PENGARUH PEMANFAATAN AMPAS FERMENTASI DEDAK SEBAGAI PAKAN BUATAN DENGAN FEEDING RATE YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH TERIPANG PASIR (Holothuria scabra)
ABSTRAK
PENGARUH PEMANFAATAN AMPAS FERMENTASI DEDAK SEBAGAI PAKAN BUATAN DENGAN FEEDING RATE YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH
TERIPANG PASIR (Holothuria scabra)
Oleh Sely Andriani
Teripang Pasir (Holothuria scabra) adalah salah satu komoditas budidaya air laut yang memiliki harga jual tinggi. Salah satu masalahnya adalah kurangnya ketersediaan pakan pada benih. Salah satu solusinya adalah pemanfaatan ampas fermentasi dedak sebagai pakan buatan untuk benih. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pemanfaatan ampas fermentasi dedak sebagai pakan buatan dengan feeding Rate (FR) yang berbeda terhadap pertumbuhan benih Holothuria scabra yang maksimal. Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan dalam penelitian meliputi pemberian ampas fermentasi feeding rate (FR) 10%, 15%, dan 20% Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ampas fermentasi sebagai pakan buatan dengan FR yang berbeda memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan benih mutlak dengan (P<0,05). Pemberian ampas fermentasi dengan FR 15% relatif lebih baik dengan pertumbuhan mutlak mencapai 11,39 g, laju pertumbuhan harian sebesar 0,3 g/hari.
(2)
ABSTRACT
UTILIZATION OF FERMENTED RICE BRAN WASTE WITH DIFFERENT FEEDING RATE ON GROWTH AND SURVIVAL RATE OF
SEA CUCUMBER (Holothuria scabra)
By Sely Andriani
Sea cucumber (Holothuria scabra) is one of commodities marine aquaculture which high selling price, but one of problem in rearing fingerlings is limited thype of feed. The solution is utilization of fermented rice bran waste as feed for sea cucumber fingerlings. The research aim to analyzes the effect of rice bran waste with different feeding rate, which diferr on the maximum growth of
Holothuria scabra. The experiment was conducted complete random design with three treatment and three replications. The treatments are feeding rate (FR) 10%, 15%, dan 20% respectively. The result shows that fermented rice bran waste give significantly different on absolute weight growth (P<0,05). The result shows that FR 15% give significant diferrent on absolute weight growth 11.39 g dan daily growth rate of 0.3 g/day.
Keywords: Holothuria scabra, Feeding Rate (FR), waste fermented bran.
(3)
PENGARUH PEMANFAATAN AMPAS FERMENTASI DEDAK SEBAGAI PAKAN BUATAN DENGAN FEEDING RATE YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH
TERIPANG PASIR (Holothuria scabra)
Oleh
SELY ANDRIANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG 2010
(4)
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Pemanfaatan Ampas Fermentasi Dedak Sebagai Pakan Buatan Dengan Feeding Rate yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Teripang Pasir (Holothuria scabra)
Nama : Sely Andriani
NPM : 0614111057
Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI,
Pembimbing I Pembimbing II
Limin Santoso, S.Pi.,M.Si. Henni Wijayanti M,S.Pi.,M.Si NIP.197703272005011001 NIP.198101012008012042
Ketua Program Studi Budidaya Perairan
Ir. Siti Hudaidah, M. Sc. NIP. 196402151996032001
(5)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Limin Santoso, S.Pi., M.Si. ...
Sekretaris : Henni Wijayanti M, S.Pi.,M.Si ...
Penguji Utama : Ir. Suparmono M.T.A ...
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Way harong pada 24 September 1987, anak kesembilan dari sepuluh bersaudara dari pasangan Bapak Umar Fa’i Hamid (Alm) dan Ibu Khonimah.
Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Wayharong diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Pulau Panggung pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Umum di SMA Taman Siswa Teluk Betung Bandar Lampung pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SPMB.
Penulis aktif dalam organisasi HIMAPERILA (Himpunan Mahasiswa Perikanan Universitas Lampung) yang kini berubah menjadi HIDRILA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila) sebagai Anggota. Peneliti juga aktif sebagai Anggota Bidang Kewirausahaan pada periode 2006-2007. Awal Juli 2009, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Besar Budidaya Laut Lampung (BBPBL) selama 40 hari dan komoditas yang dipilih adalah Teripang Pasir (Holothuria scabra). Tahun 2010 penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul ”Pengaruh pemanfaatan ampas fermentasi dedak sebagai pakan buatan dengan Feeding Rate yang berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan benih teripang pasir (Holothuria scabra)”.
(7)
Ilmu ibarat sebuah sungai. Sekecil-kecilnya ilmu, itulah anak sungai
yang terus mengalir menyuplai sungai besar sebagai sumber
kehidupan. Alirkan ilmu yang kau peroleh sekecil apapun, kelak akan
berkembang menjadi ilmu yang besar yang mungkin dapat
menyeju
kkan ”dunia”.
(8)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh pemanfaatan ampas fermentasi dedak sebagai pakan buatan dengan Feeding Rate yang berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan benih teripang pasir (Holothuria scabra)”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian.
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan.
3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku pembimbing utama yang tak pernah lelah membimbing, memotivasi serta memberi nasehat dalam proses penyusunan skripsi.
4. Ibu Henni Wijayanti M, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing kedua yang terus membimbing, mendukung dan memberi saran dalam proses penyusunan skripsi.
5. Bapak Suparmono M.T.A., selaku penguji utama atas masukan, kritik dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
(9)
dalam menyelesaikan skripsi.
7. Kepala Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) yang telah mengizinkan untuk melaksanakan penelitian.
8. Bapak Ali Hafidz Al Qodri, Bapak Yanto, dan ibu Yuli yang telah memberikan nasehat dan bantuan selama penelitian.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasih saya yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin Ya Robbal Alamin.
Bandar Lampung, November 2010 Penulis
Sely Andriani NPM. 0614111057
(10)
Lampiran 10. Analisis usaha budidaya teripang pasir
A. Pemasaran
Produk barang yang dihasilkan dari usaha pembenihan teripang pasir adalah benih teripang pasir yang siap dipasarkan. Benih yang akan dijual rata-rata 50 – 200 tiap ekor Rp. 3000,-. Daerah pemasaran dalam Negeri antara lain Lampung, Jepara, Padang, Bali, Jakarta, Sulawesi, Manado dan daerah lainnya. sedangkan untuk pasar ekspor antara lain Negara Singapura Jepang, Malaysia, Hongkong.
B. Pengadaan Sarana Produksi
Pengadaan sarana produksi meliputi pengadaan induk sebanyak 45 ekor dengan harga Rp. 15.000,- per ekor, pakan induk dan bibit plankton dengan harga Rp. 3,000,000/paket.
C. Prospek Usaha
Dalam satu tahun produksi benih teripang dapat dilakukan selama dua kali siklus produksi. Siklus. Siklus produksi benih teripang hingga masa panen terjadi selam 5 sampai 6 bulan. Setiap siklus produksi dapat menghasilkan benih sebanyak 63.000 ekor. Benih dijual dengan harga 3000 per/ekor, dan diperkirakan keuntungan mencapai Rp. Rp 43.490.000/tahun
(11)
A. Biaya Investasi
B. Biaya Tetap/tahun
Biaya tetap Unit/periode Harga (Rp) Penyusutan investasi 1 tahun 24,785,000 Gaji teknisi 2 orang 1 tahun 14,400,000
@Per bulan Rp.600.000/orang
Sewa lahan 1 unit 1 unit
Jumlah 139,185,000
No Investasi Satuan Jumlah Harga (Rp)
Jumlah harga (Rp)
Umur
teknis Penyusutan
1 lahan m2 200 500,000 100,000,000 10 10,000,000
2 bangunan unit 1 100,000,000 100,000,000 10 10,000,000
3 Blower unit 1 400,000 400,000 5 80,000
4 Pompa unit 2 750,000 1,500,000 5 30,000
5 Genset unit 1 4,000,000 4,000,000 5 800,000
6 Induk ekor 45 15,000 675,000 1 675,000
7 instalasi aerasi unit 1 2,000,000 2,000,000 5 400,000
8 instalasi listrik unit 1 2,000,000 2,000,000 5 400,000
9 instalasi air laut unit 1 1,500,000 1,500,000 5 300,000
10 instalasi air tawar unit 1 1,000,000 1,000,000 5 200,000
11 bak penetasan telur unit 1 2,000,000 20,00,000 5 400,000
12 bak pendederan unit 1 500,000 500,000 5 100,000
13 bak chaetoceros unit 1 500,000 500000 5 100,000
14 paralon 1 inchi meter 20 8,000 160,000 2 80,000
15 paralon 1/2 inchi meter 20 7,000 140,000 2 70,000
16 kurungan tancap unit 1 750,000 750,000 5 150,000
17
peralatan
pendukung 1,000,000 1 1,000,000
(12)
C. Biaya tidak tetap (Variabel)
N0 Uraian Jumlah Harga satuan Jumlah harga(Rp)
1 Pupuk alga 1 paket 3,000,000 3,000,000
2 Bensin 150 liter 5,00 825
3 Oli 15 liter 30 450
4 Bahan packing 1 paket 300 300
5 Tagihan listrik 750
Jumlah 5.325,00
D. Perhitungan analisis usaha
Biaya tidak terduga atau biaya komplementer = Rp 1,000,000 Maka modal usaha input selama satu siklus
PC+VC+ Biaya komplementer = 139,185,000+5,325,000+1,000,000 = Rp 145,510,000
Jadi total biaya input atau unit = Rp 145,510,000 Hasil atau Output
Hasil yang diperoleh dari kegiatan pembenihan teripang selama (1) unit dengan perincian:
-Tebar 1 siklus 3 bak 100.000 butir /bak Jadi 3 bak x 100.000 butir= 300.000 butir/bak -SR 21 % maka 21% x 300.000= 63.000 ekor -Harga benih 100 sampai 200 gr=Rp 3.000/ekor
Pendapatan (income)
Pendapatan = Hasil panen x Harga /ekor =63.000 x 3.000
(13)
Jadi pendapatan selama satu siklus = Rp 189.000.000 Keuntungan (Benafit)
Keuntungan =Pendapatan-Input
=189.000.000 – 145.510.000 =Rp 43.490.000
Maka pendapatan per bulan adalah = Rp. 43.490.000 : 8
=Rp 5.436.250
Aliran kas (cash Flow)
Aliran kas =Benefit + Penyusutan =43.490.000 + 24.785.000 =Rp 68.275.000
Break event point (BEP) BEP = FC
1-VC S
=139.185.000 1- 5.352.000 189.000.000 =139.185.000
0.97
= Rp143.489.691
Waktu pengambilan (payback pafod) PP = Investasi X Siklus cashflow
=218.125.000 X siklus 86.275.000
(14)
= 2,6 siklus x 8 = 20,8 bulan
Benefit cost of ratio (B/C ratio) B/C ratio =Pendapatan : Input
=189.000.000 : 145.510.000 =1,3
Jadi usaha ini layak untuk dikembangkan karena B/C ratio lebih besar dari 1 (B/C ratio >1)
(15)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teripang Pasir (Holothuria scabra) merupakan salah satu komoditas budidaya air laut yang memiliki harga jual tinggi dalam dunia perdagangan. teripang biasa di jual dalam bentuk kering atau asapan yang dikenal dengan nama
sea cucumber. Harga di pasaran internasional mencapai Rp 400.000 sampai Rp 1.000.000/kg (Al Qodri, 2009). Teripang dapat diekstrak menjadi kolagen yang bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Selain itu produk hasil olahan dapat disimpan dalam waktu yang lama sehingga pemanenan memungkinkan dilakukan secara periodik untuk mendapatkan ukuran/harga jual yang maximum (Putro, 2003).
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi akuakultur, tingginya permintaan pasar mendorong minat petani ikan untuk membudidayakan teripang, maka budidaya teripang telah dilakukan oleh masyarakat di beberapa tempat seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Lampung dan Riau (Rustam, 2006). Budidaya teripang membutuhkan waktu antara 3 sampai 4 bulan pemeliharaan sejak larva hingga ukuran panen. Dari hasil penelitian pemberian pakan menggunakan pakan klekap masa pemeliharaan teripang tergolong cepat dengan pertumbuhan 32 gram/ekor selama 2 bulan (Putro, 2003). Salah satu faktor penyebab tingginya pertumbuhan yaitu manajemen pemberian pakan yang tepat.
(16)
Jenis pakan yang diberikan terhadap teripang sangat terbatas. Selama ini jenis pakan yang diberikan dedak halus, pelepah pisang, jerami, tanah liat dan molase, dengan tingkat pemberian pakan (Feeding Rate) 5 dan 10%, menghasilkan pertambahan berat benih teripang adalah 0,85 dan 2,5 gram dua bulan masa pemeliharaan (Al Qodri, 2008). Dalam hal ini belum diketahui jelas
feeding rate optimal untuk dedak yang terfermentasi yang diberikan pada teripang. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, diperlukan alternatif pemberian jenis pakan yang baru. Salah satu alternatifnya dengan pemanfaatan ampas fermentasi dedak sebagai bahan dalam campuran pakan bagi benih teripang.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pemberian ampas fermentasi dedak yang optimal sebagai pakan buatan bagi pertumbuhan dan sintasan benih teripang pasir (Holothuria scabra)
C. Kerangka Pikir
Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah dan tidak dikonsumsi manusia, sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras. Hal ini mempengaruhi tinggi-rendahnya kandungan serat kasar dedak. Fermentasi yaitu segala macam proses metabolisme yang menggunakan enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir. Tujuan fermentasi dedak adalah menghasilkan suatu
(17)
produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, biological availability yang lebih baik disamping itu juga menurunkan zat anti nutrisinya (Pujaningsih, 2005).
Teripang memakan detritus yang hidup dari bahan organik yang ada di dalam lumpur atau pasir. Hewan ini makan dengan menggunakan tentakel penghisap yang ada disekitar mulut dengan menghisap secara terus menerus endapan ke dalam mulut (Putro 2002). Dari hasil penelitian (Putro, 2005) bahwa teripang dapat mengkonsumsi dedak dan menghasilkan derajat kelangsungan hidup 100%. Feeding rate atau tingkat pemberian pakan buatan dari dedak halus, pelepah pisang, jerami, tanah liat dan molase diberikan pada teripang berkisar antara 5 dan 10 % (Al Qodri, 2008), dalam hal ini belum diketahui feeding rate
yang optimal untuk dedak yang terfermentasi sehingga mengacu pada penelitian sebelumnya tentang pakan buatan berupa kotoran ayam dicampur dedak.
Ampas fermentasi dedak digunakan sebagai pakan buatan karena mudah disediakan dan didapat karena proses yang dilakukan dari hasil fermentasi dedak kemudian sari yang dihasilkan diberikan untuk pakan artemia, dari proses tersebut didapat ampas untuk pakan teripang. Selain itu, teripang pasir memiliki laju pertumbuhan yang cukup tinggi dan memiliki peluang pasar yang baik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas fermentasi tepung dedak dengan feeding rate yang berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan teripang pasir.
(18)
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
D. Hipotesis
Ho = 0 → Perlakuan pemberian ampas fermentasi dedak sebagai pakan buatan dengan FR yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan benih H. scabra pada selang kepercayaan 95%.
H1 ≠ 0 → Minimal ada ada satu perlakuan pemberian ampas fermentasi dedak sebagai pakan buatan dengan FR yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan benih H. scabra selang kepercayaan 95%.
Dedak
Fermentasi
Sari
Budidaya Teripang
Sintasan tinggi dan pertumbuhan cepat Artemia
Pemanfaatan
Alternatif pakan buatan
(19)
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah memberikan informasi persentase pemberian ampas fermentasi dedak sebagai pakan buatan dengan feeding rate yang berbeda bagi pertumbuhan dan sintasan teripang pasir (Holothuria scabra)
(20)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Klasifikasi Teripang Pasir secara umum menurut Hickman et.al., (1974)
dalam Rusyani, dkk (2003) adalah sebagai berikut : Filum : Echinodermata
Sub filum : Echinozoa Kelas : Holothuridae Sub Kelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria scabra Jaeger
Teripang (holothurians) adalah kelompok hewan invertebrata laut dari kelas Holothuroidea (Filum Echinodermata), tersebar luas di lingkungan laut di seluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di lautan India dan lautan Pasifik Barat. Teripang yang sudah dideskripsikan ada sekitar 1250 jenis, dibedakan dalam enam bangsa (ordo) yaitu Dendrochirotida, Aspidochirotida, Dactylochirotida, Apodida, Molpadida dan Elasipoda. Teripang
(21)
biasanya hidup membenamkan diri dalam pasir dan hanya menampakkan tentakelnya (Darsono, 2002).
Teripang komersil biasanya hidup pada substrat pasir, substrst keras, substrat karang dan substrat lumpur. Produk teripang komersil umumnya berasal dari jenis-jenis teripang yang hidup di perairan dangkal sampai kedalaman 50 meter, khususnya dari daerah tropika termasuk dalam ordo Aspidochirotida dari suku (family) Holothuriidae dan Stichopodidae, yang meliputi marga (genus) Holothuria, Actinopyga, Bohadschia, Thelenota dan Stichopus. Sekitar 25 jenis teripang berpotensi komersil diidentifikasikan berasal dari perairan karang di Indonesia (Darsono, 2002).
B. Morfologi, Anatomi dan Habitat
Morfologi teripang pasir (Holothuria scabra, Jaeger) menurut Skewes et al.(2004) adalah bulat panjang (Elongated cylindrical) sepanjang sumbu oral– aboral. Mulut dan anus terletak di ujung poros berlawanan, yaitu mulut di anterior dan anus di posterior. Di sekitar mulut teripang terdapat tentakel yang dapat dijulurkan dan ditarik dengan cepat. Tentakel merupakan modifikasi kaki tabung yang berfungsi untuk menangkap pakan. Warna teripang berbeda–beda, yaitu putih, hitam, coklat kehijauan, kuning, abu–abu, jingga, ungu, bahkan ada yang berpola garis. Teripang pasir mempunyai dorsal berwarna abu–abu kehitaman dengan bintik putih atau kuning (Purwati, 2005).
Permukaan tubuh teripang tidak bersilia dan diselimuti lapisan kapur, yang ketebalannya dipengaruhi umur. Dari mulut membujur ke anus terdapat lima deret kaki tabung (ambulaceral), tiga deret kaki tabung berpenghisap (trivium) terdapat
(22)
di perut berperan dalam pergerakan dan perlekatan. Dua deret kaki tabung terdapat di punggung (bivium) sebagai alat respirasi. Di bawah lapisan kulit terdapat satu lapis otot melingkar dan lima lapis otot memanjang. Di bawah lapisan otot terdapat rongga tubuh yang berisi organ tubuh seperti gonad dan usus (Darsono, 2003)
Menurut James et al. (1994) teripang pasir mempunyai panjang maksimal 40 cm dan bobot saat kondisi hidup adalah 500 g, serta matang gonad saat usia 18 bulan. Ukuran saat matang gonad pertama diperkirakan 20 cm, dan usia teripang bisa mencapai 10 tahun.
Pergerakan teripang hanya mengandalkan bantuan kaki tabung yang tergabung dalam sistem kaki ambulakral sehingga hampir seluruh hidupnya selalu bergerak di dasar laut. Secara alami teripang hidup berkelompok. Seperti Teripang Pasir yang senang hidup secara bergerombol antara 3 sampai 5 ekor. Teripang yang banyak dijumpai di daerah pasang surut hingga laut dalam lebih menyukai hidup pada habitat tertentu (Darsono, 2003).
Gambar 2. Anatomi teripang
(23)
Anatomi teripang secara umum terdiri dari tentakel berfungsi sebagai alat gerak, merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa. Stomach/perut berfungsi
sebagai alat pencernaan. Gonad kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin. Saluran kelamin Berfungsi sebagai saluran menuju gonad. Madreporit Lempeng tali lapisan pada ujung saluran air. Esofagus saluran
di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkan rongga mulut dan lambung.
Dorsal mesentery berfungsi sebagai pembungkus usus dan menggantungnya ke
dinding tubuh pinggang. Anus mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang. Cloaca sebagai alat pencernaan. Intestin sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pilorus hingga usus (Apriyani, 2009)
C. Pertumbuhan dan Perkembangan
Teripang pasir dapat tumbuh sampai ukuran 40 cm dengan bobot 1,5 kg. Kematangan gonad hewan air berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220 mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur.
D. Pakan dan Kebiasaan Makan
Teripang dikenal memiliki dua macam cara makan, yaitu kelompok
deposit feeder atau pemakan endapan, yang meliputi hampir sebagian besar teripang, dan suspension feeder atau pemakan materi tersuspensi termasuk plankton. Kebanyakan teripang aktif makan pada malam hari. Meskipun ada juga jenis-jenis yang aktif pada siang hari atau aktif pada siang maupun malam.
(24)
Teripang aktif makan pada malam hari, dan siang harinya berlindung dengan cara membenamkan diri pada substrat/pasir atau bersembunyi pada tempat yang terlindung. Tingkah laku teripang yang '"mengaduk" dasar perairan sebagai cara mendapatkan pakannya, membantu menyuburkan substrat di sekitarnya (Rusyani
dkk, 2003).
Beberapa jenis pakan hidup yang dimakan teripang adalah Platymonas, Dunaliella, Phaeodactylum tricornutum, Dicrateria sp, Chaetoceros sp dan
Isochrysis sp. Holothurian tropis biasanya memakan mikroorganisme hidup dan bahan-bahan organik yang terdapat pada pasir, lumpur, dan detritus. Sedikit spesies tropis yang memakan plankton, bahan organik di batu karang, mikro
crustacea dan polycaeta. Ada beberapa yang makan pasir, kerang, bagian coral, lumpur dari tumbuhan laut, filamen biru-hijau yang hidup dan mati serta diatom, alga merah, serpihan halimeda, foraminifera, bunga karang, nematoda, gastropoda, copepoda, telur ikan, gigi ikan dan detritus.
Ada hal positif hubungan antara ukuran badan pemangsa dan ukuran partikel pakan, tanpa memperhatikan jenis hewan tersebut. Ukuran partikel pakan pada teripang bervariasi tergantung pada spesies dan tempat. Untuk Holothuria difficilis mengkonsumsi partikel sekitar 80 % dengan diameter pakan < 250 µm,
Holothuria atra memakan pecahan-pecahan coral. Trefz menemukan diatom, larva tropchopore dan copepod di bagian posterior dan usus Holothuria atra.
Holothurian psammothuria ganapatii Rao dari India tergolong “omnivora”,
karena ditemukan pasir, detritus, bahan organik hidup, nematoda dan copepoda ditemukan diususnya. Foraminifera jumlahnya dominan pada beberapa spesies.
(25)
Aktivitas terjadi pada malam hari dan pada siang hari biasanya bersembunyi dengan memendam dirinya didalam pasir (Adythia, dkk, 2003).
Sifat biologis teripang pasir yang khas adalah hidup pada habitat pasir atau lumpur yang ditumbuhi tanaman lamun pada kedalaman relatif dangkal. Teripang mengambil makanan yang ada di sekitarnya filter feeder. Hasil analisa isi saluran cerna menunjukan bahwa komponen isi saluran cerna teripang terdiri dari pasir campur pecahan karang, cyanophyceae, dinophyceae, copepoda, annelid dan material tak teridentifikasi (Adythia, dkk, 2003).
E. Siklus Hidup dan Reproduksi
Menurut Bakus 1973 dalam Darsono 2003, kehidupan teripang di alam mulai dari larva sampai teripang dewasa hidup sebagai planktonis dan sebagai bentik. Pada fase larva yakni pada stadia auricularia hingga doliolaria hidup sebagai planktonis, kemudian pada stadia penctactula hidup sebagai bentik sampai menjadi Teripang dewasa.
Teripang termasuk hewan Dioecious atau dengan alat kelamin berumah dua, sehingga alat kelamin jantan dan betina terletak pada individu yang berlainan. Namun untuk membedakannya secara morfologis sulit dilakukan. Jenis kelamin ini dapat diketahui bila dilakukan pembedahan. Gonad jantan biasanya berwarna putih seperti cairan susu sedangkan gonad betina bulat berwarna kuning dengan ukuran 140 – 160 mikron . Sebagian besar Echinodermata berkembang biak dengan cara bertelur, tidak membutuhkan tempat untuk kopulasi. Pembuahan terjadi secara eksternal didalam air laut (Darsono 2003).
(26)
F. Kualitas Air Budidaya
Menurut Al Qodri (2003), kriteria parameter kualitas air laut yang memenuhi syarat untuk pembenihan teripang baik secara fisika dan kimia dapat pada tabel 1 :
Tabel 1. Parameter kualitas air laut untuk pembenihan teripang
Parameter Nilai kisaran
1. Suhu 2. Salinitas 3. Alkalinitas 4. Keasaman (pH) 5. DO
6. Phosphate 7. NH3
8. Aluminium Sulphate 9. Kecerahan :
10. BOD (5 hari) 11. NO2
12. NO3
13. Chlorine (Cl2)
25 - 33ºC 29 - 33‰ 80 – 120 mg/l
7 - 8,5 4 - 8 mg/l < 0,1 mg/l < 0,5 mg/l < 1,5 mg/l
≥ 5 m max 3 mg/l
< 0,1 mg/l < 0,5 mg/l < 0,8 mg/l Sumber : Al Qodri (2003)
G. Fermentasi Dedak
Pada proses fermentasi yang dilakukan adalah aplikasi metabolisme mikroba untuk mengubah bahan (industri) baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi. Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia, sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi tinggi-rendahnya kandungan serat kasar dedak. Sebenarnya, dedak mengandung paling tidak 65% dari zat gizi mikro penting yang terdapat pada beras dan komponen tanaman bermanfaat yang disebut fitokimia, berbagai vitamin (thiamin, niacin, vitamin B-6), mineral (besi,
(27)
fosfor, magnesium, potassium), asam amino, asam lemak esensial, dan antioksidan (Hariyadi, 2003). Kandungan nutrisi dedak dapat dilihat pada tabel 2: Tabel 2. Kandungan nutrisi dedak
Anonim (2009)
Kandungan nutrisi ampas dedak yang telah difermentasi dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Kandungan nutrisi pada ampas dedak terfermentasi
Parameter uji Nilai %
Air 57,54
Abu 6,92
Lemak 5,22
Protein 5,29
Serat Kasar 15,67
Karbohidrat 9,35
Sumber: Laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung (2010)
H. Kandungan Nutrisi Teripang
Teripang merupakan salah satu komuditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mengandung nutrisi tinggi, juga digunakan untuk bahan baku obat-obatan. Menurut Litbangkan (1998), hasil penelitian di China menunjukkan bahwa
Parameter Uji Nilai
Bahan kering 91,0%
Protein kasar 13,5%
Lemak kasar 0,6%
Serat kasar 13.0%
Energi metabolis 1890,0 kal/kg
Calcium 0,1%
Total Fosfor 1,7%
Asam Pantotenat 22,0 mg/kg
Riboflavin 3,0 mg/kg
(28)
teripang merupakan makanan yang mempunyai khasiat medis. Tubuh dan kulit teripang Sticopus japonicus banyak mengandung asam mukopolisakarida yang bermanfaat menyembuhkan penyakit ginjal, anemia, diabetis, paru-paru basah, anti tumor, anti inflamasi, mencegah penuaan jaringan tubuh dan mencegah anteriosklerosis. Ekstrak murni teripang mempunyai kandungan holotoksin yang pengaruhnya sama dengan antimisin 6,25 – 25 g/ml.
Secara umum, 100 g berat kering teripang mengandung protein 118 mg, fosfor 22 mg, besi 1,4 mg dan yodium 0,6 mg. Usus teripang mengandung protein 8,84%, lemak 2,69%, dan abu 15,99%. Teripang pasir (H. scabra) segar mengandung protein 6,16%, lemak 0,54%, abu 6,91% dan air 86,73%. Dalam kondisi kering (teripang asap) H. scabra mempunyai kandungan protein 59,54%, lemak 2,03%, abu 15,75%, kalsium 0,00072 dan air 18,29% (Litbangkan,1998)
I. Proses Pencernaan Teripang
Teripang mencerna makanan dengan cara menggerakan flagela pada sel leher sehingga menyebabkan aliran air dari ostium masuk ke spongosol lalu ke
oskulum. Air yang mengalir ini membawa oksigen dan makan yang berupa plankton. Makanan ditangkap oleh sel-sel leher kemudian dicerna di dalam vakuola makanan. Setelah dicerna, sari-sari makanan diangkut oleh sel-sel amebosit untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa-sisa makanan yang tidak berguna dikeluarkan oleh sel leher ke dalam air di dalam spongosol dan seterusnya dikeluarkan melalui oskulum bersama aliran air dalam tubuhnya (Apriyani, 2009).
(29)
Gambar 3. Proses pencernaan Sumber : Apriyani, 2009
J. Kebutuhan Nutrisi Teripang
Faktor pakan menyangkut kecocokan dan kecukupan maupun efektivitasnya melihat angka laju pertumbuhan tersebut, berarti untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal. Dari penelitian (Darmansyah, 1998) dosis pemberian pakan yang baik yang diberikan pada teripang putih yaitu protein 30%, lemak 2% dan karbohidrat 6,6%.
K. Sintasan
Sintasan merupakan persentasi organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah organisme yang ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah. Sintasan benih ikan ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur
(30)
yang dihasilkan dan kualitas air yang dijaga. Sintasan ikan terutama pada stadia larva hingga benih sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan, jumlah pakan sesuai dengan padat tebar. Faktor lain sangat berpengaruh terhadap sintasan ikan adalah mortalitas (kematian). Mortalitas dapat disebabkan kurangnya pakan diberikan, predator, proses penuaan dan kondisi abiotik (Effendie, 2003)
(31)
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama 42 hari pada 1 Juli hingga 11 Agustus 2010, bertempat di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung.
B. Alat dan Bahan Penelitian B.1. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu : styrofoam 9 buah (ukuran 80x40x30) cm, perangkat aerator, timbangan triple beam, alat ukur kualitas air (pH meter, DO meter, refraktometer, kesadahan, dan termometer) dan alat pendukung seperti baskom, ember, gayung serta saringan 300 µm dan 60 µm.
B.2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Benih teripang pasir berasal dari Pantai Ringgung sebanyak 90 ekor, berukuran 60- 80 gram.
(32)
Pakan yang digunakan berupa pakan buatan yang akan dibuat dari dedak halus, molase, air laut, dan biobacter. Proses pembuatan ampas fermentasi dedak dapat dilihat pada lampiran 1.
C. Desain Penelitian
Penelitian disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dilakukan dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari 3 tingkat persentase pemberian pakan 10 %, 15%, dan 20%.
Model linear RAL : Yij = + i + ij Keterangan :
i : Perlakuan A, B, dan C, dengan asumsi ; A = FR 10% ampas fermentasi dedak B = FR 15% ampas fermentasi dedak C = FR 20% ampas fermentasi dedak j : Ulangan 1,2,3
Yij : pertumbuhan teripang pasir akibat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
: nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i : pengaruh perlakuan ke-i
ij : galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j (Mattjik dan Sumertajaya, 2002).
(33)
Gambar 4. Tata letak wadah pemeliharaan teripang pasir selama penelitian
Keterangan :
A1: Perlakuan A ulangan ke 1 A2: Perlakuan A ulangan ke 2 A3: Perlakuan A ulangan ke 3 B1: Perlakuan B ulangan ke 1 B2: Perlakuan B ulangan ke 2 B3: Perlakuan B ulangan ke 3 C1: Perlakuan C ulangan ke 1 C2: Perlakuan C ulangan ke 2 C3: Perlakuan C ulangan ke 3
A= FR 10% B= FR 15% C= FR 20%
(34)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan persiapan alat dan bahan. Persiapan alat yang paling penting yaitu pengadaan alat dan pemasangan instalasi listrik, air laut di dapat dari tandon yang telah di filter, dan aerasi. Persiapan bahan dimulai dengan pengadaan bahan baku pakan buatan dan proses pembuatan fermentasi dedak selama satu minggu kemudian dapat diambil ampasnya.
Benih teripang pasir ditebar di styrofoam dengan kepadatan 10 ekor pada setiap styrofoam dan diadaptasi selama 1 hari. Perlakuan pakan buatan ampas fermentasi dedak dilakukan selama 42 hari, pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan 17.00 WIB (Al Qodri, 2008). Persentase jumlah pakan yang diberikan sama yaitu 50% : 50%. Pakan diberikan dengan
feeding rate (FR) yang berbeda 10%, 15 %, dan 20%. Selain itu, Pengukuran berat dilakukan setiap 7 hari sekali untuk mengetahui pertumbuhan. Pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak tiga kali selama penelitian yaitu pada awal penelitian tengah dan akhir penelitian. Kualitas air dipertahankan karena sistem sirkulasi air yang digunakan pada saat penelitian menggunakan sistem air mengalir. Rangkaian prosedur penelitian secara garis besar dapat dilihat dalam diagram berikut ini :
(35)
Mulai
Persiapan alat dan bahan
Styrofoam, instalasi listrik Persiapan bahan baku dedak dan perangkat aerator
formulasi pembuatan fermentasi
Persiapan benih teripang pasir
Penebaran benih di styrofoam
Perlakuan pemberian pakan buatan dengan FR (A: 10%. B: 15%, C: 20%
Pengamatan pertumbuhan, sintasan dan parameter kualitas air
Penyusunan laporan
(36)
E. Pengumpulan Data
Selama penelitian berlangsung parameter yang diamati adalah pertumbuhan mutlak, pertumbuhan harian, sintasan (SR), dan kualitas air media pemeliharaan.
E.1. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan yang diamati adalah pertumbuhan berat (gram). Pengukuran dilakukan dengan menimbang berat biomassa teripang pasir setiap styrofoam pada awal penelitian dan setiap 7 hari hingga akhir penelitian menggunakan timbangan
triple beam. Menurut Effendi (2002), pertumbuhan dan laju pertumbuhan dihitung melalui rumus :
Wm= Wt – Wo Keterangan :
Wm = Pertumbuhan (gram)
Wt = Berat rata-rata benih teripang pasir pada akhir penelitian (gram) Wo = Berat rata-rata benih teripang pasir pada awal penelitian (gram)
E.2. Pertumbuhan Harian
a = (Wt – Wo) : t Keterangan :
a = Laju pertumbuhan harian (gram/hari)
Wo = Berat rata-rata benih teripang pasir pada waktu awal (gram/hari) Wt = Berat rata-rata benih teripang pasir pada waktu t (hari) (gram) t = Waktu (hari)
(37)
E.3. Sintasan
Sintasan merupakan persentasi organisme yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah organisme yang ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah. Persamaan yang digunakan (Effendie, 2002) adalah sebagai berikut
% 100 No
Nt
SR
keterangan : SR : Tingkat kelangsungan hidup (%).
Nt : Jumlah benih ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor). No : Jumlah benih ikan yang hidup pada awal pemeliharaan (ekor).
E.4. Kualitas air
Parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini adalah :
Suhu, pH, Oksigen terlarut (DO), Amonia, Salinitas, kesadahan, Nitrit, dan nitrat. Parameter ini diukur pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan.
F. Analisis Data
Pengaruh perlakuan terhadap parameter pengamatan dianalisis dengan mengunakan ragam dengan uji F. Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dengan selang kepercayaan 95%
(38)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 2
C. Kerangka Pikir ... 2
D. Hipotesis ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Klasifikasi teripang pasir H. scabra.... 6
B. Morfologi, Anatomi, dan Habitat teripang pasir H. scabra... 7
C. Pertumbuhan dan Perkembangan teripang pasir H. scabra... 9
D. Pakan dan Kebiasaan Makan teripang pasir H. scabra... 9
E. Siklus Hidup dan Reproduksi teripang pasir H. scabra... 11
F. Kualitas air teripang pasir H. scabra ... 12
G. Fermentasi Dedak ... 12
H. Kandungan Nutrisi teripang pasir H. scabra... 13
I. Proses Pencernaan teripang pasir H. scabra... 14
J. Kebutuhan Nutrisi teripang pasir H. scabra... 15
K. Sintasan teripang pasir H. scabra... 15
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN ... 17
A. Waktu dan Tempat Penelitian... 17
B. Alat dan Bahan Penelitian ... 17
B.1. Alat Penelitian... 17
B.2. Bahan Penelitian... 17
C. Desain Penelitian ... 18
D. Prosedur Penelitian ... 20
E. Pengumpulan Data... 22
E.1. Pertumbuhan Mutlak... 22
E.2. Pertumbuhan Harian... 22
E.3. Sintasan... 23
E.4. Parameter Kuaitas Air... 23
(39)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
A. Hasil ... 24
A.1. Pertumbuhan Mutlak teripang pasir H. scabra ... 24
A.2. Pertumbuhan Harian teripang pasir H. scabra... 25
A.3. Sintasan/ Survival Rate... 26
A.4. Kualitas Air ... 27
B. Pembahasan ... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 33
A. Kesimpulan... 33
B. Saran... 33 DAFTAR PUSTAKA
(40)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Parameter Kualitas Air Laut teripang pasir H. scabra... ... 12
2. Kandungan Nutrisi Dedak... ... 13
3. Kandungan Nutrisi Ampas Fermentasi Dedak ... 13
(41)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 4
2. Anatomi teripang pasir H. scabra ... 8
3. Proses Pencernaan teripang pasir H. scabra ... 15
4. Tata Letak Wadah Pemeliharaan selama Penelitian ... 19
5. Road Map Penelitian ... 21
6. Pertumbuhan Mutlak Benih Teripang pasir Pada Masa Pemeliharaan 24
7. Pertumbuhan Harian Benih Teripang pasir Pada Masa Pemeliharaan . 25
(42)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Proses Pembuatan Ampas Fermentasi Dedak ... ... 33
2. Prosedur Analisis Proksimat ... ... 34
3. Cara Pengukuran Parameter Kualitas Air ... .. 38
4. Tabel Berat Rata-rata Benih Teripang Pasir Pada Masa Pemeliharaan. 40 5. Tabel RAL dan Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak Benih Teripang Pasir (H. scabra)... 41
6. Tabel RAL dan Analisis Ragam Pertumbuhan Harian Benih Teripang Pasir (H. scabra) ... ... 43
7. Tabel Kualitas Air Benih Teripang Pasir (H. scabra) Pada Masa Pemeliharaan... 45
8. Proses Pembuatan fermentasi... 48
9. Dokumentasi Selama Penelitian... 49
(43)
PENGARUH PEMANFAATAN AMPAS FERMENTASI DEDAK SEBAGAI PAKAN BUATAN DENGAN FEEDING RATE YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH
TERIPANG PASIR (Holothuria scabra)
(Skripsi)
Oleh
SELY ANDRIANI 0614111057
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2010
(44)
DAFTAR PUSTAKA
Adythia, dkk. 2003. Pembenihan Teripang Pasir (Holothuria scabra). Proyek Pengembangan Perekayasaan Teknologi Balai Budidaya Laut. Lampung. Hal
Al Qodri, A.H, Silfester B. Dhoe, Mustamin. 2003. Pemilihan Lokasi pada Pembenihan Teripang Pasir. Balai Budidaya Laut. Lampung. Hal 8
Al Qodri, A.H. 2008. Pemanfaatan Kompos Pada Benih Teripang Pasir
(Holothuria scabra)pada Bak Fiber. Buletin Balai Budidaya Laut. Hal 6 Al Qodri, A.H. 2009. Pembenihan Teripang Pasir. Buletin Balai Budidaya Laut Anonim. 2009. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ikan. (diakses dari
http://www.smallcrab.com. 28 Januari 2009, pukul 14.00 WIB)
Anonim. 2009. Proses Pencernaan Teripang.. (diakses dari
http://ninaapriyani.blogspot.com/2009/11/sistem-pencernaan-pada-hewan.html. Amoeba pada tanggal 24 April 2010, Pukul 14.00 WIB ) Darsono, P. 2003. Teripang Berhasil Dibudidayakan. Majalah Trubus seri No.
403 edisi Juni 200. Hal
Darsono, P. 2002. Penelitian Produksi Benih Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Lampung. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. Hal
Darmansyah. 1998. Pengaruh dosis protein dalam pakan terhadap perkembangan gonad dan pemijahan induk teripang pasir (Holothuria scabra). Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol. Bali Indonesia. Hal
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara. Hal
Effendi, H. 2003. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 258 .
Gultom, C.P.W. 2004. Laju Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Bio-Ekologi Teripang Pasir (Holothuria scabra) Dalam Tempat Pembesaran di Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Program Studi Ilmu Kelautan dan Teknologi Kelautan. IPB. Hal
(45)
Penyediaan Benih Teripang Putih (Holothuria scabra). Ilmu Kelautan. UNDIP. Hal
James, D.B., A.D. Gandhi, N. Palaniswamy and J.X. Rodrigo. 1994. Hatchery Techniques and Culture of Sea Cucumber Holothuria scabra. CMFRI Special Publication. No. 57. India. 41 pp
Kristanto, A. H. dan Nugraha, E. 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal
Litbangkan. 1998. Kandungan Nutrisi Teripang. Buletin Balai Budidaya Laut Lampung. Hal
Mattjik, A.A., dan Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan. Jilid 1 Edisi ke-2. Bogor : IPB Press. Hal
Morgan. Andrew David. 2000. Aspects of sea cucumber broodstock managemen. (Echinodermata:Holothuroidea). SPC Beche-de-mer. Information Buletin # 13 : 2-8 hal.
Handy, R.D. and M.G. Poxton 1993. Nitrogen pollution in mariculture: toxicity and excretion of nitrogenous compounds by marine fish. Rev. Fish Biol. Fish. 3:205-241 Paper URL
Pujaningsih, I.R. 2005. Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan. Fakultas Perternakan. UNDIP. Hal 1-38
Putro, D.H. 2001. Efektivitas Penggunaan Daun Kelapa Kering pada Pendederan Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Luar Lapangan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut. Lampung. Hal
Putro, D.H, Sudjiharno dan Triono, E. 2003. Efektifitas Penggelondongan Teripang Pasir (Holothuria scabra) di bak terkendali dan di Kolam Air Laut. Bulletin Budidaya Laut No 16. Hal
Putro, D.H, Sudjiharno dan Triono, E. 2004. Pemberian Pakan Buatan Pada Pemeliharaan Benih Teripang Pasir (Holothuria scabra). Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut. Lampung. Hal
Purwati, P. 2005. Teripang Indonesia: Komposisi Jenis Dan Sejarah Perikanan. Oseana, Volume XXX, Nomor 2, 2005. LIPI. Oseanologi. Jakarta. Hal.11 – 18.
(46)
Rustam. 2006. Budidaya Teripang [Pelatihan Budidaya Laut].Yayasan Mattirotasi. Makasar. Hal
Rusyani, E, Dwiyanti, N, Erawati, L. 2003. Biologi Teripang Pasir. Balai Budidaya Laut. Lampung. Hal
Setiabudi, E. dkk. 1994. Hasil Penelitian Teknologi Penanganan dan Pengelolaan Teripang (Holothuroidea). Sub Balai Penelitian Perikanan Laut Slipi.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 1993-1994. Hal
Skewes, T, Haywood, M, Pitcher, R, Willan, R. 2004. Holothurians. National Oceans Office. Hobart. Australia. Pp.281 – 290.
(47)
(1)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Proses Pembuatan Ampas Fermentasi Dedak ... ... 33
2. Prosedur Analisis Proksimat ... ... 34
3. Cara Pengukuran Parameter Kualitas Air ... .. 38
4. Tabel Berat Rata-rata Benih Teripang Pasir Pada Masa Pemeliharaan. 40 5. Tabel RAL dan Analisis Ragam Pertumbuhan Mutlak Benih Teripang Pasir (H. scabra)... 41
6. Tabel RAL dan Analisis Ragam Pertumbuhan Harian Benih Teripang Pasir (H. scabra) ... ... 43
7. Tabel Kualitas Air Benih Teripang Pasir (H. scabra) Pada Masa Pemeliharaan... 45
8. Proses Pembuatan fermentasi... 48
9. Dokumentasi Selama Penelitian... 49
(2)
PENGARUH PEMANFAATAN AMPAS FERMENTASI DEDAK SEBAGAI PAKAN BUATAN DENGAN FEEDING RATE YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH
TERIPANG PASIR (Holothuria scabra)
(Skripsi)
Oleh
SELY ANDRIANI 0614111057
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2010
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Adythia, dkk. 2003. Pembenihan Teripang Pasir (Holothuria scabra). Proyek Pengembangan Perekayasaan Teknologi Balai Budidaya Laut. Lampung. Hal
Al Qodri, A.H, Silfester B. Dhoe, Mustamin. 2003. Pemilihan Lokasi pada Pembenihan Teripang Pasir. Balai Budidaya Laut. Lampung. Hal 8
Al Qodri, A.H. 2008. Pemanfaatan Kompos Pada Benih Teripang Pasir (Holothuria scabra) pada Bak Fiber. Buletin Balai Budidaya Laut. Hal 6 Al Qodri, A.H. 2009. Pembenihan Teripang Pasir. Buletin Balai Budidaya Laut Anonim. 2009. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Ikan. (diakses dari
http://www.smallcrab.com. 28 Januari 2009, pukul 14.00 WIB)
Anonim. 2009. Proses Pencernaan Teripang.. (diakses dari
http://ninaapriyani.blogspot.com/2009/11/sistem-pencernaan-pada-hewan.html. Amoeba pada tanggal 24 April 2010, Pukul 14.00 WIB ) Darsono, P. 2003. Teripang Berhasil Dibudidayakan. Majalah Trubus seri No.
403 edisi Juni 200. Hal
Darsono, P. 2002. Penelitian Produksi Benih Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Lampung. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. Hal
Darmansyah. 1998. Pengaruh dosis protein dalam pakan terhadap perkembangan gonad dan pemijahan induk teripang pasir (Holothuria scabra). Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol. Bali Indonesia. Hal
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara. Hal
Effendi, H. 2003. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 258 .
Gultom, C.P.W. 2004. Laju Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Bio-Ekologi Teripang Pasir (Holothuria scabra) Dalam Tempat Pembesaran di Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Program Studi Ilmu Kelautan dan Teknologi Kelautan. IPB. Hal
(4)
Indrayanti, E .2004. Pemeliharaan Juvenil Pada Keramba Laut Sebagai Upaya Penyediaan Benih Teripang Putih (Holothuria scabra). Ilmu Kelautan. UNDIP. Hal
James, D.B., A.D. Gandhi, N. Palaniswamy and J.X. Rodrigo. 1994. Hatchery Techniques and Culture of Sea Cucumber Holothuria scabra. CMFRI Special Publication. No. 57. India. 41 pp
Kristanto, A. H. dan Nugraha, E. 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal
Litbangkan. 1998. Kandungan Nutrisi Teripang. Buletin Balai Budidaya Laut Lampung. Hal
Mattjik, A.A., dan Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan. Jilid 1 Edisi ke-2. Bogor : IPB Press. Hal
Morgan. Andrew David. 2000. Aspects of sea cucumber broodstock managemen. (Echinodermata:Holothuroidea). SPC Beche-de-mer. Information Buletin # 13 : 2-8 hal.
Handy, R.D. and M.G. Poxton 1993. Nitrogen pollution in mariculture: toxicity and excretion of nitrogenous compounds by marine fish. Rev. Fish Biol. Fish. 3:205-241 Paper URL
Pujaningsih, I.R. 2005. Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan. Fakultas Perternakan. UNDIP. Hal 1-38
Putro, D.H. 2001. Efektivitas Penggunaan Daun Kelapa Kering pada Pendederan Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Luar Lapangan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut. Lampung. Hal
Putro, D.H, Sudjiharno dan Triono, E. 2003. Efektifitas Penggelondongan Teripang Pasir (Holothuria scabra) di bak terkendali dan di Kolam Air Laut. Bulletin Budidaya Laut No 16. Hal
Putro, D.H, Sudjiharno dan Triono, E. 2004. Pemberian Pakan Buatan Pada Pemeliharaan Benih Teripang Pasir (Holothuria scabra). Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut. Lampung. Hal
Purwati, P. 2005. Teripang Indonesia: Komposisi Jenis Dan Sejarah Perikanan. Oseana, Volume XXX, Nomor 2, 2005. LIPI. Oseanologi. Jakarta. Hal.11 – 18.
(5)
Radjab. A. W. 1997. Pertumbuhan dan Reproduksi Bulubabi Tripneustes gratilla (Linnaeus) di Perairan Tamedan Pulau Dullah Maluku Utara. Puslitbang Oseonologi-LIPI. Maluku Tenggara. Hal
Rustam. 2006. Budidaya Teripang [Pelatihan Budidaya Laut].Yayasan Mattirotasi. Makasar. Hal
Rusyani, E, Dwiyanti, N, Erawati, L. 2003. Biologi Teripang Pasir. Balai Budidaya Laut. Lampung. Hal
Setiabudi, E. dkk. 1994. Hasil Penelitian Teknologi Penanganan dan Pengelolaan Teripang (Holothuroidea). Sub Balai Penelitian Perikanan Laut Slipi.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 1993-1994. Hal
Skewes, T, Haywood, M, Pitcher, R, Willan, R. 2004. Holothurians. National Oceans Office. Hobart. Australia. Pp.281 – 290.
(6)