Medan Concert Hall (Akustik Arsitektural)

(1)

MEDAN CONCERT HALL

( AKUSTIK ARSITEKTURAL )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2008/2009

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

OCTANIA LITA CAROLINA SIMATUPANG

040406022

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A 2009


(2)

MEDAN CONCERT HALL

( AKUSTIK ARSITEKTURAL )

Oleh :

OCTANIA LITA CAROLINA SIMATUPANG 04 0406 022

Medan, Juni 2009

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT NIP. 132 206 820

Ir. M. Vinky Rahman, MT. Pembimbing I

Ir. Basaria Talarosha, MT. Pembimbing II


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR

(SHP2A)

Nama : Octania Lita Carolina Simatupang

NIM : 04 0406 022

Judul Proyek Tugas Akhir : Medan Concert Hall

Tema : Akustik Arsitektural

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing

I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5.

Medan, 13 Juni 2009

Nilai Akhir A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT

Koordinator TGA-490,


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan kasih sayang yang selalu dilimpahkanNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir saya dengan baik.

Saya menyadari masih banyak kekurangan yang saya lakukan dalam penyelesaian skripsi ini, namun saya tetap bersyukur jika skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya.

Banyak hal yang dirasakan setelah satu semester melalui proses Tugas Akhir ini, dan saya tidak melaluinya sendiri, karena Tuhan menyediakan orang-orang yang mendukung saya untuk dapat meyelesaikan Tugas Akhir saya ini. Karena itu saya mengucapkan terimakasih saya kepada :

Kedua orangtua saya L. Simatupang dan R. Situmorang serta kak Grace, Frank, dan Rakhel, atas semua cinta, doa dukungan dan semangat yang selalu mereka berikan selama ini serta semua anggota keluarga saya yang selalu mendukung dan memperhatikan saya.

Bapak Ir. M. Vinky Rahman, MT. sebagai Dosen Pembimbing I atas segala

bimbingan, semangat, dukungan,waktu juga buat setiap masukan dan apresiasi yang diberikan kepada saya sehingga saya lebih bersemangat dalam mengerjakan Tugas Akhir saya ini.

Ibu Basaria Talarosha, MT. sebagai Dosen Pembimbing II atas segala dukungan,

waktu, saran dan masukan yang sangat berarti buat saya dalam mengerjakan Tugas Akhir saya ini.

Bapak Rudolf Sitorus dan Bapak Imam Faisal Pane, MT. sebagai Dosen Penguji

saya atas segala saran dan masukan dan dukungan dalam pengerjaan Tugas Akhir saya ini.

Bapak Ir. Dwi Lindarto H, MT sebagai Ketua Jurusan Departemen Arsitektur dan Koordinator Tugas Akhir.

• Sahabatku Chaterine Sitorus, SE. Terimakasih buat doa, cinta dan semangat serta dukungan yang kamu berikan, juga buat waktu yang kita lewati bersama-sama selama ini.


(5)

• Lidya Sitorus, yang menemaniku dan memberikan semangat dalam melakukan survey... Thanks for everything you’ve done and gived to me. Buat Ruth dan Melve, yang selalu memberikan semangat dan doa yang tak henti-hentinya.

• Rekan-rekan anggota Naposo Bulung SAROHA Medan atas doanya.

• Teman-teman satu kelompok sidang Tugas Akhir (Asrul, Surya, Andy, Maya, Naomi, Syukur, Purnanda, Ismat, Ula, Alwie, Iva dan Faisal), terimakasih buat kebersamaan, semangat serta suasana Tugas Akhir yang menyenangkan dalam kelompok kita.

• Teman-teman yang setia Wiwiek, Maya, Riana, Mili, Ayu, Devi, Melinda, tak akan terlupakan masa yang kita lewati bersama.

• Teman-teman peserta Tugas Akhir angkatan XXVII Semester B T.A.2008/2009, buat suasana studio Tugas Akhir yang menyenangkan, menegangkan, semuanya meninggalkan kesan yang tak terlupakan.

• Teman-teman Stambuk ’04, dan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk segala bantuan dan dukungan yang diberikan, juga buat bang Holy Idris, yang telah membantu dalam pengerjaan maket dan animasi saya.

• Adik-adikku stambuk ’05, stambuk’06 dan stambuk’07. Terima kasih untuk perhatian dan semangat yang diberikan.

• Buat semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semua dukungannya.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur.

Medan, Juni 2009

Penulis,

(Octania Lita Carolina Simatupang) NIM. 040406022


(6)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SKEMA

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. LATAR BELAKANG 1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 5

I.2.1. MAKSUD PERANCANGAN 5

1.2.2. TUJUAN PERANCANGAN 5

1.3. MASALAH PERANCANGAN 6

1.4. PENDEKATAN 6

1.5. LINGKUP/ BATASAN 6

1.6. KERANGKA BERFIKIR 7

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN 8

BAB II DESKRIPSI PROYEK 9

2.1. TERMINOLOGI JUDUL 9

2.2. LOKASI 9

2.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi 9

2.2.2. Analisis Pemilihan Lokasi 13

2.3. TINJAUAN TEORITIS 21

2.3.1. Pengertian Musik 21

2.3.2. Cara Pagelaran Musik 25

2.3.3. Perilaku Pementasan 25

2.3.4. Perkembangan Musik 27

2.3.5. Bentuk-bentuk Konser 34

2.3.6. Tinjauan Terhadap Gedung Konser 35

2.3.6.1.Perkembangan Gedung Konser 36


(7)

2.3.6.3.Pemakai Gedung Konser 38

BAB III ELABORASI TEMA 61

3.1. PENGERTIAN TEMA 61

3.2. INTERPRETASI TEMA 61

3.2.1. TUJUAN AKUSTIK 61

3.2.2. ELEMEN AKUSTIK 62

3.3. KETERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL 66 3.4. STUDI BANDING ARSITEKTUR YANG MEMPUNYAI TEMA SEJENIS 67

BAB IV ANALISA 79

4.1. ANALISA EKSISTING 79

4.1.1 Analisa Lokasi 79

4.1.2 Kondisi Eksisting Lahan 80

4.1.3 Tata Guna Lahan 81

4.2. ANALISA OTENSI DAN KONDISI SITE 88

4.2.1 Analisa Sirkulasi 88

4.2.2 Analisa Pencapaian 90

4.2.3 Analisa View 94

4.2.4 Analisa Vegetasi dan Matahari 96

4.3. ANALISA BANGUNAN 99

4.3.1. Bentuk 99

4.3.2. Orientasi dan View 99

4.3.3. Sirkulasi dan Penzoningan 101

4.3.4. Struktur 105

4.3.5. Struktur 108

4.4. ANALISA FUNGSIONAL 119

4.4.1. Analisa Ruang 119

4.4.2. Perilaku dan Kegiatan 121

4.4.3. Kebutuhan Ruang 125

BAB V KONSEP PERANCANGAN 130

5.1. KONSEP PERANCANGAN TAPAK 130

5.1.1. Zoning dan Tata Ruang Luar 130

5.1.2. Gubahan Massa 131

5.1.3. Pencapaian dan Sirkulasi 131


(8)

5.2.2. Konsep Struktur 134

5.3. PERANCANGAN ARSITEKTUR 137

5.3.1. Hasil Rancangan 137

5.3.2. Foto-Foto Maket 173


(9)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. ALTERNATIF SITE 13

GAMBAR 2 BATAS LOKASI ALTERNATIF 1 14

GAMBAR 3 BATAS LOKASI ALTERNATIF 2 15

GAMBAR 4 BATAS LOKASI ALTERNATIF 3 16

GAMBAR 5 BATAS LOKASI ALTERNATIF 4 17

GAMBAR 6 PETA LOKASI 21

GAMBAR 7BENTUK-BENTUK PANGGUNG GEDUNG KONSER 37

GAMBAR 8 BENTUK AUDITORIUM 37

GAMBAR 9 AUDITORIUM BENTUK TAPAL KUDA 38

GAMBAR 10 ORIENTAL ART CENTER 54

GAMBAR 11 WALT DISNEY 55

GAMBAR 12 TAMPAK WALT DISNEY 56

GAMBAR 13 ESPLANADE 58

GAMBAR 14 INTERIOR ESPLANADE 58

GAMBAR 15 ATAP ESPLANADE 58

GAMBAR 16 ROME AUDITORIUM 59

GAMBAR 17EKSTERIOR ROME AUDITORIUM 59

GAMBAR 18 INTERIOR ROME AUDITORIUM 60

GAMBAR 19 POTONGAN PERSPEKTIF ROME AUDITORIUM 60

GAMBAR 20 BENTUK-BENTUK RUANG 64

GAMBAR 21 PENEMPATAN TEMPAT DUDUK 64

GAMBAR 22 DINDING DAN PERMUKAAN LANGIT-LANGIT 65

GAMBAR 23 THE NATIONAL CONCERT HALL 68

GAMBAR 24 PENCAHAYAAN RUANGAN 69

GAMBAR 25 ROY THOMSON HALL 70

GAMBAR 26 DENAH ROY THOMSON HALL 70

GAMBAR 27 EKSTERIOR DAN FOTO UDARA 71

GAMBAR 28 INTERIOR AUDITORIUM 72

GAMBAR 29 LOBBY ROY THOMSON HALL 73

GAMBAR 30 SHENZHEN CONCERT HALL 74


(10)

GAMBAR 33 PASIR ISIAN KAYU 78

GAMBAR 34 PLAFON THE SIBELIUS CONGRESS 79

GAMBAR 35 ANALISA LOKASI SITE 80

GAMBAR 36 ANALISA KONDISI SEKITAR SITE 81

GAMBAR 37 PETA TATA GUNA LAHAN 82

GAMBAR 38 MASSA BANGUNAN 82

GAMBAR 39 PERUNTUKKAN LAHAN 83

GAMBAR 40 ANALISA BATAS SITE 84

GAMBAR 45 ANALISA SIRKULASI SEKITAR SITE 95

GAMBAR 46 ANALISA SIRKULASI PEJALAN KAKI 95

GAMBAR 47 ANALISA PENCAPAIAN KE SITE 96

GAMBAR 48 PENEMPATAN ENTRANCE 97

GAMBAR 49 ANALISA VIEW 98

GAMBAR 50 ANALISA VIEW 112

GAMBAR 51 KONSEP VIEW VERTIKAL 117

GAMBAR 52 ANALISA VEGETASI 118

GAMBAR 53 ANALISA KEBISINGAN 118

GAMBAR 54 PENANGANAN KEBISINGAN 119

GAMBAR 55 BAGAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN 112

GAMBAR 56 BAGAN SISTEM LISTRIK 114

GAMBAR 57 SISTEM DINDING GANDA PADA AUDITORIUM 117

GAMBAR 58 SISTEM DINDING BELAKANG PANGGUNG 118

GAMBAR 59 SISTEM PLAFON BERTRA 118

GAMBAR 60 SKEMA KEDALAMAN BALKON 119

GAMBAR 61 DINDING DAN TATA RUANG LUAR 130

GAMBAR 62 GUBAHAN MASSA 131

GAMBAR 63 PENCAPAIAN 131

GAMBAR 64 PENCAPAIAN 132

GAMBAR 65 SIRKULASI KENDARAAN 132

GAMBAR 67 PONDASI 134

GAMBAR 68 DINDING 135

GAMBAR 69 KOLOM 135


(11)

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL 1. PRESENTASE JUMLAH PECINTA SENI DI MEDAN 1

TABEL 2. PRESENTASE JUMLAH PECINTA SENI DI MEDAN 1

TABEL 3 PROPORSI PENDUDUK 2

TABEL 4. PENGELUARAN PENDUDUK 2

TABEL 5.KRITERIA PEMILIHAN LAHAN 4

TABEL 6. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH 10

TABEL 7. KRITERIA PEMILIHAN LOKASI 11

TABEL 12. KELOMPOK RUANG KONSER 19

TABEL 13 FASILITAS PENDUKUNG 45

TABEL 14. TABEL PENGELOLA 45

TABEL 15. HUBUNGAN WAKTU DENGUNG 46

TABEL 16. KETERANGAN ANALISA SIRKULASI PEJALAN KAKI 49

TABEL 17. KETERANGAN ANALISA PENCAPAIAN KE SITE 89

TABEL 18. ANALISA PENCAPAIAN TERHADAP INTI KOTA 91

TABEL 19. JENIS ANGKUTAN KOTA 92

TABEL 20. KETERANGAN PENEMPATAN ENTRANCE 92

TABEL 21. KETERANGAN ANALISA VIEW KE LUAR SITE 93

TABEL 22. KETERANGAN VEGETASI 94

TABEL 23. KETERANGAN ANALISA KEBISINGAN 96

TABEL 24. DESKRIPSI PENANGANAN KEBISINGAN 98

TABEL 25. PERBANDINGAN BENTUK DASAR BANGUNAN 98

TABEL 26. JENIS SIRKULASI 100

TABEL 27. JENIS SIRKULASI PAMERAN 102

TABEL 28. PEMBAGIAN ZONA BANGUNAN 103

TABEL 29. STRUKTUR ATAS 105

TABEL 30. STRUKTUR BAWAH 106

TABEL 31. BAHAN STRUKTUR 107

TABEL 32. BAHAN BANGUNAN 108

TABEL 33. ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR 116

TABEL 34. TABEL KEGIATAN 123

TABEL35. TABEL FASILITAS PENDUKUNG 124


(13)

TABEL 37. TABEL JADWAL KONSER 126


(14)

DAFTAR SKEMA

SKEMA 1. SKEMA PIMPINAN 119

SKEMA 2. SKEMA KARYAWAN 120

SKEMA3. SKEMA PENGUNJUNG 120

SKEMA 4. SKEMA PEMAIN 121


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Perkembangan musik di dunia, maju dengan sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar dan berarti terhadap masyarakat karena dianggap turut meringankan beban hidup sehari-hari. Dari sekian banyak cabang seni, yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah seni musik. Demikian juga di Indonesia khususnya di Medan. Bukti berkembangnya musik di kota Medan dapat dilihat dari banyaknya pecinta musik di kota Medan sekitarnya. Banyaknya ajang pencari bakat yang melaksanakan seleksinya di kota Medan seperti Indonesian Idol, AFI, KDI, serta banyaknya minat anak-anak usia dini untuk menekuni pelatihan musik di tempat-tempat pelatihan musik seperti Yamaha, Era Musika, Cantabile, Farabi, Medan Musik, dll.

Berdasarkan data statistik dari Direktorat Kesenian Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film, seni musik ada di peringkat pertama terbanyak dalam jenis kesenian yang paling sering dilakukan.

Tabel 1. Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan

Gol. Umur

Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan

Jumlah Seni

Musik

Seni Tari

Seni Teater

Seni Pahat

Seni Lukis

Seni Wayang

Seni Lainnya

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10-14 37.98 53.62 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100% 15-19 40.23 44.83 6.90 2.30 1.15 1.15 3.45 100% 20-24 53.62 33.33 5.80 0.00 0.00 0.00 7.25 100% 25-29 59.32 25.42 5.08 0.00 0.00 0.00 10.17 100% 30-64 60.12 17.34 6.36 0.00 0.58 6.94 8.67 100% 65+ 66.67 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33.33 100%

Jlh 51.96 31.30 5.22 0.43 0.43 3.04 7.31 100%

Dapat juga dilihat dari data statistik BPS, Susenas Modul 2006 mengenai proporsi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melakukan pertunjukan kesenian selama tiga bulan Sumber : Direktorat Kesenian Ditjen. NBSF


(16)

Tabel 2. Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan

Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Jenis Kesenian Seni Musik Seni Tari Seni Drama Seni Patung Seni Lukis Seni kerajina n Seni Lainnya Perkotaan

Laki-laki 24.3 50.7 5.4 10.5 2.1 11.1 6.2 Perempuan

Laki-laki + perempuan

36.4 30.3 39.3 45.0 6.1 5.7 8.3 9.4 2.1 2.1 9.5 10.3 7.6 6.9 Pedesaan

Laki-laki 34.3 33.6 3.3 7.2 1.1 10.6 7.5 Perempuan

Laki-laki + perempuan

35.7 35.0 31.3 31.3 2.9 2.9 7.0 7.1 0.7 0.9 12.1 11.3 7.0 7.2 Kota dan desa

Laki-laki Perempuan

Laki-laki + perempuan

29.6 36.0 32.8 41.6 35.1 38.4 4.2 4.4 4.3 8.8 7.6 8.2 1.6 1.3 1.4 10.8 10.9 10.8 6.9 7.3 7.1

Berdasarkan data statistik dari BPS, Susenas Modul 2006, proporsi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang menonton pertunjukan kesenian selama tahun 2006 menurut provinsi dan jenis kesenian yang ditonton, seni musik yang paling banyak ditonton oleh penduduk di Indonesia.

Tabel 3. Proporsi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang menonton pertunjukan kesenian selama tahun 2006 menurut provinsi dan jenis kesenian yang ditonton.

Provinsi Seni Tari/ Joget Seni Musik/ Suara Seni Drama/ Pedalangan Seni Lukis Seni Patung Seni Kerajinan Lainnya Nanggroe Aceh Darusalam

59.88 69.58 21.98 2.40 1.15 7.58 6.81

Sumatera Utara

31.36 78.78 6.39 0.20 0.14 0.95 4.22

Sumatera Barat

36.56 85.55 17.63 1.45 0.58 1.88 14.45

Riau 30.28 89.20 19.47 11.43 2.51 11.06 12.81


(17)

Sumatera Selatan

42.23 86.41 14.93 8.45 6.49 6.73 9.30

Bengkulu 32.61 95.67 2.94 0.77 0.15 2.32 0.77

Lampung 73.73 88.14 10.04 0.0.47 0.47 0.61 1.28

Bangka Belitung

28.85 85.80 7.10 1.96 1.36 4.83 1.96

Kepulauan Riau

83.12 61.04 3.90 - - 5.19 -

DKI Jakarta

- - - -

Jawa Barat 55.30 80.44 20.53 1.47 0.30 1.42 2.84

Jawa Tengah

46.45 76.11 31.39 0.75 0.12 0.69 4.15

D.I. Jogjakarta

49.19 52.76 50.38 1.63 0.33 2.17 1.41

Jawa Timur

60.22 70.73 18.91 1.43 0.10 2.00 3.77

Banten 58.21 88.78 10.73 7.48 1.14 6.18 1.95

Bali 82.23 34.76 34.76 6.95 4.50 11.25 7.16

Nusa Tenggara Barat

43.01 62.11 30.61 0.89 0.89 1.97 8.07

Nusa Tenggara Timur

77.25 47.90 5.19 - 0.20 2.59 1.60

Kalimantan Barat

54.14 82.58 11.96 6.92 5.47 8.11 11.87

Kalimantan Tengah

57.57 91.28 2.52 2.06 - 2.29 2.29

Kalimantan Selatan

33.38 85.18 13.53 0.77 0.64 2.84 5.93

Kalimantan Timur

62.12 64.62 19.22 1.39 0.84 4.74 2.23

Sulawesi Utara

66.25 85.48 1.61 1.61 - 6.45 1.61

Sulawesi Tengah

47.76 88.83 13.25 - 0.26 2.34 4.94


(18)

Selatan Sulawesi Tenggara

86.85 45.93 12.32 1.67 0.21 3.55 7.93

Gorontalo 66.25 91.69 13.60 0.50 - 0.76 3.02

Sulawesi Barat

47.76 91.82 20.58 0.79 0.26 3.43 8.71

Maluku 50.44 42.92 4.87 2.65 0.88 5.31 4.42

Maluku Utara

92.86 7.14 - - - 1.90 0.48

Irian Jaya barat

56.98 57.56 0.58 0.58 - 0.58 1.16

Papua 25.26 49.82 4.56 7.37 2.46 9.82 2.81

Indonesia 50.34 76.98 17.95 2.26 0.88 2.86 4.62

Berdasarkan data statistik dari Direktorat Kesenian Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film, seni musik ada di peringkat pertama terbanyak dalam jumlah seniman dan organisasi kesenian.

Tabel 4. Pengeluaran Penduduk Kota Medan untuk Kegiatan Seni Gol. Rata-rata

pengeluaran rumah tangga/bln (Rp)

Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan

JUMLAH Seni MUSIK Seni TARI Seni TEAT ER Seni PAHAT Seni LUKIS Seni WAYA NG Seni LAINNYA

<30.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100% 30.000-39.999 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100% 40.000-49.999 25.00 50.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100% 50.000-74.999 33.33 19.44 11.11 0.00 0.00 16.67 19.44 100% 75.000-99.999 41.88 22.22 4.27 1.71 0.00 19.66 10.26 100% 100.000-149.999 45.24 21.55 6.02 0.19 0.00 16.70 10.29 100% 150.000-199.999 57.06 17.15 6.72 1.27 0.14 10.43 8.23 100% 200.000-299.999 63.39 16.95 4.80 0.40 0.08 7.03 7.35 100% 300.000-399.999 55.24 24.37 6.04 1.78 0.18 4.26 7.64 100% 400.000-499.999 53.39 21.53 7.96 0.88 0.59 4.72 10.91 100% >500.000 51.04 22.17 5.54 3.00 0.92 4.16 13.16 100%


(19)

Meningkatnya minat masyarakat akan kesenian musik perlu ditunjang dengan sarana berupa gedung khusus untuk dan mengolah kesenian musik. Karena sampai saat ini di kota Medan belum ada wadah yang khusus direncanakan untuk pagelaran kesenian musik. Juga meningkatnya hubungan internasional dalam era globalisasi yang melibatkan seni musik sebagai salah satu materi dalam rangka misi pertukaran kesenian antar bangsa, sehingga perlu dilengkapi dengan sarana yang memadai.

Kota Medan juga secara geografis dekat dengan Singapura dan Kuala Lumpur mulai dilirik produser-produser musik sebagai tempat konser. Hal ini karena kota Medan lebih dekat dengan Singapura dan Kuala Lumpur, serta kondisi keamanan di Kota Medan yang relatif lebih aman. Kondisi ini menunjukkan indikasi yang sangat positif di masa yang akan datang, dimana kota Medan akan menjadi salah satu kawasan yang penting dalam kegiatan seni pertunjukan terutama pertunjukan konser musik. Oleh karena itu dibutuhkan fasilitas gedung konser musik yang memenuhi syarat sebagai gedung konser musik.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1 Maksud Perancangan

Maksud dari perancangan gedung konser ini adalah:

- Merancang fasilitas publik yang dapat mewadahi pertunjukan musik dan kegiatan apresiasi musik yang memiliki kualitas akustik ruang yang baik.

- Menciptakan fasilitas yang saling mendukung sebagai pusat kegiatan musik, yaitu auditorium sebagai fasilitas utama, fasilitas komersial seperti studio latihan, ritel, serta fasilitas penunjang, dll.

- Menciptakan suatu gubahan ruang yang tidak hanya mendukung optimalisasi fungsi-fungsi dalamnya, tetapi menarik juga dari segi estetis, serta mampu memenuhi persyaratan teknis akustik untuk pertunjukan musik.

- Mampu menambah pemasukan daerah dengan diadakannya konser musik yang berasal dari luar daerah maupun mancanegara.

1.2.2 Tujuan Perancangan

- Memberikan image baru bagi kota dengan aktivitas kegiatan musik.


(20)

- Menciptakan suatu karya bangunan arsitek yang mampu menjawab tantangan perkembangan dan persaingan dengan negara lain dalam bidang musik.

1.3. MASALAH PERANCANGAN

- Bagaimana pendekatan perancangan terhadap akustik ruang agar gedung yang direncanakan memenuhi persyaratan bagi pertunjukan musik.

- Bagaimana agar citra bangunan gedung konser musik ini bentuk dan penampilannya dapat mencerminkan kegiatan di dalamnya.

- Bagaimana merencanakan panggung dan area audience yang memenuhi standart. - Bagaimana memanfaatkan lahan yang ada untuk seluruh bangunan serta

fasilitas-fasilitas yang direncanakan.

- Bagaimana agar keberadaan bangunan tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap urban design.

1.4. PENDEKATAN

Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam proses pengembangan konsep dan perancangan antara lain :

 Studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan bahan literatur yang sesuai dengan materi laporan untuk memperkuat fakta secara ilmiah.

 Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis yang mendukung proses perencanaan dan perancangan yang diperoleh dari buku, majalah, internet, ataupun survei lapangan.

1.5. LINGKUP/ BATASAN

Lingkup kajian tugas akhir ini meliputi perencanaan sebuah gedung konser dengan lingkup batasan wilayah kotamadya Medan dengan fasilitas yang mendukung fungsi, arsitektural, dan potensi lingkungan tapak.

Dalam tugas akhir ini lingkup yang akan dibahas seluruh aspek fisik dan perancangan kasus proyek bangunan, yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan, pembentukan ruang dan arus sirkulasi dalam dan luar bangunan pada lokasi tapak perancangan.


(21)

1.6. KERANGKA BERFIKIR

LATAR BELAKANG • Kebutuhan pusat

rekreasi semakin meningkat

• Tidak ada sarana pertunjukan musik yang memadai

Maksud & Tujuan

- Merancang fasilitas publik yang dapat mewadahi pertunjukan musik dan kegiatan apresiasi musik yang memiliki kualitas akustik ruang yang baik.

- Menjadikan kawasan tersebut sebagai suatu pusat komunitas dan rekreasi dimana masyarakat penggemar musik dapat saling

bersosialisasi dan berinteraksi. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN - Perancangan terhadap akustik ruang agar memenuhi persyaratan bagi pertunjukan musik.

- Citra bangunan gedung konser musik ini bentuk dan penampilannya dapat mencerminkan kegiatan di dalamnya.

- panggung dan area audience yang memenuhi standart.

- lahan yang ada untuk seluruh bangunan serta fasilitas-fasilitas yang direncanakan. - Keberadaan bangunan tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap urban design.

DESKRIPSI PROYEK : • Kasus proyek

• Tema

• Keterkaitan tema dengan kasus proyek

• Status proyek

• Lokasi

• Luas lahan

• Luas bangunan

TINJAUAN LITERATUR

Tinjauan literature mengenai tema dan kasus proyek

STUDI BANDING

Studi banding proyek dan tema sejenis

ANALISA TAPAK • Lokasi

• Kondisi dan potensi lingkungan

• View

• Sirkulasi dan pencapaian

• OrientasiKarakteristik lingkungan binaan

ANALISA BANGUNAN • Organisasi ruang

• Pemakai dan aktivitas

• Bentuk massa bangunan

• Pemilihan system struktur

• Mekanikal / elektrikal

• Sirkulasi ruang dalam

ANALISA SOSIAL, EKONOMI & BUDAYA • Kepadatan penduduk

• Pemakai dan aktivitas

• Tingkat pendapatan & ketertarikan pengunjung

KONSEP RUANG LUAR

• Zoning

• Pencapaian

• Sirkulasi / parker

• Gubahan massa

• Tata hijau

• View

KONSEP RUANG DALAM

• Program ruang

• Zoning

• Sirkulasi

• Sistem struktur & bahan

• Utilitas

• Mekanikan / elektrikal • Interior D E S A I N


(22)

1.7.SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

BAB I PENDAHULUAN

Berisi kajian tentang latar belakang kasus proyek, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan, lingkup / batasan, kerangka berfikir dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tinjauan terhadap kasus proyek secara umum berupa penjelasan mengenai judul proyek, pemilik, sumber, serta tinjauan literature yang berhubungan dengan proyek. Tentang kasus proyek secara spesifik, yaitu mengenai lokasi, luas lahan, peraturan KLB/ KDB, luas dan tinggi bangunan, tinjauan sosial, ekonomi dan kelengkapan fasilitas yang menghasilkan pemahamam untuk dasar konsep perencanaan dan perancangan seperti program kegiatan dan kebutuhan ruang serta studi banding proyek sejenis.

BAB III ELABORASI DAN PENGERTIAN TEMA

Berisi telaah dan kajian tentang pengertian/ elaborasi tema, interpretasi tema dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISA

Berisi analisis fungsional mencakup organisasi ruang, pemintakatan, program ruang, persyaratan teknis. Analisis kondisi lingkungan mencakup lokasi, kondisi dan potensi lahan, peraturan bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi dan lain-lain. Kemudian ditambahkan dengan kesimpulan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi konsep-kinsep dasar perancangan dan rencana tapak yang mencakup pemintakatan, tata letak, gubahan masa, pencapaian, hirarki ruang, sirkulasi, parkir, utilitas, tata hijau serta mengenai bangunan yang direncanakan mencakup bentuk, fungsi, sirkulasi, struktur dan konstruksi, bahan, desain interior, utilitas, pencegahan bahaya kebakaran, pentahapan bangunan, penyelesaian ruang luar, lansekap.

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR


(23)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. TERMINOLOGI JUDUL

Pengertian Medan Concert Hall secara etimologi adalah :

Medan : Medan merupakan kota metropolitan ke-3 dan merupakan pusat kegiatan di Sumatera Utara.

Concert : a musical performance in with several singers, or player, or both participate.

Hall : A large room for assembly, entertainment, etc.

Gedung : Bangunan ( rumah) untuk kantor, rapat, atau tempat pertunjukan. Konser : - pertunjukan musik di depan umum.

- Gubahan musik yang diistimewakan untuk satu unstrumen solo (biola, cello ,suling, piano dan lain-lain) diiringi oleh suatu orkes.

- pertunjukan musik di depan umum; pertunjukan oleh sekelompok pemain musik yang terjadi dari beberapa komposisi perseorangan

Sumber : http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

Medan Concert Hall adalah sebuah tempat yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pertunjukan musik di kota Medan. Jadi dengan kata lain, Medan Concert Hall adalah sebuah tempat pertunjukan musik di kota Medan, dimana hanya kesenian musik saja yang dipertunjukkan.

II.2. LOKASI

II.2.1.Kriteria Pemilihan Lokasi II.2.1.1.Kondisi Lingkungan

Letak geografis kota Medan berada pada 2o27’-2o47’ lintang utara dan 98o 35’-98o44’ bujur timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas permukaan laut. Topografi site datar (tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara 23.3o C-24.4oC dan suhu maksimum antara 30.7oC-33.2oC.


(24)

1. Medan merupakan kota metropolitan ke-3 dan merupakan pusat kegiatan di Sumatera Utara.

2. Tingkat sosial ekonomi yang cukup tinggi.

3. Diharapkan menjadi pusat kegiatan seni musik di Sumatera.

Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi bagi Medan Concert Hall :

1. Medan Concert Hall direncanakan sebagai fasilitas pelatihan yang lengkap dan bermutu yang mampu mengadakan pagelaran taraf nasional maupun internasional, sehingga ditempatkan di pusat kota.

2. Musik merupakan salah satu seni yang diminati oleh semua kalangan usia, sehingga diutamakan terletak dekat dengan fasilitas sekolah, pemukiman dan juga perkantoran.

3. Pertimbangan lokasi yang memiliki lahan yang cukup luas yang dapat menampung seluruh kebutuhan ruang dan kebutuhan parkir yang tidak mengganggu lalu lintas sekitar.

Medan Concert Hall diharapkan dapat membangkitkan minat masyarakat akan seni musik sehingga diusahakan lokasi terletak di pusat kota.

Tabel 5. Kriteria Pemilihan Lahan

No. Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap struktur kota

Berada dikawasan strategis yang merupakan daerah komersil mengingat bangunan yang dirancang memiliki fungsi komersil yang berskala kota sehingga mendukung fungsi bangunan untuk komersil dan pendidikan.

2. Wilayah Pengembangan

Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan.

3. Lingkungan Berada di lingkungan yang strategis dan memiliki fungsi eksisting yang dapat mendukung bangunan.

4. Pencapaian atau aksesibilitas

Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum, pribadi mapun pribadi.

5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fungsi komersial, community dan fungsi training.

6. Utilitas kota / lingkungan

Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai sebagai pendukung dalam lokasi site ( listrik, air, telefon, drainase, dll )


(25)

7. Status kepemilikian Ada status hak milik

8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum mungkin

9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat mengurangi cahaya yang masuk kedalam bangunan

10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.

11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilits-fasilitas yang direncanakan. ( > 1 Ha )

12. Kontur tapak / topografi

Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan.

Sumber : Time-Saver Standard for Building Types dan hasil olah data

II.2.1.1.a). Tinjauan terhadap struktur kota

Peruntukkan Lahan

Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan terdiri dari 5 WPP, beserta wilayah per WPP, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 6.Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan

WPP Cakupan Kecamatan Pusat

Pengembangan Sasaran Peruntukkan

A

1. Kec. Medan Belawan 2. Kec. Medan Marelan 3. Kec. Medan Labuhan

Belawan

Pelabuhan, industri, pemukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana

pendidikan

B Kec. Medan Deli Tanjung Mulia

Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, pemukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, dan

sarana pendidikan

C

1. Kec. Medan Timur 2. Kec. Medan perjuangan

3. Kec. Medan Tembung 4. Kec. Medan Area 5. Kec. Medan Denai 6. Kec. Medan Amplas

Aksara

Pemukiman, perdagangan, dan rekreasi, pembangunan sambungan air minum, septik

tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan

D

1. Kec. Medan Johor 2. Kec. Medan Kota 3. Kec. Medan Baru 4. Kec. Medan Maimoon

Inti Kota

Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan pemukiman, dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen,


(26)

5. Kec. Medan Polonia

E

1. Kec. Medan Barat 2. Kec. Medan Petisah 3. Kec. Medan Sunggal 4. Kec. Medan Selayang 5. Kec. Medan Tuntungan

Sei Sikambing

Kawasan pemukiman, perdagangan, dan rekreasi dengan program kegiatan sambungan

air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan

Sumber: RUTRK Medan

II.2.1.1.b). Pencapaian

Untuk gedung pertunjukan yang diharapkan akan ramai dikunjungi orang, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Mudah diakses dari tempat-tempat penting diluar site (bahkan akan lebih baik bila dapat dicapai dengan berjalan kaki), seperti hotel, terminal, bandara, pelabuhan, pusat perbelanjaan, bank, dan lain-lain. 2. Transportasi menuju dan keluar site mudah didapat.

3. Tidak berada di kawasan macet, karena dapat semakin menambah kekacauan pada lalu lintas.

II.2.1.1.c). Area Pelayanan

1. Gedung ini didirikan untuk mengakomodasi peminat seni yang ada di kota Medan yang ingin berlatih baik perorangan maupun kelompok. 2. Melayani kebutuhan masyarakat kota Medan akan fasilitas rekreasi. 3. Melayani kelompok masyarakat kota Medan golongan menengah ke

atas dengan lingkup usia 5-50 tahun.

II.2.1.1.d). Persyaratan lain :

1. Jaringan utilitas tersedia 2. Jaringan telepon tersedia.


(27)

II.2.2. Analisis Pemilihan Lokasi II.2.2.1. Alternatif Lokasi

Alternatif tersebut antara lain:

a. Alternatif I Luas lahan : ± 2.2Ha Alternatif I:

Luas Lahan : ± 2.2 Ha

Lokasi : Persimpangan jalan

Gbr. 1. Alternatif Site

Alternatif I

Alternatif IV Alternatif II


(28)

o Perintis Kemerdekaan

(Di samping kiri Universitas Nomensen)

Kecamatan : Medan Timur, yang berbatasan dengan: Sebelah Barat berbatasan dengan Medan Barat Sebelah Timur berbatasan dengan Medan Perjuangan Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Kota Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Deli

Pada tahun jiwa. Luasnya adalah 7,76 km² dan kepadatan penduduknya adalah 14.547,42 jiwa/km². Pada kecamatan Medan Timur terdapat

Jl. Perintis

Jl. Sutomo Jl. Timor

Universitas Nomensen


(29)

b. Alternatif II

Luas lahan : ± 1.63 Ha Lokasi : Persimpangan jalan

- Jawa - Gaharu

Kecamatan : Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Perjuangan berbatasan dengan:

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Deli Serdang Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Kota Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Timur dan Kecamatan Deli Serdang. Pada tahun 97.699 jiwa. Luasnya adalah 4,09 km² dan kepadatan penduduknya adalah 23.887,29 jiwa/km².

PTKAI

Stasiun

Ruko

Jl. Madura Jl. Prof.H.M.Yamin

Vihara


(30)

S. B b

Ruko

Jl. Karya Wi

Mini Market

Rumah Ti l

Sekolah P i b

Tempat j j Lahan Kosong Rumah

Ti l

c. Alternatif III

 Alternatif I : Jl. Karya Jasa Kecamatan : Medan Johor

Batas-batas : utara : jl. Lahan kosong timur : Jl. Karya April selatan : Jl. Karya Jasa barat : Karya Wisata

Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Johor dengan luas wilayahnya 12,81 KM². Kecamatan Medan Johor adalah merupakan daerah pemukiman di Kota Medan di sebelah Selatan, dan merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 108.911 Jiwa (2004).


(31)

Rumah Tinggal

Rumah Tinggal

Dinas Pendapatan Komersil Lahan Kosong

Asrama Haji Gedung kosong

Pomp Bensin Dari arah

Di Kecamatan Medan Johor ini banyak terdapat perumahan-perumahan kelas menengah dan mewah, daerah ini sangat potensial bagi para investor yang bergerak dibidang Real Estate, disamping itu juga sangat berpotensi dibidang agrobisnis dan pendidikan. Disini juga terdapat Balai Pembibitan Pertanian dan sebuah Asrama Haji yang besar dan megah dengan pelayanan hajinya setiap tahun sering mendapat penghargaan secara Nasional.

Di kecamatan ini juga sudah terdapat banyak sekolah dan perguruan tinggi swasta. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Johor ini juga terdapat beberapa industri kecil seperti Pengolahan Kopi dan Produk Minuman ringan. Juga terdapat kantor-kantor pemerintahan yang baru dan akan di bangun CBD Polonia.

d. Alternatif IV

Luas lahan : ± 2.2 Ha

Lokasi : Persimpangan jalan - Karya Jasa dan karya Budi(Samping Asrama Haji Medan)


(32)

Batas-batas :

utara : Jl. Karya Jasa/ A.H. Nasution timur : Lahankosong

selatan : Perumahan

barat : Jl.Karya Budi/ Rumah 2 lantai

Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia

Kecamatan Medan Johor dengan luas wilayahnya 12,81 KM ². Kecamatan Medan Johor adalah merupakan daerah pemukiman di Kota Medan di sebelah Selatan, dan merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 108.911 Jiwa (2004).

Di Kecamatan Medan Johor ini banyak terdapat perumahan-perumahan kelas menengah dan mewah, daerah ini sangat potensial bagi para investor yang bergerak dibidang Real Estate, disamping itu juga sangat berpotensi dibidang agrobisnis dan pendidikan. Disini juga terdapat Balai Pembibitan Pertanian dan sebuah Asrama Haji yang besar dan megah dengan pelayanan hajinya setiap tahun sering mendapat penghargaan secara Nasional dan juga terdapat Laboratorium Percobaan Pertanian

Di kecamatan ini juga sudah terdapat banyak sekolah dan perguruan tinggi swasta. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Johor ini juga terdapat beberapa industri kecil seperti Pengolahan Kopi dan Produk Minuman ringan. Juga terdapat kantor-kantor pemerintahan yang baru dan akan di bangun CBD Polonia.


(33)

II.2.2.2. Penilaian alternatif lokasi Kriteria penilaian:

4 = sangat baik, 3 = cukup baik, 2 = cukup, 1 = kurang, 0 = tidak baik Tabel 7. Kriteria Penilaian Lokasi

Kriteria Lokasi Alternatif I Jl.Perintis Kemerdekaan Alternatif II Jl.Jawa Alternatif III Jl. Karya Jasa

Alternatif IV Jl. Karya Jasa

Luas lahan (5) 2.2 Ha (4) 1.63 Ha (4) 1.6 Ha (4) 2.2 Ha Tingkatan Jalan (5) Jalan Arteri Primer

(5) Jalan Arteri Primer

(5) Jalan Arteri Primer

(5) Jalan Arteri Primer

Pencapaian ke Lokasi

(5) Mudah karena dapat diakses dari

segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum (5)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik

dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum

(5)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru

Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun

angkutan umum

(5)

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik

dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum Jangkauan terhadap Struktur kota (5) Berada dekat dengan pusat kota

dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi dan merupakan daerah pengembangan perdagangan dan rekreasi (4)

Berada dekat dengan pusat kota dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi dan

merupakan daerah pengembangan perdagangan dan

rekreasi

(4)

Berada dekat dengan pusat kota dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi

dan merupakan daerah pengembangan perdagangan dan rekreasi

(3) Berada dekat dengan pusat kota dengan kepadatan penduduk sedang dan merupakan daerah pengembangan perdagangan, komersil dan rekreasi Fungsi Pendukung sekitar lokasi (4) Perkantoran, hotel, dan universitas (5) Perkantoran, stasiun Kereta Api, dan

Kantor polisi

(5)

Perkantoran, komersil, dan universitas (5) Perumahan, asrama, dan perkantoran RUTRK (Pengemban gan (5) Sesuai (5) Sesuai (5) Sesuai (5) Sesuai


(34)

Perdagangan dan Rekreasi) Fungsi eksisting (4) Restoran, ruko (4) Lahan kosong (5) Lahan kosong (5) Lahan kosong Kontur Lahan kosong Realtif datar Realtif datar Relatif datar

Pengenalan Entrance

(5)  Mudah  Dekat dengan

persimpangan 2 jalan Berada di samping

Universitas Nommensen dan

Bank Ekonomi

(4)  Mudah  Dekat dengan

persimpangan 2 jalan

(4)  Cukup mudah  Dekat dengan persimpangan 2 jalan

(4) - Mudah - Dekat dengan persimpangan 2

jalan - Berada di sebelah kanan Asrama Haji

Medan

Total Nilai 38 36 37 36

Perinngkat 3 3 2 1

II.2.2.3. Analisis dan penetapan lokasi

Bermain musik merupakan kegiatan yang banyak diminati oleh kalangan menengah ke atas, para pelajar, ibu-ibu rumah tangga, dan juga para pekerja di usia produktif. Oleh sebab itu, musik direncanakan dekat dengan fasilitas pemukiman, fasilitas pendidikan, serta perkantoran. Sehingga mudah di jangkau dari mana saja. Serta harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, seperti ketentuan RUTRK kota Medan.

Kesimpulan :

Lokasi yang paling baik adalah pada Jalan Karya Jasa, karena terdapat di pusat permukiman penduduk, banyak terdapat perumahan, sekolah, perguruan tinggi swasta, kantor-kator pemerintahan, serta dekat dengan CBD Polonia.


(35)

a. Deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai tapak rancangan

Adapun penjelasan deskripsi proyek secara umum adalah: 1. Judul Proyek : Medan Concert Hall 2. Tema Proyek : Arsitektur Akustik 3. Lokasi Proyek : Jl. Perintis Kemerdekaan 4. Batas Site:

o Utara : Jalan Prof.H.M.Yamin

o Selatan : Jl.Printis Kemerdekaan

o Barat : Jalan Timor

o Timur : Jl.Gaharu

5. Luas Site : ± 2.2 Ha

6. Status Proyek : Fiktif

7. Pemilik Proyek : Pihak Swasta

8. Kontur : relatif datar

9. KDB : 60 %

10. KLB : 3-5 lantai

11. Bangunan eksisting : lahan kosong

b. Potensi Lahan :

o Terletak dekat dengan pusat kota

o Berada pada kawasan komersil, perkantoran, pendidikan dan rekreasi

o Berada pada hutan kota

o Transportasi lancar dan baik

o Luas site mendukung ± 2.2 Ha

o Memiliki jalur utilitas yang baik

II.3. Tinjauan Teoritis II.3.1. Pengertian Musik

Musik berasal dari bahasa Yunani, mousai, yakni sembilan dewi yang menguasai seni-seni murni dan ilmu pengetahuan. Kesembilan dewi itu adalah puteri-puteri Zeus dan Mnemosyne. Adapun nama-nama dewi itu ialah Clio (sejarah), Thalia (sandiwara gembira), Melpomene (nyanyian sedih dan sandiwara


(36)

sedih), Terpischore (tarian dan nyanyian bersama), Erato (syair rindu-dendam dan mimik), Polyhymnia (puisi), Calliope (syair kepahlawanan), Urania (ilmu bintang), dan Euterpe (musik).1

• Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya

Musik merupakan bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi tentang musik juga bermacam-macam, yaitu:

• Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik. (sumber

Musik menurut Kamus Bahasa Indonesia yang baik dan Benar di nada atau suara dl urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yg mempunyai kesatuan dan kesinambungan, nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yg menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Seni musik merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena seni berhasil mendidik manusia pada kedalaman rasa yang terlembut. Seseorang yang memiliki jiwa seni terbiasa dengan pengolahan jiwa dan pengolahan rasa humaniora. Jean Ferris, seorang psikolog mengatakan bahwa seni bagaikan cinta, yaitu lemah, mudah dihayati dan dialami lewat nada tapi bisa dijelaskan, dimengerti dan dinikmati.

Pada mulanya musik mempunyai fungsi religius kemudian pada dekade berikutnya musik merupakan karya seni yang berfungsi sebagai hiburan atau tontonan yang bisa dinikmati.

Musik tidak hanya dapat mengurangi keletihan aktivitas hidup, tetapi juga dalam hal-hal yang lain. Frances Rauscher (1986), seorang psikolog telah melakukan penelitian tentang pengaruh musik klasik pada daya intelektual melalui penelitian 79 mahasiswa. Bagi mereka yang duka mendengarkan Sonata Mozart menunjukkan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan mereka yang mendengarkan musik rock modern. Bisa disimpulkan bahwa musik klasik ternyata dapat mengubah pola penerimaan otak dan dapat merangsang IQ si pendengar.

1


(37)

• Fungsi musik :

- Sebagai media hiburan yang dimainkan untuk orang lain atau untuk kepuasan diri sendiri lewat pertunjukkan besar atau kecil.

- Sebagai media untuk mencetuskan pandangan pendirian atau perasaan sang artis dalam segi religius, sosial dan filosofi.

- Sebagai saluran untuk mengekspresikan perasaan haru, gembira, sedih atau keamarahan agar orang lain bisa ikut mengerti dan merasakan apa yang dikandung dalam sanubari individu, kelompok dan masyarakat.

- Terapi (pengobatan)

Mula-mula musik digunakan untuk penyembuhan penyakit para pasien korban perang maupun untuk para veteran perang. Namun saat ini, pemakaian musik terapi telah dilakukan dibeberapa rumah sakit di Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.

- Menambah intelegensi (kecerdasan)

- Otak kiri merupakan pusat pengendali fungsi intelektual seperti daya ingat, bahasa, logika, perhitungan, daya analisis, dan pemikiran konvergen. Otak kanan berdasarkan kepada spontanitas, pengendali fungsi mental melibatkan intuisi, sikap, emosi, hubungan ruang dan dimensi, gambar, musik dan irama, serta pikiran devergen. Musik dapat digunakan sebagai penyeimbang fungsi otak kiri dan otak kanan. Daya estetis musik, terutama musik klasik, dapat digunakan sebagai penambah IQ. Proyek semacam ini tengah giat-giatnya berkembnag di Negara Barat.

- Selain fungsi-fungsi tersebut diatas, masih ada lagi fungsi musik lainnya, diantaranya:

- Musik dapat meningkatkan produktifitas kerja. - Musik dapat merubah suasana.

Jenis-jenis musik :


(38)

a. Musik tradisional, disebut pula musik pentatonis atau nondiatonis yang mempunyai 5 nada dasar. Berikut ini adalah beberapa musik tradisional Indonesia yang sudah berhasil diinventarisir.

1. Gamelan, merupakan ensemble yang dimainkan bersama oleh beberapa orang dengan memainkan berbagai jenis alat-alat musik khas tradisional.

2. Gambang Kromong, merupakan jenis orkes yang tersusun dari perpaduan musik gamelan dengan musik barat.

3. Tarling, adalah seni musik dari sekitar Cirebon, dengan memadukan alat gitar dan seruling.

4. Kolintang, adalah musik tradisional dari Minahasa dengan instrumen yang terbuat dari kayu dimainkan oleh lebih kurang 7 orang pemain/ pemusik.

5. Angklung, adalah musik tradisional dari Jawa Barat yang seluruh bahannya terbuat dari bambu.

6. Musik Arumba, adalah musik angklung versi baru dalam bentuk orkes ditambah vibraphone dari bahan bambu dan dimainkan oleh 7 orang pemusik.

7. Keroncong, terdiri dari dua tingkatan yaitu:

• Keroncong asli, dengan susunan 6 atau 7 musik yaitu ukulele, banyo, cello, bas, gitar, biola dan flute dengan beberapa biduan yang menyanyikan lagu-lagu khas.

• Keroncong beat, yaitu musik keroncong yang telah disempurnakan dengan penambahan paduan suara dan sejumlah penyanyi. Adapun lagu-lagu yang dibawakan berirama rock atau pop.

b. Musik non tradisional, yaitu berasal dari budaya barat disebut juga musik diatonis yang memiliki 12 nada dalam beberapa jenis:

1. Musik klasik, adalah musik yang khusus diciptakan dan dipergelarkan untuk dinikmati dalam segi komposisi, gubahan lagu dan ketrampilan musisi dalam memainkan alat musik.


(39)

2. Musik pop, adalah musik yang dimainkan oleh 3-8 pemain dengan ciri khas dan gaya tersendiri, yaitu mengekspresikan beat/ gerak irama serta emosi yang disesuaikan dengan tren masa kini.

3. Musik jazz, adalah jenis musik yang dimainkan atas dasar ritme dan spontanitas perasaan yang mengahasilkan improvisasi sebagai dasar. Musik tersebut berasal dari Amerika khususnya dari negara bagian New Orleans.

4. Musik Kontemporer, adalah musik kreasi baru yang menggabungkan berbagai macam bunyi, dari sumber alam maupun alat-alat mekanik. Merupakan upaya penggabungan musik tradisional dengan musik non tradisiional. Musik kontemporer disebut juga musik elektronik, karena merupakan hasil perpaduan berbagai macam hasil rekaman bunyi-bunyian, baik bunyi yang berasal dari sumber alam maupun bunyi yang berasal dari alat-alat mekanik. (sumber : Faktor Akustik, hlm 115 )

Ditinjau dari segi menikmatinya, maka musik dapat dibedakan atas:2

1. Musik serius, yaitu musik yang diciptakan untuk dinikmati dengan penuh perhatian dan konsentrasi.

2. Musik ringan, yaitu musik yang diciptakan untuk hiburan dan dapat dinikmati dimana saja sebagai pengiring.

II.3.2. Cara Pagelaran Musik

Konser dapat digelar dalam tiga cara yaitu:3

1. Resital, yaitu pertunjukan musik dalam skala mengiring seseorang atau beberapa penyanyi. Resital dapat juga berupa pertunjukan tunggal atau soloist seperti resital biola, resital piano, dll.

2. Chamber concert, yaitu pertunjukan musik seperti jazz, pop, atau folk yang pemainnya terdiri dari 20-30 orang.

3. Choaral concert yaitu pertunjukan musik yang diiringi dengan paduan suara dimana penyanyinya dapat mencapai 200 orang.

II.3.3. Perilaku Pementasan II.3.3.1 Pementasan Aksi

2

Ibid, hlm. 70.

3


(40)

Aksi pementasan atau aksi panggung yang dilakukan oleh pemain pada pertunjukan musiknya sesuai dengan irama yang dibawakannya sehingga menciptakan suatu suasana yang lebih ekspresi dalam menyampaikan maksudnya kepada penonton. Aksi panggung yang dilakukan tiap jenis musik dapat dikelompokkan menjadi:

a. Kelompok Panggung Santai/ Tenang

Adalah aksi panggung dengan melakukan gerakan bebas tetapi tidak terlalu aktif, dan cenderung tentang pergerakannya karena musik yang dibawakannya bersifat ringan (tidak menghentak), santai, dan serius. Jenis musik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:

- Musik Pop

Karakter musik ini adalah ringan dan santai, cenderung mudah dinikmati oleh semua kalangan karena tidak membutuhkan tingkat intelektualitas yang tinggi dalam pemahamannya.

- Musik Jazz

Karakter musik ini adalah ringan dan serius. Peminat musik ini hampir sebagian besar dari kalangan tertentu saja. Hal ini disebabkan komposisi musik jazz yang rumit sehingga membutuhkan tingkat intelektualitas yang tinggi untuk memahami dan menikmatinya.

b. Aksi Panggung Semi Atraktif

Aksi panggung ini mampu menyuguhkan atraksi yang menarik sesuai dengan musik yang dibawakan. Jenis musik yang termasuk dalam kategori semi atraktif antara lain:

- Musik Blues

Merupakan akar dari semua musik. Inti dari musik ini adalah kebebasan berekspresi dan berimprovisasi.

- Musik Country

Merupakan musik pedesaan di suatu daerah di Amerika Serikat. Ciri musik ini hampir sama dengan musik blues namun perbedaannya terletak pada alat musik yang digunakan.


(41)

Kelompok musik yang melakukan aksi panggung ini memperlihatkan gerakan yang tidak terbatas. Jenis musik yang masuk kategori ini antara lain:

- Musik Disco - Musik Rock

II.3.4. Perkembangan Musik

II.3.4.1. Perkembangan Musik di Indonesia

Musik di Indonesia sudah dirintis jauh sebelum Raja Erlangga dari abad ke-11 dan mulai mengalami perkembangan yang pesat sejak Agama Kristen masuk ke Indonesia yaitu sekitar 450 tahun yang lalu. Kemudian dilanjutkan dengan masuknya pengaruh dari bangsa-bangsa yang pernah tinggal di Indonesia seperti: Portugis, Inggris, Cina, India dan arab yang datang silih berganti.

Sebelum tahun 1966, musik di Indonesia masih merupakan karya seni untuk hiburan atau tontonan yang segalanya serba terbatas. Hal ini disebabkan karena media elektronika sebagai siaran untuk penyiaran belum menjadi kebutuhan komersial, sehingga pengembangannya hanya dilakukan melalui media massa dan cetak saja. Idealisme masyarakat berkembang terhadap pengaruh kebudayaan asing tetapi mendapat pelarangan dari golongan tertentu mengenai jenis musik yang datang dari luar. Pada saat itu hanya ditujukan pada orang asing sedang bagi umum tidak bisa dibatasi karena adanya perangkat internet, email dan sebagainya yang tidak mengenal batas-batas ruang, tempat dan waktu.

Perangkat musik yang dahulu dimainkan oleh beberapa orang dengan berbagai alat bunyi-bunyian sekarang bisa dimainkan oleh satu orang saja dengan suatu alat elektronika. Penataan nada-nada disalurkan melalui elemen selular yang bisa dibawa ke mana-mana, berukuran kecil, praktis dan disimpan dalam saku. Mendengarkan musik agar tidak lagi terganggu oleh suara luar digunakan earphone yang sifatnya lebih personal. Faktor jarak, sumber penyiaran dinyatakan dalam saluran atau channel yang dengan cepat bisa diakses jenis gelombang dengan siaran musik apa yang akan dipilih. Perekaman lewat Compact Disc bentuknya semakin tipis, kecil dan elastis. Di samping perekaman juga mampu untuk menyimpan data memori yang mudah diakses pada saat


(42)

diperlukan. Penggabungan gambar dan suara dibuat dalam digital audio berupa Compact Disc dengan hasil yang sangat sempurna.

Pendengar bisa menghidupkan musik tiap saat di mobil, di taman, di rumah dan di mana saja dengan menggunakan perangkat komputer yang serba multifungsi yang juga bisa untuk digunakan sebagai alat telepon, radio, musik, multimedia, memorable, sehingga menjadikan hidup ini lebih indah. (sumber: Faktor akustik, hlm118)

Perkembangan musik dipengaruhi dan ditentukan oleh suasana sosial, ekonomi dan gaya di sekitar sang artis sehingga menimbulkan berbagai jenis musik dan irama yang berlaku pada tiap periode.

Jean Ferris membagi perkembangan musik ke dalam enam periode sebagai berikut:

1. Periode abad pertengahan (500-1450)

Merupakan periode pertama yang dipelopori oleh bangsa Yunani di mana musik dijadikan bagian dari kehidupan mereka. Periode ini dipengaruhi secara kuat oleh unsur religius dan baru pada abad ke-14 musik merupakan refleksi sosial pada saat masa urbanisasi.

2. Renaissance (1450-1600)

Pada zaman ini pengaruh agama terhadap musik berkurang karena ciri sekuler atau duniawi meningkat. Renaissance merupakan periode panjang dengan perubahan-perubahan dalam sosial, politik dan agama berhasil memberi pengaruh besar dalam dunia musik. Ciri musik saat itu yang berperan adalah Poliponi, yaitu komposisi musik dari beberapa melodi simultan yang disatukan secara bersamaan.

3. Baroque (1600-1750)

Memiliki gaya musik yang terkenal dramatis dan emosional melalui unsur dinamik yang kontras dan kebebasan irama. Sifat musiknya ireguler. Periode ini diakhiri dengan gaya Rokoko di mana sifat elegan ditambahkan di dalamnya.

4. Klasikal (1750-1820)

Memiliki gaya musik dengan pengendalian emosi, tenang, sederhana dan seimbang. Dengan pengaruh suasana abad pencerahan Prancis pada masa itu. Musik klasikal menggantikan gaya musik Barok yang emosional.


(43)

Komposer besar pada zaman itu adalah: - Wolfgang Amadeus Mozart - Ludwig Von Beethoven - Frans Joseph Hadyn 5. Romantik (1820-1900)

Ciri musik zaman Romantik adalah ungkapan cinta kepada alam dan ungkapan gambaran dari perasaan yang tidak stabil. Komposer besar di zaman itu:

Musik orkestra:

- Felix Mendelshon - Peter Illich Tchaikovsky - Franz Liszt

- Johannes Brahms Musik solo dan ansamble

- Francois Frederisk Chopin

- Schumann

- Scubert

6. Periode abad 20 (1900- sekarang)

Periode perkembangan musik yang terakhir pada saat ini diawali dengan pengaruh tiga aliran yaitu:

- impresionisme, memiliki sifat elegan, entertaining, romantis, dan dipengaruhi oleh seni barat.

- Primitivisme, memiliki sifat musik yang bersemangat - Ekspresionime, sifat emosional tinggi dari ekspresi artis.

Pada abad ke -20 musik jazz sangat dikenal secara luas dan dalam musik orkestra terdapat komposisi dengan menambahkan alat musik perkusi. (sumber:faktor akustik, hlm117)

II.3.4.2.Perkembangan musik di Kota Medan

Dalam sejarah musik negeri ini, andil musisi dari Kota Medan sebenarnya tak boleh diabaikan. Perkembangan musik dangdut (salah satu genre musik yang cukup digemari masyarakat), misalnya, tak lepas dari tradisi musikal Orkes Melayu yang berasal dari Sumatra Timur.


(44)

a. Pada awal abad ke - 20

• Pada tahun 1925 terdapat "Nalaingan Band" di Simalungun. Pada kurun waktu yang bersamaan kerap juga diselenggarakan kompetisi band, yang disebut "orkest-concours", khususnya musik kroncong dan band untuk dansa ("dans muziek") di berbagai kota di Keresidenan Sumatera Timur dan

Tapanuli. Juga, telah muncul band-band yang memainkan musik yang populer pada masa itu di istana Kesultanan Serdang, Deli dan Langkat. Bahkan di antaranya sudah rekaman di Singapura di bawah label "His Master Voice", misalnya Romulus L Tobing dari Tarutung.

• Setelah Indonesia merdeka dan Radio Republik Indonesia (RRI), banyak

muncul band dalam konteks kumpulan atau ensembel yang memainkan

lagu-lagu yang populer pada masanya, seperti lazimnya band dalam situasi sekarang. Lagu-lagu band tersebut secara reguler dipancarkan

melalui radio.

• Dari era ini muncul band "Pardolok Tolong Melody", "The Singing Blue

Band", "Orkes Sinar Medan", "Al Wardah", yang melahirkan kampiun

seperti Nahum Situmorang, Sididik Sitompul, Ismail Hutajulu, Lily Suhairy, Djaga Depari, Achmad Baqi, Taralamsjah Saragih, yang beberapa

diantaranya sudah rekaman piringan hitam ("vinyl record") di Lokananta. Termasuk juga Marihot Hutabarat dengan "Trio Marihot"


(45)

sebagai album jazz pertama di Indonesia.

• Secara historis, era musik band dan kaitannya dengan industri di atas dilanjutkan dengan generasi baru band, seperti "Rhythm Kings", "The Mercys", "The Minstrel", "Dara Kartika", "The Great Session", "Free Men", "Destroyer", "D'Sys", "Cinzano" dan sebagainya. Dari generasi inilah lahir Darma Purba, Charles Hutagalung, Reynold Panggabean, Rinto Harahap, Erwin Harahap, Jelly Tobing, Fadil

Usman, Rizaldi

Siagian, Teruna Jasa Said, Jose Tobing, Guntur Simatupang, Ayun Machruzar dan sebagainya.Pada tahun 1950-an terdapat orkes sejenis orkes melayu di antaranya, Emma Gangga, Ellya Khadam (“Si Boneka dari India”), Abdul Chalik pemimpin “Orkes Melayu Bukit Siguntang”, A Kadir pemimpin “Orkes Sinam Kemala” dan Husein Aidit pemimpin “Orkes Melayu Kenanga”. “Kontribusi Medan dan Sumatera Utara dalam musik dangdut di Indonesia memiliki posisi yang penting. Dan ini sudah dimulai sejak lama, ditandai dengan kemunculan ‘Orkes Melayu Sinar Medan’, sampai ke Pop Melayu dari ‘The Rhythm Kings’, ‘The Mercys’,”(sumber: etonomusikolog Ben M Pasaribu, seperti dikutip dari ulasan musik Global di edisi (04/5) Setelah melewati masa-masa kejayaan orkes Melayu yang kemudian disebut-sebut oleh para pengamat musik sebagai salah satu akar penting musik dangdut

• Pada tahun 1970-1980-an The Mercy’s band Medan yang mendapat posisi penting dan merupakan salah satu grupmusik legenda di negeri ini, sederetan dengan grup papan atas nasional lainnya, “Koes Plus”, “The Loyd”, “Black Brothers” maupun “Panbers”. Sayangnya, kemujuran “The Mercy’s” sepertinya hanya untuk mereka saja, bukan untuk band-band Medan generasi berikutnya. Mengikuti jejak mereka ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Ini dirasakan betul oleh band-band Medan belakangan


(46)

setelah keberhasilan “The Mercy’s” maju ke level nasional. Tengok saja misalnya nasib “Summer Blues”, yang sempat merajai panggung musik blues dan rock and di kalangan anak kampus Medan, namun gaungnya hilang entah ke mana. Nyaris tak terdengar lagi. “Sayang, mereka hanya bertahan sebentar di Jakarta,” ujar Bengbeng, gitaris “Sunset”, band Medan yang mengusung musik blues, rock’n roll, dan musik era 70-an.

• Pada tahun 1980-an fase popularitas musik pop dan hingar bingar rock. Namun, pada saat itu, rock ternyata lebih mendominasi kalangan musisi muda Medan. Rock sekaligus merajai panggung-panggung musik di Kota Medan, meski disayangkan popularitas orkes Melayu perlahan-lahan mulai pudar. “Ada image khas untuk Medan saat itu. Yaitu, siapa yang belum pernah memijak panggung musik rock di Medan, ia bukan rocker sejati,” kenang Savril Rizal, musisi Medan yang sudah melewati dan menikmati era itu. Savril adalah sahabat seperjuangan Pay “Slank” yang memiliki visi sama, yakni eksis dengan musik rock. Sayang, Savril tidak semujur Pay, yang kemudian menjadi gitaris “Slank”. Dan kini, menjadi salah satu motor BIP. Pada Era 1980-an, muncul aktivitas kompetisi band (lomba dengan menghasilkan pemenang), sedangkan pada era sebelumnya lebih ditekankan

pada semarak pertunjukan dengan berlomba-lomba kehadiran penggemar

(fans) yang banyak. Lahirlah "XOZ Band", "Session Band" (sampai sekarang masih eksis), "New Chordex", "Metallaser", "Grazy Rock Band",

"MCM" dan sebagainya yang hadir dengan ragam hard rock, heavy metal,

jazz fusion.

• Di antara mereka banyak yang sampai ke tingkat nasional untuk event


(47)

masa

inilah peranan penggiat, "promoter" atau "maecenas" (yang lazim disebut manajer) sangat penting, diantaranya, Thomas Ginting, Ayun

Machruzar, Herwin Kampusi dan lain-lain. Demikian peranan jurnalis

musik seperti Jenda Bangun, Buary Malaway, Syaiful Ishak, Bambang

Sumantri, Diurnanta Qelanaputra, Buoy Hardjo (alm) dan lain-lain.

• Sekarang ini, di saat musik populer sangat beragam dan kemudahan merekam dengan teknik digital melalui media komputer yang "indie label" lebih terbuka, band ditantang untuk bisa eksis dan menapaki tangga karis lebih terstruktur dan terprogram, dengan melihat ke belakang atas yang sudah pernah dilakukan pendahulunya dan berpikir

kreatif ke depan dengan menjadi observer yang tanggap melalui media

internet serta memperluas wawasan estetika, niscaya ketertinggalan band-band era sekarang bisa bisa terkejar.

• Sekitar tahun 1990-an, terilhami dari band-band luar, seperti Nirvana, Indie muncul menjadi sebuah alasan atau peralihan ketika sampel rekaman album mereka ditolak perusahaan rekaman besar. BEBAS berekspresi tanpa adanya interfensi dari satu pihak, itu yang mereka inginkan sebagai salah satu musisi yang mampu mewarnai dunia musik Medan mulai bermunculan dengan nama-nama yang saat ini cukup ngetop di telinga anak muda Medan. Sebut saja, Mahameru, Zogut, CB 4, Tundra, Instan, Armyclown, Foredoom, Morning Power, Cranium dan masih banyak yang lainnya. Sekarang ini, di saat musik populer sangat beragam dan kemudahan merekam dengan teknik digital melalui media komputer yang "indie label" lebih terbuka, band ditantang untuk bisa eksis dan menapaki tangga karis lebih terstruktur dan terprogram, dengan melihat ke belakang atas yang sudah pernah dilakukan pendahulunya dan


(48)

berpikir

kreatif ke depan dengan menjadi observer yang tanggap melalui media

internet serta memperluas wawasan estetika, niscaya ketertinggalan band-band era sekarang bisa bisa terkejar.

• Hal diatas menujukkan bahwa begitu tinggi antusias masyarakat kota Medan akan hadirnya konser jazz bertaraf nasional, tapi mengapa Medan tidak tersentuh jenis musik yang sedang booming ini secara nasional? Seni urban di Medan berkembang di tengah kebudayaan seni populer yang dipengaruhi oleh budaya barat. Dalam konteks itu, pelaksanaan Medan Urban Arts Festival yang diselenggarakan oleh Urban Arts Assosiates mencoba menawarkan fenomena lain dari berbagai sudut pandang garapan, teknis, dan konsep kultural. Diharapkan seni tradisi Selain itu, The Vintage juga telah mempelopori lahirnya Medan Jazz Society, yang baru saja dibentuk 26 Januari kemarin. Ini adalah wadah baru bagi penikmat jazz Medan, yang diharapkan menjadi batu loncatan perkembangan musik jazz di Medan.

II.3.5. Bentuk- Bentuk Konser

Pada permainan konser terdapat beberapa jenis penampilan: b. Shymponie

Merupakan bentuk konser yang multi movement, yaitu memiliki beberapa bagian yang masing-masing disebut movement dan dipisahkan dengan waktu istirahat atau pause. Tiap movement memiliki perbedaan tempo, suasana, materi, tema dan kadang-kadang juga dalam nada dasar.

c. Concerto

Merupakan bentuk konser multi movement yang merupakan kesatuan permainan orkestra dengan soloist.

d. Musik Program

Merupakan konser yang mengandung konotasi musikal atau arti karena bertujuan menggambarkan suatu pandangan, ide, atau kejadian melalui musik. Permainan berupa multi movement atau tidak, kepada penonton


(49)

biasanya diedari program konser, yaitu lembar deskripsi berisi informasi dan musik yang akan dimainkan. (sumber: faktor akustik, hlm43)

II.3.6. Tinjauan Terhadap Gedung Konser

Pengertian gedung adalah bangunan untuk sesuatu maksud untuk keperluan kantor, rapat, bioskop, ataupun untuk kegiatan besar lainnya yang melibatkan banyak orang. Sedangkan arti dari konser adalah pertunjukan musik. Gedung pertunjukan adalah wadah atau tempat untuk mengadakan atau menyelenggarakan pagelaran, dimana tempat tersebut harus menyediakan fasilitas, keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung. Maka gedung konser adalah suatu bangunan yang dipersiapkan untuk keperluan pertunjukan musik. Gedung ini sangat erat hubungannya dengan musik. Dimana terdapat kegiatan utama yang berlangsung, yaitu pertunjukan musik dan kegiatan-kegiatan lain berstatus debagai kegiatan penunjang. Dalam pengertian ini maka terdapat suatu fasilitas untuk mewadahi kegiatan utama yang berupa gedung atau panggung pertunjukan musik serta adanya fasilitas-fasilitas lain untuk mewadahi kegiatan-kegiatan pendukungnya.

II.3.6.1.Perkembangan Gedung Konser

Gedung konser atau lebih dikenal dengan sebutan concert hall atau gedung pagelaran musik yang kita kenal sekarang adalah hasil perkembangan dari bentuk-bentuk teater Yunani Kuno dan teater terbuka dari Romawi. Mula-mula teater digunakan sebagai tempat untuk melihat (visual), sesuai dengan namanya yang diambil dari bahasa Yunani. Teater berarti tempat untuk melihat dimana penonton berdiri di lereng bukit dan menonton gerakan-gerakan yang biasanya berupa tarian yang mengambil tempat datar dan terbuka berupa sebuah panggung jadi bukan tempat untuk mendengarkan musik. Kemudian pelataran itu berkembang menjadi daerah yang melingkar (orchestra), yang dikelilingi hampir 2/3 bagian dengan kursi penonton yang dimaksudkan untu memberikan jarak pandang yang merata, dan bangunan longitudinal yang digunakan untuk berganti pakaian, gudang, dan sebagai latar belakang.4

Teater Romawi berbeda dengan teater Yunani yang terletak pada cekungan. Tetapi dibangun sebagai unit tunggal auditorium disuatu tempat datar diluar kota.

4


(50)

Bangku-bangku yang agak melingkar mengelilingi pentas dibangun langsung dengan struktur dari pentas.

Pada perkembangan selanjutnya, orang Romawi mengubah orchestra mejadi setengah lingkaran, agar penonton lebih dekat ke pentas, serta membangun atap miring yang besar di daerah pentas dan dinding di kedua sisinya. Tindakan ini memberikan pemantulan bunyi yang berdaya guna dan menghasilkan kejelasan kata yang paling sedikit tidak mengecewakan penonon di tempat yang jauh. Ini merupakan bentuk awal yang melahirkan bentuk teater tertutup, seperti teater Olympia Academy di Vicevza, Italia (abad XVI). Setelah disadari bahwa repleksi suara dari pentas dapat menhasilkan kondisi suara yang baik, maa dinding dan kemiringannya dilengkapi dengan refleksi suara ke pengunjung, tempat duduk diperpanjang sehingga membentuk huruf ’U’ yang sangat sesuai untuk meletakkan balkon-balkon, membentuk baris-baris penonton di dinding yang sangat berguna dalam mengabsorbsi suara.

Pada abad XVIII, pengenalan bentuk kubah, pengurangan balkon yang bertumpuk dan pemakaian beton serta dinding yang keras menimbulkan kerugian akustik dari teater. Akan tetapi pada masa itu kenyamanan pandangan lebih diutamakan, sehingga persyaratan akustik diabaikan.

Kamar musik Holy Well di Oxford, Inggris,merupakan gedung konser pertama yang sudah memenuhi persyaratan visual maupun akustik. Didirikan pada pertengahan abad XVIII, dengan kapasitas pengunjung 300 orang. Bangunan ini relatif sempit tetapi mempunyai waktu dengung yang pendek, antara 1,3-1,4 detik.

Pada abad XIX, para cerdik pandai mulai menyelidiki sifat-sifat dan masalah akustik dari sebuah auditorium. Tetapi baru awal abad XX inilah para ahli fisika dan yang lain-lain mengadakan riset-riset ilmiah secara sistematis dalam akustik ruang.

II.3.6.2. Pembagian Gedung Konser Musik

Berdasarkan bentuk panggung gedung konser terdiri dari beberapa bentuk antara lain panggung proscenium, teater terbuka, pentas arena, pentas ujung terbuka, pentas transverse dan pentas in the round.


(51)

Selain itu bentuk lantai pada gedung pertunjukan musik dapat digolongkan menjadi empat bagian antara lain: lantai segi empat, lantai melengkung, lantai tapal kuda, dan lantai tak beraturan.

Gbr 7. Bentuk-bentuk panggung gedung konser

Gbr 8. bentuk audirotium bentuk persegi empat dan bentuk kipas


(52)

II.3.6.3 Pemakai Gedung Konser

1. Seniman/ Pemusik

Seniman atau pemusik adalah orang yang berkepentingan langsung untuk melakukan pementasan atau mempertunjukan kemampuan dan keterampilan dalam bidang musik yang merupakan penciptaan ide dan kreasi musik sebagai salah satu upaya dalam bentuk berkomunikasi juga menghibur masyarakat

2. Masyarakat/ Penikmat Musik

Masyarakat atau penikmat musik berasal dari kalangan umum atau dari kalangan tertentu yang bertujuan untuk berapresiasi terhadap musik (contoh: pencari bakat, produser, manager band, dll) maupun bertujuan sekedar mencari hiburan atau rekreasi.

3. Pengelola

Pengelola adalah kelompok tertentu yang mengelola gedung pertunjukan musik, baik dalam acara pertunjukannya maupun dalam hal perawatan terhadap bangunan itu sendiri.

4. Penyelenggara

Penyelenggara adalah badan atau kelompok tertentu yang menyelenggarakan acara pementasan dalam gedung pertunjukan musik, contoh E.O (Event Organiger).


(53)

A. Jenis Kegiatan dan Ruang TINJAUAN FUNGSI

a. Deskripsi pengguna dan kegiatan Pengguna Gedung Konser

1. Seniman/ Pemusik

Seniman atau pemusik adalah orang yang berkepentingan langsung untuk melakukan pementasan atau mempertunjukan kemampuan dan keterampilan dalam bidang musik yang merupakan penciptaan ide dan kreasi musik sebagai salah satu upaya dalam bentuk berkomunikasi juga menghibur masyarakat.

2. Masyarakat/ Penikmat Musik

Masyarakat atau penikmat musik berasal dari kalangan umum atau dari kalangan tertentu yang bertujuan untuk berapresiasi terhadap musik (contoh: pencari bakat, produser, manager band, dll) maupun bertujuan sekedar mencari hiburan atau rekreasi.

3. Pengelola

Pengelola adalah kelompok tertentu yang mengelola gedung pertunjukan musik, baik dalam acara pertunjukannya maupun dalam hal perawatan terhadap bangunan itu sendiri.

4. Penyelenggara

Penyelenggara adalah badan atau kelompok tertentu yang menyelenggarakan acara pementasan dalam gedung pertunjukan musik, contoh E.O (Event Organizer).

5. Pengunjung

Pengunjung pada pertunjukan dapat dikualifikasikan menurut strata sosial sebagai berikut:

a. Pengunjung masyarakat strata umum : b. Pengunjung masyarakat strata menengah c. Pengunjung dari masyarakat strata atas 6. Pengelolaan

Kepemilikan dipegang oleh pihak swasta. Pengelolaannya diatur berdasarkan perjanjian diantara pemilik dan pihak yang terkait


(54)

Disamping berfungsi sebagai bangunan rekreatif, gedung konser musik juga berfungsi sebagai wadah komunikasi dan edukasi bagi pemusik dan penikmat musik. Gedung konser musik sebagai pusat pertunjukan musik memfasilitasi kegiatan pengenalan juga pelatihan tentang musik dan bermain musik dan kemudian dapat berfungsi sebagai fasilitas pendukung dengan tujuan komersial. Sehingga bersamaan dengan fasilitas rekreatif yang ada akan menghasilkan pemasukan dengan maksud membiayai perawatan gedung konser itu sendiri.

Adapun maksud dari Concert Hall ini adalah: - Komunikatif

Suatu gedung konser musik dikatakan komunikatif apabila ruang pertunjukan musik yang terdapat di dalamnya dapat menciptakan suatu jalinan komunikasi dua arah antar musik dan penonton dalam arti penonton dapat memahami pesan yang ingin disampaikan oleh pemusik melalui lagu yang dibawakannya dan sebaliknya pemusik dapat dengan mudah menciptakan nuansa dan suasana yang dapat mempengaruhi emosi penonton seperti yang dimaksudkan di dalam lagu yang dibawakannya. Dan semua itu bermuara pada akustik ruang yang dapat menciptakan kualitas suara yang baik karena ibarat orang yang berbicara harus dengan nada dan intonasi yang jelas sehingga akan cepat diketahui perkembangan emosi pendengar. - Edukatif

Aspek edukatif merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam bermain bagi para pemusik, yang diwujudkan dengan penyediaan fasilitas berupa ruang studio latihan musik. Disamping itu juga memiliki tujuan untuk mengenalkan pada masyarakat luas tentang perkembangan musik, jenis-jenis musik, juga memberikan suatu referensi khususnya pada kalangan pemusik mengenai cara memainkan suatu jenis musik, pembentukan nuansa


(55)

- Rekreatif

Sebagai bangunan komersial, gedung konser musik juga memiliki aspek rekreatif karena hal ini sesuai dengan fungsi musik yang menyenangkan hati pendengarnya, disamping ada maksud lain untuk menciptakan fasilitas-fasilitas yang saling mendukung dalam hal pembiayaan perawatan bangunan.

b. Deskripsi perilaku Perilaku Pementasan Pementasan Aksi

Aksi pementasan atau aksi panggung yang dilakukan oleh pemain pada pertunjukan musiknya sesuai dengan irama yang dibawakannya sehingga menciptakan suatu suasana yang lebih ekspresi dalam menyampaikan maksudnya kepada penonton. Aksi panggung yang dilakukan tiap jenis musik dapat dikelompokkan menjadi:

• Kelompok Panggung Santai/Tenang

Adalah aksi panggung dengan melakukan gerakan bebas tetapi tidak terlalu aktif, dan cenderung tentang pergerakannya karena musik yang dibawakannya bersifat ringan (tidak menghentak), santai, dan serius. Jenis musik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:

- Musik Pop

Karakter musik ini adalah ringan dan santai, cenderung mudah dinikmati oleh semua kalangan karena tidak membutuhkan tingkat intelektualitas yang tinggi dalam pemahamannya.

- Musik Jazz

Karakter musik ini adalah ringan dan serius. Si peminat musik ini hampir sebagian besar dari kalangan tertentu saja. Hal ini disebabkan komposisi musik jazz yang rumit sehingga

membutuhkan tingkat intelektualitas yang tinggi untuk memahami dan menikmatinya.


(56)

Aksi panggung ini mampu menyuguhkan atraksi yang menarik sesuai dengan musik yang dibawakan. Jenis musik yang termasuk dalam kategori semi atraktif antara lain:

 Musik Blues

Merupakan akar dari semua musik. Inti dari musik ini adalah kebebasan berekspresi dan berimprovisasi.

- Musik Country

Merupakan musik pedesaan di suatu daerah di Amerika Serikat. Ciri musik ini hampir sama dengan musik blues namun perbedaannya terletak pada alat musik yang digunakan.

• Aksi Panggung Atraktif

Kelompok musik yang melakukan aksi panggung ini memperlihatkan gerakan yang tidak terbatas. Jenis musik yang masuk kategori ini antara lain:

- Musik Disco - Musik Rock

Jenis Kegiatan

Kegiatan dalam bangunan ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Komersil, meliputi kegiatan pertunjukan, retailshop, cafe /

restoran.

2. Edukasi, meliputi perpustakaan.

3. Servis, meliputi kegiatan pengelola bangunan, parkir, utilitas, loading dock, dan pelayanan umum.

A. Kegiatan Festival

Kegiatan perlombaan atau festival adalah kegiatan perlombaan permainan instrumen musik. Dilakukan secara teratur, 6 bulan sekali.

B. Kegiatan Penjualan

Kegiatan penjualan meliputi kegiatan jual beli instrumen musik, partitur, buku teori musik, dll.


(57)

Menyediakan sarana yang akan digunakan sebagai tempat berlangsungnya pertunjukan (konser), dan acara musik lainnya. D. Kegiatan Hiburan/ Rekreasi

Menyediakan fasilitas rekreasi yang berfungsi sebagai pelengkap dan daya tarik pengunjung bangunan Medan Concert Center. Fasilitas yang diberikan antara lain: cafe, restoran, dan retail shop.

E. Perpustakaan

Menyediakan data-data tentang sejarah musik, pemain musik, majalah musik, dll.

Dilihat dari perkembangan musik di kota Medan, musik yang paling menonjol adalah musik tradisional Batak, Simalungun, musik orkes Melayu, musik populer dan klasik.

Kelompok Ruang Konser

No Ruang Yang

Dibutuhkan

Pengguna Kegiatan

1

2

3

R. Audience - R. Duduk - Balkon

- Toilet pria/wanita

Panggung

Ruang rias

- Toilet pria/wanita

Pengunjung Pengunjung Pengunjung Petugas Kebersihan Penyanyi (solo, paduan suara) Pemain musik Penari latar Penyanyi Pemain musik Penari Penata rias Penyanyi, pemain

Datang, duduk, menonton konser Datang, duduk, menonton konser

Buang air kecil/besar, mencuci tangan, mencuci muka, memperbaiki penampilan

Menyanyi

Memainkan alat musik

Menari sebagai pengiring lagu

Merapikan penampilan


(58)

4 5 6 7 8 9 10. 11. Ruang ganti pria/wanita Ruang ganti artis (bintang tamu) - Toilet pria/wanita

Ruang hijau/ Green room

Work shop

- gudang

- gudang alat

- toilet

Ruang control - lighting

- sound system - mekanisme panggung Ruang operator Ruang Rapat Ruang Latihan penata rias Artis Piñata busana Artis bintang tamu

Actor, artis, sutradara, koreografer Petugas dekorasi Petugas dekorasi Petugas dekorasi Petugas dekorasi Petugas lighting Petugas sound system Petugas penata panggung Petugas operator Aktor, artis, sutradara, koreografer Actor, artis,

Mengganti pakaian, diskusi dengan artis

Mengganti pakaian, make up, diskusi dengan penata rias dan busana

Istirahat, diskusi

Membuat rancangan dekorasi, mengerjakan dekoras yang telah dirancang

Menyimpan bahan (kayu, besi, dll)

Menyimpan peralatan pertukangan

Buang air besar/kecil, mandi, cuci tangan, cuci muka

Mengatur pencahayaan di panggung auditorium

Mengatur suara

Mengatur mekanisme panggung selama konser berlangsung

Shoting pertunjukan

Diskusi,rapat, ruang workshop


(59)

koreografer

Fasilitas Pendukung No Ruang Yang

Dibutuhkan

Pengguna Kegiatan

1

2 3

Cafe

- Ruang duduk - Dapur

- Gudang bahan - Gudang perlengkapan - Ruang pencucian piring

- Toilet pengunjung pria/wanita

- Toilet karyawan

- Gudang umum

Toko musik Ruang cinderamata Pengunjung Koki Koki Pelayan Karyawan café Pengunjung Karyawan Karyawan Pengunjung pengunjung Duduk, makan

Memasak, menciptakan masakan baru

Menyimpan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan untuk didinginkan

Menyimpan perlengkapan dapur Mencuci, menyusun piring, menyimpan barang bawaan

Buang air kecil/bear, cuci tangan, cuci muka

Buang air kecil/bear, cuci tangan, cuci muka

Menyimpan peralatan yang sudah/akan dipakai

Belanja

Belanja souvenir

Pengelola

No Ruang Yang Pengguna Kegiatan

Tabel 8. Kelompok Ruang Konser


(60)

1 2 3 4 5 6 7 Ruang kerja Ruang kerja

Ruang kerja staff Ruang kerja mekanis Ruang rapat Ruang arsip Ruang penjualan tiket Manajer Sekretaris Staff pengelola Petugas panggung Manajer, sekretaris, dan seluruh staff Sekretaris, manajer, dan staff

Penjual tiket

Mengawasi kegiatan karyawan Membantu kerja manajer, membuat laporan

Mengerjakan administrasi Mengatur mekanisme panggung

Rapat

Menyimpan arsip

Menjual tiket, mengisi data pengunjung

Mekanikal Elektrikal No Ruang Yang

Dibutuhkan

Pengguna Kegiatan

1 2 3 4 Power house Ruang chiller Ruang pompa Ruang water treatment Petugas ME Petugas ME Petugas ME Petugas ME

Melakukan pengecekan pada genset dan panel

Melakukan pengecekan pada chiller

Melakukan pengecekan pada pompa dan ground reservoar Melakukan pengecekan pada saluran pembuangan

c. Deskripsi kebutuhan ruang dan besaran ruang a. Pendekatan Perhitungan Kapasitas

1) Gedung Konser

Penentuan kapasitas gedung konser musik di Medan berdasarkan asumsi-asumsi kapasitas pengunjung konser yang terselenggara di Medan. Kapasitas pengunjung konser


(61)

berdasarkan event-event organizer yang telah melaksanakan konser di Medan yaitu ±4.000 orang. Berdasarkan data arsitek jika orang berdiri membutuhkan ruang 40 cm2. dan orang duduk beserta sirkulasinya pada saat konser diperkirakan ±80 cm2. Perbandingan yang diperoleh adalah pengunjung yang duduk setengah dari pengunjung yang berdiri. Jadi, dari pendekatan tersebut diperoleh kapasitas pengunjung untuk duduk Gedung Konser Musik di Medan disediakan tempat duduk sebanyak 2000 orang dan kapasitas jika pengunjung berdiri yaitu 4000 orang. Namun atas dasar pertimbangan jumlah peminat musik yang semakin meningkat di Medan, maka jumlah pengunjung duduk ditingkatkan 25% menjadi 2500 orang.

2) Kelompok Ruang Penunjang

Pada Balai Sidang Jakarta Convention Center, kafe berkapasitas 10% dari jumlah pengunjung/penonton konser. Maka untuk kapasitas kafe Gedung Konser Musik di Medan sebesar 10% dari jumlah terbesar penonton setiap konser, atau 10% x 2500 orang = 250 orang (dengan pertimbangan meja makan berkapasitas 4 orang).

3) Kelompok Ruang Pengelola

- R. Pimpinan, berkapasitas 1 orang - R. Sekretaris, berkapasitas 1 orang - R. Karyawan, berkapasitas 20 orang - R. Rapat, berkapasitas 10 orang - R. Tamu berkapasitas 5 orang 4) Kelompok Ruang Pelayanan Umum

- Pos Keamanan (2 buah) - R. P3K, berkapasitas 10 orang - Parkir roda empat

5) Kelompok Kegiatan Teknis - R. Genset, 1 unit


(62)

- R. Pompa, 1 unit - R. Chiller, 1 unit - R. AHU, 1 unit

- R. Panel Listrik, 1 unit - R. Cleaning Service, 1 unit

b. Pendekatan Besaran Ruang

Studi besaran ruang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 Jumlah pelaku dan aktifitas yang mewadahi

 Peralatan dan perabotan yang akan digunakan - R. Penonton

Ruang penonton/auditorium dituntut agar mampu memberikan kenyamanan baik bunyi/ suara serta visual yang baik, maka penentuan luas auditorium berdasarkan pada pendekatan akustik.

Pendekatan besaran ruang penonton dapat dilakukan dengan pendekatan akustik, yaitu hubungan dengan waktu dengung dan volume kursi. Volume kursi per tempat duduk untuk ruang pertunjukan musik adalah sebesar 7,8m3. dengan kapasitas 3000 orang penonton maka dapat dicari volume ruang :

3000 orang x 7,8m3 = 23.400m3

Dari volume total (23.400m3) didapat waktu dengung (RT) optimal adalah 1,5 detik sesuai dengan grafik RT optimum studio pada jangkauan frekuensi tengah (500 Hz-1000 Hz)(sumber: Leslie L. Doelle, Akustik Lingkungan).

Maka untuk menghitung luas dari ruang penonton adalah mempertimbangkan rasio antara volume dan luas yang ditunjukan pada table di bawah ini:

Waktu Dengung (RT) (detik)

Rasio Volume/Luas (V/S) (m)

1,4 1,5

8,9 9,6


(63)

1,7 1,8 1,9 2,0 2,1

11,1 11,9 12,6 13,4 14,1

Dari table di atas didapatkan angka rasio sebesar 9,6 maka luas ruang penonton:

Luas Ruang = Volume Ruang : Rasio Volume/Luas 23.400 : 9,6 = 2.437,5 m3

Dari luas auditorium di atas dapat pula dihitung kebutuhan luas tiap penonton pertiap tempat duduk, yaitu: 2.437,5 m3 : 3000=0,8125 m3.

8. Kegiatan Pertunjukan

Perhitungan panggung alat musik sebagai berikut:

• Gitar Listrik

Perhitungannya adalah 1,2 m x 1,4 m = 1,68 m2

 Bass

Perhitungannya adalah 1,2 m x 1,8 m = 2,16 m2

 Keyboard

Perhitungannya adalah 1,2 m x 1,4 m = 1,68 m2

 Drum Set

Perhitungannya adalah 2,0 m x 2,5 m = 5 m2

 Vokal

Perhitungannya adalah 0,8 m x 0,8 m = 0,64 m2 9. Pertunjukan

Dari ciri-ciri konser yang melibatkan 3-10 orang dan jenis musik yang modern yang biasanya memerlukan keleluasaan

2

Tabel 11.Hubungan Waktu Dengung dengan Rasio Volume/Luas


(1)

฀฀ ฀


(2)


(3)


(4)


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ching, Francis, D.K., 1985, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga, Bandung.

2. De Chiara, Joseph dan Callender John, 1980, Time Saver Standart of Building Types, Mc Graww Hill Book Company, New York.

3. Egan, David M., 1988, Architectural Accuistic, Mc Graww Hill Book Company Ltd, New York.

4. Engel, Heinrich, 1971, Structure System, Van Nostrand Reinhold Company, New York. 5. Leslie, L. Dolle, 1993, Akustik Lingkungan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

6. Lord, Peter dan Duncan Templeton, 2001, Detail Akustik Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

7. Mediastika, Christina E, Ph.D, 2005, Akustika Bangunan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

8. Neufret, Ernst dan Sjansu Amril, 1995, Data Arsitek Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

9. Neufret, Ernst, 1995, Data Arsitek Jilid 1 Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta. 10.Poerbo, Hartono, Ir, M.Arch, 1992, Utilitas Bangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta. 11.Prasetio, Len, Dra, Msc, 1985, Akustik Lingkungan, Erlangga, Surabaya.


(6)

15.http.www.concerthall.com. 16.http.www.gedungkonser.com. 17.http.www. greatbuildings.com.