Seleksi GalurKedelai (Glycine max (L.) Merril) Generasi F4Pada Tanah Salin

(1)

SELEKSI GALUR KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) GENERASI F4 PADA TANAH SALIN

SKRIPSI

Oleh:

ZULFI AGUS LEONARD SITEPU 080307039 / PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SELEKSI GALUR KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) GENERASI F4 PADA TANAH SALIN

SKRIPSI

Oleh :

ZULFI AGUS LEONARD SITEPU 080307039 / PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Seleksi GalurKedelai (Glycine max (L.) Merril) Generasi F4Pada Tanah Salin

Nama : Zulfi Agus Leonard Sitepu NIM : 080307039

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS. Ir. Isman Nuriadi Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc, Ph.D Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

Zulfi Agus Leonard Sitepu: Seleksi Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Generasi F4 Pada Tanah Salin dibimbing oleh ROSMAYATI dan ISMAN NURIADI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memilih tanaman kedelai yang dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah salin pada generasi F4. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ±1.5 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai dengan Januari 2013.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik lintas yang terdiri dari 1 varietas, metode yang digunakan seleksi pedigree generasi F4, populasi adalah sampel, jumlah tanaman yang hidup 43 dari 690 tanaman. Tanaman yang terseleksi berdasarkan produksi biji per tanaman adalah 30 nomor tanaman.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tanaman yang terpilih berdasarkan produksi bobot biji/tanaman tertinggi 1.4 g terdapat pada nomor tanaman 514.1.8.6 produksi bobot biji/tanaman terendah 0.1 g terdapat pada nomor tanaman 88.5.10.2, 1298.5.3.1, 1298.5.3.30, 1298.5.3.40, 1298.5.7.16 dan 1298.5.7.25. Komponen produksi yang memberi pengaruh langsung terhadap produksi biji per tanaman adalah jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, jumlah polong, polong isi dan polong hampa. Komponen produksi yang memberikan pengaruh langsung tertinggi terhadap biji per tanaman adalah jumlah polong yaitu 8.809.


(5)

ABSTRACT

ZULFI AGUS LEONARD SITEPU : Strain Selection of Soybean ( Glycine max (L) Merril) of F4 Generation on Saline Soil supervised by ROSMAYATI and ISMAN NURIADI.

This research aims to select the soybean that can grow and has a higher production on saline soil of F4 generation. This research was conducted in the experiment area at Desa Tanjung Rejo, subdistrict of Percut Sei Tuan, Regenecy of Deli Serdang in the elevation of ± 1.5 m on above sea level since November 2012 up to January 2013.

The experiment design applied in this research is a cross section analysis that consist of 1 variety, and the applied methot is a F4 generation pedigree selection, the population is sample, the number of live plant is 43 of 690. The selected plant is based on the grain production per plant for 30 plants.

Based on the results of research indicates that based on the highest weight of seed per plant is 1.4 g on the plant number 514.1.8.6 and the lowest production is 0.1 g on the plant number 88.5.10.2, 1298.5.3.1, 1298.5.3.30, 1298.5.3.40, 1298.5.7.16 and 1298.5.7.25. The component of production that has a direct influence to the grain production per plant is the number of branch, age of flowering, number of pod and number of pods contain. Component of production that giving the highest direct influence is the number of pod contain for 8.809. Keyword : Species, Soybean, Selection, Salin Soil.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Adapun judul penelitian ini adalah ” Seleksi Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Generasi F4 Pada Tanah Salin ”

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Isman Nuriadi selaku anggota komisi pembimbing, dan ibu Nini Rahmawati, SP. MP yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Siti Aminah, SP dan teman-teman militan lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga tidak lupa disampaikan kepada ibunda tercinta Nasiyem, selaku orang tua saya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013


(7)

RIWAYAT HIDUP

Zulfi Agus Leonard Sitepu dilahirkan di Perbaungan pada tanggal 1 Agustus 1989, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan

Bapak (Alm) Alif Sitepu dan Ibu Nasiyem.

Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri 106187 Pegajahan, tahun 2004 lulus dari SMPN 3 Perbaungan, tahun 2007 lulus dari SMA Negeri 1 Perbaungan.

Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Pada Tahun 2008 melalui jalur UMB, pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Selama bulan Juni hingga Juli 2011, penulis memperoleh pengalaman di bidang kemasyarakatan saat mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN II. Tanjung Garbus – Pagar Merbau, Lubuk Pakam.


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... .... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Salinitas ... 9

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman ... 12

Varietas Kedelai Toleran Cekaman Salin ... 13

Seleksi Adaptasi ... 15

Heritabilitas ... 17

Uji Progenitas ... 18

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Metode Penelitian ... 19

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal ... 24

Penanaman ... 24

Pemupukan ... 24

Pemeliharaan ... 24

Penyiraman ... 24


(9)

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 25

Panen ... 25

Seleksi ... 25

Peubah Amatan ... 27

Tinggi Tanaman (cm) ... 27

Jumlah Cabang (cabang) ... 27

Umur Berbunga (hari) ... 27

Umur Panen (hari) ... 27

Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 27

Jumlah Polong Isi (polong) ... 27

Jumlah Polong Hampa (polong) ... 28

Produksi Biji per Tanaman (g) ... 28

Bobot 100 biji (g) ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 29

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tanaman ... 11

2. Seleksi bertahap dengan metode pedigre ... 26

3. Hasil batas seleksi F4 ... 30

4. Hasil analisis lintas pada F4 ... 32


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal 1. Hubungan kausal diagram lintas ... 21


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan Penelitian ... 39

2. Deskrpsi varietas ... 40

3. Jadwal kegiatan ... 41

4. Hasil batas seleksi pada generasi F3 ... 42

5. Hasilanalisis lintas pada F3 ... 43

6. Foto lahan dan tanaman ... 44


(13)

ABSTRAK

Zulfi Agus Leonard Sitepu: Seleksi Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Generasi F4 Pada Tanah Salin dibimbing oleh ROSMAYATI dan ISMAN NURIADI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memilih tanaman kedelai yang dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah salin pada generasi F4. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ±1.5 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai dengan Januari 2013.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik lintas yang terdiri dari 1 varietas, metode yang digunakan seleksi pedigree generasi F4, populasi adalah sampel, jumlah tanaman yang hidup 43 dari 690 tanaman. Tanaman yang terseleksi berdasarkan produksi biji per tanaman adalah 30 nomor tanaman.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tanaman yang terpilih berdasarkan produksi bobot biji/tanaman tertinggi 1.4 g terdapat pada nomor tanaman 514.1.8.6 produksi bobot biji/tanaman terendah 0.1 g terdapat pada nomor tanaman 88.5.10.2, 1298.5.3.1, 1298.5.3.30, 1298.5.3.40, 1298.5.7.16 dan 1298.5.7.25. Komponen produksi yang memberi pengaruh langsung terhadap produksi biji per tanaman adalah jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, jumlah polong, polong isi dan polong hampa. Komponen produksi yang memberikan pengaruh langsung tertinggi terhadap biji per tanaman adalah jumlah polong yaitu 8.809.


(14)

ABSTRACT

ZULFI AGUS LEONARD SITEPU : Strain Selection of Soybean ( Glycine max (L) Merril) of F4 Generation on Saline Soil supervised by ROSMAYATI and ISMAN NURIADI.

This research aims to select the soybean that can grow and has a higher production on saline soil of F4 generation. This research was conducted in the experiment area at Desa Tanjung Rejo, subdistrict of Percut Sei Tuan, Regenecy of Deli Serdang in the elevation of ± 1.5 m on above sea level since November 2012 up to January 2013.

The experiment design applied in this research is a cross section analysis that consist of 1 variety, and the applied methot is a F4 generation pedigree selection, the population is sample, the number of live plant is 43 of 690. The selected plant is based on the grain production per plant for 30 plants.

Based on the results of research indicates that based on the highest weight of seed per plant is 1.4 g on the plant number 514.1.8.6 and the lowest production is 0.1 g on the plant number 88.5.10.2, 1298.5.3.1, 1298.5.3.30, 1298.5.3.40, 1298.5.7.16 and 1298.5.7.25. The component of production that has a direct influence to the grain production per plant is the number of branch, age of flowering, number of pod and number of pods contain. Component of production that giving the highest direct influence is the number of pod contain for 8.809. Keyword : Species, Soybean, Selection, Salin Soil.


(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam (Katalog BPS, 2011) Produksi kedelai tahun 2010 (ATAP) sebesar 907,03 ribu ton biji kering,menurun sebanyak 67,48 ribu ton (6,92 persen) dibandingkan tahun 2009.Penurunan produksi tersebut terjadi di luar Jawa sebesar 53,85 ribu ton dandi Jawa sebesar 13,63 ribu ton. Produksi kedelai tahun 2011 (ARAM II) diperkirakan sebesar 819,45 ributon biji kering, menurun sebanyak 87,59 ribu ton (9,66 persen) dibandingkantahun 2010. Penurunan produksi kedelai tahun 2011 tersebut diperkirakanterjadi di Jawa sebesar 85,25 ribu ton dan di luar Jawa sebesar 2,34 ribu ton.Penurunan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena turunnya luas panenseluas 68,79 ribu hektar (10,41 persen), sedangkan produktivitas mengalamikenaikan sebesar 0,11 kuintal/hektar (0,80 persen).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 (ATAP) produksi kedelai nasional sebesar 851,29 ribu ton biji kering atau turun sebesar 55,74 ribu ton (6,15 persen) dibanding tahun 2010. Dan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2012 (ARAM I), produksi kedelai nasional diperkirakan sebesar 779,74 ribu ton biji kering atau turun sebesar 71,55 ribu ton (8,40 persen) dibandingkan tahun 2011 sebesar 851,29 ribu ton biji kering (ATAP). Penurunan


(16)

tersebut terjadi karena adanya perkiraan penurunan luas panen seluas 55,56 ribu hektar (8,93 persen). Sedangkan produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,08 kuintal/hektar (0,58 persen). Hal ini menunjukkan penurunan produksi kedelai nasional di setiap tahunnya selama 3 tahun terakhir yang disebabkan oleh semakin menurunnya luas lahan atau luas panen di setiap tahunnya walaupun produktivitas selalu mengalami kenaikan per hektar luas lahan atau panen.

Pengembangan kedelai di dalam negeri diarahkan melalui strategi peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Peningkatan produktivitas dicapai dengan penerapan teknologi yang sesuai (spesifik) bagi agroekologi/wilayah setempat (Simatupang, dkk, 2005).

Di sisi lain masih banyak tanah di Indonesia belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik budidaya. Tanah salin adalah salah satu lahan yang belum dimanfaatkan secara luas untuk kegiatan budidaya tanaman, hal ini disebabkan adanya efek toksik dan peningkatan tekanan osmotik akar yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman (Slinger and Tenison, 2005).

Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan aluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara defenisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5% (Suriadikarta dan Sutriadi, 2007).

Ada beberapa usaha untuk melakukan budidaya di lahan salin antara lain dengan menanam varietas kedelai yang toleran terhadap salinitas. Upaya


(17)

penggunaan kultivar toleran salin hingga saat ini masih terkendala oleh terbatasnya ketersediaan kultivar kedelai unggul berdaya hasil tinggi dan toleran salin. Sumbangan inovasi teknologi hasil penelitian berupa varietas unggul baru spesifik lokasi merupakan andalan untuk meningkatkan produksi baik melalui program peningkatan produktivitas maupun perluasan areal. Fokus penelitian melestarikan dan mendayagunakan plasma nutfah tanaman kedelai guna menopang kegiatan pemuliaan berkelanjutan dan produktif menghasilkan varietas unggul baru (Simatupang, dkk, 2005).

Sumber ketahanan terhadap salinitas pada kedelai sampai saat ini sangat terbatas sehingga perbaikan untuk karakter tersebut dilakukan melalui metode seleksi berbagai varietas kedelai di lapanganMetode ini telah digunakan untuk meningkatkan sifat resistensi padabeberapa jenis tanaman, baik cekaman biotik maupun abiotik. (Mariskadkk , 2004).

Penanaman galur kedelai yang toleran di lahan salin, merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan dan peningkatan budidaya dan pertanaman kedelai.Untuk keperluan tersebut perlu dilakukan penelitian tentang respon fisiologis yang dapat digunakan sebagai penanda untuk tanaman yang toleran terhadap salinitas dengan konsentrasi NaCl tinggi. (Simatupang. dkk, 2005)

Pada Penelitian sebelumnya, seleksi beberapa varietas kedelai toleran salinitas telah dilakukan di lahan salin Kecamatan Percut. Diperoleh 5 varietas yang mampu beradaptasi yaitu Grobogan, Anjasmoro, Bromo, Cikuray dan Detam 2 namun, produksi masih sangat rendah. Diantara 5 varietas tesebut 3 varietas yaitu Grobogan, Cikuray dan Detam 2 dapat menghasilkan polong berbiji, varietas


(18)

Anjasmoro dan Bromo hanya menghasilkan polong. Untuk memperbaiki potensi produksi secara genetis dilakukan melalui seleksi adaptasi bertahap.

Pada penelitian Silvia (2011) menunjukkan bahwa seleksi dua varietas yaitu Grobogan dan Detam 2 yang merupakan seleksi induk, diperoleh bahwa varietas Grobogan dapat tumbuh dan berproduksi lebih baik pada kondisi tanah salin dibandingkan Varietas Detam 2 dengan batas seleksi minimum varietas Grobogan (2.82) lebih besar dari varietas Detam 2 (0.92). Dan dari bobot 100 biji varietas Grobogan (V1) 17.48 lebih tinggi dari varietas Detam 2 (V2) 9.09. Selanjutnya penelitian yang sama oleh Siahaan (2011) pada kedelai varietas grobogan generasi F1 diperoleh bahwa varietas Grobogan dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah salin dengan batas seleksi minimum varietas Grobogan 10% (0,457). Pada penelitian Wahyudi (2012) pada kedelai varietas grobogan generasi F2 terjadi kemejauan seleksi dengan batas seleksi minimum varietas grobogan 10% (9.310) yang diperlihatkan dengan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan generasi yang sebelumnya.Pada penelitian Aminah (2012) pada kedelai varietas Grobogan generasi F3 terjadi kemunduran seleksi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai seleksi varietas kedelai Grobogan generasi F4 pada tanah salin.

Tujuan Penelitian

Untuk memilih tanaman kedelai yang dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah salin pada generasi F4.


(19)

Hipotesis Penelitian

- Ada nomor tanaman yang dapat tumbuh dan berproduksi untuk ditanam lanjut pada generasi F5.

- Terjadi peningkatan hasil seleksi produksi pada generasi F4 dibanding dengan produksi generasi F3.

- Ada komponen produksi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap hasil produksi pada seleksi varietas kedelai pada generasi F4.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang Membutuhkan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993) tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut :Kingdom Plantae, Divisio Spematophyta, Subdivisio Angiospermae, Class Dicotyledoneae, Ordo Polypetales, Family Leguminosea, Genus Glycine, Species Glycine max (L.) Merill.

Pada akar-akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari

udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tanaman kedelai berbatang pendek (30-100 cm), memiliki 3-6 percabangan, dan berbentuk tanaman perdu.Pada pertanaman yang rapat sering kali tidak terbentuk percabangan atau hanya bercabang sedikit.Batang tanaman kedelai berkayu, biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali tanaman yang dibudidayakan di musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat ternaungi.Menurut tipe pertumbuhannya, tanaman kedelai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu determinate, indeterminate, dan semideterminate (Pitojo, 2003).

Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji, daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer sederhana berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliat) dan bertangkai sepanjang 1-2 cm, terletak bersebrangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun berikutnya daun bertiga (trifoliat), namun adakalanya terbentuk daun berempat atau daun berlima (Hidayat, 1985).


(21)

Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat dan ungu.Bunga dapat menyerbuk sendiri.Saat berbunga bergantung kepada kultivar (varietas) dan iklim. Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan semakin tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat berbunga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Buah kedelai berbentuk polong.Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu pembungaan dan lebih dari 400 dalam satu tanaman.Satu polong berisi 1-5 biji, namun pada umumnya berisi 2-3 biji per polong.Polong berlekuk lurus atau ramping dengan panjang kurang dari 2-7 cm. Polong muda berwarna hijau dan polong masak berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, coklat atau hitam.Warna polong tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan xantofil, warna trikoma, dan ada-tidaknya pigmen antosianin.Pada polong terdapat trikoma (bulu) dengan intensitas kepadatan dan panjang yang berlainan tergantung varietasnya (Adie dan Krisnawati, 2006).

Biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma.Embrio terletak diantara keping biji.Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, atau coklat.Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah, bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada juga yang bundar atau bulat agak pipih (Departemen Pertanian, 1990).

Bentuk biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai yang ada di Indonesia berkriteria lonjong.Pengelompokkan ukuran biji kedelai berbeda antarnegara, di Indonesia kedelai dikelompokkan berukuran besar(berat > 14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji) (Adie dan Krisnawati, 2006).


(22)

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan(Sugeno, 2008).

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20 -25oC. Suhu 12 – 2oC adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30oC, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kelembaban udara yang optimal bagi tanaman kedelai berkisar antara RH 75-90% selama periode tanaman tumbuh hingga stadia pengisian polong dan kelembaban udara rendah (RH 60-75%) pada waktu pematangan polong hingga panen.Suhu udara yang agak rendah (20-22°C) dan udara kering pada saat panen sangat ideal bagi pelaksanaan panen sehingga biji kedelai bermutu tinggi (Sumarno dan Manshuri, 2007).

Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis. Pada periode kering tanaman sering mendapatkan cekaman kekeringan, karena kurang suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju absorbsi air oleh tanaman. Apabila cekaman kekeringan berkepanjangan maka tanaman


(23)

akanmati. Cekaman kekeringan mempengaruhi pembukaan stomata, makin tinggi tegangan air akan mengurangi pembukaan stomata. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan generatif, misalnya saat pengisian polong, akan menurunkan produksi. Kekeringan dapat juga menurunkan bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan dalam musim tanam. Balittan Malang (1990) melaporkan bahwa pemberian air yang intensif akan berpengaruh terhadap hasil biji kedelai. Pemberian air setiap 10 hari selama musim tanam dapat meningkatkan hasil menjadi 2 ton/ha diban dibandingkan pemberian 3 kali selama musim tanam (1.71 ton/ha) dan tanpa irigasi teratur hanya 1.47 ton/ha (Agung dan Rahayu, 2004).

Tanah

Tanah yang ideal untuk usahatani kedelai adalah yang bertekstur liat berpasir, liat berdebu-berpasir, debu berpasir, drainase sedang-baik, mampu menahan kelembaban tanah dan tidak mudah tergenang.Kandungan bahan organik tanah sedang-tinggi (3-4%) sangat mendukung pertumbuhan tanaman, apabila hara tanahnya cukup (Sumarno dan Manshuri, 2007).

Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung bahan organik dan pH antara 5,5-7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian, 1996).

Persyaratan tanah yang ideal untuk pertumbuhan kedelai adalah sebagai berikut : 1) Lapisan olah tanah cukup dalam, 40 cm atau lebih ; 2) Tekstur tanah mengandung liat atau debu dan liat disertai pasir, dengan drainase sedang hingga


(24)

baik ; 3) Struktur tanah agak gembur, tetapi tidak terlalu lepas dimana butir tanah terikat oleh liat atau bahan organik ; 4) Memiliki kapasitas menyimpan kelembaban tanah yang baik ; 5) Butiran tanah pada permukaan halus, tidak berkrikil atau berbatu ; 6) Terdapat sumber pengairan, atau memperoleh hujan yang cukup, sekitar 100-200 mm/bulan, pada dua bulan pertama sejak tanam ; 7) Tidak mudah tergenang ; 8) Lahan terletak pada dataran rendah hingga tinggi – sedang (1-1000 m dpl) ; 9) Tidak ternaungi dan intensitas sinar matahari penuh (Sumarno dan Manshuri, 2007).

Salinitas

Salinitas, proses ini terjadi di daerah kering dan panas merupakan gerakan garam dari profil tanah bawah (sub soil) ke bagian atas (top soil). Pada bagian atas terjadi penguapan yang intensif ( suasana panas dan kering ), sehingga menyebabkan larutan garam bergerak secara kapilaritas ke atas, menguap, dan meninggalkan endapan garam dipermukaan tanah. Apabila proses ini berlangsung terus menerus sepanjang tahun, maka terbentuk tanah garam (saline soil). Di Indonesia proses ini tidak berlangsung sepanjang tahun, hanya terdapat di daerah panas dan kering. Pada musim kemarau terjadi salinisasi, sebaliknya pada musim hujan terjadi desilinisasi. Pengurangan kadar garam dipermukaan tanah terjadi karena curah hujan yang turun kemudian melindi ke bawah. Proses salinisasi

hanya terjadi pada tanah yang mempunyai tekstur halus sampai sangat halus ( Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Toleransi terhadap salinitas adalah beragam dengan spektrum yang luasdiantara spesies tanaman mulai dari yang peka hingga yang cukup


(25)

toleran.Lima tingkat pengaruh salinitas tanah terhadap tanaman,mulai dari tingkat non-salin hingga tingkat salinitas yang sangat tinggi.

Tabel 1.Pengaruh Tingkat Salinitas terhadap Tanaman Tingkat Salinitas Konduktivitas

(mmhos)

Pengaruh Terhadap Tanaman Non Salin

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0 – 2 2 – 4 4 – 8 8 – 16

>16

Dapat diabaikan

Tanaman yang peka terganggu Kebanyakan tanaman terganggu

Tanaman yang toleran belum terganggu Hanya beberapa jenis tanaman toleran yang dapat tumbuh

Follet et al (1981) mengklasifikasikan tanah menurut salinitas atas tigakelompok berdasarkan hasil pengukuran daya hantar listrik sebagai berikut :

1. Tanah salin dengan daya hantar listrik > 4,0 mmhos/cm, pH < 8,5 dan Na-dd< 15% dengan kondisi fisik normal. Kandungan garam larutan dalam tanahdapat menghambat perkecambahan, penyerapan unsur hara danpertumbuhan tanaman.

2. Tanah sodik dengan daya hantar listrik < 4,0 mmhos/cm, pH > 8,5 dan Nadd> 15% dengan kondisi fisik buruk. Garam yang terlarut dalam tanahrelatip rendah, dan keadaan tanah cenderung terdispersi dan tidak permeableterhadap air hujan dan air irigasi.

3. Tanah salin sodik dengan daya hantar listrik > 4,0 mmhos/cm, pH < 8,5 danNa-dd > 15% dengan kondisi fisik normal. Keadaan tanah umumnyaterdispersi dengan permeabilitas rendah dan sering tergenang jika diairi.


(26)

Suatu tanah disebut tanah alkali atau tanah salin jika kapasitas tukar kation (KTK) atau muatan negative koloid-koloidnya dijenuhi oleh > 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl) (Hanafiah, 2005).

Tanah-tanah salin dan sodik, yang kini disebut Aridisol, adalah tanah-tanah daerah iklim kering dengan curah hujan rata-rata kurang dari 500 mm (20 in.) per tahun.Jumlah H2O yang berasal dari presipitasi tidak cukup untuk

menetralkan jumlah H2O yang hilang oleh evaporasi dan

evapotranspirasi.Sewaktu air luapan ke atmosfer, garam-garam tertinggal dalam tanah. Proses penimbunan garam mudah larut dalam tanah ini disebut salinisasi. Garam-garam tersebut terutama adalah NaCl, Na2SO4, CaCO3, dan/atau

MgCO3.Dulu tanah-tanh yang terbentuk disebut tanah salin, tanah alkali putih,

atau solonchak.Mereka termasuk tipe tanah zonal.Salinisasi dapat juga terjadi secara setempat dan membentuk tanah salin tipe intrazonal, seperti misalnya tanah-tanah yang direklamasi dari dasar laut dan tanah-tanah didaerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut (Tan, 2004).

Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman

Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein dan penambahan biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan secara perlahan. Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal


(27)

seperti daun mongering dibagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air (Sipayung, 2003).

Pengendapan garam yang sudah larut dalam tanah secara parah menghambat pertumbuhan tanaman. Pengendapan garam tersebut akan mengimbas plamolisis, yaitu suatu proses bergerak keluarnya air dari tanaman ke larutan tanah. Kehadiran ion Na+ dalam jumlah tinggi dapat mempertahankan partikel-partikel tanah tetap tersuspensi.Dengan pengeringan, tanah membentuk lempeng-lempeng keras, dan terjadi pembentukan kerak dipermukaan.Yang disebut terakhir ini menurunkan porositas tanah dan aerase terhambat secara parah.Nilai pH yang tinggi pada banyak diantara tanah-tanah tersebut juga menurunkan ketersedian sejumlah hara mikro.Jenis tanah ini sering kahat dalam Fe, Cu, Zn, dan/atau Mn (Tan, 2004).

Kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan (up take) air dan hara oleh tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotic. Secara khusus, kadargaram yang tinggi menimbulkan keracunan tanaman, terutama oleh ion Na+ dan Cl-. Beberapa tanaman peka terhadap kegaraman (<4 dS.m-1) seperti apel, jeruk, dan kacang-kacangan, tanaman lain nisbi tahan kegaraman (4-10 dS.m-1) seperti padi, kentang, mentimun, sorgum dan jagung dan tanaman yang lainnya lebih tahan kegaraman (>10 dS.m-1) seperti kapas, bayam, dan kurma (Noor,2004).

Dalam penelitian Manurung (2001) mengenai pengaruh NaCl dan KCl terhadap pertumbuhan dan pruduksi serta serapan hara pada tanaman kedelai menyatakan bahwa pengaruh NaCl terhadap berat 100 biji mempunyai hubungan


(28)

linier yang negatif dimana penambahan NaCl menurunkan berat rata-rata 100 biji, lebih dipengaruhi faktor genetis bahwa suatu biji tidak terpengaruh oleh meningkatnya dosis NaCl, tetapi antar varietas menunjukkan perbedaan signifikan. Karakter biji lebih ditentukan oleh genetic tanaman itu, kecuali dalam dosis letal. Rendahnya jumlah polong akibat pemberian 313,92 mg/pot NaCL menunjukan bahwa dosis 100% NaCl telah menghambat proses fotosintesis dan translokasi sehingga hasil asimilasi akan semangkin berkurang, akibat lain adalah terganggunya translokasi dari tempat pembuatan (source) ke tempat pemanfaatan atau sink, penghambatan ini respon tanaman dengan menurunkan laju fotosintesis sehingga mengganggu transport asimilat dalam floem. Berat kering akar pada pemberian NaCl di atas 78,48 mg/pot menurun dikarenakan semangkin meningkatnya ion Na di dalam tanah sehingga perkembangan akar akan menjadi tertekan akibat akumulasi ion Na di sekitar komplek jerapan.

Tingginya konsentrasi garam menyebabkan gangguan pada seluruh siklus hidup kedelai. Tingkat toleransi kedelai pada berbagai varietas kedelai bervariasi menurut tingkat pertumbuhan. Perkecambahan biji kedelai akan terhambat pada konsentrasi garam rendah. Konsentrasi garam yang lebih tinggi secara nyata akan menurunkan persentase perkecambahan. Pengaruh garam pada tahap awal dan penurunan persentase perkecambahan lebih menonjol pada varietas yang sensitif dibandingkan varietas toleran. Sifat-sifat agronomi kedelai sangat dipengaruhi oleh salinitas yang tinggi, diantaranya :

1. Pengurangan tinggi tanaman, ukuran daun, biomassa, jumlah ruas, jumlah cabang, jumlah polong, bobot tanaman dan bobot 100 biji


(29)

3. Penurunan kandungan protein biji

4. Menurunkan kandungan minyak pada biji kedelai 5. Nodulasi kedelai

6. Mengurangi efisiensi fiksasi nitrogen 7. Menurunkan jumlah dan bobot bintil akar (Phang, et al, 2008) .

Varietas Kedelai Toleran Cekaman Salinitas

Salinitas adalah salah satu faktor abiotik penting yang membatasi produksi kedelai di seluruh dunia.Reklamasi tanah bukanlah pilihan ekonomis untuk meningkatkan produksi kedelai yang mengalami cekaman salinitas.Oleh karena itu, perbaikan genetik untuk toleransi garam merupakan pilihan yang lebih hemat biaya.Pemuliaan konvensional telah memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kedelai dalam 50 tahun terakhir.Melalui pemuliaan konvensional, mudah untuk memanipulasi pewarisan sifat-sifat kualitatif yang kurang peka terhadap perubahan lingkungan, tetapi sifat kuantitatif seperti hasil atau toleransi terhadap stres abiotik secara signifikan dipengaruhi oleh lingkungan (Pathan, et.al, 2007).

Beberapa tanaman mengembangkan mekanisme untuk mengatasi cekaman tersebut di samping itu ada pula yang menjadi teradaptasi.Mayoritas tanaman budidaya rentan dan tidak dapat bertahan pada kondisi salinitas tinggi, atau sekalipun dapat bertahan tetapi dengan hasil panen yang berkurang.Studi mengenai respon tanaman terhadap salinitas penting dalam usaha teknik penapisan tanaman yang efektif.Varietas kedelai menunjukkan spektrum luas dalam kemampuannya mentoleransi garam.Penapisan genotipe kedelai telah


(30)

dilakukan untuk mengidentifikasi sifat genetik yang menunjukkan toleransi tinggi terhadap cekaman garam.Saat ini, pemuliaan merupakan strategi utama untuk meningkatkan toleransi garam pada kedelai (Phang, et.al, 2009).

Kedelai diklasifikasikan sebagai tanaman yang agak toleran salinitas tergantung dari perbedaan varietas (Katerji, et.al, 2000) Penelitian Rahmawati dan Rosmayati (2010) menunjukkan bahwa dari 20 varietas yang ditanam pada tanah salin, hanya 5 varietas yang mampu menyelesaikan siklus hidupnya sampai fase generatip menghasilkan biji, sedangkan 15 varietas lainnya hanya mampu sampai pada fase vegetatip saja. Kelima varietas tersebut adalah Grobogan, Anjasmoro, Bromo, Cikuray dan Detam 2.

Mekanisme toleransi garam pada kedelai dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori utama, yaitu :

1. Pemeliharaan ion homeostatis

2. Penyesuaian sebagai respon terhadap stress osmotic 3. Pemulihan keseimbangan oksidatif

4. Adaptasi struktural dan metabolik lain (Phang, et.al, 2008).

Seleksi Adaptasi

Bentuk adaptasi morfologi dan anatomi yang dapat diturunkan dan unik dapat ditemukan pada halofita (tanaman yang toleran garam) yang mengalami evolusi melalui seleksi alami pada kawasan pantai dan rawa-rawa asin. Salinitas menyebabkan perubahan struktur yang memperbaiki keseimbangan air tanaman sehingga potensial air dalam tanaman dapat mempertahankan turgor dan seluruh proses biokimia untuk pertumbuhan dan aktivitas yang normal. Perubahan


(31)

struktur mencakup ukuran daun yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil per satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada

permukaan daun, serta lignifikansi akar yang lebih awal (Harjadi dan Yahya, 1988).

Ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Sedangkan lignifikasi akar diperlukan untuk penyesuaian osmose yang sangat penting untuk memelihara turgor yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas normal. Respon perubahan struktural dapat beragam pada berbagai jenis tanaman dan tipe salinitas.Salinitas klorida umumnya menambah sukulensi pada banyak spesies tanaman.Sukulensi terjadi dengan meningkatnya konsentrasi SO4. Dengan adaptasi struktural ini konduksi air akan berkurang dan

mungkin akan menurunkan kehilangan air pada transpirasi. (Mengel dan Kirkby, 1987 ).

Tanaman yang toleran terhadap salinitas dapat melakukan penyesuaian dengan menurunkan potensial osmosis tanpa kehilangan turgor. Laju penyesuaian ini relatif tergantung pada spesies tanaman. Penyesuaian dilakukan dengan penyerapan ataupun dengan pengakumulasian ion-ion dan sintetis solute-solute organik di dalam sel. Dua cara ini dapat bekerja secara bersamaan walaupun mekanisme yang lebih dominan dapat beragam diantara berbagai spesies tanaman (Maas dan Nieman, 1978 dalam Basri, 1991).

Pada tanaman kedelai metode seleksi Bulk dan pedigree sering digunakan di dalam seleksi untuk mendapatkan galur yang diinginkan. Seleksi pedigree memiliki keuntungan antara lain : a. seleksi lebih efektif karena sejak awal genotip yang diinginkan sudah dibuang, b. pengamatan karakter genetic


(32)

setiap galur dapat dilakukan semenjak awal seleksi, perlu ketelitian dalam pencatatan karena jumlahnya yank banyak, c. dapat menseleksi sifat – sifat yang diinginkan (Fehr, 1987).

Heritabilitas

Kemajuan dalam proses seleksi yang tergantung pada evaluasi visual padafenotipe dapat menyebabkan kesalahan yang lebih besar, khususnya jikaheritabilitas rendah. Variasi genotipe suatu karakter sukar diperkirakan secaravisual, misalnya untuk jumlah daun, kekuatan tanaman dan komponen panen.Pada karakter yang heritabilitasnya rendah, pertumbuhan gen berlangsung lambatkalaupun penggabungan gen-gen tersebut dapat dicapai. Seleksi akan sangatefektif pada tanaman yang heritabilitas tinggi. Tanaman yang heritabilitas tinggiakan mudah terlihat dalam populasi (Welsh, 1991).

Heritabilitas adalah ragam proporsi dari variasi fenotipe total yang disebabkan oleh efek gen. Heritabilitas untuk sifat tertentu berkisar dari 0 sampai 1. Merumuskan kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut yaitu heritabilitas tinggi > 0,5; heritabilitas sedang 0,2 – 0,5 dan heritabilitas rendah < 0,2. Jika heritabilitas kurang dari satu, maka nilai tengah dari keturunan dalam hubungannya dengan nilai tengah induk-induknya, terjadi regresi ke arah nilai tengah generasi sebelumnya. Jika heritabilitas itu adalah 0,5 maka nilai tengah keturunan beregresi 50% ke arah nilai tengah generasi sebelumnya, jika heritabilitas itu adalah 0,25 maka nilai tengah keturunan beregresi 75% ke arah nilai tengah generasi sebelumnya. Jadi jika heritabilitas = 100%, maka sama dengan persentase regresi (Stansfield, 1991).


(33)

Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagianpengaruh genetik dari penampakan fenotipe yang dapat diwariskan dari tetuakepada turunannya.Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa varian genetik besardan varian lingkungan kecil.Dengan makin besarnya komponen lingkungan,heritabilitas makin kecil. Dalam hal panjang tongkol, nilai heritabilitas 45% relatif

tinggi dan menunjukkan bahwa seorang pemulia tanaman dapat memperolehkemajuan dalam mencari tongkol jagung yang lebih panjang. Dalam kebanyakanprogram pemuliaan tanaman, tujuan dari pemuliaan tanaman meliputi lebih darisatu sifat. Sebagai tambahan terhadap panjang tongkol, pemulia tanaman mungkinjuga tertarik pada ukuran biji, rasa manis dari biji, ketebalan perikarp, panjangkelobot dan sejumlah sifat-sifat lain (Crowder, 1997).

Heritabilitas menyatakan perbandingan atau proporsi varian genetik terhadap varian total (varian fenotip) yang biasanya dinyatakan dengan (%). Heritabilitas dituliskan dengan huruf H atau h2 sehingga :


(34)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan Percobaan Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. dengan ketinggian tempat ± 1,5 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan Selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Grobogan sebagai objek pengamatan, Pupuk dasar, fungisida untuk mengendalikan jamur, insektisida untuk mengendalikan hama, air untuk menyiram tanaman, dan bahan – bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mempersiapkan lahan, meteran untuk mengukur lahan, pacak sampel, tali plastik, timbangan, gembor,Electro Conductivity (DHL), pH meter dan alat – alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitia

Penelitian ini menggunakan Seleksi Pedigree Generasi F4 sebagai berikut :

Varietas : Grobogan

Jarak Tanam : 20cm x 30cm

Jumlah Seluruh Sampel : 690

Jumlah Populasi : 690

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik lintas sebagai berikut :

Perhitungan analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh X (peubah amatan) terhadap Y (produksi) karakter yang diamati meliputi:


(35)

X1 : Tinggi tanaman X2 : Jumlah cabang X3 : Umur berbunga X4 : Umur Panen X5 : Jumlah polong X6 : Jumlah polong isi X7 : Jumlah polong hampa

Persamaan regresi berganda antar variabel Y dengan variabel Xi yaitu sebagai berikut:

Ŷ = b0 + b1X1 + b2X2 + ... + bnXn Keterangan:

Y : Produksi biji

X : peubah bebas ke-i untuk i= 1, 2,...,n b0, b1,...,bn : koefisien regresi

Persamaan regresi berganda antar variabel Y dengan variabel Xi yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Hubungan kausal diagram lintas antara peubah bebas dan peubah tak bebas untuk komponen hasil

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Y


(36)

Untuk menghitung koefisien lintas digunakan metode matrik seperti yang dikemukakan oleh Singh and Chaudary (1977) yang disajikan sebagai berikut:

r1y r1.1 r1.2 r1.3 ... r1.7 p1y

r2y r2.1 r2.2 r2.3 .... r2.7p2y

r3y= ... .... ... .... ...

...

... .... .... .... .... ... .... R7y r7.1 r7.2 r7.3 ... r7.7 p7y

A B C

Keterangan:

A : Vektor koefisien korelasi antara peubah bebas Xi (i=1,2,..,n) dan peubah tak bebas Y.

B : Matriks korelasi antara peubah bebas dalam regresi berganda yang memiliki n buah peubah tak bebas.

C : Vektor koefisien lintas yang menunjukkan pengaruh langsung dari setiap peubah bebas terhadap peubah tak bebas.

Penentuan pengaruh sisa (residu) adalah :

��2 = 1− � ����

8

�=1

Heritabilitas

Nilai heritabilitas dihitung dengan menggunakan rumus:

e g g p g h 2 2 2 2 2 2 σ σ σ σ σ + = =


(37)

Dengan kriteria heritabilitas: h2> 0,5 : tinggi h2 0,2- 0,5 : sedang h2 < 0,2 : rendah (Stansfield, 1991).

Untuk pendugaan heritabilitas dalam arti luas untuk F1 sampai dengan F4, secara sederhana dapat diperoleh dengan cara menanam dalam suatu percobaan, kedua populasi dari tiap tahap seleksi (F1 dan F2, F2 dan F3, F3 dan F4) dari pertanaman tersebut. Keragaman F2 merupakan varian lingkungan, sedangkan varian pada F3 adalah ragam genetik dan ragam lingkungan. Dengan demikian heritabilitas dari karakter tersebut adalah :

= + = = e g g p g

h 2 2

2 2 2 2 σ σ σ σ

σ σ2

F4−σ2F3

2

σ F4

2

σ =�(��−�̅) 2 �


(38)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Areal

Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur dan dilakukan pembuatan blok dengan jarak tanam 20cm x 30cm. Dilakukan pada 2 minggu sebelum melakukan penanaman.

Penanaman

Benih yang digunakan adalah benih hasil seleksi pedigree pada generasi F3. Benih dari setiap tanaman terpilih ditanam seluruhnya berdasarkan nomor urut tanaman yang terpilih, dari setiap tanaman terpilih seluruh benih ditanam. Jumlah benih yang terpilih didasarkan batas seleksi pedigree dengan batas seleksi 10%. Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 50 kg Urea/ha, 100 kg TSP/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pemupukan TSP dan KCl dilakukan 2 minggu sebelum penanaman, sedangkan pupuk Urea dilakukan 2 minggu setelah penanaman.

PemeliharaanTanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan apabila tidak terjadi hujan atau air masuk, penyiraman dilakukan pagi dan sore.

Penyiangan

penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman.


(39)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pada penelitian generasi F4 tidak dilakukan pengendalian hama dan penyakit, karena tidak ditemukan serangan hama dan penyakit pada lahan penelitian.

Panen

Panen dilakukan dengan cara memetik polong satu persatu dengan menggunakan tangan. Adapun kriteria panen yaitu ditandai dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit. Panen dilakukan pada 12 MST.

Seleksi

Seleksi dilakukan dengan metode seleksi pedigree pada semua populasi. Populasi yang sudah mati dianggap tidak termasuk dalam seleksi berikutnya.

Seleksi awal yang dilakukan silvia (2011) dengan menyeleksi 2 varietas yaitu Grobogan dan Detam II dengan menggunakan batas seleksi 10% dan varietas yang terpilih yaitu Grobogan, kemudian pada generasi F1 yang dilakukan oleh Siahaan (2011) seluruh benih yang terpilih dari varietas grobogan ditanam dengan menggunakan batas seleksi 10 % dengan jumlah tanaman 1500 tanaman, dan pada generasi F2 yang dilakukan oleh Wahyudi (2012) seluruh tanaman terpilih pada generasi F1 dengan batas seleksi 10 % ditanam dengan menggunakan penomoran dengan jumlah seluruh tanaman terpilih 751 tanaman, dan pada generasi F3 yang dilakukan oleh Aminah (2012) seluruh benih yang terpilih dari varietas grobogan ditanam dengan menggunakan batas seleksi 10 % dengan jumlah tanaman 2118 tanaman, dan pada generasi F4 seluruh tanaman


(40)

yang terpilih ditanam berdasakan nomor urut tanaman yang terpilih dengan jumlah tanaman terpilih 690 tanaman, seluruh biji dari setiap tanaman yang terpiilih ditanam berdasarkan nomor urut tanaman. Hal yang sama akan dilakukan pada generasi F5 yaitu penanaman berdasarkan nomor urut tanaman yang terpilih sebelumnya.

Tabel 2. Seleksi bertahap dengan metode Pedigre generasi F1 sampai generasi F4. Tetua

Grobogan x Detam 2 1800 tanama

F1 Grobogan 1500 tanama

F2 Grobogan 751 tanama

F3 Grobogan 2118 tanama

F4 Grobogan 690 tanama


(41)

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga masuk fase generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga.

Jumlah Cabang (cabang)

Penghitungan jumlah cabang dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang muncul di sekitar batang utama. Penghitungan jumlah cabang dilakukan sejak tanaman berumur 3 MST hingga 5 MST.

Umur Awal Berbunga (hari)

Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan melihat bunga pertama yang keluar dari setiap nomor tanaman.

Umur Panen (hari)

Pengamatan umur panen dilakukan dengan menghitung umur panen pada saat tanaman telah memiliki polong yang telah mencapai warna polong matang ± 95% yang ditandai warna kecoklatan pada polong.

Jumlah Polong Berisi Per Tanaman (polong)

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong yang berisi setiap tanaman dengan menghitung jumlah polong berisi. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.


(42)

Jumlah Polong Hampa Per Tanaman (polong)

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong yang hampa setiap tanaman dengan menghitung jumlah polong hampa. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

Produksi Biji per Tanaman (g)

Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji per tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari.

Bobot 100 biji (g)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari untuk memperoleh 100 biji kedelai dilakukan pengambilan biji secara acak.


(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Jumlah populasi yang ditanam pada generasi F4 yaitu 690 tanaman yang berasal dari hasil seleksi generasi F3 yaitu berasal dari 39 nomor tanaman, benih ditanam pada lahan yang sama dengan generasi sebelumnya yaitu pada tanggal 11 November 2012 dengan DHL 6,7 dengan kondisi lahan kering, kemudian pada 2HST terjadi hujan deras pada areal penelitian yang menyebabkan benih kedelai tenggelam kedalam tanah sehingga sebagian benih tidak berkecambah. Tanaman yang dapat bertahan hidup sebanyak 43 tanaman hal ini disebabkan tingginya kadar garam yang terdapat pada lahan penelitian yang disebabkan oleh sering terjadinya limpahan air laut pasang yang membasahi lahan penelitian, dikarenakan proses perbaikan parit utama ke aliran muara sungai di sepanjang tepi pantai pada saat itu. Hal tersebut mengganggu pertumbuhan tanaman karena air pasang dari laut tersebut memiliki kadar garam yang tinggi dan membasahi lahan penelitian. Walaupun lahan tidak sampai tergenang, tetapi akar tanaman sudah sampai terendam di dalam tanah oleh limpahan air laut pasang tersebut.

Berdasarkan hasil seleksi maka diperoleh 43 nomor tanaman yang dapat ditanam lanjut pada generasi berikutnya.


(44)

Tabel 1. Dari hasil seleksi maka diperoleh nomor – nomor tanaman yang terpilih pada generasi F4

NO Tinggi Jlh Umr Um Jlh Plng Plng Bobot

Tanaman Tan Cbg B.bg pan Plng Isi hmp biji/ta

88.5.10.1 12 2 28 70 2 2 0 0,5

88.5.10.2 9,6 1 28 70 1 1 0 0,1

88.5.10.3 10,3 2 27 71 2 2 0 0,3

142.11.8.2 8 3 29 73 2 2 0 0,5

142.11.8.8 9,2 2 28 73 2 2 0 0,3

142.11.8.15 10,5 3 27 73 2 2 0 0,5

514.1.8.1 12 2 27 74 3 3 0 0,7

514.1.8.6 10,3 2 29 73 4 4 0 1,4

514.1.8.25 11,5 1 28 75 6 5 1 1,2

724.1.5.1 9,5 2 27 74 2 2 0 0,3

724.1.5.2 11,3 2 26 73 2 2 0 0,4

724.1.5.5 12 2 28 72 3 3 0 0,7

1055.6.7.1 10,9 1 29 70 1 1 0 0,2

1055.6.7.41 10,8 3 28 71 4 4 0 1

1055.6.7.45 10,4 3 29 70 4 4 0 1,3

1055.7.8.1 10,2 2 27 73 2 2 0 0,3

1055.7.8.7 10,2 1 29 72 2 2 0 0,4

1055.7.8.10 11,2 3 28 73 3 3 0 0,6

1298.5.3.1 10,8 1 29 74 1 1 0 0,1

1298.5.3.30 7 1 28 75 1 1 0 0,1

1298.5.3.40 12,4 2 29 75 2 2 0 0,1

1298.5.7.1 10 1 28 74 2 2 0 0,4

1298.5.7.16 12 3 28 72 2 2 0 0,1

1298.5.7.25 13,5 2 27 74 1 1 0 0,1

1305.2.16.3 11 3 28 72 2 2 0 0,5

1305.2.16.6 12,9 2 28 73 2 2 0 0,3

1305.2.16.10 10,9 3 28 70 3 3 0 0,7

1305.2.19.1 12,4 2 29 70 2 2 0 0,2

1305.2.19.23 8,7 2 29 70 3 3 0 0,8

1305.2.19.28 10,8 3 28 72 5 5 0 1

Hasil batas seleksi : 0,1 – 1,4

Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa hasil batas seleksi terendah terhadap bobot biji/tanaman terdapat pada tanaman dengan nomor urut populasi 88.5.10.2, 1298.5.3.1, 1298.5.3.30, 1298.5.3.40, 1298.5.7.16 dan 1298.5.7.25 sebesar 0,1 g.


(45)

0,13 0,50 0,75 1,02

Sedangkan batas seleksi tertinggi terdapat pada tanaman dengan nomor urut populasi 514.1.8.6 sebesar 1,4 g.

Bila dibandingkan produksi rata – rata antara generasi F3 dengan generasi F4 maka terlihat kemunduran rata – rata produksi hasil seleksi (gambar 2).

0,1 0,2 0,5 1,6 4,9 xx

Generasi F4 Generasi F3

Gambar 2. Area rata – rata produksi pada generasi F3 dan F4

Dari gambar dapat diketahui bahwa terjadi penurunan produksi biji/tanaman. Pada generasi F3 diperoleh rata – rata produksi biji/tanaman 1,5 g sedangkan pada generasi F4 0,5 g. Penurunan produksi ini disebabkan masih terlalu tingginya kadar garam yang terdapat dilahan penelitian dan masih masuknya air laut yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.

Untuk melihat produksi apakah dipengaruhi oleh komponen produksi atau tidak maka dibuatlah analisis lintas seperti pada tabel 2.

P

ersen

Pop

ul

as


(46)

Tabel 2. Hasil analisis lintas generasi F4

Variabl Bebas

Pengrh Langsg

Pengaruh Tidak Langsung Melalui

Total

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

X1 -43,932 - 0,162 -0,041 -0,007 0,852 0,020 0,000 -42,945 X2 1,193 -5,960 - -0,031 -0,097 2,797 0,090 0,000 -2,009 X3 0,260 6,949 -0,142 - -0,106 0,807 0,023 0,000 7,792 X4 0,400 0,755 -0,291 -0,069 - -0,117 -0,015 0,000 0,664 X5 8,809 -4,251 0,379 0,024 -0,005 - 0,230 0,000 5,185 X6 0,232 -3,872 0,464 0,026 -0,025 8,726 - 0,000 5,551 X7 0,000 -4,442 -0,325 -0,002 0,119 4,968 0,103 - 0,422

Keterangan: X1= tinggi tanaman, X2= jumlah cabang, X3= umur berbunga, X4= umur panen, X5= jumlah polong, X6= jumlah polong isi, X7= jumlah polong hampa,Y= produksi biji per tanaman.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil analisis lintas yang memberi pengaruh langsung positif terhadap produksi biji per tanaman pada generasi F4 adalah X2 (1,193), X3 (0,260), X4 (0,400), X5 (8,809), X6 (0,232) dan X7 (0,00) pengaruh tertinggi terdapat pada X5 (8,809), nilai ini dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsungnya melalui X2 (0,379), X3 (0,024) dan X6 (0,230).

Tabel 3. Nilai Heritabilitas Generasi F3 dan Generasi F4

Peubah Amatan Heritabilitas

F3 F4

Tinggi Tanaman 0 (rendah) 0 (rendah)

Jumlah Cabang 0.62 (tinggi) 0.38 (sedang)

Umur Berbunga 0 (rendah) 0.97 (tinggi)

Umur Panen 0 (rendah) 0.97 (tinggi)

Jumlah Polong/tan 0.16 (rendah) 0 (rendah)

Polong Isi 0.95 (tinggi) 0 (rendah)

Polong Hampa 0.03 (sedang) 0 (rendah)

Bobot Biji/tan 0 (rendah) 0 (rendah)

Dari Tabel 3. dapat diketahui bahwa nilai heritabilitas pada generasi F3 secara umum nilai heritabilitasnya rendah hal ini dapat dilihat dari nilai heritabilitas peubah amatannya, peubah amatan yang memiliki nilai heritabilitas tinggi hanya pada peubah amatan jumlah cabang (0,62) dan polong isi (0,95)


(47)

sedangkan untuk peubah lain nilai heritabilitasnya rendah. Sedangkan untuk generasi F4 secara umum nilai heritabilitasnya juga rendah hal ini juga dapat dilihat dari nilai peubah amatannya, peubah amatan yang memiliki nilai heritabilitas tinggi hanya pada peubah amatan umur berbunga dan umur panen yaitu (0,97) sedangkan untuk peubah yang lain nilai heritabilitasnya rendah.

Kemajuan seleksi bertujuan untuk mengetahui jumlah kemajuan hasil produksi yang telah terseleksi sehingga diketahui hasil kemajuan seleksinya pada generasi F3 tidak mengalami kemajuan seleksi dari generasi sebelumnya sedangkan pada generasi F4 juga tidak terjadi kemajuan seleksi dari generasi berikutnya seperti dibawah ini :

Kemajuan seleksi : Δg = k .o²p .h ²

= ( 1,775 ) . (0.5 ) . (0 ) = 0

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan seleksi pada generasi F4 dapat dilihat bahwa dari 43 tanaman hidup rata – rata produksi untuk seluruh nomor tanaman yang diuji yaitu 0.5 g, dengan produksi biji tanaman yang tertinggi didapat pada nomor tanaman 514.1.8.6 (1,4 g) dan terendah pada nomor tanaman 88.5.10.2, 1298.5.3.1, 1298.5.3.30, 1298.5.3.40, 1298.5.7.16 dan 1298.5.7.25 sebesar (0,1) g. Terjadinya penurunan produksi dapat dilihat bahwa hasilrata – rata produksi seleksi yang dilakukan menurun dari hasil rata – rata produksi seleksi generasi F3 dengan rata – rata produksi/tanaman 1,6 g, sedangkan biji seleksi hasil generasi F4 dengan nilai rata – rata prouksi/tanaman 0,5 g penurunan produksi ini juga


(48)

air laut selama siklus hidupnya menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan kedelai, karena kurang lebih 2 cm dibawah permukaan tanah mengandung banyak air sehingga proses penyerapan unsur hara melalui akar juga ikut terhambat, kandungan garam yang tinggi dapat menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek menghambat pembesaran dan pembelahan sel. Noor (2004) menyebutkan bahwa kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan (up take) air dan hara oleh tanaman seiring dengan terjadinya peningkatan tekanan osmotik. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tanaman.

Nilai heritabilitas pada generasi F3 secara umum nilai heritabilitasnya rendah hal ini dapat dilihat dari nilai heritabilitas peubah amatannya. Sedangkan untuk generasi F4 secara umum nilai heritabilitasnya juga rendah hal ini juga dapat dilihat dari nilai peubah amatannya, peubah amatan yang memiliki nilai heritabilitas tinggi hanya pada peubah amatan umur berbunga dan umur panen yaitu (0,97) sedangkan untuk peubah yang lain nilai heritabilitasnya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil seleksi yang dilakukan belum sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor genetik atau belum sepenuhnya terdapat gen yang tahan salin pada tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Crowder (1997) menyatakan bahwa Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian pengaruh genetik dari penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua kepada turunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa varian genetik besar dan varian lingkungan kecil.


(49)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tidak terjadi peningkatan produksi rata – rata hasil seleksi dengan hasil rata – rata produksi per tanaman generasi F40,5 g dengan produksi terendah 0,1 g dan tertinggi 1,4 g.

2. Komponen produksi yang berpengaruh langsung terhadap produksi adalah jumlah cabang(1,193), umur berbunga (0,260), umur panen (0,400), jumlah polong (8,809), polong isi (0,232) dan polong hampa (0,00)Pengaruh tertinggi terdapat pada jumlah polong (8,809).

3. Tidak terjadi kemajuan seleksi pada generasi F4tetapi terdapat 30 nomor tanaman untuk ditanam lanjut generasi berikutnya.

Saran

Sebaiknya dilakukan seleksi lanjutan untuk memilih tanaman yang mampu menunjukkan generasi lebih baik untuk ditanam pada tanah salin. Pilih lah lahan yang genangan karena pasang air lautnya rendah.


(50)

DAPTAR PUSTAKA

Adie, M. M dan A. Krisnawati, 2006. Biologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang, dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, dan H. Kasim, 2007. Kedelai : Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pusat Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Agung, T dan A. Y. Rahayu. 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan,

dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains 6(2): 70-74, Semarang.

Andrianto,T.T dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut, Yogyakarta. Hal 14 dan 17. Departemen Pertanian, 1990. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara, Medan.

Basri, H., 1991. Pengaruh Stress Garam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Empat Varietas Kedelai. Thesis Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

BPS Sumut, 2011, Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 16/02/12Th. XI, Statistika Tanaman Padi dan Palawija Sumatera Utara Tahun 2011 dan Ramalan Kondisi Thun 2012. dikutip dari http://sumut.bps.go.id/f_brs/aram1-2008.pdf/. Brawijaya, P., 2004. Keragaman Genetik Toleransi Kedelai Terhadap Tanah Masam

Damardjati, D. S., Marwoto, D. K. S.Swastika, D. M. Arsyad, dan Y. Hilman. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Crowder. L.V., 1997. Genetika Tumbuhan, terjemehan Lilik Kusdiarti, UGMPress,Yogyakarta.

Departemen Pertanian, 1996. Budidaya Tanman Palawija Pendukung Program Makanan Tambahan Anak sekolah (PMT-AS), Direktoret Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura, Jakarta.

Ferh, W.R. 1987. Principle of Cultivar Development. Theory and Technique. Vol. 1. Mac Millan Publ., Cohen Stuart, New York. 536p.

Hanafiah, A. L., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Cetakan Pertama. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 348-350. Mangoendidjojo, W., 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Harjadi , S.S. dan S. Yahya, 1988. Fisiologi Stres Tanaman. PAU IPB, Bogor Hidayat, O. O., 1985 dalam Soemaatmajda, S., M. Ismunnadji, Sumarna,


(51)

Bogor Dan Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Pitojo, S., 2003. Benih Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Http://www.bps.go.id/Produksi_kedelai_nasional_2011_(ATAP)_dan_2012_(AR AM I). Diakses pada 15 juli 2013.

Mangoendidjojo. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius,Yogyakarta.Manurung, G.M.E. 2001. Pengaruh NaCl dan KCl Terhadap Pertumbuhan dan Produksi serta Serapan Hara pada Tananan Kedelai. Tesis Megister Program Pasca Sarjana USU, Medan.

Mariska, I., E. Sjamsudin, D. Soepandie, S. Hutami, A. Husni, M. Kosmiatin, A. Vivi. 2004. Peningkatan Ketahanan Tanaman Kedelai terhadap Aluminium Melalui Kultur In Vitro. Jurnal Litbang 23 (2) : 46-52.

Mengel, K. dan E.A. Kirkby, 1987. Principles of Plant Nutrition. 4thEdition International Potash Institute, Switzerland.

Noor, M. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengolahan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. Raja Grafindo Persada, Jakarta. hlm: 144-145

Pathan, M.S., J.D. Lee. J.G. Shannon and H.T. Nguyen. 2007. Recent Advances in Breeding For Drought and Salt Stress Tolerance in Soybean.

Phang, T.H., G. Shao and H.M. Lam. 2008. Salt tolerance in Soybean. Journal of Integrative Plant Biology 50 (10) : 1196-1212.

Rosmarkam, A dan N.W Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.hlm: 198-202.

Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi. Edisi Kedua. Penerjemah C. Herison. ITB Press, Bandung.

Sastrosupardi, A., 2007. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Sharma, O. P., 1993. Plant Taxonomy. Tata McGraw Hill Poblishing Company Limited, New Delhi.

Slinger, D. and Tenison, K. 2005. Salinity Glove Box Guide - NSW Murray and Murrumbidgee Catchments. An initiative of the Southern Salt Action Team, NSW Department of Primary Industries.

Singh, R. K., and B. D. Chaudary, 1977. Biometrical Methods In Quantitative Genetics Analysis. Kalyani Publishers. Ludiana New Delhi, P.60.

Sipayung, R. 2003. Stress Garam dan Mekanisasi Toleransi Tanaman. Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Sumatera Utara,


(52)

Sumarno dan A. G. Manshuri, 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor, dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, dan H. Kasim, 2007. Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pusat Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Stanfield, W.D. 1991. Genetika Edisi ke-2. Apandi M, Hardy LT, Penerjemah, Erlangga.

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Welsh, J.R. 1991. Fundamentals of Plant Genetics and Breeding. Jhon Wiley and Sons, New York. 453 pp.


(53)

LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Percobaan

a

Keterangan :

a. Jarak tanaman 30 cm kesamping b. Jarak tanaman 20 cm kebawah

14.1.1 14.30.4 536.57.1 622.36.5 14.1.2 14.30.5 536.57.2 . 14.1.3 14.30.6 536.57.3 N

. 14.30.7 . 680.13.1

. 14.30.8 . 680.13.2

N 14.30.9 N 680.13.3

14.7.1 . 622.34.1 680.13.4

14.7.2 . 622.34.2 680.13.5 14.7.3 N 622.34.3 . 14.7.4 536.55.1 . . . 536.55.2 . N . 536.55.3 N 700.5.1

N 536.55.4 622.36.1 700.5.2

14.30.1 . 622.36.2 700.5.3

14.30.2 . 622.36.3 700.5.4

14.30.3 N 622.36.4 N b

U


(54)

Lampiran2. Deskripsi Tanaman

Vatietas Kedelai Grobogan Nama Varietas : Grobogan

SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008

Tahun : 2008

Tetua : Pemurnian populasi lokal Malabar Grobogan Potensi Hasil (t/ha) : 2,77 t/ha

Rataan Hasil : 3.40 t/ha

Karakter : polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen daun luruh 95-100% saat panen >95% daunnya telah luruh Pemulia : Suhartina, M. Muchlish Adie, T. Adisarwanto,

Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono, SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno

Warna Hipokotil : Ungu Warna Epikotil : Ungu Warna Bunga : Ungu

Warna daun : Hijau agak tus Warna Bulu : coklat

Warna Kulit Biji : Kuning muda Warna Hilum : cokelat Bentuk Daun : lanceolate Tipe Pertumbuhan : Determinate Umur Berbunga (hari) : 30-32 hari Umur Masak (hari) : ±76 hari Tinggi Tanaman(cm) : 50-60 cm Berat 100 biji (g) : ±18 gram Kandungan Nutrisi

Protein (% bk) : 43,9% Lemak (% bk) : 18,4%

Daerah Sebaran : beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik

Pengusul : Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah


(55)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan

NO Rencana Penelitian

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Penyiapan Areal X

2 Penanaman X

3 Pemupukan X

4 Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman Setiap hari kecuali hujan tiba

a. Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lahan

a. Pengendalian

HPT Tidak terjadi serangan hama dan penyakit

5 Panen X

6 Pengamatan Parameter

a. Tinggi Tanaman (cm)

X X X X X

a. Jumlah Cabang (cabang)

X X X X X

a. Umur Berbunga (hari)

X

a. Umur Panen X

a. Jumlah Polong (polong)

X

a. Jumlah Polong Berisi (polong)

X

a. Jumlah Polong Hampa (polong)

X

a. Produksi Biji Per tanaman (g)


(56)

Lampiran 4. Nomor - nomor tanaman yang terpilih pada generasi F3. NO. Tanaman Tinggi Tan Jlh Cbg Umur B.bunga Umur Panen Jlh Plng Plng Isi Plng Hmpa Bobot Biji/Tan Bobot 100 biji

88.5.10 16.8 2 30 73 3 2 1 0.200 5.000

88.5.11 17.3 2 30 73 1 1 0 0.200 6.667

88.5.15 18.1 2 28 73 5 2 3 0.300 7.500

142.11.4 32.3 5 30 77 11 11 0 2.900 11.600

142.11.7 30.7 5 29 72 17 16 1 2.400 6.667

142.11.8 31.2 4 29 73 15 14 1 4.700 17.407

151.4.15 30.3 5 30 74 6 6 0 1.100 9.167

151.4.18 29.7 4 30 72 4 4 0 0.800 11.429

151.4.22 31.2 4 29 70 3 3 0 0.800 13.333

514.1.1 29.7 3 28 72 10 10 0 2.200 73.333

514.1.2 28 5 28 72 10 10 0 1.500 10.000

514.1.3 29.7 4 29 73 4 4 0 1.000 11.111

724.1.5 30 2 29 75 2 2 0 0.400 10.000

724.1.6 29.9 2 30 75 4 3 1 0.300 4.286

724.1.9 28.7 3 28 74 5 5 0 0.800 8.889

958.3.16 30 3 30 76 4 4 0 0.500 2.941

958.3.31 29.8 2 30 72 5 5 0 1.000 11.111

958.3.32 30 3 29 72 6 6 0 1.600 14.545

958.6.9 29.7 4 28 73 7 7 0 1.500 11.538

958.6.15 29.5 3 28 71 4 4 0 1.100 11.000

958.6.21 30.3 4 30 73 7 7 0 1.500 10.714

1055.6.7 29.8 4 28 73 6 6 0 1.600 10.000

1055.6.11 30.2 4 28 73 7 7 0 1.900 10.556

1055.6.28 32.1 4 30 74 5 5 0 1.300 7.647

1055.7.6 30.1 5 29 74 7 6 1 1.800 12.000

1055.7.10 26.6 4 31 75 8 8 0 1.900 11.875

1055.7.18 27.8 4 28 72 10 10 0 2.000 11.765

1298.5.3 30 5 29 74 15 14 1 1.600 6.400

1298.5.7 30.1 4 28 72 9 9 0 1.600 8.421

1298.5.2 30.2 4 28 72 20 15 5 1.500 7.143

1298.6.4 31.3 4 29 73 22 13 9 1.500 16.667

1298.6.8 32.1 5 28 70 11 8 3 0.800 5.714

1298.6.9 27.8 5 28 71 23 10 13 1.500 10.714

1305.2.16 30.8 5 29 72 19 17 2 2.600 7.879

1305.2.19 32.5 4 28 72 11 5 6 2.500 7.813

1305.2.20 33 6 30 73 42 40 2 4.900 6.125

1309.2.13 28.7 5 29 72 11 11 0 2.200 10.000

1309.2.15 30 5 29 73 15 15 0 2.200 7.857

1309.2.18 32.2 6 29 73 10 10 0 2.000 9.524


(57)

Lampiran 5. Hasil analisis lintas pada generasi F3

Variabel Bebas

Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak Langsung Melalui

Total X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

X1 0.143 - 0.049 0.007 0.000 -0.048 0.322 -0.001 0.470 X2 0.087 0.079 - 0.007 -0.005 -0.085 0.529 -0.007 0.604 X3 -0.084 -0.012 -0.007 - 0.021 0.011 0.017 0.014 -0.040 X4 0.041 -0.002 -0.012 -0.044 - 0.022 -0.060 0.013 -0.041 X5 -0.140 0.049 0.053 0.007 -0.006 - 0.781 -0.026 0.717 X6 0.832 0.055 0.055 -0.002 -0.003 -0.131 - -0.009 0.797 X7 -0.050 0.002 0.013 0.023 -0.011 -0.072 0.156 - 0.061 Keterangan: X1= tinggi tanaman, X2= jumlah cabang, X3= umur berbunga, X4= umur panen,

X5= jumlah polong, X6= jumlah polong isi, X7= jumlah polong hampa,Y= produksi biji per tanaman.


(58)

Lampiran 6. Foto Tanaman

(1)(2)

(3) (4)


(59)

(7)(8)

(9)(10)

Keterangan : (1).Foto lahan banjir pertama, (2).Foto lahan banjir kedua,

(3).Foto tanaman banjir pertama, (4).Foto tanaman banjir kedua (5).Foto tanaman tertinggi, (6).Foto tanaman terendah, (7).Foto tanaman berbunga, (8,9).Foto tanaman berpolong, (10).Foto polong siap untuk dipanen.


(1)

Lampiran2. Deskripsi Tanaman

Vatietas Kedelai Grobogan

Nama Varietas

: Grobogan

SK

: 238/Kpts/SR.120/3/2008

Tahun

: 2008

Tetua

: Pemurnian populasi lokal Malabar Grobogan

Potensi Hasil (t/ha)

: 2,77 t/ha

Rataan Hasil

: 3.40 t/ha

Karakter

: polong masak tidak mudah pecah, dan pada saat panen

daun luruh 95-100% saat panen >95% daunnya telah luruh

Pemulia

: Suhartina, M. Muchlish Adie, T. Adisarwanto,

Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar, Sihono,

SB. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro, Alrodi, Tino

Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno

Warna Hipokotil

: Ungu

Warna Epikotil

: Ungu

Warna Bunga

: Ungu

Warna daun

: Hijau agak tus

Warna Bulu

: coklat

Warna Kulit Biji

: Kuning muda

Warna Hilum

: cokelat

Bentuk Daun

: lanceolate

Tipe Pertumbuhan

: Determinate

Umur Berbunga (hari) : 30-32 hari

Umur Masak (hari)

: ±76 hari

Tinggi Tanaman(cm) : 50-60 cm

Berat 100 biji (g)

: ±18 gram

Kandungan Nutrisi

Protein (% bk) : 43,9%

Lemak (% bk) : 18,4%

Daerah Sebaran : beradaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan tumbuh

yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah

beririgasi baik

Pengusul

: Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB Jawa


(2)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan

NO Rencana Penelitian

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 Penyiapan Areal X

2 Penanaman X

3 Pemupukan X

4 Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman Setiap hari kecuali hujan tiba a. Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lahan a. Pengendalian

HPT Tidak terjadi serangan hama dan penyakit

5 Panen X

6 Pengamatan Parameter a. Tinggi Tanaman

(cm)

X X X X X

a. Jumlah Cabang (cabang)

X X X X X

a. Umur Berbunga (hari)

X

a. Umur Panen X

a. Jumlah Polong (polong)

X

a. Jumlah Polong Berisi (polong)

X

a. Jumlah Polong Hampa (polong)

X

a. Produksi Biji Per tanaman (g)


(3)

Lampiran 4. Nomor - nomor tanaman yang terpilih pada generasi F3.

NO. Tanaman Tinggi Tan Jlh Cbg Umur B.bunga Umur Panen Jlh Plng Plng Isi Plng Hmpa Bobot Biji/Tan Bobot 100 biji

88.5.10

16.8 2 30 73 3 2 1 0.200 5.000

88.5.11

17.3 2 30 73 1 1 0 0.200 6.667

88.5.15

18.1 2 28 73 5 2 3 0.300 7.500

142.11.4

32.3 5 30 77 11 11 0 2.900 11.600

142.11.7

30.7 5 29 72 17 16 1 2.400 6.667

142.11.8

31.2 4 29 73 15 14 1 4.700 17.407

151.4.15

30.3 5 30 74 6 6 0 1.100 9.167

151.4.18

29.7 4 30 72 4 4 0 0.800 11.429

151.4.22

31.2 4 29 70 3 3 0 0.800 13.333

514.1.1

29.7 3 28 72 10 10 0 2.200 73.333

514.1.2

28 5 28 72 10 10 0 1.500 10.000

514.1.3

29.7 4 29 73 4 4 0 1.000 11.111

724.1.5

30 2 29 75 2 2 0 0.400 10.000

724.1.6

29.9 2 30 75 4 3 1 0.300 4.286

724.1.9

28.7 3 28 74 5 5 0 0.800 8.889

958.3.16

30 3 30 76 4 4 0 0.500 2.941

958.3.31

29.8 2 30 72 5 5 0 1.000 11.111

958.3.32

30 3 29 72 6 6 0 1.600 14.545

958.6.9

29.7 4 28 73 7 7 0 1.500 11.538

958.6.15

29.5 3 28 71 4 4 0 1.100 11.000

958.6.21

30.3 4 30 73 7 7 0 1.500 10.714

1055.6.7

29.8 4 28 73 6 6 0 1.600 10.000

1055.6.11

30.2 4 28 73 7 7 0 1.900 10.556

1055.6.28

32.1 4 30 74 5 5 0 1.300 7.647

1055.7.6

30.1 5 29 74 7 6 1 1.800 12.000

1055.7.10

26.6 4 31 75 8 8 0 1.900 11.875

1055.7.18

27.8 4 28 72 10 10 0 2.000 11.765

1298.5.3

30 5 29 74 15 14 1 1.600 6.400

1298.5.7

30.1 4 28 72 9 9 0 1.600 8.421

1298.5.2

30.2 4 28 72 20 15 5 1.500 7.143

1298.6.4

31.3 4 29 73 22 13 9 1.500 16.667

1298.6.8

32.1 5 28 70 11 8 3 0.800 5.714

1298.6.9

27.8 5 28 71 23 10 13 1.500 10.714

1305.2.16

30.8 5 29 72 19 17 2 2.600 7.879

1305.2.19

32.5 4 28 72 11 5 6 2.500 7.813

1305.2.20

33 6 30 73 42 40 2 4.900 6.125


(4)

Lampiran 5. Hasil analisis lintas pada generasi F3

Variabel Bebas

Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak Langsung Melalui

Total

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

X1 0.143 - 0.049 0.007 0.000 -0.048 0.322 -0.001 0.470 X2 0.087 0.079 - 0.007 -0.005 -0.085 0.529 -0.007 0.604 X3 -0.084 -0.012 -0.007 - 0.021 0.011 0.017 0.014 -0.040 X4 0.041 -0.002 -0.012 -0.044 - 0.022 -0.060 0.013 -0.041 X5 -0.140 0.049 0.053 0.007 -0.006 - 0.781 -0.026 0.717 X6 0.832 0.055 0.055 -0.002 -0.003 -0.131 - -0.009 0.797 X7 -0.050 0.002 0.013 0.023 -0.011 -0.072 0.156 - 0.061 Keterangan: X1= tinggi tanaman, X2= jumlah cabang, X3= umur berbunga, X4= umur panen,

X5= jumlah polong, X6= jumlah polong isi, X7= jumlah polong hampa,Y= produksi biji per tanaman.


(5)

Lampiran 6. Foto Tanaman

(1)(2)


(6)

(7)(8)

(9)(10)

Keterangan : (

1).Foto lahan banjir pertama, (2).Foto lahan banjir kedua,

(3).Foto tanaman banjir pertama, (4).Foto tanaman banjir kedua (5).Foto tanaman

tertinggi, (6).Foto tanaman terendah, (7).Foto tanaman berbunga, (8,9).Foto

tanaman berpolong, (10).Foto polong siap untuk dipanen.