari bangunan concert hall ini.

Selain itu faktor keramaian dari jalan primer membuat jalan ini akan lebih menarik perhatian masa banyak. Ini menjadikan bangunan ini akan menjadi vocal point dari kawasan ini. Potensi ini akan menjadi daya taraik baru kawasan sehingga meningkatkan kualitas kawasan.


(55)

Gambar 5.6 Kebisingan

Di dalam sebuah concet hall isolasi suara begitu penting, untuk menjaga kualitas suara dari penampil. Ini menjadi faktor pertimbangan dimana kebisingan harus sangat diperhatikan.

Daerah-daerah yang memilki tingkat kebisingan lebih diberi buffer suara yang lebih, sehingga tidak menganggu kualitas suara ke dalam bangunan. Ini dilakukan dengan membuat buffer berupa pohon yang dibuat lebih rapat, atau membuat berier dinding akustik yang sengaja di buat di bagian atau daerah yang memiliki kebisingan melebihi kebisingan daerah lain dan sekitar bangunan.


(56)

lobby lobby lift

emergency ex it

t oi let j anitor lif t

AH U room funct ion room funt ion room

ac coust ic deck reparation and cont rol acc oust ic deck

reparat ion and control

auditorium lobby

toilet janit or

s ervic e room

audit orium

changing s cenery room

TR N K

funct ion room f unc tion room

func ti on room f unc tion room funct ion room funct ion room

ME room

BAB VIII

KONSEP RANCANGAN 8.1 KONSEP DASAR

8.1.1 BENTUK MASA BANGUNAN

Bentuk masa bangunan diadaptasi dari bentuk not sebagai interpretAsi dari tema yaitu “Song in Architecture”, selain itu bentuk seperti itu juga menyesuaikan dengan bentuk auditorium berupa elips yang mana, dalam analisis akustik bentukan auditorium elips adalah bentuk paling efisien di dalam pemantulan akustik dari segi denah.

Selain itu bentuk elips juga merupakan bentukan transformasi dari lingkaran, dimana bentuk lingkaran dan masa padat merupakan tuntutan dari sebuah auditorium, untuk mengefisiensi dan memipihkan bangunan digunakan bentukan elips tersebut.

Gambar 6.1 Gambar 6.2


(57)

Gambar 6.3 Not penuh

Setelah tema di interpretasi ke dalam desain, kemudian lahan telah di analisa dengan mencek semua ketentuan seperti pada bab sebelumnya maka ide awal yang diusulkan adalah :

Konsep Exterior Space

Exterior space sebuah potensi dalam penarik perhatian untuk bergerak, permainan luasan ruang, sehingga menimbulkan sequence yang berbeda di tiap sudutnya.

Konsep Penataan Massa Susunan Massa Tunggal, dengan alasan :

- Untuk menjaga sirkulasi yang telah di konsepkan maka dibuat bangunan dengan massa bangunan tunggal untuk fungsi utama dan fungsi lainnya.

- secara fungsional aktivitas yang satu dengan yang diharapkan saling berinteraksi untuk menghidupkan suasana dari concert hall tersebut.

- Menempatkan garis lurus / bentuk bentuk bersudut lainnya disekitar bentuk lingkaran / menempatkan suatu unsur menurut arah kelilingnya dapat menimbulkan perasaan yang kuat.

- Bentuk setengah diunakan untuk mengakomodasi kebutuhan auditorium dengan susunan kursinya sehingga menghasilkan akustik yang memuaskan.

- Penekanan arah tampak tegas dengan permainan bentuk- massa persegi dan lengkung.


(58)

8.1.2 Konsep ruang publik

Ruang publik sebagai wadah proses sosial terjadi, perancangan ruang publik memiliki karakteristik sendiri, seperti:

- Ruang tunggu merupakan bentuk yang menjorok dari jalur sirkulasi yang ada tanpa disadari. Sebagai tempat perhentian sejenak tanpa mengganggu arus sirkulasi.

- Hall yang mengarahkan bukan memberi pilihan arah, untuk menghindari kesalahan arah dan tujuan yang tidak jelas ( penyaringan tujuan seseorang bergerak ).

- Lobby harus dapat menampung setengah dari pengunjung yang direncanakan.

- Jalur sirkulasi / pedestrian, lebar jalan kurang lebih modul 2.4 m, sesuai perhitungan kebutuhan orang berjalan tiap jam dalam sehari dan tempat – tempat perhentiannya dan alat bantu yang dipakai.

Gambar 6.4 Gambar 6.5


(59)

No Fasilitas Nama Ruang Kapasitas Juml ah ruan g

Sumber Luasan

UMUM Lobby 1500 1 Human Dimension and interior space (HDIS)

975

Loket tiket 150 3 Neufert Architects Data (NAD)

6

Ruang informasi 1 NAD 12

Ruang media 100 1 NAD 195

Toko 100 1 NAD 126

Kafe 150 1 NAD 371,25

Toilet Umum 14 1 Time-Savers Standards (TSS)

146,64

Lost and Found 1 NAD 20

Jumlah 1851,89

BACKSTAG E

Ruang serbaguna

8 5 NAD 214,5

Backstage 100 1 HDIS 84,5

Ruang ganti 10 5 TSS 26

Ruang rias 10 4 TSS 27,75

Stage 1 NAD 450

Auditorium 1500 1 TSS 2320,5

Ruang Lighting 2 1 PAH 116,2

Ruang monitor NAD 15

Ruang

Proyektor dan MIxer

1 1 Asumsi 75,5

gudang 5 1 NAD 20

Kantor 4 1 NAD 202,9

Toilet Umum 6 2 TSS 6,72

Mushola 15 1 NAD 20

Loket karyawan 10 1 NAD 25

Jumlah 3604,57

ADMINSITR ASI

Ruang penerima tamu

10 1 NAD 20

Ruang ketua 3 1 25

Ruang Wakil ketua

3 1 25

Ruang Rapat 50 1 125

Toilet Karyawan 6 2 30

Ruang Staf administrasi

5 1 13,38


(60)

pemasaran

Pantry 10 1 PHS 150

Jumlah 251,76

SERVICE Ruang ME 2 1 Asumsi

Ruang Panil 2 1 Asumsi 12

Ruang Genset 2 1 Asumsi 40

Ruang AHU 2 1 Asumsi 6

Ruang Reparasi 2 1 Asumsi 45

Gudang peralatan

10 2 Asumsi 900

Loading dock 2 mobil 2 Asumsi 36 Tangga

Kebakaran

6 Asumsi 19

Jumlah 1058

PARKIR

Parkir 350 mobil 200 motor

4254,25

Konsep Penampilan Bangunan

- Mengungkapkan perasaan estetis melalui bentuk yang ramah, permainan rangka dalam enterance dan exposed.

- Permainan warna bangunan yang ramah dengan warna coklat dan krem yang meringankan, menojolkan kekuatan alam.

Sistem struktur

Penataan ruang yang terjadi adalah berdasarkan zoning dan juga lebih mengutamakan sirkulasi, jadi penataan ruang diciptakan secara grid, dengan alasan :

- Penanganan dapat cepat dan tepat - Mempermudah pencapaian dan sirkulasi - Memudahkan pelayanan

- Efektif

Pola struktur yang dipakai dan pemilihan bahan bangunan yang digunakan: 1. Modul Bangunan, penentuan berdasarkan :


(61)

- Kebutuhan ruang gerak

- Sistem struktur yang dipakai Ada 2 macam sistem modul Modul horizontal, dipengaruhi oleh :

- gerak manusia sebagai pelaku aktivitas - penempatan dan dimensi perabot - dimensi material dan bahan Modul vertikal, dipengaruhi oleh :

- tinggi ruangan lantai ke lantai, yang paling ekonomis 2.80 ( dari lantai ke plafon, A.J. Metric Handbook ) untuk ruang sirkulasi.

- tinggi balok dan utilitas - pembalokkan plafon

Maka diperoleh modul vertikal minimal 4 m, dengan rincian perhintungan sebagai

berikut :

- pembalokkan lantai 50 cm - jalur utilitas 30 cm

- pembalokkan plafon 40 cm

- Tinggi maksimum untuk ruang 280 cm - Total 400 cm

2. Penggunaan material dan bahan

- Baja ( untuk konstruksi ), dilapisi dengan fire proofing : a. sistem spray : untuk balok-balok yang tertutup plafon b. sistem fire temp : untuk balok yang terlihat

- Papan Gypsum : untuk partisi dan penutup plafon - Lantai : - kayu : parket dan strip untuk ruang latihan - keramik, untuk ruang kerja

Sistem struktur

Kriteria pemilihan sistem struktur antara lain :

- Fungsi bangunan yang menampung berbagai aktivitas yang berbeda menuntut adanya fleksibilitas ruang dan integrasi ruang yang tinggi


(62)

- Faktor teknisi : kekakuan, kekuatan, daya tahan, estetika Maka sistem struktur yang dipakai adalah sistem kolom dan balok

Gambar 6.6 Interior auditorium

Gambar 6.7 Interior auditorium


(63)

8.1.3 KONSEP LAYOUT SEATING

Kapasitas auditorium menampung 1500 pengunjung dan maksimal menampung 8 artis tampil bersama sekaliguus. 1500 pengunjung ditampung kedalam 4 kelas :

VVIP, VIP, Normal, Festival.

Gambar 6.7 Seating layout


(64)

Gambar 6.8 Siteplan concert hall

Gambar 6.9 Interior ruang make up


(65)

Gambar 6.10 Interior ruang reheasal


(1)

pemasaran

Pantry 10 1 PHS 150

Jumlah 251,76

SERVICE Ruang ME 2 1 Asumsi

Ruang Panil 2 1 Asumsi 12

Ruang Genset 2 1 Asumsi 40

Ruang AHU 2 1 Asumsi 6

Ruang Reparasi 2 1 Asumsi 45

Gudang peralatan

10 2 Asumsi 900

Loading dock 2 mobil 2 Asumsi 36

Tangga Kebakaran

6 Asumsi 19

Jumlah 1058

PARKIR

Parkir 350

mobil 200 motor

4254,25

Konsep Penampilan Bangunan

- Mengungkapkan perasaan estetis melalui bentuk yang ramah, permainan rangka dalam enterance dan exposed.

- Permainan warna bangunan yang ramah dengan warna coklat dan krem yang meringankan, menojolkan kekuatan alam.

Sistem struktur

Penataan ruang yang terjadi adalah berdasarkan zoning dan juga lebih mengutamakan sirkulasi, jadi penataan ruang diciptakan secara grid, dengan alasan :

- Penanganan dapat cepat dan tepat - Mempermudah pencapaian dan sirkulasi - Memudahkan pelayanan

- Efektif

Pola struktur yang dipakai dan pemilihan bahan bangunan yang digunakan: 1. Modul Bangunan, penentuan berdasarkan :


(2)

- Kebutuhan ruang gerak

- Sistem struktur yang dipakai Ada 2 macam sistem modul Modul horizontal, dipengaruhi oleh :

- gerak manusia sebagai pelaku aktivitas - penempatan dan dimensi perabot - dimensi material dan bahan Modul vertikal, dipengaruhi oleh :

- tinggi ruangan lantai ke lantai, yang paling ekonomis 2.80 ( dari lantai ke plafon, A.J. Metric Handbook ) untuk ruang sirkulasi.

- tinggi balok dan utilitas - pembalokkan plafon

Maka diperoleh modul vertikal minimal 4 m, dengan rincian perhintungan sebagai

berikut :

- pembalokkan lantai 50 cm - jalur utilitas 30 cm

- pembalokkan plafon 40 cm

- Tinggi maksimum untuk ruang 280 cm - Total 400 cm

2. Penggunaan material dan bahan

- Baja ( untuk konstruksi ), dilapisi dengan fire proofing : a. sistem spray : untuk balok-balok yang tertutup plafon b. sistem fire temp : untuk balok yang terlihat

- Papan Gypsum : untuk partisi dan penutup plafon - Lantai : - kayu : parket dan strip untuk ruang latihan - keramik, untuk ruang kerja

Sistem struktur

Kriteria pemilihan sistem struktur antara lain :


(3)

- Faktor teknisi : kekakuan, kekuatan, daya tahan, estetika Maka sistem struktur yang dipakai adalah sistem kolom dan balok

Gambar 6.6 Interior auditorium

Gambar 6.7 Interior auditorium


(4)

8.1.3 KONSEP LAYOUT SEATING

Kapasitas auditorium menampung 1500 pengunjung dan maksimal menampung 8 artis tampil bersama sekaliguus. 1500 pengunjung ditampung kedalam 4 kelas :

VVIP, VIP, Normal, Festival.

Gambar 6.7 Seating layout


(5)

Gambar 6.8 Siteplan concert hall

Gambar 6.9 Interior ruang make up


(6)

Gambar 6.10 Interior ruang reheasal