BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD PADA ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO.

(1)

BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD

PADA ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperolah

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Suci Arianti Putri

NIM. B73213100

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Suci Arianti Putri (B73213100), Bimbingan Belajar melalui Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana uji kelayakan yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan, dan kegunaan. (2) Bagaimana Proses Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo (3) Bagaimana hasil implementasi dari Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo

Dalam menjawab penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Development (R&D), dengan mengkolaborasikan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kualittaif diperoleh melalui wawancara baik secara lisan maupun non-lisan yakni catatan hasil belajar dan observasi lapangan maupun hasil wawancara juga melengkapi data kualitatif ini. Sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui skala penilaian.

Proses pengembangan produk yang dilakukan oleh peneliti disesuaikan dengan saran dan masukan dari tim uji ahli. Sehingga mengahasilkan produk permainan ular tangga yang cocok dan sesuai untuk membantu dalam meningkatkan kemampuan anak autis dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengenal abjad. Sedangkan proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga disesuaikan dengan mood subyek. Sehingga proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga ini dapat dikatakan cukup efektif untuk membantu anak autis dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengenal abjad.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa (1) Proses pengembangan produk bimbingan melalui permainan ular tangga ini dapat dikatakan cocok dan sesuai untuk membantu akbar selaku anak yang memiliki hambatan autis dalam meningkatkan kemmapuannya dalam mengenal abjad. (2) Proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang dilaksanakan di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo berjalan cukup efektif standart melakukan permainan dan hasilnya dapat terukur melalui evaluasi yang konkrit, (3) Dari bimbingan belajar melalui permainan ular tangga tersebut terdapat hasil implementasi yang dapat ditunjukkan melalui perubahan dalam mengenal abjad seperti pada awalnya akbar tidak mau untuk mengucapkan abjad setelah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dilaksanakan lebih antusias dan senang ketika menyebutkan urutan abjad.

Kata Kunci : Bimbingan Belajar, Permainan Ular Tangga, Autis, Kemampuan Mengenal Abjad.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN... xiii

BAGIAN INTI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konsep ... 10

F. Spesifikasi Produk ... 15

G. Metode Penelitian ... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 18

2. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 19

3. Jenis dan Sumber Data ... 19

4. Tahap Penelitian ... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 25

6. Teknik Analisis Data ... 28

7. Uji Keabsahan Hasil Penelitian ... 29

H. Sistematika Pembahasan ... 32

BAB II BIMBINGAN BELAJAR, PERMAINAN ULAR TANGGA, AUTISME, DAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD. A. Bimbingan Belajar ... 34

1. Pengertian Bimbingan Belajar ... 34

2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 40

3. Fungsi Bimbingan Belajar... 42

B. Permainan Ular Tangga ... 43

1. Pengertian Permainan Ular Tangga ... 43

2. Persiapan Sebelum Permainan ... 46

3. Cara Bermain ... 47

4. Manfaat Permainan Ular Tangga ... 48


(8)

C. Autisme ... 50

1. Pengertian Autisme ... 50

2. Gejala Autisme ... 52

3. Penyebab Anak Autis ... 55

4. Klasifikasi Anak Autis ... 57

5. Perkembangan Anak Normal dan Anak Autis ... 58

6. Perilaku Autisme ... 63

D. Kemampuan Mengenal Abjad ... 64

1. Perkembangan Kognitif ... 64

2. Kemampuan Mengenal Abjad... 66

3. Perkembangan Bahasa ... 67

4. Perkembangan Kognitif Anak Autis ... 68

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 70

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 72

1. Gambaran Umun PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 72

2. Kondisi dan Letak Geografisnya ... 74

3. Visi Misi PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 75

4. Struktur Organisasi... 76

5. Data Tenaga Pendidik ... 76

6. Data Murid ... 77

7. Kegiatan PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 78

8. Deskripsi Peneliti ... 80

9. Deskripsi Konseli ... 83

B. Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga untuk Meningkatakan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 88

1. Proses Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad Pada Anak Autis ... 88

2. Hasil Implementasi Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad pada Anak Autis ... 94

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Mengenai Proses Pelaksanaan Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad Pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 109

B. Analisis Data Hasil Implementasi Bimbingan Belajar Melalui Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad Pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ... 112


(9)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 124 B. Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Anak merupakan dambaan setiap orang tua dimanapun. Karena anak merupakan harapan orang tua sebagai generasi penerus dimasa yang akan datang. Harapan akan menjadi anak yang bermanfaat, berguna, dan berbakti. Untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut tidaklah mudah. Dibutuhkan perjuangan orangtua dalam mengarahkan, membina, dan mendidik, guna menghasilkan anak yang cerdas dan berkualitas.

Mempunyai anak yang cerdas dan berkualitas merupakan dambaan setiap orangtua. Oleh karena itu tidak heran banyak upaya yang dilakukan orangtua agar mendapatkan anak yang cerdas semenjak dalam kandungan. Cerdas yang dimaksud disini adalah kemampuan anak dalam beradaptasi dengan lingkungan, memecahkan masalah, dan mampu mempelajari situasi di sekitarnya.1 Namun, tidak setiap anak dilahirkan dalam kondisi yang serba lengkap. Meskipun begitu, setiap anak mempunyai kemungkinan untuk dapat terus berkembang dengan optimal. Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi dasar (Fitrah)nya masing-masing. Hal ini diterangkan dalam Al Qur’an Surat Ruum: 30 yang berbunyi;

1

Makmun Khairani, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hal. 104.


(11)

2

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dari arti diatas dapat difahami bahwa manusia mempunyai fitrah yang berbeda-beda. Oleh karena itu,setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Salah satunya perkembangan kognitif, dimana setiap anak mengalami perkembangan kognitif yang tidak sama.

Perkembangan kognitif menurut Piaget dibagi menjadi empat fase, yaitu: 1) Fase sensorimotor (0-2 tahun). Dimana pada fase ini anak mulai

memperoleh pengetahuan melalui aktivitas motorik (memegang,

meraba,merasakan). Anak juga dapat mengkoordinasikan pengalaman sensoris (melihat, mendengar) dengan gerakan. 2) Fase pre-operasional (2-6 tahun). Pada fase ini anak belum mampu melakukan operasi untuk menggambarkan suatu tindakan melalui kata-kata atau gambar. Anak juga masih berfikir didasarkan pada persepsinya(egosentris). 3) Fase concrete operasional (7-11 tahun). Pada fase ini anak sudah dapat melakukan operasi dan penalaran secara logis, mampu melakukan reversible operations, sudah mengenal konsep

invarience, dan sudah mengenal konsep rangkaian. 4).Fase formal operational (12 tahun-seterusnya). Pada fase ini anak sudah melampaui pengalaman konkret sehingga mampu berfikir abstrak dan logis.2

Namun, tidak semua anak memiliki perkembangan kognitif seperti yang di kemukakan oleh ahli, ada banyak anak yang memiliki keterlambatan dalam proses perkembangannya. Seperti halnya anak yang mengalami gangguan

2

Sumanto, Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori, (Yogyakarta: PT Buku Seru, 2014), hal. 35-36.


(12)

3

autis, mereka mengalami keterlambatan kognitif dalam proses

perkembangannya.

Autisme merupakan suatu kondisi mengenai seseorang yang

didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.3

Rutter dan Volkmar dkk, menjelaskan bahwa hampir 50% anak autis tidak pernah mampu berbicara secara bermakna. Di antara mereka tidak jarang berbicara sesuatu yang tidak lazim ataupun mengulangi ucapan orang lain

(echolalia), akibat perkembangan keterampilan bicara yang terlambat. Hal ini mengakibatkan ketidakmampuan dalam berinteraksi dan berperilaku sosial.4

Diketahui, Akhir-akhir ini anak autis sering lahir dari pasangan yang sama-sama memiliki pendidikan tinggi. Hal ini telah diselidiki oleh Sonoma Country Department Of Public Health University of California. Hasil yang didapatkan adalah daerah yang ditempati pasangan yang sama-sama memiliki pendidikan tinggi, ditemukan banyak anak autis dibandingkan dengan daerah yang ditempati oleh pasangan dengan pendidikan yang sedang-sedang saja. Namun, adapula yang mengatakan bahwa anak autis juga terlahir dari pasangan yang sudah berumur. Artinya, di saat mempunyai anak, umur salah satu pasangan sudah melebihi batas normal untuk memiliki anak. 5

3

Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat (Yogyakarta: KataHati, 2010), hal. 56. 4Pipit Putri Habibah, “Efektifitas Terapi Bermain Terhadap kemampuan Berpikir mandiri Pada Anak Autis di Mukswa Bina Autis Sidoarjo” (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), hal. 1.

55

Pipit Putri Habibah, “Efektifitas Terapi Bermain Terhadap kemampuan Berpikir mandiri Pada Anak Autis di Mukswa Bina Autis Sidoarjo” (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), hal. 1.


(13)

4

Secara anatomis anak autis mengalami kelainan pada otak sehingga menganggu proses perkembangan anak. Kelainan anatomis pada anak autis ini menurut ilmu kedokteran tidak dapat disembuhkan, namun bukan berarti anak autis tidak dapat hidup secara wajar dengan anak normal dan tidak memiliki kemampuan lebih layaknya anak normal. Anak autis juga dapat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, namun proses perkembangannya tidak semudah dan secepat anak pada umumnya.

Anak autis memiliki gejala yang sangat bervariasi, sebagian anak memiliki perilaku yang hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri sendiri, namun tak jarang mereka juga berperilaku pasif. Hal ini yang dapat menyebabkan perkembangan kognitif anak menjadi terganggu dan mengalami keterlambatan. Maka dari itu,untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak terutama dalam mengenal abjad perlu adanya proses bimbingan belajar.

Bimbingan belajar menurut Dewa Ketut Sukardi merupakan suatu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta didik dalam memecahkan masalah belajar baik disekolah maupun di luar sekolah, agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar dengan sistematis dan konsisten agar dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.6

Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan proses perkembangan kognitif terutama dalam mengenal abjad pada anak autis sangat penting dilakukan melalui bimbingan belajar. Namun, bimbingan belajar yang

6

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional ,1993), hal. 79.


(14)

5

dilakukan bukan bimbingan belajar yang bersifat formal, melainkan bersifat semi formal. Yang mana proses bimbingan belajar ini harus menyesuaikan dengan keadaan anak autis. Karena mereka cenderung tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa. Anak autis cenderung lebih suka dengan metode pengajaran yang menyenangkan. Salah satunya dengan cara bermain atau permainan.

Pada dasarnya bermain atau permainan merupakan dunia anak, yang mana melalui bermain atau permainan anak akan memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik.

Para ahli pendidikan anak dalam risetnya menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling efektif ada pada permainan anak, yaitu dengan bermain dalam kegiatan belajar mengajarnya. Dalam bermain ia dapat mengembangkan otot besar dan halusnya ( motorik-kasar dan motorik- halus), meningkatkan penalaran, dan memahami keberadaan di lingkungan teman sebaya, membentuk daya imajinasi dengan dunia sesungguhnya, mengikuti peraturan, tata tertib, dan disiplin yang tinggi.7

Namun, tidak semua permainan baik untuk proses perkembangan anak, terutama untuk anak autis. Permainan yang baik yaitu permainan yang memiliki nilai pendidikannya (edukatif). Permainan edukatif merupakan suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat digunakan sebagai cara pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk

7

Andang Ismail, Education Games “ menjadi Cerdas dan Ceria Dengan Permainan


(15)

6

meningkatkan kemampuan berbahasa, berfikir, serta berhubungan dengan lingkungannya.

Salah satu permainan yang dapat digunakan sebagai alat pendidikan yang bersifat mendidik dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan berbahasa terutama kemampuan mengenal abjad pada anak autis yaitu melalui permainan ular tangga, dimana dalam permainan ular tangga ini bisa mengasah kecerdasan otak kiri dan kanan pada anak-anak, terutama pada anak autis.8 Kaitannya dengan otak kiri, anak akan dapat menghitung langkahnya sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul,memperkirakan atau menganalisis angka yang dibutuhkan dalam meraih posisi yang baik. Pada intinya dengan bermain ular tangga otak kiri anak akan diasah untuk menghafal nomor, berlatih penjumlahan, mengenali huruf, karena disini peneliti ingin meningkatkan kemampuan mengenal abjad maka anak dapat mengenali dan mengetahui abjad yang ada pada setiap kotak.

Sedangkan kaitannya dengan otak kanan, anak akan mengenal dan memahami arti simbol dan aneka warna. Sebagaimana yang kita ketahui pada permainan ular tangga terdapat simbol ular, tangga, serta aneka gambar, abjad, dan warna.

Seperti halnya Akbar, dia termasuk salah satu murid di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo. Akbar memiliki hambatan Autisme dengan ciri yang ditunjukkannya yakni cenderung tidak bisa diam, banyak bergerak yang tidak terarah, kontak mata minimal dengan kecenderungan tidak menyukai sentuhan

8

Agus N. Cahyo, Game Khusus Penyeimbang Otak Kanan dan Kiri (Jogjakarta: FlashBooks, 2011), hal. 109-110.


(16)

7

oleh orang yang belum dikenal, hal ini ditunjukkannya ketika akbar berada di rumah, akan tetapi ketika berada di sekolah akbar cenderung menjauh dan lebih senang sendirian. Hal ini menunjukkan bahwa akbar merasa lebih nyaman ketika berada dirumah. Berbicara mengenai hambatan autisme yang dialami akbar, akbar termasuk anak yang memiliki perkembangan kognitif yang positif, hal ini terlihat pada perkembangan akbar dalam berbicara, meskipun akbar mengalami keterlambatan dalam proses bicaranya dan cenderung ketika berbicara akbar akan mengulangi perkataannya beberapa kali. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kognitif bicaranya masih belum sempurna.

Akbar termasuk anak yang pintar, meskipun akbar memiliki hambatan autisme tetapi dia mampu untuk mengenali berbagai bentuk hewan, mengenali benda-benda langit, berhitung, dan bahkan akbar mampu mengenali bentuk abjad ketika berusia 4 tahun, bahkan ketika pertama kali masuk sekolah akbar tergolong anak yang cerdas meskipun memiliki hambatan autisme. Tetapi adanya keterlambatan pada proses bicaranya yang membuat intensitas untuk pengucapannya jarang dan ditambah lagi pada saat itu akbar libur sekolah, sehingga akbar malas untuk belajar mengenali dan mengucapkan abjad. Meskipun ibunya setiap hari mengajarinya, akbar tetap tidak mau mengucapkannya.

Sesuatu yang awalnya kita bisa ucapkan atau lakukan akan berkurang apabila kita tidak melatihnya setiap hari. Hal ini yang terjadi pada akbar, bahwa akbar tidak mau mengucapkan abjad ketika liburan sekolah sehingga


(17)

8

menyebabkan intensitas pengucapannya mengenai abjad dan bentuk abjad menjadi berkurang. Hal ini yang menjadi landasan peneliti melakukan penelitian ini.

Dengan melihat penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk dapat mengembangkan permainan ular tangga yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak autis. Permainan ular tangga ini peneliti gunakan dalam proses pemberian bantuan kepada Akbar dalam meningkatkan kemampuan Akbar mengenal abjad. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan

judul “Bimbingan Belajar Melalui permainan Ular tangga Untuk

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad Pada Anak Autis di PAUD

Inklusi Melati Sidoarjo”.

Diharapkan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang dikembangkan oleh peneliti ini dapat membantu anak autis dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjadnya. Sehingga nantinya permainan ular tangga yang dikembangkan oleh peneliti dapat bermanfaat bagi para orang tua yang memiliki anak autis.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo?


(18)

9

2. Bagaimana hasil pelaksanaan dari bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal Abjad pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu:

1. Untuk mengetahui proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis di paud inklusi melati sidoarjo.

2. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan dari bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, Adapun kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dari Segi Teoritis

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pelengkap bahan kajian atau bermanfaat sebagai penambah referensi kepustakaan bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti tentang cara meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis. Selain itu, juga diharapkan dapat memberikan kontribusi teori dan konsep pada sekolah-sekolah PAUD Inklusi maupun sekolah-sekolah-sekolah-sekolah yang menangani anak


(19)

10

dengan hambatan autisme dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjadnya.

2. Dari Segi Praktis

Dari segi praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pendidik maupun bagi peneliti sendiri. Bagi para pendidik anak autis dapat memberi konsep tentang strategi dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad melalui Permainan Ular Tangga sehingga dapat mempercepat dalam meningkatkan kemampuan Anak Autis dalam mengenal Abjad. Dan bagi peneliti pribadi tentu sebagai tambahan wawasan tentang cara dalam meningkatkan kemampuan pada Anak Autis dalam mengenal Abjad secara maksimal.

E.Definisi Konsep

Defini Konsep merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian. Definisi singkat dari data yang ada. Definisi konsep yang diajukan pada penelitian yang berjudul Bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada Anak Autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo. Adapun definisi konsep pada penelitian ini, yaitu: 1. Bimbingan Belajar

Bimbingan Belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu


(20)

11

disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.9

Dalam bidang layanan bimbingan belajar, yaitu untuk membantu siswa mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan serta menyiapkan dan melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.

Menurut Dewa ketut Sukardi, bimbingan belajar merupakan suatu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta didik dalam memecahkan masalah belajar baik disekolah maupun di luar sekolah, agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar dengan sistematis dan konsisten agar dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.10

2. Permainan Ular Tangga

Sebelum membahas mengenai pengertian Permainan Ular Tangga, peneliti akan membahas mengenai Bermain. Bermain menurut piaget dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan.11 Tetapi pendapat Piaget banyak dibantah oleh peneliti lainnya, karena ada kalanya bermain bukan dilakukan hanya semata-mata demi kesenangan, melainkan adakalanya bermain juga dapat dijadikan sebagai

9

Priyatno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2000), hal. 279.

10

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional ,1993), hal. 79.

11

Andang Ismail, Education Games”Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan


(21)

12

sarana belajar. Dengan bermain anak-anak dapat belajar mengenai banyak hal. Banyak kegiatan bermain yang dilakukan dengan menggunakan bentuk permainan sebagai sarana belajar, seperti halnya Permainan Ular Tangga.

Permainan Ular Tangga merupakan permainan ( Game) papan yang dibagi dalam kotak-kotak kecil dan dibeberapa kotak, digambar sejumlah “tangga” atau “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain.12

Permainan ular tangga ini mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuannya.

Dalam penelitian ini Permainan Ular Tangga yang akan dilakukan peneliti yaitu peneliti akan menyediakan dua papan ular tangga yang berjumlah 28 kotak dan disetiap kotak akan ada satu abjad yang mana disetiap kotak juga akan dihiasi dengan warna dan gambar yang sesuai awalan huruf yang ada pada kotak tersebut. Dan pada permainan ular tangga yang satunya selain ada gambar abjad juga akan diberikan penguatan positif yang bersifat islami. Abjad tersebut akan diucapkan oleh pemain pada saat pemain menginjak kotak tersebut yang di bimbing oleh peneliti. Permainan ini dilaksanakan dengan cara si anak harus berdiri diatas papan yang bertuliskan “Start”. selanjutnya pemain melemparkan dadu yang bergambar ular yang menunjukkan jumlah kotak yang harus dilewati oleh anak. Apabila anak berada pada kotak yang bergambar tangga, maka anak harus naik keatas sampai pada kotak dimana puncak tangga itu berada dan anak harus mengucapkan abjad yang ada didasar tangga kemudian juga

12

Agus N. Cahyo, Game Khusus Untuk PenyeimbangOtak Kanan dan Kiri Anak


(22)

13

mengucapkan abjad yang ditempati pada saat itu. Akan tetapi, jika mereka berhenti pada kotak yang bergambar ekor ular, maka mereka harus turun sampai pada kotak yang bergambar kepala ular dan anak harus mengucapkan abjad yang berada di ekor dan kepala ular.

Sedangkan yang dimaksud permainan ular tangga dalam penelitian ini yaitu sebagai sarana permainan edukatif yang dapat meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis yang ada di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

3. Kemampuan Mengenal Abjad

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kemampuan Mengenal Abjad memiliki makna atau arti sendiri-sendiri, yaitu: 1) Kemampuan yaitu perihal kesanggupan, kecakapan, kekuatan, untuk mencapai cita-citanya;2) Mengenal yaitu tahu, mengetahui, berhubungan dengan rasa,dan mengerti; 3) Abjad merupakan susunan huruf di suatu bahasa yang dimulai dari huruf A dan diakhiri huruf Z.13

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Mengenal Abjad yaitu menaikkan kecakapan pengetahuan seseorang dalam bidang mengenal abjad yang dimulai dari huruf a dan diakhiri dengan huruf z.

Adapun yang dimaksud kemampuan mengenal abjad pada penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis Akbar yang ada di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

13

Meity Taqdir Qodratilah, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, ( Jakarta; badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011), hal. 560, 273, 296, 225, 1.


(23)

14

4. Anak Autis

Anak Autis merupakan anak yang mengalami suatu kondisi yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komunikasi secara normal.14 Hal ini dilatarbelakangi karena anak autis pada umumnya hidup dengan dunianya sendiri, dan menikmati kesendirian.

Ciri-ciri anak autis yaitu: Sulit bersosialisasi dengan anak lainnya; Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata; Tidak peka terhadap rasa sakit; Lebih suka menyendiri, sifatnya agak menjauhkan diri; Tidak perduli bahaya; Hiperaktif atau melakukan kegiatan fisik secara berlebihan atau malah tidak melakukan apapun (terlalu diam); Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa.

Sedangkan beberapa penyebab yang dianggap menjadi pemicu terlahirnya anak Autis, yaitu: Vaksin yang mengandung Thimerosal; tayangan Televisi; Genetik; Makanan; Radiasi langsung pada bayi; Asam Folat’.15

Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan anak autis adalah anak yang mempunyai kognitif yang bagus dan termasuk anak yang cerdas, akan tetapi karena mengalami keterlambatan dalam berbicara yang menjadi penyebab kemunduran dalam proses mengenal dan mengucapkan abjad. Anak autisme yang menjadi subjek disini merupakan salah satu anak yang bersekolah di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

14

Aqila Smart, Anak Cacat Bukan Kiamat, (Yogyakarta: KataHati, 2010), hal. 56. 15


(24)

15

F.Spesifikasi Produk

Berangkat dari latar belakang yang sudah dijelaskan peneliti, maka peneliti mengembangkan satu produk yang berguna, bermanfaat, sederhana, praktis, menarik, dan menunjang pencapaian tujuan dalam mengenal abjad. Oleh karenanya penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memenuhi empat kriteria sebagai berikut:

1. Ketepatan adalah bentuk dari permainan yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan prosedur permainan. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat validitas paket yang dikembangkan dengan menggunakan skala penilaian yang diberikan kepada tim uji ahli.

2. Kelayakan yaitu adanya permainan yang dikembangkan memenuhi

persyaratan yang ada baik dalam segi prosedur, bentuk, maupun pelaksanaannya, sehingga permainan tersebut dapat diterima oleh anak yang mengalami hambatan autis, orang tua, dan juga para guru.

3. Kegunaan yaitu permainan yang dikembangkan memiliki daya guna dan bermanfaat untuk dijadikan panduan oleh orang tua dan para guru paud dalam rangka meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis. 4. Respon Aktif Positif yaitu tampilan dan penguatan yang ada di permainan

ular tangga berpotensi dapat membuat anak autis tertarik untuk melakukan permainan ular tangga ini, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengenal abjad.16

16Mukfiyah Ma’isyah, “pengembangan Paket Pelatihan konseling Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas peran Ibu Rumah Tangga di Desa Kepuh Kejayan Pasuruan”, (Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016), hal. 11-12.


(25)

16

Untuk lebih memperjelas kriteria di atas dapat dilihat tabel berikut: Tabel 1.1

Spesifikasi Produk Permainan Ular Tangga dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Abjad

No Variabel Indikator Instrumen Pelaksana

1 Ketepatan a. Ketepatan obyek

b. Ketepatan rumusan

tujuan dan prosedur

c. Kejelasan rumusan

umum dan khusus

d. Kesesuaian gambar

dengan produk

Angket Tim Ahli

2 Kelayakan a. Prosedur praktis

b. Keefektifan biaya,

waktu dan tenaga

c. Pemakai produk

Angket Tim Ahli

3 Kegunaan a. Pemakai produk

b. Kualifikasi yang

diperlukan

c. Dampak permainan ular

tangga terhadap

kemampuan mengenal abjad pada anak autis

Angket Tim Ahli

Pembimbing

4 Respon

Aktif Positif

Anak autis tertarik dengan permainannya dan tertarik memainkannya

Angket Pembimbing

Produk permainan ini mempunyai tujuan agar dapat meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis. Produk ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Nama dan Deskripsi Produk

Produk yang ingin dikembangkan oleh peneliti guna meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis yaitu dengan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga.


(26)

17

Dimana dalam permainan ular tangga ini diharapkan dapat membantu anak autis dalam mengenal abjad. Spesifikasi Permainan ular tangga disini yaitu: 1) terdiri dari 28 kotak; 2) setiap kotak terdapat satu abjad; 3) setiap kotak terdapat kata-kata motivasi islami; 4) berbentuk banner yang dilapisi steroform halus ; 5) setiap kotak berukuran 50x50 cm; 6) Warna dasar setiap kotak yakni warna biru dan merah. Dimana warna biru merupakan warna simbol dari autis itu sendiri, dan warna merah merupakan warna yang penuh dengan semangat.

2. Bahan produk

Bahan yang digunakan untuk permainan ular tangga yakni berbentuk banner yang dibawahnya akan dilapisi steroform yang lembut, dan dadunya terbuat dari flanel. Bahan tersebut sangat aman digunakan dalam permainan ini, karena bahannya yang lembut dan lentur akan tetap menjaga akbar selama berlangsungnya proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga.

3. Pelaksanaan Permainan

Pelaksanaan permainan ini dirancang dengan menggunakan metode bimbingan belajar edukatif melalui permainan ular tangga. Yang mana dalam permainan ular tangga ini akan dilakukan oleh dua orang atau lebih. Satu orang anak autis dan lainnya lagi anak normal. Anak normal disini sebagai teman bermain bagi anak yang memiliki hambatan autisme (Akbar). Pelaksanaannya dilakukan dengan mengikuti keadaan emosi akbar dan dilaksanakan secara santai. Hal ini diharapkan membawah dampak positif.


(27)

18

G.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunkan metode penelitian pengembangan atau research and development. Research and Development

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, melalui penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifannya agar dapat menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas.17 Pada dasarnya secara sederhana Research and Development merupakan penelitian yang dilakukan secara sengaja, sistematis, bertujuan atau diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/ strategi/ cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efisien, produktif, dan bermakna.18

Untuk dapat menciptakan produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif yang meliputi; wawancara, observasi, dan pre-test dengan memberikan tebakan mengenai abjad yang berguna untuk mengetahui seberapa banyak abjad yang diketahui sebelum permainan dilakukan. Selain kualitatif, peneliti juga menggunakan metode pendekatan kuantitatif dalam menggali data. Peneliti menggunakan penilaian Post-test yang ditujukan kepada pembimbing dan angket tersebut sebagai bahan uji produk yang ditujukan kepada tim uji ahli.

17

Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 407.

18

Nusa Putra, Research and Development, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 67.


(28)

19

2. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah salah satu murid Paud di sekolah Inklusi yang mengalami hambatan autis yang bernama Akbar, dia juga mempunyai keterbatasan dalam kognitif bicaranya. Hal itu disebabkan karena kurangnya kemauan akbar dalam mengucapkan dan menginggat abjad. Sedangkan lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian kali ini berada di PAUD Inklusi Melati di Jln. Yos Soedarso. No 63, Sidoarjo.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian yang berjudul bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini, yaitu; proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dan hasil dari bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang diikuti oleh akbar selaku subjek yang mengalami autis.

Data sekunder dalam penelitian ini, yaitu; penilaian dari para ahli terhadap bentuk bimbingan belajar melalui permainan ular tangga, pendapat guru dan orang tua mengenai proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dan perkembangan kemampuan mengenal abjad


(29)

20

sebelum dan sesudah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dilaksanakan.

b. Sumber Data

Sumber data merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, penggunaan atau pemilihan sumber data harus sesuai dengan tujuan penelitian agar penelitian tersebut memperoleh hasil yang akurat. Dalam hal ini peneliti menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut bisa dikatakan dengan data yang diambil dari sumber pertama dilapangan.19 Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah orang tua dan guru-guru di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo serta literatur mengenai permainan ular tangga.

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber data yang kedua ( bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu: data mengenai hasil analisis dokter, analisis terapis, dan nilai hasil belajar. Sumber lainnya yaitu: pendapat para ahli mengenai pengembangan produk bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis.

19

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi ( Jakarta: Prenada Media Group, 2013), hal. 128


(30)

21

4. Tahap Penelitian

Ada 10 tahapan yang digunakan oleh peneliti dalam proses penelitian dan pengembangan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis, yaitu: 1) identifikasi masalah dan potensi; 2) mengumpulkan informasi; 3) mendesain rancangan produk; 4) memvalidasi desain produk; 5) memperbaiki desain; 6) menguji coba produk; 7) Revisi Produk; 8) Uji coba produk di lapangan; 9) revisi produk pengembangan; dan 10) produk massal .20

Tahapan-tahapan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yakni: tahap perencanaan, tahap pengembangan,dan tahap uji coba21

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi Potensi dan Masalah

Pada tahap ini, peneliti melakukan penggalian data mengenai keterlambatan anak autis dalam mengenal abjad di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo. Peneliti juga menggali potensi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis. Dimana identifikasi potensi yang ditemukan peneliti disini melalui permainan yang edukatif. Menginggat dunia anak merupakan dunia bermain. Dan diharapkan dari potensi tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak yang mengalami hambatan autisme.

20

Sugiyono, Metode Penlitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal.298.

21Mohamad Thohir, “

Pengembangan program Internalisasi Nilai-Nilai Konseling

Islam di Sekolah Untuk Mengatasi Perilaku Bullying”,( Laporan Penelitian Individual Dosen Fakultas Dakwah danKomunikasi UIN Sunan ampel Surabaya, 2015 ), hal. 58.


(31)

22

2) Pengumpulan Informasi

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data dan mempelajari mengenai keterlambatan anak autis dalam mengenal abjad dan juga peneliti mempelajari bagaimana proses pembelajaran yang disenangi dan menarik bagi anak autis. Dimana ditemukan informasi bahwa anak autis cenderung lebih suka belajar dengan bermain. disini peneliti mulai mempelajari literatur mengenai keterlambatan kognitif dalam hal ini berbicara yang disebabkan kurangnya kemampuan mengenal abjad pada anak autis dan juga mempelajari literatur permainan edukatif yang cocok bagi anak autis.

3) Desain Produk Awal

Setelah peneliti mengetahui potensi dan masalah yang dialami oleh anak autis dalam keterlambatan perkembangannya mengenal abjad serta dilengkapi dengan informasi-informasi dari guru-guru di PAUD Inklusi dan dari berbagai lieratur. Peneliti mulai merancang desain produk awal dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis melalui permainan edukatif yang berbentuk permainan ular tangga.

b. Tahap Pengembangan

4) Validasi Desain Produk

Dalam hal ini,hasil desain produk awal mengenai permainan ular tangga yang telah dirancang sebelumnya oleh peneliti kemudian divalidasi oleh para ahli. Dalam penelitian ini, ahli yang dimaksud


(32)

23

yaitu: orang yang berkompeten dalam penanganan anak berkebutuhan khusus terutama anak autis, orang yang berkompeten dalam bidang pembuatan desain produk, dan juga orang yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Dimana dalam bidang pendidikan disini, yaitu kemampuan dalam mengenal abjad.

5) Revisi Desain Produk

Revisi desain produk ini dilakukan setelah mendapatkan hasil validasi desain yang dilakukan oleh para ahli mengenai permainan ular tangga. Kemudian di perbaiki oleh peneliti sesuai dengan masukan dari para ahli. Sehingga akan ditemukan produk bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dengan bentuk-bentuk yang lebih baik dan menarik bagi anak yang mengalami hambatan autis. 6) Uji Coba Produk

Uji coba produk ini dilakukan setelah revisi produk dilakukan oleh peneliti kemudian diuji cobakan kepada Akbar selaku subjek yang mengalami hambatan autis. Diharapkan dari uji coba ini dapat memberikan masukan dan dapat mengetahui respon akbar terhadap bimbingan belajar melalui permainan ular tangga guna memperbaiki bentuk permainan ular tangga.

7) Revisi Produk

Dari uji coba produk yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti tentang efektivitas permainan ular tangga dalam membantu meningkatkan kemampuan


(33)

24

mengenal abjad pada anak autis, serta sesuai tidaknya dan menarik tidaknya permainan ular tangga bagi anak autis. Respon dari anak autis menjadi acuhan bagi revisi produk.

c. Tahap Uji Coba

8) Uji Coba Produk di Lapangan

Setelah revisi produk dilakukan, hasil dari revisi produk ini kemudian diperbaiki oleh peneliti dan kemudian di uji cobakan kepada subjek yang akan diteliti, dimana subjek dalam penelitian ini yaitu akbar. Uji coba produk lapangan ini juga dikordinasikan peneliti kepada orang tua dan juga guru-guru di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo. PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ini digunakan sebagai tempat uji coba permainan ular tangga yang akan membantu akbar dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjadnya. dimana dalam permainan ular tangga yang akan di uji cobakan ini terdapat manual petunjuk dalam melakukan permainan sebagai pelengkap permainan ular tangga.

9) Revisi Produk Pengembangan

Tahap revisi produk pengembangan ini merupakan tahap final dalam pengembangan dan penyempurnaan produk permainan ular tangga. Dimana dalam tahap ini peneliti memperbaiki atau merevisi kekurangan-kekurangan dan kelemahan yang ada dalam produk permainan ular tangga. sehingga dapat digunakan untuk pembuatan dan penyempurnaan produk permainan ular tangga yang baru.


(34)

25

10) Produk Massal

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian Research and Development. Dimana dalam tahap ini produk ular tangga yang telah diuji cobakan beberapa kali ini dinyatakan efektif, layak dan sesuai untuk dijadikan produk pengembangan dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis oleh para ahli maka produk ular tangga ini dapat diproduksi secara masal.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung.22Dalam pelaksanaan observasi ini dilakukan dengan panca indra penglihatan dan pendengaran. Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian, menginggat tidak setiap penelitian menggunakan alat pengumpul data.23 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Observasi Partisipatif yang mana peneliti ikut terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. 24

Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti proses pembelajaran secara langsung, dan mengikuti proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang dapat meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada Akbar di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo secara langsung. Sehingga

22

Anas Salahuddin, Bimbingan dan Konseling ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hal. 72.

23

Joko Subagyo, Metode penelitian ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 62. 24

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D ( Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 227.


(35)

26

peneliti mengetahui proses bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang dapat membantu akbar dalam mengenal abjad.

b. Wawancara

Menurut Deddy Mulyana wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang melibatkan seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.25

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih dalam.26

Wawancara dibagi menjadi dua macam yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan peneliti dengan wawancara tak berstruktur dimana peneliti bertanya secara terbuka.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mencari data sebanyak mungkin melalui wawancara terhadap para informan yaitu guru-guru, orang tua, serta terapis Akbar, sebelum dan setelah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga di berikan kepada Akbar. Apakah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga mampu membawa perubahan pada Akbar dalam meningkatkan kemampuannya mengenal abjad.

25

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 180.

26

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 231.


(36)

27

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan penelitian yang meneliti berbagai dokumen serta bahan-bahan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berupa tulisan misalkan catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan semacamnya. Dokumen yang berbentuk gambar dapat berupa foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, data yang digali melalui studi dokumen antara lain data yang berupa diagnosis dokter, diagnosis terapis, hasil belajar, dan foto-foto pada saat akbar melakukan permainan ular tangga.

d. Kuisioner

Kuesioner merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.27

Kuesioner ini diberikan kepada pembimbing akbar dalam melakukan permainan. Angket tersebut berupa angket post-test yang berguna sebagai alat untuk mengetahui perubahan dalam meningkatnya

kemampuan mengenal abjad dan juga mengetahui seberapa

berpengaruhnya bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak yang memiliki

27

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 142.


(37)

28

hambatan autis (akbar) atau mengetahui hasil dari bimbingan belajar melalui permainan ular tangga.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam menyelesaikan masalah penelitian, sehingga akan di peroleh suatu kesimpulan yang benar.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.28

Analisis dalam penelitian ini terdapat tiga aspek yang dianalisis, yaitu: a) analisis terhadap produk pengembangan yang dihasilkan; b) analisis terhadap proses pengaplikasian bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang dikembangkan; c) hasil atau temuan dari pengaplikasian bimbingan belajar melalui permainan ular tangga. Sebagai berikut:

a. Analisis terhadap produk pengembangan.

Analisis produk yang akan dikembangkan ini dimulai dari pengumpulan informasi dan data. Informasi yang dibutuhkan yaitu sesuai tidaknya produk yang akan dikembangkan dengan subjek yang menjadi

28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuanitatif, Kualitatif dan R&D, ( Bandung; Alfabeta, 2010), hal.246.


(38)

29

sasaran yakni anak autis. Analisis produk ini dilakukan oleh tim uji ahli yaitu Dr. Agus Santoso,S.Ag, M.Pd., dan Dra. Psi. Mierrina, M.Si. b. Analisis terhadap proses permainan ular tangga.

Analisis terhadap proses permainan ular tangga ini dilakukan dengan mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan keadaan subjek, dimana subjek dalam penelitian ini yakni anak yang mengalami hambatan autis. Aspek yang dianalisis dalam bimbingan belajar melalui permainan ular tangga ini, yakni: 1) tujuan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga; 2) metode dalam melakukan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga; 3) media ular tangga yang digunakan; 4) evaluasi yang dihasilkan setelah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dilaksanakan.

c. Analisis Hasil atau temuan dari permainan ular tangga.

Analisis ini difokuskan pada Efektivitas bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dalam membantu anak autis (akbar) meningkatkan kemampuannya dalam mengenal abjad. Efektivitas ini dilihat dari kemampuan anak autis (akbar) dalam mengenal abjad sebelum dan sesudah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dilaksanakan. 7. Uji Keabsahan Hasil Penelitian

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti dalam proses penelitian merupakan hal yang sangat penting karena menentukan kualitas pengumpulan data. Semakin banyak peneliti mengikuti proses penelitian yang mana disini proses


(39)

30

permainan ular tangga yang dilakukan oleh anak autis, maka akan menentukan banyak tidaknya data yang didapatkan serta mendalam tidaknya data yang didapatkan oleh peneliti.

b. Ketekunan Pengamatan

Dalam rangka memperoleh hasil keabsahan data dalam penelitian secara maksimal maka diperlukan melakukan ketekunan pengamatan di lapangan dengan cara melibatkan seluruh panca indra peneliti seperti penglihatan, pendengaran, serta insting peneliti.

Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan data-data yang relevan dengan masalah yang sedang diangkat oleh peneliti. Dengan demikian peneliti akan dapat melakukan penelitian secara lebih rinci, spesifik, dan berkesinambungan dengan faktor-faktor yang nampak. Kemudian oleh peneliti ditelaah lebih mendalam sehingga peneliti dapat benar-benar memahami masalah tersebut.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data. Triangulasi data dibagi menjadi beberapa bagian,yaitu:

1) Triangulasi sumber merupakan proses pengecekan hasil data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2) Triangulasi teknik merupakan proses pengecekan data kepada sumber yang sama dengan menggunakan teknik atau metode yang berbeda.


(40)

31

3) Triangulasi waktu merupakan proses pengecekan data yang didapat melalui proses wawancara dengan melakukan perbandingan waktu dalam melakukan wawancara.29

4) Triangulasi teoritis merupakan proses pengkajian satu permasalahan dilihat dari berbagai sudut pandang teori yang lebih dari satu.30

Adapun triangulasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dalam triangulasi sumber peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data dengan jenis permasalahan yang sama.

Adapun dalam penelitan ini, triangulasi sumber yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai sumber mengenai cara penanganan untuk meningkatkan kognitif dalam berbicara yang kaitannya dengan proses mengenal abjad pada anak autis.

Sedangkan triangulasi teknik yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan cara mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara kepada orang tua, dan juga guru-guru di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo; dengan cara Observasi tempat, subjek, informan, serta keadaan yang akan dijadikan tempat penelitian; dengan cara mendokumentasi proses permainan ular tangga dilaksanakan dengan mengambil foto-foto, hasil diagnosa dari dokter, dan hasil belajar subjek (akbar) selama belajar di PAUD Inklusi Melati

29

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan “ Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 373-374. 30

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), hal. 264-265.


(41)

32

Sidoarjo; dan dengan cara kuesioner melalui form nilai yang berupa pernyataan mengenai kemauan dan kemajuan dalam mengenal abjad yang akan diberikan kepada pembimbing sesudah bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dilaksanakan.

H.Sistematika Pembahasan

Dalam suatu pembahasan penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk mempermudah seorang peneliti dalam penelitian. Langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I adalah pendahuluan yang terdiri dari delapan sub-sub, antara lain: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Definisi Konsep;Spesifikasi Produk; Metode Penelitian; Sistematika Pembahasan.

BAB II adalah tinjauan pustaka, pada bab ini terdiri dari dua sub-sub, yakni kajian teoritik yang meliputi: pengertian bimbingan belajar; pengertian permainan ular tangga; pengertian anak autis; pengertian kemampuan mengenal abjad;. Dan penelitian terdahulu yang relevan yaitu peneliti akan menulis dan menjelaskan kesamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang dengan penelitian terdahulu mengenai permainan ular tangga dan kemampuan mengenal abjad.

BAB III adalah penyajian data, Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi umum objek penelitian,yang meliputi: gambaran umum mengenai PAUD Inklusi Melati Sidoarjo; kondisi dan letak geografisnya; visi-misi; struktur organisasi; data pendidik ABK dan data pendidik PAUD Melati;


(42)

33

Data murid; Kegiatan di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo; Deskripsi peneliti dan subyek. Sub bab yang kedua yakni Bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal abjad pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo.

BAB IV adalah analisis data, Pada bab ini akan membahas mengenai Analisis data pengembangan bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal abjad.

BAB V adalah penutup, Pada bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran, yang menjelaskan hasil kesimpulan dari bimbingan belajar melalui permainan ular tangga mengenai meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada akbar dan saran yang diharapkan peneliti guna penyempurnaan produk.


(43)

BAB II

BIMBINGAN BELAJAR, PERMAINAN ULAR TANGGA, AUTISME, DAN KEMAMPUAN MENGENAL ABJAD

A.Bimbingan Belajar

1. Pengertian Bimbingan Belajar a. Pengertian Bimbingan

Dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan berkembangnya penyelenggaraan pendidikan pada umumnya, dan dalam hubungan dengan orang lain sering kali terjadi peristiwa bimbingan untuk pengaruh-mempengaruhi antara satu orang dengan orang lain. Seperti halnya orang tua membimbing anaknya; dan guru membimbing muridnya, baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pada dasarnya manusia tidak lepas dari yang namanya bimbingan, karena dalam membentuk manusia menjadi baik dan buruk dilihat dari bimbingan yang diperolehnya.

Bimbingan itu sendiri memiliki banyak pengertian yang berbeda-beda, serta berkembang dari masa ke masa, yaitu yang hanya sekedar mempersiapkan seseorang untuk memasuki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu sampai dengan pemberian bantuan dalam penyelesaian suatu permasalahan di berbagai bidang sosial, pendidikan, serta permasalahan pribadi. Begitupun dengan para ahli yang memiliki pendapat berbeda-beda mengenai bimbingan itu sendiri.


(44)

35

Menurut Frank Parson bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu. Dari pendapat ini, kita bisa mengetahui bahwa pada dasarnya bimbingan itu akan mempengaruhi seseorang dalam memperoleh suatu jabatan tertentu.

Menurut Smith, bimbingan merupakan proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.Dari pendapat ini, bimbingan akan membantu seseorang dalam mendapatkan ketrampilan dan pengetahuan guna membantu seseorang menentukan pilihan yang baik dan sesuai bagi dirinya.

Menurut Chrisholm, bimbingan merupakan penolong bagi individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya. Dalam hal ini, melalui bimbingan seseorang diharapkan dapat mengenali dirinya sendiri, sehingga akan dapat membantu dirinya dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Menurut Stoops, bimbingan merupakan suatu proses yang terus menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh


(45)

36

manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. Menurut pendapat Stoops ini bahwa bimbingan akan membantu seseorang dalam proses mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi dirinya sendiri melainkan juga bagi oranglain.31

Winkel mendefinisikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan.32

Dilihat dari pendapat beberapa ahli diatas mengenai pengertian bimbingan dapat dipahami bahwasannya bimbingan pada prinsipnya merupakan suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang secara berkelanjutan yang membantu, membentuk, serta mempersiapkan seseorang dalam mengembangkan pengetahuan, perilaku, serta pemikiran yang luas. Hal itu akan mempermudah seseorang dalam menentukan pilihan yang baik sehingga akan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat.

Dengan kata lain, bahwasannya manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sehingga akan membantu manusia dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Seperti dalam al- qur’an Qs. Ar-ra’du:27

31

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hal. 193.

32


(46)

37

Artinya: Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu`jizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada Nya".33

Dari ayat diatas, dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini juga menunjukkan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi baik atau buruk.

b. Pengertian Belajar

Dalam aktivitas sehari-hari manusia hampir tidak pernah lepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melakukan kegiatan sendiri maupun kegiatan kelompok. Disadari ataupun tidak, sesungguhnya sebagian besar kegiatan kita merupakan kegiatan belajar. Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan belajar, dan itu menunjukkan bahwa yang namanya belajar tidak dibatasi dengan usia. Bahkan agama islam dalam Al-qur’an juga dijelaskan mengenai perintah dalam belajar (menuntut ilmu), seperti dalam Qs. Al-Mujadalah : 11

33

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hal. 491-492


(47)

38

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. 34

Dalam ayat al-qur’an diatas, sudah jelas bahwa belajar (menuntut ilmu) merupakan perintah langsung dari Allah Swt. Karena orang yang belajar (menuntut ilmu) akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt beberapa derajat. Hal ini menjelaskan bahwa belajar akan membawah diri kita pada kebaikan.

Belajar juga merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (dalam kandungan) hingga liang lahat.35

Menurut Nichole, belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 tahun. Konsekuensinya, 4

34

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hal. 1170-1171.

35

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 3.


(48)

39

dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan.36

Menurut Gagne, belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau yang direncanakan.37Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.

Dari pengertian belajar menurut para ahli dapat diambil kesimpulan bahwasannya belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku seseorang yang menyangkut perubahan pengetahuan(kognitif) dan ketrampilan(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif) yang dipelajari dari pengalaman diri sendiri maupun dari interaksi dengan lingkungan sekitar.

c. Pengertian Bimbingan Belajar

Setelah menguraikan beberapa definisi bimbingan dan belajar menurut para ahli, maka penulis menggabungkan dua kata tersebut menjadi bimbingan belajar. Bimbingan Belajar itu sendiri merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau

36

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 33. 37

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 4.


(49)

40

rendahnya intelegensi. Sering kegagalan itu disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.38

Menurut Dewa ketut Sukardi, bimbingan belajar merupakan suatu proses pertolongan dari pembimbing kepada peserta didik dalam memecahkan masalah belajar baik disekolah maupun di luar sekolah, agar peserta didik dapat menyesuaikan diri dalam belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar dengan sistematis dan konsisten agar dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.39

Dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan belajar merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menemukan kesukaran-kesukaran dalam proses belajar yang menjadi tuntutan dari suatu institusi pendidikan, sehingga menemukan proses belajar yang tepat.

2. Tujuan Bimbingan Belajar

Tujuan bimbingan belajar merupakan hal yang penting dalam proses bimbingan belajar. Apabila tidak ada tujuan, maka proses bimbingan belajar akan berjalan dengan tidakmana mestinya (kurang baik), maka dari itu tujuan bimbingan belajar meliputi:

a. Agar siswa bertanggung jawab menilai kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif.

38

Priyatno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2000), hal. 279.

39

Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional ,1993), hal. 79.


(50)

41

Bimbingan belajar merupakan bantuan kepada seseorang untuk dapat mengetahui kemampuan yang dimilikinya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dimilikinya, sehingga seseorang ini dapat memanfaatkan kemampuannya menjadi pengetahuan yang berguna untuk dirinya sendiri dan orang lain secara lebih efektif.

b. Agar siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri.

Seseorang dalam menjalani kehidupan ini pasti akan menemukan banyak sekali rintangan. Terkadang seseorang tidak dapat menjalaninya karena rintangan yang dihadapinya terlalu besar ataupun seseorang tersebut belum mempunyai dasar atau pemahaman yang kuat mengenai kehidupannya. Maka dari itu, bimbingan belajar diperlukan guna membantu seseorang dalam menyiapkan masa depannya sendiri dan menjalani kehidupannya secara lebih efektif.

c. Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial.

Setiap manusia dilahirkan pasti memiliki potensi masing-masing. Tinggal bagaimana manusia tersebut mampu mengeluarkan atau mengembangkan potensi tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu, bimbingan belajar bertujuan membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal dan bermanfaat.


(51)

42

3. Fungsi Bimbingan Belajar

Dalam proses bimbingan belajar pasti memiliki fungsi yang dapat membantu seseorang dalam mempelajari suatu hal yang baru sehingga akan membentuk perilaku baru yang positif dan bertahan lama (menetap).

Adapun fungsi-fungsi tersebut meliputi:

a. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang objektif dan jelas tentang potensi,watak, minat, sikap, dan kebiasaannya agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini akan membantu siswa lebih mudah mempelajari dirinya sendiri sehingga dia mampu mempersiapkan masa depannya sendiri.

b. Membantu individu siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kemampuannya dan membantu siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai hasil yang diharapkan.

c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kemungkinan dan kecenderungan dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat diantara lapangan pekerjaan tersebut. Di samping itu, membantunya untuk dapat kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaannya sambil memberikan sumbangan secara maksimal terhadap masyarakatnya.40

40

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar & Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hal. 195-196


(52)

43

B.Permainan Ular Tangga

1. Pengertian Permainan Ular Tangga a. Pengertian Permainan (bermain)

Sebelum membahas mengenai pengertian Permainan, peneliti akan membahas mengenai Bermain. Bermain menurut piaget dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan.41 Tetapi pendapat Piaget banyak dibantah oleh peneliti lainnya, karena ada kalanya bermain bukan dilakukan hanya semata-mata demi kesenangan, melainkan adakalanya bermain juga dapat dijadikan sebagai sarana belajar.

Beberapa ahli Psikologi memberi pandangan mereka tentang bermain. Karl Groos mengemukakan bahwa bermain merupakan proses penyiapan diri untuk menyandang peran sebagai orang dewasa. Lazarus menyatakan bahwa bermain akan membangun kembali energi yang hilang sehingga diri mereka segar kembali. Schiller dan Spencer menyatakan bahwa bermain merupakan wahana untuk menggunakan energi yang berlebih sehingga anak terlepas dari tekanan.42

Permainan itu sendiri merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama. Dalam

41

Andang Ismail, Education Games”Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif” (Yogyakarta:Pilar Media, 2006), hal. 13.

42

Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup,2011 ), hal. 33.


(53)

44

permainan juga akan menciptakan keakraban dan membantu anak dalam bersosialisasi.

Menurut Zakiyat Darajat, permainan mempunyai peranan penting dalam pembinaan pribadi anak. Hal senada juga diperkuat Joan Freeman dan Utami Munandar yang menyebutkan bahwa pada umumnya para pakar sepakat bermain merupakan suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional anak.43

Oleh karena itu, dalam memilih permainan sebaiknya orang tua ataupun guru tidak asal memilih permainan, tetapi harus memerhatikan unsur edukatif yang terdapat dalam permainan tersebut. Permainan edukatif sendiri merupakan permainan yang menggunakan alat ataupun cara yang bersifat mendidik. Permainan edukatif ini sangat penting dan berguna bagi anak-anak. Karena tidak hanya sekedar bermain tetapi mereka juga dapat belajar, mengembangkan kognitif, sosial, emosi, dan fisik.

Dari penjelasan diatas, banyak tokoh mengatakan bahwa bermain merupakan hal yang baik bagi anak-anak untuk menghilangkan apa yang dirasakan oleh anak yaitu kejenuhan dan kepayahan. Dengan bermain akan memperbaruhi semangat dan kejernihan otaknya, melatih otot-tot jasmani sehingga tidak mudah terkena suatu penyakit. Bermain hendaknya tidak menyebabkan kecapaian yang berlebihan (menambah

43


(54)

45

capai), dan kesulitan yang menyakitkan. Sebab, dalam hal seperti itu terdapat bahaya bagi fisik dan melemahkan jasmani. Sedang Rasulullah saw bersabda:“Tidak boleh membahayakan (diri sendiri) dan tidak boleh membahayakan (orang lain)”. (H.R Imam Malik dan Ibnu Majah).44

Dalam hadits lain menyatakan bermain hendaknya tidak melupakan kewajiban lain hingga tidak mengerjakannya. Sebab, yang demikian itu merupakan pembuangan waktu dan membunuh kesempatan. Rasulullah

saw bersabda: “Bersemangatlah dalam mengerjakan yang

mendatangkan manfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah SWT, dan janganlah kamu berjiwa lemah”. ( H.R Muslim).45

b. Pengertian Ular tangga

Ular tangga dalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan dibeberapa kotak digambar sejumlah “tangga” dan “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain.46

Tidak ada papan permainan standart dalam ular tangga, setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu

44Abu Zur’ah Ath

-Thaybl, Hadits Arbain Nawawi Matan dan Terjemah, (Surabaya : Pustaka Syabab, 2007), hal. 29.

45

Muslich Shabir, Terjemahan Riyadhus Shalikhin, ( Semarang: CV Toha Putra, 1981), hal. 117

46

Agus N Cahyo, Game Khusus Penyeimbang Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: FlashBooks,2011), hal. 106.


(55)

46

yang muncul. Bila pemain mendarat keujung tangga yang lain. Bila mendarat kotak dengan ular, mereka harus turun kekotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir. Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu,mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya. 47

c. Pengertian Permainan Ular Tangga

Dari pengertian tentang permainan (bermain) dengan pengertia ular tangga. Maka dapat disimpulkan bahwa permainan ular tangga merupakan suatu permainan yang dilakukan diatas kotak yang terdapat gambar ular dan tangga, yang mana dalam permainan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang, yang dapat mengembangkan sosial, emosi, kognitif, serta fisik.

2. Persiapan Sebelum Permainan

a. Siapkan satu buah papan ular tangga

Papan ular tangga merupakan hal terpenting dalam permainan ular tangga. Karena papan ular tangga menjadi dasar berlangsungnya permainan ular tangga.

b. Siapkan dua dadu

Dadu merupakan sesuatu yang juga dianggap penting dalam permainan ular tangga. Hal ini karena dadu membantu seorang pemain dalam hal menentukan kotak berapa yang harus ditempati.

47


(56)

47

c. Sediakan gelas kecil untuk mengocok

Gelas kecil hanya sebagai pelengkap dalam permainan ular tangga. Gelas kecil ini digunakan untuk membantu pemain dalam mengocok dadu. Meskipun dalam permainan ular tangga tidak menggunakan gelas kecil untuk mengocok dadu, bisa diganti dengan yang lain. Karena hal ini

tidak akan membatalkan permainan ular tangga. d. Kumpulkan beberapa pemain, minimal dua anak

Pemain merupakan hal terpenting dalam suatu permainan terutama dalam permainan ular tangga. Karena adanya seorang pemain, maka sebuah permainan akan dapat dilaksanakan. Dalam permainan ular tangga ini dibutuhkan lebih dari satu pemain, karena untuk mencari siapa yang sampai dulu mencapai finish (menang-kalah).

3. Cara Bermain

a. Pemain berdiri di atas kotak yang bertuliskan “Start”.

b. Pemain bersuit untuk menentukan siapa yang main terlebih dahulu. c. Pemain yang mendapat giliran bermain pertama, mengocok dadu.

d. Pemain berjalan diatas kotak permainan ular tangga yang sesuai dengan jumlah yang ada pada dadu.

e. Pada saat pemain berhenti di kotak yang bergambar ekor ular, maka pemain harus turun ke kotak yang bergambar kepala ular.

f. Pada saat pemain berhenti di kotak yang bergambar ujung bawah tangga, maka pemain harus naik ke kotak yang bergambar ujung atas tangga.


(57)

48

g. Pemain yang pertama kali sampai pada garis finish, maka pemain ini keluar sebagai pemenang.

4. Manfaat Permainan Ular Tangga

Manfaat permainan ular tangga yaitu sebagai pengasah otak kiri dan kanan. Kaitannya dengan otak kiri, ada banyak hal yang bisa diambil positifnya dari game ini, mulai dari papan permainan, aneka gambar yang disuguhkan, hingga jumlah mata dadu yang muncul. Pada saat permainan anak akan menggunakan otak kirinya untuk menghitung langkahnya sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul, memperkirakan angka untuk mendapatkan posisi yang baik. Pada intinya; dengan bermain ular tangga, otak kiri anak akan diasah untuk menghafal nomor, berlatih penjumlahan, mengenali angka, dan mengurutkan langkah.

Kaitannya dengan otak kanan, dalam game ini anak akan diajari untuk mengenal dan memahami arti simbol dan warna. Sebagaimana dalam permainan ular tangga ini terdapat simbol ular, tangga, serta aneka gambar dan warna. Bahkan, didalamnya juga ada unsur persaingan sekaligus pengasahan emosi. Sehingga anak akan berusaha untuk memenangkannya, dari sini anak akan belajar berbagai hal, sehingga otak kanannya dapat terasah.48

5. Nilai Teraupetik Islam pada Permainan Ular Tangga

Teraupetik itu sendiri bermakna pengobatan dan penyembuhan. Pada permainan ular tangga ini terdapat penguatan-penguatan islami yang di

48

Agus N Cahyo, Game Khusus Penyeimbang Otak Kanan dan Kiri Anak, (Jogjakarta: FlashBooks,2011), hal. 107-109.


(1)

125

sehari-hari. Perubahan perilaku yang merupakan hasil implementasi ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Pertama, Perubahan yang sangat

signifikan terbukti pada permainan sesi ketiga dimana akbar dapat mengucapkan lagi abjad A-Z dan mengetahui bentuk abjad A-Z. Akbar yang sebelum permainan malas untuk mengucapkan abjad setelah

dilakukannya permainan ular tangga menjadi senang ketika

mengucapkannya dan sangat antusias ketika ditanya mengenai urutan abjad.

Kedua, Perubahan yang cukup signifikan yang ditunjukkan akbar yakni

perubahan akbar dalam berinteraksi dengan peneliti. Selain itu, akbar yang cuek setelah permainan akbar menjadi dekat dengan peneliti. sebelum permainan akbar tidak pernah tertawa setelah permainan akbar dapat tertawa dengan lepas.

3. Proses pengembangan produk bimbingan belajar melalui permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Sidoarjo ini melalui beberapa proses yang harus diikuti oleh peneliti untuk menemukan bentuk pengembangan produk bimbingan belajar melalui permainan ular tangga yang cocok dan sesuai dalam membantu anak autis meningkatkan kemampuannya mengenal abjad. Proses ini sangat menentukan produk permainan ular tangga yang ingin dikembangkan oleh peneliti, mulai dari proses revisi desain yang dilakukan peneliti sebanya tiga kali sampai revisi produk. Revisi desain dan revisi produk yang dilakukan oleh peneliti disesuaikan dengan saran dan masukan dari tim uji ahli, sampai pengembangan produk ini dikatakan cocok dan


(2)

126

sesuai dalam membantu anak autis untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengenal abjad. cocok dan sesuainya produk ini dilihat dari ketepatan, kelayakan, dan kegunaan dari produk ini.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh peneliti, selanjutnya peneliti mengharapkan saran dari berbagai pihak yang penting untuk disampaikan.

Pertama, kepada peneliti selanjutnya, banyak hal yang belum dapat

dikatakan sempurna dalam penelitian ini, oleh karenanya perlu diadakan untuk melakukan penelitian lanjutan agar lebih mendalam dengan subyek yang lebih dari satu sehingga akan lebih terlihat bahwa bimbingan belajar melalui permainan ular tangga ini memang efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak autis dalam mengenal abjad.

Selain itu, jika ada penelitian selanjutnya penggunaan dadu dirasa penting untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan karakteristik anak autis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal abjad. Adanya modul juga perlu dikembangkan lagi sehingga akan benar-benar menemukan prosedur permainan yang sesuai dengan anak autis. Penggunaan penguatan motivasi-motivasi islami dirasa penting juga untuk dikembangkan dan dikuatkan agar dapat membantu anak autis dalam memiliki penguatan islami yang positif dalam dirinya.

Kedua, kepada pembaca, jika pembaca menemukan hal yang kurang


(3)

127

penelitian, maka itu merupakan murni kesalahan peneliti. Oleh karena itu, kepada pembaca yang baik alangkah baiknya jika sudah melihat bentuk permainan ular tangga dan membaca hasil penelitian ini dapat memperbaikinya dengan referensi-referensi yang ada pada hasil penelitian ini yang terkait dengan permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan anak autis dalam mengenal abjad yang sudah disediakan peneliti pada halaman daftar pustaka. Sehingga pemahaman yang didapatkan akan lebih mendalam.

Kepada orang tua maupun guru yang menanggani anak dengan hambatan autis sebagaimana yang dikatakan sebelumnya, bahwa bentuk bimbingan belajar melalui permainan ular tangga dan hasil penelitian ini bukanlah hal yang dapat mencukupi kebutuhan untuk proses bimbingan belajar dalam meningkatkan kemampuan mengenal abjad. Namun dengan demikian, jika orang tua maupun guru ingin mengaplikasikannya pada anak dengan hambatan autis maka orang tua dan guru ini sudah membantu anak tersebut dalam melakukan proses bimbingan belajar yang menyenangkan dan membantu meningkatkan kemampuan mengenal abjad.


(4)

128

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. Bimbingan & Konseling. Bandung: Pustaka Setia. 2010.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2006.

Ath-Thaybl, Abu Zur’ah. Hadits Arbain Nawawi Matan dan Terjemah. Surabaya:

Pustaka Syabab. 2007

Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2012.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2012.

Bungin, Burhan.Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group. 2013.

Cahyo, Agus N. Game Khusus Penyandang Otak Kanan dan Kiri. Jogjakarta: FlashBooks. 2011.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.

Habibah, Pipit Putri. Efektifitas Terapi Bermain Terhadap kemampuan Berpikir mandiri Pada Anak Autis di Mukswa Bina Autis Sidoarjo, Skripsi: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2013.

Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2010.

https://id.m.wikipedia.org, 01 desember 2016.

Indrastuti , Oktariana. Mengenal Autisme dan Penanganannya, Yogyakarta: Anggota Ikapi. 2013.

Ismail, Andang. Education Games “Menjadi Cerdas Dann Ceria Dengan

Permainan Edukatif”. Yogyakarta: Pilar Media. 2006.

Istiqomah , Adinda. Regulasi Emosi Ibu Yang Mempunyai anak Autis. Skripsi: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. 2014. Khairani, Makmun. Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

2013.

Ma’isyah, Mukfiyah. Pengembangan Paket Pelatihan Konseling Keluarga dalam


(5)

129

Pasuruan. Skripsi: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. 2016.

Meranti , Tanti. Psikologi Anak Autis. Yogyakarta: Familia. 2013.

Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004.

Musyafa, Haidar. Hidup Berkah dengan Doa. Jakarta: Kompas Gramedia. 2014 Nafi , Dian. Belajar dan Bermain Bersama ABK- Autis. Yogyakarta: Anggota

Ikapi. 2012.

Pdf. Buku Pedoman Penanganan dan pendidikan autisme YPAC. 23 januari 2017. Priyatno. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2000. Putra, Nusa. Research and Development. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2015.

Qodratilah, Meity Taqdir. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011.

Rajab, Khairunnas. Obat Hati. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2010

Rufaidah , Nunung. Penerimaan Diri Orangtua Tunggal yang mempunyai Anak Autis. Skripsi: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. 2014.

Salahudin, Ahmad. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia. Shabir, Muslich. Terjemahan Riyadhus Shalikhin. Semarang: CV Toha Putra.

1981

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. 2012.

Smart, Aqilah. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Katahati. 2010. Subagyo, Joko. Metode penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2010.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2012.


(6)

130

Sukardi, Dewa Ketut. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. 1993.

Sumanto. Psikologi Perkembangan Fungsi danTeori. Yogyakarta: PT Buku Seru. 2014.

Susanto , Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2011.

Thohir, Muhamad. Pengembangan program Internalisasi Nilai-Nilai Konseling Islam di Sekolah Untuk Mengatasi Perilaku Bullying. Laporan Penelitian Individual Dosen: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. 2015.

Yus, Anita. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2011.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP KEMAMPUAN PENGARUH PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MISBAHUL FALAH KLAYUSIWALAN KECAMATAN BATANGAN KABUPATEN PATI.

0 2 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN KANTONG AJAIB.

5 28 34

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Melalui Permainan Ular Tangga Pada Anak Kelompok B (Kelompok Salman) RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 18

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA PADA ANAK KELOMPOK B (KELOMPOK SALMAN) RA Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Melalui Permainan Ular Tangga Pada Anak Kelompok B (Kelompok Salman) RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo Tahu

0 2 18

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK DALAM BERHITUNG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA.

3 18 49

meningkatkan pengetahuan kesehatan melalui permainan ular tangga.

1 1 9

TERAPI BERMAIN LOMPAT JINGKAT ANGKA UNTUK MENGEMBANGKAN KOGNITIF DALAM MENGENAL ANGKA PADA ANAK DOWN SYNDROM DI PAUD INKLUSI MELATI TRISULA SIDOARJO.

0 3 158

Model pola asuh Orangtua dalam menangani Temper Tantrum pada anak autis di PAUD Inklusi Melati Trisula Sidoarjo.

0 0 108

QUR'ANIC SOUND HEALING UNTUK MENGATASI SPEECH DELAYED ANAK AUTIS DI PAUD INKLUSI MELATI SIDOARJO.

1 10 120

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KATA MELALUI METODE PERMAINAN ULAR TANGGA KATA PADA ANAK KELOMPOK A TK SINAR MELATI I SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN.

13 120 170