Pertumbuhan Sapi Friesian Holstein Dan Limousin Betina Berdasarkan Morfometrik Dengan Menggunakan Citra Digital

PERTUMBUHAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DAN
LIMOUSIN BETINA BERDASARKAN MORFOMETRIK
DENGAN MENGGUNAKAN CITRA DIGITAL

ANNISA HAKIM

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pertumbuhan Sapi
Friesian Holstein dan Limousin Betina Berdasarkan Morfometrik dengan
Menggunakan Citra Digital adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Annisa Hakim
NIM D151130221

RINGKASAN
ANNISA HAKIM. Pertumbuhan Sapi Friesian Holstein dan Limousin Betina
Berdasarkan Morfometrik dengan Menggunakan Citra Digital. Dibimbing oleh
HENNY NURAINI dan RUDY PRIYANTO.
Penelitian mengenai citra digital telah dilakukan sebagai metode untuk
mengukur dimensi tubuh, menentukan bobot tubuh, dan pertumbuhan ternak.
Tujuan dari penelitian ini diantaranya untuk membandingkan metode pengukuran
tubuh sapi, yaitu secara manual dan menggunkan citra digital, menentukan
koefisien pertumbuhan relatif sapi Friesian Holstein (FH) dan Limousin betina,
dan membandingkan ukuran dan dimensi tubuh kedua bangsa sapi tersebut.
Pengukuran karakteristik morfometrik sapi FH dan Limousin betina yang
digunakan merupakan hasil dari perhitungan citra digital. Ternak yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri atas 53 ekor sapi FH dan 63 sapi Limousin betina.
Pengukuran dimensi tubuh dilakukan secara langsung (manual) dengan
menggunakan alat ukur pada performa umum tubuh, sumbu tubuh, alat gerak

depan dan alat gerak belakang sapi. Data pengukuran dimensi linear kerangka
tubuh yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t, sedangkan pertumbuhan
relatif sapi dilakukan melalui analisis perhitungan dengan persamaan alometrik
menurut Huxley Y=aXb.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran tubuh sapi dengan
menggunakan kedua metode tersebut tidak berbeda nyata dan metode pengukuran
secara digital memiliki koefisien keragaman yang lebih rendah daripada
pengukuran manual. Berdasarkan hasil tersebut metode pengukuran secara digital
dapat diaplikasikan dalam pengukuran morfometrik. Koefisien pertumbuhan
relatif dimensi linear kerangka tubuh sapi FH dan Limousin memiliki perbedaan
yang signifikan. Perbedaan tersebut terdapat pada panjang tulang thoraxic
vertebrae, radius-ulna, metatarsus, dan jarak antar tulang ischium. Metatarsus
merupakan tulang yang paling dini tumbuh pada sapi FH, sedangkan yang paling
lambat terdapat pada jarak antar tulang coxae. Pada sapi Limousin, metacarpus
merupakan tulang yang paling dini tumbuh, dan tulang cervicalis vertebrae
merupakan tulang yang paling lama umbuh. Karakteristik morfometrik sapi FH
dan Limousin menunjukkan bahwa FH memiliki ukuran kerangka tubuh yang
lebih besar daripada Limousin namun memiliki bobot tubuh yang lebih rendah.
Perbedaan bangsa menyebabkan perbedaan dalam performa morfologi. FH
memiliki tulang thoraxic vertebrae, tinggi badan, jarak antar tulang ischium dan

jarak tulang coxae ischium yang lebih panjang. Sedangkan sapi Limousin
memiliki tulang cervicalis vertebrae, sacral vertebrae, dan tulang scapula yang
lebih panjang daripada FH.
Kata kunci: alometrik, citra digital, dimensi tubuh, Friesian Holstein, Limousin

SUMMARY
ANNISA HAKIM. The Growth of Frisien Holstein and Limousin Cows Based on
Morphometrics Using Digital Image Analysis. Supervised by HENNY NURAINI
and RUDY PRIYANTO.
Digital image analysis have been applied to study linear body measurement,
live weights, and animal growth. The objectives on this study were to compare
linear body measurement (BMs) by manual and digital image analysis methods,
relative growth pattern of Friesian Holstein (FH) and Limousin cows and to
compare size and body dimension of these cows. The number of animal used was
53 heads of FH and 63 heads of Limousin cows. In this study, the BMs of FH and
Limousin cows was determined using digital image analysis (IA). Linear body
measurements include primary morphometrics, part of columna vertebralis, fore
and hind leg of the cows. The data of linear body measurements from FH and
Limousin cows were analysed using T-test, while relative skeletal growth was
analysed using equation according to Huxley, Y=aXb.

Both methods, manual and digital image analysis, gave simillar results of
BMs. Nevertheless, the IA method produced lower coefficient of variation (CV),
which indicated that this method could be used for morphometric study.
Significant between breed differences were found in relative growth coefficiensts
of thoraxic vertebrae, radius-ulna, metatarsus, and distance between tuber ischii.
Metatarsus was earliest growth in FH, and the latest was distance between tuber
coxae. In Limousin cows, metacarpus was the earliest growth and the latest was
cervicalis vertebrae bone. Based on linear body dimension measurements, the FH
cow, a dairy cattle, had larger frame size but lower body weight than the Limousin
cow, a beef cattle. FH had longer thoraxoc vertebrae, wither height, distance
between tuber ischii, and between tuber coxae to tuber ischii than Limousin.
Limousin had longer cervicalis vertebrae, sacral vertebrae and scapula.
Key words: allometric growth, body dimension, digital image analysis, Friesian
Holstein, Limousin

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERTUMBUHAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DAN
LIMOUSIN BETINA BERDASARKAN MORFOMETRIK
DENGAN MENGGUNAKAN CITRA DIGITAL

ANNISA HAKIM

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Afton Atabany, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah morfometrik,
dengan judul Pertumbuhan Sapi Friesien Holstein dan Limousin Betina
Berdasarkan Morfometrik dengan Menggunakan Citra Digital.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Henny Nuraini, MSi dan
Bapak Dr Ir Rudy Priyanto sebagai komisi pembimbing atas bimbingannya, serta
Bapak Dr Ir Afton Atabany, MSi dan Ibu Dr Ir Niken Ulupi, MS atas sarannya
pada ujian tesis. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Ibu Ir Tri Harsi, MP
dari Balai Embrio Ternak Cipelang yang telah memberikan izin penelitian. Bapak
Bramada Winiar Putra, SPt MSi dan Bapak Muhammad Ismail, SPt MSi yang
telah banyak memberi saran. Ibu Yuni, SPt MSi, Bapak drh Samsul, Bapak
Junaedi, Bapak Ocid, Bapak Cecep, SPt, Dewi Wahyuni, SPt dan Fiqy Hilmawan,
SPt terima kasih atas bantuannya selama penelitian. Rekan-rekan ITP
Pascasarjana 2013, atas kebersamaannya penulis ucapkan terima kasih.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua Nandang

Hanafiah dan Entin Sumartinah (almh.), suami Muhammad Zia Ulhaq dan putri
kami Athajinan Azzahra, ayah ibu mertua Mir Purnama dan Diah Sutarsih, serta
seluruh keluarga besar, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Annisa Hakim

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
2
3
3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Materi Penelitian
Prosedur Penelitian
Analisis Data

3
3

3
4
7

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan Metode Pengukuran Dimensi Linear Kerangka Tubuh Sapi
Secara Manual dan Menggunakan Citra Digital
Pertumbuhan Alometrik Dimensi Linear Kerangka Tubuh Sapi FH dan
Limousin Betina
Karakteristik Morfologi sapi FH dan Limousin Betina
Frame Score Sapi FH dan Limousin Betina
Hubungan Ukuran Tubuh dengan Estimasi Deposisi Perdagingan pada
Sapi FH dan Limousin Betina
Hubungan Ukuran Tubuh dengan Tingkah Laku Lokomosi Sapi FH
dan Limousin Betina

8

11
16

20

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

24
24
24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP


40

8

22
23

DAFTAR TABEL
1 Perbandingan nilai pengukuran morfometrik sapi FH dan Limousin
dengan metode pengukuran secara manual dan digital
2 Koefisien pertumbuhan alometrik (b) berdasarkan ukuran dimensi
linear kerangka tubuh sapi FH dan Limousin betina
3 Rataan dimensi linear kerangka tubuh sapi FH dan Limousin betina
dewasa

10
13
19

DAFTAR GAMBAR
1 Contoh pengukuran tongkat pembanding menggunakan Corel Draw X4
2 Contoh pengukuran parameter tubuh (cervicalis vertebrae)
menggunakan Corel Draw X4
3 Contoh perhitungan hasil pengukuran menggunakan MS. Excel
4 Contoh pengambilan foto dan pengukuran parameter tubuh sapi
5 Nilai koefisien pertumbuhan relatif dimensi linear kerangka tubuh sapi
FH betina
6 Nilai koefisien pertumbuhan relatif dimensi linear kerangka tubuh sapi
Limousin betina
7 Diagram scatter pertumbuhan bobot badan, panjang badan, tinggi badan
dan dalam dada sapi FH dan Limousin betina
8 Potongan komersial karkas sapi

4
5
5
6
15
16
17
22

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis uji t metode pengukuran morfometrik manual dan digital sapi
FH betina dewasa
2 Analisis uji t metode pengukuran morfometrik manual dan digital sapi
Limousin betina dewasa
3 Analisis uji t karakteristik morfometrik sapi FH dan Limousin betina
dewasa

31
33
36

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu tolak ukur produktivitas ternak sapi adalah pertumbuhan.
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat,
bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen
tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen kimia terutama air,
lemak protein dan abu pada karkas (Soeparno 2005). Ukuran pertumbuhan
didasarkan pada dua hal, yaitu pertumbuhan tubuh yang ditandai dengan
bertambahnya bobot badan dan besarnya tubuh yang ditandai dengan perubahan
ukuran-ukuran tubuh. Ukuran tubuh ditentukan oleh tulang kerangka yang
mencapai ukuran maksimum secara dini dibandingkan komponen tubuh lainnya
seperti otot dan lemak. Menurut Lawrance dan Fowler (2002), pengukuran tubuh
antara linier dan lingkar merupakan refleksi dari pertumbuhan tulang atau
kerangka hewan ketika diambil dari periode waktu yang teratur. Pertumbuhan
berlangsung dengan kadar laju yang berbeda dan menghasilkan diferensiasi atau
pembedaan karakteristik setiap individu.
Lawrance et al. (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga metode dalam
pengukuran dan pendugaan bobot hidup serta perubahan konformasi tubuh ternak,
diantaranya penimbangan langsung, pengukuran parameter tubuh, dan melalui
analisis video dan gambar. Pada penelitian ini dilakukan tiga metode pengukuran
pertumbuhan tersebut pada sapi yang memiliki ukuran kerangka tubuh yang besar
(Bos taurus), yaitu Friesian Holstein dan Limousin. Sapi dengan ukuran kerangka
tubuh yang besar memiliki produktivitas yang tinggi. Ukuran kerangka yang besar
memiliki bobot potong yang besar dan memungkinkan tempat berkembangnya
daging yang lebih luas sehingga produktivitas yang dihasilkan tinggi (Firdausi et
al. 2012). Selain itu, sapi dengan kerangka tubuh yang besar memiliki laju
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kerangka tubuh sedang dan kecil.
Pengukuran dimensi tubuh ternak biasanya dilakukan secara langsung
dengan menggunakan alat ukur berupa tongat ukur, pita ukur dan jangka ukur.
Pengukuran bagian-bagian permukaan tubuh tersebut diambil ketika hewan dalam
kondisi berdiri normal dengan kepala tegak dan bobot badan bertumpu pada
keempat kakinya. Menurut Fisher (1975), terdapat tiga hal yang dapat menjadi
sumber eror dalam pengukuran tubuh ternak, yaitu: (1) identifikasi dalam
penentuan titik tubuh yang akan diukur; (2) distorsi anatomi tubuh yang
dihasilkan oleh ternak yang mengubah posisi atau posturnya atau dikarenakan
perubahan otot; dan (3) eror yang disebabkan pada saat pengukuran pada berbagai
posisi tubuh ternak, yang banyak terjadi saat menggunakan pita ukur. Oleh karena
itu, pengukuran dimensi tubuh pada penelitian ini selain dilakukan secara
langsung (manual) juga dilakukan melalui analisis gambar (citra digital) untuk
mengurangi eror tersebut.
Citra adalah istilah lain dari gambar yang merupakan informasi berbentuk
visual. Pengambilan citra bisa dilakukan oleh kamera atau alat lain yang bisa
digunakan untuk mentransfer gambar. Data yang dihasilkan oleh suatu citra harus
dilakukan pengolahan informasi dan analisis yang banyak melibatkan persepsi visual
dengan computer vision. Computer vision merupakan ilmu yang memungkinkan
informasi dalam suatu gambar dapat dihasilkan dari pengolahan komputer secara

2
teoritis dengan menggunakan algoritma. Analisis gambar dengan metode ini memiliki
banyak kelebihan, diantaranya menghemat waktu, keakuratan dan ekonomis.
Penelitian mengenai citra digital yang berkaitan dengan bidang peternakan telah
banyak dilakukan, dalam hal ini metode yang digunakan melibatkan analisis tekstur
atau piksel dalam suatu gambar yang diolah menggunakan algoritma perhitungan
komputer (computer vision) (Tasdemir et al. 2011). Penelitian Tasdemir et al. (2011)
melakukan pengukuran dimensi tubuh dan pendugaan bobot badan sapi FH dengan
menggunakan teknik pengukuran digital (photogrammetry), yaitu melalui foto jarak
dekat dengan pengambilan secara berganda dari perspektif yang berbeda untuk
menghasilkan model 3D yang akurat dan diolah menggunakan IA software. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan keakuratan metode untuk pengukuran dimensi tubuh
sebesar 95-98%. Penelitian lain yang menggunakan metode tersebut diantaranya
identifikasi kesegaran daging sapi (Kiswanto 2012), pendugaan bobot badan sapi
(Lasfeto et al. 2008), klasifikasi jenis-jenis tekstur dan identifikasi warna daging sapi
dan babi (Budianita et al. 2015), dan pendugaan genetik komposisi karkas dengan
analisis gambar (Pabiou 2012). Selain itu, penelitian citra digital juga dilakukan untuk
mengukur dimensi tubuh sapi dan pendugaan bobot badan dengan menggunakan
infrared thermal camera (Stajnko et al. 2008).
Sistem analisis gambar pada penelitian ini berdasar pada penggunaan
kombinasi kamera dan komputer, yaitu melalui pengambilan gambar sapi dan
menganalisis parameter tubuhnya dengan software Corel Draw X4. Prinsip
metode ini adalah dengan mengambil foto dari ternak menggunakan kamera
dengan menggunakan tongkat pembanding dan diolah dengan matematis
sederhana. Ternak yang akan diambil gambarnya ditempatkan pada area yang
datar dan lurus sehingga dapat diambil gambar seluruh tubuh dan diletakkan
tongkat pembanding sejajar dengan kaki. Gambar diambil dari samping dan
belakang tegak lurus tubuh ternak. Munoz-Munoz dan Perpinan (2010)
membandingkan pengukuran manual dan komputerisasi dalam studi morfometrik.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengukuran morfometrik dengan
komputerisasi memberikan pengaruh yang rendah dalam peningkatan standar eror
daripada pengukuran manual. Pengukuran tubuh ternak sapi dengan menggunakan
metode citra digital diharapkan dapat memberikan metode yang praktis dan akurat
dalam penilaian ukuran tubuh ternak serta untuk meminimalisir eror yang
dihasilkan dari pengukuran manual.
Pada penelitian ini juga dikaji pertumbuhan alometrik dari sapi FH dan
Limousin melalui pengukuran dimensi linear kerangka tubuh dari kedua bangsa
sapi sebagai aplikasi dari metode pengukuran secara digital. Alometrik atau kajian
tentang pertumbuhan relatif, yaitu perubahan proporsi dibandingkan dengan
kenaikan ukuran tubuh (Soeparno 2005). Metode matematis yang digunakan
untuk mengukur hubungan alometrik adalah Y=aXb (Huxley 1932).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Membandingkan keakuratan hasil pengukuran morfometrik secara manual dan
digital
2. Menentukan koefisien pertumbuhan relatif sapi Friesian Holstein dan Limousin
betina berdasarkan morfometrik

3
3. Membandingkan karakteristik ukuran tubuh sapi Friesian Holstein dan
Limousin betina dewasa.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai informasi dan pengenalan
metode citra digital dalam penentuan ukuran linear tubuh sapi dengan tingkat
keakuratan yang dihasilkan. Metode ini dapat digunakan sebagai metode yang
praktis untuk peneliti maupun peternak sebagai pengganti pengukuran
morfometrik manual. Selain itu, pertumbuhan berdasarkan ukuran tubuh dapat
dijadikan sebagai standar pertumbuhan sapi FH dan Limousin dan menentukan
karakteristik tubuh sapi tipe perah dan pedaging.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap yang terdiri atas:
Tahap ke-1 penelitian pendahuluan yang meliputi cara-cara handling dan
memposisikan ternak saat akan dilakukan pengambilan gambar.
Tahap ke-2 melakukan penelitian dengan penimbangan, pengukuran manual, dan
pengambilan gambar dengan citra digital.
Tahap ke-3 analisis gambar dengan software Corel Draw X4 untuk menentukan
ukuran tubuh ternak dan melakukan analisis data keseluruhan dengan
program SAS 9.1.3.

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.
Pengukuran dimensi linear kerangka tubuh secara manual dan pengambilan foto
sapi Friesian Holstein dan Limousin dilaksanakan di Balai Embrio Ternak (BET)
Cipelang, Bogor.

Materi Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi Friesian Holstein
dan Limousin betina pedet hingga dewasa, masing-masing sebanyak 53 dan 63
ekor. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tongkat ukur (ketelitian 1
cm), pita ukur Rondo, tongkat pembanding (1 m), kamera Nikon D3200,
timbangan digital, alat tulis dan laptop yang dilengkapi dengan software Corel
Draw X4 dan SAS 9.1.3.

4
Prosedur Penelitian
Penelitian ini diawali dengan penentuan umur sapi berdasarkan hasil
recording di Balai Embrio Ternak, penimbangan sapi, pengukuran dimensi linear
kerangka tubuh secara manual, pengambilan foto sapi, dan analisis foto. Prosedur
penimbangan, pengukuran secara manual dan pengambilan foto dapat dilakukan
secara bersamaan di dalam kandang jepit atau dilakukan secara terpisah satu per
satu.
Pengukuran sapi secara manual dilakukan menggunakan tongkat dan pita
ukur. Sapi yang diukur ditempatkan pada kandang jepit untuk memudahkan
pengukuran. Apabila tidak dimasukkan kandang jepit, sapi dalam kandang koloni
yang tidak terikat harus diikat terlebih dahulu untuk memudahkan handling saat
pengukuran. Pengukuran sapi secara digital diawali dengan pengambilan gambar
sapi. Sapi yang difoto ditempatkan pada area yang datar dan lurus sehingga dapat
diambil gambar seluruh tubuh secara jelas. Gambar diambil dari samping dan
belakang tegak lurus tubuh ternak dengan tongkat pembanding yang berada di
samping tubuhnya. Kemudian dari hasil pencitraan tersebut dilakukan pengukuran
parameter morfometrik. Pengukuran parameter ukuran tubuh dianalisis dengan
menggunakan Corel Draw X4, yaitu dengan mengukur panjang tongkat
pembanding dengan masing-masing ukuran tubuh ternak yang kemudian akan
dikalkulasikan secara matematis (Gambar 1, 2 dan 3).

c
a
b

Gambar 1 Contoh pengukuran tongkat pembanding menggunakan Corel Draw
X4

Gambar 1 menunjukan contoh pengukuran sapi secara digital, yaitu
dengan menggunakan software Corel Draw X4. Adapun tahapan dari
pengukurannya adalah sebagai berikut:
1. Launch aplikasi Corel Draw X4 Blank Document
2. Import foto sapi yang akan diukur

5
3. Klik Freehand Tool (a) aplikasikan pada tongkat ukur dari ujung atas ke
ujung bawah
4. Drag hasil pengukuran tongkat tersebut ke blank space (b)
5. Lihat hasil pengukuran panjang tongkat pada kolom Object(s) size (c)
6. Buat rumus phytagoras dan perkalian silang pada program aplikasi Excel
(Gambar 3)
7. Pindahkan angka yang terdapat pada Object(s) size (c) ke program Excel
untuk mengetahui nilai objek pada foto dibandingkan dengan panjang objek
sebenarnya (untuk tongkat pembanding)
8. Ulangi prosedur tersebut untuk mengukur parameter tubuh lainnya (Gambar 2
dan Gambar 4)

c
a

Gambar

b

2 Contoh pengukuran parameter
menggunakan Corel Draw X4

Gambar 3

tubuh

(cervicalis

vertebrae)

Contoh perhitungan hasil pengukuran menggunakan Ms. Excel

6
Pengukuran objek dapat dilakukan dengan penggunaan program aplikasi
Ms. Excel untuk memudahkan perhitungan. Rumus phytagoras dalam hal ini
digunakan untuk menghitung kemiringan objek dari gambar hasil pengukuran.
Pengukuran pada Gambar 1 menunjukan bahwa tongkat pembanding pada foto
tidak berdiri tegak, maka kemiringan tongkat tersebut harus diukur untuk
mengetahui nilai yang sebenarnya, sama halnya dengan pengukuran parameter
tubuh lainnya seperti pada Gambar 2. Gambar 3 merupakan contoh hasil
perhitungan objek pada foto, berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat dilihat
bahwa hasil pengukuran digital terhadap panjang tulang cervicalis vertebrae
adalah 29.91 cm.

(a)

(b)

Gambar 4 Contoh pengambilan foto dan pengukuran parameter tubuh sapi.
(a) tampak samping; dan (b) tampak belakang

1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Gambar 4 merupakan parameter morfometrik yang diamati, diantaranya:
Panjang kelompok tulang Cervicalis vertebrae. Diukur dari batas Axio-Atlas
hingga pangkal leher bagian dorsal. Pada sapi yang berpunuk diukur tepat di
depan punuk.
Panjang kelompok tulang Thoracic vertebrae. Diukur dari pangkal leher
hingga titik tengah tubuh bagian dorsal.
Panjang kelompok tulang Lumbar vertebrae. Diukur dari titik tengah tubuh
bagian dorsal hingga Processus spinosus pertama tulang Sacrum.
Panjang kelompok tulang Sacral vertebrae. Diukur di sepanjang tulang
sacrum.
Panjang tulang Scapulla. Diukur dari titik tertinggi tubuh (untuk sapi
berpunuk diukur dari pangkal punuk) hingga Tuber humerus.
Panjang tulang Humerus. Diukur dari Tuber humerus hingga di titik tengah
Tuber radius-ulna
Panjang tulang Radius-Ulna. Diukur dari Tuber radius-ulna hingga Os
carpal.
Panjang tulang Metacarpus. Diukur dari Os carpal hingga pangkal Os
Phalank 1.

7
9. Panjang tulang Femur. Diukur dari Tuber illium hingga Tuber femoris.
10. Panjang tulang Tibia-Fibulla. Diukur dari Tuber femoris hingga Tuber calcis
11. Panjang tulang Metatarsal. Diukur dari pangkal Os tarsus hingga Os phalank
1.
12. Panjang badan. Diukur dari Tuber humerus hingga Tuber ischium.
13. Tinggi badan. Diukur tepat di belakang Os scapulla dari titik dorsal hingga
tanah.
14. Dalam dada. Diukur tepat di belakang Os scapulla dari titik dorsal hingga
ventral.
15. Tinggi hip. Diukur lurus dari Os Coxae hingga tanah.
16. Jarak antar Coxae. Diukur dari Tuber coxae kiri dan Tuber coxae kanan.
17. Jarak antar Ischium. Diukur dari Tuber ischium kiri dan Tuber ischium kanan.
18. Jarak Coxae-Ischium. Diukur dari Tuber coxae kiri dan Tuber ischium kanan.

Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan rataan,
standar deviasi, dan koefisien keragaman. Pengukuran manual dan digital
dianalisis dengan uji t-student, dengan rumus matematis menurut Stell dan Torrie
(1991) adalah sebagai berikut:

Keterangan :
t

= nilai t hitung yang akan dibandingkan dengan t tabel
untuk menentukan penerimaan hipotesis
= selisih rata-rata sampel a (manual) dan b (digital)
= selisih rata-rata populasi a dan b
= nilai standar deviasi

Nilai koefisien pertumbuhan relatif (b) dimensi tubuh terhadap bobot
tubuh sapi dilakukan analisis dengan menggunakan persamaan Huxley (1932),
yaitu Y=aXb yang dalam penggunaannya ditransformasikan ke dalam bentuk
persamaan logaritma.
Log Y = log a + b Log X
keterangan :
Y = Parameter tubuh yang diukur
X = Total ukuran panjang tulang cervicalis vertebrae, thoraxic
vertebrae, lumbar vertebrae, sacral vertebrae, scapulla,
humerus, radius-ulna, metacarpus, femur, tibia-fibula,
metatarsus (TULPT)
a = Intersep
b = Koefisien pertumbuhan relatif.
Pertumbuhan linier tulang pada sapi FH dan Limousin dimulai dari tulang
dengan koefisien pertumbuhan rendah mengarah ke tulang dengan nilai koefisien

8
pertumbuhan yang lebih tinggi. Kecepatan pertumbuhan tulang pada sapi PO dan
kerbau dibandingkan dengan menggunakan uji t-student.
Nilai frame score dihitung berdasarkan tinggi hip berdasarkan metode BIF
(2002), yaitu membandingkan antara ukuran tinggi hip sapi betina pada umur 5-21
bulan. Analisis data dilakukan dengan prosedur General Linear Model (GLM)
pada program SAS 9.1.3.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat
hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh (Soeparno 2005). Pertumbuhan
dapat dilihat berdasarkan ukuran kerangka (panjang dan tinggi tulang), yang
merupakan komponen tubuh yang mengalami pertumbuhan paling dini. Menurut
Natasasmita (1990), pola pertumbuhan ternak dapat diduga atas dasar pengukuran
ukuran-ukuran tubuh yang erat kaitannya dengan pertumbuhan kerangka tubuh
ternak. Ukuran-ukuran tubuh juga dapat menggambarkan ciri khas dari suatu
bangsa.
Menurut Lawrance dan Fowler (2002), terdapat beberapa teknik yang
digunakan dalam mengukur pertumbuhan pada ternak maupun hewan lainnya,
baik secara objektif maupun subjektif. Penimbangan ternak, pengukuran dimensi
tubuh, dan analisis gambar merupakan metode pengukuran pertumbuhan yang
dilakukan secara objektif. Pada penelitian ini dilakukan tiga metode pengukuran
pertumbuhan tersebut pada sapi yang memiliki ukuran kerangka tubuh yang besar
(Bos taurus), yaitu Friesian Holstein dan Limousin. Sapi dengan ukuran kerangka
tubuh yang besar memiliki produktivitas yang tinggi. Ukuran kerangka yang besar
memiliki bobot potong yang besar dan memungkinkan tempat berkembangnya
daging yang lebih luas sehingga produktivitas yang dihasilkan tinggi (Firdausi et
al. 2012). Selain itu, sapi dengan kerangka tubuh yang besar memiliki laju
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kerangka tubuh sedang dan kecil.
Menurut Williams (1982), bangsa ternak yang besar akan lahir lebih berat,
tumbuh lebih cepat dan lebih berat saat mencapai dewasa daripada bangsa pada
ternak kecil.

Perbandingan Metode Pengukuran Dimensi Linear Kerangka Tubuh Sapi
Secara Manual dan Menggunakan Citra Digital
Pengukuran dimensi linear kerangka tubuh ternak biasanya dilakukan
secara langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tongat ukur, pita ukur dan
jangka ukur. Pengukuran bagian-bagian permukaan tubuh tersebut diambil ketika
hewan dalam kondisi berdiri normal dengan kepala tegak dan bobot badan
bertumpu pada keempat kakinya. Kelebihan dari pengukuran secara manual
adalah data yang dihasilkan langsung diperoleh tanpa harus mengolah terlebih
dahulu. Pengukuran secara manual ini akan efektif bila dilakukan pada ternak
dengan jumlah yang sedikit dan ternak yang memiliki agonistik rendah
(tempramen tenang). Menurut Fisher (1975), terdapat tiga hal yang dapat menjadi

9
sumber eror dalam pengukuran tubuh ternak, yaitu: (1) identifikasi dalam
penentuan titik tubuh yang akan diukur; (2) distorsi anatomi tubuh yang
dihasilkan oleh ternak yang mengubah posisi atau posturnya atau dikarenakan
perubahan otot; dan (3) eror yang disebabkan pada saat pengukuran pada berbagai
posisi tubuh ternak, yang banyak terjadi saat menggunakan pita ukur. Oleh karena
itu, pengukuran dimensi tubuh pada penelitian ini selain dilakukan secara
langsung (manual) juga dilakukan melalui analisis gambar (citra digital) untuk
mengurangi eror tersebut.
Sistem analisis gambar pada penelitian ini dilakukan dengan pengambilan
gambar sapi dan menganalisis parameter tubuhnya dengan software untuk
menganalisis gambar (corel draw). Prinsip metode ini adalah dengan mengambil
foto digital dari ternak pada jarak tertentu menggunakan kamera digital sehingga
didapatkan foto ternak full frame dengan menggunakan tongkat pembanding.
Ternak yang akan diambil gambarnya ditempatkan pada area yang datar dan lurus
sehingga dapat diambil gambar seluruh tubuh dan diletakkan tongkat pembanding
sejajar dengan kaki. Gambar diambil dari samping tegak lurus tubuh ternak.
Tongkat pembanding dalam hal ini berfungsi sebagai penentu ukuran objek
sebenarnya saat dilakukan perhitungan secara matematis sederhana. Kamera yang
digunakan dalam penelitian ini dapat berupa kamera handphone, pocket, atau
DSLR karena tidak membutuhkan spesifikasi yang tinggi seperti pada penelitian
citra digital dengan analisis tekstur, piksel, dan diolah dengan algoritma.
Pengukuran tubuh secara langsung (manual) dilakukan dan hasilnya
dibandingkan dengan pengukuran melalui analisis gambar (citra digital) untuk
mengetahui keakuratan metode pengukuran digital. Hal ini dilakukan agar dapat
digunakan dalam mempermudah dan meminimalkan resiko yang disebabkan dari
pengukuran manual, karena objek yang digunakan dalam pengukuran
morfometrik adalah hewan hidup yang memiliki karakteristik agonistik yang
berbeda. Hasil analisis perbandingan metode pengukuran dimensi tubuh sapi FH
dan Limousin secara manual dan digital ditunjukkan pada Tabel 1.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa metode pengukuran dimensi tubuh
secara manual dan digital tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Selain itu,
sebagian besar hasil pengukuran dimensi tubuh dengan metode citra digital
memiliki nilai standar deviasi dan koefisien keragaman yang lebih rendah
dibandingkan pada metode manual, dengan demikian tingkat keakuratan pada
metode digital lebih tinggi daripada manual. Hasil tersebut sesuai dengan
pendapat Munoz-Munoz dan Perpinan (2010), yaitu pengukuran morfometrik
dengan komputerisasi memberikan pengaruh yang rendah dalam peningkatan
standar eror daripada pengukuran manual. Menurut Tasdemir et al. (2011),
photogrammetry (mengukur objek dari foto) merupakan teknik yang akurat dalam
teknik pengukuran objek. Jika dibandingkan dengan teknik manual,
photogrammetry lebih efisien, cepat, dan aman. Data pada Tabel 2 juga
menunjukkan koefisien keragaman pada pengukuran manual sapi FH lebih tinggi
daripada Limousin. Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan pengukuran secara
manual, pergerakan sapi FH lebih tinggi daripada sapi Limousin sehingga lebih
sulit dilakukan. Dengan demikian, pengukuran secara digital dapat dilakukan
untuk menggantikan pengukuran manual sehingga metode ini dapat diaplikasikan
dalam penelitian morfometrik yang melibatkan ternak yang memiliki agresifitas
yang berbeda.

10

Tabel 1 Perbandingan nilai pengukuran morfometrik sapi FH dan Limousin dengan metode pengukuran secara manual dan digital
Parameter
Sumbu Tubuh
Cervicalis vertebrae
Thoraxic vertebrae
Lumbar vertebrae
Sacral vertebrae
Alat Gerak Depan
Scapulla
Humerus
Radius-Ulna
Metacarpus
Alat Gerak Belakang
Femur
Tibia-Fibula
Metatarsus
Performa Umum
Panjang Badan
Tinggi Badan
Tinggi Hip
Dalam dada
Jarak antar Coxae
Jarak antar Ischium
Jarak Coxae-Ischium

Manual (cm)

KK (%)

FH
Digital (cm)

KK (%)

Manual (cm)

Limousin
KK (%)
Digital (cm)

41.56 ± 4.96
59.76 ± 8.14
41.96 ± 6.80
20.52 ± 2.06

11.93
13.62
16.20
10.06

36.92 ± 3.02
57.18 ± 4.74
40.97 ± 3.86
20.98 ± 1.28

8.17
8.29
9.41
6.11

43.92 ± 2.62
54.29 ± 3.59
43.50 ± 4.23
22.29 ± 2.24

5.96
6.62
9.73
10.02

42.36 ± 1.81
54.94 ± 3.08
44.23 ± 2.98
21.76 ± 2.11

4.26
5.61
6.75
9.67

49.52 ± 7.32
39.48 ± 3.70
38.48 ± 4.80
26.40 ± 3.03

14.77
9.37
12.47
11.49

48.49 ± 4.65
38.76 ± 3.26
39.22 ± 3.26
24.25 ± 2.09

9.59
8.40
8.40
8.62

50.88 ± 3.39
40.95 ± 4.04
37.38 ± 3.37
23.46 ± 2.54

6.67
9.88
9.23
10.81

49.94 ± 2.70
38.48 ± 3.65
36.41 ± 3.33
22.75 ± 1.99

5.40
9.48
9.15
8.73

47.80 ± 4.99
46.32 ± 4.85
32.96 ± 4.20

10.44
10.45
11.47

47.45 ± 4.66
44.97 ± 4.00
28.55 ± 2.87

9.82
8.91
10.05

50.42 ± 4.07
46.12 ± 3.93
37.08 ± 2.90

8.08
8.51
7.83

50.43 ± 3.91
46.81 ± 3.18
36.53 ± 2.72

7.75
6.80
7.47

155.84 ± 17.07
138.56 ± 12.11
139.84 ± 10.17
76.40 ± 7.52
53.12 ± 5.13
22.44 ± 3.83
51.64 ± 4.90

10.95
8.74
7.27
9.84
9.65
17.07
9.48

157.07 ± 16.55
136.58 ± 11.92
138.44 ± 9.92
75.92 ± 7.14
53.75 ± 4.47
22.53 ± 3.03
51.95 ± 5.21

10.54
8.72
7.17
9.40
8.32
13.44
10.04

160.75 ± 17.49
133.75 ± 8.52
140.12 ± 8.59
72.25 ± 6.24
49.54 ± 4.98
19.88 ± 2.47
47.46 ± 3.65

10.88
6.37
6.13
8.63
10.05
12.44
7.68

156.26 ± 13.37
134.68 ± 7.76
140.70 ± 7.77
71.72 ± 5.54
47.49 ± 4.22
18.97 ± 1.39
47.27 ± 3.32

8.56
5.76
5.52
7.72
8.88
7.33
7.02

KK (%)

11
Pengukuran morfometrik dengan metode citra digital ini memiliki
kelebihan dibandingkan dengan pengukuran manual, diantaranya: (1) dapat
memperkecil resiko ternak stress selama pengukuran, (2) memperkecil resiko
keselamatan peneliti akibat serangan ternak yang agresif, (3) pelaksanaan di
kandang lebih mudah dan cepat, karena handling tidak membutuhkan waktu yang
lama, (4) hasil pengukuran memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi, dan (5)
dapat mengurangi eror yang dapat disebabkan oleh pengukuran manual menurut
Fisher (1975). Menurut Tasdemir et al. (2011), masalah dalam biaya, kesulitan
dalam pengukuran, keterbatasan personel, resiko dan stress pada ternak dapat
diatasi dengan metode pengukuran digital.
Kelemahan dari metode ini adalah hanya dapat merepresentasikan gambar
dua dimensi, sehingga data yang didapatkan adalah panjang, lebar dan tinggi,
tidak dapat mengukur parameter yang berupa lingkar. Kelemahan pada metode
ini juga pada saat pengambilan gambar posisi ternak harus tegak lurus dengan
posisi kamera dan tongkat pembanding harus sejajar dengan tubuh ternak,
sehingga untuk ternak yang memiliki tingkat agonistik tinggi dan tidak
dikandangkan sulit dilakukan karena sulit untuk memposisikan tongkat
pembanding tersebut. Selain itu, untuk melakukan pengukuran tubuh ternak secara
digital harus memiliki kemampuan dalam menentukan titik-titik bagian tubuh
yang akan diukur karena apabila titik ukur tersebut tidak sesuai, ukuran yang
dihasilkan tidak akan akurat. Keakuratan pengukuran secara digital ini dapat
ditentukan oleh karakteristik dari ternak yang akan diukur. Metode ini sulit
dilakukan pada ternak yang memiliki rambut tebal, warna gelap, dan gemuk,
karena hal tersebut dapat menjadi penghambat dalam menentukan titik tubuh
ternak (tonjolan tulang).

Pertumbuhan Alometrik Dimensi Linear Kerangka Tubuh Sapi
FH dan Limousin Betina
Pengkajian mengenai tulang atau sistem kerangka merupakan salah satu
hal penting. Sistem rangka berfungsi sebagai penyokong tubuh, khususnya pada
tulang panjang, juga berfungsi sebagai tempat melekat dan pergerakan otot, serta
untuk melindungi organ vital. Adapun fungsi lain sistem kerangka pada hewan
vertebrata adalah untuk menunjukkan tingkah laku hewan tersebut,seperti
lokomosi, agonistik, ingestive, dan aktivitas lainnya (Frandson et al. 2012).
Semakin bertambahnya umur, tulang kaku dan semakin rapuh (Campbell et al.
2005). Tulang tumbuh saat periode prenatal dan postnatal. Tulang pada hewan
dewasa terdiri dari 50% mineral (hydroxyapatite) dan 50% bahan organik
(kolagen dan material celular) dan air.
Perbedaan distribusi pertumbuhan tulang berhubungan dengan fungsi dari
peningkatan ukuran tubuh, namun tidak ditemukan kesesuaian pertumbuhan
tulang dengan pertumbuhan kelompok otot yang melekat pada tulang tersebut
(Shimizu et al. 1984). Lawrance dan Fowler (2002) mengemukakan bahwa
pengukuran dimensi tubuh pada ternak hidup bukan merupakan metode yang
akurat dalam memprediksi komposisi utama jaringan tubuh ternak, seperti tulang,
otot, dan lemak. Hal ini dikarenakan hewan memiliki keragaman bentuk dan
ukuran yang tinggi sehingga pengukuran ternak hidup juga tidak dapat

12
memprediksi bobot tubuh secara akurat. Adapun metode yang dilakukan untuk
memprediksi komposisi jaringan tubuh dapat dilakukan dengan modifikasi
pengukuran linear tubuh pada dimensi volume. Pengukuran dimensi tubuh hanya
dapat menggambarkan perkembangan kerangka dan bentuk geometri dasar dari
hewan tersebut. Metode yang dapat dilakukan untuk menunjukkan perkembangan
dimensi sistem kerangka dari hewan dapat dilakukan dengan pengukuran secara
alometrik, yang dapat mengasumsikan proporsi yang tetap dari ukuran kerangka
tubuh hewan tersebut (Lawrance dan Fowler 2002). Menurut Kidwell et al.(1952),
keragaman konformasi tubuh merupakan hasil dari perbedaan nilai pertumbuhan
relatif pada berbagai dimensi tubuh. Kajian mengenai pertumbuhan relatif atau
alometrik memberikan pendekatan untuk permasalahan konformasi tubuh.
Pada penelitian ini dikaji pertumbuhan alometrik sistem kerangka dari sapi
FH dan Limousin melalui pengukuran dimensi linear kerangka tubuhnya.
Alometrik atau kajian tentang pertumbuhan relatif, yaitu perubahan proporsi
dibandingkan dengan kenaikan ukuran tubuh (Soeparno 2005). Huxley (1932)
menunjukkan bahwa parameter dari persamaan alometrik menghasilkan nilai
sederhana untuk membandingkan pola pertumbuhan dari bagian tubuh, organ, dan
dimensi tubuh.
Pengkajian mengenai pertumbuhan relatif jaringan utama tubuh ternak
(otot, tulang, lemak) telah dilakukan terhadap ternak pedaging yang berhubungan
dengan komposisi karkas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tulang
tumbuh terlebih dulu dibandingkan dengan komponen tubuh yang lainnya, tetapi
pertumbuhannya berjalan lambat. Sedangkan otot berkembang sedang namun
pertumbuhannya cepat, dengan proporsi lemak yang tinggi yang terdeposit pada
akhir pertumbuhannya. Perhatian pertumbuhan relatif tulang terhadap jumlah
bobot tulang yang menunjukkan pertumbuhan dengan arah centripetal, yaitu dari
distal ke arah proximal tubuh, dan anterior-posterior pada sepanjang dorsal telah
dilakukan pada domba, babi, sapi, dan tikus. Beberapa penelitian telah dilakukan
untuk membandingkan pertumbuhan relatif dengan distribusi bobot tulang pada
beberapa bangsa babi dan sapi yang menunjukkan bahwa koefisien pertumbuhan
homogen antar bangsa untuk setiap tulang, namun distribusinya menghasilkan
perbedaan yang signifikan pada spesiesnya. Hal ini mengasumsikan bahwa
perbedaan yang signifikan tersebut dihasilkan dari perbedaan tahap kedewasaan
(Shimizu et al. 1984).
Penelitian mengenai pertumbuhan relatif pada hewan domestik yang telah
dilakukan perhatiannya sebagian besar terletak pada pertumbuhan yang
berhubungan dengan komposisi karkas, bukan pertumbuhan panjang tulang. Oleh
karena itu, pada penelitian kali ini dilakukan pengkajian mengenai pertumbuhan
relatif panjang tulang sapi yang berbeda tipe namun memiliki kerangka besar (Bos
taurus), yaitu FH dan Limousin. Pertumbuhan relatif dimensi linear kerangka
tubuh kedua sapi tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sapi FH, bagian tulang yang
tumbuh lebih dini dan memiliki potensi pertumbuhan yang rendah (b1) adalah pada tulang cervicalis
dan thoraxic vertebrae, scapula, jarak antar tulang coxae dan jarak antar tulang
coxae-ischium, sedangkan pada performa umum terdapat pada panjang badan dan

13
dalam dada. Bagian tulang yang memiliki pertumbuhan sejalan dengan seluruh
dimensi tubuh dan memiliki potensi pertumbuhan yang sedang (b=1) adalah pada
tulang lumbar dan sacral vertebrae, humerus, dan femur, sedangkan pada
performa umum adalah tinggi badan.

Tabel 2 Koefisien pertumbuhan alometrik (b) berdasarkan ukuran dimensi linear
kerangka tubuh sapi FH dan Limousin betina
Parameter
Cervicalis v.
Thoraxic v.
Lumbar v.
Sacral v.
Scapula
Humerus
Radius Ulna
Metacarpus
Femur
Tibia-Fibulla
Metatarsus
Panjang badan
Tinggi badan
Dalam dada
Tinggi hip
Jarak Antar Coxae
Jarak Antar Ischium
Jarak Coxae-Ischium

FH
b
1.447
1.627a
1.062
0.925
1.163
0.993
0.784a
0.660
1.020
0.677
0.408a
1.268
0.958
1.242
0.863
1.747
1.419a
1.396

Limousin
SE
0.062
0.058
0.058
0.058
0.046
0.051
0.050
0.063
0.061
0.049
0.061
0.059
0.046
0.053
0.042
0.108
0.104
0.078

b
1.619
1.223b
1.058
1.231
1.070
1.056
0.612b
0.478
1.132
0.697
0.788b
1.142
0.962
1.188
0.867
1.587
1.037b
1.279

SE
0.076
0.055
0.064
0.088
0.050
0.062
0.063
0.085
0.045
0.061
0.064
0.063
0.028
0.045
0.028
0.096
0.113
0.085

Keterangan: Superkrip berbeda pada baris yang sama (nilai b) menunjukkan perbedaan yang nyata

Koefisien pertumbuhan relatif pada sapi Limousin menunjukkan bahwa
bagian tulang yang tumbuh lebih dini dan memiliki potensi pertumbuhan yang
rendah (b1)
adalah pada tulang cervicalis, thoraxic, dan sacral vertebrae, femur, jarak antar
tulang coxae, jarak antar tulang ischium dan jarak antar tulang coxae-ischium,
sedangkan pada performa umum terdapat pada panjang badan dan dalam dada.
Bagian tulang yang memiliki pertumbuhan sejalan dengan seluruh dimensi tubuh
dan memiliki potensi pertumbuhan yang sedang (b=1) adalah pada tulang lumbar
vertebrae, scapula, humerus, dan tulang antar ischium sedangkan pada performa
umum adalah tinggi badan.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak adalah
bangsa. Perbedaan laju pertumbuhan diantara bangsa dan individu suatu ternak
disebabkan oleh perbedaan ukuran badan saat dewasa (Berg dan Butterfield
1976). Perbedaan koefisien pertumbuhan pada kedua bangsa sapi yang berbeda
signifikan (P1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sapi FH terlihat pertumbuhan
tulang alat gerak diawali dengan metatarsus, metacarpus, tibia fibula, radius
ulna, humerus, femur, dan scapula. Sedangkan pada sapi Limousin diawali
dengan metacarpus, radius ulna, tibia fibula, metatarsus, humerus, scapula, dan
femur. Pelvis pada sapi FH memiliki nilai koefisien yang tinggi (jarak tulang
coxae, ischium, dan coxae sampai ischium yang menunjukkan bahwa tulang
tersebut tumbuh paling akhir namun memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi,
sesuai dengan fungsinya untuk mendukung reproduksi.
Perbedaan perkembangan bagian-bagian tubuh sapi disebabkan oleh
perbedaan fungsi dan perbedaan komponen yang menyusun bagian-bagian tubuh
tersebut. Bagian tubuh yang berfungsi lebih awal atau lebih dini akan berkembang
lebih dulu, demikian juga bagian tubuh yang komponennya sebagian besar terdiri
dari tulang. Misalnya pada bagian tulang alat gerak tumbuh lebih dini
dibandingkan pada tulang yang menyusun sumbu tubuh, hal ini dikarenakan sapi
sebagai hewan mamalia yang bersifat precocial, yaitu lahir dengan mata

15
terbuka dan dapat segera berdiri dan berjalan sehingga dibutuhkan perkembangan
alat gerak yang lebih dini (Allaby, 1999). Menurut Butterfield (1963), anak sapi
saat lahir akan membutuhkan suatu gerak dari induknya dan butuh perkembangan
otot kaki dan perkembangan otot dorsal trunk. Anggorodi (1979) menyatakan
bahwa semua bagian dari tubuh hewan tumbuh dengan cara teratur, namun tidak
tumbuh dengan suatu kesatuan karena berbagai jaringan tumbuh dengan laju yang
berbeda dari lahir sampai dewasa.
Gambar 5 dan 6 menunjukkan arah pertumbuhan alometrik dimensi tubuh
sapi FH dan Limousin betina. Arah pertumbuhan pada sapi FH (Gambar 5)
diawali dari distal kaki mengarah ke badan (proksimal). Bagian belakang tubuh
terlihat tumbuh lebih dini, yang diawali dengan pertumbuhan kaki belakang
mengarah ke bagian atas tubuh secara berurutan (metatarsus, tibia-fibula, femur),
diikuti pertumbuhan bagian sacral vertebrae mengarah ke bagian depan sumbu
tubuh (thoraxic vertebrae). Sedangkan pada bagian tubuh depan, pertumbuhan
diawali dari kaki secara berturutan (metacarpus, radius ulna, humerus, scapula),
diikuti dengan pertumbuhan bagian cervicalis vertebrae mengarah ke bagian
tengah tubuh (thoraxic vertebrae). Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa
pertemuan pola pertumbuhan dimensi linear panjang tubuh pada sapi FH terjadi
pada bagian tengah sumbu tubuh, dengan bagian tulang metatarsus tumbuh paling
dini dan thoraxic vertebrae mengalami pertumbuhan yang paling akhir.
Gambar 6 menunjukkan arah pertumbuhan relatif dimensi linear kerangka
tubuh sapi Limousin. Gambar tersebut memperlihatkan bagian tubuh yang
mengalami pertumbuhan lebih awal adalah pada bagian alat gerak depan. Arah
pertumbuhan terlihat dari distal kaki mengarah ke badan (proksimal), dengan
urutan pertumbuhan pada bagian metacarpus, radius-ulna, humerus dan scapula.
Alat gerak belakang yang mengalami pertumbuhan lebih dini adalah pada bagian
tibia fibula menuju metatarsus, dan diikuti oleh pertumbuhan femur yang
mengarah pada bagian sacral vertebrae. Arah pertumbuhan relatif sumbu tubuh
berawal dari bagian tulang lumbar mengarah ke depan, yaitu thoraxic dan
cervicalis vertebrae, dengan bagian tubuh yang tumbuh paling akhir adalah tulang
cervicalis vertebrae.

Gambar 5 Nilai koefisien pertumbuhan relatif dimensi linear kerangka tubuh sapi
FH betina

16

Gambar 6 Nilai koefisien pertumbuhan relatif pada dimensi linear kerangka tubuh
sapi Limousin betina

Pertumbuhan tulang dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor yang
berasal dari luar tubuh (nutrisi) dan dari dalam tubuh (hormonal). Kedua faktor ini
saling berinteraksi dalam mempengaruhi pertumbuhan tulang. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang diantaranya hormon paratiroid,
calcitonin, vitamin D, A, C, hormon tiroid, corticosteroid, tetosteron, estrogen,
dan hormon pertumbuhan (Lawrance dan Fowler 2002). Tillman (1986)
menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan tulang kepala dan kaki, panjang badan
dan otot, bagian dalam badan dan lemak, terlepas dari pengaruh makanan,
sehingga tulang dan kaki berkembang paling dini yang kemudian disusul oleh
panjang badan dan otot, sedangkan lemak tumbuh paling lambat. Berg dan
Butterfield (1976) melakukan penelitian mengenai pengaruh rencana pemberian
nutrisi terhadap komposisi karkas sapi steer. Parameter yang diamati adalah
persentase komposisi karkas yang diberi perlakuan pemberian pakan yang
memiliki tingkat nutrisi dari sedang ke tinggi. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa bobot tulang pada setiap perlakuan tidak memberikan
perbedaan yang nyata, sedangkan persentase otot dan lemak pada setiap perlakuan
berbeda nyata. Selain itu, persentase distribusi tulang pada bagian tubuh depan
dan belakang tidak berbeda antara sapi bull dengan steer.

Karakteristik Morfologi Sapi FH dan Limousin Betina
Penilaian secara fisik merupakan bagian yang penting dalam proses
seleksi. Hal tersebut dapat menjadi indikator yang baik dalam menentukan frame
size, struktur otot dan tubuh, struktur kaki, dan karakteristik dari suatu bangsa sapi
(Barham et al. 2005). Hasil pengukuran karakteristik fisik seperti bobot badan,
panjang badan, tinggi badan, dan dalam dada sapi dapat dilihat pada Gambar 7.

17

Gambar 7 Diagram scatter pertumbuhan bobot badan, panjang badan, tinggi
badan, dan dalam dada sapi FH ( ) dan Limousin (----) betina.

18
Rataan bobot badan sapi Limousin dewasa lebih tinggi (643.17±36.33 kg)
daripada sapi FH (507.09±62.99 kg). Peningkatan ukuran tubuh akan
menyebabkan peningkatan yang proporsional dari bobot tubuh, karena bobot
tubuh merupakan fungsi dari volume. Namun ber