Dengan:
rr
t
adalah reverse recovery time,
a
t
adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik terendah setelah grafik melewati sumbu nol, dan
b
t
adalah waktu yang dibutuhkan dari titik terendah untuk mencapai
RR
I 25
.
.
2.2. Transistor
Transistor sambungan dua kutub Bipolar Junction Transistor BJT merupakan suatu piranti yang terdiri dari tiga daerah semikonduktor, yaitu daerah
emiter, daerah basis, dan daerah kolektor. Ada dua jenis transistor, yaitu transistor npn dan transistor pnp. Transistor npn memiliki daerah emiter jenis n, daerah basis
jenis p, dan daerah kolektor jenis n. Sedangkan transistor pnp memiliki daerah emiter jenis p, daerah basis jenis n, dan daerah kolektor jenis p. Struktur transistor npn dan
pnp dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7.
Gambar 2.6. Struktur Transistor npn.
Gambar 2.7. Struktur Transistor pnp.
Simbol transistor npn dan pnp dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9 berikut.
Gambar 2.8. Simbol Transistor npn.
Gambar 2.9. Simbol Transistor pnp.
Transistor memiliki dua buah persambungan junction, yaitu persambungan emiter- basis EBJ dan persambungan kolektor-basis CBJ. Dengan mengatur kondisi bias
maju atau bias balik pada kedua persambungan tersebut akan diperoleh berbagai mode pengoperasian transistor. Transistor memiliki tiga mode operasi, yaitu mode
pancung cut-off, aktif active, dan jenuh saturation. Pada mode pancung, kedua persambungan diberi bias balik. Pada mode aktif, EBJ diberi bias maju dan CBJ
diberi bias balik. Pada mode jenuh, kedua persambungan diberi bias maju. Yang dimaksud dengan bias maju adalah kondisi yang mana arus mengalir dari daerah tipe
p menuju ke daerah tipe n. Sebaliknya untuk bias balik adalah kondisi yang mana arus mengalir dari daerah tipe n menuju ke daerah tipe p. Ketiga mode operasi dan
bias persambungannya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tiga Mode Operasi Transistor dan Bias Persambungannya.
Mode EBJ
CBJ Pancung
Balik Balik
Aktif Maju
Balik Jenuh
Maju Maju
Pada mode operasi pancung, arus basis tidak cukup besar untuk mengalirkan arus kolektor, sehingga tegangan kolektor-emiter sangat besar mendekati
cc
V
. Pada mode operasi aktif, perubahan yang terjadi pada arus basis akan semakin
memperbesar arus yang mengalir melewati kolektor dan akan memperkecil tegangan kolektor-emiter. Pada mode operasi aktif, transistor dapat digunakan sebagai penguat
amplifier. Persamaan 2.2 digunakan untuk menghitung bati gain transistor.
B C
FE
I I
h
2.2
Dengan:
FE
h
adalah bati transistor,
C
I
adalah arus kolektor, dan
B
I
adalah arus basis. Pada mode operasi jenuh, arus yang melewati kolektor sudah maksimal, sehingga
dengan memperbesar arus basis tidak akan berpengaruh banyak terhadap arus kolektor. Pada saat transistor berada pada mode jenuh, nilai tegangan kolektor-emiter
sangat kecil. Mode operasi pancung dan jenuh biasanya digunakan dalam pensaklaran switching. Gambar 2.10 memperlihatkan grafik karakteristik I
C
- I
B
transistor beserta tiga mode operasi transistor.
Gambar 2.10. Karakteristik I
C
- I
B
Transistor dengan V
CE
sebagai Parameter.
2.3. SCR