RESPON HISTOPATOLOGIS HEPAR MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI BENZO(α)PIREN TERHADAP PEMBERIAN TAURIN DAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata)

(1)

RESPON HISTOPATOLOGI HEPAR MECIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSIBENZO(α)PIRENTERHADAP PEMBERIAN

TAURIN DAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata) Oleh

Annisa Agata

Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya kerusakan dan ketidaknormalan sel dalam mengatur pertumbuhan dan diferensiasinya. Kanker hati adalah gangguan pada hepar yang berawal dari tumor hepar. Taurin diketahui sebagai senyawa antioksidan, namun perannya dalam antikanker perlu dieksplorasi lebih jauh, demikian pula dengan ekstrak daun sirsak yang telah diminati oleh masyarakat sebagai bahan antikanker. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peran senyawa taurin dan ekstrak daun sirsak terhadap gambaran histopatologi hepar mencit (Mus musculus) yang terinduksi benzo(α)piren secara in vivo. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan dengan masing-masing memiliki 5 ulangan. Kelompok I diberi 0,2 ml minyak jagung selama 15 hari, kelompok II diinduksi dengan benzo(α)piren tanpa pemberian bahan uji selama 10 hari, kelompok III pemberian taurin 7,8 mg/bb/hari (2 kali/hari) sejak 15 hari sebelum induksi benzo(α)piren), kelompok IV diinduksi benzo(α)piren dan dilanjutkan dengan pemberian taurin dosis 7,8 mg/bb/hari (2 kali/hari), kelompok V diinduksi benzo(α)piren, dilanjutkan pemberian esktrak daun sirsak dosis 277,8 mg/bb/hari. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallisdan one way anova serta BNT pada α 5%. Hasil menunjukkan bahwa taurin memiliki kemampuan memperbaiki kerusakan jaringan hepar yang diinduksi benzo(α)piren, sebaliknyatidak demikian dengan ekstrak daun sirsak. Kata kunci : benzo(α)piren, daun sirsak (Annona muricata), hepar, histopatologi, taurin.


(2)

HEPAR HISTOPATHOLOGY RESPONSE OF MICE INDUCED BY BENZO(α)PHYREN TO THE ADMINISTRATION OF TAURINE AND LEAF SOURSOP EXTRACT (Annona muricata)

By Annisa Agata

Cancer is a disease that is characterized by the existence of damage and cell abnormality in growth and differentiation. Liver cancer is a disorder of hepar tissue derivated from its tumors. Taurine is known as antioxidant but its role as anticancer needs to be explored more as well the role of Annona muricataleaf soursop extract which was believed has its role as anticancer substance. This research, therefore, aimed to explore the effect of taurine and Annona muricata leaf soursop extract on the hepar histopathology of male mice (Mus musculus) induced by benzo(α)phyren in vivo. This research was carried out by using a complete randomized design, which consisted of 5 treatment groups which was repeated 5 times. Group I was given 0.2 ml corn oil for 15 days, group II wasinduced by benzo(α)phyren without taurine nor A. Muricataleaf soursop extract for 10 days, group III was given 7.8 mg taurine/bw/day (twice a day) starting from the 15thdays before the induction of benzo(α)phyren, group IV, after induced with benzo(α)phyren, taurine was given with dosage of 7.8 mg/bw/day, group V, after induced withbenzo(α)phyren, soursop leaf extract was given with amount of 277,8 mg/bw/day). Data analyzed by Kruskal-Wallis test and one way ANOVA with Fisher test (p>0.05). The results indicated that taurine had ability to recover the liver tissueinduced by benzo(α)phyrenas (carcinogenic) while,Annona muricata leaf soursop extract had not shown any recover of tissue damage.

Keywords : benzo(α)phyren, hepar, histopathology, leaf soursop (Annona muricata),taurine


(3)

Oleh

Annisa Agata

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER SAINS

Pada

Program Studi Magister Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 25 September 1991 yang

merupakan putri tunggal pasangan Bapak Ujang Rilwadi, SP dan Ibu Sherly

Wenur. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Taruna

Jaya Bandar Lampung pada tahun 1997. Sekolah Dasar diselesaikan di SD

Al-Azhar 2 Bandar Lampung pada tahun 2003. Sekolah Menengah Pertama

diselesaikan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung pada tahun 2006. Sekolah

Menengah Atas diselesaikan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2009.

Sarjana Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lampung yang diselesaikan pada tahun 2013.

Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Magister

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung,


(8)

Alhamdulillah puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Respon Histopatologi Hepar Mencit (Mus musculus) Yang Diinduksi Benzo(α)piren Terhadap Pemberian Taurin Dan Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata)”. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis tunjukan kepada semua yang telah membantu sejak memulai kegiatan sampai terselesaikannya tesis ini, ucapan tulus penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D., selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, semangat, ilmu, arahan, ide, saran, dan kritik dengan penuh kesabaran selama penulisan tesis ini.

2. Bapak Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, ide, saran, dan kritik dengan penuh kesabaran selama penulisan tesis ini. 3. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku pembahas, atas saran, kritik, ilmu

serta dukungan yang telah diberikan sehingga tesis ini terselesaikan. 4. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Biologi


(9)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Papa dan Mama tersayang, terkasih dan tercinta yang telah memberikan kasih sayang, restu, do’a, pengertian dan dukungan moril maupun materi

untuk penulis.

8. Bapak dan Ibu dosen, staf beserta laboran Jurusan Biologi FMIPA Unila atas ilmu dan pengalaman yang telah banyak diberikan kepada penulis. 9. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D., selaku Pembimbing Akademik atas

bimbingannya kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Program Studi Magister Biologi.

10. Teman-teman seperjuangan satu ruang lingkup penelitian, Arini Pradita Roselyn, S.Si, M.Si., Henny Marlinda, S.Si, M.Si dan Elfa Verda Puspita, S.Si, M.Si., yang telah menjadi partner selama penelitian berlangsung. 11. Sahabat-sahabat ku tersayang drg. Tri Septi Utami, Nur Wahyu Ningsih,

S.E, M.S, Ak., Arini Pradita Roselyn, S.Si, M.Si., dan Ari Khusuma, S.Si, M.Biomed yang walau jauh di mata tetapi tetap dekat di hati atas doa, semangat dan dukungan kepada penulis.

12. Teman–teman angkatan pertama Magister Biologi 2013 FMIPA Universitas Lampung, Bapak Ir. Salman Alfarisi, M.Si., Rr. Etty Puspitaningsih, S.Si, M.Si., Henny Marlinda, S.Si, M.Si., Elfa Verda


(10)

canda tawa, dan kebersamannya kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan, penelitian hingga akhir, yang tidak dapat dituliskan satu persatu di tesis ini.

14. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah mereka berikan. Dan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin Ya Rabbal Alamin.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis


(11)

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Pemikiran ... 9

F. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Sel Kanker ... 12

B. Hepar... 16

C. Kanker Hepar... 17


(12)

H. Patofisiologi Kanker Hepar ... 21

I. Karsinogenesis ... 22

J. Mencit (Mus musculus)... 27

K. Sirsak (Annona muricata)... 28

L. Taurin... 32

M. Benzo(α)piren... 34

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat... 37

B. Alat dan Bahan ... 37

C. Rancangan Percobaan ... 38

D. Parameter ... 38

E. Alur Penelitian ... 39

F. Pelaksanaan... 39

1. Hewan Uji ... 39

2. Aklimasi Hewan Uji ... 39

3. Makanan dan Minuman Mencit ... 40

4. Induksi Karsinogenik terhadap Hewan Uji dengan Benzo(α)piren... 41

5. Penentuan Dosis dan Pemberian Senyawa Taurin serta Ekstrak Daun Sirsak ... 41

6. Uji Antikanker Taurin terhadap Hewan Uji... 42

7. Preparasi Pembuatan Sediaan Histologis Hepar ... 43

G. Penilaian Histopatologi... 48

H. Prosedur Pengamatan Bobot Hepar Mencit... 49

I. Analisis Data... 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Berat Badan Mencit yang TerinduksiBenzo(α)piren... 50

B. Bobot Hepar Mencit yangTerinduksi Benzo(α)piren... 53

C. Histologis Hepar Mencit yangTerinduksi Benzo(α)piren... 55


(13)

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(14)

Halaman

Tabel 1. Bahan dan Komposisi Pakan Mencit... 40

Tabel 2. Dosis pada Tiap Kelompok Perlakuan ... 43

Tabel 3. Skor Penilaian Derajat Kerusakan Histopatologi Sel Hepar ... 48

Tabel 4. Bobot Hepar Mencit pada Tiap Kelompok Perlakuan ... 53

Tabel 5. Analisis Data Kerusakan Hepar dengan Pengujian Kruskal-Wallis... 55

Tabel 6. BB Hari Perlakuan ke-10... 81

Tabel 7. BB Hari Perlakuan ke-20... 81

Tabel 8. BB Hari Perlakuan ke-25... 81

Tabel 9. Bobot Hepar (g) ... 86

Tabel 10. Histopatologi Hati Mencit Dosis Kontrol Normal ... 89

Tabel 11. Histopatologi Hati Mencit Dosis Kontrol Positif ... 89

Tabel 12. Histopatologi Hati Mencit Preventif ... 89

Tabel 13. Histopatologi Hati Mencit Dosis 2 ... 90


(15)

Halaman

Gambar 1. Struktur Taurin. ... 6

Gambar 2. Skema Sederhana Dasar Molekuler Kanker ... 13

Gambar 3. Enam Tanda Utama Kanker... 15

Gambar 4. Mencit Putih (Mus musculus) ... 27

Gambar 5. Daun Sirsak (Annona muricata) ... 30

Gambar 6. Pohon dan Daun Sirsak... 31

Gambar 7. Bagan Alur Pembuatan Ekstak Daun Sirsak ... 42

Gambar 8. Histogram Perubahan Berat Badan Mencit (g) pada Tiap Kelompok Perlakuan . ... 50

Gambar 9. Struktur Histologis Hepar Kelompok Kontrol Normal. ... 59

Gambar 10. Struktur Histologis Hepar Kelompok Kontrol Positif ... 60

Gambar 11. Struktur Histologis Hepar Kelompok Preventif ... 64

Gambar 12. Struktur Histologis Hepar Kelompok Taurin Dosis 2. ... 65

Gambar 13. Struktur Histologis Hepar KelompokDosis Ekstrak Daun Sirsak ... 67

Gambar 14. Perbandingan Struktur Histologis Hepar pada Tiap Kelompok Perlakuan ... 71

Gambar 15. Pemeliharaan Mencit (Mus Musculus) ... 95

Gambar 16. Larutan Taurin, Ekstrak Daun Sirsak dan Benzo(α)piren... 95

Gambar 17. Ekstrak Daun Sirsak Laruta Taurin ... 95

Gambar 18. Pemberian Zat Uji, Sonde, Pengukuran BB Mencit ... 96


(16)

Gambar 22. Terdapat Nodul di bagian Tengkuk Tubuh Mencit ... 98 Gambar 23. Terdapat Nodul di bagian Kiri Tengkuk Tubuh Mencit... 98 Gambar 24. Proses Pembedahan Mencit (Mus musculus)... 99


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Neoplasma (tumor) terutama yang bersifat ganas (kanker), diketahui masih mempunyai mortalitas yang tinggi, dan pengobatannya saat ini belum memuaskan. Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan tingkat kejadian kanker adalah 180 per 100.000 penduduk.Hepatocellular Cell Carsinoma(HCC) merupakan salah satu dari neoplasma organ dalam yang paling umum terdapat pada manusia. Kanker merupakan suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal. Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh dan dapat menyebabkan kematian, serta dapat terjadi pada manusia dari semua kelompok usia dan ras. Diperkirakan kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta diantaranya ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya(Mun’imet al, 2006).

Kanker merupakan penyakit dengan multi faktor penyebab yang terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium yang berbeda-beda. Kanker dapat terjadi karena adanya perubahan DNA sel atau disebut juga mutasi, yang dapat terjadi pada sekuens DNA yang

mengatur siklus sel yaitu protoonkogen yang nantinya menjadi onkogen. Selain itu dapat juga terjadi pada sekuens DNA yang berperan melakukan


(18)

apoptosis seperti p53. Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas serta tidak terkendali (Zeinabet al, 2012).

Kanker dapat disebabkan oleh faktor endogen maupun eksogen. Faktor endogen dapat berupa faktor genetik, penyakit, dan hormon. Sedangkan faktor eksogen dapat berasal dari makanan, virus, senyawa-senyawa karsinogenik seperti polusi udara, zat warna, logam-logam karsinogen, dan banyak penyebab lainnya seperti siklofosfamida (Hanahan and Weinberg, 2000).

Zat-zat yang dapat menyebabkan mutasi disebut dengan mutagen. Salah satu mutagen adalah polisiklik aromatis hidrokarbon (PAH) yang merupakan kelompok dari senyawa berukuran besar dengan dua atau lebih cincin

aromatik yang umumnya terbuat dari atom karbon dan hidrogen yang bersifat karsinogen. PAH ditemukan pada saat pembakaran bahan organik yang tidak

sempurna. Benzo(α)pirenmerupakan salah satu dari tiga produk degradasi PAH yang berpotensi sebagai bahan sitotoksik, mutagenik, agen

imunosupresif, dan karsinogen. Beberapa penelitian menyatakan bahwa benzo(α)piren adalah mutagen dan dapat menginduksi pertumbuhan kanker (Halliwel and Gutteridge, 1998).

Kejadian dan jenis penyakit kanker erat hubungannya dengan berbagai faktor antara lain adalah jenis kelamin, usia, ras, dan paparan terhadap beberapa zat yang bersifat karsinogenik (Ngatidjan, 1991). Zat yang bersifat karsinogen ini


(19)

dapat dibagi dalam beberapa kelompok baik yang sintetik maupun yang berasal dari alam (Weizman dan Yanif, 1999).

Pengobatan kanker secara medis dilakukan dengan terapi penyinaran,

pembedahan, dan kemoterapi (Ceruttiet al, 1994). Obat antikanker yang ideal seharusnya dapat menghabiskan sel kanker tanpa membahayakan jaringan sehat. Namun sampai sekarang belum ditemukan obat yang memenuhi kriteria demikian. Pemakaian sitostatika sebagai antikanker menimbulkan efek samping yang besar, diantaranya kerusakan pada jaringan dengan laju proliferasi yang tinggi. Sebagian besar sitostatika juga bersifat karsinogenik pada dosis tinggi. Oleh karena itulah pengembangan penelitian terus

dilakukan sampai saat ini untuk menemukan obat antikanker yang ideal (Corwin, 1997).

Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan/ kemoterapi yang sekarang diterapkan, seperti taxol, klorambusil, alkaloid indo seperti vinblastin, dan vinkristin, bekerja dengan cara mempengaruhi metabolisme asam nukleat terutama DNA atau biosintesis protein secara tidak selektif, sehingga bersifat toksik tidak hanya pada sel kanker tetapi juga pada sel normal, terutama sel normal yang memiliki kecepatan proliferasi yang tinggi seperti sumsum tulang belakang (Siswandono, 2000).

Menurut Albertset al(1994), pengobatan kanker yang aman dan efektif masih belum ditemukan. Dengan demikian, usaha untuk menemukan obat kanker perlu terus dilakukan untuk mendapatkan obat yang efektif dengan efek samping yang kecil. Salah satu usaha yang perlu dicoba adalah dengan


(20)

menggali sumber alam nabati yang secara empiris telah banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati kanker. Mengenai efek suatu bahan sangat erat kaitannya dengan senyawa kimia yang terkandung dalam bahan tersebut, salah satunya adalah daun sirsak. Dalam daun sirsak terkandung senyawa alkaloid, saponin, dan flavonoid (Gotamaet al, 1999).

Diantara senyawa-senyawa tersebut, flavonoid mempunyai bermacam-macam efek, yaitu efek antitumor, anti HIV, immunostimulant, antioksidan,

analgesik, antiradang (anti inflamasi), antivirus, antibakteri, antifungal, antidiare, antihepatotoksik, antihiperglikermik, dan sebagai vasodilator (Tjindarbumi dan Mangunkusumo, 2001).

Kanker merupakan penyakit yang menempati peringkat kedua sebagai penyebab kematian. Hal ini menyebabkan pengembangan penelitian untuk menemukan obat-obat baru terus berkembang, bahkan dari bahan alampun kini banyak diteliti untuk pengobatan penyakit kanker ini (Albertet al, 1994).

Salah satu jenis tanaman yang dapat yang memiliki aktivitas sebagai agen kemopreventif adalah sirsak, terutama pada daunnya. Zat aktif dalam tanaman sirsak yang mampu berperan sebagai antikanker adalahAnnonaceous

acetogenins. Acetogeninsmerupakan inhibitor kuat dari kompleks I mitokondria atauNADH dehidrogenase. Zat ini akan mengakibatkan

penurunan produksi ATP yang akan menyebabkan kematian sel kanker, lalu kemudian memicu terjadinya aktivasi jalur apoptosis serta mengaktifkan p53 yang dapat menghentikan siklus sel untuk mencegah terjadinya proliferasi tak


(21)

terkendali. Selain itu, senyawa triterpenoid dan flavonoid di dalam daun sirsak juga memiliki efek antikarsinogenesis (Retnani, 2011).

Pengobatan kanker menggunakan tanaman obat yang di dalamnya terkandung senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid memiliki kemampuan menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker. Flavonoid merupakan

senyawa golongan fenol yang pada umumnya banyak terdapat pada tumbuhan berpembuluh. Sirsak (Annona muricata) merupakan tanaman yang berasal dari negara Amerika Selatan, yaitu Meksiko. Keberadaan tanaman tersebut diduga dibawa oleh orang Belanda semasa zaman penjajahan. Tanaman ini telah menyebar di seluruh pelosok Indonesia, walaupun masih ditanam di pekarangan rumah. Penyebaran tanaman sirsak di Indonesia dapat dijumpai di daerah Jawa Barat, terutama Rajamandala dan Bandung Selatan serta Jawa Tengah di daerah Karanganyar (Mahendra, 2005).

Taurin atau2-aminoethanesulfonic acid, adalah senyawa yang diproduksi secara alami dalam tubuh manusia. Taurin ditemukan dalam kadar tinggi di otot rangka, jantung, serta dalam sel darah putih dan sistem saraf pusat, zat ini merupakan komponen penting dalam empedu serta membantu pencernaan lemak dan penyerapan vitamin yang larut dalam lemak. Taurin juga ditemukan dalam rumput laut, jamur, dan bakteri. Zat ini sering dianggap sebagai asam amino, meskipun hal ini tidak sepenuhnya benar karena keduanya memiliki struktur kimia berbeda. Zat ini diduga dapat bertindak sebagai antioksidan sehingga membantu mencegah kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh oksidasi. Sebagai contoh, proses biokimia


(22)

dalam tubuh memproduksi asam hipoklorit (HOCl) sebagai produk

sampingan. Bahan kimia ini merupakan oksidan kuat yang memiliki potensi merusak sel. Taurin bereaksi dengan proses biokimia tersebut untuk

menghasilkan senyawataurine chloramineyang kurang reaktif (Murray, 1996).

Gambar 1. Struktur Taurin (Murray, 1996)

Aroumaet al(1988), berpendapat taurin mampu secara langsung mengikat spesies oksigen reaktif klasik (ROS) pada antioksidan. Satu-satunya spesies reaktif yang langsung dinetralkan oleh taurin adalah HOCl, yang diubah menjadiN chlorotaurine. DikarenakanN-chlorotaurinekurang beracun dari HOCl, sehingga netralisasi HOCl oleh taurin mungkin membatasi miokard kerusakan yang disebabkan oleh neutrofil. Hal ini menyebabkan

pembentukanN-chlorotaurineyang memiliki aktivitas antioksidan yang paling penting dari taurin.

Studi terbaru telah menemukan bahwa taurin dapat mengatur tingkat ROS generasi oleh mitokondria. Hal ini penting karena peningkatan superoksida generasi oleh mitokondria mampu memulai permeabilitas mitokondria transisi, yang pada gilirannya memicu apoptosis yang rusak. Sebagian besar studi yang menganggap suatu aktivitas antioksidan untuk taurin


(23)

memanfaatkan tingkat farmakologi dari b-amino asam untuk meminimalkan kerusakan oksidatif (Schafferet al, 2009).

Taurin dapat berfungsi sebagai antikarsinogenik, manfaatnya sebagai antikarsinogenik yaitu pelindung sel-sel tubuh dari kerusakan yang

disebabkan oleh radikal bebas. Taurin dianggap sebagai faktor penting untuk mengontrol berbagai perubahan biokimia yang terjadi selama proses penuaan dan membantu pembuangan radikal bebas (Redmonet al, 1983).

Beberapa studi telah meneliti potensi kerusakan oksidatif oleh taurin. Dalam satu studi tersebut, Haradaet al(1988), menunjukkan bahwa induksi yang potensial adalah taurin, menunjukkan tekanan oksidatif yang disebabkan adanyaadriamycindalam hati, suatu efek dianggap memperburuk

cardiotoxicitydariadriamycin. Dalam penelitian terkait, Schafferet al (2009), juga menemukan bahwa defisiensi obat induksi taurin meningkatkan angiotensin II-dimediasi apoptosis yang dapat mencegah kanker. Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian tentang pemberian senyawa taurin dan ekstrak daun sirsak (Annona muricata)sebagai anti kanker, oleh karena itu akan dilakukan penelitian tentang pemberian senyawa taurin dan ekstrak daun sirsak (Annona muricata)sebagai anti kanker terhadap gambaran


(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu apakah pemberian taurin dan ekstrak daun sirsak berpengaruh terhadap gambaran histopatologi hepar mencit putih (Mus musculus) yang diinduksi benzo(α)piren.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian taurin dan ekstrak daun sirsak terhadap gambaran histopatologi hepar mencit (Mus musculus) yang terinduksi benzo(α)piren.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan :

1. Dapat berguna bagi pengembangan penelitian dari taurin sebagai antikanker secarain vivo.

2. Penelitian aktivitas taurin dan daun sirsak diharapkan dapat

dikembangkan sebagai bahankemopreventif baru dalam pencegahan kanker hati yang lebih poten dan aman.

3. Dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam penemuan senyawa obat baru.


(25)

E. Kerangka Pemikiran

Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya kerusakan dan ketidaknormalan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel yang mengakibatkan timbulnya mutasi genetik yang sangat potensial menghasilkan sel kanker. Di Indonesia, penyakit kanker merupakan

penyebab kematian sekitar 4,3% dan menduduki peringkat keenam dengan kecenderungan yang semakin meningkat.

Adanya kecenderungan peningkatan jumlah pasien penderita kanker di Indonesia erat kaitannya dengan perubahan perilaku atau gaya hidup(life style)masyarakat yang semakin modern antara lain mengkonsumsi bahan makanan instant atau melalui proses pengolahan yang tidak sehat yang kemungkinan banyak mengandung karsinogen. Salah satu jenis kanker berbahaya adalah kanker hati. Kanker hati merupakan gangguan pada hepar yang berawal dari tumor hepar, kondisi ini dimulai dari sirosis. Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas serta tidak terkendali. Oleh sebab itu upaya penemuan obat kanker yang efektif dan selektif sebagai usaha

pengobatan kanker secara kemoterapi menjadi sangat penting saat ini disamping pengobatan secara fisik seperti pembedahan dan radioterapi.

Pada umumnya obat kanker yang berasal dari senyawa kimia sintetik

bekerja tidak selektif karena memiliki mekanisme kerja merusak DNA tidak hanya pada sel kanker tetapi juga pada sel normal di sekitarnya. Daun sirsak (Annona muricata)oleh penduduk Asia dan khususnya di Indonesia, telah


(26)

digunakan secara tradisional sebagai obat dan pencegah penyakit kanker yang tidak menimbulkan efek toksik yang merugikan. Disamping itu juga ada senyawa taurin yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan membantu menghentikan proses perusakan sel dengan cara memberikan elektron kepada radikal bebas. Dengan demikian dapat dikatakan jika suatu senyawa berfungsi sebagai antioksidan maka dapat berfungsi juga sebagai anti kanker. Oleh sebab itu perlu diteliti penggunaan senyawa taurin dan ekstrak daun sirsak sebagai anti kanker pada mencit yang diinduksi zat karsinogenik yaitu benzo(α)piren.

Belum ada penelitian tentang bagaimana gambaran histopatologi pada sel hepar yang rusak, yang diberi taurin dan ekstrak daun sirsak, apakah ada perubahan gambaran histopatologi hepar yang diinduksi zat karsinogenik. Penelitian ini dilakukan pada mencit putih yang diinduksi dengan

benzo(α)pirenselama 10 hari secara subkutan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian zat uji selama 15 hari dan dilihat perubahan organ tubuh melalui analisis gambaran histopatologi pada hati. Hasil analisis perubahan gambaran histologis pada hati ini diharapkan dapat dilanjutkan untuk uji klinik dan dapat disosialisasikan ke masyarakat bahwa taurin dan daun sirsak dikembangkan sebagai bahan kemopreventif baru dalam pencegahan kanker hati yang lebih poten dan aman.


(27)

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pemberian taurin dan ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dapat memperbaiki dan melindungi kerusakan histopatologi hepar mencit (Mus musculus) yang diinduksi


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Sel Kanker

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali. Sel kanker memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh

(metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan adanya kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol

pembelahan sel. Beberapa buah mutasi dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi tersebut dapat diakibatkan oleh agen kimia maupun agen fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan ataupun diwariskan (mutasi germline) (Kumar dan Robin, 1995).

Kanker disebabkan adanya genom abnormal, terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan diferensiasi sel. Gen yang mengatur

pertumbuhan dan diferensiasi sel disebutprotooncogendantumor suppressor genes, dan terdapat pada semua kromosom dengan jumlah yang banyak. Protooncogenyang telah mengalami perubahan hingga dapat menimbulkan kanker disebut onkogen. Suatu pertumbuhan normal diatur oleh kelompok gen, yaitugrowth promoting protooncogenes, growth inhibiting cancer supresor genes (antioncogenes)dan gen yang berperan pada kematian sel terprogram (apoptosis). Selain ketiga kelompok gen tersebut, terdapat juga


(29)

kelompok gen yang berperan pada DNA repair yang berpengaruh pada proliferasi sel. Ketidakmampuan dalam memperbaiki DNA yang rusak menyebabkan terjadinya mutasi pada genom dan menyebabkan terjadinya keganasan. Proses karsinogenesis merupakan suatu proses multi tahapan dan terjadi baik secara fenotip dan genetik. Pada tingkat molekuler, suatu progresi merupakan hasil dari sekumpulanlesi genetic(Maramis, 2005).


(30)

The six hallmark of cancer( enam karakter sel kanker ) adalah kontek enam perubahan mendasar dalam fisiologi sel yang secara bersama-sama

menentukan fenotipe keganasan (Karsono, 2006) (Gambar 3).

1. Growth signal autonomy: Sel normal memerlukan sinyal eksternal untuk pertumbuhan dan pembelahannya, sedang sel kanker mampu

memproduksigrowth factorsdangrowth factor receptorssendiri. Dalam proliferasinya sel kanker tidak tergantung pada sinyal pertumbuhan normal. Mutasi yang dimilikinya memungkinkan sel kanker untuk memperpendekgrowth factor pathways.

2. Evasion Growth inhibitory signal: Sel normal merespon sinyal

penghambatan pertumbuhan untuk mencapai homeostasis. Jadi ada waktu tertentu bagi sel normal untuk proliferasi dan istirahat. Sel kanker tidak mengenal dan tidak merespon sinyal penghambatan pertumbuhan, keadaan ini banyak disebabkan adanya mutasi pada beberapa gen (protoonkogen) pada sel kanker.

3. Evasion of Apoptosis Signal: Pada sel normal kerusakan DNA akan dikurangi jumlahnya dengan mekanisme apoptosis, bila ada kerusakan DNA yang tidak bisa lagi direparasi. Sel kanker tidak memiliki kepekaan terhadap sinyal apoptosis. Kegagalan sel kanker dalam merespon sinyal apoptosis lebih disebabkan karena mutasinya gen-gen regulator apoptosis dan gen-gen sinyal apoptosis.

4. Unlimited replicative potential: Sel normal mengenal dan mampu

menghentikan pembelahan selnya bila sudah mencapai jumlah tertentu dan mencapai pendewasaan. Penghitungan jumlah sel ini ditentukan oleh


(31)

pemendekan telomere pada kromosom yang akan berlangsung setiap ada replikasi DNA. Sel kanker memiliki mekanisme tertentu untuk tetap menjaga telomere yang panjang, hingga memungkinkan untuk tetap membelah diri. Kecacatan dalam regulasi pemendekan telomere inilah yang memungkinkan sel kanker memilikiunlimited replicative potential.

Gambar 3. Enam tanda utama kanker (The Hallmarks of Cancer, Cell). Sebagian besar kanker memperoleh berbagai kemampuan ini selama perkembangannya melalui mutasi di gen tertentu (Karsono, 2006).

5. Angiogenesis (formation of blood vessel): sel normal memiliki ketergantungan terhadap pembuluh darah untuk mendapatkan suplai oksigen dan nutrient yang diperlukan untuk hidup. Namun bentuk dan karakter pembuluh darah sel normal lebih sederhana atau konstan sampai dengan sel dewasa. Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis, yaitu pertumbuhan pembuluh darah baru di sekitar jaringan kanker.


(32)

kanker dan ekspansi kebagian lain dari tubuh (metastase). Kecacatan pada pengaturan keseimbanganinduser angiogenikdan inhibitornya dapat mengaktifkanangiogenic switch.

6. Invasion and metastasis: Sel normal berpindah ke lokasi lain di dalam tubuh. Perpindahan sel kanker dari lokasi primernya ke lokasi sekunder atau tertiernya merupakan faktor utama adanya kematian yang disebabkan karena kanker. Mutasi memungkinkan peningkatan aktivitas enzim enzim yang terlibat invasi sel kanker (MMPs). Mutasi juga memungkinkan berkurangnya atau hilangnya adhesi antar sel oleh molekul-molekul adhesi sel, meningkatnyaattachment, degradasi membran basal, serta migrasi sel kanker (Karsono, 2006).

B. Hepar

Hepar merupakan salah satu organ dalam tubuh yang mempunyai berat rata-rata 1500gr atau 2.5% BB orang dewasa normal, yang terletak pada kavum abdominalisregio hipokondriumbagian kanan. Terbagi menjadi tiga lobus yaitu lobus kanan (terbesar), kiri dan kaudal (terkecil). Hepar atau hepar mendapat darah dari dua sumber, yaituarteri hepaticadan vena porta. Hepar penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi metabolisme tubuh dan bertanggung jawab lebih dari 500 aktivitas. Seluruh sel dalam hepar mempunyai kemampuan untuk regenerasi. Sel hepar

tergolong sel yang stabil. Dalam keadaan normal sel hepar tidak mengalami replikasi, tetapi apabila hepar mengalami cedera sel terangsang untuk


(33)

penyembuhan kerusakan hepar akibat infeksi virus, obat atau trauma. Kanker hepar merupakan salah satu gangguan pada hepar yang berawal dari tumor hepar (adenoma hepar), kondisi ini dimulai dari sirosis (Weizman and Yanif, 1999).

Hepar (hepar) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Didalam hepar terjadi proses-proses penting bagi kehidupan, yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun yang masuk dalam tubuh, sehingga timbulnya kerusakan pada hepar akan mengganggu proses penting dalam kehidupan tersebut (Kumar dan Robin, 1995).

Nekrosis hepar terjadi karena interaksi radikal bebas hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun membran sel hepar. Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan merusak membran sel. Kerusakan sel hepar menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hepar (Weizman dan Yanif, 1999).

C. Kanker Hepar

Menurut Corwin (1997) kanker merupakan pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat dikontrol sehingga mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena. Kanker juga disebut dengan neoplasma maligna. Neoplasma adalah masa yang dibentuk oleh sel-sel kanker, sedangkan maligna berarti ganas. Kanker hepar merupakan salah satu bentuk gangguan


(34)

pada hepar, akibat pertumbuhan sel-sel hepar yang tidak terkendali yang biasanya diawali oleh sirosis yang merupakan kondisi premaligna. Gambaran klinis dari penyakit ini antara lain (Corwin, 1997) :

1. Pada stadium awal gejala belum jelas 2. Adanya oedema

3. Perasaan penuh pada abdomen

4. Hemoperitoneum, adanya darah pada rongga perut 5. Timbul gejala ikterus merupakan gejala kuning

6. Keluhan berkaitan dengan saluran pencernaan seperti mual dan muntah

D. DefinisiHepatocellular Carcinoma(HCC)

Hepatocellular Carcinoma(HCC) adalah jenis tumor yang ditemukan di organ hepar yang dikenal sebagai kanker hepar primer atau hepatoma. Setiap tahun, karsinoma hepatoseluler didiagnosis pada lebih dari setengah juta orang di seluruh dunia, dimana sekitar tiga per empat kasus-kasus kanker hepar ditemukan di Asia Tenggara antara lain China, Hong Kong, Taiwan, Korea, dan Japan. Hepar terbentuk dari tipe-tipe sel yang berbeda, contohnya : pembuluh-pembuluh empedu, pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel

penyimpan lemak. Sel-sel hepar membentuk sampai 80% dari jaringan hepar. Lebih dari 90% kanker hepar primer timbul dari sel-sel hepar dan disebut kanker hepatoselular (Parkin et al., 2000).


(35)

E. Patologi Karsinoma Hepatoseluler (Hepatocellular Carcinoma)

Secara makroskopis karsinoma hepatoseluler dapat muncul sebagai masa soliter besar, sebagai nodul multipel atau sebagai lesi infiltratif difus. Secara mikroskopis, neoplasma disusun oleh sel-sel hepar abnormal dengan berbagai diferensisasi. Tumor dengan diferensiasi yang lebih baik disusun oleh sel-sel mirip sel hepar yang teratur di dalam pita-pita yang terpisah oleh sinusoid-sinusoid. Sel-sel ini berinti besar yang memperlihatkan anak inti yang menonjol dan hiperkromasi dan dapat mengandung empedu di dalam sitoplasmanya. Tumor–tumor yang kurang berdiferensiasi baik mempunyai lembaran-lembaran sel-sel anaplastik. Invasi pada radikulus vena hepatika merupakan gambaran khas yang membedakan dengan adenoma. Sulit membedakan karsinoma hepatoselular berdiferensiasi buruk dengan

carsinoma metastatic. Pewarnaan imunohistokimia dapat memperlihatkanalfa fetoproteindidalam sel neoplasma. Karsinoma hepatoseluler juga mensekresi peningkatan kadar darah di jumpai pada 90% pasien. Karsinoma hepatoseluler cenderung bermetastasis dini melalui pembuluh limfa ke kelenjar getah bening regional dan melalui darah menimbulkan metastasis pada paru. Metastasis ke tempat lain terjadi pada tahap akhir (Chandrasoma, 2005).

F. Stadium Klinis

Tingkat penyakit (stadium) hepatoma primer terdiri dari :

Ia : Tumor tunggal diameter≤ 3 cm tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjarlimfe peritonealataupun jauh.


(36)

Ib : Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter≤ 5 cmpada separuh hepar, tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjarlimfe peritoneal

ataupun jauh.

IIa : Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan≤10 cm di separuh hepar, atau dua tumor dengan gabungan≤5 cm di kedua belahan hepar kiri dan kanan tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjarlimfe peritonealataupun jauh

IIb : Tumor tunggal ataumultipledengan diameter gabungan≥10 cm di separuh hepar, atau tumormultipledengan gabungan≥5 cm di kedua

belahan hepar kiri dan kanan tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjarlimfe peritonealataupun jauh

IIIa : Tidak peduli kondisi tumor, terdapat emboli tumor di pembuluh utama vena porta atau vena kava inferior, metastasis kelenjarlimfe peritoneal jauh salah satu daripada nya

IIIb : Tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis IV : Penyebaran kanker melibatkan beberapa situs di seluruh tubuh.

Seringkali, operasi tidak dianjurkan dan kemoterapi merupakan pilihan terbaik (Desen, 2008).

G. Penyebab Kanker Hepar

Menurut Thompsond (1994) faktor penyebab yang telah diketahui maupun yang diduga sebagai penyebab karsinoma sel hepar ini ialah :


(37)

1. Aflatoksin,mikrotoksin karsinogenik yang diproduksi oleh jamur

Aspergillus Flavus,yang mengkontaminasi makanan yang disimpan dalam keadaan lembab

2. Akibat virus hepatitis B 3. Sirosis sel hepar

4. Mengkonsumsi alkohol 5. Radikal bebas

6. Karsinogen yaitu zat-zat yang dapat menyeabkan pertumbuhan kanker, misalnya: benzo(α)piren.

7. Zat pengawet makanan seperti formaldehid, sebagai pengawet bakso atau tahu, zat pewarna tekstil, sepertimethany lyellowpada krupuk, tahu dll. 8. Tidur terlalu malam

9. Hal lainyang dapat memicu timbulnya kanker (Kumar dan Robin, 1995).

H. Patofisiologi Kanker Hepar

Suatu jenis karsinoma sel hepar dengan gambaran spesifik adalahvarian fibrolamelardimana sel hepar neoplastik tersusun dalam pita yang lebar atau lamella yang dipisahkan oleh jaringan fibrosa padat. Varian ini kebanyakan timbul pada wanita muda, tanpa sirosis sebagai faktor predisposisi.

Kanker hepar terbagi dua yaitu : 1. Kanker hepar primer

Kanker hepar primer berasal langsung dari hepar (hepatoma) dan dapat berasal dari hepatosit (karsinoma hepatoselular) atau dari duktus empedu (kolangio karsinoma).


(38)

2. Kanker hepar sekunder

Kanker hepar sekunder timbul akibat metastasis kanker dari bagian tubuh lain, misalnya usus, payudara, kolon, lambung, pankreas,dan lain-lain yang mengalirkan darahnya ke hepar melalui vena porta.

Kanker hepar primer dan sekunder sering bermetastasis keluar hepar, terutama jantung dan paru-paru karena aliran darah dari hepar mula-mula menyerang kedua organ tersebut. Semua jenis kanker hepar memiliki prognosisyang sangat buruk, dengan angka bertahan hidup 5 tahun sekitar 1% (Corwin, 1997).

I. Karsinogenesis

Menurut Schneider (1997) kanker terjadi karena adanya kerusakan atau transformasi protoonkogen dan gen penghambat tumor sehingga terjadi perubahan dalam cetakan protein dari yang telah diprogramkan semula yang mengakibatkan timbulnya sel kanker. Karena itu terjadi kekeliruan transkripsi dan translasi gen sehingga terbentuk protein abnormal yang terlepas dari kendali normal pengaturan dan koordinasi pertumbuhan dan diferensiasi sel. Pengaturan sifat individu dilakukan oleh gen (DNA) dengan pembentukan protein melalui proses transkripsi dan translasi.

Karsinogenesis merupakan suatu proses multi tahap,dengan 3 tahapan (Schneider, 1997), yaitu :

1. Inisiasi (Initiation)

Tahap pertama ialah permulaan atau inisiasi, dimana sel normal berubah menjadi premaligna. Karsinogen harus merupakan mutagen yaitu zat yang


(39)

dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen bereaksi dengan DNA, menyebabkan amplifikasi gen dan produksicopy multiple gen.

2. Promosi (Promotion)

Promoter adalah zat non mutagen tetapi dapat meningkatkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen. Sifat-sifat promotor ialah: mengikuti kerja inisiator, perlu paparan berkali-kali, keadaan dapat reversible, dapat mengubah ekspresi gen seperti: hiperplasia, induksi enzim, induksi diferensiasi.

3. Progresi (Progression)

Pada progresi ini terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna.

Dalam karsinogenesis ada 3 mekanisme yang terlibat: a. Onkogen yang dapat menginduksi timbulnya kanker.

b. Antionkogen atau gen suppressor yang dapat mencegah timbulnya kanker. c. Gen modulator yang dapat mempengaruhi eksperimen karakteristik gen

yang mempengaruhi penyebaran kanker.

Bila ada kerusakan gen, tubuh berusaha mereparasi atau memperbaiki transkripsi gen yang rusak (DNA repair). Kerusakan transkripsi ini mungkin dapat dan mungkin pula tidak dapat diperbaiki lagi. Bila transkripsi gen itu dapat diperbaiki dengan sempurna, maka pada replikasi sel berikutnya terbentuklah sel baru yang normal. Tetapi bila tidak dapat diperbaiki dengan sempurna akan terbentuk sel baru yang defektif. Walaupun sel itu defektif masih tetap ada usaha mereparasi kerusakan transkripsi. Bila berhasil akan


(40)

terbentuk sel yang normal dan bila gagal akan terbentuk sel yang abnormal, yaitu sel yang mengalami mutasi, atau transformasi, yang pada akhirnya dapat menjadi sel kanker.

Teori karsinogenesis untuk menerangkan bagaimana kanker itu terjadi didasarkan atas:

1. Mutasi Somatik, yaitu perubahan urutan letak nukleotida dalam asam amino rantai DNA, yang menyebabkan perubahan kode genetik. Menghasilkan produksi protein yang abnormal, sehingga regulasi

pertumbuhan dan diferensiasi sel terganggu, sel menjadi otonom dan lepas dari regulasi normal dan sel dapat tumbuh tanpa batas.

2. Penyimpangan Diferensiasi Sel (Teori Epigenetik), terjadinya gangguan system atau mekanisme regulasi gen seperti represif, depresi serta ekspresi regulasi, sehingga timbul gangguan pertumbuhan dan diferensiasi sel. Defek yang terjadi karena mekanisme regulasi gen yang mengatur pertumbuhan, dan bukan pada struktur gen itu sendiri, maka teori ini disebut teori epigenetik.

3. Aktivasi Virus. Virus masuk ke dalam inti sel dan berintegrasi dengan DNA penderita serta mengubahfenotypesel dengan menyisipkan (insersi) informasi baru atau mengubah transkripsi dan translasi gen. Virus DNA dapat secara langsung berintegrasi dengan DNA inang dan ditularkan secara vertikal kepada anak-anak sel inang, sedang virus RNA dengan bantuan enzimreverse transkriptase. Menurut teori ini kanker terjadi karena ada infeksi virus yang menyisipkan gennya ke dalam DNA inang yang dapat mengaktifkan protoonkogen menjadi onkogen.


(41)

4. Seleksi Sel. Pada sel tubuh manusia diperkirakan terdapat lebih dari 50.000 gen dan masing-masing gen mempunyai fungsi tersendiri. Di dalam tubuh setiap saat ada sel yang mati dan ada pula sel baru yang terbentuk melalui proses mitosis. Karena adanya mutasi maka timbul sel yang defektif dan akan mati atau tidak dapat mengadakan mitosis lebih lanjut. Hanya sel-sel yang baik dan memenuhi syarat tertentu yang akan dapat tetap bertahan hidup. Dalam menyeleksi sel mana yang boleh terus hidup dan berkembang, terjadi kekeliruan. Di sini ada sel yang mengalami mutasi atau transformasi yang lepas dari seleksi dan terus berkembang menjadi sel kanker (King, 2000).

Keganasan pada sel eukariota terjadi akibat adanya perubahan perilaku sel yang abnormal, yaitu sel mempunyai kemampuan proliferasi dan diferensiasi yang sangat tinggi. Perubahan perilaku tersebut terjadi karena sel

mengekspresikan berbagai protein yang abnormal. Berbagai protein abnormal muncul karena sel mengalami mutasi/kecacatan gen, khususnya gen yang mengkode protein, yang sangat berperan pada pengaturan siklus pembelahan sel. Contohnya adalah gen yang termasuk kelompokprotooncogenatau kelompoktumor suppressorgene, serta gen yang mengatur dan menghambat pemendekan telomer pada ujung kromosom.

Pertumbuhan kanker merupakan proses mikroevolusioner yang dapat

berlangsung beberapa bulan atau beberapa tahun (Albertet al., 1994). Proses pertumbuhan ini dinamakan karsinogenesis, dimulai dari satu sel kanker yang memperbanyak diri dan membentuk satu koloni kecil dalam jaringan yang


(42)

sama. Selanjutnya perubahan genetik (misalnya aktivasi onkogen) terjadi dalam koloni sel yang abnormal dan menjadi tumor ganas (Schneider, 1997). Proses karsinogenesis terjadi melalui beberapa fase yang meliputi fase inisiasi, fase promosi, fase progresi, dan metastasis. Inisiasi merupakan fase pertama dan merupakan akibat adanya perubahan genetik yang menyebabkan adanya proliferasi abnormal dari satu sel. Promosi merupakan kelanjutan inisiasi, yaitu adanya pacuan dari faktor promosi tumor yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat dan pembentukan tumor benigna. Progresi merupakan perubahan genetik semakin bertambah banyak sehingga akan menambah koloni sel tumor. Tumor pada stadium ini bersifat invasif dan seringkali diikuti dengan proses pembentukan pembuluh darah baru yang dinamakan angiogenesis. Fase berikutnya adalah metastasis, yaitu

perkembangan tumor yang bersifat malignan dan terjadinya pelepasan sel-sel tumor ganas dari koloni primernya. Sel-sel tumor ganas ini dapat memasuki saluran limfatik, sehingga dapat menyebar ke seluruh tubuh dan berkembang di tempat yang jauh (Schneider, 1997).

Kemampuan invasi sel kanker dihubungkan dengan banyaknya produksi protease pada sel kanker ini. Protease akan mempengaruhi interaksi sel dan memfasilitasi pergerakan sel kanker melalui matriks ekstraseluler. Tahap metastasis merupakan tahap yang paling kritis yang menyebabkan gejala klinis dan bahkan kematian (King, 2000).


(43)

J. Mencit (Mus musculus)

Klasifikasi mencit putih menurut Pramono dan Malole (1989) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Class : Mamalia Sub class : Theria

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myomorpha Famili : Muridae Sub family : Murinae

Genus :Mus

Species :Mus musculus

Gambar 4. Mencit putih (Mus musculus)(Pramono dan Malole, 1989). Mencit (Mus musculus) memiliki beberapa karakteristik umum, yaitu aktif pada malam hari, berat individu dewasa (jantan: 25-40g, betina 20-40g), dan suhu basal tubuh 37°C. Selain itu, mencit memiliki laju respirasi 95-165 tarikan nafas/menit dan denyut jantung 325-800 denyut/menit. Hewan tersebut memiliki lama siklus estrus 4-5 hari dan periode gestasi 19-21 hari. Lama hidup mencit berkisar antara 1,5 hingga 3 tahun (Suckow, 2006).


(44)

Mencit merupakan hewan percobaan yang banyak digunakan dalam

penelitian biomedis dan kedokteran. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu mencit memiliki tingkat reproduksi yang tinggi dan periode gestasi yang pendek. Hewan tersebut juga merupakan model yang cukup repesentatif untuk berbagai model penyakit kanker dan kelainan manusia. Selain itu, hewan tersebut mudah untuk ditangani, pemeliharaannya cukup murah, dan terdapat banyak literatur yang dapat digunakan berkaitan dengan hewan tersebut (Pramono dan Malole, 1989).

K. Sirsak (Annona muricata)

Tanaman sirsak diklasifikasikan berasal dari kingdom Plantae,dari superdivisi Spermatophyta, divisi Magnoliophyta. Kelas dari tanaman ini adalah Magnoliopsida dengan subkelas Magnoliidae. Sirsak berasal dari ordo Magnoliales, dari famili Annonaceae. Genus dari tanaman ini adalahAnnona dan spesiesnya adalahAnnona muricata. Sirsak dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis (Albertet al,1994). Buah sirsak memiliki bentuk hepar yang dikelilingi oleh sesuatu yang berbentuk seperti duri yang tumpul, kulit buah sirsak berwarna hijau tua. Sirsak dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman (pH) antara 5-7. Tanah yang sesuai adalah tanah agak asam sampai agak alkalis, namun yang memiliki bahan organik yang tinggi. Tumbuh subur di ketinggian antara 100-300 mdpl (di atas permukaan laut). Suhu udara yang sesuai antara 22-32 derajat Celcius dengan curah hujan antara 1.500-3.000 mm/tahun. Lokasi yang disenangi tanaman sirsak diantaranya lahan yang terbuka, tidak ada naungan, dan tidak ada kabut. Tanaman sirsak memerlukan sinar matahari antara 50-70%. Seluruh bagian


(45)

tanaman sirsak dapat digunakan sebagai obat tradisional, termasuk kulit kayu, daun, akar, buah, dan biji. Buah sirsak umumnya digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh cacing dan parasit, mengobati demam,

meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui, dan untuk diare dan disentri. Biji yang dihancurkan dapat digunakan sebagai vermifug dan antelmintik terhadap internal dan eksternal parasit dan cacing (Thompsond, 1994).

Bagian lain pada tanaman sirsak yang terkenal dapat digunakan sebagai obat-obatan adalah daun. Daun sirsak banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal seperti untuk penyakit kulit, rematik, batuk dan flu, serta antikanker dan hipertensi. Daun sirsak biasa dikonsumsi dalam bentuk teh. Teh daun sirsak digunakan sebagai obat radang selaput lendir hidung. Rebusan daun sirsak juga efektif digunakan untuk kutu rambut dan kutu busuk. Daun segar yang dihaluskan mampu membantu penyembuhan luka pada kulit. Penduduk di beberapa negara seperti Brazil dan Peru diketahui menggunakan daun sirsak sebagai obat diabetes (Mahendra, 2005).

Menurut Retnani (2011), daun sirsak mengandung flavonoid, alkaloid, asam lemak, fitosterol, mirisil alkohol dan anonol. Senyawa pada daun sirsak yang diduga memiliki khasiat antidiabetes adalah senyawa alkaloid dan flavonoid. Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoid berada di dalam tumbuh-tumbuhan kecuali alga. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yaitu pada


(46)

Gambar 5. Daun Sirsak (Annona muricata)(Mahendra, 2005)

Tanaman sirsak (Annona muricataLinn.) berasal dari bahasa Belanda, yakni zuurzak, berarti kantong asam. Daun sirsak banyak digunakan sebagai obat herbal untuk mengobati berbagai penyakit, antara lain penyakit asma di Andes Peru, diabetes dan kejang di Amozania Peru (Dewi, 2007).

Senyawa dalam daun sirsak antara lain steroid/terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin. Senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti mikroba, anti virus, pengatur fotosintetis, dan pengatur tumbuh. Masyarakat Indonesia menggunakan daun sirsak sebagai obat herbal untuk mengobati penyakit kanker, yaitu dengan cara meminum air rebusan daun sirsak segar. Air rebusan daun sirsak segar dapat menimbulkan efek panas seperti pada kemoterapi, namun air rebusan daun sirsak ini hanya membunuh sel-sel yang abnormal (kanker) dan membiarkan sel-sel normal tetap tumbuh. Hal ini berbeda dengan efek yang ditimbulkan pada pengobatan kemoterapi, dimana pengobatan kemoterapi ini tidak saja membunuh sel-sel abnormal (kanker) tetapi sel-sel yang normal pun ikut mati


(47)

Klasifikasi tanaman sirsak (Annona muricata)menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Orde : Magnoliales Famili : Annonaceae Marga :Annona

Species :Annona muricata

Gambar 6. Pohon dan daun sirsak (Annona muricata)(Dalimartha, 2003).

Tumbuhan ini berbentuk pohon, berwarna coklat tua, batang berkayu

(lignosus), silindris, permukaan kasar, percabangan simpodial. Arah tumbuh batang tegak lurus, arah tumbuh cabang ada yang condong ke atas dan ada yang mendatar (Dalimartha, 2003).

Memiliki daun berbentuk jorong (ovalisatauellipticus). Permukaan daun licin (laevis) dan mengkilat (nitidus), tepi daun rata (integer), daging daun tebal dan kaku seperti kulit/belulang (coriaceus). Pangkal daun runcing daun ujung daun tumpul (obtusus) (Triastuti, 2006).


(48)

L. Taurin

Taurin atauasam 2-aminoethanesulfonikadalah asam organik yang merupakan kandungan utama empedu, dan dapat ditemukan pada jaringan tubuh manusia terutama pada otot rangka, jantung, serta dalam sel darah putih dan sistem saraf pusat. Taurin adalah turunan dari asam amino yang mengandung belerang (sulfhidril),cysteine. Berbeda dengan asam amino yang sudah banyak dikenal, taurin, atau L-taurin khususnya, tidak digunakan sebagai protein blok pembangun. Taurin digunakan untuk membantu

penyerapan lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. Taurin juga membantu mengatur detakan jantung, menstabilkan-membran sel, dan memelihara kelangsungan sel-sel otak (Aroumaet al, 1988).

a. Sumber Taurin

Taurin terdapat dalam daging, ikan, telur dan produk susu. Karena manusia dewasa mampu memproduksi zat ini sendiri, asupan dari

makanan bisa dijadikan alternative bila kadar produksi taurin dalam tubuh mulai menurun. Meskipun diet vegetarian tidak mengonsumsi makanan di atas, namun banyak makanan nabati seperti kacang-kacangan dan

beberapa sayuran, juga mengandung taurin. Senyawa ini juga diproduksi secara sintetis untuk digunakan dalam minuman berenergi dan suplemen. Taurin merupakan salah satu nutrisi esensial yang diperlukan tubuh dan berperan penting dalam membantu perkembangan sel-sel tubuh (terutama otot), pendistribusian nutrisi ke seluruh tubuh dan mencegah tubuh dari oksidasi partikel berbahaya yang dapat mengancam kesehatan.


(49)

b. Fungsi Taurin

1. Taurin untuk meningkatkan performa mental. Seiring dengan proses penuaan, tingkat konsentrasi taurin di otak akan menurun secara perlahan. Tingkat taurin yang tinggi dalam tubuh akan membuat memori dan fungsi mental Anda menjadi lebih baik. Studi ilmiah menemukan bahwa taurin dapat meningkatkan level kewaspadaan dan penalaran verbal.

2. Taurin untuk mencegah penuaan dini. Taurin dapat berfungsi sebagai antioksidan, manfaatnya sebagai antioksidan yaitu pelindung sel-sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Taurin dianggap sebagai faktor penting untuk mengontrol berbagai perubahan biokimia yang terjadi selama proses penuaan dan membantu

pembuangan radikal bebas.

3. Taurin untuk mencegah gagal jantung. Taurin digunakan untuk membantu menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak serta untuk mengatur detak jantung, menjaga stabilitas membran sel, dan mencegah aktivitas berlebih dari sel otak, juga diyakini berguna dalam melindungi terhadap gagal jantung kongestif.

4. Efektif melawan obesitas. Obesitas atau kelebihan berat badan merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan, terutama karena obesitas menjadi pemicu terjadinya peradangan akibat makin bertambahnya kadar lemak di area tertentu (Redmonet al, 1983).


(50)

M. Benzo(α)piren

Benzo(α)piren merupakan senyawa hidrokarbon polisiklikaromatik (PAH) yang digolongkan sebagai senyawa pro karsinogen kuat. Senyawa ini dijumpai di lingkungan sebagai hasil pirolisis lemak atau sebagai hasil proses pembakaran yang tidak sempurna, seperti pada daging panggang, sate, makanan yang diasap, asap rokok dan asap kendaraan bermotor. Hingga saat ini masih terus berkembang anggapan benzo(α)piren sebagai

penyebab kanker. Sebagai senyawa karsinogen, benzo(α)piren dapat

menimbulkan mutasi gen yang dapat dimanifestasikan sebagai kerusakan kromosom, yaitu terjadi aberasi atau terbentuk patahan-patahan

kromosom. Pada tahap telofase, fragmen kromosom dan atau massa kromatin dalam sel akan tertinggal pada sitoplasma membentuk struktur menyerupai inti sel dengan diameter antara 1/20 sampai 1/5 diameter inti yang dinamai mikronukleus (MN). Jadi terbentuknya mikronukleus pada sel merupakan indikasi terjadinya aktivitas mutagenik yang merusak kromosom dan akhirnya memicu terjadinya kanker (Sumpena, 2009).

Proses metabolisme dan distribusi benzo(α)piren dalam tubuh terjadi secara bertahap dan dalam waktu yang relatif berbeda untuk tiap jenis makhluk hidup. Penelitian pada tikus,benzo(α)piren dapat menginduksi 3 kanker sekaligus antara lain yaitu kanker paru, kanker hepar, kanker darah dan menunjukkan proses distribusibenzo(α)piren bertahap yang

berlangsung cepat.Benzo(α)pirenmasuk melalui prosesinhalation, dan secara berurutan ditemukan dalam kadar yang tinggi pada liver,


(51)

esophagus, usus kecil, dan mencapai darah 30 menit setelah pemaparan (Faust and Reno, 1994).

Secara detail, dalam 5 menit presentase kandunganbenzo(α)pirendalam tiap organ dan jaringan tubuh tikus adalah paru-paru (59.5%),carcass (14.4%), liver (12.5%), darah (3.9%), dan usus (1.9%). Pada menit ke 60, prosentase tersebut menjadi paru-paru (15.4%),carcass(27.1%), liver (15.8%), darah (1.6%), dan usus (9.9%) (Feust dan Reno, 1994). Selain dalam organ-organ tersebut, pada tubuh manusiabenzo(α)piren juga ternyata ditemukan di urin pada wanita hamil dan anak-anak, dalam plasenta, darah pada tali pusat, darah pada ibu hamil, organ reproduksi dan ASI (EPA, 2006).

Keberadaan benzopiren dalam organ-organ tersebut berikatan dengan DNA secara kimiawi dan menganggu proses replikasi DNA. Keberadaan ikatan benzopiren DNA mempengaruhi kinerja sel granulose-lutein (sel yang berasal dari membran granulosa dari folikel ovarium matang yang mengeluarkan estrogen dan progesteron, dan merupakan bentuk komponen utama dari korpus luteum) dalam ovari dan dapat menurunkan jumlah sperma yang dihasilkan (EPA,2006). Ikatan benzopiren-DNA ini mempengaruhi jaringan pada masa pembelahan sel, misalnya pada perkembangan awal embrio, sehingga dapat menyebabkan turunnya berat badan bayi.


(52)

Pemaparan benzo(α)piren selama kehamilan juga berimbas pada sistem imun, yaitu perkembanganT lymphocytes(sel limfosit yang bekerja sebagai sel perantara imun yang memiliki reseptor khusus pada permukaan).

Menurut EPA (2006) pada tikus hamil yang dipaksa mengkonsumsi benzo(α)pirenterjadi peningkatan artropithymus sebagai organ penting untuk perkembanganT lymphocyte, dan penurunanT lymphocytepada organ liver embrio tikus akibat injeksi atau ingestibenzo(α)pirenselama masa kehamilan. Bila tikus mengalami pemaparanbenzo(α)pirenpada kulitnya selama kehamilan, terjadi penurunan jumlah reseptorthymic glucocorticoid(hormon asam nukleat yang terdapat pada kelenjar kecil yang terletak di bagian belakang tulang dada atas, yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan imun), terbentuk ikatan benzo[a]pyrene-hemoglobinadductpada eritrosit, meningkatkan

pembentukan mikronuklei (nucleus kecil yang mengindikasikan kerusakan DNA) pada eritrosit. Peristiwa mutasi pada tingkat DNA yang terjadi pada tikus hamil tidak jauh berbeda pada manusia.

Rojaset al(2004), menemukan bahwa benzo(a)piren menyebabkan kerusakan yang sangat parah pada sel epitel bronchia manusia, yaitu tepatnya pada sel terjadinya permulaanbronchial carcinoma (kanker bronchus), dan terjadi transversi basaguanine-timinepada DNA.

Kerusakan tersebut sama dengan tingkat kerusakan yang terjadi pada kulit tikus yang terinsiasibenzo(α)piren.


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 - Februari 2015. Pembuatan larutan taurin, ekstrak daun sirsak dan pengamatan mikroskop cahaya dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler FMIPAUniversitas Lampung. Pemeliharaan mencit, menginduksi benzo(α)piren, pemberian taurin dan ekstrak daun sirsak dilakukan di Laboratorium MIPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Pembedahan dan proses mikroteknik dilakukan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : mikroskop,beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi dan raknya, erlenmeyer, corong, pipet volum, pipet tetes, gunting, pisau, timbangan analitik, alat bedah, kandang tikus,, gelas objek, spatula, blood counter tabulator, bak pemeliharaan mencit (Mus musculus) galurddy, rak preparat, alat bedah, kaca penutup, tempat minum, jarum suntik, neraca analitik, sentrifugator, corong pisah, pipet plat tetes,


(54)

kertas saring, blender, corong kecil,rotary evaporator, neraca analitik, mikroskop cahaya, counter, penggaris, alat tulis dan kamera.

Bahan-bahan yang digunakan adalah : pakan pelet, air minum, mencit jantan (Mus musculus) galurddyberumur 5-7 minggu dengan berat badan ±20 gram, benzo(a)piren, aquades, daun sirsak (Annona muricata),etanol, aquadest 200 mL, corn oil , taurin,eosin, giemsa dan benzo(α)piren.

C. Rancangan Percobaan

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Oleh karena itu, rancangan eksperimen yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri atas 5 kelompok perlakuan, dengan masing-masingperlakuan terdiri dari 5 ekor sebagai ulangan. Kelompok I, diberi 0,2 ml corn oil selama 15 hari ;

Kelompok II,diinduksi denganbenzo(α)pirentanpa pemberian bahan uji selama 10 hari ; Kelompok III, diberi taurin dengan 7,8 mg/bb/hari, pagi dan sore = 15,6 mg/bb/haridimulai sejak 15 hari sebelum induksibenzo(α)piren; Kelompok IV,setelah diinduksi benzo(α)piren,daun sirsak dosis 277,8 mg/bb BB mencit ; Kelompok V, setelah diinduksi benzo(α)piren, dilanjutkan pemberian senyawa taurin dengan dosis7,8 mg/bb/hari,pagi dan sore

sebanyak 15,6 mg/bb/hari.

D. Parameter

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah gambaran histopatologi hepar mencit putih (Mus musculus) dan bobot hepar mencit yang terinduksi benzo(α)piren.


(55)

E. Alur Penelitian

F.Pelaksanaan

1. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan galurddy sebanyak 25 ekor, yang berumur 5-7 minggu, bobot badan ± 20 g. Hewan tersebut diperoleh dari bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat.

2. Aklimasi Hewan Uji

Penelitian diawali dengan aklimasi mencit jantan (Mus musculus) galur ddyselama 15 hari di Laboratorium MIPA Terpadu Universitas Lampung.

Mencit putih umur 5-7 minggu, bobot badan ± 20 g

Adaptasi pakan standar (ad libitum)sampai akhir penelitian

Induksi denganbenzo(α)pirendengan dosis 0,3 mg/bb setiap hari selama 10 hari secara subkutan kemudian dilanjutkan dengan

pemberian zat uji selama 15 hari

Pengambilan sampel, pembuatan histopatologi hepar, dan pemeriksaan preparat di laboratorium

Penentuan dosis dan pemberian taurin serta ekstrak daun sirsak dengan dosis277,8 mg/bb/hari/mencit.

Pemberian zat uji taurin dengan dosis 7,8 mg/bb/hari (setiap hari pagi dan sore menjadi15,6 mg/bb/hari)


(56)

dikelompokkan dalam 5 kelompok. Selama aklimasi, mencit percobaan dipelihara dalam kandang secara individu pada kondisi lingkungan yang homogen.

3. Makanan dan Minuman Mencit (Mus musculus)

Makanan mencit berupa pakan pelet yaitucomfeed BR IIyang ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan Komposisi Pakan Mencit

BAHAN DASAR PAKAN MENCIT

Jagung Bekatul Bungkil kedelai Tepung Daging Garam Vitamin Mineral ANALISIS PROKSIMAT PAKAN MENCIT PRESENTASE SETIAP 100 GRAM

KADAR AIR MAX 12,0% PROTEIN KASAR MIN 19,0%-21,0%

LEMAK KASAR MIN 5,05% SERAT KASAR MAX 5,0%

ABU MX 7,0%

CALSIUM MIN 0,9% PHOSPOR MIN 0,6%-0,9%

COCCIDIOSTAT

-ANTIBIOTIKA

-Minuman mencit berupa air mineral yang diberikan melalui botol gelas minuman. Makanan dan minuman mencit diberikan secaraad libitum (sampai kenyang atau secukupnya).


(57)

4. Induksi Karsinogenik Terhadap Hewan Uji Dengan Benzo(a)piren

Induksi karsinogenik dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan

benzo(α)piren pada jaringan subkutan mencit di bagian tengkuk. Benzo(α) piren 0,3 mg dilarutkan dalam 0,2 ml corn oil. Injeksi dilakukan setiap hari selama 10 hari. Semua kelompok diinduksi dengan benzo(α)piren selama 10 hari secara subkutan kemudian dilanjutkan dengan pemberian zat uji selama 15 hari (Sugitha dan Djalil, 1989).

Kemudian ditunggu sampai adanya kanker, yaitu munculnya benjolan (nodul) di bagian tengkuk.Benzo(α)piren diberikan selama 10 hari karena sel kanker akan tumbuh setelah terinduksi antara 9-13 hari. Pada periode ini terlihat dan terasa perubahan pada tengkuk dan kaki mencit (Gustanti, 1999). Untuk kontrol mencit (Mus musculus) tidak diinjeksi

benzo(α)piren.

5. Penentuan Dosis dan Pemberian Senyawa Taurin serta Ekstrak Daun Sirsak.

Penentuan dosis sediaan senyawa taurin dibuat berdasarkan literatur dari Shao (2008), yaitu 3 g/70 kg berat badan pada manusia. Dosis taurin pada mencit dihitung dengan menggunakan tabel konversi manusia ke mencit ukuran 20 g menurut Nugraha (2011). Nilai konversi dari manusia ke mencit adalah 0,0026. Sehingga diperoleh dosis senyawa taurin untuk mencit, yaitu 3000 mg X 0,0026 = 7,8 mg/bb/hari.

Penentuan dosis ekstrak daun sirsak dalam penelitian ini mengacu dosis yang diberikan pada tikus, yaitu 106,84615 g/bb/hr (Dewi, 2007). Dosis


(58)

ekstrak daun sirsak pada mencit dihitung dengan menggunakan tabel konversi manusia ke mencit adalah 0,0026, sehingga diperoleh dosis seduhan daun sirsak untuk mencit, yaitu 106,84615 x 0,0026 = 0,27779 g/bb/hari sehingga diperoleh 277,8 mg/bb/hari (Ngatidjan, 1991).

Gambar 7. Bagan alur pembuatan ekstrak daun sirsak (Annona muricata)

6. Uji Anti Kanker Taurin Terhadap Hewan Uji

Ujiin vivountuk antikanker dilakukan dengan memberikan taurin pada mencityang telah diinduksi benzo(α)piren. Pemberian zat uji taurin Daun sirsak yang telah halus dimaserasi selama 24 jam dengan pelarut

etanol 96%.

Ekstrak yang dihasilkan disaring dengan corong buncher

Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakanrotary evaporatorpada suhu 90 derajat Celcius sampai diperoleh ekstrak kental.

Menyiapkan daun sirsak

Dilakukan penyortiran dengan mengambil daun terbaik

Daun sirsak yang telah disortir kemudian dicuci dengan air mengalir

Daun sirsak yang sudah dicuci kemudian dikeringkan pada open dengan dengan suhu 30◦C-50◦C. Dalam pengeringan ini hendaknya

dihindarkan dari panas matahari langsung.

Daun sirsak yang telah kering kemudian dihancurkan hingga sedikit halus


(59)

diberikan setiap hari (pagi dan sore) secara oral selama 15 hari. Perlakuan tersebut meliputi:

Tabel 2. Dosis pada tiap kelompok perlakuan

Kelompok Keterangan Jumlah Mencit

I (kontrol normal) Diberi 2ml corn oil selama 15 hari. 5 II (kontrol negatif) Diinduksi denganbenzo(α)pirentanpa

pemberian bahan uji selama 10 hari.

5

III (preventif) Diberi taurin dengan 7,8 mg/bb/hari (pagi&sore = 15,6 mg/bb/hari) dimulai sejak 15 hari sebelum induksi

benzo(α)piren.

5

IV Setelah diinduksi benzo(α)piren, dilanjutkan pemberian taurin dengan dosis 7,8 mg/bb/hari (pagi&sore = 15,6 mg/bb/hari).

5

V Setelah diinduksi benzo(α)piren, dilanjutkan pemberian ekstrak daun sirsak dengan dosis 277,8 mg/bb mencit.

5

Pengamatan terhadap adanya nodul (kanker) dilakukan secara mikroskopik dengan membuat preparat dari organ yang diambil dan dilakukan

pengamatan secara histopatologi untuk melihat adanya pembentukan kanker pada organ tersebut.

7. Preparasi Pembuatan Sediaan Histologis Hepar

Pada akhir perlakuan mencit dikorbankan dan diambil hepar untuk dibuat sediaan mikroskopis dengan metode paraffin dan pewarnaanHematoxylin Eosin(HE).Hematoxylin Eosinbersifat pewarna basa, yaitu memulas jaringan basofilik sedangkan eosin memulas jaringan yang bersifat asidofilik. Kombinasi ini merupakan pewarnaan yang paling sering digunakan.

Sampel hepar difiksasi dengan formalin 10% dan dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk pembuatan sediaan mikroskopis jaringan hepar.


(60)

Metode teknik histopatologi menurut Ali (2007) dibagi menjadi 10 teknik, yaitu :

1.Fixation

a) Memfiksasi specimen berupa potongan organ hati yang telah dipilih segera dengan larutan pengawet formalin 10%.

b) Mencuci dengan air mengalir. 2.Trimming

a) Mengecilkan organ ±3mm

b) Memasukkan potongan organ hati tersebut kedalamembedding cassette.

3.Dehidrasi

a) Menuntaskan air dengan meletakkanembedding cassettepada kertas tisu

b) Berturut-turut melakukan perendaman organ hati dalam alkohol bertingkat 80% dan 90% masing-masing selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan perendaman alkohol 95%, absolute I, II, III selama 1 jam. 4.Clearing

Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xylol I, II, III masing-masing selama 1 jam.

5.Impregnasi

Impregnasi degan menggunakan paraffin I, II, III masing-masing selama 2 jam.


(61)

6. Embedding

a) Membersihkan sisa paraffin yang ada pada pan dengan memanaskan beberapa saat diatas api dan di usap dengan kapas.

b) Menyiapkan paraffin cair dengan mmasukkan paraffin ke dalam cangkir logam dan memasukkan ke dalam oven dengan suhu diatas 58 derajat Celcius.

c) Menuangkan paraffin cair ke dalam pan

d) Memindahkan satu-persatu dariembedding cassetteke dasar pan dengan mengatur jarak satu dengan yang lainnya.

e) Memasukkan pan kedalam air.

f) Melepaskan paraffin yang berisi potongan hati dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu empat derajat Celcius beberapa saat. g) Memotong paraffin sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan

menggunakan scalpel hangat.

h) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing.

i) Memblok paraffin siap dipotong dengan mikrotom. 7. Cutting

a) Melakukan pemotongan pada ruang dingin

b) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu

c) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron.

d) Memilih lembar pemotongan yang paling baik, mengapungkan pda air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu


(62)

sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing.

e) Memindahkan lembaran jaringan kedalamwaterbathselama beberapa detik sampai mengembang sempurna.

f) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan menempatkan pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara dibawah jaringan.

g) Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubatir (suhu 37 derajat celcius) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna. 8. Staining(pewarnaan) denganharris Hematoxylin Eosin.

Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, memilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia dibawah ini dengan waktu sebagai berikut:

a) Untuk pewarnaan , zat kimia yang pertama digunakanxylolI, II, III masing-masing selama 5 menit.

b) Zat kimia yang yang digunakanalcohol absoluteI, II, III masing-masing selama 5 menit.

c) Zat kimia yang ketiga yaitu aquades selama 1 menit.

d) Potongan organ dimasukkan dalm zat warnaHarris Hematoxylin Eosinselama 20 menit.

e) Memasukkan potongan organ hati dalam aquades selama 1 menit dengan sedikit mengoyang-goyangkan organ.


(63)

g) Dibersihkan dalam aquades bertingkat masing-masing1 an 15 menit.

h) Memasukkan potonga organ dalan eosin selama 2 menit.

i) Secara berurutan memasukkan potngan organ dalamalcohol96% selama 2 menit ,alcohol96%,alcoholIII dan IV masing-masing selama 3 menit.

j) Terakhir memasukkan kedalamxylolIV dan V masing-masing selama 5 menit.

9. Mounting

Setelah pewarnaan selsai menempatan slide diatas kertas tisu pada tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan ditutup dengancover glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.

10. Membaca slide dengan mikroskop

Slidediperiksa di bawah mikrokop sinar dengan pembesaran 400x. Metode yang digunakan dalam melihat preparat adalah prosedur double blinded (Ali, 2007).

Pada akhir perlakuan mencit dikorbankan, dilanjutkan dengan isolasi hepar untuk fiksasi ke dalam formalin 10% selama 4-8 jam. Langkah pertama pembuatan sediaan histologis hepar, yaitu dehidrasi menggunakan etanol, dilanjutkan embedding dan pemotongan menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4 µm. Hasil pemotongan kemudian diwarnai menggunakan hematoksilin-eosin dan diamati dengan mikroskop cahaya (Dimitrios, 2006).


(64)

G) Penilaian Histopatologi

Skoring derajat histopatologi hepar yang digunakan berdasarkan penelitian Uji Toksisitas Akut dan Subakut yang dilakukan Maretnowatiet al(2005), yang telah dipublikasikan dalam Majalah Farmasi Airlangga, sebagai berikut:

Tabel 3. Skor Penilaian Derajat Kerusakan Histopatologi Sel Hepar

Tingkat perubahan Skor

Normal 0

Ringan (mild) 1

Sedang (moderate) 2

Berat (severe) 3

Derajat kerusakan hati terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu derajat

kerusakan 1 (kerusakan ringan) yang memiliki kriteria kerusakan sel hepar mencapai 1-25%, derajat kerusakan 2 (kerusakan sedang) yang memiliki kriteria kerusakan mencapai 26-50% dan derajat kerusakan 3 (kerusakan berat) yang memiliki kriteria kerusakan sel hepar mencapai >50%. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil pengamatan mikroskopik organ hepar dari setiap kelompok perlakuan dengan kontrol.


(65)

H. Prosedur Pengamatan Bobot Hepar Mencit

Prosedur pengamatan berat basah organ hepar dilakukan dengan

menimbang organ hepar yang masih segar menggunakan timbangan digital dengan 2x ulangan dan dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Dewi, 2012).

I. Analisis Data

Data dianalisis dengan metode statistik menggunakan uji anova satu arah (one way anova) pada taraf 5% (p<0,05), selanjutnya dilanjutkan dengan ujiFisher. Data yang diperoleh dari pengamatan secara mikroskopis diuji dengan uji statistik menggunakan uji statistikKruskal-Wallis,untuk mengetahui adanya perbedaan dalam seluruh kelompok populasi. Data diolah dengan menggunakan Komputer Program Minitab 14 (Hanafiah, 2011).


(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Pemberian taurin berpengaruh protektif dan terapeutik terhadap gambaran histopatologi hepar yang diinduksi benzo(α)piren.

2. Taurin memiliki kemampuan memperbaiki kerusakan jaringan hepar yang diinduksi zat karsinogenik (benzo(α)piren).

3. Ekstrak daun sirsak tidak dapat memperbaiki kerusakan jaringan hepar mencit (Mus musculus) yang diinduksi benzo(α)piren secarain vivo.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan dosis taurin dan ekstrak daun sirsak yang lebih tinggi, dan juga waktu yang lebih lama untuk proses


(67)

Alberts, B., D. Bray, J. Lewis, K. Roberts, J.D. Watson. 1994,Molecular Biology of the Cell, Third ed, 1255, 1269, 1270, 1282, 1283, Garland Publ Inc, NY and London.

Ali, H.T. 2007.Beneficial Efects Of Nigella sativa On The Testis Tissues Of Mice Exposed to UV Irradiation. Biology Departement/ Educatioan College/ Mosul University.

Amelia, F., E. Angeline, K. Wahyu. 2012. Tablet salut enterik ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata) sebagai antikanker kolon yang potensial. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Atmodjo, A.P. 1990.Album Patologi Umum. Airlangga University Press, Surabaya. hlm. 19.

Arief, S. 2006.Radikal Bebas. Surabaya: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/ RS. Dr. Sutomo.

Arouma, O.I., B. Halliwell, B.M. Hoey, J. Butler. 1988.The antioxidant action of taurine, hypotaurine and their metabolic precursors. Biochem J, 256:251-255.

Baskar, R., V. Rajeswari, T.S. Kumar. 2007.In vitro antioxidant studies in leaves of Annona sp. Indian J Exp Biol. 45 (5) :480-5.

Bhattacharya, T., A. Bhakta, and S.K. Ghosh . 2011. Longterm effect of monosodium glutamate in liver of albino mice after neo-natal exposure. Nepal Med Coll J; 13 (1): 11-16

Bosman, F.T. 1999.Aspek-aspek Fundamental Kanker, in van de Velde, C.J.H, Bosman, F.T.D.J.Th.onkologi, Diterjemahkan oleh Arjono, Edisi V. Yogyakarta: Panitia Kanker RSUP Dr Sardjito


(68)

Chandrasoma, P. dan C.R. Taylor. 2005, Ringkasaan Patologi Anatomi. Jakarta EGC .

Corwin, J. Elizabeth .1997.Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Dalimartha, S., 2003,Atlas Tumbuhan Obat Jilid 3, Trubus Agriwidya, Jakarta. Dellman, H.D. and E.M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed ke-3. R.

Hartono, penerjemah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Dewi, K. 2007.Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Penurunan Berat Badan, Kadar Trigeliserida, dan Kolesterol Total Pada Tikus Jantan Galur Wistar. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha : Bandung.

Dewi, Sri. 2012.Uji Potensi Hepatoprotektif Senyawa Dimer dari Isoeugenol

terhadap Histologi Hati Mencit (Mus musculus) Jantan Galur DDY. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi Universitas Indonesia : Jakarta.

Depkes RI. 2007. Modul TOT Manajemen Pengendalian Penyakit Kanker. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL, Depkes RI.

Desen, Wan. 2008. BukuAjar Onkologi Klinis (2nd ed) (Wilie Japaries,Penerjemah). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dimitrios, B. 2006.Sources of natural phenolic antioxidants laboratory of Food Chemistry and Technology, School of Chemistry, Aristotle University of Thessa-loniki.

EPA (Environmental Protection Agency). 2006.Benzo(a)pyrene (BaP). TEACH Chemical Summary.

http://www.epa.gov/teach/chem_summ/BaP_summary.pdf (diakses 5 November 2014).

Fajariyah, S., E. T. Utami dan Y. Arisandi. 2010. Efek pemberian estrogen sintetis (Diethylstillbestrol) terhadap struktur hepar dan kadar SGOT dan SGPT pada mencit (Mus musculus) betina strain Balb/C.J Ilmu Dasar11(1):76-82.


(1)

Cerutti, P., R. Ghosh, Y. Oya , and P. Amstad.1994.The Role of the Celluler Antioxidant Defense in Oxidant Carcinogenesis.Enviromental Health Perpective. vol. 102. no. 10.

Chandrasoma, P. dan C.R. Taylor. 2005, Ringkasaan Patologi Anatomi. Jakarta EGC .

Corwin, J. Elizabeth .1997.Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Dalimartha, S., 2003,Atlas Tumbuhan Obat Jilid 3, Trubus Agriwidya, Jakarta. Dellman, H.D. and E.M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Ed ke-3. R.

Hartono, penerjemah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Dewi, K. 2007.Pengaruh Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Penurunan Berat Badan, Kadar Trigeliserida, dan Kolesterol Total Pada Tikus Jantan Galur Wistar. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha : Bandung.

Dewi, Sri. 2012.Uji Potensi Hepatoprotektif Senyawa Dimer dari Isoeugenol

terhadap Histologi Hati Mencit (Mus musculus) Jantan Galur DDY. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Biologi Universitas Indonesia : Jakarta.

Depkes RI. 2007. Modul TOT Manajemen Pengendalian Penyakit Kanker. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL, Depkes RI.

Desen, Wan. 2008. BukuAjar Onkologi Klinis (2nd ed) (Wilie Japaries,Penerjemah). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dimitrios, B. 2006.Sources of natural phenolic antioxidants laboratory of Food Chemistry and Technology, School of Chemistry, Aristotle University of Thessa-loniki.

EPA (Environmental Protection Agency). 2006.Benzo(a)pyrene (BaP). TEACH Chemical Summary.

http://www.epa.gov/teach/chem_summ/BaP_summary.pdf (diakses 5 November 2014).

Fajariyah, S., E. T. Utami dan Y. Arisandi. 2010. Efek pemberian estrogen sintetis (Diethylstillbestrol) terhadap struktur hepar dan kadar SGOT dan SGPT pada mencit (Mus musculus) betina strain Balb/C.J Ilmu Dasar11(1):76-82.


(2)

Faust, R. A., dan P. Reno. 1994.Toxicity summary for benzo[a]pyrene. Tennessee, Oak Ridge Reservation Environmental Restoration Program.

Ganiswarna, S.G. 1995.Farmakologi Dan Terapi. Gaya Baru. Jakarta.

Gotama, I. B. I., S. Sugiarto , M. Nurhadi, Y. Widiyastuti, S.Wahyono, I.J Prapti. 1999.Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta, Departemen Kes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Medan.

Gustanti, Elza. 1999. Uji Efek Anti Kanker Dadih S. lactis Terhadap Mencit yang Diinduksi dengan Benzopiren. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas. Padang.

Halliwel, B., J.M.C. Gutteridge. 1998. Free Radicals in Biology and Medicine, 3rded. Oxford University Press.

Hanafiah, A.K. 2011.Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Hanahan, D and R. A. Weinberg . 2000. The Hallmarks of Cancer.Cell. 100 (2):57-70.

Harada, H., S. Allo, N. Viyuoh, J. Azuma, K. Takahashi, S.W. Schaffer . 1988. Regulation of calcium transport in drug-induced taurine-depleted hearts. Biochim Biophys Acta, 944:273-278.

Hariyatmi, 2004. Kemampuan Vitamin E sebagai Antioksidan terhadap Radikal Bebas pada Usia Lanjut.MIPA14(1): 54.

Himawan, S.1992.Kumpulan Kuliah Patologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Karsono, B. 2006.Teknik-Teknik Biologi Molekular Dan Selular Pada Kanker.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (3rdEd.). Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.

Katz, B. G. 2002. Basic and clinical pharmacology.alih bahasa: Dripa Sjabana, Endang Isbianti, Achmad Basori, Moch. Sudjak N, Indriyatni, Ramadhani RB, Sunarni Zakaria. Salemba Medika. Surabaya.

King, R. J. B., 2000, Cancer Biology,2nded. Pearson Education Limited. London. Klaassen, C.D. 2001.Casarett and Doull’s Toxicology.The Science of Poison.


(3)

Kumar dan Robin.1995.Buku Ajar Patologi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Li, K., Q. Li, J.Li, D. Gao, Z. Lin, F. Zheng. 2008. Alkaloid from angelicae daharaicae inhibits hela cell growth by inducing apoptosis and increasing cascape-3 activity.Labmedicine. 39 (9): 540-6.

Li, N., Z. Shi, Y. Tang, J. Chen, X. Li. 2008. Recent progress on the total synthesis of acetogenins from Annonaceae.Beilstein Journal of Organic Chemistry. 4 (48): 4-12.

Lu, F. C. 1994.Toksikologi Dasar.Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Mahendra, B. 2005.13 Jenis Tanaman Obat Ampuh, Penebar Swadaya. Jakarta. Maramis, W.F. 2005.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.

Surabaya.

Maretnowati, N., A. Widyawaruyanti, M.H Santosa. 2005.Uji toksisitas akut dan subakut ekstrak etanol dan ekstrak air kulit batang Artocarpus champeden spreng dengan parameter histopatologi hati mencit. Majalah Farmasi Airlangga; 5(3):91-5.

Muliyah, E. 2013. Struktur Sekretori beberapa tanaman obat. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Murray, R.W. 1996. Biokimia Kedokteran Harper, Edisi 24. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mun’im, A.,R. Andrajati dan H. Susilowati. 2006, Uji Hambatan Tumorigenensis sari. Buah Merah (Pandanus conoideusLam.) Merek M terhadap Tikus Putih Betina yang diinduksi 7,12-dimetilbenz[a]antrasen (DMBA). Majalah Ilmu Kefarmasian, 3 (3), 153161.

Niendya, W.A., A. D. Muhammad, S. Teguh. 2011. Rasio Hepar Bobot-Tubuh Mencit (Mus musculus) setelah Pemberian Diazepam, Formalin, dan Minuman Beralkohol.Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIX,No. 1, Maret 2011.

Ngabekti, S dan W. Isnaeni. 2000. Pemanfaatan Kurkumin Untuk Mengeliminir Pengaruh Diazonin terhadap Kerusakan Hati Mencit (Mus musculus L). Semarang: Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang.


(4)

Ngatidjan. 1991.Petunjuk Laboratorium: Metode laboratorium dalam

toksikologi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Nugraha, L.S.A. 2011.Cara dan Rute Pemberian Obat Pada Hewan Percobaan Mencit. Akademi Farmasi Theresiana. Semarang.

Parkin, D.M, Bray and F.J. Ferlay. 2000. Estimating the world cancer Burden. GLOBOCAN 2000. Int J Cancer. 2001; 94:153-156.

Pramono dan Malole. 1989.Pengantar Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.

Prasetya, G., H. Laksono. 2013. Ekstrak daun sirsak (Annona muricata)

menggunakan pelarut etanol.Jurnal Tekonologi Kimia Industri. 1 (2): 111-5. Redmon, H., P.Stapkleton, and David. 1983. Immunustrition.The ple of Taurine.

Nutrition14. 559-604.

Ren, W., Z. Qiao, H. Wang, L. Zhu, L. Zhang . 2003. Flavonoids: promising anticancer agent.Medicinal Research Review. 23 (4): 519-34.

Ressang, A.A. 1984.Patologi Khusus Veteriner. Ed ke-2. Percetakan Bali. Denpasar. Retnani ,V. 2011. Pengaruh suplementasi ekstrak daun Annona muricata terhadap

kejadian displasia epitel kelenjar payudara tikus sprague dawley yang diinduksi 7,12-dimetilbenz(a)antrasena (DMBA). Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang.

Rojas, M., B. Marie, J. M. Vignaud, N. Martinet, J. Siat, G. Grosdidier, I. Cascorbi, K. Alexandrov. 2004. High DNA damage by benzo[a]pyrene 7,8-diol-9,10-epoxide in bronchial epithelial cells from patients with lung cancer :

comparison with lung parenchyma.Cancer Letters(207) : 157- 163. Schaffer, S., K.C. Ramila, C.J. Jong, T. Ito, J. Azuma. 2009.Role of protein

phosphorylation in Tau TKO cardiomyopathy. Int Taurine Symp.

Schneider, K.A. 1997. Cancer Genetics,Encyclopedia of Human Biology, 2nded. Academic Press.

Shao, A. and J.N. Hathcock. 2008. Risk assessment for the amino acids taurine, l-glutamine and l-arginine.Regul Toxicol Pharmacol50(3) : 376-399.


(5)

Smayda, R. 2002. Contemporary review of therapeutic benefits of the amino acid taurine.The Journal of Biological Chemistry257(6):2802-2805.

Sreelatha, S., and P.R.Padma. 2009.Antioxidant activity and total phenolic content of Moringa oleifera leaves in two stages of maturity. Plant foods for human nutrition. 64 (4): 302-11.

Suckow, M.A., S.H. Weisbroth, and C. I. Franklin. 2006.Rats on laboratory animals. Elsevier, Inc., London.

Sugitha dan Djalil. 1989. Susu: Pengolahan dan Teknologinya. Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Padang.

Sulaiman, Akbar, Lesmana dan Noer. 2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jayabadi. Jakarta.

Sumpena, Yana. 2009.Uji Mutagenisitas Benzo (alfa) piren dengan Metode

Mikronukleus pada Sumsum Tulang Mencit Albino (Mus musculus). Cermin Dunia Kedokteran Vol 36 no. 1/167.

Syahrizal, D. 2008. Pengaruh Proteksi Vitamin C terhadap Enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologis hati Mencit yang Dipapar Plumbum.Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

Syamsuhidayat, S.S dan J.R. Hutapea. 1991,Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Thompsond, A.D.1994.Catatan Kuliah Patologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Tjindarbumi, D. and R. Mangunkusumo. 2001.Cancer in Indonesia, Present and Future. Jpn. J. Clin. Oncol.32: (supplement 1) s17–s21.

Triastuti, A., 2006. Efek Antiangiogenik Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata) Pada Membran Korio Alantois (CAM) Embrio Ayam Yang Terinduksi bFGF, Lapen. Prodi Farmasi UII. Yogyakarta.

Trisnowati, D. 2009. Efek Pemberian Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava) terhadap Kerusakan Sel Hati yang Dipapari dengan Minyak Goreng Bekas. Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Surakarta. Waji, R.A dan A. Sugrami. 2009. Makalah kimia organik bahan alam flavonoid


(6)

Weizman, J.B. and M. Yanif. 1999.Rebuilding the Road to Cancer, Nature. The Journal of Nutritional Biochemistry.

Yuswanto, A. G., dan F. Sinaradi. 2000.Kanker Cetakan 1. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Zeinab, M. A., El-Gohary, Souad, A. Khalifa, M. Afaf, El-Said Fahmy and M.

Yasmin. 2012. Comparative Studies on the Renal Structural Aspect of the Mammalian Species Inhabiting Different Habitats. Journal of American Science.

Zhang, X ., S. Tu, Y. Way, B. Xu and F. Wan. 2014. Mechanisme of Taurin Induced Apoptosis in Human Colon Cancer Cells. Acta Biochims Biophysic Sni 1-12.