Perancangan Music Concert Hall Dengan Tema "Inspiring Memory From The Past".

(1)

ABSTRAK

Ruang konser merupakan suatu tempat dimana para pemusik mendapatkan penghargaan. Penghargaan ini berguna untuk memotivasi mereka menampilkan musik yang terbaik. Dan tolak ukur seorang dapat bermain musik dengan handal adalah dengan memainkan musik klasik. Sehingga dibuatlah sebuah perancangan gedung konser musik klasik yang juga diharapkan dapat mengembalikan citra Bandung yang pernah menjadi ikon pusat musik di Indonesia. Perancangan gedung konser musik klasik ini menggunakan konsep “Inspiring Memory from The Past”. Inspirasi yang dimasksud adalah insiprasi dari jaman klasik dan para musikusnya. Dimana jaman klasik Baroque merupakan sebuah jaman klasik puncak dan musik mengalami perkembangan yang sangat pesat pada jaman ini. Selain itu, musikus yang menjadi inspirasi utama dalam perancangan ini adalah Johann Sebastian Bach yang merupakan musikus ternama pada jaman klasik. Kegiatan klasik berupa pagelaran musik klasik dikemas dalam suatu ruang klasik yang diterapkan pada era modern sekarang. Keterbatasan akustik merupakan salah satu masalah utama dalam perancangan gedung konser musik klasik ini. Akustik ruang mempunyai pengaruh yang jelas pada berbagai tahap proses musik, yaitu pada komposisi, pada pagelaran dan pada pendengaran. Hal yang diharapkan dari sebuah ruang musik adalah pendengar dapat mendengar natural sound dari alat musik tanpa menggunakan sound system. Maka perancangan auditorium disesuaikan dengan kebutuhan akustiknya.


(2)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTA LAMPIRAN iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Tujuan perancangan 3

1.4 Sistematika Penulisan 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Teater 5

2.1.1. Pengaruh Indra terhadap Perancangan Teater 5

2.1.2. Sistem Tempat Duduk 7

2.1.3 Akustik Ruang 10

2.1.4. Pemilihan Material 15 2.2 Musik dan Sejarahnya 16 2.2.1. Pengertian Musik 16

2.2.2. Orkestra 18

2.2.3. Musik Ruang 19

2.2.4. Sejarah Musik 20

2.3 Gaya Baroque dan Rococo 25


(3)

ii

2.3.2. Ciri-ciri umun Gaya Baroque 26

2.3.4. Tokoh-tokoh Baroque 27

2.3.4. Perkembangan Arstiketur Baroque 31

2.4 Kebutuhan Akustik Ruang Musik 32 2.4.1. Pertimbangan Akustik dalam Rancangan Auditorium Musik 35

2.4.2. Bentuk Lantai 36

2.4.3. Panggung orchestra 38

2.4.4. Kulit Orkestra 39

2.5 Studi Banding 40

BAB III DESKRIPSI OBYEK STUDI

3.1 Deskripsi Obyek Studi 42

3.2 Konsep desain 44

3.2.1 Konsep Umum 44

3.2.2 Konsep Fasilitas 45

3.2.3 Konsep Sirkulasi 46

3.2.4 Konsep Penghawaan 47

3.2.5 Konsep Furniture 47

3.2.6 Konsep Warna 47

3.2.7 Konsep Material 48

3.3 Ide Implementasi Konsep Pada Obyek Studi 48

3.4Analisa Tapak 51

3.5 Analisa Fungsional 61


(4)

ii

3.7Besaran Ruang 65

3.8Zoning dan Blocking 3.8.1 Zoning 3.8.2 Blocking

BAB IV VISUALISASI KARYA DESAIN INTERIOR

4.1 Penataan Layout Ruang 69

4.2 Penerapan Interior 72

4.3 Hasil Simulasi Akustik 91

BAB IV SIMPULAN

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 31 LAMPIRAN


(5)

i

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Range Pendengaran 7

Gambar 2.2. Bentuk Tempat Duduk dari jaman ke jaman 9 Gambar 2.3. Tampak Posisi Panggung dan Tempat Duduk 10

Gambar 2.4. Fenomena Akustik 11 Gambar 2.5. Cacat Akustik 12 Gambar 2.6. Reverberation Time 13

Gambar 2.7. Sabuga Hall 40

Gambar 2.8. Walt Disnet Concert Hall 41 Gambar 3.1. Perpektif Bangunan 43

Gambar 3.2. Sirkulasi Utama 47

Gambar 3.3. Tampak Bangunan 49

Gambar 3.4. Studi Image Dramatis 50

Gambar 3.5. Studi Image Baroque 51 Gambar 4.1. Layout Ruang 70 Gambar 4.2. Sirkulasi Pengujung Lantai Dasar 70 Gambar 4.3. Sirkulasi Pengunjung Lantai 1 71

Gambar 4.4. Sirkulasi Penyandang Cacat Lantai Dasar 71 Gambar 4.5. Sirkulasi penyandang Cacat Lantai 1 72

Gambar 4.6. Denah Area Penjualan Tiket 73 Gambar 4.7. Potongan 73 Gambar 4.8. Ceiling 74


(6)

i

Gambar 4.9. 3d 1 75

Gambar 4.10. 3d Entrance 75

Gambar 4.11. Kursi Lounge 76

Gambar 4.12. Kursi dan meja Lounge 76

Gambar 4.13. Tampak Lobi 77

Gambar 4.14. Pola Lantai Lobi 77

Gambar 4.15. Ceiling Lobi 78

Gambar 4.16. Layout Auditorium 80

Gambar 4.17. Step tangga 81

Gambar 4.18. Jarak antar Kursi 81

Gambar 4.19. Kursi Auditorium 82

Gambar 4.20 Railing 83

Gambar 4.21 Lantai Auditorium 84

Gambar 4.22. Detail Dinding Auditorium 84

Gambar 4.23. Reflektor 1 85

Gambar 4.24. Reflektor 2 85

Gambar 4.25. Reflektor 3 86

Gambar 4.26. Reflektor 4 86

Gambar 4.27. Reflektor 5 86

Gambar 4.28. Ceiling Auditorium 87

Gambar 4.29. Detail ceiling Auditorium 88

Gambar 4.30. Potongan Kanan Auditorium 88

Gambar 4.31. Potongan Kiri Auditorium 89


(7)

i

Gambar 4.33. Potongan Belakang Auditorium 90

Gambar 4.34. 3d Ruang Konser Gelap 90

Gambar 4.35. 3d Ruang Konser Terang 91


(8)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Hasil Simulasi Akustik Lampiran B Gambar Kerja


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Terbatasnya ruang konser untuk pertunjukan musik di Indonesia membuat para musikus tidak dapat memaksimalkan dirinya dalam bermain musik. Sebagian besar musikus hanya menjadikan musik sebagai hobi dan bukan sebagai pekerjaan mereka. Sedangkan untuk menjadi musikus yang handal, mereka membutuhkan sebuah fokus dimana mereka dapat mengembangkan bakat dan talenta yang mereka miliki. Di luar negeri contohnya, jumlah pemusik-pemusik yang brilian lebih banyak, karena mereka memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung mereka berkarya. Sebenarnya potensi bagi orang-orang Indonesia untuk bersaing dengan musikus lain sangat besar, namun mereka kurang mendapatkan penghargaan di Indonesia.

Ruang konser merupakan suatu tempat dimana para pemusik mendapatkan penghargaan. Penghargaan ini berguna untuk memotivasi mereka menampilkan


(10)

2

musik yang terbaik. Mereka akan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan memiliki fokus yang terarah.

Tolak ukur seorang dapat bermain musik dengan handal adalah dengan memainkan musik klasik. Musik klasik adalah musik yang memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Orang yang berbakat pun harus berusaha keras untuk dapat memainkan musik klasik dengan mahir.

Keterbatasan akustik pada ruang konser juga menjadi salah satu masalah utama dalam sebuah pertunjukan musik. Akustik ruang mempunyai pengaruh yang jelas pada berbagai tahap proses musik, yaitu pada komposisi, pada pagelaran (produksi) dan pada pendengaran. Hal yang diharapkan dari sebuah ruang musik adalah pendengar dapat mendengar natural sound dari alat musik. Karena itu suara dari panggung pemusik harus dapat terdengar sampai ke telinga penonton melalui pantulan-pantulan dari material ruangan.

Pada orkestra, bunyi dari semua alat musik harus terdengar dan mudah dibedakan. Bila tiap bunyi dari instrument yang berbeda dimainkan secara serentak dalam suatu orkestra mudah dibedakan, maka ruang dapat dikatakan memiliki ketegasan atau kejelasan (definition of clarity). Dari suara yang paling keras sampai suara bass ganda dan harpa yang relatif lemah harus dapat terdengar.

Ruang konser yang bertaraf Internasional di Indonesia sangat minim, contohnya JPCC Plenary Hall, itupun akustiknya kurang memenuhi syarat. Karena hal tersebutlah penulis ingin memberikan sumbangsihnya dengan membuat perancangan Gedung Konser Musik Klasik bertaraf Internasional di Indonesia sebagai sarana untuk memotivasi para musikus untuk berkarya sebaik mungkin.


(11)

3

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka ada beberapa permasalahan yang muncul mengenai :

1. Bagaimanakah menerapkan tema “Inspiring Memory from The Past” pada perancangan ini?

2. Bagaimanakah merancang interior ruang konser klasik yang ergonomis dan memiliki akustik ruang yang baik?

3. Bagaimana menerapkan konsep gaya modern baroque pada perancangan ruang konser musik klasik?

4. Bagaimana menerapkan citra penghayatan yang dramatis?

1.3Tujuan Perancangan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan perancangan gedung konser adalah :

1. Dapat menerapkan tema “Inspiring Memory from The Past” pada perancangan interior ruang konser musik klasik.

2. Bisa merancang ruang konser musik dengan ergonomis dan memiliki akustik ruang yang baik.

3. Dapat menerapkan gaya modern baroque pada ruang konser musik ini, sehingga pengunjung dapat merasakan keadaan pada masa tersebut.

4. Dapat menerapkan suasana dramatis yang nyaman untuk para pengunjung.


(12)

4

Sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, ide/gagasan konsep, identifikasi masalah, tujuan perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II Studi Literature mengenai perancangan gedung konser musik, musik klasik, ciri-ciri gaya baroque, dan akustik ruangan.

BAB III Deskripsi Obyek studi yang meliputi ide dan konsep perancangan pada obyek studi, studi image, analisis tapak, analisa kebutuhan ruang, programming, kedekatan ruang, besaran ruang, serta zoning dan blocking.


(13)

93

BAB V

SIMPULAN

Interior perancangan auditorium musik klasik ini menerapkan gaya klasik Baroque pada perancangannya. Horizontalisme dan simitrisme juga diterapkan pada bangunan ini, dengan pusat nya adalah bagian yang paling penting dari bangunan, yaitu ruang konser sesuai dengan konsep yang telah dijelaskan sebelumnya. Penerapan gaya klasik terlihat di seluruh bagian interior perancangan sehingga membuat para pengunjung dapat merasakan suasana pada jaman klasik.

Pada auditoriumnya, mengambil insiprasi dari pemusik ternama jaman Baroque, yaitu Johann Sebastian Bach. Perancangan auditorium musik klasik ini dirancang berdasarkan penggambaran ciri-ciri musik dari Johann Sebastian Bach.

Selain itu, pada auditorium musik klasik ini standar ergonomi diterapkan, sehingga penonton akan merasa nyaman ketika menonton pertunjukan orkestra. Akustik ruang pun diperhitungkan sehingga penonton dapat mendengarkan suara


(14)

94

musik yang benar-benar maksimal, penonton dapat mendengarkan natural sound tanpa menggunakan alat pengeras suara. Akustik yang memenuhi standar ini diperoleh dari perpaduan bentuk dan material yang digunakan, sehingga suara dapat tersebar ke seluruh ruangan dengan baik dan seimbang.

Efek-efek dramatis ditampilkan lewat pencahayaan, yang banyak menggunakan hidden lamp dan spot light. Terutama untuk bagian auditorium sehingga ketika pagelaran sedang berlangsung, kesan dramatis dapat dirasakan oleh penonton lewat pencahayaan yang diatur sedemikian rupa. Efek dramatis dapat membuat para penonton lebih menghayati musik yang sednag dimainkan.


(15)

32

DAFTAR PUSTAKA

Gon, Harry, cs. Kombinasi Warna. PT. Gramedia. Jakarta, 2004 Irma. Tabloid Ruma edisi 79. IV/07Februari – 20 Februari 2006. Desain Tata Cahaya. PT. Gramedia. Jakarta, 2005.


(1)

memiliki fokus yang terarah.

Tolak ukur seorang dapat bermain musik dengan handal adalah dengan memainkan musik klasik. Musik klasik adalah musik yang memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Orang yang berbakat pun harus berusaha keras untuk dapat memainkan musik klasik dengan mahir.

Keterbatasan akustik pada ruang konser juga menjadi salah satu masalah utama dalam sebuah pertunjukan musik. Akustik ruang mempunyai pengaruh yang jelas pada berbagai tahap proses musik, yaitu pada komposisi, pada pagelaran (produksi) dan pada pendengaran. Hal yang diharapkan dari sebuah ruang musik adalah pendengar dapat mendengar natural sound dari alat musik. Karena itu suara dari panggung pemusik harus dapat terdengar sampai ke telinga penonton melalui pantulan-pantulan dari material ruangan.

Pada orkestra, bunyi dari semua alat musik harus terdengar dan mudah dibedakan. Bila tiap bunyi dari instrument yang berbeda dimainkan secara serentak dalam suatu orkestra mudah dibedakan, maka ruang dapat dikatakan memiliki ketegasan atau kejelasan (definition of clarity). Dari suara yang paling keras sampai suara bass ganda dan harpa yang relatif lemah harus dapat terdengar.

Ruang konser yang bertaraf Internasional di Indonesia sangat minim, contohnya JPCC Plenary Hall, itupun akustiknya kurang memenuhi syarat. Karena hal tersebutlah penulis ingin memberikan sumbangsihnya dengan membuat perancangan Gedung Konser Musik Klasik bertaraf Internasional di Indonesia sebagai sarana untuk memotivasi para musikus untuk berkarya sebaik mungkin.


(2)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka ada beberapa permasalahan yang muncul mengenai :

1. Bagaimanakah menerapkan tema “Inspiring Memory from The Past” pada perancangan ini?

2. Bagaimanakah merancang interior ruang konser klasik yang ergonomis dan memiliki akustik ruang yang baik?

3. Bagaimana menerapkan konsep gaya modern baroque pada perancangan ruang konser musik klasik?

4. Bagaimana menerapkan citra penghayatan yang dramatis?

1.3Tujuan Perancangan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan perancangan gedung konser adalah :

1. Dapat menerapkan tema “Inspiring Memory from The Past” pada perancangan interior ruang konser musik klasik.

2. Bisa merancang ruang konser musik dengan ergonomis dan memiliki akustik ruang yang baik.

3. Dapat menerapkan gaya modern baroque pada ruang konser musik ini, sehingga pengunjung dapat merasakan keadaan pada masa tersebut.

4. Dapat menerapkan suasana dramatis yang nyaman untuk para pengunjung.


(3)

BAB I Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, ide/gagasan konsep, identifikasi masalah, tujuan perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II Studi Literature mengenai perancangan gedung konser musik, musik klasik, ciri-ciri gaya baroque, dan akustik ruangan.

BAB III Deskripsi Obyek studi yang meliputi ide dan konsep perancangan pada obyek studi, studi image, analisis tapak, analisa kebutuhan ruang, programming, kedekatan ruang, besaran ruang, serta zoning dan blocking.


(4)

BAB V

SIMPULAN

Interior perancangan auditorium musik klasik ini menerapkan gaya klasik Baroque pada perancangannya. Horizontalisme dan simitrisme juga diterapkan pada bangunan ini, dengan pusat nya adalah bagian yang paling penting dari bangunan, yaitu ruang konser sesuai dengan konsep yang telah dijelaskan sebelumnya. Penerapan gaya klasik terlihat di seluruh bagian interior perancangan sehingga membuat para pengunjung dapat merasakan suasana pada jaman klasik.

Pada auditoriumnya, mengambil insiprasi dari pemusik ternama jaman Baroque, yaitu Johann Sebastian Bach. Perancangan auditorium musik klasik ini dirancang berdasarkan penggambaran ciri-ciri musik dari Johann Sebastian Bach.

Selain itu, pada auditorium musik klasik ini standar ergonomi diterapkan, sehingga penonton akan merasa nyaman ketika menonton pertunjukan orkestra. Akustik ruang pun diperhitungkan sehingga penonton dapat mendengarkan suara


(5)

tanpa menggunakan alat pengeras suara. Akustik yang memenuhi standar ini diperoleh dari perpaduan bentuk dan material yang digunakan, sehingga suara dapat tersebar ke seluruh ruangan dengan baik dan seimbang.

Efek-efek dramatis ditampilkan lewat pencahayaan, yang banyak menggunakan hidden lamp dan spot light. Terutama untuk bagian auditorium sehingga ketika pagelaran sedang berlangsung, kesan dramatis dapat dirasakan oleh penonton lewat pencahayaan yang diatur sedemikian rupa. Efek dramatis dapat membuat para penonton lebih menghayati musik yang sednag dimainkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Gon, Harry, cs. Kombinasi Warna. PT. Gramedia. Jakarta, 2004 Irma. Tabloid Ruma edisi 79. IV/07Februari – 20 Februari 2006. Desain Tata Cahaya. PT. Gramedia. Jakarta, 2005.