e. Anemia hemoragik, disebabkan oleh hilangnya darah dalam jumlah
bermakna. Kehilangan darah ini dapat bersifat akut, misalnya akibat perdarahan dari luka, atau kronik, seperti yang dijumpai pada wanita
dengan riwayat haid berlebihan. Anemia tetap ada sampai sel-sel yang hilang diganti oleh transfuse atau oleh peningkatan aktivitas eritropoiesis.
f. Anemia hemolitik, disebabkan oleh pecahnya eritrosit yang bersirkulasi
dalam jumlah besar. Hemolisis, atau pecahnya sel darah merah, terjadi karena sel bersifat defektif, seperti pada anemia sel sabit, atau karena
bekerjanya factor-faktor eksternal pada eritrosit. Anemia sel sabit adalah contoh terbaik diantara berbagai kelainan herediter sel darah merah yang
menyebabkan sel ini sangat rapuh. Tabel 2. Kadar Hemoglobin Diagnosis Anemia
Sumber : Haemoglobin concentration for the diagnosis of anaemia and assessment of severity. WHO
“Guidelines for Control of Iron Deficiency Anaemia,” n.d.
2.1.2.2 Tanda dan gejala anemia
Karena jumlah efektif SDM berkurang, maka pengiriman O
2
ke jaringan menurun. Kehilangan darah yang mendadak 30 atau lebih, seperti pada
perdarahan, mengakibatkan gejala-gejala hipovolemia dan hipoksemia, termasuk
Kelompok Umur Normal
Sedang Cukup
Berat
Anak usia 6 – 59
bulan ≥ 11
10 –10.9
7 –9.9
7 Anak usia 5
–11 tahun
≥ 11.5 11
–11.4 8
–10.9 8
Anak usia 12 – 14
tahun ≥ 12
11 –11.9
8 –10.9
8 Wanita tidak hamil
15 tahun dan selebihnya
≥ 12 11
–11.9 8
–10.9 8
Wanita hamil ≥ 11
10 –10.9
7 –9.9
7 Pria
≥ 13 11
–12.9 8
–10.9 8
kegelisahan, diaphoresiskeringat dingin, napas pendek, dan berkembang cepat menjadi kolaps sirkulasi atau syok. Berkurangnya massa SDM dalam waktu
beberapa bulan memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk beradaptasi, dan pasien biasanya asimtomatik, kecuali pada kerja fisik berat.
Tubuh beradaptasi dengan 1 meningkatakan curah jantung dan pernapasan, oleh karena itu meningkatkan pengiriman O
2
ke jaringan-jaringan oleh SDM, 2 meningkatkan pelepasan O
2
oleh hemoglobin, 3 mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan 4 redistribusi aliran
darah ke organ-organ vital Price dan Wilson, 2005:256. Pada anemia berat, gagal jantung kongesif dapat terjadi karena otot
jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Sakit kepala, pusing, pingsan, dan tinnitus telinga berdengung
dapat mencerminkan berkurangnya oksigenisasi pada sistem saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran cerna seperti
anoreksia, mual, konstipasi atau diare, dan stomatitis nyeri pada lidah dan membrane mukosa mulut; gejala-gejala umumnya disebabkan oleh keadaan
defisiensi, seperti defisiensi zat besi Price dan Wilson, 2005:257.
a. Anemia ringan
Jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat menyebabkan
berbagai tanda dan gejala, beberapa gejala anemia adalah sebagai berikut : 1
Kelelahan 2
Penurunan energi 3
Kelemahan 4
Sesak napas