PENGARUH PERBEDAAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP KECEPATAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max) (Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PERBEDAAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP KECEPATAN

PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max)

(Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten

Pringsewu) Oleh

SINGGIH PRIMANTORO SANTOSO

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk

kompos, interval penyiraman serta interaksinya terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai dan menggunakannya sebagai sumber materi dalam pembuatan LKS sub materi pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII. Data yang diamati berupa data kuantitatif kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai dan data kualitatif berupa deskripsi kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Data dianalisis ragam dan diuji BNJ taraf 5%.

Penelitian menggunakanRancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor perlakuan dan diulang sebanyak 4 kali. Faktor pertama yaitu perbedaan pemberian pupuk kompos yang terdiri dari dosis 2,5; 5; 7,5 Ton/Ha. Faktor kedua yaitu interval penyiraman yang terdiri dari 0,5 L/hari, 0,5 L/2 hari, dan 0,5 L/3 hari.


(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interval penyiraman 0,5 L/hari berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai periode 7-14 dan 21-28 HST sedangkan 0,5 L/3hari berpengaruh nyata pada periode 14-21 HST.

Aplikasi LKS dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu dan diperoleh nilai rerata 82 sehingga hasil penelitian dinyatakan sangat layak serta dapat digunakan sebagai sumber materi dalam pembuatan LKS sub materi pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada SMA kelas XII.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pajaresuk, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu pada 21 Juni 1991, yang merupakan anak semata wayang dari pasangan Bapak Edy Santoso (alm) dan Ibu Mikail Endang Susilowati. Penulis beralamat di Dusun Padang Bulan RT 002/RW 004, Kelurahan Pajaresuk, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Kode Pos 35373 dan CP 08975788967.

Pendidikan yang ditempuh oleh penulis adalah TK Xaverius Pringsewu tamat tahun 1997, kemudian SD Fransiskus Pringsewu tamat tahun 2003, selanjutnya SMP Negeri 1 Pringsewu tamat tahun 2006, lalu SMA Negeri 1 Pagelaran tamat tahun 2009. Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Lambu Kibang, Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Desa Kibang Yekti Jaya, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan melaksanakan penelitian murni di Dusun Padang Bulan kemudian diaplikasikan dalam penelitian pendidikan di SMA Negeri 1 Pagelaran untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2014).


(8)

----

Moto

----

Aku senantiasa mengucap syukur kepada Allahku karena

kasih karunia yang dianugerahkanNya kepada kita dalam

Yesus Kristus”

___Injil Korintus 1: 4___

“Ciri orang yang beradab ialah dia sangat rajin dan suka

belajar, dia tidak malu belajar dari orang yang berkedudukan

lebih rendah darinya

.”

___Confucius___

“Seorang pemberani adalah

dia yang tidak membabi buta

melompat masuk ke dalam jurang, melainkan masuk dengan

perlahan-lahan dan dengan mata terbuka setelah mengukur

dalamnya.”

___ Stahl P.J___

“Masa depan

yang baik

itu dibeli oleh masa sekarang.”

___Samuel Jhonson___

Kerja keras, sabar, selalu bersyukur dan berdoa serta jangan

pernah merasa iri pada orang lain. Tuhan telah

menggariskan kita untuk hidup dengan jalan masing-masing,

Jangan takut, Ia selalu bersama kita.


(9)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih karunia, rahmat serta belas kasih-Nya yang amat tak terhingga.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada: Ayahku Aloysius Edy Santoso (alm) yang ada di surga dan Ibuku tercinta Mikail Endang Susilowati, yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh perjuangan, cinta dan kasih

sayang yang tak pernah padam, serta selalu mengajarkanku akan kedisiplinan. Aku berjanji untuk membahagiakan dan melanjutkan cita-cita mereka. Aku akan berjuang untuk

membanggakan mereka.

Keluarga besarku di Lampung dan Malang (Jawa Timur) yang selalu mengiringi langkahku dengan doa, selalu memotivasiku tak kenal lelah, dan membimbingku dalam segala hal. Nur Hayati tersayang yang selalu memberiku perhatian, semangat dan motivasinya setiap waktu

tanpa henti dikala aku terjatuh, jenuh, sedih, lelah dan terpuruk.

Guru-guru yang telah menuntun dan mengajarkanku segala ilmu yang bermanfaat tak kenal lelah dan tanpa pamrih.

Rekan seperjuangan (Taufik, Destra, Aji) yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

Sahabat -sahabat karibku (Dani, Ririn, Betari, Jeni, Hendri dan Yayoz) yang selalu ada disaat susah dan senang serta menganggapku seperti keluarga sendiri. Teman-teman Mahasiswa Pendidikan Biologi Unila Angkatan 2010, Kalian telah mengajarkanku arti persaudaraan sejati

dan juga memberikan pengalaman terbaik dalam kehidupanku selama perkuliahan. Keluarga Pierre KKN-KT Kibang Yekti Jaya (Nurul, Dita, Galuh, Hendra, Yulia, Anesya, dan

Juwiza), Kalian telah mengajariku pengalaman hidup yang tak terhingga selama KKN, kalian pula yang mampu membimbingku hingga aku mampu merubah sikapku menjadi lebih baik


(10)

SANWACANA

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul

“Pengaruh Perbedaan Pemberian Dosis Pupuk Kompos dan Interval Penyiraman Terhadap Kecepatan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max). (Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Dr. Rochmah Agustrina, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini; 6. Dra. Tundjung Tripeni H., M.S., selaku Pembahas yang telah memberikan


(11)

xi

7. Seluruh dosen Pendidikan Biologi yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama perkuliahan;

8. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pagelaran yang telah memberikan izin penelitian, serta guru pembimbing Ibu Endang Wahyuningsih S. Pd, terima kasih untuk bimbingan dan masukkannya selama saya penelitian;

9. Orang tua dan keluarga besar, yang telah mendidik dan membesarkanku dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, serta selalu memberikan yang terbaik dalam kehidupanku;

10.Teman-teman Pendidikan Biologi 2010, kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA, serta teman-teman KKN-KT Kibang Yekti Jaya, terimakasih atas bantuan, dukungan dan persahabatan yang sangat berharga; 11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 12.Almamater tercinta, Universitas Lampung;

Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis


(12)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

D. Kerangka Pikir ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Tujuan Penelitian ... 10

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kedelai ... 12

a) Sejarah tanaman Kedelai ... 12

b)Taksonomi ... 12

c) Habitat ... 13

d)Morfologi ... 14

B. Pertumbuhan ... 17

C. Pupuk Kompos ... 19

D. Peran Air Bagi Tanaman ... 22

E. Lembar Kerja Siswa ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Alat dan Bahan ... 27

C. Rancangan Penelitian ... 28

D. Pelaksanaan Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Analisis Data ... 31


(13)

xiv

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN C. Simpulan ... 46

D. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria penilaian kelayakan LKS ... 31

2. Pengaruh dosis pupuk kompos terhadap tinggi tanaman kedelai... 33

3. Pengaruh interval penyiraman terhadap tinggi tanaman kedelai. ... 34

4. Pengaruh interaksi dosis pupuk kompos dan interval penyiraman

terhadap tinggi tanaman kedelai... 35 5. Pengaruh interval penyiraman terhadap kecepatan pertumbuhan

kedelai. ... 38 6. Kriteria Kelayakan LKS ... 39


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik tinggi tanaman kedelai (cm) akibat pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk kompos dan interval penyiraman hingga 28

HST ... 36 2. Grafik kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai (cm/hari) akibat

pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk kompos dan interval


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta

menimbulkan perubahan diri sehingga memungkinkan dapat berfungsi dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004: 79). Pendidikan merupakan suatu aktivitas sosial yang memungkinkan masyarakat tetap ada dan berkembang. Kegiatan pokok dalam proses pendidikan adalah belajar. Secara psikologis, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu indikasi terjadinya proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang, baik dalam ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilannya (psikomotorik) (Winkel, 1989: 36). Menurut Rooijakkers (1991:114), proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses interaksi tenaga pendidik dan peserta didik serta sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar pada kerangka keterlaksanaan program pendidikan.


(17)

2 Salah satu aspek keilmuan yang wajib di berikan bagi peserta didik di tingkat SMA bidang IPA adalah Biologi. Mata pelajaran Biologi pada jenjang SMA bertujuan agar siswa memiliki sikap positif terhadap alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, membentuk kepribadian yang baik, memupuk sikap ilmiah dalam rangka mengembangkan potensi alam sebagai sumber

pengetahuan, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mempelajari Biologi tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang makhluk hidup, namun juga pengetahuan tentang metode memperoleh ilmu

pengetahuan tersebut dan bagaimana memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Dengan demikian, pembelajaran Biologi dituntut tidak hanya sekedar teori, tetapi juga ditekankan kepada bukti dan aplikasinya dalam kehidupan. Salah satu contohnya yaitu pada materi SMA kelas XII semester I yang mengharuskan siswa untuk melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) SMA kelas XII semester I yaitu Standar Kompetensi (SK) 1 adalah Melakukan Percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dan Kompetensi Dasar (KD) 1.2 adalah Melaksanakan percobaan pengaruh faktor luar terhadap

pertumbuhan tumbuhan. SK dan KD menjadi acuan yang mewajibkan siswa untuk melakukan percobaan, khususnya untuk sub materi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebagai bahan kajian Biologi di SMA sehingga diperlukan LKS untuk menunjang percobaan. Materi yang diajukan sebagai topik untuk percobaan yaitu pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai.


(18)

3 Pertumbuhan adalah perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang

meliputi pertambahan ukuran tubuh, sedangkan perkembangan adalah proses untuk mencapai kematangan fungsi organisme. Selama masa pertumbuhan, organisme mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan secara

bersama-sama. Contoh pertumbuhan pada tanaman yaitu penambahan tinggi batang, atau bertambah panjang akar, dan penambahan ukuran lebar daun. Contoh perkembangan tanaman antara lain munculnya daun pertama serta terbentuknya lingkaran tahun batang.

Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril) telah dibudidayakan sejak 1500 tahun sebelum Masehi. Kedelai diperkirakan berasal dari dataran Cina, karena di sanalah mula-mula kedelai ditanam, dan banyak dijumpai jenis kedelai liar. Dari Cina, kedelai menyebar ke Asia Timur seperti Jepang, Korea lalu ke Asia Tenggara dan Indonesia. Di Indonesia, terutama di Jawa dan Bali, kedelai sudah ditanam sejak tahun 1750. Sedangkan Amerika Serikat, negara

produsen kedelai (Glycine max) terbesar di dunia baru mulai menanam kedelai tahun 1920, dan Brasil, negara produsen kedelai nomor dua terbesar di dunia baru mulai menanam kedelai tahun 1950 (Sumarno, 1991: 7).

Kedelai memiliki manfaat yang tinggi karena bisa diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap rasa masakan. Sebagai makanan, kedelai sangat berkhasiat bagi pertumbuhan dan menjaga kondisi sel-sel tubuh. Kedelai banyak mengandung unsur dan zat-zat makanan penting seperti air, protein, lemak, karbohidrat, dan mineral (Aak, 2012: 12). Mengingat


(19)

4 kandungan nutrisinya, maka kedelai banyak dibudidayakan di Indonesia untuk sumber pangan yang bergizi dan ekonomis.

Budidaya kedelai harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya habitat yang cocok, persiapan media tanam, cara menanam benih, serta cara pemeliharaannya. Habitat yang cocok untuk tanaman kedelai adalah tanah yang subur, gembur dan kaya humus atau bahan organik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri rhizobium adalah 5,8 - 7,0. Nilai pH di atas 7,0 menyebabkan klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning. Curah hujan yang cocok untuk kedelai berkisar antara 100 mm – 400 mm/bulan, dengan lama penyinaran matahari 12 jam per hari, dan kelembaban rata-rata 60 - 70% (Aak, 2012: 15-16).

Di kawasan Asia, Indonesia menempati Negara dengan luas areal tanam ketiga terbesar (1,4 juta Ha) setelah Cina (8 juta Ha) dan India (4,5 juta Ha). Indonesia juga dikenal sebagai Negara penghasil kedelai (Glycine max) keenam terbesar di dunia, setelah USA, Brasil, Argentina, Cina, dan India, namun produktivitasnya masih rendah (Wudianto dalam Cahyani dkk., 2011: 2). Produksi kedelai nasional pada tahun 2012 sebesar 843 ribu ton biji kering mengalami penurunan dari tahun 2011 dan 2010. Produksi kedelai nasional tahun 2011 sebesar 870 ribu ton dan tahun 2010 sebesar 907 ribu ton biji kering (Badan Pusat Statistik, 2013: 7). Data diatas menggambarkan bahwa produktivitas kedelai dalam 2 tahun terakhir mengalami penurunan. Penggunaan pupuk anorganik atau pupuk buatan secara terus menerus diduga


(20)

5 sebagai salah satu penyebabnya karena mengakibatkan rusaknya kesuburan dan struktur tanah menurun. Penggunaan pupuk organik seperti kompos diharapkan mampu untuk mengembalikan tingkat hara, perbaikan struktur, dan meningkatkan populasi mikroba tanah. Selain itu, takaran air yang tepat juga diharapkan mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi kedelai (Isroi dan Yuliarti, 2009: 1).

Kompos atau humus adalah sisa-sisa organisme yang telah melapuk, bentuknya sudah berubah menjadi seperti tanah, dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Kompos mengandung nutrisi tanaman yang lebih rendah dibanding dengan pupuk mineral/kimia, tetapi kompos mempunyai kelebihan lain seperti mempunyai peran dalam memperbaiki kondisi tanah baik secara fisik maupun mikrobiologis yang sangat berpengaruh pada nutrisi tanaman

(Isro’I dalam Cahyani dkk., 2011: 2).

Secara kimia, kompos dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK), ketersediaan unsur hara, dan ketersediaan asam humat. Asam humat

membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Secara biologi, kompos merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah. Dengan adanya kompos, fungsi bakteri, serta mikroorganisme yang menguntungkan lainnya akan berkembang lebih cepat. Banyaknya mikroorganisme tanah yang menguntungkan dapat menambah kesuburan tanah (Yuwono dalam Cahyani


(21)

6 dkk., 2011: 4). Dosis pupuk kompos yang digunakan oleh Rio Marthin dkk. (2011) yaitu: 1, 2, dan 3 ton/ha tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman kedelai dibandingkan dengan kontrol.

Selain pupuk, air merupakan unsur yang berperan penting dalam proses pertumbuhan tanaman. Air merupakan bagian faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur organ tumbuhan. Menurut Gardner et al. (dalam Parwati, 2007: 1), air dalam tumbuhan

berperan sebagai penyusun utama jaringan tumbuhan, pelarut dan medium reaksi metabolisme, medium transpor zat terlarut, mempengaruhi turgor sel, bahan baku fotosintesis, dan evaporasi air untuk mendinginkan permukaan tanaman. Mengingat pentingnya peran air, maka tanaman memerlukan sumber air yang tetap dan tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Interval penyiraman yang digunakan Suhartono dkk. (2008) yaitu: 1 liter/hari, 1 liter/2 hari, dan 1 liter/3 hari mempengaruhi rata-rata tinggi tanaman, dan perlakuan interval penyiraman 1 liter/2 hari menghasilkan tanaman yang paling tinggi.

Dalam skripsi ini diajukan kajian tentang pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk kompos dan interval penyiraman terhadap kecepatan

pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max). Hasil penelitian digunakan dalam pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa SMA kelas XII untuk menunjang pembelajaran.


(22)

7 B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan diatas maka beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Apakah perbedaan pemberian dosis pupuk kompos berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai?

2. Apakah interval penyiraman air berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai?

3. Apakah interaksi antara dosis pupuk kompos dan interval penyiraman berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai?

4. Apakah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber materi dalam pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa SMA kelas XII?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pupuk kompos dan air sebagai subjek penelitian. 2. Tanaman kedelai sebagai objek penelitian.

3. Perbedaan pemberian dosis pupuk kompos dan interval penyiraman yang diberikan sebagai perlakuan dalam penelitian.

4. Kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max) adalah variabel yang diukur sebagai respon tanaman terhadap perlakuan yang diberikan. 5. Pertumbuhan kedelai dalam penelitian ini akan diamati selama 1 bulan. 6. Aplikasi LKS dilakukan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran


(23)

8 D. Kerangka Pikir

Kedelai banyak mengandung unsur dan zat-zat makanan penting seperti air, protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Mengingat kandungan nutrisinya, maka kedelai banyak dibudidayakan di Indonesia untuk sumber pangan yang bergizi dan ekonomis. Budidaya kedelai harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya habitat yang cocok, persiapan media tanam, cara menanam benih, serta cara pemeliharaannya.

Tanaman kedelai memiliki faktor yang mempengaruhi kecepatan

pertumbuhannya antara lain faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhannya antara lain pupuk kompos dan air. Kompos dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK), ketersediaan unsur hara, dan ketersediaan asam humat. Asam humat

membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Dosis pupuk kompos yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu 1, 2, dan 3 ton/ha tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan kedelai

Air dalam pertumbuhan tanaman berperan sebagai penyusun utama jaringan tanaman, pelarut dan medium reaksi metabolisme sel, medium transpor zat terlarut, mempengaruhi turgor sel, bahan baku fotosintesis, dan evaporasi air untuk mendinginkan permukaan tanaman.Interval penyiraman 1 liter/hari, 1 liter/2 hari, dan 1 liter/3 hari mempengaruhi rata-rata tinggi tanaman kedelai dengan perlakuan interval penyiraman 1 liter/2 hari yang memberikan hasil yang tertinggi.


(24)

9 Dalam penelitian ini perbedaan dosis pupuk kompos dan interval penyiraman yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dosis pupuk kompos adalah: 2,5 ton/ha; 5 ton/ha; dan 7,5 ton/ha. Sedangkan interval penyiraman adalah: 0,5 liter/hari; 0,5 liter/2hari; dan 0,5 liter/3 hari

Hubungan antara variabel bebas, yaitu perbedaan dosis pupuk kompos (X) dan interval penyiraman (Y) dengan variabel terikat, yaitu kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai (Z) dapat digambarkan pada diagram di bawah ini:

X = Dosis pupuk kompos (variabel bebas).

Y = Interval penyiraman tanaman kedelai (variabel bebas). Z = Kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai (variabel terikat).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu agar berguna bagi: 1. Peneliti

Dapat mengetahui dosis pupuk kompos dan interval penyiraman yang tepat serta optimum bagi kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.

Y

z

x


(25)

10 2. Guru

Dapat menambah wawasan guru bahwa dosis pupuk kompos dan interval penyiraman yang tepat dapat mengoptimalkan kecepatan pertumbuhan kedelai (Glycine max) serta mengetahui bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber materi dalam pembuatan LKS kelas XII SMA.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk kompos terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.

2. Mengetahui pengaruh interval penyiraman air terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis pupuk kompos dan interval penyiraman terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.

4. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa kelas SMA kelas XII.

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. H0 = Perbedaan pemberian dosis pupuk kompos tidak berpengaruh

nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai. H1 = Perbedaan pemberian dosis pupuk kompos berpengaruh nyata

terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.


(26)

11 kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max).

H1 = Interval penyiraman air berpengaruh nyata terhadap

kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.

3. H0 = Interaksi antara dosis pupuk kompos dan interval penyiraman tidak

berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.

H1 = Interaksi antara dosis pupuk kompos dan interval penyiraman

berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai.

4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber materi dalam pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa SMA kelas XII.


(27)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Kedelai

a) Sejarah Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar

Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril), berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, kedelai mulai dibudidayakan pada abad ke-17 sebagai tanaman sumber makanan dan pupuk hijau (Djasuli dalam Suhartono dkk., 2008: 1).

b) Taksonomi

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu

Glycine soja dan Soja max . Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu

Glycine max (L.) Merill. Menurut Adisarwanto (2005) klasifikasi tanaman kedelai adalah sebagai berikut.

Regnum : Plantae


(28)

13 Super Divisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Subclassis : Rosidae

Ordo : Fabales Familia : Fabaceae Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merr.

c) Habitat

Kedelai (Glycine max) tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab dengan curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan dan curah hujan optimum antara 100-200 mm/bulan (Aak, 2012: 15). Suhu yang baik untuk pertumbuhan kedelai antara 21-34 0C, dan tumbuh optimum pada suhu 23-27 0C. Suhu optimum untuk perkecambahan kedelai adalah 30 0C. Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Irwan, 2006: 12-13).

Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus untuk persyaratan tumbuhnya. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar.


(29)

14 Toleransi keasaman tanah untuk pertumbuhan kedelai (Glycine max) adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh. Namun pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terhambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik (Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan, 2005).

d) Morfologi

Kedelai memiliki susunan akar yang baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah. Pada kelembaban tanah yang rendah, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Sistem perakaran kedelai membentuk banyak akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Pada akar – akar cabang banyak terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat nitrogen bebas (N2) dari udara (Sumarno, 1991: 16).

Kedelai merupakan tanaman berbatang perdu dengan tinggi 30-100 cm. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pada tipe


(30)

15 tanaman mulai berbunga. Sementara pada tipe pertumbuhan batang

indeterminate, daun masih bisa tumbuh pada pucuk batang, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Varietas hasil persilangan dari kedua tipe diatas memiliki sifat pertumbuhan batang yang mirip keduanya dan dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate. Jumlah buku pada batang dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate. Pada tanaman kedelai (Glycine max) yang sangat muda, yaitu saat keping biji pada kecambah belum jatuh, batang berwarna ungu atau hijau dan dibedakan menjadi bagian batang di bawah keping biji disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil (Firmanto, 2011: 10-11).

Bentuk daun kedelai umumnya ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Bentuk daun diduga mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Di daerah yang mempunyai tingkat

kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai berdaun lebar. Stomata daun berjumlah antara 190-320 buah/m2. Pada buku pertama kedelai hanya tumbuh sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun majemuk tiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas atau


(31)

16 bunga muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun

menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang (Irwan, 2006: 4).

Bunga kedelai (Glycine max) disebut bunga kupu-kupu, mempunyai dua mahkota dan dua kelopak bunga yang berwarna putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh pada ketiak daun, berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada tiap ketiak daun biasanya terdapat 3-15 kuntum bunga, tetapi hanya beberapa bunga yang dapat membentuk polong.

Bunga kedelai memiliki 10 buah benang sari, sembilan diantaranya bersatu pada bagian pangkal dan membentuk seludang yang mengelilingi putik, sedangkan benang sari yang ke sepuluh terpisah pada bagian pangkalnya dan seolah-olah menjadi penutup seludang. Bila putik dibelah, di

dalamnya terdapat tiga bakal biji (Firmanto, 2011: 12). Bunga kedelai termasuk bunga sempurna karena setiap bunga memiliki alat kelamin jantan dan betina dengan tipe penyerbukan sendiri. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan

perkawinan silang alami amat kecil. Kedelai dapat berbunga dengan usia beragam antara 30-50 hari, tergantung pada varietasnya. Pembungaan sangat dipengaruhi oleh lama penyinaran dan suhu. Kedelai termasuk tanaman hari pendek, tidak akan berbunga bila lama penyinaran melebihi batas kritis, yaitu sekitar 15 jam (Sumarno, 1991: 17).


(32)

17 Buah kedelai (Glycine max) berbentuk polong dengan jumlah biji rata-rata 1-4 tiap polong. Polong kedelai mempunyai bulu berwarna

kuning-kecoklatan atau abu-abu. Dalam proses pematangan, warna polong

berubah menjadi lebih tua, warna hijau menjadi kehitaman tau kecoklatan. Polong yang telah kering mudah pecah dan melentingkan biji-bijinya. Jumlah polong per pohon beragam tergantung pada varietas, kesuburan tanah, dan jarak tanam (Sumarno, 1991: 18-19).

B. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang ditandai dengan pertambahan ukuran tubuh. Contoh pertumbuhan pada tanaman antara lain bertambahnya tinggi batang, bertambahnya panjang akar,dan melebarnya ukuran daun. Dengan demikian, aktivitas pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.

Kecepatan pertumbuhan semua tanaman termasuk kedelai dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala aspek yang berasal dari tanaman itu sendiri yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain gen dan hormon. Gen mempengaruhi pertumbuhan melalui sifat yang diwariskan dan sintesis protein yang dikendalikannya, adapun hormon tumbuhan (fitohormon) mempengaruhi kecepatan pertumbuhan melalui proses fisiologi didalam jaringan tumbuhan. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan yaitu dari lingkungan atau ekosistem yang terdiri dari nutrisi, air, suhu, kelembaban, dan cahaya. Nutrisi adalah sumber energi dan sumber


(33)

18 materi untuk mensintesis berbagai komponen sel. Tidak hanya karbondioksida dan air saja yang dibutuhkan tumbuhan untuk bisa tumbuh dengan baik, tetapi juga beberapa unsur mineral. Menurut jumlah yang di butuhkan oleh

tumbuhan, unsur mineral ini dibedakan menjadi 2: (a) makroelemen yaitu golongan unsur-unsur mineral yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, meliputi oksigen, karbon, hidrogen, sulfur, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium; (b) mikroelemen yaitu golongan unsur mineral yang

dibutuhkan dalam jumlah sedikit, meliputi besi, klorin, tembaga, seng, molibddenum, boron, dan nikel. Mikroelemen ini berfungsi sebagai kofaktor, yaitu reaksi enzimatik dalam tumbuhan. Kekurangan nutrisi menyebabkan tumbuhan mengalami defisiensi sehingga pertumbuhannya terganggu (Gardner et al., 1991: 247-253).

Perkembangan adalah proses untuk mencapai kematangan fungsi organisme.

Selama masa pertumbuhan, organisme mengalami proses perkembangan secara bersama-sama, proses ini berperan dalam menyempurnakan fungsi organisme dan pematangan aktivitas organ. Contoh perkembangan pada tanaman yaitu munculnya daun pertama serta terbentuknya lingkaran tahun pada batang (Gardner et al., 1991: 273-286).

Air merupakan senyawa yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah banyak, berfungsi untuk fotosintesis, mengaktifkan reaksi enzim ezimatik, menjaga kelembaban dan membantu perkecambahan biji. Kelembaban lingkungan erat kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun, dan transpirasi erat terkait


(34)

19 dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Dalam kondisi lembab, air yang diserap tumbuhan dan yang diuapkan lebih sedikit. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga membran sel-sel lebih cepat meningkat hingga mencapai ukuran maksimum (Dwidjoseputro dalam Harwati, 2007: 46).

Tumbuhan memerlukan cahaya untuk pertumbuhan, karena cahaya sangat berperan dalam fotosintesis dan fotomorfogenesis. Suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan. Suhu minimum (± 10°C) merupakan suhu terendah di mana tumbuhan masih dapat tumbuh dan suhu maksimum (30°C hingga 38°C) merupakan suhu tertinggi dimana tumbuhan masih dapat tumbuh (Aak, 2012: 16).

C. Pupuk Kompos

Pupuk diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Pupuk dapat berupa pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan pupuk buatan. Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau (Isro’i dalam Cahyani dkk., 2011: 2).

Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, sisa kayu, sisa makanan, bangkai binatang, kotoran ternak, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal


(35)

20 dengan istilah pupuk kandang. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak sulit, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Bahan yang agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang rambut, tanduk, dan bulu binatang (Yuwono dalam Suhartono dkk., 2008: 3-4).

Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun

persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang

sangat bermanfaat bagi tanaman (Isro’i dalam Cahyani dkk., 2011: 2).

Kandungan nutrisi kompos lebih rendah dibanding dengan pupuk kimia, tetapi kompos mempunyai kelebihan lain yaitu dapat memperbaiki kondisi tanah secara fisik maupun mikrobiologis yang sangat berpengaruh pada nutrisi tanaman (Crawford dalam Cahyani dkk., 2011: 2-3).

Sifat kompos terhadap kesuburan tanah yaitu dapat menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro dalam jumlah relatif kecil, dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat, membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik dan juga dapat dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman. Penggunaan kompos dapat meningkatkan porositas, aerasi,

komposisi mikro-organisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, mencegah lapisan kering pada tanah, menghemat pemakaian pupuk kimia menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk kimia bersifat multiguna (Murbandono dalam Marthin dkk., 2011: 2).


(36)

21 Seperti diketahui kebutuhan lahan akan bahan organik terus meningkat sejalan dengan menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah,

rendahnya daya ikat air hujan, dan menurunnya persediaan bahan organik dalam tanah. Lebih-lebih lagi adanya kenyataan bahwa penanaman pupuk hijau semakin langka dan semakin meningkatnya pemakaian pupuk buatan, terutama pada lahan yang diusahakan secara intensif. Oleh karena itu, kompos diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah (Isroi dan Yuliarti, 2009: 1).

Penggunaan pupuk organik makin digalakkan karena mempunyai tiga keuntungan yaitu : keuntungan bagi lingkungan, tanah, dan bagi tanaman, kompos sangat membantu dalam penyelesaian masalah lingkungan, terutama sampah. Bagi tanah, kompos dapat memberi atau menambah unsur hara, dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, dan menyimpan air. Dengan demikian semakin baik kualitas tanah dan didukung dengan unsur hara yang mencukupi, tanaman yang diatasnya akan memberikan produksi dan hasil yang optimal (Murbandono dalam Marthin dkk., 2011: 2).

Marthin dkk. (2011) menggunakan dosis pupuk kompos 1, 2, dan 3 ton/ha pada tanaman kedelai. Namun perlakuan ini tidak menunjukkan hasil yang signifikan dibandingkan dengan kontrol.


(37)

22 D. Peran Air Bagi Tanaman

Air merupakan komponen penting bagi berlangsungnya berbagai proses fisiologi seperti serapan hara, fotosintesis dan reaksi biokimia sehingga penurunan absorbsi air mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan penurunan hasil. Menurut Gardner et al. (dalam Parwati, 2007: 1), air yang merupakan penyusun utama jaringan tanaman berperan sebagai pelarut dan medium bagi reaksi metabolisme sel, medium untuk transpor zat terlarut, medium yang memberikan turgor pada sel tanaman, bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan reaksi kimia lain, serta evaporasi air untuk mendinginkan permukaan tanaman. Mengingat peran pentingnya air maka tanaman

memerlukan sumber air yang tetap untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat dari aktivitas

metabolisme, morfologi, pertumbuhan, dan produktivitasnya. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel. Pengaruh

kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah perkembangan daun-daun yang ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya.

Kekurangan air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitrat reduktase). Kekurangan air justru

meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis, seperti amilase (Gardner


(38)

23 Gardner et.al. (1991: 98) menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu : (1) sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan

sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, (3) sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, (4) sebagai reaktan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat, (5) sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, (6) menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam

pembesaran sel, (7) mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu, (8) berperan dalam perpanjangan sel, (9) sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi, serta (10) digunakan dalam proses respirasi.

Suhartono dkk. (2008) menggunakan interval penyiraman tanaman kedelai 1 liter/hari, 1 liter/2 hari, dan 1 liter/3 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan interval penyiraman mempengaruhi tinggi tanaman dengan perlakuan 1 liter/2 hari menghasilkan tanaman yang tertinggi.

E. Lembar Kerja Siswa

Selama proses belajar mengajar, media pembelajaran mempunyai arti yang sangat penting, salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS dapat berupa pemahaman siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah dan latihan pengembangan aspek kognitif maupun


(39)

24 panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi (Trianto, 2007: 73).

Menurut Sriyono (1992: 87), LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat bantu untuk proses alih pengetahuan dan keterampilan, sehingga mampu membantu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. LKS yang digunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS noneksperimen. LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan konsep, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan. Komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) eksperimen, meliputi: judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta

pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto, 2007: 74). LKS noneksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep pada submateri pokok yang tidak dilakukan dalam praktikum.

LKS memiliki beberapa karakteristik yaitu : (1) memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti percobaan atau terjun ke

lapangan yang harus siswa lakukan; (2) merupakan bahan ajar cetak; (3) materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau


(40)

25 dilakukan oleh siswa; dan (4) memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain-lain (Sukayati, 2003: 24).

Menurut Prianto dan Harnoko (dalam Sunyono, 2008: 2) manfaat dan tujuan LKS eksperimen adalah untuk: mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, membantu siswa dalam mengembangkan konsep, melatih siswa menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar, membantu guru dalam menyusun pembelajaran, sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran, dan membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Menurut Yulianti (2008: 34), Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengkaji materi, (b) mengidentifikasi jenis keterampilan proses, (c) menentukan bentuk LKS, (d) merancang kegiatan yang yang akan ditampilkan pada LKS, (d) membuat rancangan menjadi LKS, dan (e) menguji coba LKS. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan LKS adalah:

1. Segi penyajian materi

a. materi disajikan secara sistematis dan logis b. materi disajikan secara sederhana dan jelas c. menunjang keterlibatan siswa untuk ikut aktif


(41)

26 2. Segi tampilan

a. penyajian sederhana, jelas, dan mudah dipahami b. gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya

c. judul, keterangan, instruksi, dan pertanyaan harus jelas d. mengajak siswa untuk berfikir

Penerapan LKS dalam pembelajaran diharapkan dapat memacu siswa menjadi peserta didik yang aktif, cepat tanggap, dan kreatif. LKS dapat digunakan untuk mengamati kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik, serta digunakan dalam pendekatan keterampilan proses siswa, dimana siswa berlatih mengumpulkan konsep sebanyak-banyaknya tentang materi yang dipelajari melalui Lembar Kerja Siswa (LKS), dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari (Sukayati, 2003: 27).


(42)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2013 – Januari 2014 di Dusun Padang Bulan Kelurahan Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten

Pringsewu Propinsi Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Satu buah cangkul

Cangkul digunakan untuk menghaluskan, menggemburkan dan mengaduk tanah secara merata.

b) Satu buah gembor

Gembor digunakan untuk menyirami tanaman kedelai (Glycine max) setiap hari.

c) Satu buah ember

Ember digunakan untuk mengangkut air ke tempat pesemaian tanaman kedelai (Glycine max).


(43)

28 d) Satu buah meteran dan benang kasur

Meteran digunakan untuk mengukur tinggi tanaman kedelai dan benang kasur digunakan sebagai alat bantu mengukur tinggi tanaman mengikuti bentuk liukan tanaman sehingga pengukuran lebih akurat.

e) Lima puluh batang bambu belahan

Bambu belahan digunakan sebagai ajir untuk menopang tanaman kedelai agar tidak roboh.

f) Satu gulung tali plastik

Tali plastik digunakan untuk mengikat tanaman kedelai pada ajir dari bambu agar tidak roboh.

g) Lima puluh buah polybag

Polybag berukuran 2 Kg digunakan sebagai tempat untuk menampung media berupa tanah.

h) Biji kedelai diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung.

i) Air diperoleh dari daerah sekitar tempat penelitian dilakukan.

j) Pupuk Kompos diperoleh dari toko pertanian di Kabupaten Pringsewu. k) Tanah diperoleh dari area peternakan di Kabupaten Pringsewu.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan dua faktor perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali.


(44)

29 Faktor pertama yaitu perbedaan pemberian pupuk kompos dimana pemberian dosis pupuk kompos terdiri dari D1 : dosis 2,5 Ton/Ha (11,25 gram/tanaman), D2 : dosis 5 Ton/Ha (22,5 gram/tanaman) dan D3 : dosis 7,5 Ton/Ha (33,75 gram/tanaman).

Faktor kedua yaitu interval penyiraman yang dibedakan menjadi 3 level interval yaitu 0,5 L/hari, 0,5 L/2 hari, dan 0,5 L/3 hari.

D. Pelaksanaan Penelitian a) Persiapan Media Tanam

Persiapan Media Tanam dilakukan dengan cara pengolahan tanah terlebih dahulu yaitu dengan mencangkul tanah hingga bongkahan tanah menjadi lebih halus dan gembur. Selanjutnya, tanah yang sudah diolah dimasukkan ke dalam polybag hingga ¾ bagian polybag sebagai persiapan media tanam bagi tanaman kedelai (Glycine max).

b) Penanaman Benih

Penanaman benih tanaman kedelai dilakukan pada media tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya dengan cara membuat lubang dengan kedalaman 3 cm pada media tanam, kemudian membenamkan biji pada lubang yang telah dibuat dengan mengisi tiap lubang dengan 3-4 biji tanaman kedelai dan jarak tanam 30 x 30 cm. Setelah benih tumbuh selama 5 hari, dilakukan penjarangan pada setiap polybag dengan menyisakan 1 tanaman yang pertumbuhannya paling baik.


(45)

30 c) Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan perlakuan yang telah ditetapkan yaitu 0,5 L/hari, 0,5 L/2 hari dan 0,5 L/3 hari. Sebelum perlakuan interval

penyiraman diberikan, polybag dijaga kelembabannya dengan memerciki air secukupnya. Perlakuan penyiraman diberikan setelah tanaman berumur 3 hari untuk mengetahui takaran air yang tepat dan optimal bagi

pertumbuhan kedelai.

d) Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada Hari ke 7, 14 dan 21 Setelah Tanam (HST) dengan cara menaburkan pupuk kompos melingkar di sekeliling tanaman dengan jarak 5 cm dari batang kedelai (Glycine max) untuk memberikan unsur hara bagi tanaman kedelai.

e) Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan mencabuti gulma yang tumbuh didalam polybag setiap 1 minggu sekali atau disesuaikan dengan kecepatan

pertumbuhan gulma agar tidak menggangu pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai, mengukur tinggi tanaman kedelai


(46)

31 dari pangkal batang hingga ujung tunas dan menghitung jumlah daun tanaman kedelai pada Hari ke 7, 14, 21 dan 28 Setelah Tanam (HST).

Kecepatan pertumbuhan ditentukan (Syaiful, 2012: 22) dengan menggunakan rumus:

C =

Keterangan :

C = Kecepatan Pertumbuhan Kedelai (cm/hari) Pn = Panjang batang hari ke n (cm)

P(n-1)= Panjang batang hari ke n-1 (cm)

Tn = Waktu pengukuran hari ke n (hari)

T(n-1) = Waktu pengukuran hari ke n-1 (hari)

Nilai LKS diperoleh dengan cara mengaplikasikan LKS yang telah dibuat pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh diuji homogenitas, dilanjutkan dengan analisis ragam, kemudian diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dengan bantuan program SPSS 18.0. Nilai rata-rata LKS yang diperoleh diuji kriteria kelayakannya dengan menggunakan acuan pada tabel 1.

Tabel 1. Kriteria penilaian kelayakan LKS

Nilai Jawaban pada LKS Interpretasi

0 – 25 Sangat tidak layak

26 – 50 Tidak layak

51 – 75 Layak


(47)

32 Kriteria kelayakan LKS dilihat dari nilai rata-rata jawaban siswa pada lembar jawaban LKS (Rohmad dkk., 2013: 3).

G. Pengujian dan Aplikasi Lembar Kerja Siswa (LKS)

Setelah diperoleh hasil penelitian mengenai pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk kompos dan interval penyiraman terhadap kecepatan

pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max), kemudian membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dari hasil penelitian, selanjutnya dilakukan uji ahli terhadap konstruksi isi dan validitas LKS tersebut. LKS yang telah diuji ahli diaplikasikan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu.


(48)

46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Perbedaan pemberian dosis pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max). Dosis pupuk kompos 7,5 ton/ha menghasilkan tanaman kedelai tertinggi pada 7 dan 14 HST dengan rerata tinggi tanaman yaitu 16,57 dan 27,53cm. 2. Interval penyiraman memberikan pengaruh nyata terhadap kecepatan

pertumbuhan tanaman kedelai dengan kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai tertinggi diperoleh dari perlakuan interval 0,5 L/hari pada periode 7-14 dan 21-28 HST dan 0,5 L/3 hari pada periode 14-21 HST. Interval penyiraman 0,5 L/hari merupakan takaran air optimal karena

menghasilkan tanaman kedelai tertinggi pada 7 dan 14 HST dengan rerata tinggi tanaman yaitu 17,29 dan 30,10cm.

3. Interaksi antara perbedaan pemberian dosis pupuk kompos dan interval penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai. Perlakuan interaksi antara dosis pupuk 7,5 ton/ha dan interval penyiraman 0,5 L/hari menghasilkan tanaman kedelai tertinggi pada 21 dan 28 HST dengan rerata tinggi tanaman yaitu 39,90 dan 57,77cm.


(49)

47 4. Perbedaan pemberian dosis pupuk kompos, interval penyiraman dan

interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. 5. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber materi dalam

pembuatan LKS sub materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa SMA kelas XII.

B. Saran

Peneliti menyarankan dilakukan penelitian lanjutan yang serupa untuk mendapatkan informasi dan hasil yang lebih akurat mengenai pengaruh dosis pupuk kompos dan interval penyiraman terhadap kecepatan pertumbuhan kedelai, sehingga diperoleh interaksi perlakuan pemupukan dan interval penyiraman yang optimal untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman kedelai.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2012. Kedelai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Adisarwanto, R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering Pasang Surut. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik No. 45/07/ Th. XVI.pdf.

Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 20.37 WIB.

Cahyani, E., Aziez, A.F., dan Haryuni. 2011. Pengaruh Pemberian Dosis Kompos Sampah Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurnal Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan. Surakarta.

Dartius. 1990. Fisiologi Tumbuhan. USU Press. Medan.

Firmanto, B.H. 2011. Praktis Bercocok Tanam Kedelai Secara Intensif. Penerbit Angkasa. Bandung.

Gardner, F.P., Pearce R.B, dan Mitchell, R. L. diterjemahkan oleh Susilo, H dan Subiyanto., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2007. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Harwati, Ch. T. 2007. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Tembakau. Jurnal Penelitian. Universitas Slamet Riyadi. Surakarta.


(51)

Irwan, W. A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Universitas Padjajaran. Jatinagor.

Isroi dan Yuliarti, N. 2009. Kompos (Cara Mudah, Murah, dan Cepat Menghasilkan Kompos). Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengeetahuan. 2005. Kedelai.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juni 2013 pukul 01.53 WIB.

Marthin, R., Kastono, D., dan Rabaniyah, R. 2011. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos Sampah Pasar Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merill). JurnalPenelitian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Parwati, D.U. 2007. Pengaruh Frekuensi Penyiraman Dan Lama Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropa curcas L.). Jurnal Penelitian. Fakultas Pertanian Institut Tinggi Pertanian. Yogyakarta.

Rinsema, A.T. 1986. Pupuk Dan Cara Pemupukannya. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Rohmad, A., Purwadi S., dan Sriyanto. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK) serta

Kebencanaan sebagai Bahan Ajar Mata Pelajaran Geografi SMA/MA di Kabupaten Rembang. Jurnal Penelitian. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Rooijakkers, A.D. 1991. Manfaat Rekonstruksi Kuliah Atau Praktikum. IKIP Ujung Pandang Press. Ujung Pandang.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryo. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB Press. Bandung.


(52)

Suhartono, Zaed, R.A.S., dan Khoiruddin, A. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)

Merill) Pada Berbagai Jenis Tanah. Jurnal Penelitian. Jurusan

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. Madura.

Sukayati. 2003. Media Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. PPPG Matematika. Yogyakarta.

Sumarno. 1991. Kedelai Dan Cara Budidayanya. Yasaguna Press. Bogor.

Sunyono. 2008. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Lingkungan Pada Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII Semester I. Jurnal Ilmiah.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syaiful, S.A. 2012. Peran Conditioning Benih Dalam Meningkatkan Daya

Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Stres Kekeringan. Laporan Penelitian. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta.

Yulianti, D. 2008. Pengaruh Strategi Pembelajaran Praktikum (Discovery

Terbimbing dan Konvensional) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Dengan Tingkat Perkembangan Intelektual Berbeda. Disertasi. Universitas Negeri Malang. Malang.

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.


(1)

32 Kriteria kelayakan LKS dilihat dari nilai rata-rata jawaban siswa pada lembar jawaban LKS (Rohmad dkk., 2013: 3).

G. Pengujian dan Aplikasi Lembar Kerja Siswa (LKS)

Setelah diperoleh hasil penelitian mengenai pengaruh perbedaan pemberian dosis pupuk kompos dan interval penyiraman terhadap kecepatan

pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max), kemudian membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dari hasil penelitian, selanjutnya dilakukan uji ahli terhadap konstruksi isi dan validitas LKS tersebut. LKS yang telah diuji ahli diaplikasikan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran Kabupaten Pringsewu.


(2)

46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Perbedaan pemberian dosis pupuk kompos tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max). Dosis pupuk kompos 7,5 ton/ha menghasilkan tanaman kedelai tertinggi pada 7 dan 14 HST dengan rerata tinggi tanaman yaitu 16,57 dan 27,53cm. 2. Interval penyiraman memberikan pengaruh nyata terhadap kecepatan

pertumbuhan tanaman kedelai dengan kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai tertinggi diperoleh dari perlakuan interval 0,5 L/hari pada periode 7-14 dan 21-28 HST dan 0,5 L/3 hari pada periode 14-21 HST. Interval penyiraman 0,5 L/hari merupakan takaran air optimal karena

menghasilkan tanaman kedelai tertinggi pada 7 dan 14 HST dengan rerata tinggi tanaman yaitu 17,29 dan 30,10cm.

3. Interaksi antara perbedaan pemberian dosis pupuk kompos dan interval penyiraman tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman kedelai. Perlakuan interaksi antara dosis pupuk 7,5 ton/ha dan interval penyiraman 0,5 L/hari menghasilkan tanaman kedelai tertinggi pada 21 dan 28 HST dengan rerata tinggi tanaman yaitu 39,90 dan 57,77cm.


(3)

47 4. Perbedaan pemberian dosis pupuk kompos, interval penyiraman dan

interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. 5. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber materi dalam

pembuatan LKS sub materi pertumbuhan dan perkembangan pada siswa SMA kelas XII.

B. Saran

Peneliti menyarankan dilakukan penelitian lanjutan yang serupa untuk mendapatkan informasi dan hasil yang lebih akurat mengenai pengaruh dosis pupuk kompos dan interval penyiraman terhadap kecepatan pertumbuhan kedelai, sehingga diperoleh interaksi perlakuan pemupukan dan interval penyiraman yang optimal untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman kedelai.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2012. Kedelai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Adisarwanto, R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering Pasang Surut. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Berita Resmi Statistik No. 45/07/ Th. XVI.pdf. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 20.37 WIB.

Cahyani, E., Aziez, A.F., dan Haryuni. 2011. Pengaruh Pemberian Dosis Kompos Sampah Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Berbagai Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurnal Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan. Surakarta.

Dartius. 1990. Fisiologi Tumbuhan. USU Press. Medan.

Firmanto, B.H. 2011. Praktis Bercocok Tanam Kedelai Secara Intensif. Penerbit Angkasa. Bandung.

Gardner, F.P., Pearce R.B, dan Mitchell, R. L. diterjemahkan oleh Susilo, H dan Subiyanto., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 2007. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Harwati, Ch. T. 2007. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Tembakau. Jurnal Penelitian. Universitas Slamet Riyadi. Surakarta.


(5)

Irwan, W. A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Universitas Padjajaran. Jatinagor.

Isroi dan Yuliarti, N. 2009. Kompos (Cara Mudah, Murah, dan Cepat Menghasilkan Kompos). Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengeetahuan. 2005. Kedelai.pdf. Diakses pada tanggal 20 Juni 2013 pukul 01.53 WIB.

Marthin, R., Kastono, D., dan Rabaniyah, R. 2011. Pengaruh Takaran Pupuk Kompos Sampah Pasar Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merill). Jurnal Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Parwati, D.U. 2007. Pengaruh Frekuensi Penyiraman Dan Lama Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropa curcas L.). Jurnal Penelitian. Fakultas Pertanian Institut Tinggi Pertanian. Yogyakarta.

Rinsema, A.T. 1986. Pupuk Dan Cara Pemupukannya. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Rohmad, A., Purwadi S., dan Sriyanto. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK) serta

Kebencanaan sebagai Bahan Ajar Mata Pelajaran Geografi SMA/MA di Kabupaten Rembang. Jurnal Penelitian. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Rooijakkers, A.D. 1991. Manfaat Rekonstruksi Kuliah Atau Praktikum. IKIP Ujung Pandang Press. Ujung Pandang.

Salisbury, F.B., dan C.W. Ross diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryo. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB Press. Bandung.


(6)

Suhartono, Zaed, R.A.S., dan Khoiruddin, A. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) Pada Berbagai Jenis Tanah. Jurnal Penelitian. Jurusan

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo. Madura.

Sukayati. 2003. Media Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. PPPG Matematika. Yogyakarta.

Sumarno. 1991. Kedelai Dan Cara Budidayanya. Yasaguna Press. Bogor.

Sunyono. 2008. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Lingkungan Pada Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII Semester I. Jurnal Ilmiah.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Syaiful, S.A. 2012. Peran Conditioning Benih Dalam Meningkatkan Daya

Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Stres Kekeringan. Laporan Penelitian. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta.

Yulianti, D. 2008. Pengaruh Strategi Pembelajaran Praktikum (Discovery

Terbimbing dan Konvensional) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Dengan Tingkat Perkembangan Intelektual Berbeda. Disertasi. Universitas Negeri Malang. Malang.

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPIDAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria (L) Nielson)

1 6 1

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN DAN PEMBERIAN JENIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MAHONI (Swietenia macrophylla KING)

0 2 1

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS SAMPAH KOTA DAN KONSENTRASI TRICHODERMAKONING II TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth)

0 6 1

PENGARUH DOSIS Rhizobium DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

0 20 12

ENGARUH JENIS PUPUK NPK, KOMPOS DAN PETROGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max) VARIETAS BALURAN DAN SURVIVORSHIP SERTA PERTUMBUHAN BERAT LARVA Spodoptera litura F.

1 4 20

PENGARUH PERBEDAAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP KECEPATAN PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) (Aplikasi Lembar Kerja Siswa Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran)

1 19 53

PENGARUH PERBEDAAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP KECEPATAN PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) (Aplikasi Lembar Kerja Siswa Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran)

4 44 51

PENGARUH PERBEDAAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP KECEPATAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max) (Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran

0 12 53

PENGARUH PERBEDAAN PEMBERIAN DOSIS PUPUK KOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP KECEPATAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max) (Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada kelas XII SMA Negeri 1 Pagelaran

4 37 52

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK NPK MAJEMUK SUSULAN PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) VARIETAS DERING 1

5 31 45