ANALISIS PENGARUH PERSENTASE STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP KUALITAS LABA DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING AN EFFECT ANALYSIS OF PERCENTAGE OF SHARE OWNERSHIP STRUCTURE TOWARD PROFIT QUALITY WITH CORPORATE GOVERNANCE AS AN INT

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PERSENTASE STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP KUALITAS LABA DENGAN CORPORATE

GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Oleh

Surya Prasetya Trihatmaja

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas laba dilihat dari besarnya persentase struktur kepemilikan saham perusahaan, baik itu struktur kepemilikan keluarga, manajerial dan institusional. Selain itu penelitian ini juga meneliti peranan variabel corporate governance sebagai variabel pemediasi (intervening) antara struktur kepemilikan dengan kualitas laba.

Penelitian ini dilakukan dengan lingkup perusahaan nonkeuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan juga ikut serta dalam pengukuran indeks corporate governance yang dilakukan oleh Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) selama periode 2008 hingga 2012 penelitian. Pendekatan pengukuran pada kualitas laba menggunakan pengukuran multidimensional yang terdiri dari: persistensi akrual dan ketiadaan manajemen laba. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi dengan uji Partial Least Square (PLS) dan analisis faktor untuk variabel intervening dengan menggunakan software SmartPLS.

Berdasarkan hasil pengujian ditemukan bahwa struktur kepemilikan keluarga, manajerial dan institusional memiliki pengaruh positif signifikan pada kualitas laba dengan pengukuran ketiadaan manajemen laba. Sedangkan pengukuran persistensi akrual pada ketiganya tidak mampu memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas laba. Pengaruh mediasi hanya dapat ditunjukkan pada struktur kepemilikan manajerial dan institusional saja, sedangkan struktur kepemilikan keluarga tidak dapat menunjukkan pengaruh mediasi antar kedua variabel tersebut.

Kata kunci : Struktur Kepemilikan Keluarga, Manajerial, Institusional, Corporate Governance, Kualitas laba, Variabel Intervening, Persistensi akrual, Ketiadaan manajemen laba, SmartPLS, IICG


(2)

ABSTRACT

AN EFFECT ANALYSIS OF PERCENTAGE OF SHARE OWNERSHIP STRUCTURE TOWARD PROFIT QUALITY WITH CORPORATE

GOVERNANCE AS AN INTERVENING VARIABLE

By

Surya Prasetya Trihatmaja

This research aims to analyze the factors which affect earnings quality, in terms of the percentage of shareholding structure of the company, described in family, managerial and institutional ownership structures. In addition, this research also examines the role of corporate governance variable as intervening variable between ownership structures with earnings quality.

This research was conducted with the scope of non-financial companies listed in Indonesia Stock Exchange and also participated in corporate governance index measurements performed by the Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) during the period 2008 to 2012. The approach to measuring the quality of earnings uses a multidimensional measure consisting of: the persistence of accruals and the absence of earnings management. Afterwards, the method used in this research is the method of regression analysis with the test of Partial Least Square (PLS) and factor analysis for intervening variables using SmartPLS software.

The research shows that family, managerial and institutional ownership structures have a significant positive effect on earnings quality by measuring the absence of earnings management, while the persistence of accruals on the third measurements could not be able to have a significant influence toward the quality of earnings. The effect of mediation would only be shown in the managerial and institutional ownership structures, whereas the family ownership structure is not able to show the effect of mediation between the two variables.

Keywords : Family, Managerial, and Institutional Ownership Structures, Corporate Governance, Earnings Quality, Intervening Variable, SmartPLS, IICG.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 13 Oktober 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Suhartono Niti Prawiro S.E. dan Ibu Sri Mulyani.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Kartika II-7 Bandar Lampung pada tahun 1998. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kartika II-5 Bandar Lampung pada tahun 2004. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Bandar Lampung, pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

Penulis diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Akuntansi pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen Pengantar Akuntansi dan Aktif di beberapa organisasi, baik itu didalam maupun diluar universitas, diantaranya sebagai kepala bidang P2K Rois FEB UNILA pada tahun 2012, sebagai Kepala bidang Pelayanan dan Advokasi Kementerian Kesejahteraan Masyarakat BEM-U KBM UNILA dan sebagai ketua Dewan Pengawas Simpul Ikatan Mahasiswa Akuntansi Indonesia Simpul Lampung pada tahun 2013, serta aktif pada organisasi kemahasiswaan jurusan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuntansi UNILA. Selain itu penulis pada tahun 2012 melakukan Kuliah Kerja Nyata di desa Punduh Pedada kabupaten Pesawaran.


(8)

.

Diiringi rasa syukur kepada tuhanku

Allah

لج و زع

yang tiada sesembahan

yang berhak disembah kecuali Engkau.

---

Untuk Matahari dan Mentari-ku

Ayahanda Suhartono dan Ibunda Sri

Mulyani.

Ucapan terima kasih khusus untuk

saudara/i-ku Ayudia, Wicaksono dan

My Big Brother

Yoko,


(9)

mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekinya yang kami berikan kepadanya, secara sembunyi-sembunyi dan

terang-terangan, menolak kejahatan dengan kebaikan, merekalah yang akhirnya mencapai kesudahan yang baik".

-QS. Ar Ra'd: 22

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada

diri mereka sendiri, Mereka itulah orang-orang yang fasik".

-QS. Al-Hasyr: 19

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan

janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku". -QS. Al-Baqarah: 152

"Sesungguhnya Allah itu Maha Malu dan Maha Pemurah. Allah malu jika seseorang yang menengadahkan kedua

tangan kepada-Nya tapi kemudian menolaknya dengan tangan hampa".


(10)

SANWACANA

Bismillaahirrahmmaanirrahiim.

Syukur alhamdulillah penulis berikan kepada Allah atas segala pembelajaran hidup dan manisnya kesabaran. Shalawat teriring salam selalu penulis sampaikan kepada Uswatun Hasanah kita Rasulullah

yang telah mengisi dan mengilhami penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul "Analisis Pengaruh Persentase Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kualitas Laba dengan Corporate Governance sebagai Variabel Intervening", disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi di Universitas Lampung.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung,

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. selaku Pembimbing Utama dan Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan kritik dan nasihatnya dalam menyelesaikan skripsi ini,


(11)

penulisan skripsi ini,

4. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt, selaku Penguji, Pembimbing Akademik dan Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan amanahnya sebagai sumber masukan penelitian ini, 5. Bapak Yuliansyah M.S.A., Ph.D., Akt, selaku inspirator dosen

idaman mahasiswa yang telah memberikan kepercayaannya kepada penulis,

6. Pak Sobari, Mas Yana, Mas Yono, Mas Yogi, Mbak Sri, Mpok Aini Perpus, Mas Leman, selaku orang-orang penting yang berjasa dalam kelengkapan dan pelaksanaan penelitian penulis,

7. Ayahanda, Ibunda, Mbak Ayu, Mas Oky, Mas Yoko yang telah memberikan doa, tenaga, fikiran, materi, dan semangat kepada penulis untuk selalu berusaha semaksimal mungkin,

8. Julian, Andi Kusnadi, Rudi Hari Perdana, Wira Jazakumullah. Teman- teman lintas jurusan dan fakultas yang telah memberikan saran dan kritik membangun kepada penulis,

9. Ucapan khusus untuk teman-temanku. Susanto Ario, Mei Rizky Aristama, Devriyansyah Irwan, Elychia Roly Putri, Eka Novita Sari, Akhmad Iqbal Zhafar, Frilly Sakina Ramadhani, Dianti Wulanda, Egha Indah Pertiwi, Arlenti Pusparani yang telah memberikan warna-warni


(12)

dalam perjalanan penulis untuk menjadi sarjana. Sukses selalu untuk kita semua,

10. Teja, Ryan, Mahmud, Satria, Anas, Midun, Hendrik, Ari, Rizal, Yogi dan Ben. Tidak banyak yang dapat penulis ungkapkan untuk kalian, yang penulis tahu adalah kalian sangat luar biasa,

11. Sabahat Akuntansi Angkatan 2010, Andriani, Apri, Ayu, Bella, Citra, Deni, Devy, Didik, Diki, Dwi, Eka Chandra, Elza, Endang, Esti, Fajar, Farah, Febi, Fenny, Ferry, Fina, Firsty, Hana, Iga, Iing, Ipeh, Ira, Irvan, Ivonna, Jane, Jeni, Jevri, Jirry, Mareta, Marlina, Marwanto, Mila, Nanda, Nevia, Novia, Nurul, Oksano, Pungki, Rica, Rossy, Ryan Eriko, Sella, Sharon, Sisi, Syarif, Taufik, Tiaraku, Tina, Tiwi, Tiya,Wahyu, Wanhar, Wayan, Wella, Yasni, Yuda, Yesi, Yobel, Yoga dan seluruh sahabat akuntansi lainnya. Terima kasih banyak atas kesempatan dan kebaikan kalian semua,

12. Keluarga Besar Rois FEB UNILA. Habib, Hamid, Syahid, Faris, Narmo, Ilyas, Singgih, Rio, Taqim, Bahrul, Udin, Eja, Arief, Anggi, Andi, Aan, Angga, Mahipal, Imam, Rifa'i, Abe, Ade, Yuriko. Hangatnya keluarga dengan ikatan iman adalah hal yang jarang dimiliki banyak orang,

13. Keluarga Besar HIMAKTA FEB UNILA dan juga Adik-adik tingkat Agung, Argi, Aulia, Bainal, Diga, Dini, Nicho, Panggih, yang telah memberikan canda tawa dan semangat kepada penulis.

14. Keluarga Besar BEM U KBM UNILA Kabinet Cinta dan Kebanggaan. Kak Nanda, Bang Bowie, Mbak Mel, Mbak Dwi, Mbak


(13)

Suci, Diah, Haryanti, Lirih, Puji, Tias, Yunita. Terima kasih atas pengalaman yang telah kalian torehkan bersama penulis,

15. Erlan, Ronny, Fikri, Arna, Barik, Aldo, Luthfi, Taufiq, Dano, Wahyu AK, Wahyu Seno, KGS Andri, Herdian. Sahabat yang bertemu, berjalan dan berpisah karena Allah. Semoga kita dapat bersua kembali,

16. Murabbi-ku Kak Deni Harnova dan Bang Epan Wiranata. Cukup Allah yang menjadi saksi atas perubahan yang kalian berikan.

Akhir kata, semoga hasil karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna untuk selanjutnya. Terima Kasih

Jatimulyo, Oktober 2014 Penulis


(14)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Penelitian ... 6

1.3 Batasan Penelitian ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Teori Agensi ... 9

2.1.2 Kualitas Laba ... 12

2.1.3 Struktur Kepemilikan ... 16

2.1.4 Manfaat Corporate Governance Perception Index ... 20

2.2 Penelitian Terdahulu ... 22

2.3 Model Penelitian ... 26

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ... 32

3.2 Operasional Variabel Penelitian ... 33


(15)

3.2.2 Persistensi Akrual ... 34

3.2.3 Ketiadaan Manajemen Laba ... 35

3.2.4 Tata Kelola Perusahaan ... 37

3.2.5 Struktur Kepemilikan ... 39

3.3 Metode Analisis Data ... 40

3.3.1 Pengukuran Model (Outer Model) ... 42

3.3.1 Pengukuran Struktur Model (InnerModel) ... 43

3.3.2 Pengukuran Pengaruh Variabel Mediasi ... 44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 46

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 50

4.3 Analisis Manajemen Laba ... 52

4.4 Analisis Persistensi Akrual ... 56

4.5 Pengujian Model Pengukuran ... 57

4.6 Pengujian Hipotesis ... 59

4.7 Analisis Jalur ... 62

4.8 Pembahasan Hipotesis ... 64

V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 74

5.3 Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA


(16)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Asumsi Pembangun Teori Keagenan ... 10

Tabel 2.2 Ringkasan Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu ... 25

Tabel 3.1 Corporate Governance Perceptions Index ... 39

Tabel 3.2 Parameter Uji Validitas dalam Model Pengukuran PLS ... 43

Tabel 4.1 Jumlah Perusahaan non Keuangan di Bursa Efek Indonesia Selama Tahun 2008 - 2012... 46

Tabel 4.2 Prosedur Pemilihan Sampel ... 48

Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 49

Tabel 4.4 Absolute Discretionary Accrual Perusahaan Observasi Selama Tahun 2008 - 2012 ... 54

Tabel 4.5 Average Variance Extracted (AVE) ... 58

Tabel 4.6 Koefisien Korelasi Antarvariabel Penelitian ... 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 61


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian

Lampiran II Daftar Indeks Corpoate Governance Per Perusahaan Lampiran III Daftar Hasil Regresi Koefisien Kualitas Laba

Lampiran IV Daftar Hasil Regresi Koefisien Kualitas Laba (Lanjutan) Lampiran V Daftar Hasil Regresi Koefisien Kualitas Laba (Lanjutan) Lampiran VI Daftar Hasil Regresi Koefisien Kualitas Laba (Lanjutan) Lampiran VII Tabel Kepemilikan Saham Perusahaan Observasi

Lampiran VIII Tabel Kepemilikan Saham Perusahaan Observasi (lanjutan) Lampiran IX Tabel Kepemilikan Saham Perusahaan Observasi (lanjutan)


(18)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Hipotesis ... 27 Gambar 4.1 Rata-rata Koefisien Regresi Persistensi Akrual Tahun

2008 hingga 2012 ... 56 Gambar 4.2 Hasil Output Model Pengukuran Persentase Struktur

Kepemilikan Saham Terhadap Kualitas Laba dengan Corporate Governance sebagai Variabel Intervening ... 57 Gambar 4.3 Hasil Output Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap

Ketiadaan Manajemen Laba (Kualitas Laba) dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening ... 60 Gambar 4.4 Hasil Output Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap

Persistensi Akrual (Kualitas Laba) dengan Corporate


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Informasi mengenai laba merupakan salah satu faktor utama yang digunakan untuk melihat kinerja perusahaan. Umumnya informasi laba digunakan oleh kreditor dan investor untuk memprediksi laba masa depan dan menganalisis kemampuan perusahaan serta mengevaluasi kinerja manajemen (Wardhani, 2009). Selain dari pada itu, informasi laba merupakan informasi yang

menunjukkan hasil dari kinerja para manajer dalam mengelola perusahaannya. Baik-buruknya kinerja mereka tercermin dari keoptimalan informasi laba yang disajikan. Hanya saja informasi laba yang tersaji terkadang tidak sesuai dengan kinerja keuangan perusahaan yang sebenarnya, hal ini dikarenakan adanya praktik pengelolaan yang tidak sehat terhadap informasi laba perusahaan. Praktik-praktik tidak sehat tersebut lebih dikenal dengan manajemen laba. Berbagai bentuk praktik manajemen laba seperti taking a bath, window dressing dan income smoothing banyak terjadi pada perusahaan di Indonesia, seperti praktik manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan obat-obatan milik pemerintah, PT. Kimia Farma Tbk yang berhasil diketahui oleh Bapepam pada akhir tahun 2001. PT. Kimia Farma Tbk terbukti telah melakukan manajemen


(20)

2

laba sebesar 32,6 milyar atau 24,7% dari laba yang dilaporkan. Fenomena tersebut merupakan praktik oportunistik manajemen dan direksi yang terjadi karena lemahnya pengawasan pemerintah Indonesia selaku pemilik perusahaan dan adanya kerjasama dengan kantor akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) yang bertujuan untuk mengatur nilai laba perusahaan yang berdampak pada kualitas laba yang dimiliki perusahaan tersebut.

Kualitas laba merupakan suatu kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan membantu memprediksi laba mendatang dengan

mempertimbangkan stabilitas dan keberlanjutannya (persistensi). Yang artinya nilai angka laba perusahaan dapat memberikan gambaran tentang proyeksi laba yang akan dicapai oleh perusahaan di waktu yang akan datang, sehingga apabila nilai angka laba tersebut tidak dapat memberikan gambaran akan laba yang akan datang maka nilai angka laba tersebut dapat dikatakan tidak berkualitas. Dalam penelitian ini nilai angka laba yang digunakan adalah nilai angka laba operasi karena nilai angka laba operasi lebih diyakini memiliki gambaran kegiatan akrual perusahaan selama periode akuntansinya.

Schipper dan Vincent (2003) mengatakan bahwa penggunaan laporan keuangan bagi para pelaku bisnis untuk tujuan kontrak kerja dan pengambilan keputusan investasi dipengaruhi oleh kualitas laba yang dimiliki. Sehingga laporan keuangan tersebut memerlukan suatu mekanisme kontrol yang optimal untuk menjaga kualitas laba perusahaan dari praktik pengelolaanya. Di Indonesia kesadaran akan mekanisme kontrol yang optimal mulai diimplementasikan semenjak akhir tahun 2004 berdasarkan keputusan Menteri Koordinator


(21)

Prekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/11/TAHUN 2004 yang ditandai dengan berdirinya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang bertujuan untuk meningkatkan praktik corporate governance di Indonesia.

Cadbury (2000) menjelaskan pentingnya pengungkapan corporate governance, dimana pengungkapan corporate governance yang akurat, tepat waktu, dan transparan dapat menambah nilai perusahaan. Hikmah et al. (2011)

menambahkan bahwa apabila pengungkapan corporate governance memadai maka para stakeholder dapat meyakini kegiatan pengelolaan perusahaan oleh manajemen telah dilakukan dengan cara yang bijaksana dan hati-hati untuk kepentingan mereka. Oleh karena itu, penerapan corporate governance mampu mengurangi kecenderungan para manajer untuk melakukan kecurangan

informasi.

Selain tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan perusahaan juga dapat mempengaruhi kualitas laba perusahaan. Carolina dan Wardhani (2011) mengatakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan memiliki andil yang

penting dalam menjelaskan tingkat kemampuan pengendalian yang terjadi dalam suatu perusahaan. Maksudnya adalah suatu jenis struktur kepemilikan tertentu dari suatu perusahaan memiliki andil dalam mempengaruhi kegiatan dan proses pengendaliannya, termasuk berbagai bentuk kebijakan yang dipilih dan

digunakan dalam proses kegiatan perusahaan, baik itu proses tata kelola perusahaan maupun proses pelaporan keuangan.

Kemudian penelitian ini menggunakan tiga jenis struktur kepemilikan perusahaan, yaitu: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan


(22)

4

kepemilikan keluarga. Hal ini dilakukan karena adanya kesepadanan dengan jenis kepemilikan perusahaan di Indonesia yang diteliti oleh Hanazaki dan Liu (2006). Mereka mengatakan bahwa Indonesia memiliki berbagai jenis

kepemilikan perusahaan terkonsentrasi (concentered ownership), yang terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya: kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional dan kepemilikan keluarga.

Penelitian sebelumnya mengenai struktur kepemilikan perusahaan telah dilakukan oleh La Porta et al. (1999) dengan sedikitnya bukti empiris

menunjukkan bahwa pola kepemilikan perusahaan menyebar mendominasi di negara Eropa dan kepemilikan perusahaan terkonsentrasi mendominasi negara-negara Asia dan negara-negara-negara-negara yang memiliki mekanisme perlindungan terhadap pemegang saham yang lemah. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Faccio dan Lang (2002) menunjukkan bahwa negara Eropa bagian barat memiliki struktur kepemilikan yang menyebar dan selebihnya dikendalikan keluarga. Sedangkan struktur kepemilikan di negara Indonesia sendiri telah diteliti oleh Claessen et al. (2000) yang menyatakan 71,5% perusahaan di Indonesia dimiliki secara terkonsentrasi atau mayoritas dikendalikan oleh keluarga.

Selanjutnya telah disinggung di atas bahwa suatu laba haruslah memiliki informasi yang baik atau berkualitas. Dalam hal pengukuran kualitas laba Surifah (2010) menyatakan bahwa selama ini tidak ada pola pengukuran yang pasti atau tepat untuk mengukur seberapa besar kualitas laba dari suatu laporan keuangan, tetapi terdapat beberapa pendekatan (multidimensional) yang


(23)

digunakan untuk menghitung kualitas laba tersebut. Oleh karena itu, untuk memperhitungkan kualitas laba dalam penelitian ini dilakukan pengukuran secara multidimensional, yakni berupa pengukuran persistensi akrual dan

ketiadaan manajemen laba, dimana perhitungan ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Givoly et al. (2010).

Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2013). Penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh antara struktur

kepemilikan dengan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan return on assets (ROA) dan return on sales (ROS). Namun variabel corporate governance sebagai variabel intervening tidak menunjukkan pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian peneliti bermaksud memberikan analisis yang lebih mendalam mengenai kinerja perusahaan yang telah diteliti oleh Siahaan (2013). Di dalam penelitian ini, kinerja perusahaan akan dimodifikasi dengan pengukuran multidimensional pada laba perusahaan untuk mengetahui kualitasnya dan memodifikasi jenis struktur kepemilikan yang sebelumnya hanya kepemilikan publik digantikan dengan struktur kepemilikan

terkonsentrasi.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka peneliti memberi judul penelitian ini sebagai berikut: Analisis Pengaruh Persentase Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kualitas Laba Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Intervening.


(24)

6

1.2Rumusan Masalah

Dikarenakan isu penelitian ini akan menguji pengaruh struktur kepemilikan perusahaan terhadap kualitas laba dengan adanya intervening dari penerapan tata kelola perusahaan yang semakin lama dipraktikkan di Indonesia, dimana struktur kepemilikan sebagai variabel dependen dan kualitas laba sebagai variabel

independen, serta tata kelola perusahaan yang diukur dengan indeks tingkat kepercayaan menjadi variabel intervening. Maka penelitian ini merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan saham perusahaan di Indonesia terhadap penerapan kualitas laba perusahaan?

2. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan saham perusahaan di Indonesia terhadap penerapan Corporate Governance?

3. Seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan saham perusahaan di Indonesia terhadap kualitas laba perusahaan dengan penerapan corporate governance sebagai variabel intervening?

1.3Batasan Penelitian

Mengingat luasnya bidang kajian dan besarnya jumlah objek pengamatan penelitian, maka batasan penelitian digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Mengkaji perusahaan-perusahaan yang terdaftar di dalam Bursa Efek

Indonesia dengan menetapkan jenis perusahaan non keuangan sebagai objek pengamatan.


(25)

2. Menggunakan analisis multidimensional dalam melihat kualitas suatu laba. Analisis multidimensional ini mencakup: (a) Persistensi akrual dan (b) Ketiadaan manajemen laba.

3. Analisis multidimensional kualitas laba diperoleh berdasarkan sumber data laporan keuangan tahunan perusahaan yang secara berturut-turut

menerbitkan laporan keuangannya dari tahun 2008 hingga 2012

4. Menggunakan variabel intervening berupa indeks corporate governance, yang diperoleh dari ketersediaan data pada Indonesian Institute of

Corporate Governance (IICG).

5. Melakukan uji regresi satu-satu terhadap variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan model uji statistik SEM (Structural Equation Modeling) dengan teknik analisis PLS (Partial Least Square).

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji keadaan struktur kepemilikan saham perusahaan observasi yang terdapat di negara Indonesia sebagai dasar pengaruhnya terhadap kualitas laba.

2. Mengetahui struktur kepemilikan saham mayoritas dan minoritas perusahaan observasi di Indonesia terutama perusahaan observasi yang mempengaruhi penerapan corporate governance.

3. Mengetahui dan mengkaji penerapan corporate governance sebagai faktor yang memediasi kualitas laba dan struktur kepemilikan perusahaan


(26)

8

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Selain sebagai salah satu upaya memberikan bahan penelitian selanjutnya dalam aspek kualitas laba dan penerapannya, penelitian ini juga diharapkan mampu berkontribusi dalam pengembangan wawasan masyarakat baik praktisi maupun akademisi dalam memahami sejauhmana suatu perusahaan menghasilkan laba yang berkualitas.

1.5.1 Manfaat Praktis

Sebagai sarana pengaplikasian dari penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi para pelaku usaha dalam menentukan kebijakan perusahaan yang sehat dan wajar. Selain itu, diharapkan penelitian ini juga dapat bermanfaat dan

berkontribusi secara empiris bagi pengembangan literatur corporate governance di negara Indonesia.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori utama dalam penelitian ini adalah teori keagenan. Teori keagenan merupakan teori yang berkembang dari pemikiran teori ekonomi neoklasik. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa hubungan keagenan suatu perusahaan timbul karena adanya kepercayaan perusahaan untuk dikelola oleh para manajer. Akan tetapi, para manajer yang diberikan kepercayaan tersebut tidak dapat diharapkan sepenuhnya menjalankan perusahaan sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kesepakatan yang timbul antara manajer (agent) dengan pemilik perusahaan dan investor

(principal) dimana para manajer akan melakukan pengelolaan perusahaan atas nama pemilik perusahaan untuk mengambil keputusan. Pernyataan tersebut menjelaskan adanya asumsi bahwa prinsipal dan agen sebagai orang atau


(28)

10

sekelompok orang yang sama-sama memiliki sifat rasional ekonomis yang termotivasi oleh kepentingan pribadi mereka.

Asumsi di atas diperkuat oleh Eisenhardt (1989). Dijelaskan bahwa teori keagenan dibangun berdasarkan beberapa asumsi (Tabel 1). Di antara asumsi-asumsi tersebut adalah asumsi-asumsi prilaku, asumsi-asumsi organisasional dan asumsi-asumsi informasi. Asumsi tersebut menjelaskan timbulnya masalah dari proses kontrak antara prinsipal dan agen.

Tabel 2.1. Asumsi Pembangun Teori Keagenan

Keterangan Pembahasan

Ide Kunci

Hubungan prinsipal dan agen harus mencerminkan organisasi informasi yang efektif dan biaya berbasis risiko

Unit Analisis Kontrak antara prinsipal dan agen

Asumsi Perilaku Kepentingan sendiri, Pembatasan rasionalisasi, Menghindari risiko

Asumsi

Organisasional

Konflik sebagian tujuan di antara pesertanya, Efisiensi sebagai kriteria keefektifan, Asimetri informasi antara prinsipal dan agen

Asumsi Informasi Informasi sebagai komoditas yang dapat diperjual-belikan

Masalah Proses Kontrak

Masalah keagenan (moral hazard dan adverse selection), Berbagi risiko

Bidang masalah

Hubungan di mana prinsipal dan agen secara parsial berbeda tujuan dan pilihan risiko: Kompensasi, Regulasi, Kepemimpinan, Whistle-blowing, Integrasi vertical, Harga transfer

Sumber: Eisenhardt (1989). The Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1, hal. 59 diadaptasi dari Hadiprajitno (2013).


(29)

Hubungan keagenan tersebut dilihat berdasarkan struktur kepemilikan yang sahamnya dimiliki oleh publik atau menyebar. Dominasi saham yang dimiliki publik merupakan solusi dari masalah keagenan ini. Akan tetapi masih banyak perusahaan yang baik pemilik perusahaan maupun para manajer tidak dapat mengendalikan satu sama lain sehingga terjadi asimetri informasi antara mereka. Asimetri informasi inilah yang menimbulkan konflik keagenan (Jensen dan Meckling, 1976).

Selain asimetri informasi yang terjadi. Teori keagenan dapat menjelaskan perusahaan sebagai pusat dari berbagai kontrak (nexus of contracts), yaitu perusahaan merupakan organisasi besar yang menerima banyak kontrak persetujuan yang terlibat dengan perusahaan. Banyaknya kontrak yang terlibat mengakibatkan perusahaan berusaha untuk meminimalkan biaya kontrak (contrating cost) yang timbul. Biaya kontrak tersebut adalah seperti biaya negosiasi, biaya pemantauan kinerja, biaya pemantau kebangkrutan atau biaya kegagalan kontrak. Biaya kontrak tersebut akan menimbulkan akun-akun baru dalam laporan keuangan. Pemilihan kebijakan akuntansi merupakan bentuk aktivitas manajer yang digunakan untuk meminimalkan biaya tersebut.

Kedua hal itulah yang menjadi dasar pemikiran bahwa struktur kepemilikan dan pemilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi kualitas informasi laba yang dilaporkan. Givoly et al. (2010) menyebutkan bahwa pola dalam informasi laba yang terjadi dapat disebabkan dari faktor operasional pemilik perusahaan daripada konflik manajemen laba yang mengutamakan rasional ekonomis mereka sendiri.


(30)

12

2.1.2 Kualitas Laba

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa laba akuntansi diperoleh dari keuntungan kegiatan utama perusahaan ditambah dengan pendapatan lainnya dan dikurangi dengan biaya-biaya yang menurut perusahaan dapat diakui menjadi beban. Informasi tersebut diperoleh dengan melihat kinerja perusahaan pada laporan laba ruginya.

Suatu laporan laba rugi harus mencerminkan kinerja perusahaan dengan atau tanpa memiliki gangguan persepsi didalamnya. Gangguan tersebut dapat berasal dari kegiatan internal perusahaan yakni berupa pemilihan metode dan

pengestimasian akuntansi yang dapat berdampak pada kualitas laba yang disajikan. Metode dan pengestimasian akuntansi tersebut sangat fleksibel

sehingga kualitas laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi perusahaan dapat berbeda-beda (Wardhani, 2009).

2.1.2.1 Definisi Kualitas Laba

Kualitas laba dapat diartikan kedalam beberapa definisi. Schipper dan Vincent (2003) mengatakan bahwa kualitas laba adalah akurasi pelaporan laba

perusahaan yang menggambarkan keadaan perubahan aset ekonomis perusahaan selain dari transaksi kepada pemiliki. Sama halnya dengan Bellovary et al. (2005) mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam

merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan membantu memprediksi laba mendatang dengan mempertimbangkan stabilitas dan presistensi akrualnya.


(31)

Pengukuran kualitas laba merupakan kegiatan yang belum memiliki formula tetap sehingga pengukuran kualitas laba menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu yang dianggap sebagai formula yang paling mampu mengukur kualitas laba. Hal tersebut dibenarkan oleh Surifah (2010). Dia menyebutkan bahwa selama ini belum ada ukuran yang pasti atau tepat untuk mengukur seberapa besar kualitas laba dari suatu laporan keuangan perusahaan, yang terdapat hanya merupakan pendekatan yang digunakan untuk memproksi kualitas laba tersebut. Oleh karena itu mengacu pada pendekatan pengukuran kualitas laba yang dilakukan oleh Givoly et al. (2010) yang juga dilakukan oleh Wardhani (2009) penelitian ini menggunakan pengukuran multidimensional komprehensif. Dimana pengukuran multidimensional tersebut menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya:

1. Persistensi akrual, diukur berdasarkan pada perbedaan relatif persistensi akrual terhadap arus kas.

Pengukuran persistensi laba mengharapkan suatu laba yang berkualitas karena keberlanjutannya, dimana laba lebih bersifat tetap (smooth) dan tidak fluktuatif. Sebagai mekanisme pengukuran kualitas laba, persistensi akrual ditentukan dari manfaatnya dalam pengambilan keputusan

khususnya dalam penilaian ekuitas dengan mengamati nilai laba operasi tahun berjalan perusahaan dengan arus kasnya, sehingga laba yang berkualitas diharapkan dapat menggambarkan estimasi laba masa depan.


(32)

14

Dechow (1994) dalam Wardhani (2009) menjelaskan bahwa laba tahun berjalan secara umum akan menghasilkan prediksi yang lebih baik

terhadap arus kas masa mendatang. Oleh karena itu, semakin besar asosiasi antara laba tahun berjalan dengan arus kas masa mendatang, diharapkan akan menunjukkan tingkat prediksi dari laba yang lebih tinggi.

2. Ketiadaan manajemen laba, diukur dengan discretionary accruals dari modifikasi Dechow et al. (1995) terhadap model Jones pada penelitian Givoly et al. (2010).

Pengukuran kualitas laba dengan menggunakan ketiadaan manajemen laba menjelaskan bahwa suatu laba harus memberikan informasi keuangan yang terbebas dari unsur bias. Kebiasan suatu laba disebabkan karena dorongan yang timbul dari perilaku tidak sehat manajer (moral hazard) yang dapat merugikan perusahaan dan investor.

Ketiadaan manajemen laba dapat menjelaskan netralnya suatu laba. Dimana laba yang netral adalah laba yang tidak dikelola untuk tujuan pihak tertentu (Wardhani 2009). Pengukuran laba dengan menggunakan model Jones merupakan model pengukuran akrual diskresioner yang diyakini paling baik dalam mengukur ketiadaan manajemen laba. Akrual diskresioner adalah akrual yang timbul karena adanya diskresi dari menejemen perusahaan sehingga dapat dianggap mencerminkan suatu tindakan pengelolaan laba (Wardhani 2009).


(33)

2.1.2.2 Kualitas Suatu Angka Laba

Suatu laba dikatakan berkualitas apabila laba tersebut relevan dan reliabel. Berdasarkan Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 2, relevannya suatu laba adalah kemampuan suatu angka laba untuk memberikan gambaran nilai prediksi, nilai umpan balik dan waktu yang tepat dalam

penggunaan angka laba tersebut. Sedangkan nilai reliabel suatu laba dapat dikatakan sebagai suatu angka laba yang terbebas dari berbagai interferensi (netral) dan dapat ditelusuri, serta adanya kejujuran penyajian yang melekat pada angka laba tersebut.

Suatu angka laba akuntansi dapat diketahui dari laporan laba rugi per-periode suatu perusahaan. Di dalam laporan laba rugi tersebut, terdapat 3 buah angka laba yang disajikan, yakni: angka laba kotor, angka laba operasi dan angka laba bersih. Ketiga angka laba tersebut memliki makna semantik dan sintatik dan juga pragmatik yang menjadikan angka laba akuntansi sebagai nilai yang dapat dijadikan sebagai alat ukur yang baik untuk mengukur kinerja perusahaan serta angka laba tersebut dapat digunakan untuk meramalkan aliran kas perusahaan (Febrianto dan Widiastuty, 2005).

Dari ketiga angka laba akuntansi tersebut timbul suatu pertanyaan angka laba akuntansi manakah yang lebih menjelaskan laba yang berkualitas. Dalam penelitian Febrianto dan Widiastuty (2005) dijelaskan bahwa angka laba

akuntansi yang berkualitas adalah angka laba akuntansi yang dapat menjelaskan hasil pendapatan usaha perusahaan atau kinerja perusahaan yang benar-benar dapat menghasilkan pendapatan dalam periode tersebut. Dalam penelitiannya


(34)

16

mereka berkesimpulan bahwa angka laba kotorlah yang lebih memberikan gambaran kinerja perusahaan.

Namun terdapat kesimpulan lainnya, yang dijelaskan bahwa para peneliti laba perusahaan lainnya sering menggunakan laba operasi perusahaan sebagai suatu angka laba akuntansi yang dapat memberikan kualitas yang lebih baik. Febrianto dan Widiastuty (2005) menyarankan bahwa angka laba operasi dapat digunakan apabila angka tersebut dapat berhubungan langsung dengan proses penciptaan laba melalui biaya-biaya operasi, dimana setiap item biaya memang sebenar-benarnya bertujuan untuk menciptakan pendapatan saja.

2.1.3 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan perusahaan memiliki andil yang penting dalam

mendeskripsikan tingkat kemampuan pengendalian yang terjadi dalam suatu perusahaan (Carolina dan Wardhani, 2011). Struktur kepemilikan merupakan komposisi kepemilikan pemegang saham yang terdapat dalam suatu perusahaan. Dalam suatu perusahaan struktur kepemilikan tertentu akan membutuhkan pengawasan atau pemonitoran tertentu, dimana perusahaan yang struktur kepemilikannya menyebar akan jauh lebih banyak pengawasannya daripada perusahaan yang struktur kepemilikannya terpusat atau terkonsentrasi. Dalam penelitian Sabrinna dan Adiwibowo (2010) dijelaskan bahwa struktur

kepemilikan adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan.


(35)

Hanazaki dan Liu (2006) menyatakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: perusahaan dengan struktur kepemilikan menyebar (widely held) dan struktur kepemilikan terkonsentrasi (perusahaan keluarga, perusahaan milik pemerintah, perusahaan milik institusi keuangan dan perusahaan milik institusi non keuangan). Struktur kepemilikan widely held (kepemilikan menyebar) merupakan struktur kepemilikan yang paling banyak terdapat di negara Inggris dan Amerika serta Australia.

La Porta et al. (1999) menjelaskan dalam penelitiannya mengenai kepemilikan perusahaan di berbagai negara, menemukan bahwa hampir dari 27 negara kaya di dunia yang dijadikan sampel, banyak diantaranya memiliki kepemilikan saham yang tidak tersebar, terutama untuk wilayah negara Asia Timur dan Asia Tenggara. Perusahaan yang terdapat di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara cenderung memiliki struktur kepemilikan keluarga dan manajerial ketimbang kepemilikan menyebar atau kepemilikan perusahaan yang mayoritas dimiliki publik.

2.1.3.1 Struktur Kepemilikan Keluarga

Penelitian Hanazaki dan Liu (2006) menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang berada di wilayah Asia Tenggara memiliki perusahaan yang dikategorikan sebagai negara yang memilki struktur kepemilikan keluarga yang banyak. Ward (1987) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa suatu perusahaan dikatakan sebagai perusahaan keluarga apabila terdapat dua atau lebih anggota keluarga merupakan pendiri perusahaan dan tim manajemen perusahaan, dengan kata lain anggota keluarga tersebut mempunyai pengaruh terhadap kebijakan


(36)

18

perusahaan. Dapat dikatakan bahwa perusahaan keluarga adalah perusahaan yang dimiliki dan atau dikelola serta dikontrol oleh keluarga baik keluarga inti (memiliki hubungan darah) atau karena ikatan pernikahan (Sugiharto, 2009). Lei dan Song (2008) mengatakan bahwa perusahaan dengan struktur

kepemilikan keluarga cenderung memiliki agency problem yang minim. Hal ini dikarenakan fungsi perancangan dan pengambilan keputusan perusahaan diduduki oleh anggota keluarga sehingga agency problem dapat diefisiensikan. Akan tetapi penerapan tata kelola perusahaan dari perusahaan keluarga dinilai buruk, hal ini dikarenakan interpretasi keluarga untuk mengutamakan

kepentingan keluarganya sehingga kepentingan perusahaan yang seharusnya menjadi prioritas menjadi tidak diperhatikan.

2.1.3.2 Struktur Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional secara mudah dapat disebutkan sebagai kepemilikan perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki oleh institusi. Institusi disini dapat berasal dari pemerintah umumnya dan lembaga lain khusus seperti lembaga keuangan, lembaga badan hukum dan lembaga dana perwalian (Shien et al., 2006 dalam penelitian Sabrinna dan Adiwibowo, 2010). Suatu institusi adalah lembaga yang berkuasa dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi. Di dalam penelitian Juniarti dan Agnes (2009) ditegaskan bahwa institusi yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki kemampuan dalam memonitori yang lebih baik daripada kepemilikan individu. Hal ini dikarenakan kepemilikan institusi tidak mudah terpedaya dari tindakan manipulasi manajemen. Selain itu


(37)

institusi yang berinvestasi atau investor institusi memiliki peran sebagi fidusiari, yaitu memiliki insentif yang lebih besar untuk memantau tindakan manajeman dan kebijakan perusahaan.

Struktur kepemilikan institusional suatu perusahaan mendorong peningkatan pengawasan kinerja manajeman, semakin besar investasi institusi semakin besar dorongan pengawasan, sehingga optimalisasi kinerja manajer akan secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan dalam hal ini kualitas laba yang dimiliki oleh perusahaan. Peran pengawasan institusi sangat penting karena dapat mengurangi konflik keagenan, namun sebaliknya pengawasan yang umumnya dilakukan institusi memiliki biaya keagenan yang lebih besar dari pada struktur kepemilikian yang lain.

2.1.3.3 Struktur Kepemilikan Manajerial

Telah disinggung di atas bahwa struktur kepemilikan manajerial merupakan isu yang timbul dalam teori keagenan yang dipublikasikan oleh Jensen dan

Meckling (1976). Terdapat dua pendekatan yang harus diketahui dalam melihat struktur kepemilikan manajerial, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan informasi.

Dalam pendekatan keagenan struktur kepemilikan manajerial dianggap sebagai metode kepemilikan perusahaan yang dapat mengurangi konflik keagenan yang timbul di dalam perusahaan, sedangkan pendekatan ketidakseimbangan

informasi menganggap bahwa struktur kepemilikan manajerial dapat meminimalisasi kesenjangan informasi antara pihak internal perusahaan


(38)

20

(manajer) dan pihak eksternal perusahaan (investor). Struktur kepemilikan ini mengharuskan para manajer yang mengelola perusahaan juga memiliki penyertaan modal dalam perusahaan tersebut. Keadaan seperti ini dapat memotivasi mereka para manajer dalam memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan yang berimbas pada meningkatnya kinerja perusahaan.

Meningkatnya kinerja perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya laba

perusahaan yang semakin berkualitas. Semakin besarnya kepemilikan manajer dalam suatu perusahaan yang mereka kelola semakin besar pula kualitas laba perusahaan. Manajer akan lebih bijak dalam memilih dan melaksanakan

kebijakan perusahaan, selain akan menguntungkan mereka secara langsung juga berdampak pada tercapainya tujuan perusahaan.

2.1.4 Manfaat Corporate Governance Perception Index

Di negara Indonesia sudah terdapat regulasi yang mengharuskan perusahaan menerapkan corporate governance. Perusahaan-perusahaan tersebut mengikuti dan menjalankan corporate governance sebagai bentuk mentaati regulasi pemerintah Indonesia ataupun sebagai kebutuhan yang sudah mereka perlukan. Keikutsertaan mereka dalam corporate governance perlu ditunjang dengan suatu pengakuan yang menyatakan bahwa mereka telah menerapkan corporate

governance secara baik dan benar. CGPI (Corporate Governance Perception Index) merupakan salah satunya. CGPI sebagai salah satu upaya untuk melakukan evaluasi dan mengukur kualitas penerapan corporate governance perusahaan. Selain itu terdapat beberapa manfaat yang akan diperoleh perusahaan dalam mengikuti CGPI antara lain (www.iicg.org):


(39)

1. Pembenahan faktor-faktor internal organisasi yang belum sesuai dan belum mendukung terwujudnya GCG (Good Corporate Governance). 2. Pemetaan masalah-masalah strategis yang terjadi di perusahaan dalam penerapan GCG, khususnya berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan yang diperlukan.

3. Peningkatan kesadaran bersama di kalangan internal perusahaan dan seluruh stakeholders terhadap urgensi dan manfaat GCG dalam pengelolaan risiko ke arah pertumbuhan yang berkelanjutan. 4. Peningkatan kepercayaan investor dan publik.

5. Penggunaan hasil CGPI sebagai indikator atau standar mutu yang ingin dicapai dalam bentuk pengakuan dari masyarakat terhadap penerapan prinsip-prinsip GCG.

6. Perwujudan komitmen dan tanggung jawab bersama serta upaya yang mendorong seluruh anggota perusahaan untuk menerapkan GCG.

7. Penataan organisasi perusahaan yang belum sesuai dan belum mendukung terwujudnya GCG.

8. Peningkatan kesadaran dan komitmen bersama dari internal perusahaan dan stakeholders terhadap penerapan GCG.

Indeks persepsi corporate governance merupakan hasil dari CGPI yang mengambarkan sejauhmana kualitas penerapan corporate governance

perusahaan berdasarkan kebermanfaatan perusahaan. Penglasifikasian indeks didasarkan kategori pemeringkatan, yaitu: sangat terpercaya, terpercaya dan cukup terpercaya. Hasil tersebut dimuat dalam majalah SWA sebagai liputan utama. Selain indeks tersebut CGPI juga menghasilkan laporan riset


(40)

22

pemeringkatan yang bersifat umum dan khusus. Laporan CGPI umum adalah laporan hasil program CGPI yang menyajikan hasil seluruh peserta CGPI dan dipublikasikan secara luas kepada seluruh perusahaan peserta masyarakat, dan stakeholders lainnya sebagai bentuk akuntabilitas Indonesian Institute of

Corporate Governance (IICG) kepada publik. Laporan CGPI khusus adalah

laporan individual bagi perusahaan peserta CGPI yang menyajikan hasil CGPI untuk setiap peserta CGPI sebagai akuntabilitas IICG kepada peserta CGPI untuk dijadikan salah satu bahan perbaikan dan peningkatan kualitas CG di lingkungan perusahaannya (www.iicg.org).

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai struktur kepemilikan dan penerapan tata kelola perusahaan terhadap kualitas laba sebenarnya telah banyak diteliti sebelumnya. Akan tetapi penelitian yang mengombinasikan antara kepemilikan saham terkonsentrasi di suatu negara, penggunaan indeks pengukuran terpercaya dalam penerapan corporate governance perusahaan sebagai pemediasi dengan

mempertimbangkan pengukuran multidimensional terhadap kualitas laba, belum banyak dilakukan.

Dalam hal ini beberapa jurnal dan penelitian ilmiah dikutip untuk dijadikan sebagai referensi dan sumber penelitian guna memperoleh hasil analisis yang tepat dan sesuai dengan penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:


(41)

Menurut Carolina dan Wardhani (2011) kualitas laba suatu perusahaan

dipengaruhi oleh tingginya tingkat pengungkapan (disclosure) laporan keuangan dengan mempertimbangkan lingkup penelitian antar negara seperti Indonesia, Singapura, HongKong dan Autralia. Mereka menerapkan pengukuran kualitas laba berdasarkan standar yang ditetapkan oleh International Financial Reporting

Standarts (IFRS) terhadap perusahaan-perusahaan yang telah menggunakan

konsep harmonisasi akuntansi. Tingkat pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang mempengaruhi penerapan GoodCorporate Governance (GCG) di suatu negara.

Menurut Surifah (2010) suatu penelitian terhadap kualitas laba harus

menggunakan berbagai macam pengukuran karena tingkatan kualitas suatu laba mencakup berbagai aspek (multidimensional). Suatu laba dikatakan berkualitas apabila laba tersebut relevan dan handal (reliable). Surifah (2010) melanjutkan kualitas laba dikatakan relevan apabila memiliki nilai prediksi, nilai umpan balik dan tepat waktu. Dikatakan handal apabila laba dilaporkan secara independen, netral, dapat diverifikasi (verification) dan disajikan secara jujur. Selain daripada itu kualitas laba dapat diukur dengan adanya persistensi, konservatif, tidak adanya manajemen laba, kualitas akrual dan income smoothings atau low earnings variability. Berdasarkan penelitian tersebut dan mengacu pada standar keberkualitasan suatu laporan keuangan menurut SFAC No. 2 mengenai

karateristik kualitatif informasi keuangan, maka penelitian di atas akan

memperkuat penggunaan pengukuran multidimensional yang dilakukan dalam penelitian ini.


(42)

24

Menurut Wardhani (2009) penerapan tata kelola perusahaan dipengaruhi oleh adanya perlakuan perlindungan para investor dan kualitas audit di suatu negara, sedangkan penerapan tata kelola perusahaan sendiri mempengaruhi peningkatan kualitas laba di negara yang lemah perlindungan terhadap investornya. Dalam penelitiannya ditemukan tidak signifikan penerapan tata kelola perusahaan (corporate governance) pada hubungannya antara kualitas audit dan kualitas laba.

Menurut Siallagan dan Mas’ud (2006) kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laba, lain halnya dengan dewan komisioner suatu perusahaan yang memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas laba. Komite audit memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas laba karena

kemampuannya untuk mengawasi proses pelaporan keuangan. Mereka

menyebutkan bahwa penerapan tata kelola perusahaan tidak di-intervening oleh kualitas laba.

Menurut Hadiprajitno (2013) efek karateristik kepemilikan dan penerapan tata kelola perusahaan memiliki pengaruh yang beragam. Dimana kepemilikan keluarga, kepemilikan institusi keuangan, kepemilikan pemerintah dan kepemilikan asing memiliki pengaruh negatif terhadap biaya keagenan yang diproksikan sebagai biaya operasional manajerial dan asset turnover dibanding dengan kepemilikan publik. Lebih lanjut disebutkan bahwa kepemilikan terkonsentrasi (sebesar 5% kepemilikan) tidak terbukti mempengaruhi biaya keagenan. Dalam penelitian yang dilakukan Hadiprajitno (2013) disebutkan terjadi ketidak-konsistenan antara komite independen dan komite audit yang


(43)

disebabkan karena penerapan mekanisme tata kelola perusahaan di Indonesia yang masih kurang baik.

Tabel 2.2. Ringkasan Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Hasil Penelitian

1 Carolina dan Wardhani (2011)

1. Kualitas laba suatu perusahaan dipengaruhi oleh tingginya tingkat pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.

2. Tingkat pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang mempengaruhi penerapan Good Corporate

Governance (GCG) di suatu negara dengan

menerapkan pengukuran kualitas laba berdasarkan perusahaan-perusahaan yang telah menggunakan konsep harmonisasi akuntansi.

2 Surifah (2010)

1. Kualitas laba harus menggunakan berbagai macam pengukuran karena tingkat keberkualitasan suatu laba mencakup berbagai aspek (multidimensional).

2. Kualitas laba dikatakan relevan apabila memiliki nilai prediksi dan dikatakan handal apabila laba dilaporkan secara netral.

3 Wardhani (2009)

Dalam penelitiannya ditemukan tidak signifikan penerapan tata kelola perusahaan (corporate

governance) pada hubungannya antara kualitas audit dan kualitas laba

4 Siallagan dan Mas’ud (200 6)

1. Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap kualitas laba.

2. Dewan komisioner memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas laba. Komite audit memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas laba karena kemampuannya untuk mengawasi proses pelaporan keuangan. Penerapan tata kelola perusahaan tidak di-intervening oleh kualitas laba


(44)

26

5 Hadiprajitno (2013)

1. Kepemilikan keluarga, kepemilikan institusi keuangan, kepemilikan pemerintah dan kepemilikan asing

memiliki pengaruh negatif terhadap biaya keagenan. 2. Kepemilikan terkonsentrasi (sebesar 5% kepemilikan)

tidak terbukti mempengaruhi biaya keagenan.

3. Terjadi ketidak-konsistenan antara komite independen dan komite audit yang disebabkan karena penerapan mekanisme tata kelola perusahaan di Indonesia yang masih kurang baik

Sumber: Tinjauan yang dikembangkan untuk penelitian ini.

2.1.6 Model Penelitian

Secara skematis gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dituangkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Hipotesis


(45)

2.1.7 Pengembangan Hipotesis

2.1.7.1.Kepemilikan Manajerial dengan Kualitas Laba

Kepemilikan manajerial suatu perusahaan dapat diketahui dari persentase kepemilikan saham oleh manajemen. Para manajemen yaitu dewan komisaris dan dewan direksi yang turut andil memiliki perusahaan dan juga aktif dalam mengelola perusahaan. Secara teoritis ketika para manajer juga pemilik perusahaan maka terjadi kesamaan kepentingan, yaitu kepentingan manajer dengan kepentingan perusahaan (pemilik saham). Sehingga para manajer tersebut sedemikian hingga akan termotivasi untuk melaporkan laba perusahaan dengan sebenarnya. Akibat hal tersebut kualitas laba perusahaan yang

dilaporkan akan meningkat. Pemikiran tersebut selaras dengan Jasen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa dalam meminimalkan konflik keagenan, perusahaan dapat meningkatkan porsi kepemilikan manajerialnya sehingga diasumsikan konflik keagenan akan hilang apabila seorang manajer juga seorang pemegang saham.

Bukti empiris dari penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Mas'ud (2006) menghasilkan kesimpulan bahwa semakin besar persentase kepemilikan manjemen dalam perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan manajemen untuk meningkatkan kinerja mereka yang berpengaruh pada kehandalan pelaporan informasi keuangan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H1: Persentase kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba perusahaan.


(46)

28

2.1.7.2. Kepemilikan Institusional dengan Kualitas Laba

Penyertaan pihak institusional dalam saham perusahaan dapat mempengaruhi penyusunan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan pihak institusional secara fidusiari dapat mengendalikan pihak manajemen melalui monitoring efektif, sehingga kecenderungan pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba berkurang. Pemikiran ini sejalan dengan Shleifer dan Vishny (1986) dalam Isnanta (2008) yang menyatakan kepemilikan saham yang besar nilai ekonomisnya memiliki insentif yang lebih besar pula untuk melakukan monitoring. Kondisi pemonitoran yang aktif ini dapat menyebabkan berkurangnya kegiatan oportunistik manajemen yang berimbas pada

meningkatnya kualitas laba yang disajikan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Mas'ud (2003) memberikan simpulan bahwa persentase kepemilikan institusional dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H2 : Persentase kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba perusahaan.

2.1.7.3. Kepemilikan Keluarga dengan Kualitas Laba

Timbulnya kecenderungan memberikan individu-individu yang memiliki

hubungan keluarga sebagai direksi perusahaan sehingga direksi cenderung untuk bersifat tidak independen, menyebabkan perusahaan tidak memiliki bagian manajer yang tidak berafiliasi secara proporsional sehingga perusahaan sepenuhnya berada dalam kendali keluarga. Persentase kepemilikan yang


(47)

berlebihan pada keluarga akan sangat mempengaruhi kualitas laba terutama apabila perusahaan tersebut sudah terbuka (go public).

Keadaan seperti ini banyak sekali terjadi terutama pada negara-negara yang perlindungan pemegang sahamnya rendah. Indonesia sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Claessens et al. (2000) dan La Porta et al. (1999) memiliki perusahaan yang mayoritas dikendalikan oleh keluarga. Pengendalian keluarga yang terlalu besar dalam suatu perusahaan ini mengakibatkan manajemen tidak lagi termotivasi untuk memberikan informasi keuangan yang sebenarnya kepada publik, mereka hanya termotivasi untuk kepentingan mereka sendiri. Sehingga kepemilikan keluarga tidak dapat memberikan informasi yang berkualitas pada laporan keuangan perusahaan mereka. Oleh karena itu dapat diajukan hipotesis selanjutnya berupa:

H3 : Persentase kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap kualitas laba perusahaan.

2.1.7.4. Struktur Kepemilikan dengan Corporate Governance

Menurut Durnev dan Kim (2003) kepemilikan saham suatu perusahaan mempengaruhi tingkat kualitas penerapan corporate governance-nya. Secara teoritis mekanisme corporate governance bergantung pada struktur kepemilikan perusahaannya dan secara nyata dapat diketahui bahwa struktur kepemilikan mengendalikan sepenuhnya penerapan mekanisme corporate governance. Ikut serta atau tidaknya perusahaan dalam mekanisme tersebut juga dipengaruhi oleh keputusan dari pemilik perusahaan.


(48)

30

Demsetz et al. (1985) mengatakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan harus diperhatikan sebagai faktor endogen dari keluarnya suatu kebijakan dan

keputusan yang merefleksikan pengaruh struktur kepemilikan dan pengaruh aktivitas pasar saham. Ketika kepemilikan saham perusahaan terpusat (concentrated) yaitu persentase mayoritas saham berada pada suatu jenis kepemilikan golongan tertentu, dapat dikatakan bahwa semakin mudah pemilik perusahaan tersebut untuk mengendalikan kinerja manajer agar selaras dengan rasional ekonomis diantara golongan mereka. Oleh karena itu dapat diajukan hipotesis selanjutnya berupa:

H4: Persentase kepemilikan saham (terkonsentrasi) berpengaruh positif terhadap Corporate Governance.

2.1.7.5. Corporate Governance dengan Kualitas Laba

Berkembangnya kesadaran masyarakat akan dibutuhkannya mekanisme yang dapat mengendalikan perusahaan agar operasionalnya dapat sesuai dengan harapan mereka, menjadikan penerapan corporate governance di Indonesia sebuah kewajiban bahkan kebutuhan demi tercapainya tujuan perusahaan. Perusahaan dihimbau untuk melakukan etika dalam berusaha dengan tidak melakukan berbagai kecurangan-kecurangan yang akan berimbas pada kualitas informasi yang mereka laporkan.

Beberapa penelitian yang meneliti tentang implementasi corporate governance dengan berbagai bentuk pengukuran laba, seperti Beasley (1996), Dechow et al. (1996) dan Siregar (2005) menyimpulkan bahwa dengan penerapan corporate


(49)

governance mampu mengurangi kecenderungan para manajer untuk melakukan kecurangan informasi laba, sehingga kualitas laba memiliki kandungan

informasi yang lebih baik bagi para investor. Dengan demikian dalam penelitian ini mengajukan hipotesis berupa:

H5: Penerapan Corporate Governance berpengaruh positif terhadap kualitas laba.


(50)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Populasi dan sampel

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan non keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan 2008 hingga 2012. Perusahaan non keuangan (bank, sewa guna usaha, dan asuransi) tidak termasuk industri yang diteliti karena perusahaan-perusahaan tersebut memiliki struktur keuangan yang berbeda sehingga kualitas laba yang ingin ukur tidak dapat disamakan dengan perusahaan lainnya. Penentuan sampel dari perusahaan tersebut dilakukan secara purpose sampling yang dipilih berdasarkan ketentuan dibawah ini, yaitu:

1. Perusahaan non keuangan yang ikut serta dalam CGPI (Corporate Governance Perceptions Index) hingga tahun 2012.

2. Data CGPI tersebut diperoleh berdasarkan pengumuman hasil observasi IICG (Indonesian Institute Corporate Governance) yang diterbitkan dalam majalah SWA.

3. Perusahaan non keuangan yang digunakan adalah perusahaan publik yang memiliki porsi struktur kepemilikan keluarga, institusional dan atau


(51)

manajerial sesuai dengan variabel penelitian ini. Besarnya struktur kepemilikan tersebut dapat diketahui melalui keterangan modal saham masing-masing perusahaan dengan kepemilikan minimal 20% dari total saham perusahaan.

4. Menerbitkan laporan tahunan yang telah diaudit lengkap dengan laporan keuangannya selama tahun 2008 hingga 2012.

5. Perusahaan tidak delisting selama rentang tahun penelitian 2008 hingga 2012.

3.2Operasional Variabel Penelitian

Dalam operasional penelitian ini terdapat 3 jenis variabel yang akan diteliti. Pertama variabel dependen, yaitu kualitas laba yang diproksikan kedalam pengukuran persistensi akrual dan ketiadaan manajemen laba. Kedua variabel independen, yaitu persentase struktur kepemilikan saham yang diproksikan kedalam 3 jenis kepemilikan, yaitu: kepemilikan keluarga, kepemilikan

institusional dan kepemilikan manajerial. Variabel yang terakhir, yaitu corporate governance yang digunakan sebagai variabel intervening (mediasi).

3.2.1Kualitas Laba

Kualitas Laba dalam penelitian ini diukur menggunakan model yang digunakan oleh Givoly et al. (2010) yang juga digunakan oleh Wardhani (2009), dimana dalam mengukur kualitas laba diperlukan pendekatan dari beberapa dimensi atau dapat disebut sebagai pengukuran multidimensi. Pengukuran multidimensi


(52)

34

tersebut memperhatikan dua bentuk pengukuran dari kualias laba relevan dan reliabel, yaitu persistensi akrual dan ketiadaan manajemen laba.

3.2.2Persistensi Akrual

Pengukuran kualitas laba yang pertama dalam penelitian ini adalah menggunakan pengukuran persistensi akrual berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Givoly et al. (2010). Dalam pengukuran persistensi akrual dihitung dengan menggunakan regresi sebagai berikut:

��, +1 = + 1� �, + 2�����, + ��, … … …(1)

Penjelasan:

OI = Pendapatan operasi setelah depresiasi; CF = Arus kas operasi ;

ACCR = ∆ NOA (net operating asset) tahun t-1 terhadap t;

ε = Eror term.

Seluruh variabel dari regresi tersebut distandarisasi oleh NOAt-1 dan kontribusi

tambahan akrual ditentukan dari besarnya signifikansi β2. Penggunaan NOAt-1. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi timbulnya heterokedasitas dari data yang digunakan. Menstandarisasi persamaan tersebut dengan suatu bobot

tertentu yang diyakini berasal dari bagian dari OI, CF dan ACCR merupakan suatu pendekatan WLS (Weighted Least Square) yang mengestimasi variabel persamaan regresi memiliki variasi disturbance term.

Dalam penelitian ini pengukuran nilai NOA perusahaan diperoleh dengan memformulasikan aset lancar perusahaan ditambah dengan aset tetap dikurangi


(53)

dengan total kewajiban untuk memperoleh aset operasi bersih, kemudian mengeluarkan nilai kas (Cash) dan nilai hak minoritas dengan cara

menguranginya dari aset bersih operasi. Pengurangan tersebut dilakukan karena kas dan nilai hak minoritas bukan merupakan akun yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan.

Kemudian penggunaan model pengukuran kualitas laba di atas ditujukan untuk mengetahui seberapa akurat laba operasi tahun berjalan perusahaan dapat

memproyeksikan arus kas di periode mendatang. Nilai koefisien β1

menunjukkan besarnya tingkat asosiasi persistensi laba dengan arus kas atau dapat diartikan sebagai semakin besar derajat koefisien β1 tersebut maka diyakini laba tahun berjalan dapat memproyeksikan arus kas masa depan, atau dengan kata lain laba tersebut dianggap semakin berkualitas, Wardhani (2009). 3.2.3Ketiadaan Manajemen Laba

Pengukuran yang kedua menggunakan ketiadaan manajemen laba yang berasal dari modifikasi model Jones oleh Givoly et al. (2010) dengan persamaan sebagai berikut:

�����, = 1 1

���, −1 + 2

∆� ��, − ∆���,

���, −1

+ 3 �

,

���,−1


(54)

36

Penjelasan:

TACC = Total akrual yang dihitung sebagai perbedaan antara pendapatan dari operasi dan arus kas bersih dari aktivitas operasi, tidak termasuk pos-pos luar biasa dan operasi yang dihentikan;

TA = Total aset awal tahun;

∆REV = Perubahan Penjualan; PPE = Nilai Aktiva Tetap kotor;

∆TR = Perubahan dalam piutang dagang.

Ketika data cash flow tidak tersedia, Givoly et al. (2010) menyarankan untuk mengukur total akrual dengan cara:

TACCi,t = Δ Aset lancari,t - Δ Kewajiban lancari,t - Δ Kasi,t + Δ Hutang Jangka Pendeki,t - (Depresiasii,t , Biaya Amortisasii,t dan Pos Kejadian Luar Biasai,t.)

Secara umum model Jones merupakan model pengestimasi akrual diskresioner yang digunakan untuk mendeteksi adanya manipulasi laba dalam suatu

perusahaan. Secara teknis akrual merupakan produk akuntansi yang dianggap memiliki nilai tetap setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan aturan akuntansi yang mendasari penggunaan akrual tidak serta merta berubah-ubah, jadi apabila timbul perubahan akrual pada akun-akun keuangan perusahaan maka dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal. Perubahan tersebut merupakan hasil kebijakan (discretion) manajemen yang berlebihan dalam memanipulasi labanya (Jones, 1991).


(55)

Dalam implikasinya model Jones yang pertama sekali (1991) memiliki kelemahan yaitu, harus terpenuhinya asumsi bahwa pendapatan perusahaan harus bersifat non-diskresioner. Hal ini menyebabkan akun pendapaatan perusahaan tidak boleh mengalami manipulasi. Oleh karena itu, digunakanlah model modifikasi Jones yang diperbaiki oleh Dechow (1995) dan kemudian diadaptasi dalam penelitian Givoly et al. (2010) yaitu model Jones yang telah memasukkan pengurangan variabel piutang usaha dari variabel perubahan pendapatan yang digunakan untuk mengestimasi akrual non-diskresioner.

Sama halnya dengan nilai persistensi akrual, pengujian regresi modifikasi model Jones direkomendasikan untuk menggunakan analisis Ordinary Least Square (OLS) yang tidak memerlukan lagi adanya pengujian asumsi klasik. Tidak memerlukannya lagi pengujian asumsi klasik karena baik teoritis maupun empiris model regresi persistensi akrual dan model regresi Jones sudah

memenuhi nilai robustness-nya. Besaran nilai ketiadaan manajemen laba yang diperoleh dari persamaan di atas akan digunakan sebagai tahap perhitungan regresi hipotesis penelitian. Pengukuran ketiadaan manajemen laba dengan model akrual diskresioner di atas menjelaskan bahwa semakin besar koefisien nilai akrual diskresioner semakin rendah kualitas laba suatu perusahaan yang diukur.

3.2.4Tata Kelola Perusahaan

Tata kelola perusahaan sebagai variabel intervening dalam penelitian ini diukur berdasarkan instrumen yang telah dikembangkan oleh Indonesian Institute of


(56)

38

(CGPI) dimana data tersebut diperoleh dari publikasi majalah SWA yang diterbitkan oleh IICG (Retno dan Priantinah, 2012).

IICG mengembangkan beberapa tahapan sebagai persyaratan penilaian CGPI tahun 2011, diantaranya:

1. Self Assessment dengan persentase 25%;

2. Kelengkapan dokumen dengan persentase 23%;

3. Penyusunan makalah dan presentasi dengan persentase 17%; 4. Observasi dengan presentase 35%.

Hasil akhir dari tahapan tersebut merupakan tingkat nilai kepercayaan dari penerapan tata kelola perusahaan dalam perusahaan tersebut yang diperoleh dengan cara penjumlahan penilaian dari masing-masing tahapan penilaian. IICG membagi tingkat nilai kepercayaan dalam tiga tingkatan, yaitu:

Tabel 3.1.Corporate Governance Perceptions Index

No. Ketrangan Rentang Nilai 1 Sangat Terpercaya 85,00 - 100,00

2 Terpercaya 70,00 - 84,99

3 Cukup Terpercaya 55,00 - 69,99

Sumber : Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG), www.iicg.org Pembagian tingkat nilai kepercayaan pada tabel 3.1 di atas kemudian akan digunakan sebagai pengelompokkan perusahaan sampel ke dalam 3 jenis


(57)

penerapan tata kelola perusahaan, mulai dari yang sangat terpercaya hingga cukup terpercaya.

3.2.5 Struktur Kepemilikan

3.2.5.1Struktur Kepemilikan Keluarga

Suatu perusahaan dikatakan perusahaan keluarga apabila terdapat dua atau lebih anggota keluarga merupakan pendiri perusahaan dan sekaligus tim manajemen perusahaan. Baik yang mengelola secara langsung ataupun hanya penyertaan modal saja. Akibat dari hal ini adalah keputusan keluarga dapat menjadi keputusan perusahaan yang berujung pada kualitas laba perusahaan.

Untuk melihat seberapa sensitifnya peran kepemilikan keluarga dalam suatu perusahaan, maka diukur dengan menggunakan pisah batas 20% sebagai penentu perusahaan dikatakan perusahaan sebagai perusahaan keluarga dengan mengacu pada PSAK No. 15 (revisi 2009) yang menyatakan bahwa apabila investor memiliki persentase saham lebih dari 20% baik langsung maupun tidak langsung maka investor memiliki pengaruh yang signifikan. Tujuan dari hal ini adalah melihat pengaruh hak investor yang memiliki hak suara untuk mempengaruhi kebijakan perusahaan.

3.2.5.2Struktur Kepemilikan Institusional

Dengan menggunakan penyamarataan dengan struktur kepemilikan di atas, kepemilikan institusional dapat diukur dengan persentase 20% dari institusi yang berasal dari institusi pemerintah umumnya dan institusi khusus seperti institusi


(58)

40

keuangan, institusi badan hukum, institusi luar negeri dan dana perwalian (Shien, et al. 2006 dalam penelitian Sabrinna dan Adiwibowo2010). 3.2.5.3Struktur Kepemilikan Manajerial

Pihak manajemen dapat menjadi pengaruh dalam kebijakan perusahaan apabila jumlah kepemilikan sahamnya mendominasi dari seluruh modal perusahaan. Persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari jumlah saham yang beredar menjadi indikator bahwa perusahaan dikatakan memilki struktur kepemilikan manajerial. Mengacu pada analisis sensitivitas dan penyamaan dengan analisis kepemilikan keluarga, maka digunakan juga variabel persentase 20% yang menjadi acuan pembeda dalam struktur kepemilikan manajerial ini.

3.3Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis penelitian ini mengacu pada analisis regresi dengan uji Partial Least Square (PLS) menggunakan software SmartPLS yang melakukan perbandingan antara variabel dependen dengan variabel

independen berganda. Penggunaan PLS merupakan bagian metode analisis SEM (Struktural Equation Modeling) berbasis varian.

Secara umum PLS merupakan suatu metode analisis statistik SEM berbasis varian yang digunakan untuk menyelesaikan suatu persamaan regresi ketika terjadi permasalahan pada data penelitian. Permasalahan tersebut timbul akibat, ukuran sampel penelitian yang kecil, adanya data yang hilang (missing value), data tidak berdistribusi normal, timbulnya autokorelasi dan masalah umum pada data penelitian yaitu multikolinearitas (Jogiyanto dan Abdilah, 2009). Suatu data


(59)

yang memiliki tingkat multikolinearitas yang tinggi meningkatkan risiko secara teoritis penolakan hipotesis dalam pengujian model regresi (Jogiyanto, 2011). Jogiyanto (2011) menyebutkan bahwa PLS merupakan suatu analisis persamaan struktural berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus model struktural. Model pengukuran (Outer Model) digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas yang umum dilakukan pada jenis data primer seperti kuisioner, sedangkan model struktural (Inner Model)

digunakan untuk uji kausalitas yakni pengujian hipotesis dengan model prediksi. Selain itu Jogiyanto (2011) juga menyebutkan PLS sebagai persamaan struktural berbasis varian yang bertujuan untuk memprediksi model dalam hal

pengembangan teori.

Lebih lanjut, PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri OLS untuk menghindari identifikasi model yang bersifat non-recursive (model yang bersifat reciprocal antara variabel indpenden dan dependen), sehingga PLS mampu mengukur data dengan skala berbeda-beda secara bersamaan dan PLS juga mampu menjalankan pada data yang berukuran kecil.


(60)

42

3.3.1.Pengukuran Model (Outer Model)

Suatu penelitian memerlukan konsep dan model penelitian yang dapat melewati tahap purifikasi dalam model pengukuran sebelum penelitian tersebut dapat diuji dalam suatu model prediksi hubungan relasional dan kausal (Jogiyanto, 2011). Pengukuran suatu model penelitian sendiri digunakan untuk menguji validitas konstruk dan reliabilitas instrumen.

Cooper et al. (2006) dalam Jogiyanto (2011) menyebutkan bahwa uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi responden data primer. Penelitian ini merupakan penelitian dengan data sekunder sehingga pengujian reliabilitas tidak perlu dilakukan.

3.3.1.1 Uji Validitas

Dalam Jogiyanto (2011) disebutkan bahwa dalam mengukur validitas diskriminan suatu pengukur konstruk penelitian dapat mengunakan metode AVE, yaitu dengan membandingkan akar AVE untuk setiap konstruk dengan korelasi anatara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai validitas diskriminan yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar sama dengan dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model penelitian. Berikut tabel parameter uji validitas dalam PLS:


(61)

Tabel 3.2. Parameter Uji Validitas dalam Model Pengukuran PLS

Uji Validitas Parameter Rule of Thumbs

Konvergen

Faktor loading Lebih dari 0,7

Average Variance Extracted (AVE) Lebih dari 0,5

Communality Lebih dari 0,5

Diskriminan

Akar AVE dan Korelasi variabel laten Akar AVE > Korelasi variabel laten

Cross loading Lebih dari 0,7 dalam

suatu variabel

Sumber: Jogiyanto (2011). Bab 8 Evaluasi Model Hal. 71 yang diadaptasi dari Chin 1995

3.3.2.Pengukuran Struktur Model (Inner Model)

Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan parameter hubungan kausalitas antar variabel konstruk, yaitu antara variabel dependen dengan variabel independennya. Nilai dari parameter koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis, untuk nilai koefisien path atau inner model yang ditunjukkan oleh nilai T-statistik, harus lebih dari 1,96 untuk hipotesis dua arah (two-tailed) dan lebih dari 1,64 untuk hipotesis satu arah (one-tailed) untuk pengujian hipotesis pada alpha 5% dan power 80% (Hair et al., 2008 dalam Jogiyanto, 2011).

Dalam penelitian ini digunakan uji satu arah dengan tingkat kepercayaan 5%, dengan spesifikasi model secara struktural sebagai berikut:


(62)

44

Uji H1, H2, dan H3:

� �� = 0+ 1 �� ��+ 2 �� ��+ 3 ���� +��… …(1)

� = 0+ 1 �� ��+ 2 �� ��+ 3 ���� +�� … …(2)

Uji H4:

� � = 0+ 1 �� ��+ 2 �� ��+ 3 ���� +�� … …(3)

Uji H5:

� �� = 0+ 1� +�� … …(4)

� = 0 + 1� +�� … …(5)

Keterangan:

Persi = Persisten akrual sebagai proksi pengukuran kualitas laba; KML = Ketiadaan manajemen laba;

CG = Corporate Governance atau penerapan tata kelola perusahaan; KepKel = Persentase Kepemilikan Keluarga;

KepMen = Persentase Kepemilikan Manajerial; KepIns = Persentase Kepemilikan Institusional;

ε = Eror term.

3.3.3.Pengukuran Pengaruh Variabel Mediasi

Dalam menguji pengaruh variabel intervening digunakan suatu metode analisis jalur atau Path Analysis. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi yang digunakan untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari


(63)

seperangkat variabel, dan juga sebagai variabel penyebab terhadap seperangkat variabel lain yang merupakan variabel akibat.

Menurut Baron dan Kenney (1986) dalam Jogiyanto (2011) untuk menguji efek mediasi harus memperhatikan hubungan langsung variabel independen terhadap dependennya, apabila hubungan tersebut adalah signifikan maka efek mediasi dapat dilanjutkan dan jika tidak maka sebaliknya. Kemudian setelah diketahui pengaruh langsung variabel independen dengan variabel dependennya dilakukan analisis dengan membandingkannya dengan pengaruh tidak langsungnya (timbul akibat adanya variabel pemediasi) untuk mengetahui pengaruh total yang timbul akibat adanya variabel pemediasi.


(64)

72

BAB V

KESIMPULAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang dilakukan mengenai pengaruh persentase struktur kepemilikan saham terhadap kualitas laba yang dimiliki dengan penerapan corporate governance sebagai variabel pemediasi, maka dapat disimpulkan bahwa persentase struktur kepemilikan saham tidak dapat

mempengaruhi kualitas laba perusahaan. Hal ini dikarenakan struktur

kepemilikan saham tidak dapat memberikan hasil yang siginifikan pada masing-masing proksi kualitas laba, oleh karena itu berdasarkan kaidah pengambilan kesimpulan secara umum, maka hipotesis 1, 2, 3 dan hipotesis 5 ditolak, sedangkan hipotesis 4 diterima.

Kesimpulan lebih lanjut dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Struktur kepemilikan baik itu struktur kepemilikan manajerial,

institusional maupun keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba yang diukur dengan ketiadaan manajemen laba dan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap persistensi akrualnya. Dapat dikatakan struktur kepemilikan saham suatu perusahaan belum mampu


(1)

5.3Saran

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat direkomendasikan, diantaranya:

1. Dalam mengukur kualitas laba perusahaan, penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi yang lain selain dua pengukuran pada penelitian ini. Dengan tetap memperhatikan bahwa kualitas laba merupakan variabel yang mengharuskan pengukurannya dilakukan secara multidimensional.

2. Melakukan analisis perbandingan antara struktur kepemilikan

terkonsentrasi dengan struktur kepemilikan publik, sehingga penelitian selanjutnya dapat mengetahui struktur kepemilikan yang lebih

berpengaruh.

3. Mencari indeks corporate governance selain hasil IICG pada majalah SWA, dengan maksud untuk memberikan varian yang berbeda pada pengukuran tingkat kepercayaan masyarakat atas penerapan corporate governance.

4. Apabila menggunakan variabel NOA dalam penelitian, sebaiknya meneliti

dengan seksama mengenai kegiatan operasional perusahaan, sehingga penelitian selanjutnya dapat menentukan aset-aset operasional perusahaan yang akan memberikan hasil yang lebih mendalam.


(2)

5. Perlunya penambahan variabel independen yang lainnya dan atau variabel kontrol untuk penelitian selanjutnya, guna meningkatkan kemampuan model penelitian.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A., T. Chen, dan S. Radhakrisnan. 2007. Corporate Disclosure by Family Firms. Journal of Accounting and Economics, Vol. 44: 238-286.

Beasley, M. S. 1996. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, vol. 71 no. 4 (Oct.), pp: 443-465.

Bellovery, J.L., Gaicomino, D.E., dan Akers, M.D. 2005. Earnings Quality: It’s Time to Measure and Report. The CPA Journal: 72, 11: 32-37.

Cadbury, S. A. (2000). The Corporate governance agenda : Corporate governance. An International Review, 8(1), 7-15.

Carolina, A.I. dan Wardhani, R. 2011. The Effect of Accounting Disclosure, Concentrated Ownership, and Accounting Harmonization to Earnings Quality: The Case of Asia Pacific. Simposium Nasional Akuntansi XIV. IAI, Aceh 2011

Claessens, S., Djankov, S., dan Lang, L. H. 2000. The separation of ownership and control in East Asian corporations. Journal of financial Economics, 58(1), 81 112.

Corporate Governance Perception Index. 2012 . GCG Dalam Perspektif Pengetahuan. Diperoleh 11 November 2013, dari www.iicg.org

Eisenhardt, K. M. (1989). Building theories from case study research. Academy of management review, 14(4), 532-550.

Dechow, Patricia .M., Richard, G. Sloan dan Sweeney, Amy. P. 1996. Cause and Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firm Subject to Enforcement Actions by the SEC. Contemporary Accounting Research, Vol 13 no. 1, 1-36.

Demsetz, H., dan Lehn, K. 1985. The structure of corporate ownership: Causes and consequences. The Journal of Political Economy, 1155-1177.


(4)

Dewi, S. C. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 10(1), 47-58.

Durnev, A., dan Kim, E.H. 2003. To steal or Not to Steal: Firm Attributes, Legal Environment, and Valuation. Working Paper.

Faccio, M., dan Lang, L. H. 2002. The ultimate ownership of Western European corporations. Journal of financial economics, 65(3), 365-395.

Farida, Y. N., Prasetyo, Y., dan Herwiyanti, E. 2010. Pengaruh Penerapan Corporate governance Terhadap Timbulnya Earnings Management Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12(2), 69-80.

Febrianto, R., dan Widiastuty, E. 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi: Mana Yang Lebih Bermakna Bagi Investor?. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo, 15 – 16 September 2005.

Givoly., Hayn, Carla K., dan Katz, Sharon P. 2010. Does Public Ownership of Equity Improve Earnings Quality?. The Accounting Review: 85, 1: 195– 225

Hadiprajitno, P.B. 2013. Struktur Kepemilikan, Mekanisme Tata Kelola Perusahaan, Dan Biaya Keagenan Di Indonesia (Studi Empirik pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi Dan Auditing, 9(2), 97-127.

Hanazaki, M. dan Q. Liu. 2006. Corporate governance and investment in East Asian firms-empirical analysis of family-controlled firms. Journal of Asian Economics 18 (2007) 76–97.

Hikmah, Noor., Chairina., Rahmayanti, D. 2011. Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh 2011.

Isnanta, Rudi. 2008. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan

Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Skripsi Program

Studi Akuntansi. Universitas Islam Indonesia.

Juniarti, dan Agnes A.S. 2009. Pengaruh Good Corporate Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Costs of Debt). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 2, November: 88-100.

Jenkins, D. S., dan Velury, U. 2008. Does auditor tenure influence the reporting of conservative earnings?. Journal of Accounting and Public Policy, 27(2), 115-132.


(5)

Jones, J. J. (1991). Earnings management during import relief investigations. Journal of accounting research, 193-228.

Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4), 305-360.

Jogiyanto, H.M. 2011. Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling Berbasis Varian Dalam Penelitian Bisnis. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

________. dan Abdillah, W. 2009.Konsep dan Aplikasi PLS (partial least square) untuk penelitian empiris. Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA

Khafid, M. 2012. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dan Struktur Kepemilikan Terhadap Persistensi Laba. Jurnal Dinamika Akuntansi, 4(2).

Koh, P., 2003 On the Association between institutional ownership and aggressive corporate earnings management in Australia, The British Accounting Review 35.

La Porta, R., Lopez, de Silanes., Shleifer, A., dan Vishny, R. 1999. Investor protection and corporate valuation. NBER Working Paper Series, 7403. Lei, Adrian C.H. dan Song, F.M. 2008. Corporate governance, Family Ownership,

and Firm Valuations in Emerging Markets: Evidence from Hong Kong Panel Data. School of Economics and Finance.

Midiastuty, P dan Mas’ud, M. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate

Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional

Akuntansi VI. IAI, 2003.

Mitra S., 2002. The Impact of institutional stock ownership on the firm earnings management practices: An empirical investigation, Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College, PhD Thesis Murwaningsari, E. 2008. Pengujian Simultan: Beberapa Faktor yang

Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC). Proceeding

SNA11 Pontianak.

Retno, R. D., dan Priantinah, D. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai

Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010). Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 1(2).

Sabrinna, A. I., dan Adiwibowo, A. S. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Doctoral


(6)

Schipper, K., dan Vincent, L. 2003. Earnings quality. Accounting horizons, 17, 97-110.

Shleifer, A. dan Vishny, R.W. 1986. Large Shareholders and Coporate Control. Journal of Political Economy, Vol. 94, No. 3, pp. 461-488.

Siahaan, F. O. 2013. Peran Praktek GCG Memediasi Pengaruh Struktur

Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen, 11(2).

Siallagan, H., dan Mas’ud M. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas

Laba Dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Siregar, Sylvia Veronica. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran

Perusahaan, Dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (earnings management) Dan Kekeliruan Penilaian Pasar. Disertasi Program Studi Ilmu Manajemen Pascasarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Sugiharto, T. 2009. Hubungan antara Kepemilikan Manajerial, Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Tobin's q dengan Good

Corporate governance pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Magister Management Universitas Indonesia.

Surifah. 2010. Kualitas Laba Dan Pengukurannya. Jurnal Ekonomi, Manajemen

and Akuntansi Vol. 8 No. 2. Mei - Agustus 2010

Wang, D. 2006. Founding family ownership and earnings quality, Journal of Accounting and Research 44: 619–655.

Wardhani, Ratna. 2009 Pengaruh Proteksi Bagi Investor, Konvergensi Standar Akuntansi, Implementasi Corporate Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Kualitas Laba: Analisis Lintas Negara Di Asia. Disertasi Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Ward, J.L. 1987. Keeping the Family business healthy: How the plan for

continuing growth, profitability, and family leadership. San Fransisco: Jossey Bass.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Value Added Intellectual Capital, Good Corporate Governance Dan Pergantian Ceo Terhadap Kinerja Perusahaan : Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

1 24 144

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 4 80

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA

0 0 16

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Effect of Corporate Governance and Ownership Structure of Financial Performance) Maduretno Widowati )

0 0 13

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KUALITAS LABA DENGAN KONVERGENSI IFRS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI ARTIKEL ILMIAH

0 0 19

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP KUALITAS LABA DENGAN KONVERGENSI IFRS SEBAGAI VARIABEL MEDIASI - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

PENGARUH STRUKTUR GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA DENGAN INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 16

Analisa Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Intellectual Capital Melalui Capital Structure Sebagai Variabel Intervening

0 0 12

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EARNING MANAGEMENT DENGAN CAPITAL STRUCTURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 12

PENGARUH KUALITAS LABA TERHADAP YIELD OBLIGASI DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 0 17