Pengantar Sosiologi

(1)

BAB I.

PENGERTIAN SOSIOLOGI

Ciri-ciri Utamanya :

a. Sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat seta hasilnya tidak bersifat spekulatif

b. Sosiologi bersifat teoretis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil obesrvasi. c. Sosiologi bersifat kumulatif yang berarti bahwa teori-teori

sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori lama. d. Bersifat non-etis, yakni yang dipersoalkan bukanlah buruk-baiknya

fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjalaskan fakta tersebut secara analitis.

“Sosiologi merupakan Ilmu Sosial yang objeknya adalah masyarakat.

(Berdiri Sendiri) SOSIOLOGI


(2)

1.1. Definisi Sosiologi Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :

1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara anekamacam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya)

2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis,dan sebagainya)

3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial

Roucek danWarren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok

William F.Ogburn dan Meyer F. Nimkoff

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadapinteraksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial

J.A.A. Van Doorndan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang strukturstrukturdan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

Selo Soemardjan dan SoelaemanSoemardi

Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yangmempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,termasuk perubahan-perubahan sosial.Struktur Sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsurunsursosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial(norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial,kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antarapelbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruhtimbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segikehidpuan politik, antara segi kehidupan hukum dan segikehidupan agama, antara segi kehidupan agama dan segikehidupan ekonomi dan lain sebagainya.


(3)

1.2. Hakikat Sosiologi

i. Sosiologi adalah suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian

ii. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi adalah suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnyaterjadi.

iii. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science) dan bukanmerupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (apllied science)

iv. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan lmu pengetahuan yang konkrit

v. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-polaumum vi. Sosiologi merupakan pengetahuan yang empiris dan rasional

vii.Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus.

1.3. Sosiologi Sebagai Ilmu

Terkadang kata “teori” memang menakutkan. Beberapa teori sosial seringkali sulit dipahami, dangkal, atau bahkan tak memiliki tujuan yang jelas. Terkadang pembaca teori-teori sosial tak mengerti apa sebenarnya yang mereka baca. Namun bagaimanapun teori-teori sangat berguna dalam memahami sistem yang hendak didekati. Teori sosial sepantasnya berguna untuk mendekati sistem sosial. Konstruksi teori adalah sebuah tahapan dari seluruh pekerjaan dan metodologi ilmiah. Teori lahir dari serangkaian perjuangan yang menggunakan akal sehat, hipotesis, dan eksperimen yang dapat digunakan di luar laboratorium dan sekadar impian para ilmuwan. Teori sosial adalah teori yang tak menggunakan kelinci sebagai obyek percobaan, tak pula memiliki larutan kimia atau proposisi logika yang hendak dipermainkan sedemikian oleh para ilmuwan sebagaimana para fisikawan, kimiawan, atau matematikawan. Teori sosial berada di area gejala yang terlihat di siang hari selama riset dan malam hari menjadi bahan perenungan para ilmuwan sosial. Mungkin boleh-boleh saja para ilmuwan memodelkan aktivitas manusia sebagai aktivitas elektron, dan berbagai benda-benda elementer yang unik sebagaimana yang didekati para fisikawan, namun yang pasti elektron memiliki rule dan hukum yang jelas yang selalu dipatuhi olehnya. Aktivitas sebuah elektron akan jelas jika berada di dalam medan listrik positif atau negatif, namun tingkah laku


(4)

manusia tidak mengikuti rule atau hukum se-teratur elektron. Manusia jauh lebih liar, tingkah lakunya berada di dalam lingkaran chaotik yang pendekatan sederhana tak akan mampu mendekatinya. Meski ini kedengaran sebagai sebuah apologia bagi teoretisi sosial, atas kerumitan yang dikandung konstruksi ilmiah teori sosial, namun ini bukanlah hal yang mudah untuk menerima kesulitan yang timbul saat memahami sebuah teori sosial. Dalam proses pemikiran teoretis beberapa hal bisa menjadi salah dan ini menjadi hal yang membingungkan.

Secara mendasar, ada beberapa perangkap di dalam pemikiran teoretis: 1. “Perangkap teka-teki silang”.

Ironis, karena buku yang paling banyak berpengaruh dalam perkembangan ilmu sosial secara ironis bukanlah buku-buku sosiologi, melainkan justru buku-buku dari ilmu alam. Aktivitas ilmuwan sosial seringkali (sebagaimana ilmuwan ilmu alam) berupaya untuk melakukan manipulasi beberapa aspek alami yang diisolasi dalam beberapa situasi eksperimental untuk memuaskan paradigma. Ini seperti permainan teka-teki silang: kotak-kotak telah ada sedemikian dan kita mengisi kotak-kotak-kotak-kotak kosong itu dengan petunjuk yang ada sebagai pertanyaan dari teka-teki silang tersebut. Kompleksitas yang ada di kawasan sistem sosial seringkali tak disadari dan hal ini memberikan upaya untuk mengejar metanarasi dalam ilmu sosial yang akhirnya melahirkan reduksi, mereduksi kompleksitas menjadi sekumpulan konsep teoretis yang tak bisa berbunyi apa-apa di tataran praksis.

2. “Perangkap penggoda pikiran”.

Seringkali dalam upaya menjelaskan sesuatu hal pemikiran teoretik terjebak ke dalam penjelasan sekunder ke hal lain yang jauh dari permasalahan yang seharusnya didekati. Itulah barangkali sebabnya ada tren untuk melakukan kritik terhadap teori-teori sebelumnya semenjak zaman pencerahan. Ilmuwan sosial seringkali “tergoda” untuk berbicara berbagai hal yang jauh dari permasalahan yang sedang dihadapi dalam realitas sosial, mungkin sebagai contoh adalah perdebatan pengertian “kemiskinan”, suatu hal yang jauh dari kemiskinan yang benar-benar terjadi dalam realitas sosial. Ini tentu dapat dikatakan terjadi dari berbagai faktor semiologis tekstual sebagai rahim dari segala bentuk teori.


(5)

3. “Perangkap logika”.

Boleh jadi sesuatu yang aneh, sebab sebuah teori tentunya berasal dari upaya mencari koherensi logis dari berbagai fakta atau bagian-bagian yang hendak didekati oleh ilmu sosial. Dalam perkembangan teori sosial pada dasarnya kita bisa melihat bahwa saat pendekatan teoretis berusaha mencari koherensi internal, secara umum dunia ini berjalan secara ilogis – atau berjalan dengan logika yang lain dari logika yang ditemui secara internal. Seringkali teoretisi sosial menemukan faktor membrojol yang tak diduga-duga sebelumnya bakal muncul dalam realitasnya – sekaligus, inilah yang menjadi kelemahan teori sosial bersangkutan.

4. “Perangkap deskripsi”.

Di mana seringkali deskripsi yang dilakukan dalam konstruksi sebuah teori sosial ternyata keliru, hal ini ditemui saat dilakukan upaya implementatif dari teori tersebut. Seringkali ada kecenderungan untuk sulit membedakan mana deskripsi dan mana penjelasan. Sangat sering ilmuwan sosial merasa sudah menjelaskan sesuatu padahal sebenarnya hanya melakukan deskripsi, yang berakibat teori tersebut tidak mengatakan apa-apa. Teori sosial seringkali hanya melakukan deskripsi tanpa menjelaskan. Untuk mencegah kita terjebak dalam perangkap-perangkap teoretik, kita akan mencoba mendiskusikan dimensi-dimensi ilmu sosial.

Pada dasarnya, dikenal empat jenis dimensi dalam pendekatan teori sosial, yaitu : 1. Dimensi kognitif.

Dalam dimensi ini, ilmuwan sosial akan selalu berbicara mengenai teori sosial sebagai cara untuk membangun pengetahuan tentang dunia sosial. Di sini terletak epistemologi yang membangun berbagai metodologi penelitian sosial.

2. Dimensi afektif.

Merupakan sebuah kondisi di mana teori yang dibangun memuat pengalaman dan perasaan dari teoretisi yang bersangkutan. Dimensi ini mempengaruhi keingina untuk mengetahui (to know) dan menjadi benar (to be right) – kedua hal ini bertitik berat kepada kejadian tertentu dan realitas eksternal.

3. Dimensi reflektif.

Di sini, teori sosial harus menjadi bagian dari dunia sebagaimana ia menjadi cara untuk memahami dunia. Dengan kata lain, teori sosial harus mencerminkan apa yang


(6)

terjadi di luar sana dan apa yang terjadi pada kita sebagai salah satu elemen dari sistem sosial yang ada.

4. Dimensi normatif, yang memperluas dimensi ketiga.

Dalam dimensi ini, teori sosial sepantasnya memuat secara implisit ataupun eksplisit tentang bagaimana seharusnya dunia yang direfleksikannya itu. Keempat dimensi ini membangun seluruh pendekatan dalam proses kostruksi teori-teori sosial yang ada.

1.4. Objek Sosiologi

Objek Sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

1. Maclver dan Page Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagaikelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkahlaku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhanyang selalu berubah ini kita namakan masyarakat.Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. San masyarakat selalu berubah

2. Ralph Linton Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yangtelah hidup dan bekerjasama cukup lama sehinggamereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batasbatasyang dirumuskan dengan jelas

3. Selo Soemardjan Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama,yang menghasilkan kebudayaan

Dari definisi-definisi di atas, unsur-unsur masyarakat sebagai berikut :

a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam Ilmu Sosial tidak ada ukuran mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoretis angka minimnya adalah dua orang yang hidup bersama.

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia akan timbil manusiamanusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan timbulah


(7)

peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut.

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.

Dua Hasrat Kuat dalam diri manusia :

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan sesamanya atau manusia lain disekelilingnya (misalnya, masyarakat)

b. Keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan sekelilingnya Untuk dapat menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan diatas, manusia mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya

Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan masyarakat agar dapat terus hidup: a. Adanya populasi dan populasi replacement

b. Informasi c. Energi d. Materi

e. Sistem Komunikasi f. Sistem produksi g. Sistem distribusi

h. Sistem organisasi sosial i. Sistem pengendalian sosial

j. Perlindungan masyarakat terhadap ancaman-ancaman yang tertuju pada jiwa dan harta bendanya.


(8)

Komponen-komponan dasar suatu masyarakat a. Populasi

yakni warga-warga suatu masyarakat yang dilihat dari setiap sudut pandangan kolektif. Secara sosiologis, maka aspek-aspek sosiologisnya yang diperlu dipertimbangkan adalah

- aspek-aspek genetik yang konstan - variabel-variabel genetik

- variabel-variabel demografis b. Kebudayaan

Hasil karya, cipta dan rasa dari kehidupan bersama yang mencakup : - sistem lambang-lambang

- informasi

c. Hasil-hasil kebudayaan material d. Organisasi sosial

Yakni jaringan hubungan antara warga-warga masyarakat yang bersangkutan, yang antara lain mencakup :

- warga masyarakat secara individual - peranan-peranan

- kelompok-kelompok sosial - kelas-kelas sosial


(9)

BAB. II

TEORI-TEORI SOSIOLOGI

2.1. Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Sosiologi

Auguste Comte (1798 – 1857)

- Bapak Sosiologi, anggapannya sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social dynamics.

- Sebagai social statistics sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.

- Social dynamics meneropong bagaimana lembagalembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.

- Tiga tahap perkembangan pikiran manusia

1. Tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia.

2. Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia.

3. Tahap positif, merupakan tahap di mana manusia telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.

Emile Durkheim (1858-1917)

Sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosialnya. Sosiologi dibagi ke dalam tujuh seksi, yakni :

a. sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia b. sosiologi agama

c. sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi sosial, perkawinan dan keluarga.

d. Sosiologi tentang kejahatan.

e. Sosiologi ekonomi yang mencakup unuran-unuran penelitian dan kelompok kerja. f. Demografi yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan.


(10)

Max Weber (1864-1920)

- Sosiologi adalah ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial. - Teori Ideal Typus, yaitu suatu kosntruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat

digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat.

- Ajaran-ajarannya sangat menyumbang sosiologi, misalnya analisisnya tentang wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi dan seterusnya.

Charles Horton Cooley (1864-1929)

- Mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbalbalik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat.

- Teorinya mengidamkan kehidupan bersama, rukun dan damai sebagaimana dijumpai pada masyarakatmasyarakat yang masih bersahaja.

- Prihatin melihat masyarakat-kasyarakat modern yang telah goyah norma-normanya, sehingga masyarakat bersahaja merupakan bentuk ideal yang terlalu berlebih-lebihan kesempurnaannya.

Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)

- Mengenalkan metode tertentu di dalam meneliti dan menganisis gejala-gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta sosial dan analisis induktif. Kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian sosial.

- Hasil penelitiannya, bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta lembaga-lembaga lainnya.

Ferdinand Tonnies

- Teorinya mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial.

- Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal.

- Gesellschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.


(11)

Leopold Wiese (1876-1949)

- Sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial.

- Objek khusus sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial

Alfred Vierkandt (1867-1953)

- Sosiologi terutama mempelajari interaksi dan hasil interaksi tersebut. Masyarakat merupakan himpunan interaksi-interaksi sosial, sehingga sosiologi bertugas untuk mengkonstruksikan teori-teori tentang masyarakat dan kebudayaan.

- Dasar semua struktur sosial adalah ikatan emosional;tak ada konflik antara kesaradan individual dengan kelompok, oleh karena itu individu tunduk pada tujuan kelompoknya.

Lester Frank Ward(1841-1913)

- Sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuanmanusia

- Ia membedakan antara pure sociology (sosiologimurni) yang meneliti asal dan perkembangan gejala-gejala sosial, dan apllied sociology (sosiologi terapan) yang khusus mempelajari perubahan-perubahan dalammasyarakat karena usaha-usaha manusia.

- Kekuatan dinamis dalam gejala sosial adalah perasaan.

Vilfredo Pareto (1848-1923)

- Sosiologi didasarkan pada observasi terhadaptindakan-tindakan, eksperimen terhadap fakta fakta dan rumus-rumus matematis.

- Masyarakat merupakan sistem kekuatan yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah laku dan tindakan manusia dan tindakan-tindakan manusia tergantung dari keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan dalam dirinya.

George Simmel (1858-1918)

- Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang khusus,yaitu satu-satunya ilmu pengetahuan analitis yang abstrak di antara semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan. - Objek sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar manusia


(12)

William Graham Summer (1840-1910)

- Sistem sosiologi didasarkan pada konsep in-group dan out-group. - Masyarakat merupakan peleburan dari kelompokkelompok sosial

- Empat dorongan yang universal dalam diri manusia yaitu rasa lapar, rasa cinta, rasa takut, dan rasa hampa.

Robert Ezra Park(1864-1944) - Pelopor mazhab Ekologi.

- Sosiologi meneliti masyarakat setempat dari sudut hubungan antar manusia.

Karl Mannheim (1893-1947)

- Pelopor sosiologi pengetahuan, menelaah hubungan masyarakat dengan pengetahuan - Akar dari segenap pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam

ketegangan-ketegangan yang timbul disemua lapangan kehidupan.

- Planning for freedom, yaitu semacam perencanaan yang diawasi secara demokratis dan menjamin kemerdekaan aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok manusia.


(13)

2.2. Kegunaan Teori:

Suatu Teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Teori merupakan hubungan dua variabel atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. Variabel merupakan karakteristik dari orang-orang, benda-benda atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, misalnya usia, jenis kelamin, dsb.

Kegunaan Teori antara lain :

a. Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang dipelajari sosiologi. b. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada

seseorang yang memperdalam pengetahuannya di bidang sosiologi.

c. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.

d. Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian.

e. Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui kearah mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang diketahui pada masa lampau dan pada dewasa ini.


(14)

2.3. Perkembangan Teori Sosiologi

Plato (429-347 SM)

Seorang Filosof Romawi. Plato bermaksud merumuskan suatu teori tentang bentuk negara yang dicita-citakan, yang organisasinya didasarkan pada pengamatan kritis terhadap sistem-sistem sosial yang ada pada zamannya. Plato menyatakan bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan. Suatu masyarakat akan mengalami kegoncangan, sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur pengendali, sehingga suatu negara seyogyanya juga merupakan refleksi dari ketiga unsur yang berimbang atau serasi tadi. Dengan jalan menganalisis lembaga-lembaga di dalam masyarakat, maka Plato berhasil menunjukkan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga tersebut yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh.

Dengan demikian maka Plato berhasil merumuskan suatu teori organis tentang masyarakat, yang mencakup bidangbidang kehidupan ekonomis dan sosial. Suatu unsur yang menyebabkan masyarakat berdinamika adalah adanya sistem hukum yang identik dengan moral, oleh karena didasarkan pada keadilan.

Aristoteles (384-322 SM)

Di dalam bukunya Politics, Aristoteles mengadakan suatu analisis mendalam terhadap lembaga-lembaga politik dalam masyarakat. Pengertian politik digunakannya dalam arti luas mencakup juga berbagai masalah ekonomi dan sosial. Sebagaimana halnya dengan Plato, perhatian aristoteles terhadap biologi telah menyebabkannya mengadakan suatu analogi antara masyarakat dengan organismebiologis manusia. Disamping itu Aristoteles menggarisbawahi kenyataan bahwa basis masyarakat adalah moral (etika dalam arti sempit)

Ibnu Khaldun (1332-1406)

Seorang ahli filsafat Arab. Mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Prinsip-prinsip yang sama akan dapat dijumpai, bila ingin mengadakan analisis terhadap timbul dan tenggelamnya negara-negara. Gejala-gejala yang sama akan terlihat pada kehidupan masyarakat-masyarakat pengembara, dengan segala kekuatan dan kelemahankelemahannya. Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku clan, negara, dan sebagainya, adalah


(15)

rasa solidaritas. Faktor itulah yang menyebabkan adanya ikatan dan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan bersama antara manusia.

Zaman Reanissance (1200-1600)

Thomas More dan Campanella. Sangat terpengaruh oleh gagasan-gagasan terhadap adanya masyarakat yang ideal. N. Machiavelli (bukunya Il Principe) Menganalisis bagaimana mempertahankan kekuasaan. Untuk pertamakalinya politik dipisahkan dari moral, sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Pengaruh ajaran Machiavelli antara lain, suatu ajaran, bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian mekanisme pemerintahan.

Hobbes (1588-1679)

Tulisannya berjudul The Leviathan. Inti ajarannya diilhami oleh hukum alam, fisika dan matematika. Dia beranggapan bahwa dalam keadaan alamiah, kehidupan manusia didasarkan pada keinginankeinginan yang mekanis, sehingga manusia selalu berkelahi. Akan tetapi mereka mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tenteram adalah jauh lebih baik.

Keadaan semacam itu baru dapat tercapai apabila mereka mengadakan suatu perjanjian atau kontrak dengan pihak-pihak yang mempunyai wewenang, pihak mana akan dapat memeliharaketenteraman. Supaya keadaan damai tadi terpelihara, maka orang-orang harus sepenuhnya mematuhi pihak yang mempunyai wewenang tadi. Dalam keadaan demikianlah masyarakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

John Locke (1632-1704)

Manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan dan hak atas harta benda. Kontrak antara warga masyarakat dengan pihak yang mempunyai wewenang sifatnya atas dasar faktor pamrih. Bila pihak yang mempunyai wewenang tadi gagal untuk memenuhi syarat-syarat kontrak, maka warga-warga masyarakat berhak untuk memilih pihak lain.

J.J. Rousseau (1712-1778)

Kontrak antara pemerintah dengan yang diperintah, menyebabkan tumbuhnya kolektivitas yang mempunyai keinginan-keinginan sendiri, yaitu keinginan umum. Keinginan umum tadi berbeda dengan keinginan masingmasing individu.


(16)

Saint Simon (1760-1825)

Manusia hendaknya dipejalajari dalam kehidupan berkelompok. Dalam bukunya Memoirs sur la Science de I’home, dia menyatakan bahwa ilmu politik merupakan suatu ilmu positif. Artinya, masalah-masalah dalam ilmu politik hendaknya dianalisis dengan metode-metode yang lazim dipakai terhadap gejala-gejala lain.

Dia memikirkan sejarah sebagai suatu fisika sosial. Fisiologi sangat mempengaruhi ajaran-ajarannya mengenai masyarakat. Masyarakat bukanlah semata-mata merupakan suatu kumpulan dari orang-orang belaka yang tindakan-tindakannya tidak mempunyai sebab, kecuali kemauan masing-masing. Kumpulan tersebut hidup karena didorong oleh organorgani tertentu yang menggerakan manusia untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut.

Auguste Comte (1798-1853)

Auguste Comte yang pertama-tama mempergunakan istilah “sosiologi” adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosiologi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.

- Bapak Sosiologi, anggapannya sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan socialn dynamics.

- Sebagai social statistics sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.

- Social dynamics meneropong bagaimana lembagalembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.

Tiga tahap perkembangan pikiran manusia

1. tahap teologis, ialah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh sesuatu kekuatan yang berada di atas manusia.

2. tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia.

3. tahap positif, merupakan tahap di mana manusia telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.


(17)

Mazhab Geografi dan Lingkungan Edward Buckle (1821-1862)

Karyanya Historyof Civilization in England Buckle meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat. Di salam analisisnya, dia telah menemukan beberapaketeraturan hubungan antara keadaan alam dengan tingkah laku manusia. Misalnya, terjadinya bunuh diri adalah sebagai akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya pengahsilan tergantung keadaan alam. Taraf kemakmuran suatu masyarakat juga sangat tergantung pada keadaan alam di mana masyarakat hidup.

Le Play (1806-1888)

Dia menganalisis keluarga sebagai unit sosial yang fundamental dari masyarakat. Organisasi keluarga di tentukan oleh cara-cara mempertahankan kehidupannya yaitu cara mereka bermata pencaharian. Hal ini sangat tergantung pada lingkungan yimbal balik antara faktorfaktor tempat, pekerjaan dan manusia (atau masyarakat). Atas dasar faktor-faktor tersebut, maka dapatlah diketemukan unsur-unsur yang menjadi dasar adanya kelompok-kelompok yang lebih besar, yang memerlukan analisis terhadap semua lembaga-lembaga politik dan sosial suatu masyarakat.

E. Huntington

Karyannya (tahun 1915) Civilization and climate, menguraikan bahwa mentalitas manusia di tentukan oleh faktor iklim.

Mazhab Organis dan Evolusioner

Herbert Spencer (1820-1903)

Suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya. Hal ini berarti adanya fungsi yang lebih matang antar bagian-bagiannya. Hal ini berarti adanya organisasi fungsi yang lebih matang antara bagian-bagian organisme tersebut, dan integrasi yang lebih sempurna pula.

Secara Evolusioner, maka tahap organisme tersebut akan semakin sempurna sifatnya. Dengan demikian maka organisme tersebut ada kriterianya yakni kompleksitas, diferensiasi, dan integrasi. Kriteria mana akan dapat diterapkan dalam masyarakat. Evaluasi sosial dan perkembangan sosial pada dasarnya berarti bertambahnya diferensiasi dan integrasi,


(18)

peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi dari keadaan homogen ke keadaan yang heterogen.

W.G. Summer (1840-1910)

Salah satu karyanya Folkways. Folkways dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan sosial yang timbul secara tidak sadar dalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan mana menjadi bagian dari tradisi. Hampir semua aturan-aturan kehidupan sosial, upacarasopan- santun, kesusilaan, dan sebagainya, termasuk dalam Folkways tersebut. Aturan-aturan tersebut merupakan kaidah-kaidah kelompok yang masing-masing mempunyai tingkat atau derajat kekuatan yang berbeda-beda. Apabila kaidah-kaidah tadi dianggap sedemikian pentingnya, maka kaidah-kaidah tadi dinamakan tata kelakuan (mores).

Kaidah-kaidah tersebut tidaklah menjadi bagian dari suatu masyarakat secara menyeluruh, dan oleh karena itu summer membedakan antara kelompok sendiri (in-gropus) dengan kelompok luar (out-groups). Pembedaan ini ditujukan untuk dapat memberikan petunjuk bahwa ada orang-orang yang diterima dalam suatu kelompok dan ada pula yang tidak. Pembedaan tersebut menimbulkan pelbagai macam

antagonisme, pertentangan serta pertikaian.

Emile Durkheim (1855-1917)

Karyanya Division of labor dapat digolongkan dalam Mazhab ini. Menurutnya unsur baku dalam masyarakat adalah faktor solidaritas. Dia membedakan antara masyarakat-masyarakat yang bercirikan faktor solidaritas mekanis dengan yang memiliki solidaritas organis. Pada masyarakat-masyarakat dengan solidaritas mekanis, warga masyarakat belum mempunyai diferensiasi dan pembagian kerja. Warga masyarakat mempunyai kepentingan bersama dan kesadaran yang sama pula. Masyarakat dengan solidaritas organis telah mempunyai pembagian kerja yang ditandai dengan derajat spesialisasi tertentu.

Ferdinad Tonnies (1855-1936)

Bagaimana warga suatu kelompok mengadakan hubungan dengan sesamanya. Dasar hubungan tersebut disatu pihak adalah faktor perasaan, simpati pribadi dan kepentingan bersama. Di pihak lain dasarnya adalah kepentingan-kepentingan rasional dan ikatan-ikatan yang tidak permanen sifatnya. Bentuk-bentuk sosial yang pertama dinamakannya paguyuban (gemeinschaft), sedangkan yang kedua adalah patembayan (gesellschaft).


(19)

Mazhab Formal

Georg Simmel (1858-1918)

Elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemenelemen tersebut. Pelbagai lembaga di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi dan konflik. Semua hubungan-hubungan sosial, keluarga, agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas dapat diberi karakteristik menurut salah satu bentuk diatas atau ketiga-ketiganya.

Menurutnya, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok. Dengan perkataan lain, apa yang memungkinkan masyarakat berproses adalah bahwa setiap orang mempunyai peranan yang harus dijalankannya. Maka, interaksi individu dengan kelompok hanya dapat dimengerti dalam kerangka peranan yang dilakukan oleh individu.

Leopold von Wiese (1876-1961)

Sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubunganhubungan manusia tanpa mengaitkannya dengan tujuantujuan atau kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap perilaku kongkrit tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan dia berusaha untuk mengadakan kuantifikasi, terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing dapat diuraikan ke adalam unsur-unsurnya secara sistematis.

Alfred Vierkandt (1867-1953)

Sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi-situasi tersebut tak dapat dianalisis secara tersendiri, akan tetapi merupakan hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antar individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dengan demikian, tugas sosiologi adalah untuk menganalisis dan mengadakan sistematika terhadap gejala sosial dengan jalan menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk kehidupan mental. Hal itu dapat ditemukan dalam gejala-gejala seperti harga diri, perjuangan, simpati, imitasi dan lain sebagainya. Itulah prekondisi suatu masyarakat yang hanya dapat berkembang penuh dalam kehidupan kelompok atau dalam masyarakat setempat (community). Oleh karena itu sosiologi harus memusatkan perhatian terhadap kelompok-kelompok sosial.


(20)

Mazhab Psikologi

Gabriel Tarde (1843-1904)

Dia memulia dengan suatu dugaan atau pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu, dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. Bentuk-bentuk utama dari interaksi mental individu-individu adalah imitasi, oposisi dan adaptasi atau penemuan baru. Imitasi seringkali berhadapan dengan oposisi yang menuju pada bentuk adaptasi baru.

Dengan demikian mungkin terjadi perubahan sosial yang disebabkan oleh penemuan-penemuan baru. Hal ini menimbulkan imitasi, oposisi penemuan-penemuan-penemuan-penemuan baru, perubahan perubahan dan seterusnya. Tarde berusaha untuk menjelaskan gejala-gejala sosial di dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang.

Albion Small (1854-1926)

Mengadakan analisis terhadap reaksi-reaksi individu terhadap individu, maupun kelompok terhadap kelompok lainnya. Small merupakan orang yang pertama membuka departemen sosiologi pada Universitas Chicago, dan menerbitkan American Journal of Sociology.

Horton Cooley (1864-1924)

Individu dan masyarakat saling melengkapi,di mana individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat. Di dalam karyanya Social Organization dia mengambangkan konsep kelompok utama (primary group), yang ditandai dengan hubungan antar pribadi yang dekat sekali. Dalam kelompok-kelompok tadi perasaan manusia akan dapat berkembang dengan leluasa.

L.T. Hobhouse (1864-1929)

Sangat tertarik pada konsep-konsep pembangunan dan perubahan sosial. Dia menolak penerapan prinsip-prinsip biologis terhadap studi masyarakat manusia; psikologi dan etika merupakan kriteria yang diperlukan untuk mengukur perubahan sosial.


(21)

Mazhab Ekonomi Karl Marx (1818-1883)

Marx telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan dimana ada keadilan sosial. Manurutnya, selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan, Hukum, filsafat, agama, dan kesenian merupakan refleksi dari status ekonomi kelas tersebut.

Namun demikian, hukum-hukum perubahan berperanan dalam sejarah, sehingga keadaan tersebut dapat berubah baik melalui suatu revolusi maupun secara damai. Akan tetapi selama masih ada kelas yang berkuasa, maka tetap terjadi eksploitasi terhadap kelas yang lebih lemah. Oleh karena itu selalu timbul pertikaian antara kelas-kelas tersebut, pertikaian mana akan berakhir apabila satu-atu kelas (yaitu kelas proletar) menang, sehingga terjadilah masyarakat tanpa kelas.

Max Weber (1864-1920)

Semua bentuk oranisasi sosial harus diteliti menurut perilaku warganya, yang motivasinya serasi dengan harapan warga-warga lainnya. Untuk mengetahui dan menggali hal ini perlu digunakan metoe pengertian (Verstehen). Tingkah laku individu-individu dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut empat tipe ideal aksi sosial, yakni :

i. Aksi yang bertujuan, yakni tingkah laku yang ditujukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang efisien.

ii. ii. Aksi yang berisikan nilai yang telah ditentukan, yang diartikan sebagai perbuatan untuk merealisasikan dan mencapai tujuan

iii. Aksi tradisional yang menyangkut tingkah laku yang melaksanakan suatu aturan yang bersanksi.

iv. Aksi yang emosional, yaitu yang menyangkut perasaan seseorang. Atas dasar hal-hal tersebut diataslah maka timbul hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat.


(22)

Mazhab Hukum Emile Durkheim

Ajaran-ajaran Durkheim menggunakan banyak pendekatan termasuk pendekatan hukum. Menurutnya hukum adalah kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan serta keyakinan masyarakat tentang baik-buruknya suatu tindakan. Di dalam masyarakat terdapat dua macam sanksi kaidahkaidah hukum yaitu sanksi yang refresif (hukum pidana) dan sanksi yang restitutif (hukum perdata, hukum dagang, hukum acara, hukum administrasi dan hukum tata negara setelah dikurangi dengan unsur-unsur pidananya).

Max Weber

Weber mempunyai latar belakang pendidikan hukum, dia mempelajari pengaruh faktor-faktor politik, agama dan ekonomi terhadap perkembangan hukum.

Menurut Weber ada empat tipe ideal hukum :

1. Hukum irasional dan materiil, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim mendasarkan keputusan-kepurtusannya sematamata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidahpun.

2. Hukum irasional dan formal, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-kaidah di luas akal, oleh karena didasarkan pada wahyu atau ramalan.

3. Hukum rasional dan materiil, di mana keputusankeputusan para pembentuk undang-undang dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksaan penguasa dan ideologi.

4. Hukum rasional dan formal yaitu di mana hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum.


(23)

BAB III

PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI

3.1

Perspektif Evolusionis

1. Merupakan Perspektif teoretis yang paling awal dalam sosiologi

2. Perspektif ini didasarkan pada karya Augustu Comte (1798-1857) dan Herbert Spencer (1820-1903)

3. Perspektif ini memberikan keterangan tentang bagaimana masyarakat manusia berkembang dan tumbuh.

4. Para sosiolog yang memakai perspektif evolusioner, mencari pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda, untuk mengetahui apakah ada urutan umum yang dapat ditemukan.

Contoh :

a. Apakah faham komunis Cina akan berkembang sama seperti faham komunis Rusia yang memperoleh kekuasaan tiga dasa warsa lebih dulu. b. Apakah pengaruh proses industrialisasi terhadap keluarga di negara

berkembang sama dengan yang ditemukan di negara Barat.

5. Perspektif evolusioner adalah perspektif yang aktif, sekalipun bukan merupakan perspektif utama dalam sisiologi.


(24)

3.2. Perspektif Interaksionis

1. Perspektif ini tidak menyerankan teori-teori besar tentang masyarakat karena istilah masyarakat , negara , dan lembaga masyarakat adalah abstraksi konsptual sajaYang dapat ditelaah secara langsung hanyalah orang-orang dan interaksinya saja.

2. Para ahli interaksi simbolik seperti G.H. Mead (1863-1931) dan C.H. Cooley (1846-1929) memusatkan perhatiannya terhadap interaksi antara individu dan kelompok.

Mereka menemukan bahwa orang-orang berinteraksi terutama

denganmenggunakan simbol-simbol yang mencakup tanda, isyarat, dan yangpaling penting, melalui kata-kata tulisan dan lisan.Suatu kata tidak memiliki makna yang melekat dalam kata itu sendiri,melainkan hanyalah suatu bunyi, dan baru akan memiliki makna bila orang sependapat bahwa bunyi tersebut memiliki suatu arti khusus.

3. W.I. Thomas (1863-1947) mengungkapkan tentang Definisi suatu situasi, yang mengutarakan bahwa kita hanya dapat bertindak tepat bila kita telah menetapkan sifat situasinya.

4. Berger dan Luckman dalam bukunya Social Constructions od Reality(1966): Masyarakat adalah suatu Kenyataan Objektif, dalam arti orang,kelompok, dan lembaga-lembaga adalah nyata, terlepas daripandangan kita terhadap mereka. Masyarakat adalah juga suatu kenyataan subjektif, dalam arti bagi setiaporang, orang dan lembaga-lembaga lain tergantung pada pandangansubjektif orang tersebut. Apakah sebagian orang sangat baik atau

sangat keji, apakah polisi pelindung atau penindas, apakah perusahaan

swasta melayani kepentingan umum atau kepentingan pribadi – Ini adalah

persepsi yang mereka bentuk dari pengalaman-pengalaman mereka

sendiri, dan persepsi ini merupakan kenyataan bagi mereka yang

memberikan penilaian tersebut.

5. Para ahli dalam bidang perspektif interaksi modern, seperti Erving Goffman (1959) dan Herbert Blumer (1962) menekankan bahwa orang tidak menanggapi orang lain secara langsung; sebaliknya mereka menanggapiorang lain sesuai dengan bagaimana mereka membayangkan orang itu.


(25)

3.3. Perspektif Fungsionalis

1. Dalam Perspektif ini, suatu masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi yang berekrja dalam suatu cara yang agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar masyarakat tersebut.

2. Masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan ke arah keseimbangan, yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.

3. Talcott Parsons (1937), Kingsley Davis (1937) dan Robert Merton (1957) ; Setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu dan terus menerus, karena hal itu fungsional.

4. Perubahan sosial mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil, namun tidak lama kemudian terjadi keseimbangan baru.

5. Bila suatu perubahan sosial tertentu mempromosikan suatu keseimbangan yang serasi, hal tersebut dianggap fungsional; bila perubahan sosial tersebutmengganggu keseimbangan, hal tersebut merupakan gangguan fungsional; bila perubahan sosial tidak membawa pengaruh, maka hal tersebut tidak fungsional.

6. Dalam suatu negara demokratis, partai-partai politik adalah fungsional, sedangkan pemboman, pembunuhan dan terorisme politik adalah gangguan fungsional, dan perubahan dalam kamus politik dan perubahan dalam lambang adalah tidak fungsional.

3.4. Perspektif Konflik

1. Perspektif konflik secara luas terutama didasarkan pada karya Karl Marx (1818-1883), yang melihat pertentangan dan eksploitasi kelas sebagaipenggerak utama kekuatan-kekuatan dalam sejarah

2. C. Wright Mills (1956-1959), Lewis Coser (1956), Aron (1957), Dahrendorf (1959, 1964), Chambliss (1973), dan Collines (1975): Bilamana, parafungsionalis melihat keadaan normal masyarakat sebagai suatu keseimbanganyang mantap, maka para teoretisi konflik melihat masyarakat sebagai beradadalam konflik yang terus-menerus di antara kelompok dan kelas.


(26)

3. Teoretisi konflik melihat perjuangan meraih kekuasaan dan pengahasilan sebagai suatu proses yang berkesinambungan terkecuali satu hal, dimanaorang-orang muncul sebagai penentang – kelas, bangsa, kewarganegaraan danbahkan jenis kelamin.

4. Para teoretisi konflik memandang suatu masyarakat sebagai terikat bersama karena kekuatan dari kelompok atau kelas yang dominan.

5. Mereka mengkalin bahwa nilai-nilai bersama yang dilihat oleh para fungsionalis sebagai suatu ikatan pemersatu tidaklah benar-benar suatu konsensus yang benar; sebaliknya konsensus tersebut adalah ciptaan kelompok atau kelas yang dominan untuk memaksakan nilai-nilai serta peraturan mereka terhadap semua orang.


(27)

BAB IV SOSIALISASI

4.1. Pengertian Menurut Peter Berger (1978)

a process by which a child learns to be a participant member of society

proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat

4.2. Pemikiran Mead

George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self and Society (1972),menguraikan mengenai tahap pengembangan diri manusia.Manusia lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahapmelalui interaksi dengan anggota masyarakat.

4.3. Pemikiran Cooley

Menurut Charles H. Cooley, konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini dinamakan looking- glass self.Looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap.

Tahap pertama, seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.

Tahap kedua, seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya.

Tahap ketiga, seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya.


(28)

Apa yang terjadi bila anak tidak mengalami sosialisasi?

Karena kemampuan seseorang untuk mempunyai diri – untuk berperan sebagai anggota masyarakat tergantung pada sosialiasi, maka seseorang yang tidak mengalami sosialisasi tidak akan dapat berinteraksi dengan orang lain.

Contoh kasus :

- Anak-anak yang ditemukan dalam keadaan terlantar (feral children)

- Giddens (1990) mengisahkan anak-anak yang tidak disosialisasikan (unsocialized children), yaitu seorang anak laki-laki sekitar 11-12 tahun yang pada tahun 1900 ditemukan di desa Saint Serin, Perancis. (the wild boy of Avyron) dan kasus gadis berusia 13 tahun diCalifornia yang disekap ayahnya dalam gudang gelap sejak usia setengah tahun.

- Light, Keller dan Calhoun (1989) mengisahkan kasus Anna yang semenjak bayi dikurung ibunya dalam gudang selama lima tahun.

Dari kasus di atas terungkap, Anak-anak yang ditemukan tersebut tidak berperilaku sebagai manusia.

- Tidak dapat berpakaian

- Buang air besar dan kecil tidak tertib - Tidak dapat berbicara

- Anna tidak dapat makan sendiri atau mengunyah dan juga tidak dapat tertawa atau menangis


(29)

4.4. Agen Sosialisasi (agents of socialization)

Agen sosialisasi adalam pihak yang melaksanakan sosialisasi. Jacobs (1973: 168-208) mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama:

1. Keluarga

2. Kelompok bermain 3. Media Massa 4. Sistem Pendidikan

Keluarga

Pada awal kehidupan manusia biasanya agen sosialisasi terdiri atas : 1. orang tua dan saudara kandung

2. nenek, kakek, paman, bibi (extended family)

3. tetangga, baby sitter, pekerja sosial, petugas tempat penitipan anak, dsb (sama sekali bukan kerabat)

4. pembantu rumah tangga.

Menurut Gertrude Jaeger (1977) peran agen sosialisasi pada tahap awal ini,terutama orang tua, sangat penting. Sang anak (khususnya pada masyarakat modernBarat) sangat tergantung pada orang tua dan apa yang terjadi antara orang tua dan anakpada tahap ini jarang diketahui orang luar.

Pada tahap ini bayi belajar bekomunikasi secara verbal dan nonverbal; ia mulaiberkomunikasi bukan saja melalui pendengaran dan penglihatan tetapi juga melaluipancaindera lain, terutama sentuhan fisik.Kemampuan berbahasa ditanamkan pada tahap ini. Sang anak mulai memasukiplay stgae dalam proses pengambilan peran orang lain.

Teman Bermain

Setelah mulai dapat bepergian, seorang anak memperoleh agen sosialisasilain :

teman bermain, baik terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah. Di sini seorang anak mempelajari berbagai kemampuan baru. Kalau dalam keluarga interaksi yang dipelajarinya di rumah melibatkan hubungan yang tidak sederajat maka dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang lain yang sederajat karena sebaya. Pada tahap inilah seorang anak memasuki game stage - mempelajari aturan yang mengatur peran orang yang kedudukannya sederajat. Dalam kelompok bermain pulalah anak mulai belajar nilai-nilai keadilan.


(30)

Sekolah

Agen sosialisasi berikutnya adalah sistem pendidikan formal. Disini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga ataupun kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkannya untuk penguasaan peran-peran baru di kemudian hari, di kala seseorang tidak tergantung lagi pada orang tuanya.

Robert Dreeben (1968) berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah – disamping membaca, menulis dan berhitung – adalah aturan :

1. Kemandirian (independence) 2. Prestasi (achievement) 3. Universalisme (universalism) 4. Spesifitas (specificity)

Media Massa

Light, Keller, dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa media massa –yang terdiri dari media cetak dan elektronik—merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayaknya.

Peningkatan teknologi yang memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penerpaan masyarakat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting. Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku prososial maupun antisosial.

Penayangan berkesinambungan dari lapoan mengenai perang atau penayangan film-film seri dan film-film kartun yang menonjolkan kekerasan dianggap sebagai faktor yang memicu perilaku agresif anak-anak yang melihatnya. Penayangan adegan-adegan yang menjurus pornografi di layar tv sering dikaitkan dengan perubahan moralitas serta peningkatan pelanggaran susila di masyarakat.

Iklan-iklan yang ditayangkan melalui media massa mempunyai potensi untuk pemicu perubahan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat. Media massa pun sering digunakan untuk mengukur, membentuk atau mempengaruhi pendapat umum.


(31)

4.5. Pola Sosialisasi

1. Sosialisasi Refresif (refressive socialization), menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain menurut Jaeger seperti penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan berisi perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.

2. Sosialisasi Partisipatoris (Participatory Socialization), merupakan pola yang di dalamnya anak diberi imbalan manakalan berperilaku baik; hukuman dan imbalan bersifat simbolik; anak diberi kebebasan; penekanan diletakan pada interaksi; komunikasi bersifat lisan; anak menjadi pusat sosialisasi; keperluan anak dianggap penting; keluarga menjadi generalized other.


(32)

BAB V

INTERAKSI SOSIAL

5.1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial

Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial ini di dasarkan kepada komunikasi. Karenanya Komunikasi merupakan dasar dari existensi suatu masyarakat.

Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat. Apabila kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum mempunyai bentuk-bentuknya yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di dalam suatu masyarakat, ia mengalami suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses inilah yang dimaksudkan dan disebut sebagai proses sosial. Sehingga Gillin & Gillin mengatakan bahwa: Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada.

Dilihat dari sudut inilah, komunikasi itu dapat di Pandang sebagai sistem dalam suatu masyarakat, maupun sebagai proses sosial.

Dalam komunikasi, manusia saling pengaruh-mempengaruhi timbal balik sehingga terbentuklah pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang sama. Karenanya Komunikasi menjadi dasar daripada kehidupan sosial ia, ataupun proses sosial tersebut.

Kesadaran dalam berkomunikasi di antara warga-warga suatu masyarakat, menyebabkan suatu masyarakat dapat dipertahankan sebagai suatu kesatuan. Karenanya pula dalam setiap masyarakat terbentuk apa yang di namakan suatu sistem komunikasi. Sistem ini terdiri dari lambang-lambang yang diberi arti dan karenanya mempunyai artiarti khusus oleh setiap masyarakat.

Karena kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu, setiap masyarakat dapat. membentuk kebudayaannya, berdasarkan sistem komunikasinya masing-masing.

Dalam masyarakat yang modern, arti komunikasi menjadi lebih penting lagi, karena pada umumnya masyarakat yang modern bentuknya makin bertarnbah rasionil dan lebih di dasarkan pada lambang-lambang yang makin abstrak.


(33)

Bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial, dan karena bentuk-bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dairi interaksi, maka interaksi sosial yang dapat dinamakan proses sosial itu sendiri. Interaksi sosial adalah kunci semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.

Gillin dan Gillin mengajukan dua syarat yang harus di penuhi agar suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi, yaitu:

1. Adanya kontak sosial (social contact) 2. Adanya komunikasi.

Dengan demikian kontak merupakan tahap pertama terjadinya suatu interaksi sosial. Dapat di katakan bahwa urituk terjadinya suatu kontak, tidak perlu harus terjadi secara badaniah seperti arti semula kata kontak itu sendiri yang secara harfiah berarti “bersamasama menyentuh”. Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak tanpa menyentuhnya tetapi sebagai makhluk sensoris dapat melakukannya dengan berkomunikasi. Komunikasi sosial ataupun “face-to face” communication, interpersonal communication, juga yang melalui media. Apalagi kemajuan teknologi komunikasi telah demikian pesatnya.

Apabila dua orang bertemu, saat itu mereka dapat saling menegur, berjabat-tangan, ataupun saling berbicara dan melakukan berbagai kegiatan lain. Dua orang. itu telah melakukan kontak, bahkan aktivitas-aktivitas semacam itu sudah merupakan bentuk bentuk interaksi sosial. Apabila dua orang yang bertemu itu, tidak saling rnenukar tandatanda ataupun tidak saling berbicara, interaksi sosial bahkan telah dimulai, interaksi sosial telah terjadi. Sebab masing-masing sadar akan adanya dan kehadirannya pihak yang lain yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan ataupun syaraf mereka masing-masing. Kesan yang dapat ditimbulkan pada masing-masing individu itu kemudian dapat menentukan tindakan dan kegiatan apa yang akan dilakukan.


(34)

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu tidak hanya antara individu dan individu sebagai bentuk pertamanya saja, tetapi juga dalam bentuk kedua, antara individu dan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. Bentuk ketiga, antara sesuatu kelompok manusia dengan kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Suatu kontak sosial tidak hanya tergantung Bari tindakan ataupun kegiatan saja, tetapi juga dari tanggapan atau response reaksi, juga feedback terhadap tindakan atau kegiatan tersebut.

Kontak sosial dapat bersifat positif, apabila mengarah kepada suatu kerjasama (cooperation). Dan dapat bersifat negatif apabila mengarah kepada suatu pertentangan (conflict), atau bahkan lama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.

Penggolongan lain ialah, suatu kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Apabila pihak-pihak yang mengadakan kontak dapat langsung bertemu dan berhadapan muka, hal itu dikatakan bersifat primer. Sedangkan apabila dalam kontak itu diperlukan suatu perantara yang dapat berupa orang-perorangan ataupun media, dikatakan kontak tersebut bersifat sekunder.

Dari pembicaraan tentang kontak sosial sebagai syarat pertama terjadinya interaksi sosial, dengan agak penjang lebar, hanya ingin di kemukakan, bahwa kontak sosial termaksud adalah juga sama dengan komunikasi, atau setidak-tidaknya di dalam pengertian itu telah terkandung aspek-aspek pengertian komunikasi. Sehingga syarat kedua sudah kurang penting. Tetapi arti terpenting dari pembicaraan khusus komunikasi sebagai syarat kedua terjadinya interaksi sosial adalah, sebagai kelanjutan daripada kontak sosial yang telah terjadi. Arti yang terpenting dari komunikasi adalah bahwa individu yang satu memberikan tafsiran pada peranan-peranan apa yang ingin disampaikan lewat perikelakuan orang lain tersebut. Di dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Berdasarkan tafsiran itu iapun bertindak kembali; Dan dengan demikian interaksi sosial terjadi.

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama (co-operation), persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

Interaksi sosial didasari oleh Komunikasi. Dalam artinya yang benar dan konkrit dan nyata, interaksi sosial itu adalah komunikasi itu sendiri. Seperti telah lama dinyatakan Oleh John Dewey : “Society not only continues to exist by transmissions, by communication, but it may fairly be said to exist in transmission, in communication”.


(35)

Apabila dua orang individu berinteraksi, mereka saling tukar-menukar isyaratisyarat yang berarti, mengoperkan lambang-lambang yang berarti, apakah itu dalam bentuk kata-kata, atau senyuman-senyuman, mengerutkan dahi, dan lain-lain, mereka itu saling menafsirkan dan mengertikan gerakan-gerakan ini yang terdapat. dalam tingkahlaku orang lain tersebut. Dan memberikan respons yang sesuai atau layak dengan harapan dan dari mereka sendiri. Apabila yang seorang setelah mengikuti komunikasi yang lain ia kemudian memberikan respons kepadanya, yang lain itu lalu menyesuaikan tingkahlakunya secara bersamaan oleh sebab-sebab tersebut. Hal ini merupakan suatu proses dinamis, sebab hubungan-hubungan itu berubah dari saat ke seat dan setiap orang harus berturutturut tetap mengubah responsnya sendiri yang ditujukan kepada rang lain.

Jika dua.orang saling bercakap, atau dua anak laki-laki sedang berkelahi, atau dua orang sedang berlomba, masingmasing bergerak atau bertindak yang diarahkan dan ditujukan kepada individu yang lain, dan karenanya, oleh sebab-sebab itu mengubah-ubah tingkahlakunya sendiri. Karenanya interaksi sosial adalah bersifat sosial dan bukan personal, sebab pada akhirnya dibutuhkan adanya dua orang atau lebih.

Di dalam suatu interaksi terdapat proses yang tetap daripada saling penyesuaian (mutual adjustment) kepada kegiatan ataupun aksi dan tingkahlaku yang mendahului, yang saling diharapkan.

Demikianlah Douglas Oliver misalnya mengatakan bahwa: Interaksi adalah apabila berkenaan atau berhubungan dengan tingkahlaku saling penyesuaian, di antara dua atau lebih individu.

Baik suatu kelompok atau masyarakat tidak dapat mempertahankan adanya itu, tanpa suatu penyesuaian. Setiap anggauta suatu kelompok/masyarakat berinteraksi dengan anggota yang lain melalui komunikasi, dan dalam pada itu secara bersamaan menyesuaikan tingkahlakunya kepada harapan-harapan mereka. Semua kegiatan komunikasi mendasari interaksi sosial sehingga saling mengikat orang-orang bersamasama ke dalam suatu masyarakat: Karenanya interaksi adalah kenyataan sosial yang sangat fundamental.


(36)

1.2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competetion), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).

Menurut Gillin dan Gillin ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu :

1. Proses yang Asosiatif (processes of association) yang terbagi kedalam tiga bentuk khusus, yakni :

a. akomodasi

b. asimilasi dan akulturasi

2. Proses yang Disosiatif (processes od Dissociation) yang mencakup : a. Persaingan

b. Persaingan yang meliputi kontraversi dan pertentangan atau pertikaian (conflict).

Sistematika yang lain pernah pula dikembangkan oleh Kimball Young, menurut dia bentuk-bentuk proses sosial adalah :

1. Oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian.

2. Kerjasama (Cooperation) yang menghasilkan akomodasi (accomodation).

3. Diferensiasi (Differentiation) yang merupakan suatu proses di mana orang perorangan di dalam masyarakat memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berbeda dengan orang-orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan. Diferensiasi menghasilkan sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

Pola Interaksi Menurut Tamotsu Shibutani antara lain : 1. Akomodasi dalam situasi-situasi rutin

2. Ekspresi pertemuan dan anjuran

3. Interaksi strategis dalam pertentangan-pertentangan. 4. Pengembangan perilaku massa.


(37)

a. Kerja sama (Cooperation)

Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha sama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama tertentu. Kerjasama timbul karena adanya orientasi para individu terhadap kelompoknya (yaitu in-groupnya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-groupnya).

Menurut Charles H. Cooley ;

“Kerja sama timbul apabila orang menyadasri bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan-kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang pentingan dalam kerjasama yang berguna”. Sehubungan dengan pelaksanaa kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu :

i. Kerukunan yang mencakup gotong –royong dan tolong menolong.

ii. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.

iii. Ko-optasi (Co-optation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi organisasi yang bersangkutan.

iv. Koalisi (Coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya.

v. Joint-Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya, pemboran minyak, pertambangan batu-bara, perfilman, perhotelan, dan seterusnya.

b. Akomodasi

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.


(38)

Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

Tujuan Akomodasi :

i.Untuk mengurangi pertentangan antara individu atau kelompok sebagai perbedaan faham.

ii. Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.

iii. Akomodasi kadang-kadang diusahakan untuk memungkinkan kerja sama antara kelompok-kelompok yang hidup terpisah sebagai akibat dari bekerjanya faktorfaktor sosial, psikologis dan kebudayaan.

iv. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok yang terpisah.

Bentuk-bentuk Akomodasi yang penting adalah : 1) Coercion

2) Compromise 3) Arbitration 4) Mediation 5) Cociliation 6) Toleration 7) Stalemate 8) Adjudication

Hasil-hasil Akomodasi

1) Usaha-usaha untuk sebanyak mungkin menghindarkan diri dari bentuk-bentuk pertentangan yang baru guna kepentingan integrasi masyarakat.

2) Menekan oposisi

3) Koordinasi pelbagai kepribadian yang berbeda

4) Perubahan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang baru.

5) Perubahan-perubahan kedudukan 6) Membuka jalan ke arah asimilasi.


(39)

c. Asimilasi

Merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi, adalah :

1) Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, di mana pihak yang lain tadi juga berlaku sama.

2) Interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasanpembatasan.

3) Proses asimilasi dipercepat, apabila interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer.

4) Asimilasi diperkuat apabila frekuensi interaksi-interaksi sosial tinggi, tetap dan apabila ada keseimbangan antara pola-pola asimilasi tersebut.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi : 1) Toleransi

2) Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang. 3) Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.

4) Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. 5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.

6) Perwakilan campuran.

7) Adanya musuh bersama dari luar.

Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya asimilasi :

1) Kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat terisolasi. 2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi. 3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.

4) Perasaan bahwa kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih superioir dari kelompok lainnya.

5) Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri fisik dapat pula menjadi penghalang terjadinya asimilasi.


(40)

7) Apabila golongan minoritas mengalami gangguan golongan yang berkuasa. 8) Perbedaan kepentingan dan pertentangan pribadi.

d. Persaingan atau Competition

Suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman.

Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu persaingan pribadi dan yang tidakbersifat pribadi.

Bentuk-bentuk persaingan : 1) Persaingan ekonomi 2) Persaingan kebudayaan

3) Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan tertentu dalam masyarakat. 4) Persaingan karena perbedaan ras.

Fungsi Persaingan :

1) Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif.

2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang ada pada suatu masa menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya.

3) Sebagai alat untuk mengadalan seleksi atas dasar seks dan seleksi soaial.

4) Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan pembagian kerja.

Hasil suatu Persaingan :

1) Perubahan kepribadian seseorang. 2) Kemajuan

3) Solidaritas Kelompok 4) Disorganisasi.


(41)

e. Kontravensi (Contravention)

Gejala-gejalanya adanya ketidakpuasan terhadap diri seseorang atau terhadap suatu rencana.

Kontravensi mencakup lima subproses : 1) Proses Umum

2) Bentuk yang sederhana 3) Bentuk yang intensif 4) Yang bersifat rahasia 5) Yang bersifat taktis

f. Pertentangan atau Pertikaian

Suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Sebab terjadi pertentangan :

1) Perbedaan individu-individu 2) Perbedaan kebudayaan 3) Perbedaan kepentingan 4) Perubahan sosial.

Pertentangan-pertentang yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif.

Bentuk-bentuk Pertentangan : 1) Pertentangan Pribadi 2) Pertentangan Rasial

3) Pertentangan antara kelas-kelas sosial, umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.

4) Pertentangan Politik.

5) Pertentangan yang bersifat Internasional.

Akibat-akibat dari bentuk Pertentangan : 1) Tambahnya solidaritas “in-group”


(42)

3) Perubahan kepribadian


(43)

BAB VI

KELOMPOK SOSIAL

6.1. Pengertian

Kelompok Sosial atau Social Group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.

Syarat-syarat Kelompok sosial :

a. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.

c. Terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain.

d. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

6.2. Tipe-tipe Kelompok Sosial

Tipe-tipe Kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atau dasar pelbagai kriteria atau ukuran :

1) Besar kecilnya jumlah anggota 2) Derajat interaksi sosial

3) Kepentingan dan wilayah

4) Berlangsungnya suatu kepentingan 5) Derajat Organisasi

6) Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sosial dan tujuan.

Kelompok-kelompok Sosial yang teratur a. In-Group

Kelompok sosial, dengan mana individu mengidentifikasikan dirinya. b. Out-Group


(44)

c. Kelompok Primer (Primary Group) atau Face to Face Group.

Merupakan kelompok sosial yang peling sederhana, di mana anggota-anggotanya saling mengenal dan ada kerja sama yang erat.

d. Kelompok Sekunder (Secondary Group)

Kelompok-kelompok yang terdiri dari banyak orang, antara siapa hubungan tidak perlu didasarkan pengenalan secara pribadi dan sifatnya juga tidak begitu langgeng. e. Paguyuban (Gemeinschaft)

Bentuk kehidupan bersama, di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan.

f. Patembayan (Gesselschaft)

Ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.

g. Formal Group

Kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggotaanggotanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya.

h. Informal Group

Tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulangkali, yang menjadi dasar bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama.

i. Membership Group

Merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut.

j. Reference Group

k. Kelompok-kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan peilakunya.

l. Kelompok Okupasional m. Kelompok Volunter


(45)

Kelompok-kelompok Sosial yang Tidak Teratur

Kerumunan (Crowd) adalah individu yang berkumpul secara bersamaan serta kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan.

Bentuk-bentuk Kerumunan :

1) Kerumunan yang beartikulasi dengan struktur sosial ; a. Khalayak penonton atau pendengar yang formal b. Kelompok Ekspresif yang telah direncanakan 2) Kerumunan yang bersifat sementara (Casual Crowds)

a. Kumpulan yang kurang menyenangkan

b. Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik c. Kerumunan Penonton

3) Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum. a. Kerumunan yang bertindak emosional

b. Kerumunan yang bersifat imoral.

Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Istilah masyarakat Setempat (Community) menunjuk pada bagian mesyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu, di mana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota, dibandingkan dengan interaksi dengan penduduk di luar batas wilayahnya.

Empat kriteria untuk mengklasifikasikan masyarakat-masyarakat setempat : 1) Jumlah penduduk

2) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman

3) Fungsi-fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat 4) Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.


(46)

Urbanisasi

Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat kota.

Sebab-sebab Urbanisasi dapat ditinjau dari dua sudut :

1) Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan tempat/daerah kediamannya.

1) Faktor kota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap di kota-kota.

Akibat Negatif Urbanisasi yang terlalu cepat : 1) Pengangguran

2) Naiknya kriminalitas 3) Persoalan tunawisma

4) Kenakalan anak-anak/kejahatan anak-anak 5) Persoalan rekreasi.


(47)

BAB VII

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT

Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak

memiliki kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.

Melville J. Herskovits dan Bonislaw Malinowski

Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang

dimiliki oleh masyarakat itu

Kebudayaan adalah sesuatu yang super-organic, karena kebudayaan yang berturun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota

masyarakat senantiasa silih berganti dikarenakan kematian dan kelahiran


(48)

7.1 Kebudayaan dan Masyarakat

Kebudayaan, cultuur dalam bahasa Belanda dan culture dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Latin “colore” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari pengertian budaya dalam segi demikian berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitet manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Untuk membedakan pengertian istilah budaya dan kebudayaan, Djoko Widaghdo (1994), memberikan pembedaan pengertian budaya dan kebudayaan, dengan mengartikan budaya sebagai daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut.

Menurut Djojodiguno (1958) dalam bukunya : Asas-asas Sosiologi, memberikan definisi mengenai cipta, karsa, dan rasa sebagai berikut:

- Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.

- Karsa adalah kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sangkkan paran”. Dari mana manusia sebelum lahir (sangkan), dan kemana manusia sesudah mati (paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/kepercayaan.

- Rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongann untuk menikmati keindahan. Hasil dari perkembangan rasa terjelma dalam bentuk dalam berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam-macam kesenian.

Menurut Koentjaraningrat (1974), menyatakan bahwa kebudayaan terdiri atas tiga wujud:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, dan peraturan.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitet kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.


(1)

10.2. MACAM-MACAM PERUBAHAN SOSIAL

Salah satu yang berguna dalam meninjau perubahan sosial ialah dengan memperhatikan darimana sumber terjadinya perubahan itu. Jika sumber perubahan itu dari dalam sistem sosial itu sendiri, dinamakannya perubahan imanen. Jika sumber ide baru itu berasal dari luar sistem sosial, yang demikian itu disebut perubahan kontak.

Paradigma Perubahan Sosial

Sumber kebutuhan terhadap perubahan

Sumber/ asal ide baru

Dari dalam Dari luar

Dari dalam: kebutuhan dirasakan oleh anggota

sistem sosial

Perubahan Imanen Perubahan Kontak Selektif

Dari luar: kebutuhan diamati oleh agen pembaru atau

orang luar sistem

Perubahan Imanen yang

diinduksi Perubahan kontak terarah

Perubahan imanen terjadi jika anggota sistem sosial menciptakan dan mengembangkan ide baru dengan sedikit atau tanpa pengaruh sama sekali dari pihak luar dan kemudian ide baru itu menyebar keseluruh sistem sosial. Seorang petani di Iowa menemukan alat sederhana untuk pengumpil jagung. Penemuan itu memudahkan pekerjaan dan tidak banyak memakan waktu. Dalam waktu singkat banyak tetangga penemu itu yang menggunakan alat tersebut. Dengan demikian perubahan imanen adalah suatu gejala “dari dalam sistem”.

Perubahan kontak terjadi jika sumber dari luar sistem sosial memperkenalkan ide baru perubahan kontak ialah gejala “antar sistem”. Ada dua macam perubahan kontak, yaitu perubahan selektif dan perubahan kontak terarah. Perbedaan perubahan ini tergantung darimana kita mengamati datangnya kebutuhan untuk berubah itu, dari dalamkah atau dari luar sisten sosial.

Dalam arti luas mungkin benar bahwa sebagian besar perubahan sosial yang terjadi lebih banyak bertipe spontan daripada yang berencana. Jika penduduk secara teknis sudah


(2)

lebih ahli dan lebih pandai mendiagnosa perubahan mereka sendiri, maka perubahan kontak selektif akan dapat terjadi lebih cepat dan lebih efisien. Dalam hal ini agen pembaru mungkin akan bekerja diluar tugasnya atau setidak-tidaknya dalam peranan yang berbeda. Agen pembaru harus memenuhi permintaan-permintaan unovasi dari kliennya. Tetapi pada umumnya para klien itu belum tahu apa kebutuhan mereka dan inovasi mana yang cocok untuk kebutuhan tersebut, sehingga perubahan yang lebih tepat diterapkan adalah perubahan terencana. Jika agen pembaru juga berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian kliennya untuk menganalisis kebutuhannya, maka pada masa mendatang mungkin akan lebih mudah terjadi perubahan imanen atau perubahan kontak selektif yang lebih cepat dan efisien.

Umumnya perubahan terencana tidak selalu identik dengan keberhasilan. Keinginan untuk mempercepat perubahan telah menyebabkan lebih cepat laju peranan ilmu pengetahuan tentang bagaimana memperkenalkan inovasi kemasyarakat. Jika hasil-hasil penelitian komunikasi yang dilakukan dalam penyebaran ide-ide baru itu dikumpulkan dengan baik, kita akan dapat menggunakannya untuk merencanakan program perubahan terencana secara lebih efektif.


(3)

SOAL QUIZ

1. Kenapa Sosiologi disebut sebagai ilmu Murni dan bukan ilmu terapan?

2. Menurut Auguste Comte, Sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistics dan social dynamics. Jelaskan?

3. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat. Perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial itu selanjutnya mempunyai pengaruhnya pada sistem-sistem sosial. Dari uraian tersebut Jelaskanlah Proses dan Bentuk dari Perubahan Sosial, berikut contoh dari setiap Proses dan Bentuk Perubahan Sosial tersebut

4. Unsur-unsur Lapisan Masyarakat terdiri dari Kedudukan dan Peranan. Kedudukan umumnya dikembangkan dari 2 (dua) macam kedudukan, sedangkan Peranan minimal mencakup 3 (tiga) hal. Jelaskanlah dan berikan contoh.

5. Jelaskan macam-macam Sifat Sistem Lapisan Masyarakat, dan berikan penjelasan bagaimana seseorang dapat berpindah atau bergerak dari satu lapisan ke lapisan lainnya.

6. Masyarakat dan kebudayaan memiliki hubungan timbal balik yang tidak dapat terpisahkan satu dengan lainnya. Deskripsikanlah bagaimana bentuk hubungan tersebut dan jelaskanlah mengapa Kebudayan merupakan suatu yang super-organic. 7. Berikan Definisi dari beberapa istilah berikut :

a. Cipta, Rasa, dan Karsa b. Budaya dan Kebudayaan


(4)

TUGAS KELOMPOK, PRESENTASI, DAN DISKUSI

Tema :

“Perbandingan Sosialisasi dan Pola Interaksi antara Dua Suku Bangsa / Masyarakat yang berbeda”.

Sistematika Penulisan Makalah :

BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Sejarah dan perkembangan Suku bangsa / Masyarakat I 1.2 Sejarah dan perkembangan Suku bangsa / Masyarakat II

BAB. II PEMBAHASAN

2.1 Perbandingan Sosialisasi antara Suku bangsa / Masyarakat I dan II

2.2 Perbandingan Pola Interaksi antara Suku bangsa / Masyarakat I dan II

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Sistematika Penilaian 1. Makalah (40%)

2. Presentasi Kelompok( 40%)


(5)

TUGAS KELOMPOK, PRESENTASI, DAN DISKUSI

Tema :

“Perbandingan Sosialisasi dan Pola Interaksi antara Dua Suku Bangsa / Masyarakat yang berbeda”.

Sistematika Penulisan Makalah :

BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Sejarah dan perkembangan Suku bangsa / Masyarakat I 1.2 Sejarah dan perkembangan Suku bangsa / Masyarakat II

BAB. II PEMBAHASAN

2.1 Perbandingan Sosialisasi antara Suku bangsa / Masyarakat I dan II

2.2 Perbandingan Pola Interaksi antara Suku bangsa / Masyarakat I dan II

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Sistematika Penilaian 1. Makalah (40%)

2. Presentasi Kelompok( 40%)


(6)

TUGAS KELOMPOK, PRESENTASI, DAN DISKUSI

Tema :

“Perbandingan Sosialisasi dan Pola Interaksi antara Dua Suku Bangsa / Masyarakat yang berbeda”.

Sistematika Penulisan Makalah :

BAB I . PENDAHULUAN

1.1 Sejarah dan perkembangan Suku bangsa / Masyarakat I 1.2 Sejarah dan perkembangan Suku bangsa / Masyarakat II

BAB. II PEMBAHASAN

2.1 Perbandingan Sosialisasi antara Suku bangsa / Masyarakat I dan II

2.2 Perbandingan Pola Interaksi antara Suku bangsa / Masyarakat I dan II

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Sistematika Penilaian 1. Makalah (40%)

2. Presentasi Kelompok( 40%)