PENUTUP A. BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD PADA ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Secara anatomis anak autis mengalami kelainan pada otak sehingga menganggu proses perkembangan anak. Kelainan anatomis pada anak autis ini
menurut ilmu kedokteran tidak dapat disembuhkan, namun bukan berarti anak autis tidak dapat hidup secara wajar dengan anak normal dan tidak memiliki
kemampuan lebih layaknya anak normal. Anak autis juga dapat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, namun proses perkembangannya tidak
semudah dan secepat anak pada umumnya. Anak autis memiliki gejala yang sangat bervariasi, sebagian anak
memiliki perilaku yang hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri sendiri, namun tak jarang mereka juga berperilaku pasif. Hal ini yang dapat
menyebabkan perkembangan kognitif anak menjadi terganggu dan mengalami keterlambatan. Maka dari itu,untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak
terutama dalam mengenal abjad perlu adanya proses bimbingan belajar. Bimbingan belajar menurut Dewa Ketut Sukardi merupakan suatu proses
pertolongan dari pembimbing kepada peserta didik dalam memecahkan masalah belajar baik disekolah maupun di luar sekolah, agar peserta didik
dapat menyesuaikan diri dalam belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar dengan sistematis dan konsisten agar dapat mencapai prestasi semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
6
Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan proses perkembangan kognitif terutama dalam mengenal abjad pada anak autis sangat
penting dilakukan melalui bimbingan belajar. Namun, bimbingan belajar yang
6
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional ,1993, hal. 79.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dilakukan bukan bimbingan belajar yang bersifat formal, melainkan bersifat semi formal. Yang mana proses bimbingan belajar ini harus menyesuaikan
dengan keadaan anak autis. Karena mereka cenderung tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa. Anak autis cenderung lebih suka dengan
metode pengajaran yang menyenangkan. Salah satunya dengan cara bermain atau permainan.
Pada dasarnya bermain atau permainan merupakan dunia anak, yang mana melalui bermain atau permainan anak akan memperoleh pelajaran yang
mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik. Para ahli pendidikan anak dalam risetnya menyatakan bahwa cara belajar
anak yang paling efektif ada pada permainan anak, yaitu dengan bermain dalam kegiatan belajar mengajarnya. Dalam bermain ia dapat mengembangkan
otot besar dan halusnya motorik-kasar dan motorik- halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberadaan di lingkungan teman sebaya,
membentuk daya imajinasi dengan dunia sesungguhnya, mengikuti peraturan, tata tertib, dan disiplin yang tinggi.
7
Namun, tidak semua permainan baik untuk proses perkembangan anak, terutama untuk anak autis. Permainan yang baik yaitu permainan yang
memiliki nilai pendidikannya edukatif. Permainan edukatif merupakan suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat digunakan sebagai cara
pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk
7
Andang Ismail, Education G ames “ menjadi Cerdas dan Ceria Dengan Permainan
Edukatif”Yogyakarta: Anggota Ikapi, 2006, hal. 25.