Metode pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an kajian QS. An-Nahl ayat 125-127

METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF
AL-QUR’AN KAJIAN QS. AN-NAHL AYAT 125-127
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
CINDI PRATIWI
108011000075

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1435 H

ABSTRAK
Metode Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Kajian QS. An-nahl ayat
125-127

Kata Kunci : Metode Pendidikan Islam, Surat An-nahl ayat 125-127

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan islam dalam
perspektif Al-Qur‟an Kajian surat An-nahl 125-127. Karena pada dasarnya
banyak sekali metode pendidikan yang terdapat di dalam Al-Qur‟an. Metode yang
dilakukan dalam penulisan penelitian ini adalah pure library research (penelitian
kepustakaan) sehingga apa yang terdapat di dalam penelitian ini berdasarkan atas
buku-buku yang digunakan penulis sebagai bahan rujukan di dalam menganalisa
pada setiap ayatnya, sehingga dari hasil penelitian ini dapat penulis simpulkan
terdapat lima metode pendidikan islam yang sudah ditafsirkan oleh para ahli tafsir
dan dianalisa oleh penulis. Kelima metode tersebut antara lain: 1. Al-hikmah :
perkataan yang kuat disertai dengan dalil. 2. Al-mauizah hasanah: Perkataan yang
lembut dan benar. 3. Al-Jiddal: membantah dengan cara yang baik. 4. AlMuhtadin : memberikan balasan yang setimpal. 5. Asshabru: perasaan tabah dan
menahan diri.

Cindi Pratiwi (PAI)

i

KATA PENGANTAR


   
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang
penentu segala urusan atas berkat, rahmat, taufiq, serta hidayah dan limpahan
petunjuk-Nya akhirnyan penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“metode pendidikn dalam perspektif Al-Qur‟an kajian QS. An-nahl ayat 125127”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah memberikan petunjuk dan
pedoman hidup bagi manusia.
Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa terima kasih kepada orang-orang
yang tidak penulis sebutkan namanya, penulis perlu menyampaikan terima kasih
khususnya kepada:
1. Dr. Nurlena Rifa‟i MA, Ph.D dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan,
universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M, Ag. Kepala jurusan pendidikan Agama
Islam, yang selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang
beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.
3. Marhamah Saleh, Lc, MA, Sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam
fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Siti Khadijah M. A. dosen penasehat akademik jurusan pendidikan agama

Islam, yang memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis .
5. Ibu Dra Ello Al-Bugis M.A, dosen pembimbing skripsi yang selalu
menyempatkan waktu ditengah kesibukan beliau untuk membimbing,
mengarahkan, dan memebrikan semangat selama proses penulisan skripsi ini.
6. Yang paling utama untuk kedua orang tuaku tercita, ibunda Hj. Umiasih dan
ayahanda H. mahrod, yang selalu dengan tulus memberikan doa dan dukungan
serta semangat yang tak henti-hentinya demi kemajuan penulis.

ii

7. Teruntuk suamiku tersayang Badru Salam S.S. yang telah memberikan
dukungan baik secara moral dan material, yang terus menerus memberikan
semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dan teruntuk
putraku tercinta Firaz Aljuffar Badzlin Assalam yang selalu menjadi support
dan penyemangat didalam penyusunan skripsi ini.
8. Dan tak lupa pula terima kasih untuk keluarga besarku, kakak-kakakku: Susi
Dewi Yanti, Yudi Cahyadi dan Nina Meliyana. Dan untuk adik-adikku : Cepi
Jaya permana dan Zahrotul Inayah. Yang senantiasa mendoakan.
9. Kawan-kawan PAI C angkatan 2008, khususnya Devi febrina dan Maryati.
Yang menjadi tempat untuk berdiskusi , bertukar pikiran dengan semangat

perjuangan kita bersama-sama menuju kesuksesan.
10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan
kepada penulis baik secara moral dan materil.
Tidak ada yang dapat penulis berikan sebagai balas jasa kepada mereka
yang telah memebrikan banyak bantuan dan dukungan kepada penulis, kecuali
dengan doa semoga Allah SWT membalas-Nya. Amiiiin.
Ciputat, 22 juli 2014

Penulis

Cindi Pratiwi

iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI


ABSTRAK ..........................................................................................

i

KATA PENGANTAR ........................................................................

ii

DAFTAR ISI .......................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ..........................................................

5


C. Pembatasan Masalah .........................................................

5

D. Perumusan Masalah...........................................................

6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................

6

BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Acuan Teori .......................................................................

7

1 Pengertian Metode Pendidikan......................................


7

2 Penggunaan Metode Pendidikan ....................................

9

3 Prinsip-prinsip Metode Pendidikan ................................

11

4 Dasar-dasar Metode Pendidikan ....................................

13

5 Jenis-jenis Metode Pendidikan ......................................

16

6 Metode Pendidikan dalam Al-Qur‟an ...........................


24

B. Hasil Penelitian yang Relevan .........................................

27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian .........................................

31

B. Metode Penulisan ..........................................................

31

iv

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Teks ayat dan Terjemahan Surat An-Nahl 125-127 .......


32

B. Tafsir Surat An-Nahl ....................................................

33

1. Ayat 125 ....................................................................

33

2. Ayat 126 ....................................................................

43

3. Ayat 127 ....................................................................

46

C. Konsep Metode Pendidikan surat An-Nahl 125-127 ........


48

D. kandungan Makna Surat An-Nahl 125-127 .....................

50

E. Analisis tentang Metode Pendidikan dalam surat An-Nahl

51

1. Ayat 125 ......................................................................

51

2. Ayat 126 ......................................................................

54

3 Ayat 127 ........................................................................


55

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................

61

B. Saran .................................................................................

62

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

61

v

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada manusia
lain dengan harapan agar mereka ini mampu menjadi insan yang dewasa,
Berkat pendidikan (pengajaran) itu kelak menjadi manusia yang saleh yang
berbuat sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak
patut dilakukannya.1
Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak
berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah SWT
yang selalu menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya dimuka
bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan
segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala
potensinya kearah yang positif melalui suatu upaya yang disebut sebagai alTarbiyah, al-Ta’dib, al-Ta’lim, atau yang kita kenal dengan “Pendidikan“2
Dalam al-Qu‟ran memuat banyak aspek kehidupan manusia tidak ada
rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan al-Qur‟an yang
hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersirat maupun yang
tersurat tidak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari. Ketentuanketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Qur‟an dan al-Sunnah berlaku
secara universal untuk semua waktu dan tempat.
1

Abdul Fatah jalal, Azas-azas pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1998). cet.

1, h. 11
Syahidin, Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV. Misaka Ghaliza, 1999),
cet. 1, h 1.
2

1

2

Ide bahwa Islam sebagai agama yang bersifat universal berarti tidak
hanya berkaitan dengan persoalan akidah dan ritual semata. Oleh karena itu,
islam tidak mengenal gagasan sekuler yang memisahkan agama dari politik
dan kehidupan umum social. Dalam istilah yang sederhana, Islam
digambarkan sebagai suatu cara hidup yang komprehensif.
Al-Qur‟an sebagai ajaran suci umat Islam didalamnya berisi petunjuk
menuju arah kehidupan yang lebih baik tinggal bagaimana manusia
memanfaatkannya. Meninggalkan nilai-nilai yang ada didalamnya berarti
menanti datangnya kehancuran, sebaliknya kembali kepada al-Qur‟an berarti
mendambakan ketenangan lahir dan bathin, karena ajaran yang terdapat
didalam al-Qur‟an berisi kedamaian.
Ketika umat Islam menjauhi al-Qur‟an atau sekedar menjadikan alQuran hanya sebagai bacaan keagamaan saja maka sudah pasti al-Qur‟an akan
hilang relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya
orang-orang diluar Islamlah yang giat mengkaji realitas alam semesta
sehingga mereka dengan mudah dapat mengungguli bangsa-bangsa lain,
padahal umat Islamlah yang seharusnya memegang semangat al-Quran.3
Seperti yang dikemukakan oleh Quraish Shihab: “ manusia yang
dibina adalah makhluk yang memilki unsur-unsur material (jasmani) dan
immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu,
pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan
jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur
tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia
dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam dunia pendidikan Islam
dikenal dengan istilah Adab Al-Din dan Adab Al-Dunnya.”4
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu
minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, karena
sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat,

3

Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 1999), cet IV,

4

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1994), cet XIX, h. 173.

h. 21.

3

tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Namun materi
juga menurut saya memiliki peranan yang sangat penting didalam pencapaian
keberhasilan peserta didik karena apabila materi yang disampaikan tidak
relevan maka akan memberikan pengaruh yang tidak baik juga terhadap
keberhasilan peserta didik sehingga sebagai pendidik harus mampu
menyeimbangkan antara pemahaman penyampaian materi dan penggunaan
metode yang tepat didalam proses belajar mengajar. Sebab metode
akanmempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau
tidak.Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara
cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan
dapat memuaskan.5Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan
wahyu Allah SWT kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena
Rasulullah SAWsejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan
yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau
lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam.Rasulullah SAW
sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilainilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah SAW juga sangat
memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu
menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau
senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari‟at-Nya.6
Manusia sebagai makhluk Paedagogik membawa potensi dapat
mendidik dan dididik. Dengan potensi tersebut manusia mampu menjadi
khalifah dimuka bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia
dilengkapi dengan fitrah Allah SWT berupa keterampilan yang berkembang
sesuai dengan kedudukannuya sebagai makhluk yang mulia.7
Melihat fenomena yang terjadi, nampaknya di zaman sekarang ini
aspek-aspek pendidikan Islam khususnya metode pendidikan Islam adalah hal
5

Qamari Anwar, Pendidikan sebagai karakter budaya bangsa,(Jakarta: UHAMKA Press,
2003), h. 42
6
Ramayulis dan Nizar, Samsu, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia),
h. 35
7
Zakiyah Darajat, ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan
Direktorat jendral Pembinaan kelembagaan, 1999), cet . 111, h.1.

4

yang sangat sulit untuk dipraktekan dalam dunia pendidikan yang
menciptakan pendidikan yang lebih Islami, karena pada umumnya para
pendidik hanya menggunakan metode itu-itu saja yang dikembangkan oleh
dunia Barat dalam proses pendidikannya. Akan tetapi tidak sedikit pula para
cendikiawan muslim yang sudah menggunakan metode dengan tepat didalam
menyampaikan

suatu

pembelajaran

tidak

hanya

dunia

Barat

yang

mengembangkannya dengan munculnya para cendikiawaan muslim sekarang
ini juga sudah menunjukan bahwa orang muslimpun tidak tertinggal oleh
Barat karenasebenarnya metode pendidikan itu sudah dijelaskan secara
terperinci didalam al-Qur‟an, namun pada prakteknya seolah-olah orang Islam
tidak mempergunakannya dan hanya sebagian kecil pendidik yang
menggunakannya.
Mengingat pentingnya Pendidikan Islam bagi terciptanya kondisi
lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan
metode pendidikan secara lebih intensif, Pendidikan Islam berfungsi sebagai
panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan
dan selanjutnya menetapkan metode mana yang baik diterapkan didalam
proses pendidikan yang Islami.
Penulis melihat bahwa Q.S An-Nahl : 125-127 memiliki kandungan
makna tentang metode pendidikan yang sangat menarik untuk diungkapkan
lebih jauh dan mendalam lagi seperti bagaimana cara mengajak orang kepada
kebaikan didalam belajar sesuai dengan metode yang terdapat didalam surat
An-Nahl 125-127, Didalam ayat ini juga dijelaskan bagaimana seorang guru
memberikan hukuman kepada murid yang tidak menyakiti dan membuat kecil
hati seorang murid, selain itu dijelaskan pula bahwa seorang guru harus pandai
menahan emosi amarahnya kepada murid yang menciptakan guru tersebut
harus bersifat lebih sabar dan tabah dalam menghadapi murid.
Melihat dari kandungan ayat tersebut membuat hati penulis lebih
tertarik untuk mengkaji lebih jauh lagi dari metode-metode apa saja yang
terkandung didalamnya dan akan dikaji secara lebih spesifik lagi agar
memudahkan penulis didalam penyampaiannya. Atas pertimbangan inilah

5

maka penulis mengangkat permasalah tersebut yang akan dituangkan dalam
bentukskripsi

dengan

judul

“METODE

PENDIDIKAN

DALAM

PERSPEKTIF AL-QUR’AN(KAJIAN QS. AN-NAHL AYAT 125-127)”
B. Identifikasi Masalah
Didalam Al-Qur‟an terdapat banyak metode-metode Pendidikan Islam
seperti:
1. QS. Luqman ayat 12-19 memiliki beberapa metode Pendidikan
Islam yaitu, a). metode mendidik dengan keteladanan atau Qudwah
Hasanah, b) metode mendidik dengan kisah atu cerita, c). metode
mendidik dengan nasehat.
2. Metode Pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat An-nahl
ayat 125-127.
3. Metode pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat Yusuf
ayat 111 yakni metode kisah.
4. Metode pendidikan yang terdapat didalam Al-Qur‟an surat An-Nahl
ayat 75-76 yakni metode amtsal atau perumpamaan.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa banyaknya metode yang penulis ungkapkan didalam
identifikasi masalah diatas maka penulis membatasi pembahasan didalam
penelitian skripsi ini hanya pada metode-metode yang terkandung didalam
surat An-Nahl ayat 125-127.
D. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, ada permasalahan penting yang akan diungkap
dalam penelitian ini, yaitu:
Metode pendidikan apakah yang terkandung dalam al-Qur‟an surat an-Nahl
ayat 125-127?

6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui metode Pendidikan dalam Al-Qur‟an (QS. An-Nahl
125-127).
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk menambah Khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
penulis.
b. Dapat memberikan konstribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya
dalam dunia Pendidikan Islam.
c. Penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindak lanjuti oleh
peneliti berikutnya.

7

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Acuan Teori
1. Pengertian metode Pendidikan
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata
metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos.Meta
berarti “melalui dan hodos berrti “jalan” atau “cara”8.Dalam Bahasa Arab
metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis
yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.9 Sedangkan dalam
bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa
Indonesia.10
Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi
yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan
dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya :
a. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan11

8

Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya,( Jakarta : Kalam mulia, 2009), halaman 209.
9
Shalih Abd. Al Aziz, at tarbiyah wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), hal. 2-3.
10
John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 1995), hal. 379.
11
Winarno, Surakhmad, Pengantar interaksi Belajar Mengajar, (Bandung : Tarsito,
1998), hal. 96

7

8

b. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau
instruktur12
c. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik
pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode
mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.13 Omar
Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala
kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestiankemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan
muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong muridmuridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan
yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.14
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian
metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
a. Adanya tujuan yang hendak dicapai
b. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
c. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
d. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna
berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan
merupakan

pandangan

falsafi

terhadap

subject

matter

yang

harus

diajarkan15dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat
realistis/konseptual. Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara
penyajian yang dikuasai pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan
pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat
dipahami dan digunakan dengan baik.
12

Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), hal. 52
Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Jakarta : Kalam Mulia, 2008),h.3
14
Omar Mohammad, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hal.553
15
Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam( Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2002), hal 209
13

9

2. Penggunaan Metode Pendidikan
Kaitannya

dengan

penggunaan

metode,

Hasan

Langgulung

berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok
yaitu:
a. sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama
pendidikan Islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku
sebagai hamba Allah.
b. Berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang
disebutkan dalam al-Qur‟an atau disimpulkan dari padanya.
c. Membicarakan tentang pergerakan (motivation) dan disiplin dalam istilah
al-Qur‟an disebut ganjaran (shawab) dan hukuman ('iqab).16
Dalam pendidikan yang diterapkan di Barat, metode pendidikan
hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan peserta didik, para guru
hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator, ataupun hanya
sebagai instruktur.Sistem yang cendrung dan mengarah pada peserta didik
sebagai pusat ini sangat menghargai adanya perbedaan individu para peserta
didik.
Hal ini menyebabkan para guru hanya bersikap merangsang dan
mengarahkan para peserta didik mereka untuk belajar dan memberi mereka
kebebasan, sedangkan pembentukan krakter dan pembinaan moral hampir
kurang menjadi perhatian guru.17
Akibat penerapan metode yang demikian itu menyebabkan pendidikan
kurang membangun watak.Dihubungkan dengan fenomena yang timbul di
masyarakat di mana guru semakin tidak dihormati oleh peserta didiknya.
Selain itu, harus pula diperhatikan terhadap penggunaan metode ialah
disesuai dengan turunnya ayat-ayat al-Qur‟an, yang mana ayat-ayat dalam alQur‟an diturunkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat
pada saat itu.

16

Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1985), hlm. 79
17
Ramayulis, Op. Cit., hlm. 5

10

Sehingga dengan begitu penggunaan metode dalam pendidikan harus
melihat dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik, agar kemudian materi
yang disampaikan dalam pendidikan akan mengena sesuai dengan yang
direncanakan.
Hal tersebut memperkuat dalam penggunaan metode pendidikan tidak
boleh asal-asalan, sebisa mungkin disesuaikan dengan perkembangan peserta
didik dan membuktikan bahwa adanya al-Qur‟an membantu dalam
memformulasikan penggunaan metode dalam pendidikan.Sebab di dalam
sumber tersebut banyak hal yang kemudian dapat dijadikan bahan terkait
dengan metode pendidikan.
Di samping itu, kenggunaan metode pendidikan menurut Omar
Mohammad al-Toumy al-Syaibany berguna untuk:18
a. Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan berfikir yang logis dan sistematis.
b. Membiasakan pelajar berfikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut
ilmu.
c. Memudahkan pencapaian tujuan proses belajar mengajar (PBM)
sebagaimana yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Menciptakan suasana proses belajar mengajar (PBM) yang kondusif,
komunikatif, dan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dengan
anak didik, sehingga pada akhirnya bermuara kepada pencapaian tujuan
pendidikan.
3. Prinsip-prinsip Metode Pendidikan
Prinsip merupakan pendirian utama yang dimiliki oleh masing-masing
individu, kelompok-kelompok dan lain sebagainya.19Dari pengertian tersebut
subuah prinsip sangat dibutuhkan, terlebih lagi dalam metode pendidikan.

18

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), hlm. 96-97
19
M. Dahlan dkk, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Penerbit Target Press, 2003),
hlm. 632

11

Menurut A. Fatah Yasi, prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:20
a. Motivasi. Penerapan metode diarahkan untuk memberikan dorongan agar
peserta didik aktif belajar dan mengikuti pelajaran.
b. Perhatian. Penerapan metode diarahkan untuk dapat membangkitkan
perhatian peserta didik agar tertarik terhadap persoalan-persoalan yang
disampaikan atau yang sedang dipelajari, melalui penerapan metode
tersebut.
c. Peragaan. Penerapan metode diarahkan untuk dapat memberi kesempatan
kepada peserta didik supaya memeragakan atau mendemonstrasikan
perolehan.
d. Apresiasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai
sarana penghubung dengan apa yang pernah dikenal oleh peserta didik
sebelumnya, berkaitan dengan persoalan yang sedang dipelajari.
e. Individualitas. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai
sarana penghubung dengan bakat dan krakter masing-masing individu
peserta didik.
f. Konsentrasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai
sarana yang bisa memusatkan daya konsentrasi peserta didik pada
persoalan yang sedang dipelajari.
g. Korelasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai
sarana yang bisa mengajak peserta didik agar dapat menghubungkan mata
pelajaran satu dengan yang lainnya.
h. Sosialisasi. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai
sarana yang bisa mengajak peseta didik menyesuaikan dengan keadaan
lingkungan sosial.
i. Penilaian. Penerapan metode diarahkan untuk dapat dijadikan sebagai
sarana yang bisa dipakai oleh pendidik dalam memantau, menilai dan
merekam partisipasi aktif peserta didik dalam memahami, menghayati, dan
berperilaku dalam belajar.
20

A. Fatah Yasin, Op. Cit., hlm. 138-139

12

Di samping beberapa prinsip di atas, masih ada lagi yang peneliti kutip
dari bukunya Abdul Mujib dan Jusuf Muzkkir, yang tidak disebutkan dalam
bukunnya A. Fatah Yasin. Beliau berdua menggunakan istilah asas, dalam
kamus dan tesaurus bahasa Indonesia antara kata prinsipdan asas mempunya
kesamaan arti21. Peneliti sendiri memahami dalam kedua buku tersebut
mempunya maksud dan tujuan yang sama. Asas-asas tersebut adalah sebagai
berikut22:
a.

Asas Kebebasan, yaitu asas yang memberikan keleluasaan keinginan

dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang
mengacau pada hal-hal yang bersifat negatif. asas ini mengandung tiga
aspek, yaitu self-directendnees, self-discipline, dan self-control. asas ini
menyarankan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang
didasarkan pada ukuran kebijakan, dan mampu membuat pilihan
berdasarkan nilai-nilai pribadi, dan adanya pengarahan diri sehingga sistem
control diri berkembang.
b. Asas Lingkungan, asas yang menentukan metode dengan berpijak pada
pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan. Walaupun
peserta didik lahir dengan berbekal pembawaan, pembawaan itu masih
bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi lingkungan,
sehingga pembawaan
akanbersatu,
merupakan

tetapi

dan lingkungan bukanlah hal
saling

batas-batas

membutuhkan

kemungkinan

yang

mengingat
dapat

yang tidak
pembawaan
dicapai

dari

lingkungannya.
c. Asas Globalisai, asas sebagai akibat pengaruh psikologis totalitas, yaitu
peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak
hanya secara intelektual, tertapi juga secara fisik, sosial dan sebagainya.
d. Asas Pusat-pusat Minat, asas yang memperhatikan kecendrungan jiwa
yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu

21

M. Dahlan dkk, Op. Cit., hlm. 632 dan Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), hlm. 36 dan 488
22
Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkair. Op. Cit,.hlm. 174-175

13

berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan asas pusat-pusat
minat dalam Islam dengan ruang lingkupnya terdiri atas bahan hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia
terhadap alam semesta.
e. Asa Keteladanan, pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki
kecendrungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku
orang di sekitarnya, khususnya pada pendidik yang utama (orang tua).
Asas keteladanan efektif digunakan pada fase-fase ini, misalnya kisah
Qabil dalam mengebumikan Habil-adik yang telah membunuhnya-meniru
contoh yang diberikan burung gagak dalam mengubur gagak yang lain, di
mana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT. (QS.
al-Maidah:31)
f. Asas Pembiasaan, asas yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan oleh peserta didik. Pembiasaan merupaka upaya praktis dalam
pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri
dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.

4. Dasar-dasar Metode Pendidikan
Metode

pendidikan

dalam

penerapannya

banyak

menyangkut

permasalahan individu atau sosial peserta didik dan pendidikan itu sendiri,
sehingga dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan
dasar-dasar umum metode pendidikan.
Sebab metode pendidikan itu hanyalah merupakan sarana atau jalan
menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang
pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut.
Dalam konteks ini, metode pendidikan tidak terlepas dari dasar agamis,
biologis, psikologis, dan sosiologis.
a. Dasar Agama
Pelaksanaan metode pendidikan yang dalam prakteknya banyak
terjadi di antara pendidik dan peserta didik dalam kehidupan masyarakat
yang luas, memberikan dampak yang besar terhadap kepribaidan peserta

14

didik. Oleh karena itu, agama merupakan salah satu dasar metode
pendidikan dan pengajaran.23
Al-Qur‟an dan hadits tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan
pendidikan.Dalam kedudukannya sebagai dasar ajaran Islam, maka dengan
sendirinya metode pendidikan Islam harus merujuk pada kedua sumber
ajaran tersebut.Sehingga segala penggunaan dan pelaksanaan metode
pendidikan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan itu sendiri.
b. Dasar Biologis
Perkembangan biologis manusia berpengaruh dalam perkembangan
intelektualnya.Sehingga semakin berkembang biologi seseorang, maka
dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya.24Dalam
memberikan pendidikan dan pengajaran, seorang pendidik harus
memperlakukan biologis peserta didik.25
Perkembangan jasmani (biologis) seorang juga mempunyai
pengaruh yang sangat kuat terhadap dirinya.26 Seorang peserta didik yang
cacat akan berpengaruh terhadap prestasi peserta didik,27 baik pengarus
positif maupun negatif.
Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan dan kondisi jasmani
itu memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Sehingga dalam
penggunaan metode pendidikan seorang pendidik harus memperhatikan
kondisi biologis peserta didik.

23

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu analisis Psikologis, (Jakarta: AlHusna, 1986), hlm. 40
24
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Indesipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 198
25
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 20
26
F.J. Monks, et.al.,Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Aspeknya,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), hlm. 21
27
Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, falsafat Pendidikan Islam, Terjemahan
Hasan Langgulung, (Jakarta, Bulan Bintang, 1979), hlm. 589

15

c. Dasar Psikologis
Tentang dasar psikologis, maka yang dimaksud adalah sejumlah
kekuatan psikologis termasuk motivasi, kebutuhan, emosi, sikap,
keinginan, kesediaan, bakat-bakat, dan kecakapan akal (intelektual)28.
Di antara kebutuhan-kebutuhan jiwa yang patut dipelihara guru
dalam metode dan cara mengajarnya adalah kebutuhan kepada
ketentraman,

kebutuhan

terhadap

kecintaan,

kebutuhan

kepada

penghargaan, kebutuhan untuk menyatakan diri, kebutuhan kepada
kejayaan, kebutuhan untuk tergolong dalam kumpulan, dan kebutuhan
terhadap perwujudan (self-actualization)29.
d. Dasar Sosiologis
Interaksi pendidikan yang terjadi dalam masyarakat justru
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan peserta
didik dikala ia berada di lingkungan masyarakatnya. Kada-kadang
interaksi/ pengaruh dari masyarakat tersebut berpengaruh pula terhadap
lingkungan kelas dan sekolah.30
Dengan dasar di atas, seorang pendidik dalam menginternaslisasi nilai
yang sudah ada dalam masyarakat (sosial value) diharapkan dapat
menggunakan metode pendidikan Islam agar proses pembelajaran tidak
menyimpang jauh dari tujuan pendidikan Islam itu sendiri.31
5. Jenis-jenis Metode Pendidikan
Secara rinci metode-metode tersebut penjelasannya adalah sebagai
berikut:32
a. Metode Ceramah
Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui
penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap
sekelompok pendengar (murid).

28

Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Op. Cit., hlm. 590
Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Ibid.,hlm. 591
30
Harun Nasution dan Bakhtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta: P
ustaka Firdaus, 1987), hlm. 50
31
Omor Mohammad al-Tauomy al-Syaibany, Op. Cit., hlm. 591
32
Silahkan baca bukunya Zuhairini dan Ghofir, Op. Cit,.hlm. 61-75 dan bukunya Martinis
Yamin, Op. Cit., hlm. 152-170
29

16

b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pelajaran dengan
jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban. Atau
sebaliknya murid bertanya dan guru memberikan jawabannya.Dengan
demikian, diharapkan terjadi dialog antara guru dan murid.
c. Metode Diskusi
Secara umum, metode diskusi sebagai salah satu metode interaktif
edukatif diartikan sebagai metode di dalam mempelajari bahan atau
penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya (tukar
pendapat),

sehingga

menimbulkan

pengertian,

pemahaman,

serta

perubahan tingkah laku murid.33
d. Metode Latihan Siap
Metode latihan siap sebagai salah satu metode interaktif edukatif
dalam pendidikan dan pengajaran, dilaksanakan dengan jalan melatih
anak-anak

(murid)

terhadap

bahan-bahan

pelajaran

yang

diberikan.Penggunaannya biasanya pada bahan-bahan palajaran yang
bersifat motoris dan keterampilan.Dengan melakukan latihan berkali-kali,
terus-menerus secara tertib dan teratur, pengetahuan dan pemahaman dapat
diperoleh dan disempurnakan oleh murid.
e. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode interaktif edukatif
yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses
pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang terkandung di dalamnya, dan cara
mana yang paling tepat dan sesuai, melalui pengamatan induktif. Dengan
pengertian lain, yang lebih sederhana, metode Demonstrasi dan
Eksperimen adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau

33

Adapun masalah yang baik untuk didiskusikan ialah: 1) menarik minat anak-anak sesuai
dengan taraf usianya dan merupakan masalah yang up to date. 2) mempunyai kemungkinan
pemecahan lebih dari satu jawaban yang masing-masing dapat dipertahankan; kemudian berusaha
menemukan jawaban yang setepat-tepatnya dengan jalan musyawarah (diskusi). H. Zuhairi dkk,
Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiyah Fakultas tarbiyah IAIN Sunan
Ampel Malang, 1981), hlm. 89

17

orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada
seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu,
misalnya cara mengambil wudhu‟.
f. Metode Pemberian Tugas Belajar
Metode pemberian tugas34 belajar yang dalam percakapan seharihari disebut metode pekerjaan rumah adalah metode interaktif edukatif, di
mana murid diberi tugas khusus (sehubungan dengan bahan pelajaran) di
luar

jam-jam

pelajaran.Dalam

pelaksanaanya,

murid-murid

dapat

mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi dapat dikerjakan juga
di

perpustakaan,

laboratorium,

ruang-ruang

praktikum

dan

sebagainya.Kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan terhadap
guru.
g. Merode Pembelajaran Terprogram
Metode pembelajaran terprogram menggunakan bahan pengajaran
yang disiapkan secara khusus.Isi pengajaran di dalamnya harus dipecahkan
menjadi langkah-langkah kecil, diurut dengan cermat, diarahkan untuk
mengurangi kesalahan, dan diikuti dengan umpan balik segera.Siswa
mendapat kebebasan untuk belajar menurut kecepatan masing-masing.
h. Metode Latihan Bersama Teman
Metode latihan bersama teman memanfaatkan siswa yang telah
lulus atau berhasil untuk melatih temannya dan ia bertindak sebagai
pelatih, pembimbing seorang siswa yang lain. Ia dapat menentukan metode
pembelajaran yang disukainya untuk melatih temannya tersebut. Setelah
teman berhasil atau lulus, kemudia ia bertindak sebagai pelatih bagi
seorang teman yang lain.

34

Metode pemberian tugas (resitasi) sering diartikan sebagai pekerjaan rumah, akan tetapi
sebenarnya metode pemberian tugas ini mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan
dengan pekerjaan rumah. Karena metode pemberian tugas adalah pemberian tugas dari guru
kepada anak-anak untuk diselesaikan dan dipertanggungjawabkan.Siswa dapat menyeleasikan di
sekolah, di perpustakaan, di laboratorium, di rumah atau di tempat-tempat lain yang kiranya dapat
menunjang terselesainya tugas yang dibebankan kepadanya.Soetomo, Dasar-dasar Interaksi
Belajar Mengajar, (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1993), hlm. 159-160

18

i. Metode Simulasi
Metode simulasi ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan
yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya.
Penggunaan metode simulasi ini perlu memperhatikan; (a) pada tahap
permulaan proses belajar mengajar, diperlukan tingkat di bawah realitas.
Siswa diharapkan mengindetifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda,
tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu dan sebagainya, (b) pada
tahap pertengahan proses belajar mengajar, diperlukan tingkat realitas
yang memadai. Siswa diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan
dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengkordinasikan
keterampilan-keterampilan, (c) pada tahap terakhir diperlukan tingkat
realitas yang tinggi, (d) siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan
seperti seharusnya.
j. Metode Studi Kasus
Metode ini berbentuk pelepasan tentang masalah kejadian, atau
situasi

tertentu,

kemudian

siswa

ditugasi

mencari

alternatif

pemecahannya.Kemudian metode ini dapat juga dipergunakan untuk
mengembangkan berfikir kritis dan menemukan solusi baru dari satu topik
yang dipecahkan.
Metode ini dapat dikembangkan atau diterapkan pada siswa, manakala
siswa mempunyai pengetahuan awal tentang masalah ini.
Metode ini memiliki keterbatasan sebagai berikut; (a) mendapat
kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan
sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa, (b) mengembangkan kasus
yang sangat mahal.
k. Metode Insiden
Metode ini hampir sama dengan metode studi kasus, akan tetapi
siswa dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang suatu
kejadian atau peristiwa. Mereka harus mencari data tambahan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka tentang kejadian dan
peristiwa tersebut data ini sudah tersedia di sekolah dan ada pada guru,
maka guru harus mempersiapkan data itu untuk diberikan kepada siswa
yang membutuhkannya.

19

Metode ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode
studi kasus, siswa belajar menyelami permasalahan, kemudian mereka
berusaha memecahkan masalah, dalam hal ini menumbuh kembangkan
cara berfikir siswa sebagaimana yang dikehendaki dalam studi mandiri,
siswa berfikir kritis, kreatif. Metode ini dapat berguna bagi kehidupan
siswa dalam memecahkan, menyelami masalah kehidupan sehari-hari.
l. Metode Karyawisata
Melalui karyawisata, sebagai metode interaktif edukatif, murid
dibawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu denga
tujuan belajar.Dengan demikian, ada keterikatan oleh tujuan dan tugas
belajar. Dalam perjalanan karyawisata, ada hal tertentu yang telah
diprogramkan dalam proses belajar mengajar untuk dipelajari murid.
m. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar adalah
kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifar pedagogis
yang di dalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik (kerja sama)
antara individu saling percaya.
Dengan pengertian lain, guru dalam menghadapi murid-murid di
kelas merasa perlu membagi mereka dalam beberapa kelompok untuk
memecahkan suatu masalah atau untuk mengerjakan sesuatu tugas atau
pekerjaan secara bersama-sama.
n. Metode Sosiodrama atau Bermain Peranan
Metode

sosiodrama35

adalah

metode

mengajar

dengan

mendemonstrasikan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial.
Sedangkan bermain peranan menekankan kenyataan di mana para murid
35

Bermain mempunyai empat macam arti, yaitu (1) sesuatu yang bersifat sandiwara, di
mana pemain memainkan peranan tertentu sesuai dengan lakon yang sudah tertulis, dan
memainkannya untuk tujuan hiburan; (2) sesuatu yang bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku
yang ditentukan oleh norma-norma sosial; (3) suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan di mana
seorang berusaha memperbodoh orang lain dengan jalan berprilaku yang berlawanan dengan apa
yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau diinginkan; (4) sesuatu yang berkaitan dengan
pendidikan di mana individu memerankan situasi yang imajinatif dengan tujuan untuk membantu
tercapainya pemahaman diri sendiri, meningkatkan keterampilan-keterampilan, menganalisis
perilaku, atau ,menunjukkan pada orang lain bagaimana seseorang harus bertingkah laku. Ahmad
Munjin Nasih dkk, Metode dan Teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.
Rafika Aditama, 2009, cetakan pertama), hlm. 77

20

diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendemonsrtasikan
masalah-masalah sosial.
o. Metode Studi Mandiri
Metode studi mandiri36 berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau
meneliti oleh siswa tampa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode
studi mandiri ini hanya dapa dipergunakan manakala siswa mampu
menentukan sendiri tujuannya dan dapat memperoleh sumber-sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
p.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dengan mengajak dan memotivasi murid untuk memecahkan
masalah dalam kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar.
Metode ini sangat baik digunakan untuk melatih murid-murid
berpikir kritis dan dinamis terhadap suatu masalah tertentu.Selain itu, juga
melatih keberanian dan rasa tanggung jawab murid dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan yang ada di masyarakat.

q. Metode Praktikum
Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru
memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya.Kegiatan
ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal
ini guru melatih keterampilan siswa dalam mempergunakan alat-alat yang
telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.
r. Metode Proyek
Metode proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa
secara individual.Siswa dituntut untuk mengamati, membaca, meneliti,
emudian siswa diminta untuk membuat laporan dari tugas yang diberikan
kepadanya dalam bentuk makalah.Metode ini bertujuan untuk membentuk
analisis masing-masing siswa.
36

Metode ini dilakukan dengan cara; a) memberi daftar bacaan kepada siwa yang sesuai
dengan kebutuhannya, b) menjelaskan hasil yang ingin diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir
kegiatan studi mandiri, c) mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa. Martinis Yamin,
Op. Cit., hlm. 160

21

s. Metode Seminar
Metode seminar merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa
untuk membahas topik, masalah tertentu.Setiap anggota kelompok seminar
dituntut agar berperan aktif, dan kepada mereka dibebankan tanggung
jawab untuk mendapatkan solusi dari topik, masalah yang dipecahkan.
Guru bertindak sebagai nara sumber.
Seminar merupakan pembahasan yang bersifat ilmiyah, topik
pembicaraan adalah hal-hal yang bertalian dengan masalah kehidupan
sehari-hari.Sebuah seminar adalah sebuah kegiatan pembahasan yang
mencari pedoman-pedoman atau pemecahan masalah tertentu.Itulah
sebabnya maka seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan-kesimpulan
dan keputusan-keputusan yang merupakan hasil semua peserta.Malahan
tidak jarang seminar melahirkan rekomendasi dan resolusi.
t. Metode Simposium
Metode simposium adalah metode yang memaparkan suatu seri
pembicaraan

dalam

berbagai

kelompok

topik

dalam

materi

tertentu.Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya,
setelah itu peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada
pembicara.
Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium
harus pula terdiri atas beberapa pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi
simposium berbeda dengan panel dalam cara pembahasan persoalan,
sifatnya lebih formal.
Bentuk lain pola simposium dapat dikelompokkan pada sejumlah
aspek, dan setiap aspek disoroti tersendiri dan khusus, tidak perlu dari
berbagai sudut pandang. Prasaran menyiapkan tulisan yang dibagi-bagikan
kepada peserta dan diadakan sanggahan dari ahli tertentu yang disebut
penyanggah utama.Pendengar dapat memberikan pandangan umum dan
pertanyaan sesudah penyanggah utama.

22

u. Metode Tutorial
Metode tutorial merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran
yang telah dikembangkan dalam bentuk modul untuk dipelajari siswa
secara mandiri. Siswa dapat mengkonsultasikan tentang masalah-masalah
dan kemajuan yang ditemuinya secara periodik.Metode ini biasanya
dilakukan pada SLTP terbuka, paket B, C dan belajar jarak jauh dengan
tatap muka yang terjadwal.
v. Metode Deduktif
Metode dedukti merupakan pemberian penjelasan tentang prinsipprinsip isi pembelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya
atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.Metode ini menjelaskan
teoritis ke bentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke
sifat-sifat khusus. Guru menjelaskan teori-teori yang ditemui oleh para
ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil
contoh-contoh. Seperti makhluk yang bernyawa akan mati. Manusia,
binatang adalah makhluk yang benyawa, maka ia akan mati.
w. Metode Induktif
Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta,
contoh,

atau

sebab

yang

mencerminkan

suatu

konsep

atau

prinsip.Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensistensiskan,
menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut,
metode ini disebut dengan metode discovery atau Socratic.
x. Metode Computer Assisted Learning (CAL)
Metode ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, di
mana computer diprogramkan dengan permasalahan-permasalahan.Siswa
diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari jawaban
dengan mempergunakan computer dan seketika itu juga jawaban siswa
diproses secara elektronik.Dalam beberapa detik siswa sudah mendapat
jawaban atau umpan balik jawaban tersebut.CAL memberikan siswa untuk
maju dengan kecepatan masing-masing mereka.

23

Metode ini dapat dipergunakan pada setiap tingkat pengetahuan
dari yang sederhana sampai pada tingkat yang lebih kompkeks.Kesulitan
penggunaan metode ini; (a) pengembangan program CAL membutuhkan
biaya tinggi dan waktu lama, (b) pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.
Komentar penulis dari sekian banyak metode yang telah disebutkan
diatas, Pada umumnya pendidik khususnya guru Pendidikan Agama Islam
masih sering menggunakan metode yang itu-itu saja seperti metode
ceramah, tanya jawab, dan diskusi saja yang memberikan kesan
membosankan bagi siswa, Tidak jarang juga pendidik menggunakan
metode latihan siap.
Metode demonstrasi dan eksperimen menurut penulis kadang
digunakan oleh seorang pendidik untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman seorang siswa tentang materi yang diajarkan seperti
melakukan praktik langsung contoh “ tatacarapelaksanaanshalat fardu”.
Metode pemberian tugas belajar dilaksanakan diakhir proses belajar
mengajar dengan tujuan pendidik mengetahui tingkat keberhasilan
pendidik.
Metode pembelajaran terprogram dilaksanakan ketika proses
pembelajaran belum dimulai seperti perancangan RPP, metode latihan
bersama teman sudah mulai dilaksanakan oleh peserta didik. Dan metodemetode lain yang pada umumnya sulit diterapkan didalam pembelajaran
Agama Islam seperti metode simulasi, studi kasus, metode insiden, metode
karya wisata, metode studi mandiri, dan metode pemecahan masalah.Maka
dari itu seorang guru Agama Islam dituntut harus memiliki daya kreatifitas
yang tinggi agar tercapainya hasil pembelajaran yang maksimal,
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan tidak membosankan.
6. Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an
Ada baiknya sebelum menjelaskan dan merinci metode pendidikan
yang terkandung di dalam al-Qur‟an, terlebih dahulu penulis sebutkan
beberapa pendekatan yang diperlukan dalam metode pendidikan yang
terkandung di dalam al-Qur‟an, pendekatan tersebut ialah sebagai berikut:

24

a. Pendekatan religius, bahwa manusia diciptakan memiliki potensi dasar
(fitrah) atau bakat agama.
b. Pendekatan filosofis, bahwa manusia adalah makhluk rasional atau berakal
pikiran untuk mengembangkan diri dan kehidupannya.
c. Pendekatan rasio-kultural, bahwa manusia adalah makhluk bermasyarakat
dan berkebudayaan sehingga latar belakangnya mempengaruhi proses
pendidikan.
d. Pendekatan scientific, bahwa manusia memiliki kemampuan kognitif, dan
afektif yang harus dikembangtumbuhkan.37
Sehingga dengan mengacu pada penjelasan di atas, sudah seharusnya
dalam mendidik tidak hanya memandang dari perkembangan peserta didiknya
saja, tapi juga hal yang sangat penting adalah beberapa hal yang
mempengaruhinya.
Ada pun beberapa metode yang terkandung di dalam al-Qur‟an, antara
lain:38
a. Mau‟izhah

hal demikian ditemukan pada diri Luqman yang mana anak

dan istrinya dalam keadaan kafir. Oleh karenanya, Luqman menasehatinya
sehingga keduanya beriman.
b. Dialog, metode ini dapat dipahami sebagai jalan untuk membuka jalur
informasi antara pendidik dengan peserta didik. Ada beberapa macam
metode dialog di dalam al-Qur'an. Pertama, dialogis dengan pendekatan
rasionalis, ditemukan pada nabi Nuh terhadap anaknya Kan'an. Tatkala
seruan beriman tidak dihiraukan, kemudian nabi Nuh mendesak untuk
beriman karena

fuctural-rasional

akan terjadi

banjir

yang siap

menghancurkan dan menenggelamkan semuanya. Tetapi tawaran tersebut
tidak berhasil, lantas Kan'an menggunakan nalar logisnya untuk
menyelamatkan dirinya dengan cara pergi ke gunung. Kedua, dialogis37

Arma