Karakteristik Sapi Pasundan Berdasarkan Studi Morfometrik Dan Kraniometrik

KARAKTERISTIK SAPI PASUNDAN BERDASARKAN STUDI
MORFOMETRIK DAN KRANIOMETRIK

SULASMI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakteristik Sapi
Pasundan berdasarkan Studi Morfometrik dan Kraniometrik adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2016
Sulasmi
NPM D151140221

RINGKASAN
SULASMI. Karakteristik Sapi Pasundan berdasarkan Studi Morfometrik dan
Kraniometrik. Dibimbing oleh ASEP GUNAWAN, RUDI PRIYANTO dan
CECE SUMANTRI.
Sapi pasundan merupakan ternak lokal Jawa barat yang telah ditetapkan
sebagai rumpun ternak lokal Indonesia berdasarkan SK Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor 1051/Kpts/RI/SR.10/2014. Sapi pasundan merupakan
ternak penghasil daging dengan kualitas reproduksi yang baik. Informasi tentang
karakteristik ukuran tubuh dan asal-usul sapi pasundan masih terbatas.
Karakterisasi sapi pasundan dan perbandingannya dengan sapi lokal lainnya di
Indonesia perlu dikaji.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik ukuran tubuh dan
asal-usul sapi pasundan dengan sapi bali, madura dan peranakan ongole. Ternak
yang diukur adalah sapi jantan dan betina kondisi dewasa tubuh pada kisaran 2– 3
tahun (I2). Jumlah ternak yang diukur adalah 142 ekor sapi jantan dan 328 ekor
sapi betina. Variabel ukuran tubuh yang diukur diantaranya tinggi pundak,

panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, tinggi pinggang, lebar
pinggul dan panjang kelangkang sedangkan bobot badan diestimasi menggunakan
pendekatan model regresi. Nilai indeks morfometrik didapatkan menggunakan
rasio dari beberapa ukuran tubuh. Variabel ukuran kranium yang diukur meliputi
Profile length, median frontal length, length of the nasals, foramen gums length,
condilo basal length, greatest breath of the skull, least breadth between the basses
of the horn cores, least frontal breadth, least breadth between supraorbital
foramina, least breadth between the orbits dan breadth between supraorbital
foramina.
Ukuran tubuh dan kranium sapi pasundan di wilayah subpopulasi maupun
jika dibandingkan dengan sapi bali, madura dan PO relatif lebih beragam. Nilai
indeks sapi pasundan terlihat lebih kecil dibandingkan dengan sapi bali, madura
dan PO dengan nilai 2.64 pada sapi pasundan jantan dan 2.73 pada sapi pasundan
betina. Penciri ukuran tubuh sapi pasundan adalah panjang badan sedangkan
penciri bentuk adalah lingkar dada. Penciri kranium sapi pasundan yaitu least
breadth between the orbits (penciri ukuran) dan profile length serta candilo bassal
length (penciri bentuk). Jarak genetik sapi pasundan berdasarkan ukuran tubuh
memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dengan sapi PO sedangkan
berdasarkan ukuran kranium terlihat lebih dekat dengan sapi madura.
Kata kunci: sapi pasundan, karakteristik penciri ukuran tubuh dan kranium, jarak

genetik

SUMMARY
SULASMI. Characteristics of Pasundan cattle based on Morphometric and
Craniometric Study. Supervised by ASEP GUNAWAN, CECE SUMANTRI and
RUDI PRIYANTO.
Pasundan cattle is a local livestock western Java which has been designated
as the local livestock clumps Indonesia based on the Minister of Agriculture of the
Republic of Indonesia No. 1051/Kpts/RI/SR.10/2014. Pasundan cattle is a meat
producer local livestock in west Java. Information about characterizatics of body
measurements and origin of pasundan cattle is very limited. Characterizations
between pasundan cattle and comparing with local cattle in Indonesian need to be
studied.
This research aims to study the characteristics of pasundan cattle as the
identifier of body size and shapes and compered by bali, madura and peranakan
ongole cattle. As many as 470 adult of cattle at 2–3 year (I2) awere used which 72
bulls and 242 cows of pasundan cattle, 30 bulls and 30 cows of bali cattle, 30
bulls and 30 cows of madura cattle and 10 cows and 30 of peranakan ongole
cattle. Eigth body measurements namely height at withers, rumpt heigth, body
length, hearth girth, chest width, rumpt heigth, hip width and crotch length. Body

weight estimation using regression model approach. Morphometric index values
obtained using ratios of some body size. Variable size cranium measured include
Profile length, median frontal length, length of the nasals, foramen gums length,
condilo basal length, greatest breath of the skull, the least breadth between the
basses of the horn cores, least frontal breadth, least breadth between supraorbital
foramina, least breadth between the orbits and breadth between supraorbital
foramina.
The statistical analysis used descriptive analysis statistics, analysis of
variance, tukey test, Principal Component Analysis (PCA) and discriminant
analysis. The body size and cranium of pasundan cattles in subpopulation are
diverse. The diversity of body sizes and cranium sizes in pasundan is higher and
have lower body weight along the morphometric index value is smaller than bali,
madura and PO cattle. The indentifier of pasundan cattle have a longer body size
and shape higher and the identifier of cranium are longer resembles of PO cattle
and greater than bali and madura cattle. The results of genetic distance analysis
showed that pasundan cattle have a closer distance with madura cattle.
Keywords : Pasundan cattle, characteristics of body size and cranium, genetic
distance

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KARAKTERISTIK SAPI PASUNDAN BERDASARKAN
STUDI MORFOMETRIK DAN KRANIOMETRIK

SULASMI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Sri Darwati, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga Tesis dengan judul “Karakteristik Sapi Pasundan
berdasarkan Studi Morfometrik dan Kraniometrik” ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tesis. Ucapan terima kasih
yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Dr agr Asep Gunawan SPt MSc, Dr
Ir Rudi Priyanto dan Prof Dr Ir Cece Sumantri selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan Tesis ini. Kepada Johar Arifin SPt MP,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk ikut dalam penelitian
Konservasi Sapi Pasundan di Jawa Barat, sehingga sebagian data dapat penulis
jadikan sebagai bahan penulisan Tesis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang

tua yang sangat penulis cintai, papa Kisman Minggu SP MSi, mama yang
tersayang Kasehati P Nittisastro terimakasih atas segalanya. Doa terbaik untuk
kalian sepanjang hayat. Kepada adik-adik yang tersayang Zamrud M Sangaji, Eny
Anggraeni Kisman, Dinda, Isah, Masida, Hasna, Hasni dan segenap keluarga serta
Rajif Duchlun terimakasih atas motivasi yang telah diberikan kepada penulis
selama melangsungkan studi.
Kepada Bapak Dr Ir Salundik MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan dan Dr Ir Niken Ulupi MSi selaku Sekretaris
Program Studi serta seluruh staf Dosen Pengajar di Pascasarjana di Program Studi
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB. Dr. Ir Sri Darwati MSi selaku
penguji pada ujian tesis, terimakasih atas kritik dan saran serta arahan yang sangat
konstruktif. Kepada Prof Muladno dan Dr Ir Jakaria MSi serta seluruh staf Dosen
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB. Tenaga
Administrasi di Prodi IPTP, terimakasih Bu Ade dan Mba Okta atas pelayanan
terbaik dan kebaikannya selama ini.
Segenap Dosen di Fakultas Pertanian Universitas Khairun khususnya Prodi
Peternakan Universitas Khairun. Teman-teman Dosen Muda Universitas Khairun
dan Staf Pegawai Birokrat serta Laboran Lingkup Universitas Khairun. Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat, BP3IPTEK Jawa Barat, Dinas Peternakan di 11
Kabupaten Jawa Barat, BPPT Sapi Potong Ciamis, Dinas Peternakan Denpasar

Bali, Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan dan Kelompok-kelompok Ternak
di VBC (Village Breeding Center) Pengembangan Sapi Pasundan di Jawa Barat
serta Tim Penelitian yang solid. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana IPTP
Angkatan 51, ABG Sci-IPB (Animal Breeding and Genetics Student Community
IPB), HIMAWIPA-IPB (Himpuan Mahasiswa Pascasarjana IPB) dan FORPASMU (Forum Mahasiswa Pascasarjana Maluku Utara).
Semoga Tesis ini dapat memberikan kebermanfaatan.
Bogor, November 2016
Sulasmi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
3
2
3
3
4

2 METODE
Waktu dan Lokasi
Prosedur Penelitian
Analisis Data


4
4
5
8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Morfometrik Ukuran Tubuh
Indeks Morfometrik Sapi Pasundan, Bali, Madura dan PO
Karakteristik Ukuran Kranium
Jarak Genetik

13
13
16
34
39
52


4 PEMBAHASAN UMUM

59

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

63
63
63

DAFTAR PUSTAKA

64

LAMPIRAN

71

RIWAYAT HIDUP

90

DAFTAR TABEL
1 Deskripsi ukuran tinggi pundak, panjang badan dan tinggi pinggul sapi
pasundan berdasarkan wilayah subpopulasi
2 Deskripsi ukuran lebar dada, lebar pinggul dan panjang kelangkang sapi
pasundan berdasarkan wilayah subpopulasi
3 Deskripsi ukuran dalam dada dan lingkar dada sapi pasundan berdasarkan
wilayah subpopulasi
4 Deskripsi bobot badan sapi pasundan berdasarkan wilayah subpopulasi
5 Deskripsi ukuran tinggi pundak, panjang badan dan tinggi pinggul sapi
pasundan, bali, madura dan PO
6 Deskripsi ukuran lebar pinggul dan panjang kelangkang sapi pasundan,
bali, madura dan PO
7 Deskripsi ukuran dalam dada dan lingkar dada sapi pasundan, bali,
madura dan PO
8 Deskripsi bobot badan sapi pasundan, bali, madura dan PO
9 Hasil analisis statistik T2-Hotelling variabel ukuran tubuh sapi pasundan,
bali, madura dan PO
10 Persamaan penciri ukuran kranium dan bentuk serta nilai korelasi pada
sapi pasundan, bali, madura dan PO
11 Rekapitulasi penciri ukuran kranium dan bentuk serta nilai korelasi pada
sapi pasundan, bali, madura dan PO
12 Deskripsi nilai indeks heigth slope, length index dan balance sapi
pasundan, bali, madura dan PO
13 Deskripsi nilai indeks width slope, depth index dan foreleg length (cm)
sapi pasundan, bali, madura dan PO
14 Deskripsi nilai cumulative index sapi pasundan, bali, madura dan PO
15 Deskripsi ukuran kranium profile length, median frontal length, dan
length of the nasals sapi pasundan berdasarkan wilayah subpopulasi
16 Deskripsi ukuran kranium foramen gums length, candilo bassal length
dan greatest breadth of the skulls sapi pasundan berdasarkan wilayah
subpopulasi
17 Deskripsi ukuran kranium least breadth between the basses of the horn
cores, least breadth dan least breadth between supraorbital foramina sapi
pasundan berdasarkan wilayah subpopulasi
18 Deskripsi ukuran kranium least breadth between the orbits dan breadth
between supraorbital foramina sapi pasundan berdasarkan wilayah
subpopulasi
19 Deskripsi ukuran profile length (x1), median frontal length (x2), length
of the nasals (x3) dan foramen gums length (x4) sapi pasundan, bali,
madura dan PO
20 Deskripsi ukuran candilo bassal length (x5), greatest breadth of the skull
(x6), least breadth between supraorbital foramina (x7), dan least breadth
between the orbits (x8) sapi pasundan, bali, madura dan PO
21 Deskripsi ukuran kranium breadth between the infraorbital foramina (x9),
least breadth between the orbits (x10), breadth between the infraorbital
foramina (x11) sapi pasundan, bali, madura dan PO

17
19
21
23
25
27
28
29
30
30
31
34
36
37
39

40

40

42

44

46

47

22 Hasil analisis T2-Hotelling ukuran kranium sapi pasundan, bali, madura
dan PO
23 Persamaan, keragaman total dan nilai eigen ukuran kranium dan bentuk
sapi pasundan, bali, madura dan PO
24 Rekapitulasi penciri ukuran kranium dan bentuk serta nilai korelasi pada
sapi pasundan, bali, madura dan PO
25 Persentase nilai kesamaan dan campuran sapi pasundan, bali, madura
dan PO berdasarkan ukuran tubuh
26 Matriks jarak genetik sapi pasundan, bali, madura dan PO berdasarkan
ukuran tubuh
27 Persentase nilai kesamaan dan campuran sapi pasundan, bali, madura
dan PO berdasarkan ukuran kranium
28 Matriks jarak genetik sapi pasundan, bali, madura dan PO berdasarkan
ukuran kranium

48
49
49
52
53
54
54

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kerangka Pemikiran Penelitian
Peta lokasi penelitian
Ukuran tubuh sapi yang diukur
Ilustrasi nama titikukuran dari arah dorsal dan ventral kranium sapi
(Hayashi et al. 1982 dan Saparto 2004)
Ilustrasi ukuran kranium sapi yang diukur
(a) Sapi pasundan di wilayah hutan saat pengembalaan (b) sapi pasundan
di lokasi kandang pada kelompok ternak
(a) Pemeliharaan sapi pasundan di BPPT Ciamis (b) Gudang pakan di
BPPT Ciamis
(a) Sapi bali indukan di balai pembibitan (b) Sapi bali di Simantri
(a) Sapi jantan madura di peternakan rakyat (b) Kondisi pemeliharaan sapi
madura di Kabupaten Pamekasan
(a) Sapi PO di BPPT sapi potong Ciamis (b) sapi PO di peternakan rakyat
Kabupaten Indramayu
Diagram kerumunan sapi pasundan, bali, madura dan PO berdasarkan
ukuran tubuh
Diagram kerumunan sapi pasundan, bali, madura dan PO berdasarkan
ukuran kranium

2
5
6
7
7
13
13
14
15
16
32
51

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Lokasi dan jumlah ternak sapi dalam penelitian
Letak geografi dan iklmim wilayah subpopulasi sapi pasundan
Luas lahan dan jenis penggunaannya di lokasi penelitian
Analisis sidik ragam ukuran tubuh dan bobot badan sapi pasundan
jantan di wilayah subpopulasi

72
73
75
78

5
6
7
8
9
10
11
12
13

Analisis sidik ragam ukuran tubuh dan bobot badan sapi pasundan
betina di wilayah subpopulasi
Analisis sidik ragam ukuran tubuh dan bobot badan sapi pasundan,
bali, madura dan PO jantan
Analisis sidik raga, ukuran tubuh dan bobot badan sapi pasundan, bali,
madura dan PO betina
Analisis sidik ragam indeks morfometrik sapi pasundan, bali, madura
dan PO jantan
Analisis sidik ragam indeks morfometrik sapi pasundan, bali, madura
dan PO betina
Analisis sidik ragam ukuran kranium sapi pasundan jantan di wilayah
subpopulasi
Analisis sidik ragam ukuran kranium sapi pasundan betina di wilayah
subpopulasi
Analisis sidik ragam ukuran kranium sapi pasundan, bali, madura dan
PO jantan
Analisis sidik ragam ukuran kranium sapi pasundan, bali, madura dan
PO betina

79
79
80
79
80
81
82
84
85

6

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi pasundan ditetapkan sebagai kekayaan sumberdaya genetik ternak
lokal Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
1051/Kpts/SR.120/10/2014. Sapi pasundan merupakan ternak hasil adaptasi lebih
dari sepuluh generasi antara Bos sundaicus dengan sapi Jawa, madura dan sumba
ongole. Sebaran asli sapi pasundan terdapat di Provinsi Jawa Barat meliputi
Kabupaten Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Sukabumi, Ciamis,
Kuningan, Majalengka, Sumedang, Indramayu dan Purwakarta. Sapi pasundan
dipelihara secara turun-temurun dan telah menyatu dengan kehidupan masyarakat
peternak selama ratusan tahun serta dijadikan sebagai sumber modal (Kementan
2014).
Secara kualitatif sapi pasundan memiliki warna tubuh dominan merah bata,
terdapat warna putih bagian pelvis dan keempat kaki bagian bawah (tarsus dan
carpus) dengan batasan tidak kontras. Terdapat garis belut atau garis punggung
sepanjang punggung dengan warna lebih tua dari warna dominan. Beberapa sapi
pasundan jantan dapat mengalami perubahan warna dari merah bata menjadi
hitam sesuai dengan dewasa kelamin (perubahan hormon anderogen). Secara
kuantitatif sapi pasundan memiliki ukuran tinggi pundak jantan 115.74+8.40 cm
dan betina 109.74+6.30 cm, panjang badan jantan 120.09+9.80 cm dan betina
110.09+9.68 cm serta lingkar dada jantan 150.22+11.76 dan betina 138.22+11.85
cm. Bobot badan sapi pasundan jantan 240.40+34.00 kg dan 220.30 kg (Baharun
2015).
Sapi pasundan memiliki tubuh yang kecil, tahan terhadap penyakit tropis
dan perubahan lingkungan yang ekstrim termasuk kondisi pakan yang berkualitas
rendah (Arifin et al. 2015). Badan Pusat Statistik Jawa Barat tahun 2015
melaporkan bahwa populasi sapi pasundan mengalami penurunan pada tahun
2013 sebanyak 50 000 ekor menjadi 40 000 ekor pada tahun 2015 (Dwitresnadi et
al. 2015). Penurunan ini diduga karena adanya seleksi negatif dalam populasi,
yang mana sapi-sapi berukuran besar terkuras melalui pemotongan dan
pengeluaran yang tidak terkontrol. Introduksi inseminasi buatan (IB) yang cukup
intensif mengakibatkan pengurasan sumberdaya genetik ternak lokal (Hilmia
2013).
Keberadaan sapi pasundan sebagai rumpun ternak lokal memerlukan upaya
pelestarian dan pengembangan. Namun kajian terkait karakterisasi sifat kuantitatif
sapi pasundan belum banyak dilakukan. Keterbatasan data karakteristik ini
menjadi kendala dalam upaya pelestarian dan pengembangan. Pemanfaatan
sumberdaya genetik ternak dilakukan melalui karakterisasi terhadap ternak atau
menggunakan database berupa karakteristik ternak secara lengkap baik secara
kualitatif dan kuantitatif (Hilmia (2013); Tsegaye et al. (2013); Kugonza et al.
(2011); Kayatsha et al. (2011)). Tampilan fenotipik eksternal ternak masih umum
digunakan para peneliti dan praktisi peternakan dalam mengidentifikasi,
mengkarakterisasi serta menyeleksi ternak-ternak untuk dikembangbiakkan
(Sarbaini 2004).

2

Karakterisasi sifat kuantitatif ukuran tubuh dan kranium ternak dapat
dilakukan dengan menggunakan metode sederhana melalui pengukuran.
Penelitian tentang karakteristik ternak lokal telah berdasarkan ukuran tubuh telah
dilakukan pada sapi bali (Hikmawaty et al. 2015), sapi katingan (Utomo et al.
2010) dan sapi aceh (Sarbaini et al. 2004). Sedangkan penelitian tentang
pengukuran ukuran kranium telah dilakukan untuk menyelediki asal-usul
beberapa tipe sapi Asia Timur termasuk sapi asli Indonesia (Hayashi et al. 1980
dan 1982) dan beberapa sapi lokal diantaranya sapi jawa, madura dan PO (Saparto
2004).
Eksplorasi terhadap informasi karakteristik sapi pasundan dan
perbandingannya dengan sapi lokal Indonesia lainnya sangat penting dilakukan
untuk mengetahui potensi genetik secara kuantitatif. Sehubungan dengan itu maka
penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi karakteristik ukuran tubuh
maupun kranium sapi pasundan melalui kajian di seluruh wilayah sebaran
populasi dan perbandingan dengan sapi bali, madura dan peranakan ongole.
Informasi ini diharapkan dapat menjadi data base deskripsi karakteristik ternak
sapi pasundan yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pelestarian dan
pengembangan.

Penetapan rumpun sapi pasundan
sebagai sumberdaya genetik
ternak lokal Jawa Barat
(SK Menteri Pertanian No.
1051/Kpts/SR.12/10/2014)

Eksplorasi sifat kuantitatif
Ukuran tubuh
Ukuran kranium

Ukuran tubuh

Ukuran kranium

Masih terbatasnya data
karakteristik sapi
pasundan secara
kuantitatif

Wilayah
subpopulasi sapi
pasundan

Perbandingan:
sapi bali, madura
dan PO

Keragaman

- Keragaman
- Penciri ukuran dan
bentuk
- Indeks morfometrik
- Jarak genetik

Data karakteristik ternak
sapi pasundan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

3

Perumusan Masalah
Rumpun sapi pasundan ditetapkan sebagai ternak lokal Provinsi Jawa Barat
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1051/Kpts/SR.120/10/2014.
Informasi karakteristik sangat penting sebagai upaya pelestarian sumberdaya
genetik ternak lokal. Informasi karakteristik sapi pasundan sangat terbatas
sehingga diperlukan eksplorasi tentang :
1 Bagaimana keragaman ukuran tubuh dan kranium sapi pasundan di wilayah
subpopulasi?
2 Bagaimana keragaman, penciri ukuran dan bentuk, nilai indeks morfometrik
serta jarak genetik antara sapi pasundan dengan sapi bali, madura dan PO
berdasarkan ukuran tubuh?
3 Bagaimana keragaman, penciri ukuran dan bentuk serta jarak genetik
berdasarkan ukuran kranium antara sapi pasundan dengan sapi bali, madura
dan PO berdasarkan ukuran kranium?

Tujuan Penelitian
1
2

3

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
Mengkaji keragaman ukuran tubuh dan kranium sapi pasundan di wilayah
subpopulasi.
Mengidentifikasi keragaman, penciri ukuran dan bentuk, nilai indeks
morfometrik serta jarak genetik sapi pasundan dibandingkan dengan sapi bali,
madura dan PO berdasarkan ukuran tubuh.
Mengidentifikasi keragaman, penciri ukuran dan bentuk serta jarak genetik
sapi pasundan dibandingkan dengan sapi bali, madura dan PO berdasarkan
ukuran kranium.
Manfaat Penelitian

1
2

3

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mendapatkan informasi keragaman ukuran tubuh dan kranium sapi pasundan
di wilayah subpopulasi.
Mendapatkan informasi perbandingan keragaman, penciri ukuran dan bentuk,
indeks morfometrik serta hubungan kekerabatan antara sapi pasundan dengan
sapi bali, madura dan PO berdasarkan ukuran tubuh.
Mendapatkan informasi perbandingan keragaman, penciri ukuran dan bentuk
serta hubungan kekerabatan antara sapi pasundan dengan sapi bali, madura
dan PO berdasarkan ukuran kranium.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang karakterisasi sapi pasundan di wilayah
subpopulasi dan perbandingannya dengan sapi bali, madura dan PO berdasarkan
ukuran tubuh dan kranium. Hasil penelitian berupa keragaman, penciri ukuran dan
bentuk, indeks morfometrik serta jarak genetik sapi pasundan yang dapat
mendeskripsikan karakteristik sapi pasundan secara kuantitatif.

4

2 METODE
Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan September 2015 sampai Januari
2016. Penelitian dilaksanakan di lokasi pemeliharaan sapi pasundan meliputi
Kabupaten Sumedang, Majalengka, Ciamis, Kuningan, Purwakarta, Indramayu,
Tasikmalaya, Cianjur, Garut, Pangandaran dan Sukabumi. Lokasi sapi bali di
Kabupaten Jembrana Provinsi Bali dan Balai Veteriner Denpasar Provinsi Bali.
Sapi madura di Kabupaten Pamekasan Pulau Madura. Sapi PO di Balai
Pengembangan dan Pembibitan Sapi Potong Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Indramayu. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.
Bahan
Ternak yang diukur dalam penelitian ini sapi pasundan, bali, madura dan PO
dengan jumlah 162 ekor sapi jantan dan 310 ekor sapi betina. Adapun jumlah
ternak di masing-masing lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 2.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah pita meteran, tongkat ukur (FHK Stainless
steel), kaliper, alat tulis dan kamera digital. Alat bantu analisis data menggunakan
Microsoft Excel 2013 dan Software MINITAB 16.1.1.0.
Prosedur
Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan sekunder. Data
primer pada penelitian ini terdiri atas data ukuran tubuh dan kranium sapi. Data
diperoleh menggunakan metode survei yaitu dengan melakukan pengukuran
secara langsung pada variabel ukuran tubuh maupun kranium pada sapi yang akan
diamati. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari penelusuran
laporan/dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data
pendukung lainnya. Data pendukung dari masing-masing lokasi penelitian
bersumber dari Dinas Peternakan, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geografi (BMKG).
Pemilihan Lokasi.
Teknik sampling lokasi dilakukan secara purpossive sampling (Sugiyono
2011). Lokasi pengukuran sapi pasundan diambil berdasarkan rekomendasi Dinas
Peternakan Jawa Barat. Kelompok ternak terpilih memiliki konsentrasi dalam
budidaya dan pembibitan sapi pasundan dan atas dasar kepemilikan jumlah ternak
sapi pasundan terbanyak di masing-masing Kabupaten. Lokasi pengukuran sapi
bali, madura dan PO diambil di wilayah sentra populasi dan sumber bibit.

5

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

6

Pemilihan ternak.
Sampel ternak dipilih secara random (acak) pada jenis kelamin jantan dan
betina. Sapi yang dipilih untuk diukur adalah yang memiliki kondisi dewasa tubuh
pada umur 2–3 tahun, kondisi gigi (I2) dan tidak bunting untuk sapi betina.
Pendugaan umur dilakukan dengan melihat kondisi gigi seri bawah, mengacu
pada data recording dan melakukan wawancara langsung kepada peternak.
Pemilihan ternak sapi pasundan mengacu pada SK penetapan rumpun sapi
pasundan tahun 2014 (Kementerian Pertanian 2014) sedangkan sapi bali, madura
dan PO berdasarkan SNI (BSN 2013 dan 2015).
Metode Pengukuran Tubuh.
Pengukuran terhadap ukuran-ukuran tubuh dilakukan ketika ternak dalam
kondisi berdiri normal dan bobot badan bertumpu pada kedua kakinya dalam
kondisi seimbang. Metode pengukuran ukuran tubuh berdasarkan Amano et al.
(1981) yang dimodifikasi, disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Ukuran tubuh sapi yang diukur
1

2
3

4
5

Adapun bagian-bagian permukaan tubuh yang diukur meliputi ukuran :
Tinggi gumba, titik tertinggi diantara bahu (withers) sampai tanah dengan
menggunakan tongkat ukur. Posisi sapi tegak dan tempat pijakan rata.
Apabila terdapat punuk (gumba) maka pengukuran tinggi badan dilakukan
tepat di punuk.
Panjang badan, tinggi tertinggi pinggul secara tegak lurus ke tanah dengan
menggunakan tongkat ukur.
Lingkar dada diukur melingkar di sekeliling rongga dada melalui belakang
punuk dan di belakang sendi bahu (Os scapula) dengan menggunakan pita
ukur.
Lebar dada, jarak antara penonjolan sendi bahu (tuber humerus) kiri dan
kanan dengan menggunakan kaliper.
Dalam dada, titik tertinggi gumba (Os thoracic vertebrae) sampai tulang dada
(Os sternum) bagian bawah di belakang kaki depan dengan menggunakan
tongkat ukur.

7

6
7
8

Tinggi pinggul, titik tertinggi pinggul secara tegak lurus ke tanah dengan
menggunakan tongkat ukur.
Lebar pinggul, jarak antara tuber coxae kiri dan kanan dengan menggunakan
kaliper.
Panjang kelangkang, jarak antara tuber coxae dan tuber ischii dengan
menggunakan pita ukur.

Metode Pengukuran Kranium
Pengukuran kranium dilakukan ketika ternak dalam kondisi tenang.
Variabel yang diamati berdasarkan jarak titik-titik tulang pada kranium yang telah
ditetapkan oleh Hayashi et al. (1982) sebagaimana yang disajikan pada Gambar 4.
Arah ventral :

Keterangan :
A
N
P
Ent
Rh

: Akrokranium
: Nasion
: Prosthion
: Entorbitale
: Rhinion

Arah dorsal :

Eu
Sp
Ft
If
Zy

: Euryon
: Supraorbitale
: Fossotemporale
: Infraorbitale
: Zygion

Gambar 4 Ilustrasi nama titik ukuran dari arah dorsal dan ventral kranium sapi
(Hayashi et al. 1982 dan Saparto 2004)
Metode pengukuran berdasarkan Hayashi et al. (1982) yang telah
dimodifikasi tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5 Ilustrasi pengukuran ukuran kranium sapi (Hayashi et al. 1982)

8

Adapun bagian-bagian permukaan kranium yang diukur meliputi variabel :
1 Profile length yaitu jarak Akrokranion (A) sampai Prosthion (P).
2 Median frontal length yaitu jarak akrokranion (A) sampai Nasion (N).
3 Length of the nasals yaitu jarak Nasion (N) sampai Rhinion (Rh).
4 Foramen gums length yaitu jarak Rhinion (Rh) sampai Prosthion (P).
5 Condilo basal length yaitu jarak Basion (B) sampai Prosthion (P).
6 Greatest breath of the skull yaitu jarak Zygon (Zy).
7 Least Breadth between the basses of the horn cores yaitu jarak antar
Fossotemporale (Ft).
8 Least frontal breadth yaitu jarak antar Euryon (Eu).
9 Least breadth between supraorbital foramina yaitu jarak antar Supraorbitale
(Sp).
10 Least breadth between the orbits yaitu jarak antar Entorbitale (Ent).
11 Breadth between supraorbital foramina yaitu jarak antar Infraorbitale (If).
Analisis Data
Standarisasi Umur Sapi
Data ukuran tubuh dan kranium kelompok sapi dengan umur berbeda
distandarisasi ke data kelompok sapi umur terbanyak yaitu kelompok umur 2
tahun. Standarisasi ini dilakukan sebelum dilakukan analisis lebih lanjut.
Standarisasi diperoleh dengan pendekatan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :
Pi-terkoreksi
= nilai pengamatan ukuran tubuh/kranium tertentu yang terkoreksi
ke umur 2 tahun
ppengamatan ke – i = nilai pengamatan awal ukuran/kranium tubuh tertentu pada
kelompok umur tertentu
p2
= rataan nilai pengamatan ukuran tubuh/kranium tertentu pada
kelompok umur 2 tahun
px
= rataan nilai pengamatan awal ukuran tubuh/kranium tertentu
pada
kelompok umur ke-x
Standarisasi Jenis Kelamin
Sebelum melakukan analisis diskriminan, data ukuran tubuh dan kranium
pada sapi jantan diseragamkan dengan koreksi ke betina menggunakan
pendekatan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :
qi-terkoreksi (jenis kelamin)

= nilai pengamatan ukuran tubuh/kranium tertentu yang
terkoreksi ke kelompok betina

9

qpengamatan ke – i

= nilai pengamatan awal ukuran tubuh/kranium tertentu
pada kelompok betina
= rataan nilai pengamatan ukuran tubuh/kranium tertentu
pada kelompok betina
= rataan nilai pengamatan awal ukuran tubuh/kranium
tertentu pada kelompok jantan

q2
qx

Estimasi Bobot Badan
Bobot badan diduga dengan menggunakan model regresi Gunawan (2015).
Estimasi bobot badan ini menggunakan ukuran lingkar dada. Pendekatan model
regresi ini telah diaplikasikan pada sapi PO menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
BB = Bobot badan (kg)
ld = lingkar dada (cm)
Analisis Statistik Deskriptif
Deskripsi ukuran tubuh, nilai indeks morfometrik dan kranium hasil
pengukuran dan bobot badan hasil estimasi regresi (Gunawan et al 2015)
dianalisis secara deskriptif dengan menentukan nilai rataan (�̅ ), standar deviasi
(sd) dan koefisien keragaman (KK) berdasarkan Walpole (1992).
Rataan ( �̅ ) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
∑�

�̅

Keterangan :
�̅

= Rataan ukuran tubuh (cm)/indeks morfometrik/ukuran
kranium (cm)/bobot badan (kg)
∑ � = jumlah keseluruhan ukuran tubuh (cm)/bobot badan (kg)
Indeks morfometrik/ukuran kranium (cm)
n
= jumlah ternak yang diamati, jantan/betina (ekor)
Standar deviasi (sd) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:






Keterangan :


n

= standar deviasi
= jumlah ukuran-ukuran tubuh (cm)/indeks
morfometrik/ukuran kranium (cm)/bobot badan (kg)
= banyaknya ternak yang diukur (ekor)

10

Koefisien keragaman (KK) dihitung menggunakan rumus:

�̅

Keterangan :
s
�̅

= Koefisien Keragaman (%)
= standar deviasi
= nilai rata-rata ukuran tubuh (cm)/bobot badan (kg)/indeks
morfometrik/ukuran kranium (cm)

Indeks Morfometrik
Indeks morfometrik dapat digunakan sebagai alternatif dalam penilaian
ternak sebagai indikator tipe (pedaging, perah atau dwiguna) dan fungsi ternak
Indeks morfometrik menggunakan rasio dari beberapa ukuran tubuh berdasarkan
Alderson (1999), Salako dan Ngere (2002) dan Takaendengan (2011) dengan
rumus sebagai berikut:
Heigth slope = tinggi pinggul – tinggi pundak
Length index =

Balance =
Width slope = lebar pinggul – lebar dada
Depth Index =
Foreleg length = tinggi pundak – dalam dada
+ length index + balance

Cumulative Index =

Analisis Ragam (ANOVA)
Analisis Ragam (ANOVA) digunakan untuk mempelajari pengaruh dari
perbedaan wilayah subpopulasi maupun rumpun sapi terhadap ukuran tubuh,
bobot badan, indeks morfometrik dan ukuran kranium pada selang kepercayaan
95%.
Model matematika ANOVA (Mattjik dan Sumertajaya 2002) dengan
persamaan matematis sebagai berikut:
Yij = µ + τi + εij

11

Keterangan :
Yij = Respon ukuran tubuh (cm)/bobot badan (kg)/
Indeks morfometrik/ukuran kranium (cm)
µ = pengaruh lokasi/rumpun sapi
τi = pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j
εij = galat
Jika perlakuan berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjut tukey (Steel and Torrie
1993).
Statistik T2-Hotelling
T2-Hotelling digunakan untuk menentukan perbedaan antara morfometrik
ukuran tubuh atau ukuran kranium berdasarkan antara rumpun sapi yang diamati.
Hipotesis dalam pengujian tersebut adalah:
H0 : U1= U2: berarti bahwa vektor nilai rataan dari kelompok pertama sama
dengan kelompok kedua
H0 : U1 U2 : berarti bahwa vektor nilai rataan dari kelompok pertama berbeda
dengan kelompok kedua
Statistik T2-Hottelling digunakan untuk menguji hipotesis (Gaspersz 1992) :


T2 =
Selanjutnya besaran:

(

-

T2

F=
Akan berdistribusi dengan derajat bebas:
V1 = p

V2 = n1 + n2 – p 1

Keterangan:
T2 = hasil uji statistik T2-Hotelling
F = nilai hitung untuk T2-Hotelling
n1 = ukuran sampel sapi dari kelompok 1
n2 = ukuran sampel sapi dari kelompok 2
P = banyaknya variabel yang digunakan
= invers dari matriks kovarian (SG)
X1 = vektor nilai rataan variabel acak dari kelompok 1
X2 = vektor nilai rataan variabel acak dari kelompok 2
Hasil statistik T2-Hottelling yang berbeda dilanjutkan dengan Analisis Komponen
Utama (AKU) dan analisis diskriminan.
Analisis Komponen Utama (AKU)
AKU dapat digunakan untuk pengelompokan sifat-sifat yang kemungkinan
menjadi prioritas sebagai dasar seleksi atau dapat dipakai untuk mempelajari
keterkaitan diantara ukuran-ukuran tubuh khususnya pada ternak besar
(Takaendengan 2011).

12

Data ukuran tubuh dan kranium dianalisis menggunakan AKU untuk
mengidentifikasi penciri ukuran dan bentuk. Persamaan ukuran dan bentuk
diturunkan dari matriks kovarian (Gasperz 1992) dengan model matematis:
γ1= α11χ1 + α21χ2 + α31χ3...+ α111χ11 ; γ2 = α12χ1+ α22χ2 + α32χ3…+ α112χ11
Keterangan :
γ1
χ1 – χ11
α11 – α111
γ2
χ1 – χ11
α12– α112

= komponen utama ke-1
= variabel ke 1,2,3,…8...11 (variabel ukuran tubuh/kranium)
= vektor eigen ke-1,2,3 ,…8...11 untuk persamaan ukuran
= komponen utama ke-2
= variabel ke 1,2,3,…8...11 (variabel ukuran tubuh/kranium)
= vektor eigen ke-1,2,3,..8...11 untuk persamaan bentuk

Penciri Ukuran dan Bentuk. Penciri ukuran diperoleh berdasarkan vektor eigen
tertinggi pada persamaan komponen utama pertama atau persamaan ukuran.
Penciri bentuk diperoleh berdasarkan vektor eigen tertinggi pada persamaan
komponen utama kedua atau persamaan bentuk (Hayashi 1982).
Korelasi Ukuran dan Bentuk. Vektor dan nilai eigen digunakan untuk
perhitungan korelasi antara ukuran, bentuk dan peubah ukuran-ukuran tubuh
maupun kranium yang berasal dari persamaan analisis komponen utama. Keeratan
hubungan (korelasi antara ukuran atau bentuk) dari peubah yang diamati dihitung
dengan rumus Gaspersz (1992):


Keterangan :
= nilai koefisien korelasi antara peubah ke-x (1,2,3..,..,8....11) dan
komponen
utama ke-y
=
vektor eigen variabel ke-i (1,2,3..,..,8,....11) pada persamaan
ukuran/bentuk
= nilai eigen (akar penciri) ke-j
Si
= simpangan baku variabel ke-j (1,2,3..,..,8,.....11)
Komponen utama I dapat diterima sebagai faktor ukuran (size factor) dan
komponen utama II sebagai faktor bentuk (shape factor). Skor pada persamaan
ukuran (sumbu X) dan bentuk (sumbu Y) divisualisasikan dalam bentuk diagram
kerumunan (Nishida et al. 1983).
Analisis Diskriminan
Penentuan hubungan kekerabatan antar rumpun sapi menggunakan fungsi
diskriminan sederhana melalui pendekatan jarak Mahalanobis (Nei 1987). Jarak
Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat genetik minimum digunakan dengan
perhitungan :
D (i, j)  X i  X jC-1 Xi  X j 

13

Keterangan :
D (i, j)
C-1 (X i - X j)
Xi
Xj

= nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat
antar rumpun sapi ke-i dan antar rumpun sapi sapi ke-j
kelompok betina
= kebalikan matriks gabungan ragam peragam antar peubah
= vektor nilai rataan pengamatan dari antar sapi ke-i dari
masing-masing peubah
= vektor nilai rataan pengamatan dari antar sapi ke-j dari
masing-masing peubah

Jarak Genetik. Hasil perhitungan jarak kuadrat kemudian diakarkan terhadap
hasil kuadrat jarak untuk membuat jarak genetik (tidak dalam bentuk kuadrat).
Data hasil analisis diskriminan dideskripsikan, nilai terkecil merupakan
representasi dari hubungan genetik dekat sedangkan nilai terbesar, hubungan
genetik yang berjauhan.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kondisi Umum Lokasi Pemeliharaan Sapi Pasundan
Sebaran populasi sapi pasundan terdapat di dua wilayah yaitu buffer zone
hutan dan pesisir selatan. Wilayah pesisir selatan terdapat di Kabupaten
Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan Sukabumi, sedangkan wilayah
buffer zone di Kabupaten Kuningan, Majalengka, Sumedang, Indramayu,
Purwakarta dan Ciamis. Pemeliharaan sapi pasundan secara umum masih bersifat
tradisional dengan secara pola semi intensif dan ekstensif. Kedua pola ini
mengandalkan vegetasi alam sebagai daya dukung pakan (Arifin et al. 2015). Sapi
pasundan biasanya digembalakan di sekitar hutan maupun sepanjang pesisir
pantai.
Provinsi Jawa Barat terletak pada 5o50–7o50’Lintang Selatan dan 104o48’–
o
108 48 Bujur Timur. Curah hujan berada antara 1.00–322 mm selama tahun 2014
Secara klimatologis, wilayah buffer zone sepanjang priangan utara dan pesisir
selatan memiliki ketinggian tempat yang relatif sama antara 7–100 mdpl, suhu
24–28oC dan kelembaban 70–80% (BPS Provinsi Jawa Barat 2015).

14

(a)
(b)
Gambar 6 (a) Sapi pasundan di wilayah hutan saat pengembalaan (b) Sapi
pasundan di lokasi kandang pada kelompok ternak

(a)
(b)
Gambar 7 (a) Pemeliharaan sapi pasundan di BPPT Ciamis (b) Gudang pakan
di BPPT Ciamis
Pemeliharan sapi pasundan di di Balai Perbibitan dan Pengembangan
Ternak Sapi Potong Ciamis (BPPT-SP) dilakukan secara intensif. Sapi pasundan
dikonsentrasikan pemeliharaannya untuk produksi semen sedangkan sapi betina
sebagai calon indukan. Hal ini merupakan program pemerintah sebagai upaya
pelestarian dan pengembangan ternak sapi pasundan sebagai plasma nutfah Jawa
Barat. Lahan di sekitar Balai Perbibitan dan Pengembangan Ternak Sapi Potong
Ciamis (BPPT-SP) dimanfaatkan sebagai lahan penanaman hijauan.
Kondisi Umum Lokasi Pemeliharaan Sapi Bali
Pemeliharan sapi bali di Balai Veteriner Denpasar dilakukan secara semi
intensif. Sapi bali dikandangkan di pedok-pedok atau kandang koloni.
Pemeliharaan sapi bali di Balai Veteriner dikonsentrasikan untuk bibit sedangkan
di Simantri diarahkan ke final stock. Simantri memiliki program mengintegrasikan
usaha budidaya tanaman, ternak dan limbah tanaman.

(a)
(b)
Gambar 8 (a) Sapi bali indukan di balai pembibitan (b) Sapi bali di Simantri

15

Lokasi pengambilan sampel sapi bali bertempat di Balai Veteriner Denpasar
Bali dan Simantri di Kabupaten Jembrana. Denpasar terletak di 08o36’56’LS –
115o16’27oBT dengan suhu 27.6oC–30.7oC dengan kelembaban udara 75% (BPS
Provinsi Bali 2015). Sedangkan Kabupaten Jembrana secara geografis berada
pada 08o09’58’LS–115o51’–28oBT. Suhu udara di 20oC sampai 39oC dan
kelembaban udara antara 74 dan 87% (Bappeda Jembrana 2011). Curah hujan di
Kabupaten Jembrana 1 428.5 dengan suhu 26.5oC serta kelembaban 75%.
Ketinggian tempat berada pada 12 mdpl (BMKG Kabupaten Jembrana 2015).
Kondisi Umum Lokasi Pemeliharaan Sapi Madura
Pulau Madura terletak pada 113o19’–113o58 Bujur Timur dan 6o51–
o
7 31’Lintang Selatan. Suhu udara berada 28 sampai 30oC dengan kelembaban
80% termasuk cuaca yang cukup panas dengan tingkat curah hujan berada pada
kisaran 4.1–11.1 mm dan berada 6–350 mdpl (BPS Kabupaten Pamekasan 2016).

Gambar 9

(a)
(b)
(a) Sapi jantan madura di peternakan rakyat (b) Kondisi
pemeliharaan sapi madura di Kabupaten Pamekasan

Pemeliharaan sapi madura di lokasi penelitian ini dilakukan secara semi
intensif. Pengembalaan terhadap sapi madura dilakukan pada pagi sampai sore
hari. Pakan yang diberikan hijauan dan konsentrat. Hijauan diperoleh dari rumput
lapang sekitar wilayah pemeliharaan sedangkan konsentrat diperoleh secara
komersial. Secara umum pemeliharaan sapi madura di lokasi penelitian
diorientasikan sebagai ternak potong penghasil daging.
Kondisi Umum Lokasi Pemeliharaan Sapi PO
Lokasi pemeliharaan sapi PO dalam penelitian ini berada di Balai Perbibitan
dan Pengembangan Ternak Sapi Potong (BPPT-SP) Ciamis dan peternakan rakyat
Kabupten Indramayu Kecamatan Terisi. Sapi PO di BPPT dipelihara secara
intensif sedangkan pemeliharaan di Kabupaten Terisi dipelihara secara semi
intensif dengan tipe kandang koloni.
Kabupaten Ciamis terletak 108°20’–108°40’BT dan 7°40’20”–7o41’20’’LS
(BPS Provinsi Jawa Barat 2015) sedangkan Kabupaten Indramayu terletak pada
1070’52’–1080 36’BT dan 060’15’–060’40’LS. Ciamis memiliki curah hujan 3
093 mm/tahun, suhu antara 20o –30oC, kelembaban udara 70–80% (BMKG
Kabupaten Ciamis 2015). Kabupaten Indramayu memiliki curah hujan 1 428.45

16

dan suhu 27–34°C serta kelembaban udara 70–80% (BMKG Kabupaten
Indramayu 2015).

(a)
(b)
Gambar 10 (a) Sapi PO di BPPT sapi potong Ciamis (b) Sapi PO di peternakan
rakyat Kabupaten Indramayu
Pemeliharaan sapi PO di BPPT Ciamis mengembangkan sapi PO sejak
tahun 2012. Pemberian pakan rumput raja dan konsentrat dilakukan pada pagi dan
sore hari. Silase, hay dan wafer diberikan pada musim kemarau. Pemeliharaan
sapi PO di Kabupaten Indramayu dilakukan secara semi intensif, dikandangkan
secara koloni. Sapi digembalakan pada siang sampai sore hari dan diorientasikan
untuk penggemukkan.
Karakteristik Morfometrik Ukuran Tubuh
Morfometrik merupakan studi yang berhubungan dengan variasi dan
perubahan bentuk dan ukuran dari suatu organisme, meliputi pengukuran panjang
dan analisa kerangka (Komariah 2016). Karakteristik morfometrik ukuran tubuh
ternak dapat digunakan untuk mendeskripsikan potensi ternak secara kuantitatif.
Ukuran-ukuran biometrik atau morfometrik dapat digunakan untuk membedakan
pertumbuhan antar ternak (Pundir et al. 2011).
Deskripsi Morfometrik Ukuran Tubuh Sapi Pasundan berdasarkan Wilayah
Subpopulasi
Deskripsi morfometrik ukuran tubuh sapi pasundan jantan dan betina
berdasarkan wilayah subpopulasi disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3. Deskripsi
morfometrik ukuran tinggi pundak, panjang badan dan tinggi pinggul pada sapi
pasundan jantan dan betina di wilayah subpopulasi disajikan pada Tabel 1.
Deskripsi ukuran lebar dada, lebar pinggul dan panjang kelangkang (Tabel 2) dan
deskripsi ukuran dalam dada dan lingkar dada (Tabel 3). Secara umum
perbedaan wilayah subpopulasi memberikan pengaruh terhadap ukuran-ukuran
tubuh sapi.

17

Tabel 1
Wilayah
Kuningan
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Purwakarta
Ciamis
Pangandaran
Tasikmalaya
Garut
Cianjur
Sukabumi

Deskripsi morfometrik ukuran tinggi pundak, panjang badan dan tinggi pinggul sapi pasundan berdasarkan wilayah subpopulasi
n
7
20
5
20
5
20
5
20
5
20
8
20
5
20
5
20
10
20
5
20
5
20

JK























Min
125.00
115.98
121.00
109.00
119.00
96.34
126.00
109.50
118.00
110.00
117.00
109.00
119.00
105.00
122.00
115.00
115.00
118.00
120.00
114.50
122.00
105.00

Tinggi pundak (cm)
Max
�̅ +Sd
145.50 133.14+8.97a
145.50 125.16+1.57a
128.00 123.85+2.69b
120.00 114.08+3.21d
130.00 124.80+5.26ab
120.43 121.41+4.40d
128.50 127.13+1.14ab
122.20 119.87+5.70abc
125.00 121.20+3.56b
130.00 121.33+5.31ab
125.00 121.80+5.31b
122.20 116.73+3.94bcd
125.00 120.80+2.39b
132.00 120.23+6.82abc
128.50 126.10+2.56ab
132.00 121.41+4.40ab
130.00 120.90+5.04b
134.00 124.73+4.07a
127.20 124.00+2.72b
129.00 122.22+4.56a
126.00 123.60+1.52b
130.00 114.79+6.23cd

KK
9.19
6.25
2.17
2.82
4.22
3.63
0.90
4.76
2.94
4.38
2.59
3.37
1.98
5.67
2.03
3.63
4.19
3.26
2.20
3.73
1.23
5.42

Min
133.00
115.50
126.00
100.00
124.00
92.22
130.00
114.50
120.00
115.00
121.00
96.75
124.00
110.00
127.75
110.50
97.00
121.00
125.00
120.00
125.00
97.00

Panjang badan (cm)
Max
�̅ +Sd
160.50 135.92+10.43a
160.50 134.42+9.09a
133.00 128.60+2.88bc
121.00 114.27+6.00de
145.00 124.50+3.56bc
124.50 112.10+7.99e
133.00 131.25+1.30bc
135.39 124.87+5.71bc
130.00 125.40+3.97bc
135.00 126.08+5.45bc
130.00 125.13+3.27c
118.00 104.70+5.69f
130.00 125.80+2.90bc
137.00 125.23+6.82bc
133.00 130.55+2.03bc
129.63 121.41+5.19cd
118.00 107.60+6.48bc
139.57 131.79+5.18ab
142.21 136.00+6.70ab
138.47 130.94+8.65ab
127.00 126.20+0.84bc
115.77 108.00+5.35ef

KK
6.39
6.76
2.24
5.25
6.51
7.46
0.99
5.27
3.17
5.75
2.61
5.43
1.90
5.05
1.56
4.28
6.03
4.96
4.93
6.61
0.66
4.96

Min
127.00
119.00
122.00
114.50
122.00
100.00
129.00
110.00
129.00
113.00
119.00
110.60
122.00
113.00
125.50
118.00
120.00
120.00
122.00
115.00
124.00
110.00

Tinggi pinggul (cm)
Max
�̅ +Sd
147.50 135.29+8.08a
141.16 127.40+7.08ab
130.00 126.25+3.03b
124.00 119.08+2.58def
132.00 127.40+4.45ab
122.50 112.87+5.16f
132.00 130.00+1.22ab
132.00 121.75+5.60bcde
130.00 123.40+3.36b
134.00 121.33+5.31abcde
131.00 125.13+3.44b
125.00 118.75+4.29ef
124.00 122.80+0.84b
134.00 122.00+1.25bcde
132.00 129.10+2.36ab
133.00 123.92+4.46abcd
132.00 125.10+4.91b
136.01 127.16+3.99a
130.00 127.15+3.02ab
130.00 124.56+4.39abc
132.00 125.60+2.51b
135.00 114.79+6.23def
a,b..dst

KK
6.53
5.70
2.40
2.17
3.49
5.22
0.94
4.62
2.72
4.40
2.75
3.61
0.68
4.24
1.82
4.31
3.92
3.10
2.37
8.15
2.00
5.34

n = jumlah sampel, JK = jenis kelamin (♂ = jantan, ♀ = betina), min = nilai minimum, max = nilai maksimum, �̅ = rataan Sd = standar deviasi,
Angka dengan huruf yang
berbeda
pada
kolom
yang
sama
menunjukkan
berbeda
nyata
(P