Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyusunan Alat Peraga untuk Matakuliah Elektronika Daya T1 612006005 BAB IV

(1)

21

4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC

(Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh).

A. Penyearah Setengah Gelombang

Gambar 4.1. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Minimum (Penyearah Setengah Gelombang).


(2)

Gambar 4.2. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Tengah (Penyearah Setengah Gelombang).

Gambar 4.3. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Maksimum (Penyearah Setengah Gelombang).


(3)

Gambar 4.4. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Minimum (Penyearah Setengah Gelombang).

Gambar 4.5. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Tengah (Penyearah Setengah Gelombang).


(4)

Gambar 4.6. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Maksimum (Penyearah Setengah Gelombang).

Percobaan ini menghasilkan bentuk penyearah setengah gelombang dengan sudut picu tertentu yang dikarenakan efek thyristor. Bentuk tegangan keluaran pada resistor beban dan tegangan thyristor yang diharapkan terlihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Tegangan Keluaran Resistor Beban dan Tegangan Thyristor.

Hasil percobaan yang didapat sesuai dengan yang diharapkan dengan analisis berikut. Dari Gambar 3.1 tegangan masukan berupa tegangan AC 220 volt. Tegangan ini diperlemah dengan menggunakan Trafo menjadi 12 Vpp pada keluarannya.


(5)

Thyristor dapat diaktifkan dengan cara memicu kaki gerbang dengan pulsa pada saat kaki anoda Thyristor lebih positif dari kaki katoda. Pada rangkaian Gambar 3.1 tersebut, saat t=0 yang terjadi adalah kaki anoda Thyristor lebih positif dari kaki katoda. Tetapi Thyristor belum aktif karena belum dipicu. Jalan pemicuannya adalah arus yang mengalir melalui resistor 100 ohm 20 watt, mengalir juga menuju resistor 100 ohm lalu ke potensiometer dan mulai mengisi kapasitor. Setelah kapasitor penuh, maka arus menuju ke dioda. Dioda mengalami bias maju yang memberikan tegangan pada kaki gerbang sehingga Thyristor mulai terpicu. Thyristor yang dalam kondisi aktif ini menyebab rangkaian menjadi hubung singkat sehingga tegangan thyristor sama dengan nol. Untuk grafik tegangan Thyristor dapat dilihat pada Gambar 4.4, ini saat kondisi potensiometer bernilai minimum. Tetapi pada resistor beban (100 ohm 20 watt) berupa tegangan masukan mulai dari thyristor terpicu sampai kondisi tidak aktifnya yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. Jika nilai potensiometer diubah, maka saat pemicuan pun juga akan berubah. Perubahan waktu pemicuan dengan besarnya potensiometer berbanding lurus, yaitu jika nilai potensiometer diperbesar maka pemicuan menjadi lama. Pada percobaan ini, pemicuan berada diantara 0 dan 90 derajat (Gambar 4.2), dikarenakan jika lebih dari 90 derajat tegangan kaki gerbang thyristor kecil dan tidak mampu membuat thyristor aktif (Gambar 4.3). Ini terjadi saat tegangan masukan pada siklus positif. Pada siklus negatif, Thyristor mengalami kondisi tidak aktif dengan sendirinya dikarenakan arus pada kaki katoda lebih positif daripada kaki anoda. Thyristor yang tidak aktif dapat dianalogikan sebagai hubung buka sehingga tegangan thyristor sama dengan tegangan masukan (Gambar 4.6) dan tegangan pada resistor beban sama dengan nol (Gambar 4.3).


(6)

B. Penyearah Gelombang Penuh

Gambar 4.8. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Minimum (Penyearah Gelombang Penuh).

Gambar 4.9. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Tengah (Penyearah Gelombang Penuh).


(7)

Gambar 4.10. Tegangan Keluaran Kondisi Potensiometer Maksimum (Penyearah Gelombang Penuh).

Gambar 4.11. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Minimum (Penyearah Gelombang Penuh).


(8)

Gambar 4.12. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Tengah (Penyearah Gelombang Penuh).

Gambar 4.13. Tegangan Thyristor Kondisi Potensiometer Maksimum (Penyearah Gelombang Penuh).


(9)

Pada percobaan ini, hasil yang diharapkan berbentuk penyearah gelombang penuh dengan sudut picu tertentu. Bentuk gelombangnya dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut.

Gambar 4.14. Tegangan Keluaran Resistor Beban dan Tegangan Thyristor.

Hasil percobaan sesuai dengan yang diharapkan dengan analisis berikut. Baik saat siklus positif maupun negatif tegangan masukan, arus tetap mengalir melalui rangkaian dioda-dioda 1N4007 yang dapat juga disebut rangkaian diode-bridge

penyearah. Sehingga untuk kedua siklus ini, kaki anoda thyristor selalu lebih positif dari kaki katodanya tiap pergantian siklus. Tegangan keluaran (tegangan resistor beban) berbentuk sinus yang sudah disearahkan (Gambar 4.8, Gambar 4.9, Gambar 4.10). Thyristor akan aktif saat pemicuan terjadi. Namun tidak sepenuhnya thyristor berada pada kondisi aktif secara terus menerus. Pada saat terjadi pergantian siklus sesaat (saat beda tegangan anoda dan katoda thyristor bernilai 0 V), menyebabkan thyristor tidak aktif sesaat. Setelah itu kaki anoda bernilai lebih positif dari kaki katoda pada siklus selanjutnya (siklus negatif tegangan masukan) dan hanya menunggu pemicuan untuk membuat thyristor aktif. Tegangan yang dapat memicu kaki gerbang bergantung pada nilai potensiometer. Untuk Gambar 4.8 didapatkan bila nilai potensiometer diambil minimum. Gambar 4.9 didapat saat potensiometer bernilai sekitar 14 kilo ohm. Dan Gambar 4.10 didapat saat potensiometer bernilai lebih dari 14 kilo ohm. Tegangan Thyristor membentuk grafik kebalikan dari


(10)

tegangan resistor beban. Ini terlihat pada Gambar 4.11, dimana tegangan thyristor bernilai nol yang menunjukkan kondisi Thyristor aktif atau bisa dianggap sebagai hubung singkat. Begitu juga dengan analisis grafik tegangan Thyristor pada Gambar 4.12 dan Gambar 4.13.

4.2. Topik 2. Rangkaian Osilasi Pencuplik.

Percobaan ini menghasilkan gelombang DC yang berosilasi atau dapat juga dikatakan sebagai gelombang kotak seperti keluaran timer. Bentuk gelombang DC dan gelombang keluaran yang diharapkan terlihat pada Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Tegangan DC dan Tegangan Resistor Beban.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa tegangan resistor beban berosilasi dan membentuk gelombang kotak dengan analisis berikut. Pada rangkaian Gambar 3.3 dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu rangkaian yang berfungsi sebagai pembangkit pulsa dan rangkaian yang berfungsi sebagai penghasil gelombang kotak.


(11)

Gambar 4.16. Rangkaian Pembangkit Pulsa.

Dari Gambar 4.16 dapat dianalisis bahwa saat pertama (t = 0s) UJT tidak aktif. Arus tidak mengalir dari kaki E menuju kaki B1 pada UJT. Arus mengalir dari sumber tegangan Vbb menuju resistor 100 ohm menuju potensiometer kemudian

mengisi kapasitor C1. Lama pengisian kapasitor dapat dilihat pada rumus 4.1.

) 1 . 0 )( 100

( R uF

RC ter Potensiome Pengisian Pengisian (4.1)

Beda tegangan pada kaki B1 UJT terhadap bidang bumi menghasilkan tegangan 0 Volt (tidak ada tegangan). Setelah kapasitor C1 penuh, kapasitor C1 mengosongkan muatannya. Arus kemudian mengalir melalui kaki E menuju kaki B1 (UJT). Kondisi UJT menjadi aktif. Waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan kapasitor C1 dapat dilihat pada rumus 4.2.

) 1 . 0 ( 1 uF R RC B n Pengosonga n Pengosonga (4.2) Nilai hambatan pada kaki B1 (RB1) dapat dihitung melalui lebar pulsa yang

keluar dari UJT (tegangan VB1g) terhadap bidang bumi. Rumus 4.2 yang merupakan


(12)

C1. Beda tegangan kaki B1 (UJT) terhadap bidang bumi memiliki nilai walaupun kecil. Dari rangkaian Gambar 3.3, variabel resitor (potensiometer) berfungsi sebagai pengatur lamanya pengisian kapasitor C1. Jika nilai variabel resistor tersebut diperbesar maka pengisian kapasitor berlangsung secara lama. Begitu pula sebaliknya, jika nilai variabel resistor diubah minimum, maka pengisian kapasitor berlangsung secara lebih cepat. Oleh karena itu, perubahan nilai potensiometer akan mengubah lebar sempitnya pulsa (waktu). Rangkaian pada Gambar 4.16 dapat dianalogikan dengan rangkaian timer yang menghasilkan nilai 1 (Vcc) dan nilai 0 (0

Volt). Namun yang membedakan dengan rangkaian timer adalah fasanya. Perbedaan ini akan dibahas pada topik peragaan selanjutnya. Bentuk gelombangnya dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17. Gelombang pulsa yang merupakan keluaran rangkaian Gambar 4.16.


(13)

Gambar 4.18. Rangkaian Penghasil Gelombang Kotak.

Gambar 4.18 menunjukkan rangkaian penghasil gelombang kotak. Ini dikarenakan adanya thyristor yang berfungsi sebagai saklar. Saat kaki gerbang dipicu yang membuat thyristor aktif, maka tegangan keluaran (tegangan pada resistor beban) menjadi sama dengan Va. Tegangan ini dipertahankan sampai saat pengosongan induktor (dengan arus balik) dan kapasitor. Hal ini membuat thyristor tidak aktif dan nilai tegangan thyristor menjadi 0 Volt. Pengosongan induktor (dengan arus balik) dan kapasitor menyebabkan tegangan pada kaki anoda thyristor menjadi negatif daripada kaki katodanya. Kondisi ini dinamakan komutasi sendiri. Bentuk tegangan keluaran saat thyristor tidak aktif menjadi negatif karena tegangan pengosongan kapasitor dijumlahkan dengan tegangan pengosongan induktor lebih besar daripada tegangan supply. Duty-cycle Gambar 4.18 dapat diubah lebar sempitnya dengan cara mengubah nilai kapasitor atau induktor. Namun nilai kapasitor dan induktor pada peraga tetap karena tujuan dari percobaan ini adalah untuk menunjukkan osilasi Pencuplik.

Agar membuat thyristor aktif, kaki gerbang membutuhkan suatu tegangan yang cukup. Namun keluaran dari rangkaian pulsa masih belum dapat mampu membuat thyristor on. Oleh karena itu, dibutuhkan transformator yang membuat tegangan pulsa menjadi lebih besar. Selain itu, fungsi dari transformator ini juga untuk membedakan bidang bumi dengan tujuan menyelamatkan komponen yang membutuhkan ground yang berbeda nilainya. Sedangkan dioda pada Gambar 3.3 berfungsi melindungi UJT


(14)

karena efek dari pengisian dan pengosongan arus balik induktor. Gambar 4.19 merupakan gelombang pada resistor beban.

Gambar 4.19. Gelombang keluaran pada resistor beban.

4.3. Topik 3. Rangkaian Pemicu Thyristor dengan Menggunakan UJT.

Gambar 3.4 dan 3.5 dapat dibagi menjadi 2 bagian rangkaian, yaitu rangkaian penghasil pulsa dan rangkaian pemicuan thyristor.


(15)

Tegangan Vin (220 Volt AC) pada Gambar 4.20 dikecilkan dengan menggunakan trafo. Kemudian sinyal AC yang telah diperkecil tersebut disearahkan menggunakan rangkaian diode-bridge. Itulah yang menjadi keluaran grafik tegangan V1g.

Gambar 4.21. Tegangan V1g.

Setelah disearahkan, sinyal tersebut dibatasi sampai nilai puncak tegangan hanya 24 Volt. Seandainya nilai puncak tegangan lebih dari 24 Volt maka sinyal tersebut akan dipotong. Inilah fungsi dari dioda zener. Namun pada percobaan grafik tegangan V1g tidak memiliki puncak lebih atau sama dengan 24 Volt, jadi tidak ada

sinyal yang terpotong.

Sinyal keluaran tersebut kemudian memasuki bagian terakhir yang menghasilkan pulsa dengan menggunakan komponen UJT. Awalnya UJT belum dapat diaktifkan karena arus mengalir untuk mengisi kapasitor. Setelah kapasitor penuh, kapasitor akan mengosongkan muatan. Inilah yang membuat UJT aktif. Kemudian sinyal keluaran VB1g menjadi berbentuk pulsa-pulsa. Grafik tegangan V2g


(16)

kapasitor. Cara perhitungan lamanya pengisian dan pengosongan kapasitor dapat dilihat pada Persamaan 4.1 dan 4.2. Dari Persamaan 4.1 didapatkan waktu pengisian minimum 0.01 ms (saat potensiometer 0 ohm) dan waktu pengisian maksimum 50 ms (saat potensiometer 500 kilo ohm). Untuk pengosongan kapasitor karena nilai hambatan dalam UJT begitu kecil maka jika dijumlahkan dengan pengisian kapasitor dapat diabaikan. Perhitungan ini sesuai dengan hasil pada Gambar 4.22 dimana proses pengisian dan pengosongan kapasitor diperkirakan diantara 0.01 ms dan 50 ms. Pada Gambar 4.22 proses pengisian dan pengosongan kapasitor berlangsung selama 10 ms.


(17)

Gambar 4.23. Tegangan VB1g.

Kemudian grafik tegangan VB1g ini akan diperkuat dengan menggunakan

transformer yang nantinya masuk melalui kaki gerbang thyristor. Tujuan perlu adanya transformer ini adalah untuk menguatkan tegangan VB1g dikarenakan adanya

tegangan minimal yang harus dipenuhi kaki gerbang. Selain itu juga untuk membedakan bidang bumi atau tegangan minimum antara rangkaian penghasil pulsa dengan rangkaian pemicu thyristor. Dimana rangkaian penghasil pulsa memiliki tegangan minimum 0 Volt, sedangkan rangkaian pemicu thyristor memiliki tegangan minimum lebih kecil dari 0 Volt. Jika tidak menggunakan transformer ini maka rangkaian penghasil pulsa akan mengalami gangguan yang dapat merusak komponen. Dioda disebelah transformer bertujuan untuk mengantisipasi arus balik yang datang menuju UJT. Jika tidak ada dioda ini menyebabkan UJT menjadi panas, dan kelamaan UJT akan meledak karena arus berlebih.

Rangkaian pemicu thyristor pada topik ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh. Ini bergantung


(18)

pada masukan tegangan awalnya. Walaupun memiliki bentuk gelombang yang berbeda, tetapi rangkaian pemicu thyristornya sama. Hal ini berarti bukan rangkaian tersebut yang mempengaruhi tetapi bergantung pada masukan yang disearahkan terlebih dahulu atau tidaknya.

Gambar 4.24. Rangkaian Pemicuan Thyristor.

Pada penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh dengan menggunakan UJT untuk memicu thyristor mendapatkan hasil yang sama dengan menggunakan rangkaian RC. Bentuk gelombang keluaran berupa penyearah setengah gelombang dengan sudut pemicuan tertentu. Bentuk gelombang keluaran resistor beban dan thyristor yang diharapkan dapat dilihat pada Gambar 4.25.


(19)

Gambar 4.25. Tegangan Keluaran Resistor Beban dan Tegangan Thyristor Penyearah Gelombang Penuh dan Penyearah Setengah Gelombang.

Pada percobaan ini hasilnya sama dengan yang diinginkan. Untuk analisisnya masing-masing antara penyearah setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh dapat dilihat berikut.

A. Penyearah Setengah Gelombang

Penyearah setengah gelombang terjadi karena grafik tegangan keluaran mempunyai setengah siklus dari gelombang masukan. Ini dikarenakan siklus negatif tegangan masukan menghasilkan tegangan keluaran bernilai 0 Volt. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.4, dimana sinyal tegangan masukan yang belum disearahkan masuk kedalam rangkaian pemicu thyristor melalui resistor beban 100 ohm 20 watt. Nilai 0 Volt ini karena thyristor tidak dapat aktif karena nilai tegangan pada kaki katodanya lebih besar daripada kaki anoda. Sehingga thyristor mendapat arus bias balik. Oleh karena itu, thyristor dapat dianggap hilang. Pada kondisi ini tegangan


(20)

keluaran (tegangan pada resistor beban) menjadi 0 Volt karena dapat dianggap hubung singkat. Sedangkan tegangan thyristor sama dengan tegangan masukan. Pada siklus positif, thyristor dapat aktif karena kaki anoda lebih positif daripada kaki katodanya. Sehingga thyristor mendapat arus bias maju dan thyristor dapat dianggap sebagai hubung singkat. Sementara itu grafik tegangan resistor beban sama dengan tegangan masukan. Tegangan thyristor sama dengan 0 Volt. Sudut picu ini bergantung dari letak pulsa yang diatur oleh variabel resistor atau potensiometer. Dimana variabel resistor ini menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pengisian ataupun pengosongan. Berikut ini adalah gambar grafik tegangan thyristor dan tegangan resistor beban untuk 3 kondisi nilai variabel resistor. Sudut picu pada percobaan ini berada pada 0 derajat sampai dengan 180 derajat. Ini disebabkan efek dari UJT. Jika tanpa UJT hasil yang sama dengan Topik 1 akan didapatkan.


(21)

Gambar 4.27. Tegangan resistor beban saat potensiometer ditengah-tengah.


(22)

Gambar 4.29. Tegangan thyristor saat potensiometer minimum.


(23)

Gambar 4.31. Tegangan thyristor saat potensiometer maksimum.

B. Penyearah Gelombang Penuh

Penyearah gelombang penuh memiliki bentuk gelombang positif baik dalam siklus positif maupun siklus negatif dari tegangan masukan. Ini dapat dilihat pada Gambar 3.5, dimana sinyal masukan yang berbentuk sinusoidal disearahkan terlebih dahulu sebelum masuk pada rangkaian pemicuan thyristor. Baik siklus positif maupun negatif tegangan pada kaki anoda lebih besar daripada kaki katoda sehingga thyristor mengalami bias maju yang membuat thyristor aktif. Saat tegangan thyristor bernilai 0 Volt, maka thyristor menjadi tidak aktif. Pada penyearah gelombang penuh ini juga memiliki sudut picu yang sama dengan penyearah setengah gelombang yaitu antara 0 derajat sampai dengan 180 derajat. Ini dikarenakan peranan UJT. Untuk memperbesar atau memperkecil sudut picu dilakukan dengan mengubah nilai variabel resistor. Berikut gambar grafik tegangan keluaran dan tegangan thyristor untuk 3 nilai variabel resistor yang berbeda.


(24)

Gambar 4.32. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum.

Gambar 4.33. Tegangan resistor beban saat potensiometer ditengah-tengah.


(25)

Gambar 4.34. Tegangan resistor beban saat potensiometer maksimum.


(26)

Gambar 4.36. Tegangan thyristor saat potensiometer ditengah-tengah.


(27)

4.4. Topik 4. Rangkaian Pemicuan Digital.

Pada percobaan ini, thyristor dapat dipicu dengan menggunakan suatu rangkaian digital dengan bentuk tegangan thyristor yang diharapkan terlihat pada Gambar 4.38.

Gambar 4.38. Tegangan Thyristor.

Hasil yang didapat saat percobaan hampir sama bergantung dengan frekuensi yang diberikan akibat keluaran rangkaian timer. Untuk analisisnya dapat dilihat berikut. Dari Gambar 3.6, dapat dilihat bahwa pemicu thyristor berupa rangkaian digital. Rangkaian digital yang dipakai adalah rangkaian timer yang menggunakan IC NE555. Tegangan keluaran yang dihasilkan dari rangkaian timer berupa sinyal kotak. Tegangan yang digunakan pada rangkaian timer tersebut diantara 5 Volt dan 10 Volt. Batas minimum ini digunakan dengan tujuan agar keluaran rangkaian timer tersebut dapat membuat thyristor aktif. Sedangkan batas maksimum 10 Volt dengan tujuan agar tidak merusak IC NE555. Grafik tegangan SCR yang dihasilkan berupa grafik sinusoidal yang terkadang nilai positifnya terpotong. Ini karena frekuensi antara sinyal masukan dan sinyal timer tidak sama.


(28)

Pada Gambar 4.39, resistor RA berupa potensiometer dengan nilai batas 0-500 kΩ, resistor RB 51 kΩ, dan kapasitor C bernilai 0.1uF. Dari ketiga nilai tersebut dapat digunakan untuk menghitung frekuensi gelombang kotak yang akan dikerluarkan dengan menggunakan Persamaan 4.3.

C RB RA f * ) 2 ( * 2 ln 1 (4.3) Dari Persamaan 4.3 dapat diketahui frekuensi minimum dan maksimum yang bekerja pada rangkaian timer Gambar 4.39 secara teoritis yaitu sebagai berikut.

Hz f f 97 . 23 10 * ) 51000 * 2 500000 ( * 2 ln 1 m in 7 m in Hz f f 44 . 141 10 * ) 51000 * 2 0 ( * 2 ln 1 max 7 max

Namun pada praktek frekuensi maksimum melebihi teori dikarenakan toleransi komponen yang digunakan.


(29)

Gambar 4.40. Tegangan keluaran timer dengan frekuensi 200 Hz.

Gambar 4.41. Tegangan SCR dengan frekuensi timer 200 Hz.


(30)

Gambar 4.43. Tegangan SCR dengan frekuensi timer 100 Hz.

Dari rangkaian Gambar 3.6 dapat dianalisis saat siklus positif, SCR aktif (tergantung dengan frekuensi timer) sehingga SCR dapat dianggap hubung singkat. Sehingga tegangan SCR (VSCR) bernilai 0 Volt. Saat masukan berada pada siklus

negatif maka SCR berada pada kondisi tidak aktif dan SCR dianggap sebagai hubung buka. Ini memberikan nilai tegangan SCR sama dengan tegangan masukan. Duty-cycle pada percobaan ini tidak berpengaruh pada bentuk gelombang yang dikeluarkan.

4.5. Topik 5. Rangkaian Pengendali Tegangan AC dengan Menggunakan Kombinasi

TRIAC-DIAC.

Percobaan ini menghasilkan gelombang sinusoidal dengan sudut picu tertentu. Ini dikarenakan untuk kedua siklus yaitu positif dan negatif dari gelombang masukan dilanjutkan atau disearahkan pada siklus masing-masing dengan sudut picu yang sama. Gelombang keluaran resistor beban dan TRIAC yang diinginkan pada percobaan ini dapat dilihat pada Gambar 4.44.


(31)

Gambar 4.44. Tegangan Keluaran Resistor Beban dan Tegangan TRIAC.

Hasil yang didapat dari percobaan sesuai dengan yang diharapkan dengan analisis berikut. Rangkaian pada Gambar 3.7 menghasilkan grafik tegangan penyearah gelombang penuh yang dikendalikan dengan sebuah sudut picu TRIAC. Baik siklus positif maupun siklus negatif sinyal masukan yang melewati DIAC akan disearahkan menjadi berada pada siklus positif sebelum masuk menuju kaki gerbang TRIAC. Dengan kata lain sinyal masukan yang tadinya berbentuk sinusoidal disearahkan oleh DIAC. Saat kaki gerbang TRIAC terpicu maka TRIAC dapat dianggap sebagai hubung singkat. Jadi tegangan keluaran (tegangan resistor beban) sama dengan tegangan masukan. Di sini juga TRIAC selalu aktif baik pada siklus masukan positif maupun negatif setelah kaki gerbangnya terpicu. Bentuk tegangan keluaran juga berada sama dengan siklus tegangan masukan. Besar sudut picu dipengaruhi oleh lamanya pengisian dan pengosongan kapasitor yang dikendalikan oleh besarnya variabel resistor. Sudut picu yang dapat ditempuh pada percobaan ini 0 derajat sampai dengan 180 derajat. Terlebih dari itu tegangan gerbang TRIAC tidak memenuhi syarat untuk membuat TRIAC aktif. Sehingga TRIAC pada kondisi ini dapat dianggap sebagai hubung buka. Nilai tegangan keluaran menjadi 0 Volt. Sedangkan tegangan TRIAC sama dengan tegangan masukan.


(32)

Gambar 4.45. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum.

Gambar 4.46. Tegangan resistor beban saat potensiometer ditengah-tengah.


(33)

Gambar 4.47. Tegangan resistor beban saat potensiometer maksimum.


(34)

Gambar 4.49. Tegangan TRIAC saat potensiometer ditengah-tengah.


(35)

4.6. Topik 6. Penyearah Kendali Gelombang Penuh Fasa Tunggal.

Penyearah kendali gelombang penuh fasa tunggal merupakan gabungan dari 2 penyearah setengah gelombang yang berbeda 180 derajat sehingga mendapatkan bentuk penyearah gelombang penuh. Hasil keluarannya sama dengan penyearah gelombang penuh murni. Bentuk gelombang tegangan keluaran resistor beban yang diharapkan terlihat pada Gambar 4.51.

Gambar 4.51. Tegangan Keluaran Resistor Beban.

Hasil percobaan ini sesuai dengan yang diharapkan Gambar 4.51 dengan analisis berikut. Pada rangkaian Gambar 3.8 dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu rangkaian penghasil pulsa dan rangkaian penyearah gelombang seperti Gambar 4.20 dan 4.24. Pada percobaan ini ada 2 buah rangkaian penyearah setengah gelombang. Karena pada percobaan ini menggunakan 2 buah thyristor yang berjalan secara berkebalikan. Thyristor yang pertama berfungsi untuk menyearahkan siklus positif sinyal masukan dan memblokir siklus negatif. Sedangkan thyristor ke-2 memiliki peranan yang berkebalikan yaitu menyearahkan siklus negatif sinyal masukan dan memblokir siklus positifnya. Rangkaian penghasil pulsa terdiri dari penyearah gelombang, pemotong gelombang, dan pembentuk pulsa dengan menggunakan UJT.

Pertama sinyal masukan yang berupa sinusoidal disearahkan terlebih dahulu. Dengan tujuan untuk membangkitkan 2 pulsa dalam 1 periodik. Pulsa inilah yang digunakan untuk memicu kaki gerbang pada thyristor agar dapat menghasilkan rangkaian penyearah gelombang penuh. Namun untuk memicu thyristor, kaki gerbang diberi sinyal impuls bukan sinyal sinusoidal yang telah disearahkan. Agar mendapatkan sinyal impuls tersebut maka sinyal sinusoidal yang telah disearahkan tersebut dibatasi nilai puncaknya. Dengan tujuan UJT yang digunakan tidak mendapatkan daya besar karena dapat membahayakan UJT tersebut. Sebagai


(36)

pengaman dipakai dioda zener 24 Volt. Jadi jika grafik tegangan masukan yang telah disearahkan melebihi 24 Volt akan dipotong sampai bernilai 24 Volt. Jika tegangan tersebut dibawah 24 Volt maka akan diloloskan. Kemudian barulah diproses untuk mendapatkan sinyal impuls atau dalam percobaan ini menyerupai impuls untuk memicu thyristor. Awalnya karena kapasitor baru memulai pengisian sehingga kapasitor dapat dianggap sebagai hubung singkat, maka arus mengalir menuju kapasitor dan mengisi kapasitor. Setelah batas pengisian kapasitor, kapasitor akan mengosongkan sehingga UJT mengalami bias maju. Ini membuat UJT menjadi aktif dan kapasitor mengalami pengosongan muatan. UJT yang aktif ini membuat tegangan yang masuk transformer menjadi ada (tidak 0). Namun karena bernilai kecil maka harus diperkuat agar kaki gerbang thyristor menjadi terpicu. Selain itu transformer ini juga berfungsi untuk membedakan bidang bumi atau nilai minimum yang berbeda antara rangkaian penghasil pulsa dan rangkaian penyearah gelombang. Dengan tujuan untuk melindungi UJT dari arus balik.


(37)

Gambar 4.53. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum.

Karena tujuan dari percobaan topik ini adalah untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh maka tidak cukup dengan menggunakan 1 thyristor saja. 1 thyristor hanya mengambil peranan pada setengah gelombangnya saja. Sedangkan thyristor yang lain berperan dalam setengah gelombang yang lainnya. Masukan thyristor ini juga berbeda karena yang satu berfungsi untuk menyearahkan siklus positif sinyal masukan dan yang lain menyearahkan siklus negatif masukan. Namun pulsa yang diberikan pada tiap kaki gerbang sama. Bila potensiometer diubah nilainya maka yang berubah hanya 1 buah thyristor saja karena kedua thyristor tersebut tidak sinkron.


(38)

Gambar 4.54. Tegangan resistor beban saat potensiometer minimum.


(39)

Gambar 4.56. Tegangan resistor beban saat potensiometer maksimum.

4.7. Topik 7. Tugas Rancang : Step-Down Chopper.

Step-Down Chopper berfungsi mengubah tegangan masukan DC menjadi tegangan keluaran DC yang lebih kecil. Rangkaian Step-Down Chopper dapat direalisasikan dengan menggunakan IC MC34063. Dengan gambar rangkaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.57.


(40)

Gambar 4.57. Rangkaian Step-Down Chopper.

MC34063 berfungsi sebagai pengatur dengan memvariasikan waktu ton dan

siklus waktu switching keseluruhan. Analisis rangkaian Gambar 4.57 sebagai berikut. Awalnya transistor Q1 dianggap tidak aktif, arus induktor IL menjadi 0, dan tegangan

keluaran sama dengan tegangan keluaran yang seharusnya. Tegangan keluaran yang melalui kapasitor Co akan menurun dibawah nilai seharusnya karena arus itu adalah

komponen yang satu-satunya menyuplai arus ke beban RL. Penurunan tegangan

dipantau oleh rangkaian pengendali switching dan menyebabkan Q1 saturasi. Arus

induktor akan mengalir dari Vin melalui Q1 lalu induktor L kemudian menuju Co yang

paralel dengan RL. Saat transistor Q1 tidak aktif, medan magnet pada induktor mulai


(41)

dioda Schotkey menjadi bias maju. Arus puncak akan menurun seiring dengan energi yang disuplai untuk Co dan RL.

Untuk merancang sebuah step-down yang dapat menghasilkan tegangan keluaran sebesar 15 V dari tegangan masukan 30 V, harus menentukan nilai-nilai resistor (R1, R2, dan RSC), kapasitor (CT dan CO), dan induktor (L).

Sebelum menentukan nilai-nilai komponen tersebut, terlebih dahulu menentukan lama waktu siklus on (ton) dan siklus off (toff ) berlangsung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut.

out sat in F out off on V V V V V t t (m in) (4.4) f t

ton off 1 (4.5)

1 off on off on off t t t t

t (4.6)

off off on

on t t t

t (4.7)

Nilai-nilai komponen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut. (m ax) 2 out pk I I (4.8) pk sc I


(42)

on

T t

C 4 10 5 (4.10)

) ( 8 ) ( Vpp ripple off on PK O V t t I

C (4.11)

on pk out sat in t I V V V

Lm in (m in) (4.12)

Nilai resistor R1 dan R2 ditentukan sendiri agar dapat menghasilkan tegangan

keluaran yang sesuai dengan yang dikehendaki. Nilai tegangan keluaran dihitung dengan Persamaan (4.13) berikut.

1 2 1 25 , 1 R R

Vout (4.13)

Dengan menggunakan Persamaan 4.4 hingga Persamaan 4.13 tersebut, diperoleh penghitungan dengan hasil sebagai berikut.


(43)

V K K R R V mF ms V t t I C mH ms t I V V V L I R A mA I I nF F t C ms ms ms t t t t ms s ms t t t t t ms KHz f t t V V V V V t t mV V mA I V V V V V V out ripple off on P K O on pk out sat in pk sc out pk on T off off on on off on off on off off on out sat in F out off on ripple maz out out in 15 12 25 , 1 10 110 1 25 , 1 1 25 , 1 03125 , 0 1 , 0 8 05 , 0 5 , 0 8 ) ( 6325904 , 0 028624 , 0 5 , 0 15 5 , 0 27 6 , 0 5 , 0 3 , 0 3 , 0 5 , 0 250 2 2 1 , 1 10 96 , 1144 10 624 , 28 10 4 10 4 028624 , 0 021 , 0 05 , 0 021376 , 0 10 376 , 21 1 3391 , 1 05 , 0 1 05 , 0 20 1 1 3391 , 1 5 , 11 4 , 15 15 5 , 0 27 4 , 0 15 100 250 15 33 27 % 10 30 1 2 (m in) m in (m ax) 12 6 5 5 6 (m in) ) (

Karena nilai-nilai komponen yang diperoleh dari hasil penghitungan tidak tersedia di pasaran dengan nilai yang sama persis, maka nilainya disesuaikan dengan yang ada di pasaran. Nilai-nilai komponen yang digunakan:

5 , 0 sc R nF CT 1,1


(44)

uF CO 33

mH Lmin 0,625

Hasil tugas rancang dengan tegangan masukan (Vin) bernilai 28.6 Volt dapat

membuat tegangan keluaran (Vout) bernilai 15 Volt. Begitu tegangan masukan

diturunkan sampai diatas 15 Volt, tegangan keluaran masih bernilai 15 Volt. Setelah tegangan masukan berada kurang dari 15 Volt, maka tegangan keluaran juga akan turun dibawah 15 Volt. Bila diberi beban resistif, tidak ada dampak pada tegangan keluaran. Hal ini berarti tegangan keluaran berubah bila tegangan masukan berada dibawah spesifikasi tegangan keluaran yang diharapkan.


(1)

Gambar 4.56. Tegangan resistor beban saat potensiometer maksimum.

4.7. Topik 7. Tugas Rancang : Step-Down Chopper.

Step-Down Chopper berfungsi mengubah tegangan masukan DC menjadi

tegangan keluaran DC yang lebih kecil. Rangkaian Step-Down Chopper dapat direalisasikan dengan menggunakan IC MC34063. Dengan gambar rangkaian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.57.


(2)

Gambar 4.57. Rangkaian Step-Down Chopper.

MC34063 berfungsi sebagai pengatur dengan memvariasikan waktu ton dan siklus waktu switching keseluruhan. Analisis rangkaian Gambar 4.57 sebagai berikut. Awalnya transistor Q1 dianggap tidak aktif, arus induktor IL menjadi 0, dan tegangan keluaran sama dengan tegangan keluaran yang seharusnya. Tegangan keluaran yang melalui kapasitor Co akan menurun dibawah nilai seharusnya karena arus itu adalah komponen yang satu-satunya menyuplai arus ke beban RL. Penurunan tegangan dipantau oleh rangkaian pengendali switching dan menyebabkan Q1 saturasi. Arus induktor akan mengalir dari Vin melalui Q1 lalu induktor L kemudian menuju Co yang paralel dengan RL. Saat transistor Q1 tidak aktif, medan magnet pada induktor mulai mengosongkan muatan sehingga membangkitkan tegangan balik yang membuat


(3)

dioda Schotkey menjadi bias maju. Arus puncak akan menurun seiring dengan energi yang disuplai untuk Co dan RL.

Untuk merancang sebuah step-down yang dapat menghasilkan tegangan keluaran sebesar 15 V dari tegangan masukan 30 V, harus menentukan nilai-nilai resistor (R1, R2, dan RSC), kapasitor (CT dan CO), dan induktor (L).

Sebelum menentukan nilai-nilai komponen tersebut, terlebih dahulu menentukan lama waktu siklus on (ton) dan siklus off (toff ) berlangsung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut.

out sat in

F out off

on

V V V

V V t

t

(m in)

(4.4)

f t

ton off 1 (4.5)

1

off on

off on off

t t

t t

t (4.6)

off off on

on t t t

t (4.7)

Nilai-nilai komponen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut.

(m ax)

2 out

pk I

I (4.8)

pk sc

I


(4)

on

T t

C 4 10 5 (4.10)

) (

8

) (

Vpp ripple

off on PK O

V t t I

C (4.11)

on pk

out sat in

t I

V V V

Lm in (m in) (4.12)

Nilai resistor R1 dan R2 ditentukan sendiri agar dapat menghasilkan tegangan

keluaran yang sesuai dengan yang dikehendaki. Nilai tegangan keluaran dihitung dengan Persamaan (4.13) berikut.

1 2

1 25 , 1

R R

Vout (4.13)

Dengan menggunakan Persamaan 4.4 hingga Persamaan 4.13 tersebut, diperoleh penghitungan dengan hasil sebagai berikut.


(5)

V K K R R V mF ms V t t I C mH ms t I V V V L I R A mA I I nF F t C ms ms ms t t t t ms s ms t t t t t ms KHz f t t V V V V V t t mV V mA I V V V V V V out ripple off on P K O on pk out sat in pk sc out pk on T off off on on off on off on off off on out sat in F out off on ripple maz out out in 15 12 25 , 1 10 110 1 25 , 1 1 25 , 1 03125 , 0 1 , 0 8 05 , 0 5 , 0 8 ) ( 6325904 , 0 028624 , 0 5 , 0 15 5 , 0 27 6 , 0 5 , 0 3 , 0 3 , 0 5 , 0 250 2 2 1 , 1 10 96 , 1144 10 624 , 28 10 4 10 4 028624 , 0 021 , 0 05 , 0 021376 , 0 10 376 , 21 1 3391 , 1 05 , 0 1 05 , 0 20 1 1 3391 , 1 5 , 11 4 , 15 15 5 , 0 27 4 , 0 15 100 250 15 33 27 % 10 30 1 2 (m in) m in (m ax) 12 6 5 5 6 (m in) ) (

Karena nilai-nilai komponen yang diperoleh dari hasil penghitungan tidak tersedia di pasaran dengan nilai yang sama persis, maka nilainya disesuaikan dengan yang ada di pasaran. Nilai-nilai komponen yang digunakan:

5 , 0 sc R nF


(6)

uF

CO 33

mH Lmin 0,625

Hasil tugas rancang dengan tegangan masukan (Vin) bernilai 28.6 Volt dapat membuat tegangan keluaran (Vout) bernilai 15 Volt. Begitu tegangan masukan diturunkan sampai diatas 15 Volt, tegangan keluaran masih bernilai 15 Volt. Setelah tegangan masukan berada kurang dari 15 Volt, maka tegangan keluaran juga akan turun dibawah 15 Volt. Bila diberi beban resistif, tidak ada dampak pada tegangan keluaran. Hal ini berarti tegangan keluaran berubah bila tegangan masukan berada dibawah spesifikasi tegangan keluaran yang diharapkan.