Pemahaman mengenai hal tersebut di atas akan sangat membantu rasa
aman dalam penggunaan frekuensi radio secara keseluruhan termasuk membantu
pengamanan keselamatan manusia dalam transportasi penerbangan melalui
ketaatan penggunaan frekuensi radio secara benar sehingga tidak berdampak
terganggunya pita frekuensi radio pada dinas penerbangan oleh intermodulasi dari
radio siaran FM.
3. Kendala Penanganan Gangguan Frekuensi Radio
di Lapangan
Seperti disampaikan di awal bahwa pelayanan dalam penanganan gangguan
frekuensi radio adalah merupakan tugas keseharian UPT. Pelayanan ini bukanlah
sebagai beban, namun tugas yang harus dilaksanakan secara bertanggungjawab
dan dijadikan sebagai suatu seni tersendiri. Namun demikian dalam pelaksanaannya
terkadang terkendala oleh beberapa hal di antaranya ;
3.1. Lalulintas Jalan
Lokasi kantor UPT Balmon Kelas I Jakarta saat ini terletak jauh di pinggir
kota, berbatasan dengan Bekasi dan Bogor, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai lokasi gangguan yang biasanya hanya membutuhkan waktu 45 menit,
tapi dengan kondisi lalulintas yang macet sehingga dibutuhkan waktu yang lebih
lama.
3.2. Prosedur Memasuki Gedung
Sangat beruntung jika sasaran sumber pengganggu tidak berada di lokasi
bangunan tinggi sehingga tidak lagi harus bersusah payah meminta ijin untuk
memasuki gedung. Namun jika sumber pengganggu berada di lokasi bangunan
tinggi yang dikelola oleh pihak tertentu maka berbagai alasan dan prosedur
harus diikuti. Walaupun sebagian petugas Pengendali Frekuensi Radio PFR adalah
Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS bukan berarti yang bersangkutan dapat
leluasa memasuki wilayahaset orang lain sesuka hati, prosedur untuk memasuki aset
milik orang lain harus dipenuhi, petugas PFR harus tunduk pada kebijakan para
pemilik gedung itu sendiri. Tahap awal untuk memasuki gedung,
ijin dapat disampaikan pada hari itu juga saat petugas PFR akan menuju ke
lokasi gedung dimana terdapat sumber gangguan. Namun proses persetujuan ini
cukup lama terkadang hampir setengah perjalanan waktu di siang hari habis untuk
menunggu keputusan ijin diberikan. Selain itu petugas PFR biasanya didampingi oleh
petugas keamanan sehingga sangat tidak nyaman.
Saat menuju atap gedung petugas PFR tentunya akan membawa berbagai
peralatan kerja seperti spectrum analyzer, dimana sebelumnya UPT menggunakan
spectrum analyzer dengan ukuran besar, sehingga sangat merepotkan. Selain itu
perlu juga membawa kabel rol untuk NHSHUOXDQFDWXGD\DOLVWULNDWXGD\DOLVWULN
tersebut diambil dari gedung tempat sumber gangguan dan terkadang tidak
diijinkan oleh pemilik gedung sehingga jika tidak diijinkan pastilah harus mundur
teratur.
Pada era sebelum UPT memiliki spectrum analyzer jenis jinjing petugas PFR
akan mundur dalam arti batal melakukan pengukuran di lokasi gedung bila tidak
diijinkan menggunakan catudaya listrik dari pemilik gedung. Namun saat ini UPT sudah
memiliki jenis spectrum analyzer jenis jinjing yang bercatudaya baterai sehingga
tetap dapat melakukan pengukuran di atas gedung, tanpa harus mengandalkan listrik
dari gedung bersangkutan. Oleh karena itu spectrum analyzer untuk keperluan di
lapangan sebaiknya segera diganti dengan jenis jinjing.
3.3. Sumber Gangguan Berada di Koridor Bangunan Tinggi
Kasus yang sulit untuk dilacak adalah bila sumber pengganggu berada di antara
koridor bangunan tinggi di mana signal memantul secara sporadis dan tidak
terarah, untuk itu diperlukan suatu cara tertentu sehingga diperoleh kepastian
arah sebagai bahan analisa sumber gangguan. Dalam penanganan gangguan
pada kasus tersebut, para petugas PFR di UPT Jakarta disebut Tim Laba-laba, karena
kegiatannya sering memanjat dari satu gedung bertingkat ke gedung bertingkat
lainnya.
Dalam melakukan pengukuran atau menentukan arah sumber pancaran yang
tepat dari radio link petugas PFR harus memperhitungkan jarak antara titik
lokasi pengamatan dengan antena yang dianggap sumber pancaran, sehingga
sangat merepotkan jika jarak lintasan terhalang oleh bangunan di depannya.
Hal yang membuat repot adalah untuk mendapatkan sudut cakupan print foot,
karena terkadang yang diasumsikan tepat ternyata terdapat penghalang, maka upaya
penanganan gangguan menjadi batal dan harus mencari lokasi lain yang lebih sesuai.
Dengan kata lain yang menjadi masalah di Jakarta justru antara radio link dengan
radio link lainnya selain berdiri di atas menara yang dibangun di atas permukaan
tanah ada pula menara radio link yang menaranya dibangun di atas bangunan
tinggi yang bilamana akan diukur dari stasiun bergerak tidak segaris dengan
sumber pancaran radio link, sehingga petugas PFR harus berupaya untuk
mencari cara lain agar dapat memperoleh arah pancaran yang optimal. Sebagai
pilihan penanganan gangguan adalah dengan cara melakukan pengukuran dari
atap bangunan tinggi.
Sebagai gambaran, di samping adalah salah satu blok di wilayah DKI Jakarta yang
dilaporkan mengalami gangguan frekuensi
radio, betapa kusutnya pantulan-pantulan
gelombang radio yang akan timbul akibat
membentur dinding bangunan pada blok
dalam gambar.
Blok Bangunan sebagai perintang
55