PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA ANAK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA ANAK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

DIAN KURNIASARI

Pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung merupakan permasalahan dalam permasalahan dalam penelitian ini. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan Pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Kegiatan yang dilakukan penulis adalah dengan mengamati pembelajaran secara keseluruhan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu penulis mendeskripsikan hasil penelitian dan analisisnya terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Objek penelitian ini adalah aktivitas pembelajaan apresiasi cerita anak yang dilakukan guru bidang studi Bahasa Indonesia dan siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan perekaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran yang guru rancang sudah sesuai dengan ketentuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang dibuat guru secara keseluruhan telah dirancang berdasarkan komponen yang dituntut ada dalam kurikulum 2013. Keseluruhan komponen RPP telah dirancang oleh guru secara sistematis, hanya saja terdapat komponen pembelajaran yang mengikuti tuntutan kurikulum 2013, yakni model pembelajaran. Selanjutnya, hasil pelaksanaan pembelajaran juga menunjukkan bahwa pembelajaran telah diarahkan pada pengaplikasian kurikulum 2013, yakni menerapkan pendekatan scientific. Berdasarkan pendekatan tersebut, guru telah mengarahkan siswanya untuk melakukan aktivitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Keseluruhan aktivitas tersebut dipadukan oleh guru untuk mengarahkan siswanya agar mampu memiliki pengetahuan mengenai cerita anak, antara lain guru


(2)

Penilaian hasil belajar apresiasi cerita anak yang dilakukan oleh guru menggunakan penilaian tes dan nontes. Penilaian tes digunakan guru untuk menilai pengetahuan dan ketrampilan, Pada pelaksanaannya, penilaian untuk menilai mengenai unsur intrinsik cerita anak tidak disesuaikan dengan RPP yang dibuat, karena hanya dibangun melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa secara keseluruhan. Penilaian sikap dan ketrampilan mengidentifikasi penokohan, latar, alur, tema, dan amanat dari cerita anak Dua Keranjang Ajaib didapatkan nilai yang baik dan telah memenuhi KKM.


(3)

PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA ANAK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

DIAN KURNIASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Pendidikan Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di desa Fajar Baru, Kabupaten Lampung Selatan pada 31 Agustus 1989, sebagai anak ke dua dari empat bersaudara, dari pasangan suami istri, Bapak Dimun (Alm) dan Ibu Sumartini.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah TK Amarta Tani Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1996, Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Fajar Baru Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 20 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004 , dan Sekolah Menengah Atas di SMA Gajah Mada Bandar lampung diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur uji Mandiri.


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala pencipta alam semesta, ku persembahkan karyaku ini kepada.

1. Bapakku Dimun dan Ibuku Sumartini tersayang, yang selalu mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, dan senantiasa berdoa, mendidik putri-putrinya tanpa lelah.

2. Suamiku tercinta Ayudi Prasetiya dan buah hatiku tersayang Ariq Maulana Faqih Prasetiya yang tidak pernah lelah memberikan motivasi, saran, bimbingan, semangat, dan senyumannya kepadaku setiap saat.

3. Kakakku Vera Oktavia, A.Md., kakak iparku Tri Joko serta adik-adikku Asri Ratna Dewi dan Desta Nurizki, serta keponakanku Tangguh Abi Bagastia yang selalu memberikan keramaian di dalam rumah.

4. Keluarga besarku yang telah menyelipkan doa dan senyumannya.

5. Almamaterku Universitas Lampung yang telah mendewasakanku dalam berfikir, bertindak, dan yang telah memberikan pengalaman yang tak terlupakan.


(9)

MOTO

“Orang yang paling sempurna bukanlah orang dengan otak yang sempurna, melainkan orang yang dapat mempergunakan sebaiknya-baiknya dari bagian otaknya yang kurang sempurna”.

(Aristoteles)

“Rasa takut hanya akan membuatmu lemah dan kehilangan kepercayaan diri, hadapilah rasa takut itu dan truslah melangkah’’.


(10)

SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pembelajaran Apresiasi Cerita Anak Siswa Kelas VII SMP N 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014”.

Peneliti telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan Sripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada

1. Drs. Iqbal Hilal, M.Pd. pembimbing I yang tidak bosan-bosannya memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran demi kesempurnaan skripsi ini;

2. Dr. Munaris, S.Pd., M.Pd. pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, serta nasihat yang amat berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini;

3. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd. selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada peneliti;

4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni dan selaku pembimbing akademik;

5. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum. ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;


(11)

vi

7. Bapak dan Ibu Dosen Progam studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unila yang telah membekali peneliti dengan ilmu, bimbingan, dan motivasi selama mengikuti perkuliahan;

8. Ibu Dra. Listadora Kepala Sekolah SMP N 20 Bandar Lampung memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini;

9. Maslianah, S.Pd. Guru bidang studi Bahasa Indonesia SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini;

10. Kedua orang tua tercinta bapak Dimun dan ibu Sumartini yang menjadikan kami anak-anak yang berguna, terima kasih atas doa, bimbingan, dan kasih sayang yang telah diberikan;

11. Mertuaku bapak Ahmad Sarindi dan ibu Surip yang telah memberikan doa dan dukungannya sehingga peneliti dapat segera menyelesaikan skripsi ini;

12. Suamiku tercinta Ayudi Prasetiya dan mutiara hatiku Ariq Maulana Faqih Prasetiya yang selalu menemani, memahami, memberikan semangat, dukungan, saran, memotivasi, dan selalu memberikan perhatian di saatku lelah. kasih sayangmu padaku membuatku semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;

13. Kakakku Vera, Adikku Asri, Desta, mas Joko, dan keponakanku Abi, yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi sehingga peneliti dapat segera menyelesaikan skripsi ini;

14. Sahabat-sahabatku Eva, Siti, Yuli, dan Made terima kasih atas segala pengalaman dan kenangan yang kita alami selama ini tidak bisa tergantikan oleh apapun;

15. Teman-teman seperjuanganku Batrasia B angkatan 2009 kebersamaan yang selama ini terjalin merupakan kenangan yang akan selalu terbekas dalam memori;


(12)

16. Sahabat-sahabatku selama KKN dan PPL, Adi, Dicky, Bokde Sri, Ruwanti, Tika, Ayu, Novia, Hesti, Dede, Ina, Kiki, dan Nia. Pengalaman yang gila, seru, dan haru memberikan cerita tersendiri dalam hidupku;

17. Para senior dan juniorku di S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semoga kalian tetap semangat;

18. Siswa dan siswi kelas VIIB SMP N 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah Swt membalas semua kebaikan dan ketulusan bapak, ibu, saudara, teman-teman, serta orang-orang yang peneliti tidak bisa sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran selalu terbuka untuk menjadi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan, khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, amin.

Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... viii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

SANWACANA ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

1.5.Ruang Lingkup penelitian ... 7

II. LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Pembelajaran ... 8

2.1.1 Kurikulum 2013 ... 14

2.1.1.1 Karakteristik Kurikulum 2013 ... 14

2.1.1.2 Strategi Pembelajaran ... 15

2.1.2Materi Pembelajaran ... 25

2.1.3 Media Pembelajaran... 26

2.1.4 Perencanaan Pembelajaran ... 29

2.1.5 Pelaksanaan Pembelajaran ... 34

2.1.6 Penilaian Pembelajaran ... 38

2.1.6.1 Penilaian Autntik pada proses dan Hasil belajar ... 39

2.1.6.2 Jenisjenis Penilaian Autentik ... 40

2.2 Aktivitas Belajar Siswa ... 44

2.3 Apresiasi Cerita Anak ... 46

2.3.1 Pengertian Cerita Anak ... 47

2.3.2 Unsur Intrinsik Cerita Anak ... 47

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 53

3.1 Desain Penelitian ... 53

3.2 Sumber Data ... 54


(14)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

4.2 Hasil dan Pembahasan ... 60

4.2.1 Perencanaan Pembelajaran ... 61

4.2.1.1 Identitas Mata Pelajaran ... 61

4.2.1.2 Indikator Pembelajaran ... 62

4.2.1.3 Tujuan Pembelajaran ... 65

4.2.1.4 Pemilihan Materi Ajar ... 66

4.2.1.5 Pemilahan Sumber Belajar ... 66

4.2.1.6 Pemilihan Media Pembelajaran ... 67

4.2.1.7 Model Pembelajaran ... 68

4.2.1.8 Skenario Pembelajaran ... 69

4.2.1.9 Penilaian ... 72

4.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru ... 75

4.2.2.1 Kegiatan Pendahuluan ... 76

4.2.1.2 Kegiatan Inti ... 80

4.2.1.3 Kegiatan Penutup ... 102

4.2.3 Penilaian Pembelajaran ... 103

4.2.3.1 Penilaian Sikap ... 104

4.2.3.2 Penilaian Pengetahuan ... 106

4.2.1.3 Penilaian Ketrampilan ... 106

4.3 Keterkaitan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Dibuat Guru dengan Pelaksanaan Pembelajaran ... 108

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 111

5.1Simpulan ... 111

5.2Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

4.1 Keterkaitan Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Scientific .... 90 4.2 Daftar Nilai Sikap Siswa Kelas VII ... 104 4.3 Nilai Ketrampilan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerita Anak ... 106


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrument Penelitian Pembelajaran Apresiasi Cerita Anak

2. Catatan Lapangan Pelaksanaan Pembelajaran Apresiasi Cerita Anak Siswa Kelas VIIB SMP N 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) 4. Instrumen Perencanaan Pembelajaran 5. Observasi Aktivitas Siswa

6. Hasil Wawancara 7. Korpus Data

8. Surat Izin Penelitian

9. Surat Balasan Izin Penelitian 10. Lembar Kerja Siswa


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

4.1 Guru menuliskan tujuan pembelajaran dan indikator di papan tulis ... 79

4.2 Penguasaan materi oleh guru ... 81

4.3Guru memancing siswa untuk berpikir dan menemukan sendiri ... 83

4.4 Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil ... 87

4.5 Siswa konsentrasi membaca mengenai contoh unsur intrinsi pada buku pegangan siswa ... 92

4.6 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru ... 93

4.7 Siswa melakukan aktivitas saling menanya dengan teman ... 94

4.8 Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru……… 96

4.9 Guru menyampaikan materi dengan bahasa tulis……….. 99


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Pengertian lain belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai swerangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai ketrampilan berbahasa tertentu. Proses belajar mengajar pada saat ini lebih dikenal dengan istilah pembelajaran merupakan proses yang bermula dari suatu perencanaan, berlanjut pada pelaksanaan, dan berujung pada penilaian. Tahap tersebut harus dilalui oleh seorang guru agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Dalam proses pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga professional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam pembelajaran, kemampuan memilih dan menerapkan metode atau pendekatan pembelajaran yang efektif, kemampuan melibatkan peserta didik berpartisipasi aktif serta mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan.


(19)

2

Pembelajaran ini dicerminkan dengan adanya aktivitas guru dan siswa yang dinaungi oleh prinsip pembelajaran yang tepat, dijiwai oleh pendekatan pembelajaran yang relevan, dan difasilitasi oleh metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, karakteristik siswa, dan konteks kemasyarakatan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kedua dimensi kurikulum tersebut telah dimiliki oleh kurikulum yang telah mula diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 yakni kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 merupakan penyempurna dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil studi Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS), dan For International Student assessment (PISA), Kemdikbud menduga ada yang perlu disempurnakan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selama pemberlakuan KTSP, tidak nampak perkembangan yang signifikan terhadap kemamuan siswa di Indonesia. Hasil studi menunjukkan perlu adanya perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan emosional yang diperlukan semua warga Negara untuk berperan serta dalam membangun Negara pada masa mendatang (Kemdikbud dalam Husamah, dkk. 2013:3). Berdasarkan ketidak berhasilan pencapaian tujuan pendidikan KTSP, kurikulum 2013 diharapkan dengan tujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemapuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang


(20)

beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 juga disusun dengan tema-temakurikulum yng nantinya juga diharapkan dapat menghasilkan insane Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Kemdikbud dalam Husamah, dkk. 2013:4). Selain itu, kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempernaan pola piker sebagai berikut:

1. pola pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2. pola pelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3. pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja yang dapat dihubungi serta memperoleh melalui internet;

4. pola pembelajaran pasif menjadi aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);

5. pola belajar sendiri menjadi belajar berkelompok (berbasis tim);

6. pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis multimedia;

7. pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan pelanggan (users), dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8. pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan


(21)

4

Karya sastra adalah karya seni yang berbicara tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Pembelajaran sastra meruakan bagian dari pembelajaran bahasa, Pembelajaran bahasa penting bagi siswa karena berhubungan erat dengan keharuan. Sastra dapat menimbulkan rasa haru, keindahan, moral, keagamaan, khidmat terhadap tuhan, dan cinta terhadap sastra bangsanya (Broto, 1982:67). Pembelajaran sastra di sekolah misalnya cerita “bawang merah dan bawang putih” yang mengandung nilai pendidikan tentang kemanusiaan. Tarigan (1991: 118) mengungkapkan bahwa kemajuan suatu bahasa dapat diukur dari jenis bacaan yang dibaca, dari taraf apresiasi masyarakatnya terhadap ilmu dan seni terhadap sastra.

Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Kata Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutur tinular). Unsur yang membangun suatu karya sastra terdiri atas dua unsur yaitu, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun suatu karya sastra yang berasal dari karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik prosa terdiri dari tema dan amanat, alur, tokoh, latar, sudut pandang, serta bahasa yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan gagasannya. Unsuk eksterinsik adalah unsur yang unsur yang berada diluar tubuh karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut meliputi latar belakang kehidupan pengarang, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama, dan lain-lain. Apresiasi adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran, kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Lubis, 1994: 148). Mengapresiasi memiliki arti melakukan pengamatan, penilaian, dan penghargaan misalnya terhadap suatu karya sastra.


(22)

Pembelajaran apresiasi cerita anak merupakan proses mengajar oleh guru dan proses belajar bagi siswa dalam mengapresiasi cerita anak. Perencaan, pelaksanaan, dan penilaian belajar yang guru lakukan terhadap siswa dalam mengapresiasi sebuah karya sastra dalam hal ini cerita anak. Pembelajaran dilandasi oleh kemampuan guru dalam membuat keputusan tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Melalui penilaian awal guru telah menyusun RPP secara sistematis. Dalam sislabus standar kompetensi, yaitu mengidentifikasi penokohan, latar,alur, tema, dan amanat dari cerita anak yang dibacakan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar digunakan rancanangan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Untuk mencapai suatu indikator maka seorang pengajar harus menggunakan media, strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Saat ini sastra dianggap kurang penting dan kurang berperan dalam masyarakat Indonesia hal ini terjadi karena masyarakat kita saat ini sedang mengarah ke masyarakat industri sehingga konsep-konsep yang berkaitan dengan sains, teknologi dan kebutuhan fisik dianggap lebih mendesak untuk digapai. Hal ini menyebabkan mata pelajaran yang idealnya menarik dan besar sekali manfaatnya bagi siswa disajikan hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulum dan cenderung kurang mendapat tempat dihati siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 20 Bandar Lampung karena sekolah tersebut memiliki sarana dan prasarana memadai dan fasilitas yang menunjang dalam proses pembelajaran. Peneliti mengetahui sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di dalam sekolah. Pembelajaran apresiasi cerita anak diharapkan mampu membantu mengembangkan pikiran, pendapat, imajinasi, imajinasi dan kreativitas siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai Pembelajaran Apresiasi Cerita Anak Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.


(23)

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014?”. Pembelajaran ini difokuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanakan pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimana pelaksanakan pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014?

3. Bagaimana penilaian pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Yang difokuskan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan perencanakan pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

2. Mendeskripsikan pelaksanakan pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

3. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.


(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi berbagai kalangan. Adapun manfaatan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penulis

Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah untuk dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa, calon guru, atau guru bahasa Indonesia lainnya tentang pelajaran apresiasi cerita anak.

b. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia

Kegunaan penelitian ini bagi guru, khususnya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 20 Bandar Lampung, antara lain memberikan informasi atau gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita anak SMPN 20 Bandar Lampung.

c. Pembaca

Kegunaan penelitian ini bagi pembaca adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan mereka tentang pelajaran apresiasi cerita anak.

1.5Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi

1. Subjek penelitian adalah aktivitas guru dan siswa kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014, di dalam proses pembelajaran apresiasi cerita anak.

2. Objek penelitian adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita anak yang meliputi perecanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian.

3. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMPN 20 Bandar Lampung. 4. Penelitian ini dilaksanakan pada hari selasa, 5 Juni 2014.


(25)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran

Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi merupakan proses belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran tersebut akan memperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai. Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan Ciri utamapembelajaran.

Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar merupakan sebuah pembelajaran. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan. Karena pembelajaran merupakan suatu proses maka terdapat suatu perubahan dan perkembangan pada diri seseorang yang belajar. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta


(26)

didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu obyektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.

Banyak para ahli yang mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi antara pesera didik dengan lingkungnnya sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih baik. tugas utama guru dalam pembelajaran adalah mengondisikan lingkungan agar terjadi perubahan perilaku bagi peserta didik. Winkel (dalam Sutikno, 2013:31) mengungkapkan pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik. Sutikno (2013:31) mengungkapkan pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan segala usaha yang harus direncanakan dan dilaksanakn oleh guru (pendidik), untuk terciptanya interaksi dalam diri siswa dengan lingkungan belajarnya agar tercipta perubahan ke arah yang lebih baik.

Tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajarantercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.Tujuan tersebut dirumuskan dalam


(27)

10

bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi. Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (dalam Hamzah: 2007) memilah taksonomi pembelajaran kedalam tiga kawasan, yakni kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Kawasan kognitif

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas enam tingkatan secara hierarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ketingkat yang paling tinggi (evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menhafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterima sebelumnya.

b. Tingkat Pemahaman

Pemahaman di sini diarikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri dengan caranya sendiri tentang pengalaman yang pernah diterimanya.

c. Tingkat Penerapan (Application)

Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul akan kehidupan sehari-hari.


(28)

d. Tingkat Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.

e. Tingkat Sintesis (Synthesis)

Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

f. Tingkat Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi di sini diartikan kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang dapat berdasarka kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya. 2. Kawasan Afektif (sikap dan perilaku)

Kawasan afektif adalah suatu kawasan domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan), penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut.


(29)

12

a. Kemauan Menerima.

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.

b. Kemampuan Menanggapi

Kemampuan menanggapi merupakan kegiatan yang menujukkan partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan kegiatan terstrutur, menaati perturan, mengikuti diskusi kelas, atau menolong orang lain.

c. Berkeyakinan

Berkeyakinan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individual kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial. d. Penerapan karya

Penerapan karya berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarka pada sistem nilai yang lebih tinggi.

e. Ketekunan dan Ketelitian

merupakan tingkatan afeksi yng tinggi. pada taraf ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipeganggnya.

3. Kawasan Psikomotor

Kawasan psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) yang bersifat manual motorik. sebagaimana kedua domain yang sebelumnya, domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan. tingkatan yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks (tinggi).


(30)

a. Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. b. Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. c. Mekanisme (Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.

d. Respon Terbimbing

Respon terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau yang ditunjukkan orang lain.

e. Kemahiran

Kemahiran adalah ketrampilan menggerakkan motorik dengan ketrampilan penuh. kemahiran yang dipertunjukan biasanya cepat, dengan hasil yang baik, namun menggunakan sedikit tenaga.

f. Adaptasi

Adaptasi berkenaan dengan ketrampilan yang sudah berkembang pada diri

individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.

g. Organisasi

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.


(31)

14

2.1.1 Kurikulum 2013

Kurikulum (Curriculum) merupakan suatu rencana yang memberikan pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar (Sukmadinata, 1997:5). Undang-undang nomor 20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.

2.1.1.1 Karakteristik Kurikulum 2013

Setiap kurikulum dirancang dengan tujuan dan karakteristik tertentu. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiiki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013dirancang dengan karakteristik sebagai berikut.

1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.


(32)

2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar. 3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan, serta menerapkannya

dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

4. Memberikan waktu yang leluasa untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut alam kompetensi dasar mata pelajaran.

6. Kompetensi inti kelas menjadi unsure pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

7. Kompetensi dasar dikembngkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertical).

2.1.1.2 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (dalam Suliani, 2011:4). Suatu cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran guna menghaarapkan suatu proses dan hasil belajar peserta didiknya mencapai suatu sasaran yang optimal akan menerapkan suatu strategi yang relevan dengan materi yang diajarkannya.


(33)

16

Strategi embelajaran dapat diartikan sebagai teknik yang digunakan guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara tepat sasaran .

1. Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah roses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan atau mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau rinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami materi dengan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercita diarahkan untuk mendorong peserta didik satu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberitahu. Penerapan siantifik dalam pembelajaran melibatkan ketrampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimulkan. dalam melaksanakan proses-proses tersebut peran guru sangat diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.


(34)

Pembelajaran scientific memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa.

2. Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau rinsip.

3. Melibatkan proses-proses kognitif yang pontensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya ketrampilan tingkat tinggi siswa.

4. Dapat mengembangkan karakter siswa,

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran menggali informasi melalui pengamata, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini tentu saja proses pembelajaran harus menekankan nilai-nila atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan siantifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a. Mengamati (obsevasi)

Metode mengamati mengutamakan bermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keungulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempaatan bagi peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru


(35)

18

memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memerhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

b. Menanya

Pada kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk mengajukan pertanyaan: pengamatan tentang hasil objek yang konkrit sampai ke objek yang abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pada saat siswa dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, siswa masih memerlukan bimbingan guru untuk mengajukan pertanyaan samapai pada tingkat peserta didik mampu mengajukaan pertanyaan secara mandiri.

Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran bagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk data informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual samai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang erlu untuk hidup cerdas dan belajar seanjang hanyat.

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. kegiatan ini dilakuakan dengan menggali dan mengumulkan informasi dari


(36)

berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memerhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendaat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemamuan mengumpukan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan “mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagai mana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah proses informasi yang sudah dikumpulka/ekserimen mauun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki endaat yang berbeda samapai kepada yang bertentangan. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sika jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, maupun menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.


(37)

20

e. Mengomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menulis atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencarai informasi, mengasosiasikan, dan menemukan ola. hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disamaaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyamaikan hasil pengamatan, kesimpulan, berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, tolerani, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemauan berbahasa yang baik dan benar.

2. Strategi Pembelajaran Discoveri Learning

Peraturan Mentri Penddikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013, untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada perserta didik, (2) mengembangkan aktivitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenagkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui peneraan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.


(38)

Strategi pembelajaran discoveri learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila belajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Langkah-langkah yang dapat mengaplikasikan model discoveri learning di kelas adalah sebagai berikut:

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian rangsangan)

Pertama-tama dalam tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak member generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. selain itu, guru dapat memulai PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

b. Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulation langkah senjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). memberikan kesempaan pesera didik untuk mengidentifikasi dan menanalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa menemukan suatu masalah.


(39)

22

c. Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pda tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar atau tidaknya hipotesis, dengan demikian peserta didik diberikan kesempatan mengumpulkan berbagai informsi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

d. Data Processing (Pengolahan Dta)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2006:22). Data prosesing tersebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Generalisasi tersebut membuat peserta didik mendapatkan pengetahuan baru tentang alternaatif jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e. verification (Pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran/informasi yang ada, pernyataan/hipotesis yang telah


(40)

dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f. Generalization (Menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. Dalam strategi pembelajaran discovery learning, dapat menggunakan tes maupun nontes. Sedangkan penilaian dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik.

3. Strategi Pembelajaran Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek)

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada pembelajaran berbasis proyek, peserta didik diberikan kesempatan yang seluas-luasnya mengelola proses pembelajarannya mulai dari mengidentifikasi masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, sampai pada mengasilkan produk atau hasil karya lain untuk masalah yang dihadapi. dengan strategi pembelajaran berbasis proyek peserta didik didorong untuk bekerja mandiri, berfikir kritis, bertangggung jawab terhadap proses belajarnya dan belajar seumur hidup (lifelong learners). Dengan demikian peserta didik


(41)

24

diharapkan mampu mengembangkan cara belajar bekerja dengan orang lain dalam kehidupan dewasa kelak. oleh karena itu pembelajaran berbasis proyek tidak hanya berkenaan dengan cara belajar tetapi juga bekerja sama (working together).

4. Strategi Problem Based Learning (Pembelajaran berbasis masalah/PBM) Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Strategi pembelajaran berbasis maslah digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tingggi dala situasi berorientasi masalah. Untuk mencapai hal itu, guru membantu peserta didik secara kritis mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan dan sumber belajar yang relevan untuk melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Dalam mengembangkan ketrampilan ini, kerjasama antar peserta didik secra berpasangan atau berkelompok diperlukan untuk mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah yang mereka temukan. oleh karenanya, PBM merukan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student-centered), sementara berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya.

Pada dasarnya, PBM diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses menyelesaikan masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya ketrampilan peserta didik dalam


(42)

menyelesaikan masalah dan berfikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut dilakukan dalam tahap-tahap atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada table berikut.

Tabel 2.1 Sintaks atau Langkah-langkah PBM

Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik

Tahap 1

Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.

Tahap 2

Mengornaisasikan peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mengidentifikasikan dan mengorganisasi tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

(Sumber: Modul Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Kurikulum 2013, 2013:55)

2.1.2 Materi Pembelajaran

Salah satu komponen yang penting dalam pembelajaran adalah materi pembelajaran. Sutikno (2013:35) mengungkapkan bahwa materi pembelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, penentuan materi pembelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan


(43)

26

pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespon setiap perubahan dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Arikunto (dalam Sutikno, 2013:35) menyatakan bahwa materi pembelajaran merupakan unsure inti yang ada di dalam kegiatan pembelajaran, karena memang materi pembelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa.

2.1.3 Media Pembelajaran

Peranan media dalam pembelajaran adalah membantu guru untuk menyampaikan sebuah informasi, dan memperkaya wawasan siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya peran guru untuk menciptakan suasanan kondusif di dalam kelas. Kaitannya dengan usaha untuk menciptakan suasana di dalam kelas, penggunaan media merupakan salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan pembelajaran.

Sutikno (2013:107) mengungkapkan bahwa pengertian media adalah sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa. Sejalan dengan hal tersebut, Sardiman (dalam Wena, 2011:15) mengungkapkan media pembelajaran merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai perantara pesan untuk menukung siswa agar terjadi proses belajar dalam dirinya. Sutikno (2013:106) mengungkapkan ada beberapa fungsi media dalam proses pembelajaran, anatara lain adalah sebagai berikut.


(44)

1. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.

2. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (membentuk kata tertulis atau lisan).

3. Mengatasi keterbatasan ruang.

4. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif. 5. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan.

6. Menghilangkan kebosanan siswa dalam pembelajaran. 7. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu. 8. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.

9. Meningkatka kadar keaktifan atau keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Seiring dengan perkembangan teknologi, macam-macam media pembelajaran juga terus mengalami perkembangan. Sutikno (2013:108) menjelaskan beberapa macam media pembelajaran, sebagai berikut.

1. Dilihat dari jenisnya a. Media Audio

Media audio adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, da piringan hitam.

b. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti gambar dan foto.


(45)

28

c. Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsure suara dan unsure gambar. jenis media ini lebih memiliki kemampuan yang lebih baik karena meliputi dua jenis media yang pertama dan yang kedua. Media audiovisual terdiri atas audio visual iam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides) dan media audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsure suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.

2. Dilihat dari segi keadaannya a. Media audiovisual murni

Media audiovisual murni yaitu unsure suara maupun unsure gambar berasal dari suatu sumber seperti film audio cassette.

b. Media audiovisual tidak murni

Media audiovisual tidak murni unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suaran yang unsure gambarnya bersumber dari slide proyektor dan unsure suaranya bersumber dari tape recorder.

3. Dilihat dari daya liput

a. Media dengan daya liput luas dan serentak

penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah siswa yang banyak dalam waktu yang sama.


(46)

Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti, film, soun slide, dan film rangkai.

4. Dilihat dari bahan pembuatannya

a.Media sederhana, yakni media bahan dasarnya diperoleh dengan harga murah, cara pembuatan mudah, dan penggunaan tidak sulit.

b.Media kompleks yakni media dengan bahan yang sulit didapat, alat tidak mudah dibuat, dan harga relatif mahal.

2.1.4 Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran yang berhsil tidak dapat dipisahkan dari perencanaan yang matang. perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat peniaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

1. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:

a. identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C Kejuruan);

b. identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;

c. kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;


(47)

30

d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang terkait muatan dan mata pelajaran; e. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);

f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi;

g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menemukan pecapaian hasil belajar peserta didik;

i. alokasi waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dan struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan

j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak, dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Kunandar (2009:262), menyatakan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Setiap pendidik dalam satuan pendidikan berkewajiban menyusn RPP secara lengkap dan sistematis agar pembealajaran berjalan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan


(48)

perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. RPP disusun berdasarka KD atau sub tema yang dilaksanakn dalam satu kali pertemuan atau lebih.

Komponen RPP terdiri atas:

a. identitas sekolah yaitu satuan pendidikan; b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema; c. kelas/semester;

d. materi pokok;

e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan atau pencapaian KD dan bahan belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;

f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan;

g. kompetensi dasar dan indicator pecaaian kompetensi;

h. Materi pelajaran, Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indukator pencapaian kompetensi. Agar penjabaran dan penyusunan kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut antara lain:

1) Sahih (Valid), artinya materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Pengertian ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman kedepan.


(49)

32

2) Relevansi, artinya relevan atau sinkron antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar yang ingin dicapai. Materi pembelajaran yang dipilih harus sesuai dan memadai rangka mencapai kemampuan dasar yang telah ditetapkan.

3) Konsisten, artinya adanya keajegan antara materi pembelajaran dengan kemampuan dasar dan standar kompetensi.

4) Edequasi (kecukupan), artinya cakupan materi pembelajaran yang diberikan cukup lengkap untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan.

5) Tingkat Kepentingan, artinya dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut : sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Dimana dan mengapa penting? Dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa.

6) Kebermanfaatan, artinya bermanfaatan harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan selanjutnya. Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

7) Layak Dipelajari, artinya materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu


(50)

sulit) maupun aspek kelayakannya tehadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.

8) Menarik Minat, artinya materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

i. metode pembelajaran, digunaka oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yng disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

k. sumber belajar; dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sember belajar lain yang relevan;

l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup;

m.penilaian hasil belajar.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan RPP secara sistematis yaitu sebagai berikut.

a. Pendekatan individual peserta didik anata lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan lingkunagan perserta didik.


(51)

34

c. Berpusat dapa pesea didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi, dan kemandirian.

d. Pengembangan budaya membaca dan menulis.

e. Mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

f. pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.

g. penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan anata KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.

h. mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

i. penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.5 Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan permendibud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, pelaksanaan pembelajaran harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.

1. Alokasi waktu dan jam tatap muka pelajaran a. SD/MI: 35 menit

b. SMP/MTS: 40 menit c. SMA/MA: 45 menit d. SMK/MAK: 45 menit


(52)

2. Buku teks pelajaran

buku teks digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan evektifitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

3. Pengelolaan kelas

a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik denag tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.

b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

c. guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik.

d. Guru menyesuaikan materi pelajaran deangan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.

e. Guru menciptakan kedisiplinan. ketertiban, kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.

f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respond an hasil belajar peserta didik selam proses pembelajaran berlangsung.

g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.

h. Guru berpakaian sopan, rapih, dan bersih.

i. Pada setiap awal semester guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran.

j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.


(53)

36

Selain itu, perlu diingat bahwasanya pelaksanaan pembelajaran merupaka implementasi dari RPP yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan pesera didik secara psikis dan fisik mengikuti proses pembelajaran;

b. member motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi material ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional, dan internasional;

c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

d. menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

e. menyampaikan cakukan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan deangan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik, tematik terpadu, saintifik, inkuiri, penyingkapan (discovery), pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.


(54)

a. Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, manjelaskan, menghargai, menghayati hingga mengamalkan. Seluruh ativitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakukan aktivitas tersebut.

b. Pengetahuan

Pengetahuan dimilkik melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevauasi, hingga mencipta. Karakteristik aktivitas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan persamaan dengan aktivitas belajar dalam domain ketrampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan /penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik untuk menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karyaberbasis pemecahan masah (project based learning). c. Ketrampilan

Ketrampilan diperoleh dari kegiatan mengamati, menaya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari ketrampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan ketrampilan tersebut perlu dilakukan pembelajaran yang menerakan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).


(55)

38

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual atau kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasilhasil yang diperoleh untuk selanjutnya scara bersama menentukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;

b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan

d. menginformasikan rncana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

2.1.6 Penilaian Pembelajaran

Penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Dalam penilaian Pendidikan, mencangkup tiga sasaran utama yakni program pendidikan, proses belajar mengajar dan hasil-hasil belajar. Sutikno (2013:117) juga mengungkapkan bahwa penilaian adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh simpulan. Dapat disimpulkan bahwa penilaian pembelajaran adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu pembelajaran dengan menggunakan suatu instrument dan tolok ukur tertentu dan suatu periode tertentu.


(56)

2.1.6.1Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar

Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah skap, ketrampilan, dan pengetahuan. Istilah lain dari penilaian sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah lain dari autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliable.

Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakana secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan criteria yang erkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan menilai prestasi luar sekolah.

Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta ketrampilan belajar. Karena penilaian ini merupakan bagaian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagai pemahaman tentang criteria kinerja. Penilaian autntik harus mampu menggambarkan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didi, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk material apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. Penilaian semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau ketrampilan yang dimilikinya.


(57)

40

Dengan demikian, penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir meski dengan satuan waktu yang berbeda. konstruksi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas dimana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. Data penilaian autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran dikelas tertentu.

Data autentik dapat dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari penilaian autentik berupa narasi atau deskripsiatas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya keunggulan dan kelemahan, motivasi, kebranian berpendapat, dan sebagainya. analisis kualitatif dari data penilaian autentik merupakan rubric skor atau daftar cek (chechlist) untuk menilai tanggapan relative peserta didik relative dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa autentik atau holistic. Analisis holistic memberikan skor keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menialai kompetensi olimpiade sains nasional.

2.1.6.2Jenis-jenis Penilaian Autentik

Dalam rangka melaksanakan penialaian autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya kepada diri sendiri, khususnya berkenaan dengan: (1) sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang akan dinilai; (2) focus penilaian akan dilakukan, misalnya berkaiatan dengan


(58)

sikap, ketrampilan, dan pengetahuan; (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Beberapa penialain autentik disajikan sebagai berikut ini.

1. Penilaian Kinerja

Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan peserta didi, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan criteria penyelesaiannya. Dengan informasi ini, guru dapa memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

a. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsure-unsur tertentu dari indicator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

b. Skala anekdot/narasi (anecdotal/narrative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan.Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan berapa baik peserta didik.

c. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numeric berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.

d. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat


(59)

42

catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum.

Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indicator esensial yangakan diamati. kelima, urutan dari kemampuan atau ketrampilan peserta didik yang akan diamati.

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan dari peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :

a) Kemampuan pengelolaan; kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta pengumpulan laporan

b) Relevansi; keseuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahamn dan keterampilan dalam pembelajaran.


(60)

c) Keaslian; proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

Instrumen penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Sehubungan dengan itu guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyususnan desain, pengumpulan data, analisa data dan penyiapan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

3. Penilaian portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan di SMP Negeri 20 Babandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran apresiasi cerita anak siswa kelas VIIB sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini didasarkan pada temuan sebagai berikut.

1. Rencana pelaksanaan pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran telah disusun berdasarkan komponen yang ditutut ada dalam kurikulum 2013. Hal ini terlihat dari adanya identitas mata pelajaran, perumusan indikator yang didasarkan dengan tuntutan yang diinginkan, penyusunan tujuan pembelajaran yang didasarkan pada KD dan hasil yang ingin di capai, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar yang dilakukan dengan baik, pemilihan media dan sumber belajar yang baik, adanya kejelasan sekenario pembelajaran, dan adanya penilaian dengan teknik penilaian otentik, indikator, kunci jawaban, dan pedoman penskoran. Namun, pada komponen model pembelajaran, terdapat ketidaksesuaian perencanaan. Hal ini disebabkan guru belum memasukkan beberapa model pembelajaran sesuai dengan pengaplikasian model-model pembelajaran yang mendukung penerapan pendekatan scientific, seperti discovery


(2)

learning, project based learning (pembelajaran berbasis proyek). dan problem based learning (pembelajaran berbasis masalah).

2. Pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran telah mengarah pada pengaplikasian kurikulum 2013. Hal ini terlihat dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan berdasarkan pada pendekatan scientific. Aktivitas guru dalam pembelajaran apresiasi cerita anak meliputi kegiatan pendahuluan pembelajaran guru membuka pelajaran, Tanya jawab ringan mengenai kesiapan belajar siswa, mengecek kehadiran siswa, dan melakukan apersepsi. Selanjutnya pada kegiatan inti, guru melakukan beberapa kegiatan pokok pembelajaran, yaitu penguasaan materi pembelajaran serta pendekatan/strategi pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam proses belajar-mengajar, melakukan tanya jawab, membahas mengenai unsur-unsur intrinsik cerita anak, membagi kelas dalam beberapa kelompok kecil, mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita anak, dan mendiskusikan hasil identifikasi. Pada kegian penutup yang guru lakukan memberikan simpulan terkait pembelajaran yang telah di pelajari, kemudian guru menutup kegiatan pembelajaran dengan tidak melakukan tindak lanjut.

Aktivitas siswa selama pembelajaran juga telah mengacu pada pengaplikasian kurikulum 2013, yang meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.


(3)

3. Penilaian hasil belajar dalam pembelajaran apresiasi cerita anak yang dilakukan oleh guru menggunakan penilaian bentuk tes dan nontes. Penilaian tes digunakan untuk menilai pengetahuan dan ketrampilan, sedangkan nontes digunakan untuk menilai sikap siswa.

Hasil belajar yang didapatkan penulis ada pada ranah ketrampilan dan penilaian sikap. Untuk ranah pengetahuan tidak didapatkan data secara jelas, karena aktivitas guru untuk mengetahui pengetahuan siswa hanya dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara lisan yang bersifat universal. Pada ranah ketrampilan didapatkan hasil yang sangat baik, terlihat dari tidak adanya siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Sedangkan dalam penilaian sikap, hasil yang ditunjukkan juga sangat memuaskan, dilihat dari banyaknya siswa yang telah memiliki sikap religius, tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun.

5.2 Saran

a. Guru Bahasa Indonesia

Beberapa hal yang belum dilaksanakan dengan baik oleh guru Bahasa Indonesia SMPN 20 Bandar Lampung selama pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita anak berlangsung, dapat dijadikan guru sebagai bahan koreksi untuk memperbaiki dan melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut dan dapat dijadikan reverensi untuk pembelajaran yang serupa.


(4)

b. Pembaca

Informasi yang telah dipaparkan penulis dalam subbab-subbab sebelumnya dapat dijadikan sebagai informasi oleh pembaca jika melakukan penelitian mengenai pembelajaran apresiasi cerita anak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Broto, A.S. 1982. Metode Proses Belajar Mengajar Berbahasa Dewasa Ini. Solo: Tiga Serangkai

Djamarah, syaiful Bahri dan Aswan Zain.2006. strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Husanah, dkk. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi (panduan dalam merancang pembelajaran untuk mendukung implementasi kurikulum 2013). Jakarta: Prestasi Pustaka

Lubis, Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa Moleong,Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE

Nurgiyantoro, Burhan (2005: 218) pada hakikatnya sastra adalah citra kehidupan, gambaran kehidupan. (Efendi. 2013. Pengertian cerita anak. Di akses dari tugasakhiramik.blogspot.com, tanggal 4 November 2015 pukul 13.00) Permendikbud. 2013. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69

Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulim Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Permendikbud. 2013. Salinan Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Enilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Permendikbud. 2013. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar

Penilaian Pendidikan. Jakarta: Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada


(6)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&G. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2003: Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Angkasa

Sukmadinata, Naya Syaodih.1997. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suliani. Ni Nyoman Wetty. 2011. Strategi Pembeajaran Bahasa Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Sutikno, Sobry. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holisica

Tarigan, Hery Guntur. 1985. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa