makalah perkembangan pasar modal docx

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semakin berkembangnya perekonomian di dunia mengakibatkan perubahan yang
signifikan di berbagai bidang kehidupan. Orang mulai melakukan transaksi ekonomi
melalui berbagai cara, salah satunya adlah dengan menginvestasikan harta atau uangnya
melalui pasar modal. Pasar modal dibentuk untuk mempermudah para investor
mendapatkan asset dan mempermudah perusahaan menjual asset.
Kehidupan yang semakin kompleks akan mendorong berbagai pihak untuk
mencapai segala sesuatu secara instan, mudah dan terorganisasi. Dalam hal ini, untuk
memepermudah transaksi produk pasar modal maka dibentuk Bursa Efek. Fungsinya
sangat membantu berbagai pihak yang terkait.
Perkembangan pasar modal dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Dimulai
dengan adanya perubahan yang terdapat didalamnya hingga menghasilkan Bursa Efek
Jakarta yang merupakan satu-satunya bursa efek di Indonesia. Aktivitas yang dilakukan
sangat banyak guna membantu para investor dan perusahaan melakukan transaksi
ekonomi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah perkembangan Pasar Modal di Indonesia?

2. Bagaimanakah perkembangan Pasar Modal di dunia Internasional?
3. Siapa Pelaku Pasar Modal?

1

BAB II
PASAR MODAL

A. PENGERTIAN PASAR MODAL
Pasar modal (capital modal) adalah pasar keuangan untuk dana-dana
jangka panjang dan merupakan pasar yang konkret. Dana jangka panjang adalah
dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti sempit
adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi tempat efek-efek
diperdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian bursa efek (stock exchange)
adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan
pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian efek adalah setiap surat berharga (sekuritas) yang diterbitkan oleh
perusahaan, misalnya: surat pengakuan utang, surat berharga komersial
(commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti utang, bukti right (right issue),
dan waran (warrant).

Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah
pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan
memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya
yang termasuk pihak penawar adalah perusahaan asuranssi, dana pensiun, bankbank tabungan sedangkan yang termasuk peminat adalah pengusaha, pemerintah
dan masyarakat umum.
Pasar modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang
berkaitan dengan instrument keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari
satu tahun) dan merupakan pasar yang abstrak. Instrument pasar uang biasanya
terdiri dari berbagai jenis surat berharga jangka pendek seperti sertifikat deposito,

2

commercial papper, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Surat Berharga Pasar
Uang (SPBU).

B. MANFAAT PASAR MODAL
Secara umum, manfaat dari keberadaan pasar modal adalah :
 Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus
memungkinkan alokasi dana secara optimal.




Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga
memungkinkan untuk melakukan diversifikasi.



Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu Negara.
Maksudnya jika pasar modal berkembang maka diharapkan perekonomian juga
akan berkembang.



Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai pada lapisan masyarakat menengah.



Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan iklim
berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesional.


C. TUJUAN DIBENTUKNYA PASAR MODAL
Pada tahun 1977, pemerintah mengaktifkan kembali beroperasinya pasar modal
dengan tujuan untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Pengaktifan
kembali tersebut dilandaskan oleh adanya kebutuhan dana pembangunan yang
semakin meningkat.

3

Melalui pasar modal, dunia usaha akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh
pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Selain itu, pengaktifan ini juga
dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil pembangunan melalui kepemilikan
saham-saham perusahaan serta penyediaan lapangan kerja dan pemerataan
kesempatan usaha.
6. Peran Strategis Pasar Modal
Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Di banyak
negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar
modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal
dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan. Perusahaanperusahaan ini merupakan salah satu agen produksi yang secara nasional akan
membentuk Gross Domestic Product (GDP). Perkembangan pasar modal akan
menunjang kegiatan peningkatan GDP. Dengan kata lain, berkembangnya pasar

modal akan mendorong pula kemjuan ekonomi suatu negara.
D. PELAKU PASAR MODAL



1. Instansi Pemerintah yang Terkait dengan Bursa Efek
a. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Mengeluarkan izin Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri(PMDN). Badan ini akan menentukan komposisi dan jumlah dana
investasi, besarnya modal dasar, batas waktu penyetoran modal dan komposisi





pemegang saham.
b. Departemen Teknis
Menangani perubahan-perubahan yang beroperasi di Indonesia yang dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
1) Kelompok PMA

2) Kelompok PMDN
3) Kelompok BRO (Bedriifs Reglementering Ordonatie)
c. Departemen Kehakiman

4

2. Lembaga Swasta Terkait
Peran akuntan publik adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan
pendapat atas laporan keuangan tersebut.
Jasa notaris diperlukan dalam hal :



a. Akuntan Publik



b. Notaris

o

o

Membuat berita acar RUPS dan menyusun keputusan RUPS
Meneliti keabsahan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan

o

RUPS
Keabsahan dari para pemegang saham atau kuasanya dalam menghadiri

o

RUPS
Menjaga dipenuhinya ketentuan quorum yang dipersyaratkan dalam
anggaran dasar Meneliti perubahan anggaran dasar



c. Konsultasi Hukum







d. Penilai (Appraisal)
Memberikan jasa dalam menentukan nilai wajar aktiva perusahaan
e. Konsultan Efek (Investment Advisor)
3. Pelaku pasar modal
a. Emiten
b. Investor



c. Underwriter



d. Guarantor




e. Trustee



f. Pialang / Broker



5



g. Securities Company



h. Investment Company




i. BAE



j. BAPEPAM

BAB III
PERKEMBANGAN PASAR MODAL
A. PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA
Dirunut berdasarkan sejarahnya, Pasar modal Indonesia memiliki jalan yang panjang dan
telah dimulai sejak penjajahan Belanda. Menurut buku “Effectengids” yang dikeluarkan
Vereneging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung
sejak 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan tentang transaksi
tersebut tidak lengkap.
 Tahun 1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan komuitas dan sekuritas,




yakti Dunlop & Koff, cikal bakal PT. Perdanas
Tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappij Goalpara di Batavia
mengeluarkan prospektus penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden per



saham.
Tahun 1896 harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan prospektus
penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga perdana 100 gulden per
saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham tersebut diperjualbelikan.
Menurut perkiraan, yang diperjualbelikan adalah saham yang terdaftar di bursa
Amsterdam tetapi investornya berada di Batavia, Surabaya dan Semarang. Dapat
dikatakan bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal Indonesia

6



Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun
perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana
adalah dari para penabung yang terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa
lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk



pribumi.
Pada tanggal 14 Desember 1912, pemerintahan kolonial mendirikan pasar modal.
Setelah mengadakan persiapan. Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan cabang
yang terletak di Batavia (Jakarta) pada yang menjadi penyelenggara
adalah Vereniging voor de Effectenhandel dan langsung memulai perdagangan.
Di tingkat Asia, bursa Batavia ini merupakan yang keempat tertua terbentuk
setelah Bombay (1830), Hong Kong (1847), dan Tokyo (1878). Pada saat awal
terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa.
Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W.
Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden;
Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan




Fa. Gebroeders.
Pada tahun 1914 bursa di Batavia sempat ditutup karena adanya Perang Dunia
Pada tahun 1918 bursa di buka kemabali. Perkembangan pasar modal di Batavia



tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya.
Pada tanggal 11 Januari 1925 bursa dibuka di kota Surabaya dan Anggota bursa
di Surabaya waktu itu adalah: Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V.



Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster.
Pada 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di
Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa.



Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.
Pada resesi ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang Dunia II (PD II) serta
keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang



ditutup terlebih dahulu.
Pada 10 Mei 1940 Bursa Efek Jakarta menyusul untuk ditutup.

7



Pada tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali. Operasional bursa
pada waktu itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek)



yang beranggotakan bank negara, bank swasta dan para pialang efek.
Pada tanggal 26 September 1952 dikeluarkan Undang-undang No 15 Tahun 1952
sebagai Undang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai UndangUndang Bursa. Namun kondisi pasar modal nasional memburuk kembali karena
adanya nasionalisasi perusahaan asing, sengketa Irian Barat dengan Belanda, dan
tingginya inflasi pada akhir pemerintahan Orde Lama yang mencapai 650%. Hal
ini menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada pasar modal merosot



tajam, dan dengan sendirinya Bursa Efek Jakarta tutup kembali.
Pada tahun 1976, dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang
pendirian Pasar Modal, membentuk Badan Pembina Pasar Modal, serta
membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), Peraturan Pemerintah
No.25 Tahun 1976 tentang penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama
yang melakukan go-public dengan penyertaan modal negara Republik Indonesia
sebanyak Rp. 50 miliar.dan adanya kebijakan untuk memberikan keringanan
perpajakan kepada perusahaan yang go-public dan kepada pembeli saham atau



bukti penyertaan modal.
Pada tahun 1977 s/d 1987 pasar modal mengalami kelesuan. Tersendatnya
perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah
antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat,



adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya.
Pada periode awal 1987, gairah di pasar modal kembali meningkat. Hal ini
sebagai akibat dari dikeluarkannya Paket Kebijaksanaan Desember 1987 atau
yang lebih dikenal dengan Pakdes 1987, yang merupakan penyederhanaan
persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang
sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek.
Kebijakan ini juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan

8

memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum



memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
Pada Oktober 1988 dikeluarkan kembali Paket Kebijakan Oktober atau disingkat
Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak terhadap
perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal,
Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini
berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya
kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor



perbankan dan sektor pasar modal.
Pada Desember 1988, Pemerintah mengeluarkan paket yang ketiga, yaitu Paket
Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan
dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi
swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan investor yang



berada di luar Jakarta.
Pada tahun 1989 diterbitkannya

Keputusan

Menteri

Keuangan

No.

1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan kesempatan untuk memiliki
saham sampai batas maksimum 49% di pasar perdana, maupun 49 % saham yang



tercatat di bursa efek dan bursa paralel.
Pada tahun 1990 dikeluarkannya Keputusan

Menteri

Keuangan

No.

1548/KMK.013/1990 yang diubah lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
1199/KMK.010/1991. Dalam keputusan ini dijelaskna bahwa tugas Bapepam
yang semula juga bertindak sebagai penyelenggara bursa, maka hanya menjadi
badan regulator. Selain itu pemerintah juga membentuk lembaga baru seperti
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Efek



Indonesia (KPEI), reksadana, serta manajer Investasi.
Pada tahun 1989 tercatat 37 perusahaan go-public dan sahamnya tercatat (listed)
di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya perusahaan yang mencari dana
melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun berbondong-bondong untuk

9

menjadi investor. Perkembangan ini berlanjut dengan swastanisasi bursa, yakni



berdirinya PT. Bursa Efek Surabaya.
Pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri PT. Bursa Efek Jakarta yang menggantikan



peran Bapepam sebagai pelaksana bursa.
Pada tahun 1995, pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa UndangUndang No. 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996.
Undang-undang ini dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan
Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara



Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
Pada tahun 1995, mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta Automatic Trading
System). Merupakan sistem perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis
me-match–kan antara harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS,
transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan menggunakan “papan tulis”
sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham
berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat (bukti
fisik kepemilikkan saham)Lalu dengan seiring kemajuan teknologi, bursa kini



menggunakan sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh.
Pada tanggal 24 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock
Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek:



BES dan BEJ.
Pada 6 Agustus 1996, Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) resmi didirikan
oleh PT Bursa Efek Jakarta dan PT Bursa Efek Surabaya dengan kepemilikan
masing-masing 90% dan 10% dari total saham pendiri senilai Rp 15 miliar. KPEI
memperoleh status sebagai badan hukum pada tanggal 24 September 1996



dengan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
Pada tanggal 19 September 1996, BES mengeluarkan sistem Surabaya Market
information and Automated Remote Trading (S-MART) yang menjadi Sebuah

10

sistem perdagangan yang komprehensif, terintegrasi dan luas remote yang



menyediakan informasi real time dari transaksi yang dilakukan melalui BES.
Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia, khususnya
Thailand, Filipina, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan



Cina, termasuk Indonesia.
Pada tanggal 23 Desember 1997, KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia)
didirikan dan memperoleh izin operasional sebagai Lembaga Penyimpanan dan



Penyelesaian (LPP)
Pada tanggal 1 Juni 1998, Perseroan mendapat izin usaha sebagai Lembaga
Kliring dan Penjaminan berdasarkan Surat Keputusan Bapepam No. Kep-



26/PM/1998.
Pada tanggal 11 November 1998. Dalam kelembagaan pasar modal di Indonesia,
KSEI merupakan salah satu Organisasi Regulator Mandiri atau Self Regulatory
Organization (SRO), bersama dengan Bursa Efek dan Lembaga Kliring dan



Penjaminan.
Pada tahun 2000 dengan diterapkannya Scripless Trading atau perdagangan tanpa
warkat, KPEI sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan meluncurkan e-



CLEARS® pada Juli 2000.
Pada 30 November 2007, Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa



Efek Surabaya dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
Pada tahun 2008 terjadi krisis subprime morgage di Amerika Serikat, seluruh
dunia terkena imbasnya. Kabar bangkrutnya salah satu bank investasi terbesar,
Lehman Brothers, akibat krisis kredit perumahan di Amerika Serikat membuat
bursa saham global terguncang. Diawal kejadian, Bursa saham Eropa melemah
hingga 5 persen pada perdagangan siang hari. Di London, harga saham grup
perbankan HBOS jatuh hingga 20,2 persen. Di Jerman, Commerrzbank anjlok
11,7 persen dan Deutsche Bank jatuh 8,24 persen. Dow Jones Industrial Average
(DJIA) tumbang 2,53 persen beberapa saat setelah pembukaan pasar. Di
Indonesia, 8 Oktober jam 11.05 WIB Bursa Efek Indonesia melakukan suspend,
penutupan transaksi di lantai bursa. Sebuah langkah yang belum pernah terjadi

11

dalam sejarah lantai bursa di Indonesia, setelah Rusia sebelumnya juga
melakukan hal yang sama. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) sempt anjlok



hingga ke 1.111.
Pada bulan Maret



perdagangannya yang baru JATS Next-G.
Tahun 2010 merupakan salah satu tahun keemasan dari Bursa Efek Indonesia.



IHSG mencatatkan pertumbuhan terbaik di Asia Pasifik.
Tahun 2012, Krisis keuangan kembali mencoba menghantui pasar modal dunia.

2009,

Bursa

Efek Indonesia

mengenalkan sistem

Indikasi default atau tidak mampu membayar atas obligasi yang diterbitkan oleh
beberapa pemerintah Eropa membuat kepanikan bagi para investor. Negara yang
terancam krisis pada waktu itu adalah Yunani, Spanyol, Italia dan Portugal. IHSG
masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik walaupun dihimpit oleh berita



tersebut.
Tahun 2013, Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut memecahkan rekor
harga tertingginya. Namun sedikit terganggu dengan kondisi negara Syprus di
Eropa yang dianggap berpotensi krisis. Pada tahun ini pula jam perdagangan di
Bursa Efek Indonesia mengalami perubahan dan Bapepam LK telah melebur
menjadi OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

Kegiatan jual beli saham dan obligasi di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1880, di
mana perdagangan saham dan obligasi dilakukan tanpa obligasi resmi. Secara
keseluruhan, terdapat beberapa metamorfosis perkembangan pasar modal saat zaman pra
kemerdekaan, antara lain dengan pendirian Amsterdam Effectenbeurs, Nederlandsche
Handel Maatschappij, Nederland Indische Escompto Bank (yang dinasionalisasi pada
tahun 1957 menjadi Bank Dagang Negara) serta Nederland Indische Handels Bank (yang
dinasionalisasi menjadi Bank Bumi Daya).
Pada awal kemerdekaan, pasca Perang Dunia II, kegiatan pasar modal tidak banyak
dilakukan, hal ini terjadi karena peraturan yang berlaku saat itu menjadikan para pemilik

12

modal asing tidak berani menanamkan modalnya ke Indonesia. Di samping itu, patut
diakui bahwa saat masa awal-awal kemerdekaan Indonesia tersebut, keadaan
perekonomian nasional dinilai tidak stabil. Hal ini menyebabkan pajak dan bea masuk
belum dapat dipungut padahal jumlah pengeluaran negara meningkat.
Agar dapat membiayai perekonomian negara, pemerintah melakukan sejumlah upaya
untuk menambah pemasukkan negara. Seperti dengan penghimpunan dana pinjaman
nasional, melalui UU No. 4/1946. Program ini didukung oleh masyarakat, sehingga
akhirnya Indonesia bangkit dari keterpurukan ekonomi pasca kemerdekaan Walaupun
pada prinsipnya surat utang pemerintah diperjualbelikan, namun sampai sekarang belum
ditemukan catatan tentang nilai tukarnya. Hal ini terjadi karena bursa belum didirikan.
Walaupun aktivitas pasar modal Indonesia sempat melumpuh, namun patut diakui bahwa
fungsi pasar modal sangat esensial dalam perkembangan ekonomi nasional. Hal inilah
yang mendorong Menteri Keuangan Sumitro Djojohadikusumo membuka Bursa Efek di
Jakarta, pada tanggal 13 Juni 1952, yang mana transaksi benar-benar baru dimulai pada
tanggal 14 Juni 1952 dengan adanya transaksi 3 % Obligasi Republik Indonesia dan 4%
Obligasi Lening Gemeente Buitsenzorg 1937.
Pasar modal merupakan salah satu roda perekonomian suatu negara, yang mana
direpresentasikan dalam dua fungsi, yakni sebagai sarana pendanaan usaha dan sebagai
sarana bagi perusahaan mendapatkan dana dari masyarakat pemodal. Dalam hal
pendanaan usaha, masyarakat dapat memanfaat dana dari pasar modal untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan hal-hal lain. Kedua, pasar
modal dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen
keuangan. Seperti pada saham, obligasi, reksa dana dan lain-dana. Dengan demikian
masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya, sesuai dengan karakteristik
keuntungan resiko masing-masing instrument.

13

Di samping itu, pasar modal juga menyediakan leading indicator dalam perkembangan
perekonomian suatu negara. Sebab, pasar modal merupakan tempat pemerataan
pendapatan bagi masyarakat, di mana masyarakat dapat menikmati investasi pada
perusahaan terbaik dan mendapatkan bagian pada pendapatan perusahaan. Pula, pasar
modal dapat mendorong keterbukaan dan profesionalisme, sehingga menciptakan iklim
berusaha dan investasi yang sehat. Beroperasinya pasar modal juga dapat menampung
tenaga kerja, sehingga mengurangi pengangguran dan sebagai sumber pendapatan dalam
masyarakat.
Oleh karena banyaknya manfaat dari pasar modal bagi masyarakat pada khususnya, maka
wajar bahwa masyarakat Indonesia setiap harinya disuguhkan informasi mengenai naik
turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau harga saham di Bursa Efek
Indonesia (BEI), melalui sejumlah situs di internet dan tayangan di televisi.
Setelah mengalami sejumlah perkembangan dari awal berdirinya, hingga akhirnya tahun
2007 bursa efek di Indonesia yang awalnya terdiri atas Bursa Efek Surabaya (mulai
beroperasi tanggal 16 Juni 1989) dan Bursa Efek Jakarta (mulai beroperasi kembali
setelah vakum pada tanggal 10 Agustus 1977), digabungkan dan diubah namanya menjadi
Bursa Efek Indonesia.
Pada Tahun 2015 Presiden Joko Widodo membuka perdagangan efek untuk perdana di
tahun 2015. Pembukaan perdana di langsungkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta.
Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk 2014, mencapai 22,23
persen. Capaian itu tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti
Thailand, Malaysia bahkan Singapura.

14

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Dharmansyah Hadad
mengatakan bahwa : Keberhasilan tersebut dapat terwujud karena atas dukungan
pemerintah, dewan dan Bank Indonesia dan intansi terkait.
Seperti dilansir di situs resmi BEI, perkembangan pasar modal Indonesia di sepanjang
2014 menunjukkan pencapaian positif yang disertai dengan tercatatnya sejumlah rekor
baru. Pertumbuhan IHSG secara year to date tersebut, tercatat sebagai yang tertinggi
keempat jika dibandingkan dengan bursa-bursa utama di kawasan regional dan dunia.

Peningkatan persentase level IHSG hanya di bawah Bursa Shanghai (dengan kenaikan
49,72%), Bursa India (28,52%), dan Philipina (22,76%). Level IHSG di sepanjang 2014
telah melebihi Bursa Thailand (15,15%), Indeks Nikkei Jepang (8,83%), Bursa Singapura
(6,32%), Bursa Hongkong (2%), Bursa Australia (1,75%), Indeks FTSE 100 Inggris (1,71%), Bursa Korea (-4,15%), Indeks Dow Jones Amerika Serikat (-4,95%), dan Bursa
Malaysia (-5,28%).
Bahkan secara jangka panjang, pertumbuhan IHSG dalam enam tahun terakhir (2008
sampai 29 Desember 2014) tercatat berada di urutan kedua dengan jumlah pertumbuhan
return sebesar 282,05%.
Peluang dan keuntungan dari berinvestasi di pasar modal Indonesia semakin
meningkatkan daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor asing. Tercatat di
periode Januari hingga 29 Desember 2014 investor asing membukukan beli bersih (net
buying) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar 40,102 triliun.

Hiruk pikuk politik di Tanah Air, tidak memberikan pengaruh. Pemilu baik pileg dan
pilpres 2014, tidak menyurutkan optimisme investor untuk tetap bertransaksi di pasar
modal Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pergerakan IHSG yang mengalami kenaikan

15

21,15%, yaitu dari 4.274,177 poin pada akhir 2013 menjadi 5.178,373 poin pada 29
Desember 2014.
Bahkan pada 8 September 2014, IHSG telah berhasil mencatatkan rekor indeks tertinggi
sepanjang sejarah dengan ditutup pada level 5.246,489 poin. Sedangkan nilai kapitalisasi
pasar saham meningkat sebesar 22,76% dari Rp 4.219 triliun pada akhir Desember 2013
menjadi Rp 5.179 triliun pada 29 Desember 2014.
Muliaman meyakini capaian gemilang tahun 2014 akan menjadi bekal untuk 2015. “Ini
mampu menjadi confidence kita semua dan pasar. Berbagai tantangan yaitu
perekonomian global dan domestik yang semakin dinamis. Kesiapan dalam MEA akan
memberikan warna di pasar modal dan industri keuangan nasional,”
B. PASAR MODAL DI DUNIA INTERNASIONAL
Vereinigte Ostindische Compagnie (VOC) - (1602-1799) : Pasar Modal Pertama di
Dunia
Sejak Vasco Da Gama mempelopori rute perdagangan dari Eropa ke India pada akhir
abad ke-15, hubungan perdagangan antar bangsa-bangsa di Eropa dengan bangsa-bangsa
di Asia semakin erat. Spanyol dan Portugis yang pertama kali melakukan perdagangan
antar bangsa tersebut tampil sebagai penguasa rute perdagangan, sekaligus sebagai
penguasa tanah jajahan di Asia dengan semboyan Gold, Glory, dan Gospel. Rempahrempah yang berasal dari Asia, terutama lada, menjadi komoditi utama perdagangan pada
saat itu. Para pedagang melakukan perdagangan kontrak berjangka kepada para retailer
yang kemudian mendistribusikannya ke negara-negara Eropa lainnya.
Dengan sistem kontrak berjangka tersebut membuat para retailer harus menanggung
resiko atas pengiriman dari Asia ke Eropa, seringkali kualitas dan kuantitas yang diterima
oleh para retailer tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati di awal. Pada akhir
abad ke-16, para pedagang dari Belanda, sebagai retailer terbesar rempah-rempah pada

16

saat itu, memutuskan untuk mengambil alih perdagangan rempah-rempah yang dikuasai
oleh Portugis dan Spanyol. Mereka kemudian bergabung membentuk Brabantse
Compagnie, Rotterdamse Compagnie, dan Compagnie van Verre. Akibat dari keputusan
tersebut, persaingan antara para pedagang-pedagang di Eropa menjadi semakin ketat.
Ketika persaingan antar pedagang memanas, pihak pemerintah turut campur dengan
mempersenjatai armada-armada yang dikirimkan dalam misi dagang, akibatnya perang
antar negara-negara di Eropa tidak terelakkan lagi. Hasilnya harga rempah-rempah
menjadi jatuh.
Penurunan harga rempah-rempah dan ketidakamanan dalam perdagangan memaksa para
pengusaha Belanda untuk bekerjasama dan bergabung menjadi sebuah perusahaan. Pada
tanggal 20 Maret 1602, atas saran Gubernur Jendral Prinz Johann Moritz von Nassau
(1606-1679), tiga perusahaan besar di Belanda bergabung membentuk sebuah perusahaan
berskala nasional yang dikenal sebagai "Vereinigte Ostindische Compagnie" (VOC). Pada
mulanya VOC membuka enam kantor cabang: Amsterdam sebagai kantor pusat
perdagangan, Seeland, Delft, Rotterdam, Hoorn dan Enkhuizen. Setiap cabang menunjuk
calon Direksi hingga berjumlah 75 orang sebagai perwakilan, dari ke-75 calon ini dipilih
17 orang yang menjadi Direktur Eksekutif perusahaan.
Modal awal yang disertakan dalam pembentukan perusahaan tersebut adalah sebesar
6.424.588 Guilders, jumlah yang besar pada saat itu. Kunci sukses VOC dalam
penggalangan modal adalah keputusan yang diambil oleh para pemilik untuk membuka
akses kepemilikan saham kepada publik. Lembaran-lembaran saham tesebut terjual
dengan cepat dengan harga nominal 3000 Guilders, dan dapat diperjualbelikan. Harga
nominal tersebut tidak ditentukan oleh pemerintah, namun oleh perusahaan independen
yang berperan sebagai reseller dalam memperjualbelikan saham tersebut. Penjualan dan
pembelian sertifikat saham VOC dikelola oleh dua direktur, yang berpusat di Amsterdam.

17

Oleh karena itu Amsterdam Kontor yang merupakan kantor pusat VOC dikenal sebagai
Pasar Modal pertama di Dunia. Selain itu, VOC juga menerbitkan sertifikat obligasi
dengan jangka waktu 3 sampai dengan 12 bulan untuk menutupi kebutuhan operasinya.
Kerajaan Belanda memberikan keistimewaan hak-hak kepada VOC dalam melakukan
operasinya, seperti: Hak eksklusif untuk berdagang di Tanjung Harapan, hak untuk
bernegosiasi tanpa mediasi pemerintah pusat, hak untuk mengeluarkan kontrak dan
beraliansi, hak untuk mencetak koin dan mata uang sendiri, serta hak untuk membangun
benteng-benteng, menunjuk gubernur, dan membentuk pasukan tentara di daerah jajahan
Belanda. Dengan pemberian hak-hak istimewa tersebut, VOC menjadi sebuah "negara
dalam negara" dan memiliki kekuatan ekonomi dan politik yang sangat besar. Daerah
kekuasaannya meliputi Pulau Jawa, Kepulauan Maluku, Kepulauan Banda, Ternate,
Makasar, Ceylon, dan Tanjung Harapan.
Perusahaan tersebut terus berkembang walaupun terjadi beberapa kerugian-kerugian kecil
yang dikibatkan oleh pembajakan di Laut Cina Selatan, cuaca buruk, persaingan dengan
pedagang Eropa lainnya, pencurian, dan wabah penyakit yang menyerang awak armada
dagangnya. Sampai pertengahan abad ke-18, VOC berhasil menjadi perusahaan monopoli
terbesar pada waktu itu. Selama beroperasi, VOC memiliki 150 armada dagang, 40 kapal
perang, 20.000 pelaut, 10.000 tentara, dan lebih dari 50.000 penduduk sipil yang dipaksa
untuk bekerja pada perusahaan. Perkembangan tersebut juga mendorong pertumbuhan
harga saham perusahaan. Pada awal mula perdagangannya, saham VOC telah meningkat
10-15% diatas nilai nominalnya; pada tahun 1622 harganya meningkat 3 kali lipat; dan
pada tahun 1721 meningkat hingga 12 kali lipat.
Kerugian paling besar disebabkan oleh inefisiensi dan korupsi yang menjalari tubuh
perusahaan. Karena mis-manajemen, VOC terpaksa ditutup dan dinyatakan bangkrut pada
tanggal 31 Desember 1799. Pada saat itu nilai sahamnya hanya sebesar 25% dari nilai

18

nominalnya. Pada akhir hayatnya, VOC meninggalkan hutang hingga 110 juta Guilders
yang dibebankan kepada pemerintah Belanda. Oleh karena itu, saat ini istilah VOC lebih
dikenal sebagai kepanjangan dari Vergann Onder Corruptie yang artinya "hancur karena
korupsi".
C. PASAR MODAL DI AMERIKA
Pertumbuhan, Resesi, Dan Alih Teknologi
Kebanyakan perdagangan saham dan sekuritas didominasi oleh perusahaan armada
perdagangan dan perdagangan rempah-rempah pada masa-masa awal berdirinya pasar
modal. Seperti yang telah disebutkan Belanda merupakan tempat berdirinya Pasar Modal
pertama di dunia, lalu diikuti oleh Portugis, Spanyol, Perancis, dan Inggris. Dengan
masuknya bangsa Inggris, yang memiliki armada perang terkuat di dunia pada saat itu the British Royal Navy - dalam percaturan perdagangan rempah-rempah dunia, maka lalu
lintas perdagangan mulai beralih ke Inggris.
Pasar Modal London memulai debutnya dari pasar terbuka (outdoor market) di jalan
Exchange Alley. Di jalan tersebut para broker melakukan transaksi jual beli saham-saham
perusahaan-perusahaan perkapalan dan perdagangan Inggris. Pada tahun 1725, transaksi
mulai beralih dari jalanan ke kedai kopi Jonathon's Coffee House, perdagangan saham
pada saat itu masih bersifat non-formal, baru setelah sistem perdagangan dibakukan pada
tahun 1773, administrasi perdagangan saham menjadi lebih tertata dan namanya berubah
menjadi The Stock Exchange.
Sistem perdagangan saham dikenalkan di Amerika oleh pendatang-pendatang dari Inggris
di wiayah koloninya. Pada mulanya perdagangan saham pada koloni Inggris masih
terpusat di London. Namun setelah Revolusi Amerika, dan kelahiran United States of
America, semua hubungan diplomatik maupun perdagangan antar Amerika dan Inggris
terputus, termasuk semua yang terkait dengan pasar finansial Inggris. Alexander

19

Hamilton, Sekretaris Bendahara (Secretary of the Treasury) pertama Amerika melihat
urgensi pendirian pasar modal yang independen di Amerika. Berdasarkan pengalamannya
mempelajari pasar modal di Inggris, Hamilton percaya bahwa pasar modal merupakan hal
yang esensial dalam membangun dan menjaga kestabilan ekonomi sebuah negara. Selama
periode jabatannya, 1789 sampai dengan 1795, ia dedikasikan untuk mempromosikan
pembangunan Pasar Modal di Amerika
Atas prakarsa Alexander Hamilton, saham-saham tiga bank besar di Amerika mulai
diperjualbelikan, walaupun pada saat itu pasar modal belum lagi terbentuk. Saham-saham
tersebut adalah saham the Bank of North America (1781), Bank of New York (1784), dan
the First Bank of the United States (1791). Saham-saham ini diterbitkan untuk membayar
hutang perang revolusi yang ditanggung oleh the Continental Congress.
Seperti halnya pendahulunya di Inggris, pasar modal di Amerika dimulai di luar ruangan.
Pada tahun 1792, John Sutton, Benjamin Jay, dan 22 pemimpin finansial menandatangani
kesepakatan pembetukan pasar modal di Amerika. Kesepakatan tersebut ditandatangani di
bawah pohon buttonwood di Castle Garden (sekarang Battery Park) dan berisi tentang
aturan main, regulasi, serta biaya yang akan dibebankan dalam setiap transaksi. Mereka
menamakan organisasi ini The Stock Exchange Office. Organisasi ini bersifat eksklusif,
hanya

orang-orang tertentu yang menonjol

dalam

komunitas

finansial

yang

diperkenankan untuk bergabung, dan wanita merupakan kaum yang termarginalkan dalam
organisasi ini.
Perdagangan saham di Amerika kemudian berkembang dengan pesat, sehingga pasar
modal yang menjadi pusat transaksi menjadi penuh sesak. Pada tahun 1817, para broker
saham di New York membentuk the New York Stock & Exchange Board dan meindahkan
tempat transaksi ke gedung No.40 di Jalan Wallsteet. Pada tahun 1863, nama organisasi
tersebut berubah menjadi the New York Stock Exchange (NYSE) dan berpindah lagi di

20

pusat transaksinya ke gedung di persimpangan Jalan Wallstreet dan Broad Street, hingga
hari ini NYSE tetap beroperasi dilokasi tersebut.
Meningkatnya perdagangan saham terjadi seiring dengan berkembangnya ekonomi
Amerika dan bertambahnya jumlah perusahaan di Amerika. Pada tahun 1800, Amerika
hanya memiliki 295 korporasi besar, diman 20 diantaranya diperdagangkan sahamnya di
pasar modal. Pada tahun 1835, perusahaan yang terdaftar di NYSE berkembang menjadi
121 perusahaan, kebanyakan diantaranya adalah perusahaan kereta api yang berkembang
pesat pada era tersebut. Pada tahun 1869, jumlah perusahaan yang terdaftar di NYSE
bertambah menjadi 145 perusahaan, jenis industrinya pun bermacam-macam, mulai dari
perusahaan asuransi, baja, perlengkapan pertanian, perkebunan tembakau, dan perusahaan
manufaktur lainnya.
NYSE mengadopsi skala Dow Jones Industrial Average (DJIA), atau lebih dikenal
dengan Indeks Dow Jones. Nama tersebut diambil dari gabungan Charles Dow dan
Edward Jones, dua reporter yang kemudian mendirikan perusahaan penerbitan Dow Jones
& Company pada tahun 1882. Perusahaan tersebut menerbitkan surat kabar The
Wallstreet Journal yang berfokus kepada isu-isu finansial dan mengamati dengan seksama
pergerakan harga saham yang diperdagangkan di NYSE. Wallstreet Journal kemudian
membentuk sebuah indeks yang terdiri atas 11 perusahaan kereta api, dan pada tahun
1896 diperluas menjadi rata-rata industri yang kemudian diadopsi oleh NYSE sebagai
indeks rata-rata saham-saham papan atas.
NYSE bukanlah satu-satunya pasar modal di kota New York. Pada awal
pengembangannya, aturan mengenai pendaftaran perusahaan pada NYSE sangat ketat,
setiap perusahaan dikenai ongkos sebesar $25 agar bisa terdaftar di NYSE. Banyak
pemilik perusahaan menengah yang hendak mengembangkan usahanya dengan menjual
sebagian kepemilikan sahamnya kepada publik terbentur dengan aturan yang berlaku.

21

Pada tahun 1842, sebagian broker mencoba memfasilitasi pasar perusahaan menengah
tersebut dengan membentuk the New York Curb Exchange, yang kemudian berubah
menjadi American Exchange (AMEX), namun hingga kini julukan Curb Market tetap
melekat kepada AMEX. Perdagangan saham di Curb Market pada mulanya dilakukan
di halaman gedung tempat NYSE berada. Hal tersebut tetap berlangsung hingga akhirnya
AMEX menempati gedung baru di Trinity Place, New York pada tahun 1921.
Tahun 1920-an merupakan tahun tahun keemasan teknologi bagi sejarah Amerika, yang
kemudian dikenal sebagai Roaring Twenties. Berbagai inovasi seperti radio, otomotif,
penerbangan, telefon, dan pembangkit listrik mulai dikembangkan dan diterapkan secara
luas di Amerika. Perusahaan-perusahaan teknologi seperti Radio Corporation of America
(RCA) dan General Motors menjadi pionir dalam pasar finansial Amerika, tidak
ketinggalan perusahaan finansial yang menangani transaksi perdagangan dan investasi
seperti the Goldman Sachs Trading Corporation turut menjadi motor penggerak
perekonomian di Amerika.
Bank-bank di Amerika mencoba memanfaatkan hal tersebut dengan memberikan kredit
sebanyak-banyaknya kepada perusahaan-perusahaan tanpa melakukan analisis terhadap
kelayakan usaha. Struktur hutang yang timpang menggandakan resiko kebangkrutan
perusahaan, namun hal tersebut tersamarkan dengan pertumbuhan ekonomi Amerika yang
pesat. Pada tahun 1929, Adolf Miller, Presiden the Federal Reserve Board, mengeluarkan
kebijakan uang ketat dan menaikkan suku bunga pinjaman secara agresif. Akibatnya
banyak perusahaan yang memiliki struktur hutang yang buruk menjadi kesulitan dalam
membayarkan kewajiban hutangnya. Hal tersebut diperparah dengan aksi profit taking
yang dilakukan oleh para investor di sektor finansial. Berbagai pencetus tersebut
kemudian menyebabkan krisis ekonomi terburuk yang pernah dialami oleh Amerika dan
mengakibatkan depresi ekonomi yang berkepanjangan.

22

Hari Selasa, tanggal 29 Oktober 1929, tercatat sebagai hari terburuk dalam sejarah
finansial bangsa Amerika, yang kemudian dikenal sebagai Black Tuesday. Krisis dimulai
pada hari sebelumnya tanggal 28 Oktober, terjadi aksi profit taking besar-besaran yang
menyebabkan Indeks Dow Jones turun menjadi 12.8%. Transaksi yang terlalu besar
menyebabkan sistem pita penghitung (the ticker tape system) menjadi kelebihan beban
dan rusak, padahal peranan pita penghitung tersebut amat vital sebab menjadi satusatunya sumber informasi investor tentang harga saham terkini. Investor pun mencoba
mencari informasi melalui telefon dan telegraf yang menyebabkan kelebihan kapasitas
dari kedua jaringan tersebut. Praktis pada hari itu terjadi kebuntuan informasi yang
membawa investor dalam kondisi kegamangan.
Keesokan harinya terjadi kekacauan di lantai bursa. Investor yang tidak mengetahui
perkembangan informasi tentang pasar finansial, dan terdorong oleh resiko yang semakin
besar akibat berlakunya sistem margin trading, berbondong-bondong menjual sahamsaham yang mereka miliki. Dalam dua jam, nilai saham-saham papan atas turun hingga
lebih dari separuhnya, dan dalam dua minggu Indeks Dow Jones turun hingga 40%.
Amerika Serikat baru bisa keluar sepenuhnya dari krisis pada tahun 1932 setelah
kehilangan sekitar 89% nilai saham-saham perusahaan publik dari puncak keemasannya.
Dalam rangka mengembalikan kepercayaan investor pada pasar modal, Kongres Senat
Amerika Serikat mengeluarkan the Securities Act pada tahun 1933, yang mengatur
perihal operasional dan sistem yang berlaku pada pasar modal. Dan pada tahun 1934,
dibentuk Securities and Exchange Commission (SEC) yang berfungsi untuk mengawasi
pelaksanaan undang-undang tersebut. SEC terdiri dari lima orang komisioner yang
ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat dan disahkan oleh senat, Joseph P. Kennedy
ditunjuk menjadi ketua komisi pertama SEC masa bakti 1934-1935. Guna melindungi
investor dari aksi kejahatan finansial, SEC mewajibkan setiap perusahaan yang terdaftar

23

dalam bursa efek untuk melaporkan keuangan perusahaan yang telah diaudit, serta
mengawasi setiap peralihan kepemilikan perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.
Tahun 1971 menandai babakan baru dalam sejarah pasar modal. National Association of
Securities Dealers (NASD) memperkenalkan National Association of Securities Dealers
Automated Quotation (NASDAQ) yang sepenuhnya menerapkan prinsip pasar modal
elektronis untuk pertama kalinya. Semua data kepemilikan saham dan transaksi keuangan
dikonversikan menjadi data-data elektronik yang disimpan dalam satu mainframe
computer. Perdagangan saham tidak lagi dipusatkan dalam satu tempat, namun dapat
dilakukan dari mana saja asalkan terhubung dengan sistem NASDAQ, suatu konsep yang
istimewa mengingat pada saat itu koneksi internet belum lagi ada dan teknologi tidak
secanggih sekarang. Sistem yang demikian dikenal dengan istilah over-the-counter
(OTC). Saham-saham yang diperdagangkan oleh NASDAQ kebanyakan berupa sahamsaham perusahaan teknologi seperti IBM, Microsoft, Intel, Cisco, dan lain sebagainya,
oleh karena itu Indeks yang dipakai oleh NASDAQ sebagai patokan pergerakan sahamsaham yang tergabung di dalamnya dikenal sebagai Indeks Teknologi NASDAQ. Saat ini
NASDAQ bahkan telah mensponsori global stock market dengan membuka cabang di
berbagai daerah di luar negeri, diantaranya Kanada dan Jepang, serta berasosiasi dengan
pasar modal Hongkong dan Eropa.

24

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan pasar modal di Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di
Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk
kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar
modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan
pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti
perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa
efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan
beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai
insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut:



14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda.



1914 - 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

25



1925 - 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya



Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang
dan Surabaya ditutup.



1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II



1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal
1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan
Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang
diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)



1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
aktif.



1956 - 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.



10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10
Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal
ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.



1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987
baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan
instrumen Pasar Modal.



1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

26



1988 - 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.



2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri
dari broker dan dealer.



Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa
kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.



16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.



13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.



22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).



10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari
1996.



1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.



2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan
di pasar modal Indonesia.

27



2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading).



2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk
memperoleh informasi mengenai Pasar Modal. Namun kami sadar bahwa dalam makalah
ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan
pembaca untuk membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan
memberikan saran. Terima kasih atas perhatiannya, kami tunggu saran dari pembaca.

28

DAFTAR PUSTAKA


Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan




Lainnya. Jakarta: Salemba Empat
http://www.google.com/pasar modal
http://belajarinvestasi.com/dasar-saham/sejarah-perkembangan-saham-didunia.html

29