Keunggulan Berbangsa dan Bernegara : Perlukah Modal Sosial ?

Dr. Enok Maryani, MS., Dosen Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung Makalah yang disajikan dalam seminar Nasional IPS dui Bandung tanggal 5 Agustus 2006. 4 dengan tanggungjawabnya. Sarana ini menghasilkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan sekaligus tanggungjawab akan kemajuan bersama. Manusia belum disebut manusia yang sebenarnya, bila ia tidak ada dalam suatu masyarakat, karena itu pula maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia pada dasarnya tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan baik tanpa hidup bermasyarakat. Sejak lahir, manusia membutuhkan pertolongan manusia lain, sampai dewasa dan meninggal dan dikubur, ia pun tetap membutuhkan manusia lain. Kemandirian manusia tidak diartikan sebagai hidup sendiri secara tunggal, tapi hidup harmonis dan adaptif dalam tatanan kehidupan bersama. Seperti yang dikemukakan oleh Fairchild 1980 masyarakat merujuk pada kelompok manusia yang memadukan diri, berlandaskan pada kepentingan bersama, ketahanan dan kekekalankesinambungan. Kebersamaan, solideritas, toleransi, semangat bekerjasama, kemampuan berempati, merupakan modal sosial yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Hilangnya modal sosial tersebut dapat dipastikan kesatuan masyarakat, bangsa dan negara akan terancam, atau paling tidak masalah-masalah kolektif akan sulit untuk diselesaikan. Kebersamaan dapat meringankan beban, berbagi pemikiran, sehingga dapat dipastikan semakin kuat modal sosial, semakin tinggi daya tahan, daya juang, dan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Tanpa adanya modal sosial, masyarakat sangat mudah diintervensi bahkan dihancurkan oleh pihak luar. 3. Keunggulan Berbangsa dan Bernegara : Perlukah Modal Sosial ? Komitmen kebersamaan integritas nasional Indonesia sebagai satu bangsa, tercetus pada tanggal 28 Oktober 1928, melalui Sumpah Pemuda yang mengikrarkan bahwa bertanah satu yaitu tumpah darah Indonesia, berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia dan berbahasa satu yaitu Bangsa Indonesia. Integitas nasional tercermin pula pada konsep wawasan Dr. Enok Maryani, MS., Dosen Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung Makalah yang disajikan dalam seminar Nasional IPS dui Bandung tanggal 5 Agustus 2006. 5 nusantara, sebagai bentuk cara pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap lingkungannya, yang mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wawasan Nusantara menunjukan kebersamaan atau kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial budaya dan kesatuan pertahanan serta keamanan. Perekat ini, menjadi modal dalam mencapai keseejahteraan dalam arti seluas-luasnya. Membangun bangsa nation building bukan merupakan perjalanan mudah dan dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Pasang surut kehidupan, tantangan dan masalah telah banyak dilalui, namun panjangnya sejarah itu sendiri merupakan modal dasar untuk memperkukuh persatuan. Kesadaran bersama bahwa penjajahan dalam segala bentuk harus dihilangkan. Harkat dan martabat, jati diri harga dan kepribadian bangsa hanya dapat dipelihara bila negara dalam kondisi terlepas dari penjajahan, dan mengatasi penjajahan jelas perlu adanya kesatuan dan kebersamaan. Keberadaan dan ketahanan suatu negara, menurut Hartshore Broek dan Webb, 1968 akan banyak tergantung pada asejumlah faktor, anatara lain 1 menggeloranya kesadaran dan semangat integrasi dari semua kelompok dan wilayah kekuasaannya; 2 kesatuan cita-cita salinf mengenal dan memiliki dianatara semua kelompok yang terorgaisasi ke dalam wilayah politik yang disebut negara; 3 kesatuan cita-cita tadi, harus diterima sebagai kekuatan untuk menghindari peluang-peluang yang mengarah pada konflik; 4 keaadaran akan negara sebagai satu kesatuan harus mengalahkan kepentingan yang bersifat sektoral dan lokalit. Semakin kuat kesatuan integritas suatu negara semakin kuat negara dalam mengatasi suatu tentangan. Negara dan bangsa yang unggul adalah bangsa yang mampu mempertahankan jati diri sebagai suatu bangsa yang merdeka dan mandiri. Mempertahankan, meningkatkan modal sosial merupakan langkah yang Dr. Enok Maryani, MS., Dosen Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung Makalah yang disajikan dalam seminar Nasional IPS dui Bandung tanggal 5 Agustus 2006. 6 sangat strategis, mengingat kebersamaan, solideritas, kesetiakawanan, gotongroyong, kepercayaan trust menjadi syarat mutlak dalam muwujudkan setiap sektor pembangunan. Berdasarkan Nakertrans http:www.nakertrans.go.id langkah strategis itu perlu diwujudkan dalam pembangunan sosial budaya yang meliputi 1 Terwujudnya struktur sosial, kreativitas budaya dan daya dukung lingkungan yang kondusif bagi pembentukan jati diri bangsa. 2 Tersebarluasnya pola pengembangan modal budaya cultural resources dan modal sosial social capital yang dapat ditransformasikan sebagai kekuatan sejarah untuk meningkatkan martabat manusia.3 Terselenggaranya upaya dan kebijakan penjaminan sosial dan pengelolaan; 4 keragaman budaya yang komprehensif, sistematis dan berkelanjutan untuk memperkokoh integrasi bangsa. 5 Terwujudnya hubungan sosial antarkelompok yang ada dalam masyarakat secara harmonis sehingga memperkokoh kebersamaan dan keIndonesiaan. 6 Terfasilitasi tumbuh dan berkembangnya budaya pembelajar learning culture yang berorientasi iptek dan kesenian sehingga mampu mendukung upaya untuk peningkatan peradaban manusia. 7 Terkelolanya aset budaya yang dapat dijangkau secara adil bagi masyarakat luas sehinga dapat berfungsi sebagai sarana edukasi, rekreasi dan pengembangan kebudayaan secara optimal dan berkelanjutan.

2. Kontribusi Pendidikan Geografi dalam Mengembangkan Modal Sosial