Penjasorkes
– SMP
| 285 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes bukan nilai, atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri. Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku literatur,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru danatau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran. d.
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio
yang dihasilkan. g.
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap
lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Penjasorkes
– SMP
| 286 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai
yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya
alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk
esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka extended- response atau jawaban terbatas restricted-response. Hal ini sangat tergantung pada
bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks.
Penjasorkes
– SMP
| 287 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
Daftar Pustaka
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep Dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
Coutinho, M., Malouf, D. 1993. Performance Assessment and Children with Disabilities: Issues and Possibilities. Teaching Exceptional Children, 254, 63–67.
Cumming, J. J., Maxwell, G. S. 1999. Contextualizing Authentic Assessment. Assessment in Education, 62, 177–194.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses dan Produk Dalam Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi Makalah Disampaikan pada In House
Training IHT SMA N 1 Kuta Utara. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Gatlin, L., Jacob, S. 2002. Standards-Based Digital Portfolios: A Component of Authentic Assessment for Preservice Teachers. Action in Teacher Education, 234, 28–34.
Grisham-Brown, J., Hallam, R., Brookshire, R. 2006. Using Authentic Assessment to Evidence Childrens Progress Toward Early Learning Standards. Early Childhood Education
Journal, 341, 45–51.
Salvia, J., Ysseldyke, J. E. 2004. Assessment in Special and Inclusive Education 9th ed.. New York: Houghton Mifflin.
Wiggins, G. 1993. Assessment: Authenticity, Context and Validity. Phi Delta Kappan, 753,
200–214.
Penjasorkes
– SMP
| 288 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013
PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PENJASORKES
Penilaian hasil belajar Penjasorkes bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,
penilaian hasil belajar dilakukan oleh guru secara berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek sikap, psikomotor maupun kognitif. sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran penjasorkes. Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil belajar peserta didik pada
kelompok mata pelajaran Penjasorkes, yaitu: 1.
Penilaian ditujukan untuk menilai hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi hasil belajar yang menyeluruh menuntut
berbagai bentuk sajian, yakni berupa angka prestasi, kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai dengan aspek yang dinilai. Informasi dalam bentuk angka cocok untuk menyajikan prestasi
dalam aspek kognitif dan psikomotor. Sajian dalam bentuk kategorisasi disertai dengan deskriptif-naratif cocok untuk melaporkan aspek afektif.
2. Hasil penilaian dapat digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi dan melakukan
pembinaan dan pembimbingan pribadi peserta didik. 3.
Penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk pengembangan seluruh potensi peserta didik, termasuk pembinaan prestasi.
Misalnya, seorang peserta didik kurang berminat terhadap mata pelajaran penjaorkes, maka hendaknya diberi motivasi agar ia menjadi lebih
berminat. 4.
Untuk memperoleh data yang lebih dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan perlu digunakan banyak teknik penilaian yang dilakukan secara berulang dan
berkesinambungan. Dalam rangka melaksanakan penilaian autentik dalam pembelajaran Penjasorkes, sesuai
dengan karakteristiknya guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan:
a. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai;
b. Fokus penilaian yang akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan; dan c.
Tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Terkait dengan asesmen autentik dan penilaian berbasis kinerja performance based assessment
dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Marilyn M. Buck, dkk., menjelaskan beberapa contoh unsur yang dinilai, yaitu:
HO 2.33.2
Penjasorkes
– SMP
| 289 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 1.
Kemampuan menggunakan keterampilan dalam situasi permainan yang sesungguhnya; 2.
Kemampuan dalam menyusun program latihan, melakukan latihan, dan mengukur hasil latihan program kebugaran jasmani;
3. Menerapkan prinsip-prinsip belajar gerak dalam upaya menguasai keterampilan yang baru
dipelajari. Selain menjelaskan unsur-unsur yang dinilai, Marilyn M. Buck, dkk. juga menyebutkan
karakteristik khusus dalam penilaian berbasis kinerja pada pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, meliputi:
1. Peserta didik menampilkan, mengkreasikan, atau melakukan sesuatu. Mereka dituntut untuk
menggunakan “higher level thinking” untuk diterapkan pada berbagai konteks kehidupan nyata dan berarti. Keterampilan yang dikuasai dapat ditransfer ke dalam kehidupan sosial
secara nyata dan pekerjaan yang sesungguhnya. 2.
Peserta didik benar-benar mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi performanya.
3. Peserta didik dapat mengambil pelajaran untuk dapat merefleksi atau mengevaluasi kinerjanya
sendiri, sehingga guru hanya berperan melayani sebagai pelatih maupun fasilitator. 4.
Peserta didik memiliki espektasi atau pengharapan agar kemampuannya dapat dilihat orang lain.
5. Asesmen memuat pengujian terhadap proses maupun hasil belajar.
Seorang guru dapat menerapkan penilaian autentik dengan terlebih dahulu merancangnya dengan berbagai tahap berikut ini:
1. Memilih kompetensi dasar, pembanding sebagai patokan benchmark yang terstandar atau
dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada, seta tujuan pembelajaran. 2.
Menginventarisir berbagai teknik penilaian untuk setiap domain pembelajaran. 3.
Menjawab pertanyaan “Apa tugas yang dapat saya berikan kepada peserta didik untuk menunjukkan penguasaan konsep, keterampilan, dan sikap yang mereka miliki?”
4. Melengkapi tugas yang diberikan dengan petunjuk yang memuat jenis tugas
pribadiberpasanagnkelompok, waktu penyelesain tugas, fasilitas yang diperlukan, alternatif tugas bagi peserta didik yang sangat berbakat, instrumen uji formatif untuk memberikan
feedback, dan cara merefleksikan diri dengan bantuan guru maupun pasangan. 5.
Menyiapkan informasi “model” yang dapat dijadikan sebagai contoh bagi peserta didik atas capain kompetensi yang diinginkan.
6. Memahami cara mengevaluasi dan melakukan konversi data ke dalam derajat kemampuan
peserta didik. 7.
Memilih strategi pembelajaran yang mungkin akan digunakan untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan agar peserta didik dapat memenuhi tugas yang diberikan.
Strategi tersebut meliputi pra asesmen terhadap bekal awal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan, berbagai kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan serta alternatif yang sesuai dengan gaya belajar dan kapabilitas peserta didik,
Penjasorkes
– SMP
| 290 SMP
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 dan cara untuk membantu peserta didik mengembangkan sikap positif mengenai
pembelajaran dan tugas yang harus dilakukan.
8.
Merencanakan cara kerja peserta didik dan atau pasangannya menilai kinerjanya. Dalam penilaian autentik dikenal beberapa teknik yang dapat digunakan. Guru dapat memilih
beberapa cara yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kompetensi dasar yang akan dinilai,
serta pertimbangan lainnya. Berikut adalah teknik penilaian otentik tersebut: 1.
Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mengungkap pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran penjasorkes. Berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dilakukan dalam situasi
yang disediakan khusus, misalnya: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester ataupun ulangan kenaikan kelas. Tes dapat juga dilakukan melekat dalam proses
pembelajaran, misalnya dalam bentuk kuis, untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat menguasai atau menyerap materi pelajaran.
2. Penilaian Berbasis Kinerja Performance Based Asessment