Persentase eksplan yang membentuk hootlet. Persentase eksplan yang membentuk rootlet

Stigma Volume XII No.2, April – Juni 2004 Pemberian auksin dan sitokinin menyebabkan pencoklatan yang rendah terhadap eksplan. Menurut Zaid cit. Subardianto 2001 diduga NAA sebagai auksin memperkecil pengaruh sito-kinin yang bersifat merangsang sintesis senyawa fenol yang menyebabkan pencoklatan.

3. Persentase eksplan yang membentuk kalus

Pembentukan kalus tertinggi yaitu 19,0 diberikan oleh kombinasi 8 ppm NAA dengan 0 ppm BAP, tetapi pemberian NAA dan BAP seca- ra umum belum memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap persentase eksplan yang memben-tuk kalus. Hal ini diduga bahwa zat pengatur tumbuh endogen telah mampu menunjang pertum-buhan eksplan ke arah pembentukan kalus. Menurut Wiendi et al 1991 di dalam kultur in vitro pertumbuhan dan morfogenesis tanaman dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari zat pengatur tumbuh yang berada dalam eksplan. Pada tanaman monokotil pembentukan kalus hanya membutuhkan auksin yang tinggi tanpa sitokinin. Ternyata dari hasil memang terlihat bahwa dengan pemberian auksin memperlihatkan kalus yang terbentuk semakin banyak tanpa pemberian sitokinin. Tabel 3. Persentase eksplan embrio muda pinang sirih yang membentuk kalus dengan pemberian berbagai konsentrasi NAA dan BAP umur 14 minggu setelah tanam Konsentrasi NAA ppm Konsentrasi BAP ppm 0,0 0,5 1,0 4 6,3 6,3 1,3 6 6,3 1,3 6,3 8 19,0 1,3 1,3 Angka-angka pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 .

4. Persentase eksplan yang membentuk hootlet.

Pemberian NAA dan BAP secara bersamaan dengan berbagai konsentrasi ternyata tidak memberikan interaksi yang nyata, tetapiNAA dan BAP secara tunggal masing-masing menunjukan pengaruh yang nyata seperti terlihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Persentase eksplan embrio muda pinang sirih yang membentuk shootlet dengan pemberian berbagai konsentrasi NAA dan BAP umur 14 minggu setelah tanam Konsentrasi NAA ppm Konsentrasi BAP ppm Rata- rata 0,0 0,5 1,0 4 63,7 34,0 43,8 47,1 A 6 41,5 21,3 31,6 31,5 B 8 38,8 13,9 11,4 21,4 B Rata-rata 48,0 a 23,1 b 29,0 b KK = 51,2 Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil yang sama dan angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5 . Pada Tabel 4 terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi NAA ataupun BAP menurunkan per- sentase eksplan yang membentuk shootlet sehingga persentase tertinggi didapatkan pada kombinasi 4 ppm NAA dengan 0 ppm BAP yaitu 63,7 . Menurut Wiendi et al 1991 dan Nasir 2002 bahwa keseimbangan dan interaksi dari zat pengatur tumbuh yang berada dalam eksplan akan memepengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis tanaman dalam kultur in vitro.

5. Persentase eksplan yang membentuk rootlet

Tabel 5. Persentase eksplan embrio muda pinang sirih yang membentuk rootlet dengan pemberian berbagai konsentrasi NAA dan BAP umur 14 minggu setelah tanam Konsentrasi NAA ppm Konsentrasi BAP ppm Rata- rata 0,0 0,5 1,0 4 44,4 31,7 82,3 52,8 6 94,9 31,7 44,4 57,0 8 94,4 6,4 6,4 52,4 Rata-rata 94,6 a 23,3 b 44,3 b KK = Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5 . Dari hasil analisis Tabel 5 ternyata pembe- rian NAA berpengaruh tidak nyata sedangkan pemberian BAP memperlihatkan pengaruh yang nyata. terhadap eksplan yang membetnuk rootlet. Pemberian 0 ppm BAP memperlihatkan hasil yang tinggi dibanding perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena BAP dalam pembentukan root-let kurang dibutuhkan. Sesuai dengan pendapat Wiendi et al 1991 bahwa pembentukan akar pada kultur in vitro membutuhkan sitokinin dalam konsentrasi yang rendah sekali. Hal ini berarti bahwa pada konsentrasi 4 ppm NAA dan 0 ppm BAP keseimbangan zat pengatur tumbuh eksogen dengan endogen sudah tercapai dalam pemben- tukan rootlet.

6. Perubahan warna eksplan