PERBEDAAN LAMA AMENOREA PADA IBU POSTPARTUM YANG MEMBERI ASI EKSLUSIF DENGAN YANG MEMBERI SUSU FORMULA DI PUSKESMAS KARTASURA

(1)

commit to user

PERBEDAAN LAMA AMENOREA PADA IBU POSTPARTUM YANG MEMBERI ASI EKSLUSIF DENGAN YANG MEMBERI SUSU FORMULA

DI PUSKESMAS KARTASURA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

FAJAR DWI BUDIYARTI R 0107066

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN LAMA AMENOREA PADA IBU POSTPARTUM YANG MEMBERI ASI EKSLUSIF DENGAN YANG MEMBERI SUSU FORMULA

DI PUSKESMAS KARTASURA

KARYA TULIS ILMIAH

Fajar Dwi Budiyarti R0107066

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk Diujikan di hadapan Tim Penguji Pada Hari ..., Tanggal ... ...

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Munawaroh, SST, SKM, MKes) (Erindra Budi C, SKep, Ns, MKes) NIP. 1978 0220 2005 0110 001


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv ABSTRAK

FAJAR, R0107066, 2011, Perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif dan yang Memberi Susu Formula Di Puskesmas Kartasura , Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Latar Belakang : Pemberian ASI eksklusif dapat mengahambat ovulasi sehingga dapat digunakan sebagai metoda kontrasepsi. Kadar prolaktin akan tetap tinggi sebagai respon terhadap rangsang isapan bayi yang berlangsung terus menerus. Kadar prolaktin yang tinggi tersebut akan berefek pada otak dan ovarium. Prolaktin yang sampai di hipotalamus akan menimbulkan hambatan sekresi GnRH, menghambat efek GnRH pada hipofisis dan melawan efek gonadotropin pada ovarium.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Lama

Amenorea Pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif dan yang Memberi Susu Formula Di Puskesmas Kartasura.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan studi penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional dengan teknik simple random sampling yang dilakukan pada bulan Juli 2011. Besar sampel yang digunakan adalah 67 orang sesuai kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Independent T-test menggunakan SPSS for Windows 16.0. Hasil Penelitian: Hasil analisis Independent T-test didapatkan rata –rata lama

amenorea ibu yang memberi ASI eksklusif 147,45 hari dengan standart deviasi sebesar 57,22 sedangkan lama amenorea ibu yang hanya memberi susu formula 46,52 hari dengan standart deviasi 17,42, t hitung sebesar 10,803 dengan p-value 0,000 <0,05.

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan yang signifikan. Lama Amenorea pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif lebih lama dibanding ibu yang Memberi Susu Formula.


(5)

commit to user

v ABSTRACT

FAJAR, R0107066, 2011, difference of long postpartum amenorrhea between mothers who gave exclusive breastfeeding and formula milk in Kartasura healty primery centre, Faculty of Medicine Sebelas Maret University Surakarta

Exclusive breastfeeding can inhibit ovulation so that could be used as a method of contraception. Prolactin levels remain high in response to stimuli baby sucking. High prolactin levels will have an effect on the brain and ovaries. Prolactin to cause inhibition of the hypothalamic GnRH secretion, inhibit the effects of GnRH in the pituitary and combat the effects of gonadotropins on the ovary.

Objective: The objective of this experiment was to know the difference of long postpartum amenorrhea between mothers who gave exclusive breastfeeding and formula milk

Methods: This experiment used analytical experiment study with Cross Sectional approach by using simple random sampling technique which had been done in Juli 2011. The size of sample which had been taken was 67 who were appeoplepropriate to the required inclusion criteria. The data was collected by answering the questionnaire. The data as a result was analysed statistically by Independent T-test analysis by using SPSS for Windows 16.0

Result: The result of Independent T-test analysis was 147,45 days as mean of long amenorrhea mothers who gave exclusive breastfeeding with 57,22 as deviation standart. Althuoght 46,52 days as mean of long amenorrhea mothers who gave formula milk with 17,42 as deviation standart.. This result was more than t was 10,803 with p-value 0,000 < 0,05.

Conclusion: There was a significant difference of long postpartum amenorrhea at mothers who gave exclusive breastfeeding more long than mothers who gave formula milk.


(6)

commit to user

vi MOTTO

Siapapun dirimu dan apa yang terjadi, janganlah pernah takut dengan jalan hidup ini. Dia sudah memberi jalan kehidupan kita,

tak akan mungkin kita selalu di bawah,karena Ia Maha Adil (penulis)

Ya Allah muliakanlah aku dengan cahaya ilmu dan kecepatan pemahaman,

keluarkanlah aku dari kegelapan, keraguan, bukakanlah untukku

pintu-pintu rahmat-Mu, ajarilah aku rahasia-rahasia hikmah-Mu

Jangan pernah ada kata menyesal namun ubahlah dengan kata semangat dan

pasti bisa...yang pasti TALK LESS DO MORE


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini aku persembahkan kepada

KEDUA ORANGTUAKU

BUDI RAHARJO & WARGIYATI

“Maafin anakmu ini Pak/Bu yang selalu merepotkanmu. Namun

karena jasa, pengorbanan, kasih sayang, serta DOA yang mustajab darimu, saya bisa menyelesaikan tanggungjawabku

dengan terselesainya karya tulisku ini.

Terima kasih atas motivasinya, ini balasku untuk mu”

Keluarga Kecilku

Mas IYON makasih atas cayangmu itulah sumber semangatku. DEK CHU@ ….juga inspirasi bagi mama, besok adek harus lebih

tinggi ya sekolahnya dari papa n mama.

UNTUK PEMBIMBINGKU

Ibu , bapak makasih atas waktu, kesabaran dan ilmunya…semoga selalu

bermanfaat bagiku. Dan maaf jika selama ini ada perkataan atau

perbuatan yang kurang berkenan.


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif dan yang Memberi Susu Formula Di Puskesmas Kartasura ”.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Prodi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR, Dekan Fakultas Kedokteran

Sebelas Maret Surakarta.

3. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K), Kepala Program Studi D IV Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes. selaku Ketua Tim Karya tulis ilmiah Prodi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sekaligus sebagai pembimbing pendamping atas semua bimbingan, saran, motivasi, dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.


(9)

commit to user

ix

5. Munawaroh SST, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Utama atas semua

bimbingan, saran, motivasi, dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

6. Sri Anggarini P, SST, M.Kes. selaku Penguji Utama atas saran dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

7. Fresthy Astrika Yunita, SST, M.Kes. selaku sekertaris Penguji atas saran dan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah. 8. Dr. Nur Fanda E Kepala Puskesmas Kartasura, atas ijin yang diberikan untuk

melakukan penelitian ini.

9. Wargiyati Budi Raharjo (orang tua), mas Yon (suamiku), Nachjwa (putriku) tercintaku serta kedua saudaraku, Bara dan Anggi atas dukungan, motivasi, dan doa yang tiada henti.

10.Seluruh Dosen dan karyawan Program Studi D IV Kebidanan Fakultas kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam penyusunan Studi Kasus ini.

11.Temen-temen mahasiswa D IV Kebidanan angkatan 2007 Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan Studi Kasus ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, 2011 Penulis


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ..iii

ABSTRAK ... ..iv

MOTTO ... ..vi

PERSEMBAHAN ... .vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ..xi

DAFTAR TABEL ... .xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ..1

B. Perumusan Masalah ... ..3

C. Tujuan ... ..4

D. Manfaat ... ..4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemberian ASI Eksklusif ... ..6

B. Pemberian Susu Formula ... ..10

C. Lama Amenorea ... ..13

D. Kerangka Konsep ... ..22


(11)

commit to user

xi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... ..26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... ..26

C. Populasi Penelitian ... ..26

D. Sampel dan Teknik Sampling ... ..25

E. Besar Sampel ... ..26

F. Kriteria Restriksi ... ..26

G. Definisi Operasional... ..27

H. Cara Kerja ... ..28

I. Analisis Data ... ..33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Demografi ... ..35

B. Data Hasil Penelitian ... ..42

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... ..47

B. Perbedaan lama amenore pada ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif dengan yang memberi Susu Formula ... ..49

C. Keterbatasan ... ..52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ..53

B. Saran ... ..53 DAFTAR PUSTAKA


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Perbedaan ASI, susu sapid an susu formula ... 12

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 27

Tabel 3.2 kisi skala pemberian ASI atau susu formula ... 32

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi umur responden ... 38

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi pendidikan Responden ... 39

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi pekerjaan responden ... 40

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jumlah... 41


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 22

Gambar 4.1 Gambar Distribusi Frekuensi Umur Responden ... 38

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden... 39

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden ... 40


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Surat Keterangan Dinas Kesehatan Sukoharjo Lampiran 3. Surat Keterangan Bapeda

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 5. Surat Ijin Peminjaman Alat

Lampiran 6. Surat Permohonan ke Responden Lampiran 7. Persetujuan Responden

Lampiran 8. Panduan Wawancara

Lampiran 9. Tabulasi Data Hasil Penelitian Lampiran 10. Crosstabs T-test

Lampiran 11. Lembar Konsultasi Pembimbing Utama Lampiran 12. Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping


(15)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan perempuan dan kesehatan anak merupakan dasar yang penting dalam perkembangan masyarakat. Hanya perempuan yang bisa hamil dan melahirkan anak (WHO, 2008). Namun saat ini masalah kesehatan perempuan (khususnya ibu) dan bayi di Indonesia bukanlah gambar yang indah dipandang. Menurut hasil SDKI dalam Depkes tahun 2008 didapat Angka Kematian Ibu sebesar 226/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi 26/1000 kelahiran hidup. Propinsi Jawa Tengah AKI tahun 2008 sebesar 114,42/100.000 kelahiran hidup dan AKB 9,17/1000 kelahiran hidup. Data Dinas Kesehatan Kota Sukoharjo menyebutkan bahwa pada tahun 2010, terdapat kematian ibu sebanyak 21 jiwa, total kematian neonatal sebanyak 92 jiwa.

Jumlah perkawinan yang terjadi di provinsi Jawa Tengah sebanyak 49,44% dari 121.520 Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB) hanya sebanyak 54,42% dimana yang memakai KB tradisional hanya sebanyak 4,56% (Depkes RI, 2008).

Mengandung dan melahirkan adalah tugas illahiah yang agung dan hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh terkandung dalam Al – Qur an surat Al – Baqarah ayat: 233 dan Luqman ayat:14 (Abdul, Rifa i, 2002).


(16)

commit to user

2

Keunggulan dan manfaat ASI dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek kebidanan yaitu dengan penundaan kembalinya masa subur (ovulasi) yang di tandai dengan tidak haid sebagaimana mestinya atau

amenorea (Depkes RI, 2008). Ibu yang menyusui eksklusif artinya memberi ASI saja selama 6 bulan, maka kemungkinan haid tidak muncul teratur selama 24 minggu atau 6 bulan, sedangkan ibu yang tidak menyusui bayinya selama lebih dari 3 bulan, 80% diantaranya mengalami haid dan ovulasi pada minggu ke-10 setelah melahirkan (Nindya, 2001). Perlindungan yang bermakna terhadap kembalinya kesuburan, antara lain bahwa hanya 5% dari ibu-ibu mendapatkan haid setelah 1 bulan melahirkan dibanding dengan 75% ibu-ibu yang tidak menyusui (Hartanto, 2004)

Tingginya pemakaian susu formula di Indonesia ditemukan pada survei Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) dan Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI (BKPP-ASI). Data survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (Depkes RI, 2008) menunjukkan pada bayi berusia < 6 bulan yang menggunakan susu formula, yaitu sebanyak 76,6% pada bayi yang tidak disusui. Jika dibandingkan dengan susu formula, ASI lebih sempurna dan lebih sehat. Sebab dalam ASI terdapat zat-zat yang tidak ada di dalam susu formula (Indiarti dan Sukaca, 2009). Susu formula diberikan sebagai substitusi atau pengganti ASI, dengan alasan: terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk menyusukan, produksi ASI tidak ada atau sangat kurang, atau Ibu tidak mempunyai kesempatan dikarenakan pekerjaannya


(17)

commit to user

3

mengharuskan meninggalkan rumah untuk jangka waktu yang lama (Hassan dkk, 2005).

Berdasarkan data di Puskesmas Kartasura kabupaten Sukoharjo mengenai data kesehatan ibu dan anak, pencapaian ASI eksklusif yang terendah adalah di Puskesmas Kartasura sebanyak 36,5 %. Dari 12 Puskesmas di Sukoharjo. Pada tanggal 27 Mei 2011, 10 orang sampel yang penulis wawancara terdapat 7 orang yang mengalami amenorea laktasi sedangkan 3 orang mendapatan haidnya segera setelah 40 hari pasca melahirkan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif dengan yang Memberi Susu Formula di Puskesmas Kartasura.

Penelitian serupa tentang amenorea yang disebabkan oleh menyusui pernah dilakukan oleh Milaza (2010) dari Universitas kota Padang dengan judul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Amenorea Laktasi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan menyusui eksklusif dengan amenorea setelah melahirkan. Penulisan penelitian ini terdapat perbedaan nyata pada variabel penelitian. Maka diharapkan penelitian ini mempunyai hasil yang berbeda dari hasil penelitian yang sebelumnya.


(18)

commit to user

4

B. Perumusan Masalah

“Apakah ada perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif dengan yang Memberi Susu Formula di Puskesmas Kartasura?”

C. Tujuan

1) Tujuan umum

Untuk mengetahui perbedaan Lama Amenorea Pada Ibu Postpartum

yang Memberi ASI Eksklusif dengan yang Memberi Susu Formula. 2) Tujuan khusus

a) Mengidentifikasi lama amenorea ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif.

b)Mengidentifikasi lama amenorea ibu postpartum yang hanya memberi susu formula.

c) Untuk mengadakan analisis mengenai perbedaan Lama Amenorea

Pada Ibu Postpartum yang Memberi ASI Eksklusif dengan yang Memberi Susu Formula.

D. Manfaat

1) Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah mengenai amenorea

pada ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif dengan yang memberi susu formula.


(19)

commit to user

5

2) Manfaat aplikatif a) Bagi institusi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam memberikan materi pengajaran asuhan kebidanan ibu postpartum khususnya dengan lama amenorea karena pemberian ASI eksklusif.

b) Bagi profesi

Diharapkan dapat dijadikan pertimbangan oleh bidan dalam peningkatan motivasi penelitian tentang ASI eksklusif.

c) Bagi masyarakat

Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi ibu menyusui maupun

keluarga bahwa ada perbedaan lama amenorea pada ibu

postpartum pemberi ASI eksklusif dengan ibu yang hanya memberi susu formula.


(20)

commit to user

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif 1. Pengertian

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein , lactose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Kodrat, 2010)

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur, nasi dan tim. UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama WHA (World Healt Assembly) dan banyak Negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Bayi menyusu setiap 15 menit dan anak selalu dekat dengan ibu siang dan malam Setelah umur 6 bulan bayi diberi makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2005).

2. Manfaat

Manfaat ASI diantaranya: nutrien yang sesuai untuk bayi, meningkatkan kecerdasan, mengandung zat protektif (imunologik), mempunyai efek psikologis yang menguntungkan, neurologis, perbaikan


(21)

commit to user

7

gizi, praktis, ekonomis, tidak menimbulkan alergi (WHO, 2010). Serta menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan (Hartanto, 2004).

3. Komposisi ASI

ASI berbeda dengan susu sapi. Komposisi ASI pun ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu. Komposisi ASI dari satu ibu pun berbeda-beda pada hari-kehari, bahkan dari menit ke menit (Nichol, 2005). ASI yang dikeluarkan pada 5 menit pertama dinamakn foremilk.

Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Roesli, 2005), yaitu:

a) Kolostrum

(1) Disekresikan oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa laktasi.

(2) Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan

mekonium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.

(3) Lebih banyak mengandung protein dibanding ASI mature, tetapi berlainan protein utama adalah globulin, sehingga dapat dengan ASI mature dimana protein yang utama adalah casein pada kolostrum, memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.


(22)

commit to user

8

(4) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI mature

yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

(5) Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI mature.

(6) Total energi lebih rendah dibandingkan ASI mature yaitu 58 kalori/100ml kolostrum.

(7) Vitamin larut dalam lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air lebih tinggi atau lebih rendah.

(8) Apabila dipanaskan menggumpal. ASI mature tidak. (9) PH lebih alkalis dibandingkan ASI mature.

(10)Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan ASI mature.

(11)Terdapat trypsin inhibitor yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.

(12)Volumenya bekisar 150-130ml/24 jam. b) ASI Transisi/Peralihan

(1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI mature. (2) Disekresi dari hari ketiga sampai hari kesepuluh dari masa laktasi,

tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI mature baru akan terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.

(3) Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.


(23)

commit to user

9

(4) Volume semakin meningkat. c) ASI matang (mature)

(1) ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang

mengatakan bahwa minggu ketiga sampai kelima ASI

komposisinya baru konstan.

(2) Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung

casienat, riboflaum, dan karotin.

(3) Tidak menggumpal apabila dipanaskan.

(4) Volume 300-850 ml/24 jam

Hal- hal yang mungkin berpengaruh terhadap pemberian ASI ekslusif: pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal diantaranya: pengetahuan, latar belakang/pendidikan dari keluarga, rasa percaya diri. Faktor eksternal yaitu: faktor geografis, penyuluhan kesehatan, lingkungan, transportasi yang memadai serta petugas kesehatan yang professional (Milaza, 2010)

B. Pemberian Susu Formula 1. Pengertian

Susu formula adalah susu buatan yang di produksi oleh pabrik sebagai subtitusi atau pengganti ASI karena ASI tidak ada atau tidak diberikan (Lisal, 2011).


(24)

commit to user

10

Pemberian susu formula adalah sejak lahir bayi tidak diberikan ASI melainkan diganti dengan susu formula (Kosmo dalam BPOM, 2011).

Menurut Budiasih (2008), pakar gizi anak Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menguraikan hasil survey penggunaan makanan pendamping ASI sekitar 49% bayi sebelum usia 4 bulan sudah diberi susu formula, 45,1% makanan cair selain susu formula, dan 50% makanan padat. Pemberian susu formula bahkan sudah diberikan sejak bayi lahir

2. Komposisi Susu Formula

Secara umum, komposisi utama susu formula adalah susu sapi yang mengandung laktosa dan/atau sukrosa sebagai sumber karbohidrat, protein susu sapi, dan biasanya ditambahkan minyak nabati sebagai sumber lemak, khususnya sumber Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA). Ada pula susu formula khusus yang disediakan untuk bayi/anak yang memiliki penyakit tertentu (Wardlaw and Hampl, 2007).

Beberapa bahan dasar yang sering ditambahkan untuk keperluan tertentu termasuk kelengkapan nutrisi, di antaranya adalah (Widodo, 2003):

1) Susu bubuk skim. Susu bubuk skim yang ditambahkan memiliki padatan total 96,81% (protein 34,11%, kadar lemak 1,33% dan kadar air 3,19%). Penambahan skim bertujuan untuk meningkatkan kadar lemak.

2) Potasium kaseinat, merupakan bahan tambahan kadar yang kadar protein 84,15%, lemak 0,63%, padatan total 95,63, dan kadar air


(25)

commit to user

11

4,37%. Penambahan potasium kaseinat bertujuan mengatur kadar protein pada produk akhir.

3) Butter oil, ditambahkan apabila produk akhir yang dikehendaki memiliki kadar lemak yang tinggi.

4) Vitamin premik, merupakan campuran vitamin (A, D, E, K, kalsium pantotenat, thiamin monositrat, nikotinamida, piridoksin, hidroklorida, asam folat, sodium askorbat dan D-biotin).

5) Mineral sebagai elemen yang sering ditambahkan pada susu formula bubuk untuk memenuhi nutrisi bayi.

6) Lesitin, merupakan bioemulsifier yang mampu menggabungkan gugus polar dan non polar sehingga susu bubuk dapat larut air.

7) Raftilosa, malto dekstrin dan Frukto Oligosakarida (FOS), diberikan sebagai prebiotik.

8) Madu dan sukrosa, diberikan untuk memberi rasa manis pada susu, terutama susu formula bubuk untuk balita.

9) Kalsium karbonat, penambahannya bertujuan untuk pengkayaan kalsium pada susu formula bubuk.

Tabel dibawah ini menunjukan ringkasan perbedaan pada ASI, susu sapi dan susu formula.

No Property ASI Susu sapi Susu formula

1. Kontaminasi

bakteri

Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada

apabila dicampur

2. Faktor anti

infeksi

Ada Tidak ada Tidak ada


(26)

commit to user

12

Sumber : WHO/UNICEF/BKPP-ASI januari 2008

C. Lama Amenorea 1. Pengertian

Amenorea adalah suatu keadaan atau kondisi dimana pada seorang wanita tidak mengalami haid sebagaimana mestinya (Wiknyosastro, 2005). Lama amenorea postpartum adalah rentan waktu dimana seorang wanita tidak mengalami haid setelah melahirkan/tidak haid sebagaimana mestinya (Dimasmis, 2008).

pertumbuhan

4. Protein Jumlah

sesuai dan mudah dicerna

Terlalu banyak dan sukar dicerna

Sebagian diperbaiki

Kasein:whey 40:60

Kasein : whey 80:20

Disesuaikan dengan ASI

Whey: Alfa Betalaktoglobulin

5. Lemak Cukup

mengandung asam lemak esensial (ALE), DHA dan AA Mengandung lipase Kurang ALE

Tidak ada lipase

Kurang ALE, tidak ada DHA dan AA Tidak ada lipase

6. Zat Besi Jumlah kecil

tapi mudah dicerna

Jumlah lebih banyak tapi tidak diserap dengan baik Ditambahkan ekstra Tidak diserap dengan baik

7. Vitamin Cukup Tidak cukup

vitamin A,vitamin C

Vitamin ditambahkan

8. Air Cukup Perlu tambahan Mungkin

perlu tambahan


(27)

commit to user

13

2. Macam Amenorea

a) Amenorea primer

Amenorea primer aadalah tidak terdapatnya haid pada pasien berusia 16 tahun dengan ciri-ciri seksual sekunder yang normal atau tidak terdapatnya menstruasi pada pasien berusia 14 tahun tanpa tanda-tanda pematangan seksual ( Heffner, Schust, 2008)

b) Amenorea sekunder

Tidak adanya haid pada seorang wanita yang sebelumnya pernah mendapat haid. Atau tidak terdapatnya 3 siklus haid dan atau tidak adanya perdarahan haidselama 6 bulan. Disebabkan oleh: malnutrisi, kontrasepsi, penyakit, kehamilan, laktasi, gangguan psikologi (Whitehead, 2003).

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan menurut Cunningham (2005), haid merujuk kepada pendarahan yang menyertai penarikan progesteron setelah ovulasi pada siklus non-fertil dan menyebut episode pendarahan endometrium lain pada wanita tidak hamil sebagai perdarahan uterus atau endometrium.

Haid yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus haid yang melibatkan hipofisis, hipotalamus, ovarium dan uterus (Wiknjosastro, 2007).

Siklus haid yang berlangsung secara teratur tiap bulan, tergantung kepada serangkaian perubahan hormonal siklik yang melibatkan sekresi hormon pada berbagai tingkat dalam sistem yang terintegrasi (Kodrat,


(28)

commit to user

14

2010). Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah

hipotalamus yang mensekresikan gonadotropin releasing hormone

(GnRH). GnRH merangsang sekresi 2 hormon yaitu follicle stimulating hormone releasing hormone (FSH-RH) dan luteinizing hormone releasing hormone (LH-RH) (Wiknjosastro, 2007).

Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone

(LH) yang selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan terjadinya produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan memberikan umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin (Llewllyn, 2002).

3. Menurut Wiknjosastro (2005), mekanisme terjadinya perdarahan haid dalam satu siklus ada 4 fase, yaitu :

a. Fase Proliferasi

Terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-14 siklus haid. Ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium serta membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek. Pada akhir dari fase ini


(29)

commit to user

15

terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat meningkat dan menyebabkan terjadinya proses ovulasi.

b. Fase Prahaid (Fase Sekresi)

Terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 siklus haid. Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel telur pada saat terjadinya proses ovulasi. Terjadi peningkatan hormon progesteron yang bermakna yang diikuti oleh penurunan kadar hormon-hormon FSH, LH dan estrogen. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan.

c. Fase Haid

Terjadi pada hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3 siklus haid. Peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek yang diwujudkan dalam pengeluaran darah dari dalamnya. Pada fase ini terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal.

d. Fase Regenerasi (Fase Pascahaid)

Terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-5 siklus haid. Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan


(30)

commit to user

16

endometrium. Sedangkan ovarium mulai beraktivitas kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya sudah dihasilkan kembali di ovarium.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Amenorea menurut Wiknjosastro

(2005), antara lain : a. Status gizi

Kelebihan berat badan : terjadi gangguan metabolisme estrogen berupa peningkatan produksi estrogen pada wanita dengan kelebihan berat badan sehingga menyebabkan siklus haid menjadi tidak teratur.

Kekurangan nutrisi : pada seseorang yang tidak cukup makan, tubuh akan berasumsi bahwa tubuh tidak cukup bugar dan kadar estrogen bisa menurun serta bisa berhenti berovulasi (Evan, 2011). b. Penyakit yang berhubungan dengan reproduksi : penyakit reproduksi

seperti polycsytic ovary syndrome (PCOS), endometriosis, tumor ovarium, kanker leher rahim dapat menyebabkan perubahan hormon. c. Faktor psikososial : stress atau kecemasan bisa mengacaukan siklus

haid perempuan karena pusat stres di otak sangat dekat lokasinya dengan pusat pengaturan haid di otak. Gangguan kejiwaan, stress, lingkungan sosial, tekanan-tekanan dapat menyebabkan siklus haid tidak teratur (Heffner, Schust, 2008).

d. Kelainan genetik seperti sindrom stein-leventhal, sindrom Sheehan, sindrom forbes-albright, sindrom chusing, sindrom turner, sindrom


(31)

commit to user

17

asherman dan sindrom testicular feminization dapat menyebabkan terjadinya amenorea primer.

e. Olahraga berat : seorang perempuan dengan latihan yang dilakukan adekuat atau berlebihan dapat menyebabkan kehilangan berat badan beberapa kilogram (Baziad, 2009).

f. Konsumsi obat tertentu seperti kontrasepsi hormonal dan obat yang dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin sehingga menyebabkan perubahan siklus haid. Metode kontrasepsi akan memanipulasi siklus haid karena hormon-hormon yang diproduksi memaksa tubuh untuk membentuk siklus buatan (Evan, 2011)

g. Laktasi atau pemberian ASI eksklusif

Selama masa laktasi, kadar prolaktin akan tetap tinggi sebagai respon terhadap rangsangan isapan bayi yang berlangsung terus menerus. Kadar prolaktin yang tinggi tersebut akan berefek pada otak dan ovarium. Prolaktin yang sampai di hipotalamus akan menimbulkan hambatan sekresi GnRH, menghambat efek GnRH pada hipofisis dan melawan efek gonadotropin pada ovarium (Nindya, 2001). Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi

follicle stimulating hormone (FSH)dan luteinizing hormone (LH) yang selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan terjadinya produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan memberikan umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin (Llewllyn, 2002). Walaupun prolaktin bertanggungjawab


(32)

commit to user

18

dalam memulai mereproduksi air susu, penyampaian dan pemeliharaan laktasi bergantung pada stimulasi isapan bayi pada putting susu sehingga terjadi pengeluaran air susu dikenal sebagai ejeksi. Reflek hisap juga mempengaruhi aktivitas generator denyut GnRH, dan biasanya tidak terjadi ovulasi. Efektivitas laktasi dalam menekan fungsi gonad secara langsung berhubungan dengan frekuensi dan durasi menyusui (Heffner, Schust, 2008).

Kesuburan tidak akan terjadi apabila laktasi yang ketat dipertahankan. Jika bayi mangisap ASI sebanyak 6x atau lebih dalam 24 jam, lama menyusu >60 menit per 24 jam dan menyusu pada malam hari, merupakan faktor penting dalam menunda ovulasi (Hartanto, 2004).

Menurut Nindya (2001) prolaktin merupakan penyebab utama anovulasi pada laktasi atau amenore pada laktasi, atas dasar efek penghambatan di tingkat otak maupun ovarium sebagai berikut: 1) Penurunan sensitivitas hipotalamus terhadap umpan balik positif dari

estrogen.

2) Hambatan sekresi GnRH oleh hipotalamus. 3) Penurunan sekresi gonadotropin.

4) Penurunan sensitivitas ovarium terhadap gonadotropin.

Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas terdapat alternatif penghambatan ovulasi yang lain oleh prolaktin yaitu hambatan sintesis progesteron oleh sel-sel granulosa dan perubahan rasio testosteron.


(33)

commit to user

19

dihidrotestosteron oleh prolaktin sehingga berakibat penurunan zat-zat teraromatisasi yang berarti peningkatan kadar zat antiestrogen lokal (Lisal, 2004).

Kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan umpan balik positif jalur pendek terhadap sekresi dopamin oleh hipotalamus. Kadar dopamin yang tinggi akan menurunkan sekresi GnRH. Pada efek di otak dan di ovarium, tampaknya efek hambatan ovulasi oleh prolaktin selama laktasi paling dominan adalah penyebab di otak (Kodrat, 2003).

Pada seorang wanita yang memberikan ASI eksklusif, selama 6-8 minggu masa laktasi akan terjadi penurunan respon LH terhadap GnRH, sementara respon FSH tetap normal, meskipun demikian pada ovarium tidak terjadi fase folikuler dan tidak terjadi sintesis estrogen. Sintesis estrogen akan dimulai secara bertahap sejak bulan ke-4 postpartum pada wanita yang memberikan ASI-nya, sebagian besar wanita yang memberikan susu formula pada minggu ke-8 postpartum memperlihatkan tanda-tanda perkembangan folikel dan akan berovulasi tidak lama kemudian (Gebbie;Glasier, 2006).

Pemberian GnRH atau hormon gonadotropin eksogen dalam jumlah besar ternyata mampu merangsang perkembangan folikel ovarium dan pembentukan hormon estrogen. Hal ini mengisyaratkan bahwa pada ovarium terjadi penurunan sensitivitas terhadap hormon gonadotropin, mungkin karena reseptor gonadotropin pada ovarium ditempati oleh prolaktin, atau karena hambatan fungsi sel-sel theka oleh prolaktin. Hal ini


(34)

commit to user

20

menerangkan efek kadar prolaktin yang tinggi terhadap ovarium (Whitehead, 2003).

Ovulasi akan tertunda lewat 10 minggu dan mungkin selama masa laktasi. Atau 28 hari setelah melahirkan apabila ibu tidak menyusui bayinya. Saat makanan atau minuman tambahan mulai diberikan, dan frekuensi mengisap berkurang, kurang lebih 75% ibu mengalami perkembangan folikel dan 50% akan mengalami ovulasi dalam waktu 16 minggu yang akan datang meskipun laktasi masih diberikan (Hartanto, 2004).


(35)

commit to user

21

D. Kerangka Konseptual

Ibupostpartum

Perbedaan

Lamaamenore

Yang memberi susu formula Yang memberi

ASI Ekslusif

Isapan bayi

prolaktinemia

hipotalamus

Hambat GnRH pada ovarium

FSH dan LH rendah

Estrogen dan progesteron rendah

Tidak terjadi ovulasi selama 6

bulan Terjadi ovulasi Lh dan FSH

normal Kerja hipotalamus seperti

biasa Tidak terjadi prolaktinemia Tidak ada isapan bayi

1. Kelainan genital 2. Kelainan genetik 3. Malnutrisi 4. Kontrasepsi 5. Kehamilan 6. Psikologi 7. laktasi

Keterangan : : diteliti

: tidak diteliti


(36)

commit to user

22

E. Hipotesa

“Ada perbedaan lama amenorea pada ibu postpartum yang memberi ASI Eksklusif dengan yang memberi susu formula?”


(37)

commit to user

23 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

dengan pendekatan kasus cross sectional dimana variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2005). Penelitian ini mempelajari ukuran perbedaan lama

amenorea (efek) yang dialami ibu postpartum yang memberi ASI Eksklusif dan ibu yang memberi susu formula (faktor risiko).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kartasura. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011.

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan percobaan, data laboratorium, dan lain-lain yang ciri-cirinya akan diteliti (Arief, 2008).

1. Populasi target

Menurut Arief (2008), populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian, tetapi


(38)

commit to user

24

tidak mungkin semua subjek dalam populasi target akan diamati. Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu postpartum.

2. Populasi aktual

Populasi aktual yaitu populasi yang lebih kecil sehingga lebih memungkinkan diukur untuk mendapatkan informasi tentang populasi sasaran (Arief, 2008). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah ibu

postpartum periode November tahun 2010- Januari 2011 yang melahirkan di wilayah Kerja Puskesmas Kartasura sebanyak 80 orang.

D. Sampel dan Teknik Sampling

Menurut Murti (2010) sampel didefinisikan sebagai bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu yang akan diamati atau diukur peneliti hingga dianggap dapat mewakili populasinya.

Sampel diambil dari populasi aktual dengan teknik simple random sampling, yaitu dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi aktual yang akan dipilih sampelnya. Kemudian tiap subjek diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan teknik undian yaitu mengambil instrumen undian (kertas) yang telah dikocok terlebih dahulu (Sastroasmoro, 2008). Hal ini sesuai dengan definisi teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan subjek dengan mendasarkan pada setiap anggota dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005).


(39)

commit to user

25

E. Estimasi Besar Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005), untuk menghitung ukuran sampel yang populasinya kurang dari 10.000 dapat menggunakan rumus:

Keterangan:

n = Besar sampel N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, yaitu 0,05 Dari populasi aktual didapatkan populasi sebanyak 80 orang yang kemudian dilakukan seleksi pemilihan sampel menggunakan kriteria restriksi, setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus didapatkan besar sampel sebanyak 67 orang.

F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan pada populasi terjangkau/aktual (Sastroasmoro, 2008). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a) Ibu post partum yang memberikan ASI eksklusif atau hanya memberi susu formula periode November tahun 2010 – Januari 2011, yang bersalin di Puskesmas Kartasura.

b) Tidak memakai alat kontrasepsi hormonal


(40)

commit to user

26

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu kriteria dimana subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari penelitian karena perbagai sebab (Sastroasmoro, 2008).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Ibu postpartum dengan penyakit kandungan meliputi infeksi kandungan (endometritis, infeksi radang panggul) dan keganasan (kista ovarium, kanker leher rahim).

G. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel

No. Variabel Definisi operasional Pengukuran

Alat ukur Skala

1. Variabel

bebas : memberi ASI eksklusif atau memberi susu formula

Pemberian ASI secara

eksklusif adalah bayi hanya

diberi ASI saja, tanpa

tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,air teh dan tanpa tambahan

makanan padat seperti

pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur, nasi dan tim selama 6 bulan.

Pemberian susu formula

adalah sejak lahir bayi tidak

diberikan ASI melainkan

diganti dengan susu formula

wawancara Nominal

2. Variabel tergantung : lama

amenorea

Lama amenorea postpartum

adalah rentan waktu dimana

seorang wanita tidak

mengalami haid setelah

melahirkan .


(41)

commit to user

27

H. Cara Kerja 1. Alat ukur

a. Pertanyaan Panduan Wawancara

Meliputi nama, usia, pekerjaan, jumlah anak, alamat, lama pemberian ASI, dan penyebab berhenti memberikan ASI dan pernyataan lain tentang pemberian ASI eksklusif.Untuk mendapatkan data lama

amenorea postpartum responden, meliputi tanggal persalinan, tanggal haid kembali.

2. Cara Pengukuran

a. Pemberian ASI Eksklusif atau hanya Susu formula

1) Cara : melakukan wawancar kepada ibu responden sesuai

panduan lalu mengklasifikasikan responden.

2) Hasil ukur : pemberian ASI eksklusif dan hanya pemberian susu formula

3) Skala ukur : nominal dikotomik

b. Lama amenorea postpartum

1) Cara : Melakukan wawancara dengan menggunakan

lembar observasi yang berisikan nama ibu, tanggal persalinan, tanggal pertama haid setelah melahirkan pada ibu postpartum yang dijadikan subjek penelitian

2) Hasil ukur : Berapa lama ibu mengalami amenorea postpartum

dalam hitungan hari


(42)

commit to user

28

3. Gambar cara kerja penelitian

b hari ASI eksklusif

Amenorea Ibu post partum

Amenorea

a hari

Uji t

Hanya susu formula wawancara

Gambar 3.1 kerja penelitian

Keterangan

Setelah didapatkan responden, peneliti mengutarakan tujuan penelitian. Lalu meminta kesediaan ibu sebagai responden dan memberikan lembar kepada ibu untuk menanyakan point-point yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dengan peneliti menemani jika terjadi pertanyaan dari responden peneliti bisa menyamakan persepsi. Atau dengan wawancara pada ibu

secara langsung dengan beberapa pertanyaan, dan

mengklasifikasikan ibu yang memberi ASI eksklusif dan ibu yang hanya memberi susu formula. Kemudian peneliti mencari berapa hari lama amenorea pada ibu yang memberi ASI eksklusif dan lama amenorea pada ibu yang hanya memberi susu formula, dicari rata-rata hitung dari keduanya dengan menggunakan uji independent T test.


(43)

commit to user

29

I. Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian secara langsung (data primer) diperoleh dari jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara dan data sekunder dari rekam medik yang dimiliki puskesmas.

2. Pengolahan Data

Kegiatan-kegiatan dalam mengolah data antara lain (Fajar, 2009):

a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data.

b. Coding (pemberian kode) yaitu merubah data ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu terutama data klasifikasi untuk mempermudah pengolahan. Untuk pemberian susu formula memiliki kode=1 dan pemberian ASI eksklusif memiliki kode=0. Sedangkan lama amenorea dimasukkan sesuai data yang diperoleh tanpa adanya penggolongan/klasifikasi.

c. Data entry (pemasukan data) yaitu membuat file dan memasukkan satu persatu ke dalam file data komputer sesuai paket program statistik komputer yang digunakan (Hidayat, 2007).

d. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis (Notoatmodjo, 2005).


(44)

commit to user

30

3. Analisis Data

Setelah data diolah, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk menolak atau menerima hipotesis penelitian yang ada. Analisis data digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memahami hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

1) Analisis Univariate

Menganalisis tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang dianalisis secara univariate dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

2) Analisis Bivariate

Uji normalitas data diperlukan sebelum menggunakan uji t independent untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data ini menggunakan uji parametrik kolmogorov smirnov z (K-S). Proses uji normalitas data dibantu dengan menggunakan program SPSS. Kriteria yang digunakan pada uji kolmogorov smirnov z pada signifikansi 0,05 (Dahlan, 2009) adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai p > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima, artinya data yang akan diuji tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Jadi, kesimpulannya data tersebut berdistribusi normal.


(45)

commit to user

31

b. Bila nilai p < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Jadi, kesimpulannya data tersebut tidak berdistribusi normal.


(46)

commit to user

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada proses pengumpulan data yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura pada bulan Juli 2011. Berdasarkan atas kriteria sampel dan persyararatan dalam pemilihan sampel ditemukan jumlah sampel yang terdiri dari dua kelompok yaitu lama amenorea (efek) yang dialami ibu postpartum yang memberi ASI Ekslusif sebesar 31 orang dan ibu yang hanya memberi susu formula (factor resiko) sebesar 36 orang. Pengumpulan data dengan observasi dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara untuk mengetahui lama

amenorea yang dialami ibu postpartum yang memberi ASI Ekslusif dan yang hanya memberi susu formula. Adapun hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: A. Data Demografi

1. Karakteristik Responden Menurut Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden

Ibu Postpartum yang memberi ASI Ekslusif Ibu Postpartum yang memberi Susu Formula

Umur Frekuensi Persen Umur Frekuensi Persen

< 20 tahun

20-25 tahun

26-30 tahun

31-35 tahun

> 35 tahun

3 13 10 3 2 9,7 % 41,9 % 32,2 % 9,7 % 6,5%

< 20 tahun

20-25 tahun

26-30 tahun

31-35 tahun

> 35 tahun

3 18 6 4 5 8,3 % 50,0% 16,7% 11,1% 13,9%

Jumlah 31 100 % 36 100 %


(47)

commit to user 33 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0%

ASI Eksklusif Susu Formula

< 20 th 20-25 th 26-30 th 31-35 th > 35 th

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 diatas diketahui bahwa responden ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif sebagian besar berusia 20-25 tahun dengan frekuensi 13 orang (41,9%) dan paling sedikit berusia < 35 tahun dengan frekuensi 2 orang (6,5%). Sedangkan pada ibu postpartum yang memberi susu formula sebagian besar berusia 20-25 tahun dengan frekuensi 18 orang (50%) dan paling sedikit berusia < 20 tahun dengan frekuensi 3 orang (8,3%).

2. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden. Ibu Postpartum yang memberi ASI

Eksklusif

Ibu Postpartum yang memberi Susu Formula

Pendidikan Frekuensi Persen Pendidikan Frekuensi Persen SD SMP SMA PT 4 7 18 2 12,90 % 22,59 % 58,06 % 6,45 % SD SMP SMA PT 6 10 15 5 16,67 % 27,78 % 41,67 % 13,89 % Jumlah 31 100,00 % 36 100,00 % Sumber: data primer yang diolah.


(48)

commit to user

34

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

ASI Eksklusif Susu Formula

SD SMP SMA PT

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden

Berdasarkan tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan formal dari ibu postpartum yang memberi ASI ekslusif sebagian besar berpendidikan tamat SMA dengan frekuensi 18 orang (58,06%), tamat SMP frekuensi 7 orang (22,58%), tamat SD sebanyak 4 orang (12,90%) dan Perguruan Tinggi frekuensi 2 orang (6,45%). Ibu postparpum yang memberi susu formula sebagian besar berpendidikan tamat SMA dengan frekuensi 15 orang (41,67%), tamat SMP frekuensi 10 orang (27,78%), tamat SD sebanyak 6 orang (16.67%) dan perguruan tinggi frekuensi 5 orang (13,89%).


(49)

commit to user

35

3. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden. Ibu Postpartum yang memberi ASI

Ekslusif

Ibu Postpartum yang memberi Susu Formula

Pekerjaan Frekuensi % Pekerjaan Frekuensi % PNS Peg.Swasta Wiraswasta IRT 1 6 10 14 3,23 % 19,35 % 32,26 % 45,16 % PNS Peg. Swasta Wiraswasta IRT 3 15 7 11 8,33 % 41,67 % 19,44 % 30,56%

Jumlah 31 100 % 36 100 %

Sumber: data primer yang diolah.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

ASI Eksklusif Susu Formula

PNS Peg.Sw asta Wirasw asta IRT

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Berdasarkan tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa ibu postpartum yang memberi ASI ekslusif sebagian besar ibu rumah tangga dengan frekuensi 14 orang (45,16%), wiraswasta dengan frekuensi 10 orang (32,26%), pegawai swasta dengan frekuensi 6 orang (19,35%), PNS


(50)

commit to user

36

frekuensi 1 orang (3,23%). Pada ibu postparpum yang memberi susu formula sebagian besar pegawai swasta dengan frekuensi 15 orang (41,67%), wiraswasta dengan frekuensi 7 orang (19,44%), ibu rumah tangga 11 orang (30,56%) dan PNS frekuensi 3 orang (8,33%).

4. Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anak

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden

Ibu Postpartum yang memberi ASI Eksklusif Ibu Postpartum yang memberi susu formula

Jumlah anak Frekuensi Persen Jumlah anak Frekuensi Persen

1 orang

2 orang

≥ 3 orang

5 17 9 16,13 % 54,84 % 29,03 % 1 orang 2 orang

≥ 3 orang

4 18 14 11,11% 50,00% 38,89% Jumlah

31 100%

36

100 % Sumber: data primer yang diolah.

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

Asi Eksklusif Susu Formula

1 orang 2 orang ≥ 3 orang

Gambar 4.4. Distribusi Frekuensi Jumlah .

Berdasarkan gambar dan tabel diatas diketahui bahwa responden ibu postpartum yang memberi ASI ekslusif sebagian besar mempunyai anak 2 orang dengan frekuensi 17 orang (54,84%), dan ≥ 3 anak dengan frekuensi 9 orang (29,03%). Pada ibu postpartum yang memberi susu


(51)

commit to user

37

formula sebagian besar mempunyai anak 2 orang dengan frekuensi 18

orang (50,00%), 1 anak dengan frekuensi 4 orang (11,11%) dan ≥ 3 anak

dengan frekuensi 14 orang (38,89%).

B. Data Hasil Penelitian.

Dari data observasi yang telah dilakukan pada 31 kasus ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif dan 36 kasus ibu postpartum yang memberi susu formula. Pengambilan data dilakukan dengan menyebar kuesioner tentang lama amenore pada ibu postpartum. Untuk membuktikan hipotesis pada penelitian ini digunakan analisis bivariat yaitu uji statistik parametrik yaitu

independent t-test untuk membedakan antara dua sampel atau dua kelompok yang berbeda. Sebelum melangkah ke uji parametrik maka dilakukan terlebih dahulu uji kenormalan data dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Uji Normalitas Data

One-Sam ple Kolm ogorov-Sm irnov Test

31 36 147.45 57.22 46.517 17.418 .177 .164 .089 .164 -.177 -.161 .987 .985 .284 .287 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Abs olute Positive Negative Mos t Extreme

Diff erences

Kolmogorov-Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)

Lama Amenora (ASI) Lama Amenora (Susu Formula)

Test distribution is Normal. a.

Calculated f rom data. b.


(52)

commit to user

38

Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa data lama amenorea pada ibu yang memberi ASI eksklusif didapat p-value sebesar 0,284 > 0,05 (α), dan data lama amenorea pada ibu yang hanya memberi susu formula mempunyai p-value sebesar 0,287 > 0,05 (α), hal ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, dan selanjutnya dapat dianalisis dengan uji parametrik yaitu uji t-test independen.

Adapun hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Data Lama Amenore Pada Ibu Postpartum

Data Lama Amenore Mean SD

Ibu Postpartum Yang Memberi ASI Ekslusif 147,45 57,22

Ibu Postpartum Yang Memberi Susu Formula 46,52 17,42

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata lama amenorea ibu

pospartum yang memberi ASI ekslusif sebesar 147,45 dengan stadart deviasi sebesar 57,22, sedangkan ibu postpartum yang hanya memberi susu formula mempunyai nilai rata-rata sebesar 46,52 dengan standart deviasi sebesar 17,42. Nilai t hitung sebesar 10,803 dengan p-value 0,000 < 0,05 (α), maka hasil perhitungan ini bermakna. Kesimpulan dengan kepercayaan 5%, lama amenorea

pada ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif dan ibu postpartum yang hanya memberi susu formula mempunyai perbedaan yang signifikan.


(53)

commit to user

39 BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Peneliti mengendalikan beberapa faktor luar yang dapat mempengaruhi pemberian ASI ekslusif pada ibu postpartum , diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman responden sehingga lama pemberian ASI ekslusif yang didapat benar-benar sesuai dengan pengerian pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan tersebut dapat dinilai karakteristiknya sebagaimana dibahas dibawah ini.

Hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok responden usia terbanyak baik pada kelompok ibu postpartum yang memberi ASI ekslusif maupun kelompok ibu postpartum yang hanya memberi susu formula, adalah usia 20-25 tahun sebasar 50%. Menurut Heffner, Schust (2008) usia 20 hingga 30 tahun merupakan usia ideal untuk masa reproduksi wanita.

Menurut Budiasih (2010) para ibu sekarang baanyak yang beranggapan bahwa susu formula lebih lengkap gizinya dibanding ASI sehingga dari responden didapatkan lebih banyak ibu yang memberi susu formula yaitu 36 orang. Pemberian ASI ekslusif lebih rendah yaitu 31 orang dikarenakan pengetahuan ibu tentang ASI kurang dan salah persepsi tentang ASI eksklusif (Roesli, 2005)


(54)

commit to user

40

Pemberian ASI yang sering, membawa kedekatan siang dan malam antara ibu dan bayi (Nichol, 2005). Secara otomatis waktu ibu banyak tercurah untuk bayi jadi dalam penelitian ini 45,16% pemberi ASI eksklusif adalah ibu rumah tangga, alasan lain (Indiarti, Sukaca, 2009) yaitu ibu lebih sering mendengar saran tenaga kesehatan bahwa ASI lebih sempurna dan lebih sehat. Sedangkan pendapat Hassan (2005) susu formula diberikan sebagai subtitusi ASI dengan alasan ibu tidak

mempunyai kesempatan menyusui dikarenakan pekerjaan yang

mengharuskan meninggalkan rumah untuk jangka waktu yang lama. Dari penelitian ini didapatkan 41, 67% ibu yang memberi susu formula berprofesi sebagai pegawai swasta.

Pengalaman ibu sebelumnya juga mempengaruhi pemberian ASI ekslusif, dalam penelitian ini ibu yang memberikan ASI ekslusif 54,84% telah memiliki 2 anak (Suradi, 2004). Namun akhir-akhir ini banyak ibu yang beralih memberikan susu formula karena penagaruh iklan dan gaya hidup (kosmo dalam BPOM, 2007). Kemungkinan besar ibu yang dulunya memberi ASI bisa berganti dengan susu formula akibatnya banyak juga ibu pemberi susu formula 50% memiliki 2 anak.

B. Perbedaan lama amenorea pada ibu postpartum yang memberi ASI

ekslusif dengan yang hanya memberi Susu Formula

Dari data observasi yang telah dilakukan pada 31 kasus ibu

postpartum yang memberi ASI eksklusif didapatkan nilai rata-rata lama


(55)

commit to user

41

hanya memberi susu formula mempunyai nilai rata-rata amenorea sebesar 57,22 hari. Hasil uji t-test independen menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada lama amenorea antara ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif dengan ibu postpartum yang memberi susu formula. Ibu yang menyusui eksklusif artinya memberi ASI saja selama 6 bulan, maka kemungkinan haid tidak muncul teratur selama 24 minggu atau 6 bulan. Sedangkan ibu yang tidak menyusui bayinya selama lebih dari 3 bulan, 80% diantaranya mengalami haid dan ovulasi pada minggu ke 10 setelah melahirkan, kesuburan tidak akan terjadi apabila laktasi yang ketat dipertahankan (Hartanto, 2004).

Kadar prolaktin yang tinggi karena menyusui akan berefek pada otak dan ovarium. Prolaktin yang sampai di hipotalamus akan menimbulkan hambatan sekresi GnRH, menghambat efek GnRH pada hipofisis dan melawan efek gonadotropin pada ovarium (Kodrat, 2003). Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi

follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan terjadinya produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan memberikan umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin. Sintesis estrogen akan dimulai secara bertahap sejak bulan ke-4 setelah melahirkan pada ibu yang memberi ASI eksklusif (Gebbie;Glasier, 2006)

Pada ibu yang tidak menyusui atau menggantikan dengan susu formula sejak bayi lahir, kemungkinan haid atau ovulasi kembali segera


(56)

commit to user

42

setelah 1 bulan (Nindya, 2001) jadi sesuai teori tersebut rata-rata ibu yang hanya memberi susu formula mengalami amenorea selama 57,22 hari setelah melahirkan karena 75% ovarium ibu tersebut telah mengalami perkembangan folikel (Hartanto, 2004). Dikarenakan pada ibu yang memberi susu formula, hormon prolaktin kembali normal dan sistem kerja

hipotalamus pun normal. Sekresi hormonal GnRH, FSH dan LH normal mengakibatkan kembalinya kesuburan ibu ditandai terjadinya haid (Nindya, 2001).

Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Milaza (2010), dengan judul “Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan Amenorea Laktasi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan”, uji korelasi Chi Square diperoleh bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan amenorea laktasi

dengan nilai p=0,00 berarti p < 0,05.

Penelitian ini menggunakan analisis parametrik. Alasan penelitian ini menggunakan teknik analisis parametrik karena syarat penggunaan teknik tersebut telah terpenuhi. Dari teori yang dikemukakan oleh Dahlan (2009), menyebutkan bahwa syarat uji hipotesis parametrik adalah uji yang menggunakan asumsi data terdistribusi normal, varien homogen dan sampel yang acak menggunakan uji Independent T-test bertujuan membandingkan nilai rata-rata dari perlakuan dua sampel yang ada, data yang digunakan rasio.


(57)

commit to user

43

C. Keterbatasan

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan masalah dikarenakan masa menyusui ekskluisif selama 6 bulan lamanya jadi berkendala pada ketepatan ibu dalam menuliskan tanggal haid pertama setelah melahirkan. Namun disini penulis mengatasi dengan cara memberikan solusi pada ibu dengan mengigat saat usia anak ibu berapa bulan ibu mendapatkan haid kembali setelah melahirkan.


(58)

commit to user

44 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ibu postpartum yang memberi ASI Ekskusif mempunyai nilai rata-rata lama amenorea 147,45 hari dengan standart deviasi 57,22 dibandingkan dengan ibu postpartum yang hanya memberi susu formula mempunyai nilai rata-rata lama amenorea 46,52 hari dengan standart deviasi 17,42. Dan hasil uji T test Independent dari keduanya adalah 10,803 mempunyai Pvalue 0,000 < 0,05, sehingga hasil perhitungan bermakna.

A. Saran

1. Bagi Puskesmas.

Bekerja sama dengan Kader Posyandu untuk selalu memberi pengarahan dan pengetahuan tentang pentingnya ASI Eksklusif yang dapat digunakan sebagai metode amenorea laktasi.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti lebih lanjut diharapkan lebih banyak menambahkan variabel yang diteliti terutama tentang faktor lama amenorea pada ibu postpartum.

3. Bagi Masyarakat

Para ibu diharapkan lebih mengutamakan pemberian ASI ekslusif karena dapat menunda kembalinya kesuburan dengan adanya amenorea. Manfaat lain adalah ASI itu praktis, ekonomis, aman, menyehatkan, dan mencerdaskan.


(1)

commit to user

39 BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Peneliti mengendalikan beberapa faktor luar yang dapat mempengaruhi pemberian ASI ekslusif pada ibu postpartum , diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman responden sehingga lama pemberian ASI ekslusif yang didapat benar-benar sesuai dengan pengerian pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan tersebut dapat dinilai karakteristiknya sebagaimana dibahas dibawah ini.

Hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok responden usia terbanyak baik pada kelompok ibu postpartum yang memberi ASI ekslusif maupun kelompok ibu postpartum yang hanya memberi susu formula, adalah usia 20-25 tahun sebasar 50%. Menurut Heffner, Schust (2008) usia 20 hingga 30 tahun merupakan usia ideal untuk masa reproduksi wanita.

Menurut Budiasih (2010) para ibu sekarang baanyak yang beranggapan bahwa susu formula lebih lengkap gizinya dibanding ASI sehingga dari responden didapatkan lebih banyak ibu yang memberi susu formula yaitu 36 orang. Pemberian ASI ekslusif lebih rendah yaitu 31 orang dikarenakan pengetahuan ibu tentang ASI kurang dan salah persepsi tentang ASI eksklusif (Roesli, 2005)


(2)

commit to user

Pemberian ASI yang sering, membawa kedekatan siang dan malam antara ibu dan bayi (Nichol, 2005). Secara otomatis waktu ibu banyak tercurah untuk bayi jadi dalam penelitian ini 45,16% pemberi ASI eksklusif adalah ibu rumah tangga, alasan lain (Indiarti, Sukaca, 2009) yaitu ibu lebih sering mendengar saran tenaga kesehatan bahwa ASI lebih sempurna dan lebih sehat. Sedangkan pendapat Hassan (2005) susu formula diberikan sebagai subtitusi ASI dengan alasan ibu tidak mempunyai kesempatan menyusui dikarenakan pekerjaan yang mengharuskan meninggalkan rumah untuk jangka waktu yang lama. Dari penelitian ini didapatkan 41, 67% ibu yang memberi susu formula berprofesi sebagai pegawai swasta.

Pengalaman ibu sebelumnya juga mempengaruhi pemberian ASI ekslusif, dalam penelitian ini ibu yang memberikan ASI ekslusif 54,84% telah memiliki 2 anak (Suradi, 2004). Namun akhir-akhir ini banyak ibu yang beralih memberikan susu formula karena penagaruh iklan dan gaya hidup (kosmo dalam BPOM, 2007). Kemungkinan besar ibu yang dulunya memberi ASI bisa berganti dengan susu formula akibatnya banyak juga ibu pemberi susu formula 50% memiliki 2 anak.

B. Perbedaan lama amenorea pada ibu postpartum yang memberi ASI

ekslusif dengan yang hanya memberi Susu Formula

Dari data observasi yang telah dilakukan pada 31 kasus ibu

postpartum yang memberi ASI eksklusif didapatkan nilai rata-rata lama


(3)

commit to user

hanya memberi susu formula mempunyai nilai rata-rata amenorea sebesar 57,22 hari. Hasil uji t-test independen menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada lama amenorea antara ibu postpartum yang memberi ASI eksklusif dengan ibu postpartum yang memberi susu formula. Ibu yang menyusui eksklusif artinya memberi ASI saja selama 6 bulan, maka kemungkinan haid tidak muncul teratur selama 24 minggu atau 6 bulan. Sedangkan ibu yang tidak menyusui bayinya selama lebih dari 3 bulan, 80% diantaranya mengalami haid dan ovulasi pada minggu ke 10 setelah melahirkan, kesuburan tidak akan terjadi apabila laktasi yang ketat dipertahankan (Hartanto, 2004).

Kadar prolaktin yang tinggi karena menyusui akan berefek pada otak dan ovarium. Prolaktin yang sampai di hipotalamus akan menimbulkan hambatan sekresi GnRH, menghambat efek GnRH pada hipofisis dan melawan efek gonadotropin pada ovarium (Kodrat, 2003). Kedua hormon tersebut merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi

follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang

selanjutnya berikatan dengan reseptor di ovarium menyebabkan terjadinya produksi estrogen dan progesteron ke dalam sirkulasi dan memberikan umpan balik terhadap hipotalamus dalam menghasilkan gonadotropin. Sintesis estrogen akan dimulai secara bertahap sejak bulan ke-4 setelah melahirkan pada ibu yang memberi ASI eksklusif (Gebbie;Glasier, 2006)

Pada ibu yang tidak menyusui atau menggantikan dengan susu formula sejak bayi lahir, kemungkinan haid atau ovulasi kembali segera


(4)

commit to user

setelah 1 bulan (Nindya, 2001) jadi sesuai teori tersebut rata-rata ibu yang hanya memberi susu formula mengalami amenorea selama 57,22 hari setelah melahirkan karena 75% ovarium ibu tersebut telah mengalami perkembangan folikel (Hartanto, 2004). Dikarenakan pada ibu yang memberi susu formula, hormon prolaktin kembali normal dan sistem kerja

hipotalamus pun normal. Sekresi hormonal GnRH, FSH dan LH normal

mengakibatkan kembalinya kesuburan ibu ditandai terjadinya haid (Nindya, 2001).

Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Milaza (2010), dengan judul “Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan Amenorea Laktasi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan”, uji korelasi Chi Square diperoleh bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan amenorea laktasi

dengan nilai p=0,00 berarti p < 0,05.

Penelitian ini menggunakan analisis parametrik. Alasan penelitian ini menggunakan teknik analisis parametrik karena syarat penggunaan teknik tersebut telah terpenuhi. Dari teori yang dikemukakan oleh Dahlan (2009), menyebutkan bahwa syarat uji hipotesis parametrik adalah uji yang menggunakan asumsi data terdistribusi normal, varien homogen dan sampel yang acak menggunakan uji Independent T-test bertujuan membandingkan nilai rata-rata dari perlakuan dua sampel yang ada, data yang digunakan rasio.


(5)

commit to user

C. Keterbatasan

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan masalah dikarenakan masa menyusui ekskluisif selama 6 bulan lamanya jadi berkendala pada ketepatan ibu dalam menuliskan tanggal haid pertama setelah melahirkan. Namun disini penulis mengatasi dengan cara memberikan solusi pada ibu dengan mengigat saat usia anak ibu berapa bulan ibu mendapatkan haid kembali setelah melahirkan.


(6)

commit to user

44

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ibu postpartum yang memberi ASI Ekskusif mempunyai nilai rata-rata

lama amenorea 147,45 hari dengan standart deviasi 57,22 dibandingkan dengan ibu postpartum yang hanya memberi susu formula mempunyai nilai rata-rata lama amenorea 46,52 hari dengan standart deviasi 17,42. Dan hasil uji T test Independent dari keduanya adalah 10,803 mempunyai Pvalue 0,000 < 0,05, sehingga hasil perhitungan bermakna.

A. Saran

1. Bagi Puskesmas.

Bekerja sama dengan Kader Posyandu untuk selalu memberi pengarahan dan pengetahuan tentang pentingnya ASI Eksklusif yang dapat digunakan sebagai metode amenorea laktasi.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Peneliti lebih lanjut diharapkan lebih banyak menambahkan variabel yang diteliti terutama tentang faktor lama amenorea pada ibu postpartum.

3. Bagi Masyarakat

Para ibu diharapkan lebih mengutamakan pemberian ASI ekslusif karena dapat menunda kembalinya kesuburan dengan adanya amenorea. Manfaat lain adalah ASI itu praktis, ekonomis, aman, menyehatkan, dan mencerdaskan.


Dokumen yang terkait

Perbedaan Dukungan Keluarga dan Pengetahuan Ibu Tentang Asi antara Ibu yang Memberi Asi Eksklusif dan Non Eksklusif di Wilayah Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang

1 7 8

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Diberi Asi Eksklusif Dengan Yang Diberi Susu Formula Di Kecamatan Ngawi.

0 2 14

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI USIA 0-6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN YANG DIBERI SUSU FORMULA Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Diberi Asi Eksklusif Dengan Yang Diberi Susu Formula Di Kecamatan Ngawi.

0 2 11

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN PENURUNAN BERAT BADAN IBU POSTPARTUM ANTARA Perbedaan Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum Antara Ibu Yang Memberi Asi, Asi Dan Susu Formula, Serta Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo.

0 1 15

PENDAHULUAN Perbedaan Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum Antara Ibu Yang Memberi Asi, Asi Dan Susu Formula, Serta Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo.

0 0 5

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum Antara Ibu Yang Memberi Asi, Asi Dan Susu Formula, Serta Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo.

0 0 4

PERBEDAAN PENURUNAN BERAT BADAN IBU POSTPARTUM ANTARA IBU YANG MEMBERI ASI, ASI DAN SUSU FORMULA, SERTA SUSU Perbedaan Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum Antara Ibu Yang Memberi Asi, Asi Dan Susu Formula, Serta Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas K

0 0 12

MEMBERI SUARA PADA - YANG BISU

0 0 393

7 PERBEDAAN KEPUASAN IBU YANG MEMBERI ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF DI DESA SURUH KECAMATAN TASIKMADU KARANGANYAR

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu ( ASI ) - Perbedaan Berat Badan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Yang Diberi ASI Ekslusif dengan Non ASI Ekslusif di Wilayah Puskesmas Pagerbarang Kabupaten Tegal - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 0 14