PENGARUH PEMBELAJARAN PENGAYAAN BERBENTUK TEKA-TEKI SILANG (TTS) TERHADAP KREATIVITAS SISWA KELAS VII DANVIII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN PENGAYAAN BERBENTUK TEKA-TEKI SILANG (TTS) TERHADAP KREATIVITAS

SISWA KELAS VII DANVIII SMP TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Oleh : Armalia Febrinita

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh pembelajaran pengayaan berbentuk teka-teki silang (TTS) terhadap kreativitas siswa kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah responden 28 siswa. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: terdapat pengaruh yang signifikan, dan keeratan tinggi di pembelajaran pengayaan berbentuk TTS terhadap kreativitas siswa. Artinya semakin baik media TTS pada pembelajaran pengayaan maka semakin baik pula kreativitas siswa kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

Kata Kunci : Pembelajaran Pengayaan Berbentuk Teka-Teki Silang (TTS), Kreativitas Siswa


(2)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Pendidikan kita kurang memberikan kesem-patan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis. Guru belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara indi-vidual. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembe-lajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah.

Masalah lain dari pendidikan kita adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Hal ini tidak sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru diharuskan memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampua internal peserta didik di dalam merancang strategi dan pelaksanakan pembela-jaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis


(3)

strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual.

Masih banyak siswa-siswi yang belum mengembangkan kemampuannya, tidak semua siswa memiliki kemampuan belajar yang sama dan tidak semua pembela-jaran berjalan dengan baik, tidak pembela-jarang dijumpai adanya peserta didik yang lebih cepat dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pelajaran yang telah ditentukan.

Peserta didik kelompok ini tidak mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran maupun mengerjakan tugas-tugas atau latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan sebagai indikator penguasaan kompetensi. Seharusnya peserta didik yang telah mencapai kompetensi lebih cepat dari peserta didik lain dapat mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara optimal melalui pem-belajaran pengayaan.

Guna keperluan pemberian pembelajaran pengayaan perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap potensi lebih yang dimiliki peserta didik. Kita tahu, semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pengajaran dan memperoleh hasil maksimal dalam proses pembelajaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap siswa memiliki potensi dan kemampuan belajar yang berbeda-beda sehingga perlu strategi yang tepat untuk dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kereatif peseta didik. Salah satunya cara yang dapat dilakukan untuk merangsang keingin tahuan peserta didik agar dapat berfikir kreatif ialah melalui permainan Teka-Teki Silang (TTS).


(4)

TTS diharapkan mampu membawa peserta didik untuk lebih mengasah kemampuan mereka menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan materi yang yang telah mereka terima dari guru, dikarenakan manfaat utama dari permainan TTS (Teka Teki Silang) ialah membangun saraf-saraf otak yang memberi efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal.

Berdasarkan hasil survey dan wawancara yang dilakukan di SMP Tunas Harapan kelas VII dan VIII berjumlah 85 siswa. Adapun data prestasi belajar pada ulangan harian pertama tahun 2012/2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Data prestasi belajar PKn kelas VII dan VIII dari guru yang menga jar di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

No Kelas Jumlah

Siswa L P KKM

Jumlah Siswa Lulus KKM

1 VII-1 25 12 13 70 10

2 VII-2 25 13 12 70 8

3 VIII 35 16 19 72 10

Sumber : Data guru PKn SMP Tunas Harapan Bandar Lampung

Tabel 1 di atas menunjukan bahwa prestasi belajar PKn pada ulangan harian pertama tahun pelajaran 2012/2013 masih kurang optimal. Dapat dilihat dari jumlah siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 28 siswa dari 85 siswa yang ada. Bagi siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) maka siswa tersebut akan mengikuti remedial atau perbaikan. Sedangkan 28 siswa yang telah mencapai KKM terlebih dahulu ini harus menunggu di luar kelas ketika teman-teman mereka sedang mengadakan ulangan perbaikan atau menuntaskan KKM. Peserta didik kelompok ini seringkali merasa


(5)

telah puas dengan apa yang telah mereka peroleh sehingga menghambat rasa ingin tahu peserta didik untuk menemukan gagasan dan ide-ide baru.

Berdasarkan latar belakang di atas, saya tertarik untuk meneliti ” Pengaruh Pembelajaran Pengayaan Berbentuk TTS (Teka-Teki Silang) Terhadap Kreativitas Siswa Kelas VI dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, perlu diidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan Pengaruh Pembelajaran Pengayaan Berbentuk TTS (Teka-Teki Silang) Terhadap Kreativitas Siswa Kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung. Hal-hal tersebut adalah:

1. Ada perbedaan kemampuan siswa dalam belajar

2. Efektifitas setrategi pembelajaran pengayaan yang diberikan guru berpengaruh kepada kreativitas siswa

3. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran pengayaan di kelas

4. Siswa kurang tertarik dan mudah bosan dengan pembelajaran pengayan yang di berikan guru.

5. Penyegaran ingatan melalui permainan teka-teki silang (TTS)

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini mengkaji pengaruh pembelajaran Pengayaan Berbentuk TTS (Teka-Teki Silang) Terhadap Kreativitas Siswa Kelas VII Dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung.


(6)

Sesuai dengan kajian tersebut maka penelitian ini hanya dibatasi pada Pembelajaran Pengayaan Berbentuk TTS ( Teka-Teki Silang) Terhadap Kreati-vitas Siswa Kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, “ Apakah Terdapat Pengaruh Pembelajaran Pengayaan Berbentuk TTS Terhadap Kreativitas Siswa Kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis dan Menguji Pengaruh Pembe-lajaran Pengayaan Berbentuk TTS ( Teka-Teki Silang) Terhadap Kreativitas Siswa Kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Secara teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan konsep-konsep pendidikan Kewarganegaraan, kajian pendidikan PKn sebagai pendidikan kewargane-garaan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan, karena melihat hasil penelitian ini dapat menambah konsep-konsep atau teori tentang pembe-lajaran pengayaan dan kreatifitas siswa SMP Tunas Harapan.


(7)

b. Secara praktis

1. Memberikan masukan kepada siswa untuk lebih meningkatkan minat dan kreativitas dalam belajar.

2. Memberikan masukan kepada guru agar lebih memahami kemampuan siswa dan memberikan perhatian sesuai yang diharapkan.

3. Sebagai bahan masukan kepada kalangan akdemis yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pembelajaran pengayan terhadap kreativitas siswa.

G. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup menerapkan konsep-konsep Pen-didikan Kewarganegaraan, kajian penPen-didikan PKn sebagai penPen-didikan kewarganegaraan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pendidikan, yaitu dengan melihat hasil penelitian ini dapat menambah konsep-konsep atas teori tentang pembelajaran pengayaan berbentuk TTS dan kreativitas siswa 2. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah pembelajaran pengayaan berbentuk TTS dan kreativitas siswa.

3. Ruang Lingkup Subjek


(8)

4. Ruang Lingkup Wilayah

Tempat penelitian ini adalah SMP Tunas Harapan Bandar Lampung 5. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkanya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan FKIP Unila.


(9)

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Deskripsi Teoritis

1. Pengertian Pengaruh

Salah satu bentuk kausalitas dalam komunikasi masa yang sangat penting untuk menegtahui berhasil atau tidaknya komunikasi yang diinginkan dapat dikatakan sebagai pengaruh. Semua hal yang mempunyai sebab pasti akan berpengaruh pada terciptanya akibat yang akan ditimbulkan. Pengaruh dapat dikatakan berhasil apabila perubahan yang terjadi sesuai dengan muatan pesan yang terdapat dalam media masa tersebut, dengan kata lain pengaruh merupakan bagian dari tercip-tanya akibat dalam hubungan kausalitas.

Menurut Badudu dan Zain (2001: 1031) pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi, sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dan tunduk atau mengikuti karena kuasa. Berbeda dengan Badudu, Stuart memandang (1998:163) pengaruh sebagai perbedaan antara apa yang dipikirkan , diserahkan, dilakukan sebelum atau sesudah penerimaan pesan.

Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk pengertahuan, perubahan, persepsi dan pendapat atau sikap. Perubahan internal pada diri seorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip sebagai hasil evaluasi terhadap suatu objek yang baik yang terdapat


(10)

di dalam maupun di luar dirinya, dalam bentuk prilaku dan perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi dimana ada perbedaan antara apa yang dipikirkan , diserahkan, dilakukan sebelum atau sesudah penerimaan pesan. Pengaruh bisa terjadi dalam bentuk pengertahuan, perubahan, persepsi dan pendapat atau sikap

2. Pengertian pembelajaran

Menurut pengertian secara pisikologi “ belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhasn hidupnya, perubahan-perubahan itu akan terlihat nyata dalam aspek tingkah laku.

Slameto (2003: 2) mengatakan bahwa “ belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak semua perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Seseorang yang mengalami kecelakaan dan akhirinya tanganya bengkok itu tidak disebut dengan belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang sedang dalam keadaan mabuk, perubahan


(11)

yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, perubahan dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

Proses belajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Edukatif mewarnai interaksi yang terjadia antara guru dengan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pembelajaran.

Menurut Gagne dalam Saiful Sagala (2006:13) “ belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman “, pendapat ini pun di perkuat oleh Ramli Wahyudin (2006:25) ” yang mende -finisikan pembelajaran sebagai suatu perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemandirian intelek” , sedangkan henry E. Garret berpendapat bahwa “ belajar adalah proses yang berlangsung dalam waktu yang lama melalui latihan dan pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksikan terhadap sutau perangsang tertentu” .

Ada perbedaan antara teori belajar dan pembelajaran dimana teori belajar bersifat deskrikriptif karena tujuan utama dari belajar adalah memberikan proses dalam belajar sedangkan teori pembelajaran adalah perskriptif karena tujuan utamanya menetukan metode pembeljaran yang optimal. Bruner ( 2005:10) “menyatakan teori pembeljaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal dan menaruh perhatian utamanya pada bagaimana


(12)

seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengon-trol variabel-variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memu-dahkan dalam belajar”.

Pendapat serupa pun dikemukakan oleh Landa (2005:16) “ yang menyatakan teori pembelajaran adalah teori preskriptif dimana goal oriented (untuk mencapai tujuan) variabel yang diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang persepektif adalah metode yang optimal dalam mencapai tujuan”.

Berbeda pendapat dengan Bruner, Reigeluth ( 2005:11) “ menyatakan teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens, dan menempatkanhasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati”. Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan hasil belajarnya ditempatkan sebagai given, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung.

Teori pembelajaran harus memasukan variabel metode pembelajaran. Bila tidak maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Ini penting sekali sebab banyak terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran, sedangkan teori belajar sama sekali tidak berhubungan dngan metode belajar.

Pembelajaran ialah preskriptif dan deskriptif. Preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal dan menaruh perhatian utamanya


(13)

pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan dalam belajar dan deskriptif karena menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens, dan menempatkan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati.

3. Pengertian Program Pengayaan

Menurut Maman Rahman (2008:30) “ kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswi kelompok cepat sehingga siswa-siswi tersebut men-jadi lebih kaya pengetahuan dan ketrampilan atau lebih mendalami bahan pela-jaran yang mereka pelajari”. Pendapat serupa pun dikemukakan oleh Arikunto (2002:17) ” pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya”. Pembelajaran pengayaan beru -paya mengembangkan keterampilan berpikir, kreativitas, keterampilan memecah-kan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dsb”.

Benyamin S. Bloom dalam Suparno (2002:217) ” memandang pembelajaran pengayaan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui per-syaratan minimal yang ditentukan dengan memperhatikan aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya”.


(14)

Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya. Usaha ini dila-kukan untuk memperbaiki cara yang sudah diambil terdahulu dengan tujuan agar anak lebih menguasai bahan dan mengisi kelebihan waktu, disaat teman-teman yang lain melakukan pengulangan materi. Dengan adanya kegiatan pengayaan setiap siswa mendapatkan perhatian yang cukup dari guru sesuai dengan kebutu-hannya. Dengan demikian perkembanganya dapat mencapai tingkat yang optimal. Secara garis besar pembelajaran pengayaan dibagi menjadi dua macam:

a. Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik modul pokok

Kegiatan pengayaan yang dimaksud disini adalah pemberian tugas pengayaan berupa apa saja (membaca buaku, keliping, diskusi dan sebagainya) tetapi masalah masih sama dengan topik modul pokok

b. Kegiatan pengayaan yang tidak berkaitan dengan topik modul pokok

Pada kegiatan pengayaan ini dimungkinkan bahwa materi pada suatu modul pokok sangatlah sedikit sehingga sukar bagi guru untuk menciptakan kegiatan yang sesuai dengan topik tersebut. Sehubungan dengan keadaan ini maka guru dapat mengambil langkah-langkah berikut:

1. Memberikan kegiatan yang tidak berhubungan dengan modul tetapi masih dalam ruang lingkup bidang studi sama.

2. Memberikan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan modul dan juga tidak dalam bidang studi yang sama.


(15)

Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan yang diberikan ke-pada sisiwa siswi kelompok cepat belajar dengan tujuan untuk memberikan kese-mpatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.

4. Pengertian TTS (Teka Teki Silang)

Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petujuk . Selain itu mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan, selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer , selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata , maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta di-dik untuk latihan di-dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja.

Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini, sesungguhnya merupakan hal baru, tetapi tidak begitu baru. Artinya, hal ini sudah berlangsung dari zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak sama. Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada sejak zaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar berisi kata-kata, huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan


(16)

kata-kata secara vertikal dan horizontal. Hampir serupa dengan TTS yang kita kenal sekarang.

Teka-Teki Silang atau yang biasa disebut TTS merupakan sebuah permainan yang mengasah otak . Oleh sebab itu TTS bisa dijadikan media pembelajaran , meihat fungsi TTS yaitu membangunkan saraf-saraf otak yang memberi efek menye-garkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali optimal karena otak dibiasakan untuk terus belajar dengan santai. Proses pembelajaran dalam keadaan santai maka materi yang diajarkan pengajar akan lebih masuk dan mengena dalam otak sehingga pembelajaran lebih efektif .

Guru terlebih dahulu mendemonstrasikan permainan TTS tersebut kemudian peserta didik ditugaskan untuk mengerjakannya dan selanjutnya peserta didik mencoba membuat sendiri. Penerapan media TTS ini diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. ( Dikutip dari: Erlinna, 2012 http: Teka-Teki Sebagai Media Pembelajaran « erlinna.htm )

5. Pengertian Kreativitas

Lewat sejarah orang dapat menyadari adanya perbedaan kreatifitasinter maupun intraindividu. Orang orang yang kreatif telah muncul disetiap masa. Dari hasil mereka generasi penerus mendapatkan pengetahuan yang kemudian dapat digunakan untuk memperbaiki kehidupan. Jika pendidikan berjalan dengan baik maka orang-orang kreatif akan lahir karena tugas utama pendidikan adalah menciptakan orang-orang yang mampu melaksanakan sesuatu yang baru. Tidak hanya mengulang apa yang telah dilakukan oleh orang lain.


(17)

Mereka adalah orang-orang yang kreatif, menemukan suatu yang belum pernah ada maupun yang sebenarnya sudah ada. Hal ini dinyatakan oleh Piaget sebagai berikut: “ the principal goal of education is to create men who are capable of doing new things, not simply of repeating what other generation have done-men

who are creative, inventive, and discovers “. (Tujuan utama pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, tidak hanya mengulangi apa yang telah dilakukan generasi lainnya-pria yang kreatif, inventif, dan menemukan).

Kretivitas dapat dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang mungkin peserta didik yang dapat mengembangkan kreativitasnya. Dibandingkan dengan penelitian tentang kecerdasan, jumlah penelitian tentang kreativitas masih amat sedikit, barangkali dikarenakan sangat sulit mengukur kreativitas.

Till menyatakan bahwa baru sekitar tahun 1955 mulai ada penelititian tentang berbagai hal yng belum diketahui berkenaan dengan kreativitas. Laporan penelitian taylor (1964) antara lain menunjukan adanya hubungan yang rendah antara faktor-faktor yang berhubuangan dengan kreativitas dan sekor tes intele-gensi berakibat kreativitas tidak hanya bervariasi melainkan juga berbeda dengan intelegensi, sampai dengan1971 menurut Till belum ada yang mengakui bahwa kreativitas telah dieksplorasi. Namun telah ada saran untuk mengembangkan kreativitas sebagaimana diringkaskan oleh Taylor (1964: 92-93) sebagaimana berikut:

1. Menilai, menghargai berfikir kreatif


(18)

3. Mengajarkan bagaimana menguji setiap gagasan secara sistematis 4. Mengembangkan rasa toleransi terhadap gagasan baru

5. Berhati-hati dalam memaksakan suatu pola atau contoh tertentu 6. Menghalau perasaan kagum terhadap karya-karya besar

7. Memberanikan dan menilai kegiatan belajar berdasarkan inisiatif sendiri 8. Menciptakan duri dalam daging, sehingga membuat anak menyadari

adanya kesalahan dan kekurangan

9. Menyediakan waktu untuk berfikir dan ketenangan

Pendapat lain pun dikemukakan oleh Goron Dalam (2005:50) “ kreativitas merupakan bagaian dari kegiatan kerja kita sehari-hari dan berlangsung seumur hidup”. Kreativitas yang dikembangkan ialah untuk meningkatkan kemampuan, pemecahan masalah dan insight dalam hubungan sosial”. Pendapat yang serupa pun dikemukakan oleh Suprapto (2005:7) “ kreativitas merupakan ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikir untuk memperoleh suatu ide yang baru , konstruktif dan baik berdasarkan konsep-konsep yang rasional , persepsi dan intuisi individu”.

Firstenberg dalam Zuchdi, (2008:127)

Orang-orang yang kreatif bersikap positif terhadap pemecahan masalah, mereka menganggap masalah suatu tantangan, suatu kesempatan, untuk memperoleh pengalaman baru dan suatu penggayaan perbendaharaan sarana berfikir, suatu pengalaman belajar. Orang orang kreatif memandang suatu rintangan dalam memecahkan masalah sebagai suatu tantangan, suatu tantangan intelektual dan emosional. Orang-orang yang kreatif tidak dari situasi yang komplek, mereka menyenangi persoalan-persoalan yang baru. Mereka lebih banyak yang aktif daripada pasif dan mereka memilih kapasitas untuk menghasilkan sesuatu. Mereka memiliki rasa percaya diri dan control diri.


(19)

Pendapat lain dikemukakan oleh Stemberg dalam Yaumi (2008:1) “ yang meman -dang kreativitas sebagai salah satu dimensi keberbakatan. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan pekerjaan yang baru (yakni asli, tak diharapkan) dan cocok ( yaitu batasan tugas yang berguna dan adaptif)”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas adalah ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikir, bersikap positif terhadap pemecahan masalah, menganggap masalah suatu tantangan, suatu kesempatan, untuk memperoleh pengalaman baru dan suatu penggayaan perben-daharaan sarana berfikir, suatu pengalaman belajar untuk memperoleh suatu ide dari kegiatan kerja kita sehari-hari dan berlangsung seumur hidup.

6. Pengartian Siswa

Looke dalam Hamalik (2004:76) Siswa adalah “ siapa saja yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan. Di lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah, yakni sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah me-nengah akhir, objek pendididkan ini disebut dengan siswa. Di lembaga pendidikan tingkat tinggi objek didik disebut dengan mahasiswa”. Hal ini di perkuat oleh pendapat Prof. Dr. Shafique Ali Khan (2005:64), “ yang menyatakan siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari bebe-rapa tipe pendidikan”. Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.


(20)

Pada pasal 1 ayat (4) UU sisdiknas No. 20 Tahun 2003 didefinisikan sebagai “suatu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia”. Pendapat serupa dikemukakan oleh Hamalik (2002:99) mengemukakan bahwa siswa adalah “ salah satu komponen dalam pem -belajaran disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran”.

Siswa adalah suatu anggota masyarakat yang terdaftar sebagai objek didik di suatu lembaga pendidikan yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia dan menjadi salah satu komponen dalam pembelajaran disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran.

B. Kerangaka Pikir

Setiap siswa memiliki perbedaan dalam menerima materi sehingga perbedaan dalam kreativitas mereka. Pembelajaan pengayaan itu sendiri memiliki pengaruh terhadap kreativitas siswa, dimana kretifitas merupakan ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikir untuk memperoleh suatu ide dari kegiatan kerja kita sehari-hari dan berlangsung seumur hidup dan tinggi rendahnya krea-tifitas siswa di pengaruhi oleh siswa tersebut belajar dan menerima materi pada pembelajaran pengayaan berbentuk teka teki silang.

Pembelajaran pengayaan berbentuk TTS (X)

1. Efektifitas pembelajaran pengayaan berbentuk TTS 2. Antusiasme dari peserta

didik

3. Daya tarik dari model TTS

Kreatifitas siswa (Y) 1. Parsitipasi dalam

pembelajaran 2. Keberanian

mengemukakan pendapat 3. Kemempuan


(21)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Guna menyelesaikan suatu masalah atau permasalahan yang dihadapi mtodologi penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam penelitian ilmiah, disini diperlukan suatu metode yang sangat sesuai dengan masalah yang akan diteliti sebelumnya, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan.

Metode ini dirasakan perlu, guna memperoleh data yang akurat dan pengem-bangan pengetahuan serta menguji suatu kebenaran didalam pengetahuan tersebut dan ini akan menentukan nilai ilmiah atau tidaknya suatu hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

Menurut Mohammad Ali (1985:120) “ metode deskriptif adalah metode yang dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi dengan analisis pengolahan data, kemudian menarik kesimpulan dengan suatu tujuan utama membuat suatu gambaran tentang situasi dan keadaan yang ada”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena dalam penelitian ini mendeskripsikan keadaan yang terjadi pada saat sekarang. Menurut penulis penggunaan metode deskriptif sangat tepat sebab mengkaji


(22)

masalah-masalah yang aktual dan menguji adanya pengaruh pembelajaran terhadap kreativitas.

B. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian merupakan suatu bentuk upaya persiapan sebelum melakukan penelitian yang sifatnya sistematis yang meliputi perencanaan prosedur, hingga teknis melaksanakan di lapangan penelitian yang akan dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan secara garis besar dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Persiapan Pengajuan Judul

Langkah awal yang akan ditempuh oleh penulis yaitu mengajukan rencana judul penelitian kepada dosen pembimbing akademik kemudian judul disah kan oleh ketua program studi PPKN dan di berikan calon pembimbing. Pembimbing Utama dan Pembimbing Pembantu menyetujui judul penelitian pada tanggal 18 januari 2013. Kemudian dengan Surat Izin Penelitian dari Dekan No.1236/UN26/3/PL/2013 dinyatakan kepada kepala SMP Tunas Harapan Bandar Lampung.

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah judul disahkan dan mendapat bimbingan, maka penulis memper-siapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian dengan menda-patkan Surat Izin Penelitian Pendahuluan No.1236/UN26/3/PL/2013, maka


(23)

penulis mengadakan penelitian pendahuluan di SMP Tunas Harapan Bandar lampung. Dalam penelitian ini penulis mencari data-data yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian pendahuluan ini amtara lain menetahui lokasi dan keadaan tempat penelitian, untuk mendapatkan data-data dan gambaran secara umum tentang berbagai masalah yang akan diteliti dalam rangka penyusunan proposal ini yang berjudul “ Pengaruh Pembelajaran Pengayaan Berbentuk Teka-Teki Silang (TTS) Terhadap kreativitas siswa Kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”, yang di tunjang dengan beberapa literatur serta arahan yang diberikan dosen pembimbing kepada peneliti.

Hasil penelitian tersebut dibuat menjadi proposal penelitian untuk di seminarkan. Proposal penelitian di setujui oleh pembimbing II pada tanggal 14 Maret 2013 dan kemudian di setujui oleh pembimbing I pada tanggal 19 Maret 2013 sekaligus mendapatkan pengesahan dari Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Selanjutnya mendaftar di koordinator urusan seminar dan menentukan waktu seminar proposal yang akhirnya disepakati akan dilaksanakan pada tanggal 01 April 2013. Tujuan dilaksanakan seminar ini adalah untuk mendapatkan masukan-masukan dari dosen pembimbing dan dosen pembahas serta teman-teman guna keperluan penyusunan sekripsi ini. setelah seminar proposal selesai dilakukan peneliti melakukan perbaikan sesuai dengan saran dan kritik dari dosen pembahas dan pembimbing.


(24)

3. Pengajuan Rencan Penelitian

Rencana penelitian diajukan untuk mendapatkan persetujuan dilaksanakan seminar proposal. Sebelum seminar dilaksanakan terlebih dahulu penulis menyusun proposal penelitian dibantu Pembimbing I dan Pembimbing II.

Setelah penyusunan proposal selesai dan disetujui oleh pembimbing I dan Pembimbing II, maka di ajukan kepada ketua program studi untuk disetujui dan disahkan pada tanggal 01 April 2013, yang dihadiri dosen-dosen dn mahasiswa IPS Program Studi PPKn, FKIP Uiversitas Lampung.

Setelah kegiatan seminar proposal selesai selanjutnya di lakukan perbaikan proposal skripsioleh Pembahas I dan Pembahas II, serta pengesahan Komisi Pembimbing Komisi pembimbing ini ditanda tangani oleh Pembimbung I dan Pembimbing II, kemudian di setujui oleh Dekan FKIP Unila, secara formal penelitian ini dilakukan dengan Surat Izin penelitian dari Dekan FKIP Unila atas nama Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung dengan No.2708-/UN26/3/PL/2013 penelitian dengan cara menyebarkan angket kepada responden.

4. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Administrasi

Penelitian dilakukan berdasarkan Surat Izin Dekan FKIP Unila atas nama Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung dengan


(25)

No.2708/UN26-/3/PL/2013 yang diajukan kepada Kepala SMP Tunas Harapan Bandar Lampung .

b. Penyusunan Pengumpulan Data (Angket)

Penyusunan nagket adalah untuk mendapatkan data pokokdalam penelitian ini untuk dianalisi. Dalam penelitian ini penulis menyusun angket berdasarkan data-data yang dibutuhkan dan yang akan dipergunakan. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh erat hubunganya dan sesuai dengan variabel penelitian. Angket ini berisi pertanyaan yang harus di jawab oleh responden tentang pengaruh pembelajaran pengayaan berbentuk teka-teki silang terhadap kreativitas sisiwa kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung tahun Pelajaran 2012/2013.

Penyusunan angket tersebut maka penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Membuat kisi-kisi angket tentang Pengaruh Pembelajarang Pengayaan berbentuk Teka-Teki Silang Terhadap Kreativitas Siswa Kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung

b. Membuat item-item pertanyaan angket tentang Pengaruh Pembelajarang Pengayaan berbentuk Teka-Teki Silang Terhadap Kreativitas Siswa Kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung

c. Mengkonsultasikan angket tersebut Pembimbing I dan Pembimbing II guna memperoleh persetujuan.

d. Setelah angket tersebut memperoleh persetujuan dari Pembimbing I dan Pembimbing II, angket telah siap untuk disebarkan dan selanjutnya


(26)

penulis mengadakan uji coba angket kepada 10 orang responden di luar sempel yang sebenarnya.

C. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian, baik yang berupa manusia, peristiwa atau berbagai gejala yang terjadi, karena hal ini merupakan suatu variable yang diperlukan dalam memecahkan masalah atau menunjang keber-hasilan dalam penelitian ( Muhammad Ali, 1984:54). Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang mendapatkan nilai di atas standar kriteria ketuntasan Minimal (KKM) kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan yang berjumlah 28 siswa. Arikunto menyatakan bahwa:

Dapat dijadikan pedoman apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhanya namun apabila subjek lebih dari seratus maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih, tergantung bagaimana:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana

2. Sempitnya wilayah pengaamatan dari setiap subjek karna menyangkut banyak sedikitnya data.

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti

Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti akan mengambil penelitian populasi yang ada, hal ini disebabkan karena jumlah populasi yang ada kurang dari 100 siswa.


(27)

D. Variabel Penelitian

Secara umum variabel merupakan penjabaran konsep-konsep yang terdapat dalam judul, selanjutnya dijelaskan dalam dimensi-dimensi yang dapat diukur atau dapat diamati dari masing-masing konsep yang bersangkutan. Arikunto (1986:91) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah “ obyek penelitian yang menjadi penelitian”

a. Variabel Bebas ( X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Pengayaan berbentuk TTS (Teka Teki Silang)

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kreatifitas Siswa

E. Definisi Konseptual Variabel

Definisi konseptual variabel digunakan untuk menegaskan tentang masalah yang ditelit. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Amirin (2010: 26) bahwa definisi konseptual variabel adalah penegasan serta penjelasan suatu konsep dengan mengunakan konsep-konsep (kata-kata) lagi, yang tidak harus menunjukan sisi-sisi (dimensi) pengukuran tanpa menunjukan descriptor dan indikatornya serta bagaimana cara untuk mengukurnya.

a. Pembelajaran pengayaan adalah pembelajaran tambahan yang diberikan kepada sisiwa siswi kelompok cepat belajar dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan se-demikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.


(28)

b. Kreativitas siswa adalah ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikir untuk memperoleh suatu ide dari kegiatan kerja kita sehari-hari dan berlangsung seumur hidup

F. Definisi Operasional Varabel

Definisi operasional variable adalah definisi yang memberikan gambaran cara mengukur suatu variable dengan memeberian arti suatu kegiatan. Definisi operasional variable dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran Pengayaan Berbentuk TTS

Pembelajaran pengayaan adalah pembelajaran yang memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan lebih atau peserta didik yang melampaui persyaratan minimal dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya. Indikator variabel ini adalah: evektifitas pembelajaran pengayaan berbentuk TTS, antusiasme dari peserta didik, daya tarik dari media TTS.

b. Kreativitas siswa

Kretivitas dapat dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang dapat merangsang keingintahuan peserta didik, melalui pembelajaran pengayaan dan teka teki silang. Indikator variabel ini adalah: parsitipasi dalam belajar, keberanian mengemukakan pendapat, kemampuan menciptakan suasana belajar yang efektif.


(29)

Upaya yang harus dilakukan agar mendapatkan hasil penelitian yang maksimal, ialah diperlukannya alat ukur yang tepat. Rencana pengukuran variable dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Variabel dalam penelitan ini adalah Pembelajaran Pengayaan berbentuk TTS, dikur melalui angket berskala 3, adapun skor yang diberikan masing-masing adalah:

a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuia dengan harapan c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan

2) Kreatifitas, diukur melalui angket berskala 3, dengan skor yang diberikan masing-masing adalah:

a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan

b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuia dengan harapan c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan

H. Teknik Pengumpulan Data

Melengkapi penelitian ini, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil data yang lengkap yang nantinya akan mendukung keberhasilan penelitian ini. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian ini, maka pengumpulan datanya akan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Teknik Pokok a. Angket


(30)

Angket adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan untuk dijawab responden. Dalam penelitian ini dignakan angket tertutup sehingga responden hanya menjawab pertanyaan dari alternative jawaban yang sudah ada, dibeikan kepada subjek penelitian untuk mengetahui pengaruh pengelompokan kelas berdasarkan prestasi belajar terhadap motivasi siswa.

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur data angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan dianalisis. Dalam setiap tes memiliki 3 alternatif jawaban dan masing-masing memiliki bobot atau skor yang berbeda-beda. Menurut Natsir (1988:404) adapun skor yang diberikan dari masing-masing adalah:

a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan

b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuia dengan harapan c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan

2. Teknik Pendukung a. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data-data sekunder yang berhubungan dengan masalaha penelitian, dalam kaitannya untuk melengkapi data primer. Data-data tersebut atara lain, jumlah siswa, jumlah guru, keadaan sekolah, maupun data lain yang menunjang penelitian.


(31)

Wawancara dilakukan dengan megajukan pertanyaan langsung dengan resonden. Dalam prosesnya, penulis mengumpulkan data atau infor-masi dengan cara melakukan tanya jawab dan bertatap muka secara langsung dengan informan sehingga infomasi yang diperoleh lebih jelas. Adapun isi wawancara tersebut telah disiapkan oleh peneliti, sehingga wawancara ini bisa dikategorikan dengan wawancara tertutup.

Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang kurang jelas dari hasil jawaban angket. Teknik wawancara ini juga digunakan untuk memperoleh data dasar dalam membuat pendahuluan, khususnya mengenai latar belakang masalah. Dengan wawancara akan diketahui keadaan sebenarnya permasalahan yang ada ditempat penelitian ter-sebut. Wawancara ini dilakukan dengan siswa maupun guru di SMP Tunas Harapan.

I. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2008:144). Dengan istilah lain, validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan serta keshahihan suatu instrument. Dengan demikian untuk menentukan item soal dilakukan dengan control langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator yang dipakai ( Suharsimi Arikunto, 2008: 168). Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah logikal


(32)

validity, yaitu dengan dosen pembimbing, dengan konsultan tersebut dilakukan perbaikan.

2. Uji Reliabilitas

Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaanya memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas merupakan istrumen yang cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data, karena instrumrn tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya ( Suharsimi Arikunto, 2008:170). Uji reliabilitas dalam sebuah penelitian wajib dilakukan, uji reliabilitas angket dapat ditempuh dengan:

1. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden

2. Hasil uji coba dikelompokan kedalam item ganjil dan item genap dimana dari hasil angket uji coba angket tersebut dapat dibuat tabel sebagai berikut :

Tabel 2 : Hasil Uji Coba Angket Pengaruh Pembelajaran Pengayaan Berbentuk Teka-Teki Silang (TTS) Terhadap Kreativitas Sis-swa SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Dari 10 Orang di Luar Responden untuk Item Ganjil (X)

No

Nomor Item Ganjil (X)

Resp. 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 Skor

1 2 1 2 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 27

2 3 1 2 2 2 3 3 3 2 2 1 3 2 29

3 3 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 2 2 28

4 2 2 3 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 27

5 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 1 3 31


(33)

7 3 3 3 3 2 1 2 3 1 2 1 1 3 28

8 3 3 2 2 3 2 3 1 3 2 1 1 3 29

9 3 2 1 2 2 2 3 3 2 1 3 2 3 29

10 1 3 2 3 1 2 3 2 3 2 2 3 3 30

Sumber: Analisi Data Primer

Tabel 3. Hasil Uji Coba Angket Pengaruh Pembelajaran Pengayaan Berbentuk Teka-Teki Silang (TTS) Terhadap Kreativitas Sis-swa SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Dari 10 Orang di Luar Responden untuk Item Genap (Y)

No

Nomor Item Genap (Y)

Resp. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Skor

1 1 3 1 3 3 2 2 3 3 2 3 2 28

2 3 3 3 3 1 3 3 1 2 1 3 2 28

3 2 3 2 1 3 3 1 1 3 3 3 3 28

4 2 3 3 2 3 2 1 3 2 1 3 3 28

5 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 31

6 2 1 2 3 3 3 2 2 2 1 3 3 27

7 3 1 2 2 1 2 2 3 2 2 3 3 26

8 3 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 2 27

9 3 1 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 30

10 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 2 2 30

Sumber: Analisi Data Primer

Tabel 4.Tabel kerja Untuk Melihat Korelasi Antara Item Ganjil (X) dan Item Genap (Y) dari Uji Coba Angket 10 Orang di Luar

No

Responden X Y X2 Y2 X .Y

1 27 28 729 784 756

2 29 28 841 784 812

3 28 28 784 784 784

4 27 28 729 784 756

5 31 31 961 961 961


(34)

7 28 26 784 676 728

8 29 27 841 729 783

9 29 30 841 900 870

10 30 30 900 900 900

Jumlah 287 283 8251 8031 8133

Sumber: Analisi Data Primer

3. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan product moment,yaitu:

rxy =

  

 

 

                  

n y y n x x n y x xy 2 2 2 2 Keterangan:

= koefisien korelasi antara variable x dan variable y xy = product dari gejala x dan y

N = Jumlah populasi (Sutrisno Hadi, 1989:318)

diketahui:

X = 287

Y = 283

X2 = 8251

Y2 = 8031

XY = 8133


(35)

rxy=

  

 

 

               10 283 8031 10 287 8251 10 283 287 8133 2 2 rxy=              10 80089 8031 10 82369 8251 10 81221 8133

rxy=



9 , 8008 8031 9 , 8236 8251 1 , 8122 8133   

rxy=

  

1 , 22 1 , 14 9 , 10 rxy= 61 , 311 9 , 10

rxy= 0,61 65 , 17 9 , 10

Selanjutnya untuk mencari reliabilitas alat ukur ini, maka dilanjutkan dengan menggunakan rumus Sperman Brown agar diketahui koefisien seluruh item dengan langkah sebagai berikut :

rxy=

 

gg gg r r  1 2


(36)

rxy=

61 , 0 1

61 , 0 2

 rxy=

61 , 1

22 , 1

rxy= 0,75

Dari hasil pengolahan data tersebut, kemudian penulis mengkorelasikan dengan kreteria reliabilitas sebagai berikut :

0,90 -1,00 : Reliabilitas Tinggi

0,50 -0,89 : Reliabilitas Sedang

0,00–0,49: Reliabilitas Rendah

Hasil analisi yang telah dilakukan di atas menunjukan bahwa item pertanyaan menunjukan angka kofesien reliabilitas 0,75 adalah termasuk relibilitas sedang. Berdasarkan hal tersebut maka angket dapat digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini.

J. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengidentifikasi data, menyeleksi, dan selanjutnya dilakukan klasifikasi data kemudian menyusun data. Adapun tekniknya sebagai berikut:

1. Untuk menentukan klasifikasi sekor ( nilai tertinggi, sedang, atau rendah ) menggunakan rumus interval, yaitu :


(37)

Keterangan: I = Interval NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori

(Sutrisno Hadi, 1986:12)

2. Kemudian untuk rumus Chi Kuadrat untuk menegelola dan mgenganalisis data, akan dilakukan teknik analisis data dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat sebagai berikut:

∑ ∑

Keterangan: = chi kuadrat ∑ jumlah baris ∑ jumlah kolom

=Banyaknya data yang diharapkan terjadi

=Banyaknya hasil pengamatan

Untuk member interpretasi terhadap kuatnya pengaruh, maka digunakan pedoman koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00-0,199 : sangat rendah 0,20-0,399 : rendah 0,40-0,599 : sedang


(38)

0,60-0,799 : kuat 0,80-1,000 : sangat kuat (Sugiyono, 2008)

3. Kemudian data diuji dengan menggunakan rumus koefisien korelasi kontingensi sebagai berikut

Keterangan:

C = koefisien kontingensi X2 = Chi kuadrat

N = Sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi factor-faktor, maka C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dengan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

Keterangan :

m = harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan criteria uji pengaruh makin dekat dengan harga Cmaks makin besar derajat asosiasi antara factor.


(39)

Dengan demikian derajat keerata hubungan dapat dilihat pada criteria keeratan hubungan, sebagai berikut :

0,09 – 1,00 = hubungan sangat tinggi 0,50 – 0,89 = hubungan tinggi

0,21 – 0,49 = hubungan sedang 0,00 – 0,20 = hubungan rendah ( Sutrisno Hadi, 1989:273)


(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan pengaruh pembelajaran pengayaan berbentuk TTS terhadap kretivitas siswa kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 maka penulis dapat menyimpulkan:

Terdapat hubungan yang erat, positif, dan siknifikan pembelajaran pengayaan dengan mengunkan model TTS terhadap kretivitas siswa di kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan. Hal ini dikarenakan semakin baik pembelajaran pengayaan yang diberikan guru maka semakin tinggi pula kreativitas siswa.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran bahwa:

1. Kepada guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan para guru lainya diharapkan dapat memperhatikan kondisi belajar siswa dan


(41)

membantu siswa yang memiliki berbagai karakter yang berbeda-beda agar dapat mengasah kreativitas mereka lebih dalam lagi.

2. Kepada orang tua agar lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya agar anak merasa nyaman dan tidak merasa kesulitan dalam belajar. 3. Kepada siswa diharapkan lebih giat belajar dan siswa dapat belajar dengan

model TTS agar dapat mempermudah dalam memahami dan menghi-langkan kejenuhan dalam belajar


(42)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(2001). Pengelolaan Kelas dan Sisiwa.Yogyakarta: Rajagrafindo Persada

B. Uno, Hamzah dan Mohamad, Nurdin. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta:Bumi Aksara

Budiningsih, C.asri.2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:Rineka Cipta

Erlinna, 2012 . Teka-Teki Sebagai Media Pembelajaran. Disadur dari:

http://Teka-Teki Sebagai Media Pembelajaran « erlinna.htm. Diakses tanggal: 30 Desember 2012

Dita, dkk.2005. Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Pustaka Benua Intan Berlian

Hadi, Sutrisno. 2002. Metode teknik Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Surakarta: UNS

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Maman Rahman.1998. Manajemen Kelas. Jakarta : Depdikbud

Mari juniarti. 2001. Psikologi Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta

Meilina Bustari. 2005. Manajemen Peserta Didik. Yogyakarta : FIP UNY

Mulyasa, E. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung: Remaja Rosdakaryas


(43)

2

Nana,Sudjana dan Ahmad,Rivai.(2010).Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Nasution S.2004.Asas-Asas Mengajar.Surakarta: CV Mars

Sagala, saiful. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. jakarta.

Shafique Ali Khan. 2005. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali. Bandung: Pustaka Setia

Smaldino, dkk. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka

Sardiman,Am.2008. Interaksi DanMotivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Grafinda Persada

Suparno,P. 2002. Filsafat Konstruksivitas dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Uno, Hamzah B.2008.Orientasi Baru dalam Pisikologi Pembelajaran. Bumi aksara. Jakarta

Wiryawan, Sri Anitah dan Wiryawan. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Edisi 1. Jakarta : Departemen Pendidikan danKebudayaan Universitas Terbuka.


(1)

0,60-0,799 : kuat 0,80-1,000 : sangat kuat (Sugiyono, 2008)

3. Kemudian data diuji dengan menggunakan rumus koefisien korelasi kontingensi sebagai berikut

Keterangan:

C = koefisien kontingensi X2 = Chi kuadrat

N = Sampel

Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi factor-faktor, maka C dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum. Harga C maksimum dengan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut

Keterangan :

m = harga minimum antara banyak baris dan kolom dengan criteria uji pengaruh makin dekat dengan harga Cmaks makin besar derajat asosiasi

antara factor.


(2)

Dengan demikian derajat keerata hubungan dapat dilihat pada criteria keeratan hubungan, sebagai berikut :

0,09 – 1,00 = hubungan sangat tinggi 0,50 – 0,89 = hubungan tinggi

0,21 – 0,49 = hubungan sedang 0,00 – 0,20 = hubungan rendah ( Sutrisno Hadi, 1989:273)


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan pengaruh pembelajaran pengayaan berbentuk TTS terhadap kretivitas siswa kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 maka penulis dapat menyimpulkan:

Terdapat hubungan yang erat, positif, dan siknifikan pembelajaran pengayaan dengan mengunkan model TTS terhadap kretivitas siswa di kelas VII dan VIII SMP Tunas Harapan. Hal ini dikarenakan semakin baik pembelajaran pengayaan yang diberikan guru maka semakin tinggi pula kreativitas siswa.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin memberikan saran bahwa:

1. Kepada guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan para guru lainya diharapkan dapat memperhatikan kondisi belajar siswa dan


(4)

membantu siswa yang memiliki berbagai karakter yang berbeda-beda agar dapat mengasah kreativitas mereka lebih dalam lagi.

2. Kepada orang tua agar lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya agar anak merasa nyaman dan tidak merasa kesulitan dalam belajar. 3. Kepada siswa diharapkan lebih giat belajar dan siswa dapat belajar dengan

model TTS agar dapat mempermudah dalam memahami dan menghi-langkan kejenuhan dalam belajar


(5)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.(2001). Pengelolaan Kelas dan Sisiwa.Yogyakarta: Rajagrafindo Persada

B. Uno, Hamzah dan Mohamad, Nurdin. (2011). Belajar dengan Pendekatan

PAILKEM. Jakarta:Bumi Aksara

Budiningsih, C.asri.2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:Rineka Cipta

Erlinna, 2012 . Teka-Teki Sebagai Media Pembelajaran. Disadur dari:

http://Teka-Teki Sebagai Media Pembelajaran « erlinna.htm. Diakses tanggal: 30 Desember 2012

Dita, dkk.2005. Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Pustaka Benua Intan Berlian

Hadi, Sutrisno. 2002. Metode teknik Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Surakarta: UNS

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Maman Rahman.1998. Manajemen Kelas. Jakarta : Depdikbud

Mari juniarti. 2001. Psikologi Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta

Meilina Bustari. 2005. Manajemen Peserta Didik. Yogyakarta : FIP UNY

Mulyasa, E. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung: Remaja Rosdakaryas


(6)

2

Nana,Sudjana dan Ahmad,Rivai.(2010).Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Nasution S.2004.Asas-Asas Mengajar.Surakarta: CV Mars

Sagala, saiful. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. jakarta.

Shafique Ali Khan. 2005. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali. Bandung: Pustaka Setia

Smaldino, dkk. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka

Sardiman,Am.2008. Interaksi DanMotivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Grafinda Persada

Suparno,P. 2002. Filsafat Konstruksivitas dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Uno, Hamzah B.2008.Orientasi Baru dalam Pisikologi Pembelajaran. Bumi aksara. Jakarta

Wiryawan, Sri Anitah dan Wiryawan. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Edisi 1. Jakarta : Departemen Pendidikan danKebudayaan Universitas Terbuka.