ANALISIS PENETAPAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NO. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST TENTANG PERMOHONAN PENETAPAN AKHIR LIKUIDASI PT. BANK INDONESIAN INVESTMENT INTERNATIONAL,TBK (DALAM LIKUIDASI)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENETAPAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NO. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST TENTANG PERMOHONAN PENETAPAN

AKHIR LIKUIDASI PT. BANK INDONESIAN INVESTMENT INTERNATIONAL,TBK

(DALAM LIKUIDASI)

Oleh

Meliza Laudy Oktaviani

Bank merupakan lembaga keuangan tempat masyarakat menyimpan dananya yang dilandasi kepercayaan. Bank Indonesia sebagai bank sentral yang mengawasi kegiatan perbankan di Indonesia. Bank yang dikategorikan tidak sehat dapat dicabut izin usahanya dilanjutkan dengan proses likuidasi. Likuidasi bank adalah tindakan seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukm bank dan dilaksanakan oleh tim likuidasi. Permasalahan dalam penelitian ini adalah wewenang Bank Indonesia dalam mengajukan permohonan penetapan kepada pengadilan, dasar pertimbangan hakim mengabulkan permohonan Bank Indonesia, serta akibat hukum terhadap tim likuidasi yang dibentuk oleh RUPS namun dibubarkan melalui penetapan pengadilan.

Penelitian ini adalah penelitian hukum nornatif, dengan tipe deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif. Data yang dignakan adalag data sekunder. Data primer diperoleh melalui Penetapan No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST Tentang Permohonan Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesia Investment International, Tbk. Data yang diperoleh kemudian diolah untuk selanjutnya di analisis dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu dijabarkan dalam bentuk kalimat yang tersusun logis, rinci dan sistematis.

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwa Bank Indonesia mempunyai wewenang sesuai dengan peraturan, Majelis Hakim mengabulkan permohonan untuk


(2)

mempercepat proses dan tetap menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank, serta tim likuidasi dibubarkan secara hukum dan Bank Indonesia sah secara hukum mengajukan permohonan penetapan dan RUPSLB tidak pernah berhasil dilaksanakan. Perlunya amandemen secara terstruktur mengenai Undang-Undang Perbankan.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan tempat masyarakat menyimpan dananya yang semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan diperoleh kembali pada waktunya dan disertai dengan imbalan berupa bunga (Adrian Sutedi, 2008 : 1). Semakin tinggi kepercayaan masyarakat, semakin tinggi pula kesadaran masyarakat untuk menyimpan uangnya pada bank dengan menggunakan jasa-jasa lain dari bank.

Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan) yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Oleh karena itu bank sangat penting menjaga kepercayaan masyarakat, yang sudah atau akan menyimpan dananya, maupun yang telah atau akan menggunakan jasa-jasa lain dari bank lainnya terpelihara dengan baik dalam tingkat yang tinggi.


(4)

Adapun kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan unsur pokok suatu bank sehingga terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan masyarakat banyak. Dengan demikian, ketergantungan bank diletakkan pada kepercayaan masyarakat atau perantara penabung dengan investor tetapi fungsinya dapat diarahkan kepada peningkatan taraf hidup orang banyak (Rachmadi Usman, 2001 : 62).

Menjaga kepercayaan masyarakat tidak hanya dilakukan oleh bank yang bersangkutan tetapi juga dilakukan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia (Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia) telah menetapkan tingkat kesehatan bank. Selain Bank Indonesia, dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank (selanjutnya disebut PP No. 25/1999). PP No. 25/1999 pada Pasal 2 Ayat (1) mengatur mengenai bank diwajibkan memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan mengenai bank diwajibkan memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, reentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan bank-bank yang menurut penilaian Bank Indonesia tingkat kesehatannya sudah memburuk atau tidak membaik dan dapat membahayakan sistem perbankan, maka Bank Indonesia


(5)

berwenang mencabut izin usaha dan memerintahkan Direksi Bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) guna membubarkan dasar hukum bank dan membentuk standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia atau Pemerintah, maka Bank tersebut diusahakan untuk diselamatkan.

Setelah penyelamatan bank tersebut tidak dapat dipertahankan maka pemerintah dapat melakukan pembubaran atau melikuidasi bank tersebut. Likuidasi bank menurut Pasal 1 PP No. 25/1999 adalah tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank.

Salah satu tindakan yang pernah dilakukan oleh Pemerintah terkait dengan kesehatan bank yaitu antara lain pada tahun 1999 Pemerintah telah melikuidasi PT. Bank Indonesian Investment International, Tbk (selanjutnya disebut PT. Bank Indovest, Tbk). PT. Bank Indovest, Tbk adalah bank campuran yang dalam menjalankan usahanya mengalami permodalan negatif yang membahayakan kelangsungan usahanya dan sistem perbankan pada umumnya. PT. Bank Indovest, Tbk dinilai sudah tidak mampu menyetor modal 100% untuk bisa mencair (http://kompas.com/kompas-cetak/9904/24/UTAMA/dili01.html). Maka, PT. Bank Indovest, Tbk di likuidasi melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/5/KEP.GBI/1999 tanggal 29 Juni 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha PT. Bank Indonesian Investment International, Tbk.


(6)

Masyarakat terutama nasabah yang telah mempercayakan dananya unuk disimpan pada PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) tidak perlu khawatir, karena berdasarkan PP No. 25/1999 penyelesaian hak dan kewajiban bank yang telah di likuidasi tersebut (dalam hal ini PT. Bank Indovest, Tbk) dilakukan oleh tim likuidasi yang telah dibentuk oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan telah disetujui oleh Bank Indonesia. Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) terdiri dari Husni Thamrin Mukti (Ketua), Pantas Lumban Tobing (Wakil Ketua), Prawoto Abdullah (Anggota). Agar hak dan kewajiban bank yang telah dilikuidasi kepada masyarakat dapat segera diselesaikan maka PP No. 25/1999 membatasi tugas tim likuidasi sampai dengan 5 (lima) tahun. Berdasarkan peraturan pelaksanaan dari PP No. 25/1999 yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum (Selanjutnya disebut SK DIR BI No. 32/53/KEP/DIR) tugas tim likuidasi diberikan tambahan waktu 180 (seratus delapan puluh) hari untuk melakukan penjualan harta bank secara lelang.

Seiring perjalanan waktu, Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) yang dibentuk pada tanggal 12 Juli 1999 telah menyelesaikan hampir semua tugas sesuai Pasal 25 Ayat (1) SK DIR BI No. 32/53/KEP/DIR namun terdapat beberapa tugas yang belum dilakukan sehingga menghambat pembubaran tim likuidasi yaitu mengumumkan dan mendaftarkan berakhirnya Likuidai Bank dan melakukan tugas-tugas lain yang dianggap perlu untuk mendukung pelaksanaan Likuidasi Bank. Tugas-tugas tersebut terhambat dikarenakan tugas sebelumnya yaitu


(7)

menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham pada akhir pelaksanaan Likuidasi tidak dapat memenuhi kuorum. Tim Likudasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) telah menyelenggarakan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) 2 (dua) kali, namun kedua RUPSLB tidak terselenggara atau tidak dapat memenuhi kuorum. Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) wajib melaporkan kepada Bank Indonesia bahwa RUPSLB yang telah diselenggarakan sebanyak 2 (dua) kali tidak dapat memenuhi kuorum dan sesuai Pasal 36 Ayat (3) SK. DIR BI No. 32/53/Kep/DIR Bank Indonesia dapat meminta pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang salah satunya pembubaran tim likuidasi.

Proses likuidasi suatu bank tidak secara langung berhubungan dengan Bank Indonesia. Bank Indonesia menjadi pengawas yang bertugas mengawasi kerja dan menerima laporan yang telah dikerjakan oleh tim likuidasi yang telah terbentuk. Pembentukan tim likuidasi yang melalui RUPS pembubarannya harus melalui RUPS, sedangkan tim likuidasi yang dibentuk melalui penetapan pengadilan pembubarannya juga melalui penetapan pengadilan atas permohonan Bank Indonesia. Namun, dalam proses Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) terdapat permasalahan dalam pembubaran Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk. Tim likuidasi yang dibentuk oleh RUPS dibubarkan melalui penetapan pengadilan atas permohonan Bank Indonesia. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pembubaran Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) ke dalam bentuk tulisan dengan judul “ Analisis Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST tentang Permohonan


(8)

Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment International, Tbk (Dalam Likuidasi) “.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Wewenang Bank Indonesia mengajukan permohonan penetapan kepada Pengadilan,

2. Dasar pertimbangan hakim mengabulkan permohonan Bank Indonesia,

3. Akibat hukum terhadap tim likuidasi yang dibentuk oleh RUPS, namun dibubarkannya melalui penetapan pengadilan.

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Lingkup pembahasan dari penelitian ini adalah peran Bank Indonesia dalam melikuidasi bank, sedangkan lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah lingkup hukum keperdataan khususnya tentang perbankan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah,

1. Mengetahui kewenangan Bank Indonesia dalam proses likuidasi, 2. Mengetahui pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan,


(9)

3. Mengetahui akibat hukum terhadap pembubaran tim likuidasi melalui penetapan pengadilan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai dua kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis yang antara lain :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam mengkaji dan mengembangkan hukum keperdataan, khususnya hukum perbankan mengenai peranan tim likuidasi dan likuidasi bank.

2. Kegunaan Praktis

a. Menambah wawasan penulis tentang likuidasi bank dan tugas tim likuidasi, b. Menambah bahan bacaan dan sebagai sumber data bagi mereka yang

mengadakan penelitian di bidang pernakan,khususnya mengenai tim likuidasi dan likuidasi bank,

c. Sebagai salah satu syarat penulis untuk mengakhiri program kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungsi dan Tujuan Perbankan Indonesia

Ketentuan mengenai fungsi perbankan di Indonesia dapat dilihat dalam pengertian bank sebagaimana dirumuskan pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lain dalam meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dalam statusnya sebagai badan hukum yang menjalankan fungsi bisnis, maka bank tidak terlepas dari tujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Fungsi dan tujuan bank secara lebih tegas dirumuskan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Perbankan, bahwa :

1. Pasal 3 memuat bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.

2. Pasal 4 bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan


(11)

ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Fungsi dan tujuan perbankan dalam kedua pasal tersebut jika diberi penjelasan dari Penjelasan Undang-Undang Perbankan, maka dapat dilihat bahwa perbankan di Indonesia mempunyai kekhususan yang merupakan karakteristik tersendiri perbankan di Indonesia dibandingkan perbankan pada umumya. Kekhususan tersebut adalah bahwa perbankan di Indonesia mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia, seperti :

1. Bank berfungsi sebagai pusat kegiatan perekonomian dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam.

2. Penghimpun dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggara negara, yaitu :

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah. Jadi perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan.

b. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional, yaitu meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat, pertumbuhan ekonomi nasional bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk pertumbuhan ekonomi yang diserasikan, stabilitas nasional guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.


(12)

3. Perbankan Indonesia harus mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat dengan menerapkan prinsip kehati-hatian.

4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan kepada bank, selain melalui penerapan prinsip kehati-hatian juga pemenuhan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktek-praktek yang merugikan kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian, perbankan Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai badan usaha yang bertujuan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dan sebagai wadah penghimpun dan penyalur dana masyarakat, namun perbankan Indonesia mempunyai fungsi yang lebih luas lagi sebagaimana dijelaskan di atas.

Setiap bank harus mengacu pada fungsi dan tujuan bank tersebut. Untuk menjaga agar fungsi dan tujuan perbankan tersebut tetap dijalankan oleh setiap bank, maka diperlukan adanya upaya pembinaan dan pengawasan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kegiatan perbankan agar tetap berjalan dengan lancar supaya kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan tetap terjaga, mengingat bank adalah lembaga perbankan yang bergerak dengan dana dari masyarakat atas dasar kepercayaan. Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan akan tetap terjaga apabila sektor perbankan diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-hatian.

Lembaga yang mempunyai tugas dan kewenangan membina dan mengawasi bank adalah Bank Indonesia sebagai bank sentral. Agar fungsi dan tuuan perbankan terlaksana dan kegiatan perbankan tetap berjalan lancar serta dalam rangka


(13)

pembinaan dan pengawasan bank, maka Undang-Undang Perbankan memberikabn kewajiban-kewajiban kepada bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Sebagaiman telah diatur dalam Undang-Undang Perbankan, yaitu :

1. Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Perbankan yaitu, memelihara kesehatannya sesuai dengan ketentuan tentang aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan jasa bank, seta setiap kegiatannya didasarkan pada prinsip kehati-hatian. 2. Pasal 23 Ayat (3) Undang-Undang Perbankan yaitu, menempuh cara-cara yang

tidak merugikan bank, dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prisip syari’ah, serta kegiatan usaha lainnya.

3. Pasal 29 Ayat (4) Undang-Undang Perbankan yaitu, menyediakan informasi untuk kepentingan nasabah mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

4. Pasal 37 B Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yaitu, menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan.

5. Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yaitu, merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.

6. Pasal 42 A Undang-Undang Perbankan yaitu, memberikan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya apabila diperintahkan oleh Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan tertentu.

7. Pasal 44 A Undang-Undang Perbankan yaitu, memberikan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut atau atas persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan.


(14)

Berdasakan kewajiban-kewajiban tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap bank wajib berpedoman pada prinsip-prinsip perbankan yang sehat, mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku, serta menghindari praktek-praktek yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bank atau merugikan kepentingan masyarakat.

Bila dihubungkan dengan sifat hukum perbankan di Indonesia yang merupakan hukum yang bersifat memaksa, maka dalam menjalankan kegiatan usahanya setiap bank harus tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan perbankan yang ada. Walaupun demikian, dalam rangka pengawasan intern bank diperkenankan membuat ketentuan internal bank sendiri dengan berpedoman pada kebijakan umum yang ditetapkan Bank Indonesia. Dalam rangka pengawasan intern tersebut, maka dibentuk jabatan direktur kepatuhan yang bertugas mengawasi bank agar dalam menjalankan kegiatan usahanya tetap sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

B. Bank

Undang-Undang Perbankan dalam Pasal 1 Angka (2) mendefinisikan Bank adalah sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan meyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran


(15)

(Rachmadi Usman, 2001 : 59). Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Perbankan fungsi dan tujuan Perbankan Indonesia adalah :

1. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat,

2. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Dengan demikian, perbankan nasional kita mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia (Rachmadi Usman, 2001 : 61) :

1. Bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam.

2. Penghimpun dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan negara yakni:

a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah; bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi perseorangan; jadi perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan (agent of development).


(16)

1) Meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, bukan kesejahteraan segolongan orang atau perseorangan saja; melainkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali;

2) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan ekonomi segolongan orang atau perseorangan; melainkan pertumbuhan ekonomi seluruh rakyat Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang diserasikan ;

3) Meningkatkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis;

4) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat banyak, artinya tujuan yang hendak dicapai oleh perbankan nasional adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia, bukan segolongan orang atau perseorangan saja;

3. Dalam menjalankan fungsi tersebut, perbankan Indonesia harus mampu melindungi secara baik apa yang dititipkan masyarakat kepadanya, dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking), dengan cara :

a. Efisien, sehat, wajar dalam persaingan yang sehat yang semakin mengglobal atau mendunia; dan

b. Menyalurkan dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif; bukan konsumtif;

4. Peningkatan perlindungan dana masyarakat yang dipercayakan pada bank, selalin melalui penerapan prinsip kehati-hatian, juga pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank, serta sekaligus berfungsi untuk mencegah terjadinya praktek-praktek yang merugikan kepentingan masyarakat luas.


(17)

C. Fungsi Bank Indonesia

Bank Indonesia merupakan lembaga yang berfungsi dan menjalakan kewenangan sebagai bank sentral. Bank sentral adalah lembaga Negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan dan menjalankan fungsi lender of last resort (Muhammad Djumhana, 2000 : 93 ). Sebagai bank sentral, pada Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah terkahir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia, bahwa Bank Indonesia mempunyai tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nila rupiah. Kestabilan nilai rupiah artinya stabilnya nilai rupiah terhadap barang dan jasa, juga terhadap mata uang negara lain. Undang-Undang yang mengatur kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang No. 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Bank Indonesia.

Kestabilan nilai rupiah sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi dan meningkatkan kersejahteraan rakyat. Dalam mencapai kestabilan nilai rupiah tersebut, maka Bank Indonesia dapat melakukan aktifitas perbankan yang dianggap perlu, namun tidak melakukan kegiatan intermediasi seperti bank umum. Maka Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Bank Indonesia, mempunyai tugas untuk :


(18)

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank

Dalam menjalankan tugasnya untuk mengatur dan mengawasi bank, maka Bank Indonesia mempunyai kewenangan tertentu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Bank Indonesia ataupun Undang-Undang-Undang-Undang Perbankan, antara lain :

1. Pasal 25 Ayat (1) Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.

2. Pasal 26 Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, menyangkut perizinan perbankan, meliputi kewenangan untuk memberikan dan mencabut izin usaha, memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

3. Pasal 29 Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, melakukan pemeriksaan kepada bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan, juga dapat mencakup pemeriksaan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi, dan debitur bank.

4. Pasal 31 Ayat (2) Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, memerintahkan untuk menghentikan sementara atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindakan pidana perbankan.

5. Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Bank Indonesia yaitu, mengatur dan mengembangkan informasi antar bank.


(19)

6. Pasal 29 Ayat (5) Undang-Undang Perbankan yaitu, menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank, tata cara pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah serta kegiatan lainnya dari bank, tata cara penyediaan informasi untuk para nasabahnya.

7. Pasal 31 Undang-Undang Perbankan yaitu, memeriksa buku-buku, dan berkas-berkas pada bank yang dibinanya.

8. Pasal 31 A Undang-Undang Perbankan yaitu, menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan.

9. Pasal 37 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yaitu, melakukan tindakan tertentu terhadap bank yang membahayakan kelangsungan usahanya, diperkirakan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

10. Pasal 38 Undang-Undang Perbankan yaitu, mencabut izin usaha dan memerintahkan direksi bank untuk segera menyelanggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) guna membubarkan badan hukum dan tim likuidasi terhadap bank yang tidak bisa memperbaiki kinerjanya sehingga membahayakan sektor perbankan.

11. Pasal 37 A Undang-Undang Perbankan yaitu, mengeluarkan perintah untuk membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan nasional.

12. Pasal 41 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yaitu, mengeluarkan perintah tertulis agar bank memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak.


(20)

13. Pasal 41 A Undang-Undang Perbankan yaitu, memberikan izin kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari pihak bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank.

Tugas Bank Indonesia untuk mengatur dan mengawasi bank, didalamnya juga terdapat fungsi pembinaan bank. Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan diatur bahwa pembinaan dan pengawasan bank perbankan dapat dilihat pada penjelasan Pasal 29 Undang-Undang Perbankan. Penjelasan Pasal 29 tersebut memberikan pengertian bahwa :

1. Pembinaan adalah upaya-upaya yang dilakukan dengan cara menetapkan pengaturan yang menyangkut aspek kelembagaan bank, kepemilikan bank, kepengurusan bank, kegiatan usaha bank, pelaporan bank serta hal-hal lain yang berhubungan dengan operasi bank,

2. Pengawasan meliputi :

a. Pengawasan tidak langsung terutama dalam bentuk pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank.

b. Pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan perbaikan.

Berdasarkan keterangan-keterangan yang dimiliki sebagaimana yang disebutkan di atas, Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan-peraturan antara lain berupa Peraturan Bank Indonesia, Surat Keputusan Bersama, dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesian dan Surat Edaran Bank Indonesia.


(21)

D. Kesehatan Bank

Pasal 29 Ayat (2) dan Ayat (5) Undang-Undang Perbankan menentukan bahwa Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan tingkat kesehatan bank, dengan memperhatikan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. oleh karena itu, adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank adalah dimaksudkan sebagai (Rachmadi Usman, 2001 : 129) :

1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dnegan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;

2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan.

Tingkat kesehatan bank di Indonesia didasarkan pada indikator yang biasanya disebut dengan CAMEL (capital, assets, quality, management quality, earnings and liquidity). Selain itu penilaian kesehatan bank juga berdasarkan faktor-faktor lainnya yang bisa mempengaruhi hasil penilaian berupa ketaatan bank terhadap ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan dan ketentuan-ketentuan tertentu yang wajib dilaksanakannya secara khusus.

Selain menggunakan CAMEL untuk menilai tingkat kesehatan bank, juga ditentukan oleh hal-hal yang dapat menurunkan tingkat kesehatan bank. Predikat tingkat


(22)

kesehatan bank yang sehat atau cukup sehat atau kurang sehat, akan diturunkan menjadi tidak sehat, apabila :

1. Perselisihan internal yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank yang bersangkutan,

2. Campur tangan dari pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusan (manajemen) bank termasuk di dalamnya kerja sama yang tidak wajar yang mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri,

3. “windows dressing”, dalam pembukuan dan/atau laporan bank yang secara materil dapat berpengaruh terhadap keadaan keuangan bank sehingga mengakibatkan panilaian yang keliru terhadap bank,

4. Praktek “bank dalam bank” atau melakukan usaha bank di luar pembukuan bank, 5. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau

pengunduran diri dari keikutsertaan dalam kliring, atau,

6. Praktek perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank dan/atau menurunkan kesehatan bank.

Dengan adanya penilaian tingkat kesehatan bank ini, maka bank mempunyai kewajiban untuk menjaga dan memelihara tingkat kesehatannya agar kelangsungan usahanya dapat terjamin dan dana masyarakat terlindungi dengan baik.

E. Kebijakan Dalam Hal Bank Mengalami Kesulitan

Suatu bank dikatakan bermasalah jika bank yang bersangkutan mengalami kesulitan yang bisa membahayakan kelangsungan usahanya, yakni kondisi usaha bank semakin


(23)

memburuk, yang antara lain ditandai dengan menurunnya permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan rentabilitas serta pengelolaan bank yang tidak dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan asas perbankan yang sehat. Ini berarti bank yang tidak bermasalah adalah bank yang kegiatan usahanya berkembang secara wajar, tanpa mengalami kesulitan yang berarti dalam segi permodalan, kualitas aset, likuiditas, dan rentabilitas.

Pengaturan dan pengawasan bank bukan dimaksudkan untuk menjamin bahwa tidak akan ada bank yang bermasalah, baik secara individu maupun secara keseluruhan. Dengan demikian, meskipun Bank Indonesia telah mengupayakan pengaturan dan pengawasan terhadap bank-bank di Indonesia, kemungkinan adanya bank yang mengalami kesulitan atau bahkan kesulitan yang sifatnya lebih luas dan bersifat sistemik tetap saja ada.

Dalam Undang-Undang Perbankan yaitu Pasal 37A Ayat (1) bahwa apabila dalam hal suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan atau membahayakan sistem perbankan yang membahayakan perekonomian nasional, maka Bank Indonesia dapat melakukan tindakan atau kebijakan sebagaimana diatur dalam undang-undang yang berlaku. Tindakan atau kebijakan Bank Indonesia ini dilakukan sesuai tingkatan kesulitan bank yang terjadi, yaitu mulai dari kesulitan individual bank, kesulitan individual yang mengancam sistem perbankan, sampai dengan kesulitan di sistem perbankan itu sendiri.


(24)

Apabila suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar :

1. Pemegang saham menambah modal

2. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank

3. Bank menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah yang macet dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya

4. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain

5. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban 6. Bank menyerahkan pengelolaan atau sebagian kegiatan bank kepada pihak lain,

dan

7. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank kepada bank atau pihak lain.

Sebagaimana tindakan yang dilakukan Bank Indonesia tersebut belum dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi, atau bahkan menurut Bank Indonesia keadaan bank tersebut menjadi lebih buruk dan dapat membahayakan sistem perbankan secara keseluruhan, maka Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank, dan meminta kepada direksi untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) dengan tujuan membubarkan badan hukum bank dimaksud dan membentuk tim likuidasi. Apabila direksi bank yang bersangkutan tidak menyelenggarakan RUPS, maka Bank Indonesia dapat meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan. Hal ini ditunjukkan dalam Pasal 37 Ayat (3) Undang-Undang Perbankan yang menetapkan dalam hal direksi bank tidak menyelenggarakan rapat umum


(25)

pemegang saham (RUPS), untuk membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi, Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan berisi :

1. Pembubaran badan hukum bank, 2. Penunjukkan tim likuidasi, dan

3. Perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seperti diketahui, apabila kesulitan yang dihadapi oleh suatu bank terkadang meluas dan bersifat akademik. Kesulitan yang demikian tentu saja tidak hanya membahayakan bank yang bersangkutan tetapi dapat membahayakan industri perbankan atau bahkan membahayakan perekonomian secara keseluruhan. Apabila menurut penilaian Bank Indonesia telah terjadi kesulitan perbankan yang dapat membahayakan perekonomian nasional, maka atas permintaan Bank Indonesia, pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) dapat membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan.

F. Likuidasi Bank

Dalam Undang-Undang Perbankan tidak memberikan secara rinci tentang likuidasi. Namun, dalam Pasal 37 Ayat (2) dan (3) Undang-Undang Perbankan, maka pengertian likuidasi tidak terbatas pada pencabutan izin usaha bank, tetapi lebih luas lahi termasuk tindakan pembubaran (outbinding) badan hukum bank dan


(26)

penyelesaian atau pemberesan (verifying) seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat dibubarkannya badan hukum bank tersebut. (Adrian Sutedi, 2008 : 130). Beberapa pengertian likuidasi (Rachmadi Usman, 2001 : 167), yaitu :

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:523)

Likudiasi adalah proses membubarkan perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta yang tersisa kepada para pemegang saham (persero).

2. Kamus Hukum Ekonomi (1997:105)

Liquidation adalah pembubaran perusahaan diikuiti dengan proses penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, serta penyelesaian sisa harta atau utang antara para pemegang saham.

3. Kamus Perbankan (1980:77)

Likuidasi adalah pembubaran perusahaan dengan penjualan harta perusahaan, penagihan piutang dan pelunasan utang serta penyelesaian sisa harta atau utang antara para pemilik.

4. Zainal Asikin (1995:79)

Likuidasi adalah suatu tindakan untuk membubarkan suatu perusahaan atau badan hukum.

Dalam Pasal 1 Angka (4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan Likuidasi Bank, likuidasi bank adalah tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badam hukum bank. Maka, likuidasi bank merupakan


(27)

tindakan pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank yang dimana akan dibentuk suatu tim khusus yang bertugas melakukan pencabutan usaha tersebut yaitu tim likuidasi. Pelaksanaan likuidasi bank yang dilakukan oleh Tim Likuidasi wajib diselesaikan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak terbentuknya tim dan tambahan waktu 180 (seratus delapan puluh) hari jika penjualan harta belum dilakukan.

Terdapat beberapa ketentuan-ketentuan yang menjadi dasar hukum untuk melikuidasi suatu bank, yaitu :

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan). Pasal yang mengatur tentang likuidasi yaitu terdapat pada Pasal 37 Ayat (2) dan Ayat (3).

2. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Berdasarkan peraturan pemerintah ini pencabutan izin usaha bank dilakukan oleh Pimpinan Bank Indonesia bila :

a. Tindakan penyelamatan belum mencukupi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank dan/atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan (Pasal 3 Ayat (2) dan Pasal 4 Ayat (1)),

b. Atas rekomendasi dari badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan berdasarkan Pasal 37 A Undang-Undang Perbankan (Pasal 25),


(28)

c. Atas keinginan sendiri para pemegang saham atau para pemiliknya untuk membubarkan badan hukum bank (Pasal 26).

3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/54/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Perkreditan Rakyat.

Pasal 2 (dua) surat keputusan tersebut baik untuk bank umum atau bank perkreditan rakyat tersebut menyebutkan bahwa pencabutan izin usaha bank umum atau BPR dilakukan dewan direksi Bank Indonesia apabila :

a. Tindakan penyelematan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan belum cukup mengatasi kesulitan yang dihadapi bank umum atau BPR,

b. Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank umum atau BPR dapat membahayakan sistem perbankan,

c. Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegan saham bank umum atau BPR. 4. Peraturan perundang-undangan lainnya :

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, bagi pembubaran bank yang berbentuk hukum perseroan terbatas,

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bagi pembubaran badan hukum yang berbentuk hukum perseroan terbuka (perseroan terbatas terbuka),


(29)

c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian bagi pembubaran bank yang berbentuk hukum koperasi,

d. Peraturan perundang-undangan mengenai badan usaha milik negara/daerah, bagi pembubaran badan hukum bank yang berbentuk badan usaha milik negara (perusahaan perseroan) atau badan usaha milik daerah (perusahaan daerah).

G. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Tim Likuidasi

Dalam menjalankan tugasnya yaitu sebagai pihak yang sangat penting dalam proses likuidai suatu bank tugas, wewenang dan tanggung jawab Tim Likuidasi sudah diatur dan semuanya harus dilakukan. Menurut Pasal 25 Ayat (1) SK. DIR No. 32/53. KEP. DIR, tugas Tim Likuidasi, meliputi :

a. Mendaftarkan dan mengumumkan pembubaran badan hukum Bank; b. Melakukan inventarisasi kekayaan dan kewajiban Bank Dalam Likuidasi; c. Menentukan cara likudasi;

d. Menyusun rencana kerja dan anggaran biaya;

e. Menyusun rencana dan melaksanakan pencairan harta kekayaan Bank Dalam Likuidasi, termasuk rencana dan cara pembayaran kepada kreditur;

f. Meminta akuntan publk independen untuk melakukan audit atas Neraca Penutupan per tanggal pencabutan izin usaha, yang belum diaudit;

g. Menyusun Neraca Verifikasi;


(30)

i. Menitipkan bagian yang belum diambil oleh Kreditur kepada Bank yang disetujui oleh Bank Indonesia;

j. Menyusun Neraca Akhir Likuidasi;

k. Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham pada akhir pelaksanaan likuidasi;

l. Menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia;

m. Mengumumkan dan mendaftarkan berakhirnya Likuidai Bank;

n. Melakukan tugas-tugas lain yang dianggap perlu untuk mendukung pelaksanaan Likuidasi Bank.

Menurut Pasal 25 Ayat (2), wewenang Tim Likuidasi, meliputi :

a. Melakukan perundingan dan tindakan lainnya dalam rangka penjualan harta kekayaan dan penagihan terhadap para debitur;

b. Melakukan perundingan dan pembayaran kewajiban kepada Kreditur; c. Mewakili Bank Dalam Likuidasi di dalam dan di luar pengadilan; d. Memutuskan hubungan kerja terhadap pegawai;

e. Memperkerjakan pegawai sebagai tenaga pendukung Tim Likuidasi; f. Meminta bantuan konsultan dalam pelaksanaan Likuidasi Bank; g. Melakukan pemanggilan kepada para Kreditur;

h. Meminta pengadilan untuk membatalkan segala perbuatan hukum Bank, yang mengakibatkan kerugian harta Bank yang dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum pencabutan izin usaha;


(31)

i. Mengajukan gugatan atau tuntutan kepada Pengurus dan/atau pemegang saham Bank yang turut serta menjadi penyebab kesulitan keuangan yang dihadapi Bank atau menjadi penyebab kegagalan Bank;

j. Melakukan tindakan lain dalam rangka pelaksanaan Likuidasi Bank; Menurut Pasal 25 Ayat (3), tanggung jawab Tim Likuidasi meliputi :

a. Pengambilalihan tanggung jawab pengelolaan dari Pengurus Bank sejak terbentuknya Tim Likuidasi;

b. Pertanggungjawaban pelaksanaan Likuidasi Bank;

c. Pertanggungjawaban secara pribadi apabila dalam melaksanakan tugasnya mengambil keuntungan untuk diri sendiri.

H. Akibat Hukum Pencabutan Izin Usaha

Pencabutan izin usaha bank pada umumnya ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia. Khusus bagi bank atau kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri pencabutan izin akan diberikan apabila pihak bank telah menyelesaikan kewajibannya kepada seluruh kreditor atau menyediakan dana sekuarang-kurangnya sebesar kewajiban bank atau kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang belum diselesaikan.

Bank Indonesia memberitahukan pencabutan izin usaha tersebut kepada bank atau kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dan mengumumkannya dalam dua surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas. Dalam hal bank yang dicabut izin usahanya memiliki kantor di luar negeri, pencabutan izin usahanya


(32)

diberitahukan oleh Bank Indonesia kepada otoritas negara asal. Jadi, pencabutan izin usaha, serta pemberitahuan dan pengumumannya dilakukan oleh Bank Indonesia. Sejak tanggal pencabutan izin usaha tersebut, bank yang bersangkutan wajib menutup seluruh kantornya untuk umum dan menghentikan segala kegiatan perbankan serta pengurus banknya dilarang melakukan perbuatan hukum berkaitan dengan aset dan kewajiban bank, kecuali atas persetujuan dan/atau penugasan Bank Indonesai dan untuk :

1. Pembayaran gaji pegawai yang terutang, 2. Pembayaran biaya kantor,

3. Pembayaran kewajiban bank kepada nasabah penyimpan dana dengan menggunakan dana lembaga penjamin simpanan.

Adapun tugas-tugas yang wajib dilaksanakan oleh direksi bank yang dicabut izin usahanya adalah :

1. Menyusun neraca per tanggal pencabutan izin usaha bank yang bersangkutan dan diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Bank Indonesia,

2. Mempersiapkan calon anggota Tim Likuidasi untuk mendapat persetujuan Bank Indonesia sebelum diajukan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), 3. Mempersiapkan pemutusan hubungan kerja dengan pegawai,

4. Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), ecuali bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri.


(33)

Apabila direksi bank yang dicabut izin usahanya tidak bersedia melaksanakan tugas dan kewajiban dimaksud, atau direksi bank dalam keadaan tidak hadir, Bank Indonesia berwenang menetapkan Tim Pengelola Sementara, yang bertugas menjalankan fungsi direksi bank sampai terbentuknya Tim Likuidasi.

Bank yang bersangkutan diwajibkan menyelenggarakan RUPS selamabat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak tanggal pencabutan izin usaha guna memutuskan sekurang-kurangnya pembubaran badan hukum bank dan pembentukan Tim Likuidasi. Apabila RUPS tidak dapat diselenggarakan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, atau diselenggarakan namun tidak berhasil memutuskan pembubaran badan hukum bank dan pembentukan Tim Likuidasi, maka direksi Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang memuat :

1. Pembubaran badan hukum bank,

2. Penunjukkan Tim Likuidasi dengan susunan dan nama-nama angora yang diusulkan oleh Bank Indonesia,

3. Perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

4. Perintah agar Tim Likuidasi mempertanggungjawabkan pelaksanaan likuidasi kepada Bank Indonesia.

Sejak tanggal dikeluarkannya berita acara RUPS, yang memutuskan pembubaran badan hukum bank atau tanggal penetapan pengadilan, bank disebut sebagai “Bank Dalam Likuidasi” dan wajib mencantumkan kata “(Dalam Likuidasi)” setelah penulisan nama bank yang bersangkutan.


(34)

Maka, pencabutan izin usaha bank tidak berarti proses likuidasi bank berakhir, melainkan harus diikuti dengan pembubaran badan hukumnya oleh RUPS atau organisasi yang tertinggi dalam badan usaha tersebut atau bisa dilakukan secara paksa atas perintah pengadilan berdasarkan permintaan Bank Indonesia, baru selanjutnya bank tersebut dilikuidasi.

Pelaksanaan likuidasi bank dilakukan oleh Tim Likuidasi secara efisien dan efektif, dan diharapkan likuidasi dapat selesai dalam waktu singkat. Sejak terbentuknya Tim Likudasi, maka tanggung jawab pengelolaan bank yang dicabut izin usahanya beralih dari pengurus bank kepada Tim Likuidasi dan pengurus bank yang bersangkutan. Pelaksanaan likuidasi bank yang dilakukan oleh Tim Likuidasi tersebut wajib diselesaikan dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal dibentuknya Tim Likuidasi apabila penyelesaiannya mengalami tingkat kesulitan yang tinggi.

Setelah pelaksanaan likuidasi bank berakhir, Tim Likuidasi wajib menyusun Neraca Akhir Likuidasi (NAL) guna dilaporkan kepada Bank Indonesia dan dipertanggungjawabkan kepada pemegang saham melalui RUPS, atau dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada Bank Indonesia apabial Tim Likuidasi dibentuk melalui penetapan pengadilan. Apabila neraca akhir likuidasi telah disetujui Bank Indonesia dan RUPS menerima pertanggungjawaban Tim Likuidasi, atau Bank menerima pertanggungjawaban Tim Likuidasi, maka RUPS atau Bank Indonesia : 1. Meminta Tim Likuidasi :


(35)

a. Mengumumkan berakhirnya likuidasi dan perseroan dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia dan dalam surat kabar yang mempunyai peredaran luas,

b. Memberitahukan instansi yang berwenang,

c. Memberitahukan Departemen Perindustrian dan Perdagangan agar nama badan hukum bank tersebut dicoret dari daftar perusahaan.

2. Membubarkan Tim Likuidasi.

Status badan hukum bank yang dilikuidasi dihapus sejak tanggal pengumuman berakhirnya proses likudasi dalam Berita Negara Republik Indonesia. Tim Likuidasi setelah mengakhiri pelaksanaan likuidasi bank, menyerahkan dokumen-dokumen bank kepada :

1. Para pemegang saham,

2. Kantor pusat dan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, 3. Pihak-pihak lain yang ditunjukan oleh pemegang saham atau kantor pusat dan

kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri atau pengadilan, untuk disimpan selama jangka waktu tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(36)

I. Kerangka Pikir

Skema 1 Kerangka Pikir Alur Penyelesaian

Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi)

Pembentukan Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) oleh RUPS

Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Tim Likuidasi

Wewenang Bank Indonesia dalam mengajukan permohonan penetapan kepada pengadilan

Dasar pertimbangan majelis hakim untuk mengabulkan permohonan Bank Indonesia Akibat hukum terhadap pembubaran Tim Likuidasi


(37)

Kerangka pikir adalah alur penyelesaian masalah berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep. Berdasarkan permasalahan yang ada, yang menjadi kerangka pikur dalam penelitian ini adalah mengenai peran tim likuidasi dalam melikuidasi suatu bank. Ketika suatu bank dinyatakan tidak mampu bertahan dalam dunia perbankan dan berdampak sistemik oleh Bank Indonesia maka bank tersebut akan di proses untuk dilikuidasi. Likuidasi adalah tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Likudasi bank dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan atas persetujuan Bank Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya, tim likuidasi mempunyai peraturan yang harus dipatuhi yang telah diatur dalam SK. DIR BI No. 32/53/KEP/DIR pada Pasal 25. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat beberapa tugas yang tidak dapat diselesaikan sehingga menghambat pembubaran tim likuidasi dan terpaksa harus dibubarkan melalui penetapan pengadilan atas dasar permohonan Bank Indonesia. Berdasarkan pertimbangan hakim maka permohonan tersebut dikabulkan dan diwujudkan dalam Penetapan Pengadilan Nomor : 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST. Tentunya, ketika dikeluarkan penetapan pengadilan akan menimbulkan akibat hukum bagi Tim Likuidasi, Bank Indonesia dan Pemegang Saham.


(38)

III. METODE PENELITIAN

Metode peneliti

an dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul (Abdulkadir Muhammad, 2004: 32).

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang. Norma hukum yang berlaku itu berupa norma hukum tertulis bentukan lembaga perundang-undangan, norma hukum tertulis bentukan lembaga peradilan serta norma hukum tertulis buatan pihak-pihak yang berkepentingan (Abdulkadir Muhammad, 2004: 52). Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan tugas dan tanggung jawab tim likuidasi dalam proses melikuidasi suatu


(39)

bank sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank serta SK. DIR BI No. 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 Tentang Tata Cara Pencabutan Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan tujuan untuk memperoleh gambaran lengkap. Gambaran tersebut berupa tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas, terperinci, dan sistematis tentang beberapa aspek yang diteliti. Pada objek kajian mengenal tim likuidasi serta membahas tugas dan wewenang tim likuidasi sebagai pihak yang turut campur dalam proses likuidasi bank.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif analitis. Normatif analitis adalah mengidentifikasi, menginventarisasi, dan mengkaji secara komprehensif analisis bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan (Abdulkadir Muhammad, 2004 : 191).


(40)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder : 1. Data primer adalah data diperoleh melalui Penetapan No. 85/PDT.P/2010/PN.

JKT.PST Tentang Permohonan Penetapan Akhir Likudasi. Peneliti merasa bahwa data kepustakaan yang didapat belum cukup untuk penelitian, maka peneliti mengadakan wawancara di lapangan dengan pihak-pihak yang mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan sedang diteliti sesuai dengan tempat dan subyek yang telah ditetapkan untuk menambah informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Bertindak sebagai narasumber adalah Ibu Retno Prihatini, S.H (Penasehat Hukum Yunior) dan Bapak Samuel Maengkom, SH (Penasehat Hukum Yunior) yang bekerja di Direktorat Hukum Bank Indonesia (DHk BI), Jalan MH. Thamrin Nomor 2, Jakarta Pusat 10350.

2. Data Sekunder adalah data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan dan literatur terkait. Data sekunder bersumber dari :

a. Bahan Hukum Primer (Primary Law Material), yaitu merupakan bahan hukum yang bersifat mengikat berupa peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer dalam penelitian ini meliputi :

1) Undang-Undang N0. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan).

2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia


(41)

2009 Tentang Bank Indonesia (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Bank Indonesia).

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1998 Tentang Likuidasi Bank .

4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank (selanjutnya disebut dengan PP No. 25 Tahun 1999).

5) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/63KEP/DIR Tanggal 2 Mei September 1997 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Likuidasi Bank. 6) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/53/KEP/DIR Tanggal 14

Mei 1999 Tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum (selanjutnya disebut dengan SK. DIR BI No. 32/53/KEP/DIR ).

7) Penetapan No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST Tentang Permohonan

Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment International ( PT. Bank Indovest ), Tbk (Dalam Likuidasi).

b. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penilitian ini adalah hasil karya ilmiah para sarjana, terutama literatur-literatur mengenai Likuidasi Bank.

c. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat kabar, internet, Kamus Besar Bahasa Indonesia, jurnal hukum, majalah, internet dan informasi lainnya untuk mendukung penelitian ini.


(42)

E. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan pustaka yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan diteliti.

b. Wawancara

Wawancara, dipandu dengan pokok pertanyaan atau daftar pertanyaan secara sistematis, yang dibuat sesuai dengan panduan daftar pertanyaan terhadap 2 (dua) orang pegawai Bank Indonesia yaitu Ibu Retno Prihatini, SH (Penasehat Hukum Yunior) dan Bapak Samuel Maengkom, SH (Penasehat Hukum Yunior) di Direktorat Hukum.

2. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan wawancara diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Identifikasi data, yaitu dengan menelaah data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan;

b. Seleksi data, yaitu memeriksa secara selektif data yang telah terkumpul untuk memenuhi kesesuaian data yang diperlukan dalam wajib permasalahan dalam penelitian ini;


(43)

c. Klasifikasi data, yaitu data yang telah di seleksi selanjutnya diklasifikasikan atau dikumpulkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif;

d. Sistematis data, yaitu menempatkan data secara sistematis sesuai dnegan permasalahan, sehingga mempermudah pada saat melakukan analisis data.

F. Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah analisis data. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan anailisis kualitatif, yaitu analisis yang dijabarkan dalam bentuk kalimat yang tersusun secara logis, rinci, dan sistematis. Sehingga memudahkan serta memberi arti terhadap data dan kemudian diambil keputusan.


(44)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bank Indonesia sah secara hukum mempunyai wewenang untuk mengajukan

permohonan penetapan kepada pengadilan, karena sudah sesuai fakta hukum yaitu berdasarkan Pasal 36 Ayat (3) SK. DIR BI No. 32/53/KEP/DIR bahwa Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk mengajukan permohonan kepada Pengadilan Jakarta Pusat, dimana salah satu isi permohonan adalah pembubaran Tim Likuidasi karena tugas telah diselesaikan dan telah melewati akhir waktu yang ditentukan.

2. Dasar pertimbangan Majelis Hakim sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Majelis Hakim mengabulkan permohonan pemohon dengan mengeluarkan Penetapan No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST Tentang Permohonan Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment International, Tbk (Dalam Likuidasi). Majelis Hakim mengabulkan permohonan Bank Indonesia karena :

a. Majelis Hakim ingin mempercepat proses likuidasi dan supaya Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) cepat mendapat kepastian hukum.


(45)

b. Majelis Hakim ingin menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank supaya tidak menurun.

3. Terdapat 3 (tiga) akibat hukum yang timbul atas dikeluarkannya Penetapan Pengadilan No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT.PST, yaitu :

a. akibat hukum bagi Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi), bahwa

1) Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) wajib

melanjutan tugas yang tertunda,

2) Tim Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi) dinyatakan bubar secara hukum karena masa kerja telah habis.

b. akibat hukum bagi Bank Indonesia sebagai Pemohon untuk pembubaran Tim

Likuidasi PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam Likuidasi), bahwa Bank Indonesia sah secara hukum untuk mengajukan wewenang berdasarkan peraturan yang berlaku.

c. akibat hukum bagi Pemegang Saham .PT. Bank Indovest, Tbk (Dalam

Likuidasi), bahwa :

1) RUSPLB yang dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali tidak berhasil

dilaksanakan,

2) RUPSLB harus melaksanakan kewajiban sebagai kreditur.


(46)

Pembubaran tim likuidasi suatu bank tergantung pada pertanggungjawaban tim likuidasi dalam pelaksanaan likuidasi bank. Pertanggungjawaban tim likuidasi dituangkan atau disusun dalam Neraca Akhir Likuidasi (NAL). Sebagai bahan pertanggungjawaban tim likuidasi dalam RUPSLB, maka dalam ketentuan mengenai NAL harus lebih jelas. Sementara dalam ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang likuidasi bank sejauh ini belum mengatur secara terperinci mengenai NAL jika hanya disetujui oleh salah satu pihak yaitu Bank Indonesia atau RUPSLB, sejauh ini belum ada ketentuan apa yang harus dilakukan oleh pihak tim likuidasi untuk menyelesaikan hal tersebut jika terjadi. Hal tersebut harus lebih diatur kembali dalam Undang-Undang Perbankan yang berarti Undang-Undang-Undang-Undang Perbankan harus diamandemen atau Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank harus diperbaharui supaya jelas untuk kepastian hukum tim likuidasi.


(47)

(DALAM LIKUIDASI)

(Skripsi)

Oleh

Meliza Laudy Oktaviani

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(48)

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

1. Permasalahan ... 6

2. Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

1. Kegunaan Teoritis ... 7

2. Kegunaan Praktis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8


(49)

E. Kebijakan Dalam Hal Bank Mengalami Kesulitan ... 21

F. Likuidasi Bank ... 24

G. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Tim Likuidasi ... 27

H. Akibat Hukum Pencabutan Usaha ... 30

I. Kerangka Pikir ... 35

III.METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tipe Penelitian ... 38

C. Pendekatan Masalah ... 38

D. Data dan Sumber Data ... 38

E. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 41

1. Metode Pengumpulan Data ... 41

2. Metode Pengolahan Data ... 41

F. Analisis Data ... 42

IV.PEMBAHASAN ... 43

A. Wewenang Bank Indonesia Dalam Mengajukan Permohonan Penetapan kepada Pengadilan ... 43

B. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Mengabulkan Permohonan Penetapan Bank Indonesia ... 50

C. Akibat Hukum Terhadap Pembubaran Tim Likuidasi yang Dibentuk oleh RUPS Namun Pembubarannya Melalui Penetapan Pengadilan ... 59

V. PENUTUP ... 64


(50)

(51)

A. Literatur

Ahmaturrahman. 2006.Hukum Acara Perdata Indonesia. Alumni Bandung., Jakarta. Djumhana, Muhammad. 2000. Hukum Perbankan Di Indonesia. PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Fuady, Munir. 2003.Hukum Perbankan Modern. PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung. Kasmir. 2001.Manajemen Perbankan.PT. Graha Grafindo Persada, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2006.Hukum Perusahan Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Pardede, Marulak. 1998. Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1984.Pengantar Penilitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Stuart, GM. Verryn. 2003.Pengantar Hukum Perbankan. Alfabeta. Jakarta.

Suseno. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) BI. Jakarta.

Sutedi, Adrian. 2008.Hukum Perbankan. Sinar Grafika. Jakarta.

Usman, Rachmadi. 2002. Aspek-Aspek Hukum Perbankan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

B. Perundang-undangan

Indonesia, Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Lembaran Negara


(52)

1999 tentang Bank Indonesia. Undang-Undang No. 3 Tahun 2004. Lembaran Negara Tahun 2004 No. 66 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/53/KEP.DIR/1999 tentang tata cara pencabutan izin usaha, pembubaran dan likuidasi bank umum.

C. Lain-lain

http://www.fh.unsri.ac.id/old_version/citanegarahukumindonesia.doc http://hukumonline.com/detail.asp/?id=15666&cl=Berita

http://aruspelangi.pbwiki.com/Profil. http://www.bi.go.id


(53)

Skema Halaman 1. Skema 1 Kerangka Pikir ALur Penyelesaian ... 35


(54)

Oleh

Meliza Laudy Oktaviani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(55)

Oleh

Meliza Laudy Oktaviani

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(56)

INVESTMENT INTERNATIONAL, TBK (DALAM LIKUIDASI)

Nama Mahasiswa : Meliza Laudy Oktaviani Nomor Pokok Mahasiswa : 0712011253

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Yennie Agustin M. R, S.H., M.H. Ahmad Zazili, S.H., M.H.

NIP 197108251997202001 NIP 197404132005011001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. NIP 195805271984031001


(57)

“Your time is limited, so don’t waste it living someone’s else life”

(Steve Jobs)

Jangan pernah menunda, karena waktu terus berjalan dan tidak akan pernah menunggu


(58)

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan karuniaNya, aku persembahkan skripsi dan seluruh pengabdianku untuk

orang-orang yang aku cintai dan sayangi, yaitu kepada :

Ayahanda Suhudi dan Ibunda Jolanda yang selalu membawa nama aku di dalam doa untuk keberhasilan saya dan setiap kasih sayang serta kesabaran

menunggu selesainya studi aku

Saudara-saudari tercinta, manda, ecy, irin, dude yang selalu memberikan doa dan semangat, dan terlebih untuk Almarhum kakak tercinta Karel Standya de Fretes yang memberikan pelajaran sangat berharga semasa

hidupnya.

My girls Hutabarat’s tersayang Laura dan Citra untuk setiap doa, dukungan dan kasih sayangnya


(59)

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 20 Oktober 1989, merupakan anak kedua (2) pasangan Bapak Suhudi dan Ibu Jolanda. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD. Kasih Ananda II Jakarta dan selesai pada tahun 2001, melanjutkan ke sekolah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 236 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2004, melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 31 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Reguler Universitas Lampung. Pada tahun 2010 penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL)Magang di Bank Indonesia, Jakarta.


(60)

Salam Sejahtera,

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, keajaiban dan rencana-rencanaNya yang selalu indah pada waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT/PST Tentang

Permohonan Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment

International, Tbk (Dalam Likuidasi).

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Penyelesaian skirpsi ini tentu banyak dibantu baik dukungan moril, materil, dan spirituil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., sebagai Ketua Bagian Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Siti Nurhasanah S.H., M.Hum, sebagai pembimbing akademik yang telah memberi arahan, bimbingan.


(61)

5. Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H., sebagai Pembimbing II yang telah memberikan arahan serta saran guna penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata S.H., M.H., sebagai Pembahas I yang telah meluangkan waktu dengan tulus dan ikhlas guna memberikan saran dan perbaikan terhadap penulisan skripsi ini.

7. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., sebagai Pembahas II yang turut memberikan saran yang berguna bagi penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen beserta staf dan karyawan Fakultas Hukum yang telah membantu dalam proses skripsi ini.

9. Ayahanda Suhudi dan Ibunda Jolanda atas doa, dukungan, kesabaran dan semangat serta kasih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Saudara-saudaraku, manda, ecy, irin, dude dan special untuk Almarhum Bung Alo, terima kasih atas doa, dukungan serta kasih sayang kalian.

11. Oma-oma dan Opa-opa atas dukungan doanya, om-om dan tante-tante yang selalu memberikan dukungan.

12. Keluarga besar de Fretes dan Maatita di Jakarta, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

13. Keluarga kedua-ku di Kemiling, terima kasih atas semua doa, dukungan serta perhatian yang tulus selama di Lampung.


(62)

ini.

16. Dion, Dhanto, Ayu, Rizky, yang selalu memberikan dukungan dan doa.

17. Ebi, Kak Titin, Kak Nena, Susi, Anggi dan teman-teman seangkatan lainnya, yang sudah memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini. 18. Teman-teman solaria, Teman-teman Bogi dan 3 on 3 yang memberikan dukungan

doa dan semangat.

19. Youth BZ (Rico, Gaby, James, Grandi, Chikita, Zevina, Gemmy, Matris, Lily, Fira) dukungan dan doa yang tidak berhenti diberikan.

20. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terima kasih atas bantuan doa dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung. Mei 2012 Penulis


(1)

MOTTO

“Your time is limited, so don’t waste it living someone’s else life”

(Steve Jobs)

Jangan pernah menunda, karena waktu terus berjalan dan tidak akan pernah menunggu


(2)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan karuniaNya, aku persembahkan skripsi dan seluruh pengabdianku untuk

orang-orang yang aku cintai dan sayangi, yaitu kepada :

Ayahanda Suhudi dan Ibunda Jolanda yang selalu membawa nama aku di dalam doa untuk keberhasilan saya dan setiap kasih sayang serta kesabaran

menunggu selesainya studi aku

Saudara-saudari tercinta, manda, ecy, irin, dude yang selalu memberikan doa dan semangat, dan terlebih untuk Almarhum kakak tercinta Karel Standya de Fretes yang memberikan pelajaran sangat berharga semasa

hidupnya.

My girls Hutabarat’s tersayang Laura dan Citra untuk setiap doa, dukungan dan kasih sayangnya


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 20 Oktober 1989, merupakan anak kedua (2) pasangan Bapak Suhudi dan Ibu Jolanda. Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD. Kasih Ananda II Jakarta dan selesai pada tahun 2001, melanjutkan ke sekolah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 236 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2004, melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 31 Jakarta Timur dan lulus pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Reguler Universitas Lampung. Pada tahun 2010 penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL)Magang di Bank Indonesia, Jakarta.


(4)

SANWACANA

Salam Sejahtera,

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, keajaiban dan rencana-rencanaNya yang selalu indah pada waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 85/PDT.P/2010/PN.JKT/PST Tentang Permohonan Penetapan Akhir Likuidasi PT. Bank Indonesian Investment International, Tbk (Dalam Likuidasi).

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Penyelesaian skirpsi ini tentu banyak dibantu baik dukungan moril, materil, dan spirituil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., sebagai Ketua Bagian Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Siti Nurhasanah S.H., M.Hum, sebagai pembimbing akademik yang telah memberi arahan, bimbingan.


(5)

4. Ibu Yennie Agustin M. R S.H., M.H., sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran penulisan skripsi ini.

5. Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H., sebagai Pembimbing II yang telah memberikan arahan serta saran guna penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. I Gede A.B Wiranata S.H., M.H., sebagai Pembahas I yang telah meluangkan waktu dengan tulus dan ikhlas guna memberikan saran dan perbaikan terhadap penulisan skripsi ini.

7. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., sebagai Pembahas II yang turut memberikan saran yang berguna bagi penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen beserta staf dan karyawan Fakultas Hukum yang telah membantu dalam proses skripsi ini.

9. Ayahanda Suhudi dan Ibunda Jolanda atas doa, dukungan, kesabaran dan semangat serta kasih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Saudara-saudaraku, manda, ecy, irin, dude dan special untuk Almarhum Bung Alo, terima kasih atas doa, dukungan serta kasih sayang kalian.

11. Oma-oma dan Opa-opa atas dukungan doanya, om-om dan tante-tante yang selalu memberikan dukungan.

12. Keluarga besar de Fretes dan Maatita di Jakarta, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

13. Keluarga kedua-ku di Kemiling, terima kasih atas semua doa, dukungan serta perhatian yang tulus selama di Lampung.


(6)

15. Teman-teman tersayang, Laura dan Citra, terima kasih atas pertemanan, persaudaran serta dukungan dan doa yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Dion, Dhanto, Ayu, Rizky, yang selalu memberikan dukungan dan doa.

17. Ebi, Kak Titin, Kak Nena, Susi, Anggi dan teman-teman seangkatan lainnya, yang sudah memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini. 18. Teman-teman solaria, Teman-teman Bogi dan 3 on 3 yang memberikan dukungan

doa dan semangat.

19. Youth BZ (Rico, Gaby, James, Grandi, Chikita, Zevina, Gemmy, Matris, Lily, Fira) dukungan dan doa yang tidak berhenti diberikan.

20. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terima kasih atas bantuan doa dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung. Mei 2012 Penulis