Ketimpangan antarwilayah di indonesia : analisis pendapatan dan infrastruktur kabupaten/kota 2005-2012

KETIMPANGAN ANTARWILAYAH DI INDONESIA :
ANALISIS PENDAPATAN DAN INFRASTRUKTUR
KABUPATEN/KOTA 2005-2012

NIA VERBA BR SEMBIRING

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ketimpangan
Antarwilayah di Indonesia: Analisis Pendapatan dan Infrastruktur Kabupaten/Kota
2005-2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Nia Verba Br Sembiring
H14100079

ABSTRAK
NIA VERBA BR SEMBIRING. Ketimpangan Antarwilayah di Indonesia :
Analisis Pendapatan dan Infrastruktur Kabupaten/Kota 2005-2012.
Dibimbing oleh D.S. Priyarsono.
Tujuan akhir dari kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang dapat dilihat dari tingkat PDRB per kapita.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat ketimpangan
kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari tingkat PDRB per kapita, tingkat
ketimpangan pembangunan infrastruktur dan kecenderungan ketimpangan
pendapatan dan ketimpangan infrastruktur di kabupaten/kota di Indonesia.
Tingkat ketimpangan kesejahteraan dan tingkat ketimpangan infrastruktur
dianalisis dengan menggunakan ukuran koefisien variasi dari logaritma
PDRB atas harga konstan 2000 dan koefisien variasi dari masing-masing
variabel infrastruktur. Adapun tingkat kecenderungan ketimpangan

pendapatan dan infrastruktur di dianalisis dengan secara deskriptif
berdasarkan Tipologi Klassen. Data yang digunakan adalah data sekunder
dari PDRB per kapita kabupaten/kota dan data infrastruktur kabupaten/kota
di Indonesia pada periode 2005-2012. Hasil dari analisis menunjukkan
perekonomian Indonesia selama kurun waktu 2005-2012 mengalami tingkat
ketimpangan yang berfluktuasi dan tingkat ketimpangan semakin kecil.
Infrastruktur di Indonesia juga memiliki tingkat ketimpangan yang
berfluktuasi selama 2005-2012. Infrastruktur jumlah sekolah dan jumlah
pelanggan air mengalami ketimpangan yang semakin kecil jika
dibandingkan dari 2005 ke 2012. Sedangkan untuk infrastruktur panjang
jalan, jumlah pelanggan listrik dan jumlah tempat tidur di rumah sakit
mengalami tingkat ketimpangan yang meningkat pada 2005-2012.
Kata kunci: Infrastruktur, Kesejahteraan masyarakat, Ketimpangan,
Pembangunan ekonomi.

ABSTRACT
NIA VERBA BR SEMBIRING. Interegional Inequality ini Indonesia :
Analysis of Income and Infrastructure in Districts/ Municipalities 2005 –
2012. Supervised by D.S. Priyarsono.
The ultimate goal of economic policy is to improve the welfare of

the people which can be seen from the level of GDP per capita. The
purposes of this study are to analyze the level of social welfare inequality
that is seen from the level of GDP per capita, the level of infrastructure
development and trend of inequality of income and inequality of
infrastructure in districts / municipalities in Indonesia. Level of welfare
inequality and inequality of infrastructure analyzed using the variable
coefficient of variation of the logarithm of the size of GDP at constant 2000
prices and the coefficient of variation of each infrastructure. The trend rate

of income inequality and infrastructure in districts / municipalities in
Indonesia were analyzed descriptively based Typology Klassen. The data
used are secondary data on GDP per capita district / municipalities and data
infrastructure districts / municipalities in Indonesia in the period 2005-2012.
Results of the analysis show the Indonesian economy during the period
2005-2012 experienced fluctuating levels of inequality and inequality is
getting smaller. Infrastructure in Indonesia also has high levels of inequality
that fluctuates during 2005-2012. Number of schools and number of water
customers experienced inequality. However, they are getting smaller during
the period of 2005 to 2012. As for the length of the road infrastructure, the
amount of electricity customers and the number of beds in hospitals

experienced increasing levels of inequality in 2005-2012.

Keywords: Economic Development, Infrastructure, Inequality, Social
Welfare

KETIMPANGAN ANTARWILAYAH DI INDONESIA :
ANALISIS PENDAPATAN DAN INFRASTRUKTUR
KABUPATEN/KOTA 2005-2012

NIA VERBA BR SEMBIRING

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala
berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih sejak bulan Maret 2014 ini adalah Perekonomian Indonesia, dengan
judul Ketimpangan Antarwilayah di Indonesia : Analisis Pendapatan dan
Infrastruktur Kabupaten/Kota 2005-2012.
Penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini tidak lepas dari
kontribusi berbagai pihak. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Sobat Sembiring dan Layas Br Bangun serta
adik penulis Andalta Sembiring dan Meisilitta Br Sembiring yang telah
memberikan dukungan doa dan motivasi.
2. Prof. D. S. Priyarsono, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah sabar
dan ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing dengan memberikan
ide, kritik dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Beasiswa BIDIKMISI IPB yang telah memberikan dukungan materil
maupun nonmateril kepada penulis selama kuliah.

4. Keluarga besar KAREMATA FEM IPB.
5. Keluarga Irwan Ginting dan Pdt. Herniaty Br Barus yang telah banyak
membantu penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Teman-teman penulis, Christin Novaria, Dewi Valentina, Fitri Adrianti,
Gina R Suminar, Monalisa Silalahi, Marlina Novita Sibarani, Nia
Destiani, Oktavia Ginting, Ratna Melyasari, Tri Yessi, Wulan Samosir.
7. Teman-teman bimbingan skripsi yang telah banyak membatu penulis,
Tisa Amelia Sapitri, Hernita, Putri R, Chika Manupada dan temanteman Ilmu Ekonomi Angkatan 47.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Nia Verba Br Sembiring

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

5

Pembangunan Ekonomi


5

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

5

Ketimpangan Wilayah

6

Konvergensi

8

PENELITIAN TERDAHULU

9

KERANGKA PEMIKIRAN


10

METODE

11

Jenis dan Sumber Data

11

Analisis Ketimpangan

11

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah

11

Analisis Korelasi Pearson


13

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Analisis Ketimpangan PDRB per kapita

14

Analisis Ketimpangan Infrastruktur

15

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah

17

Analisis Pertumbuhan Infrastruktur

20

Analisis Faktor yang Mempengaruhi PDRB per kapita

30

SIMPULAN DAN SARAN

32

Simpulan

32

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

32

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Ruang Lingkup Penelitian
Klasifikasi Pertumbuhan ekonomi menurut Tipologi Klassen
Interpretasi Koefisien Korelasi
Koefisien variasi dari PDRB per kapita antar kabupaten/kota di
Indonesia tahun 2005-2012
Koefisien variasi infrastruktur di kabupaten/kota di Indonesia
tahun 2005-2012
Klasifikasi pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Indonesia
tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen
Klasifikasi pertumbuhan sekolah kabupaten/kota di Indonesia
tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen
Klasifikasi pertumbuhan pelanggan air kabupaten/kota di
Indonesia tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen
Klasifikasi Pertumbuhan panjang jalan kabupaten/kota di
Indonesia tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen
Klasifikasi Pertumbuhan tempat tidur di RS kabupaten/kota di
Indonesia tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen
Klasifikasi pertumbuhan pelanggan listrik kabupaten/kota di
Indonesia tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen
Hasil Uji Korelasi Pearson

4
11
13
14
15
18
20
23
24
26
28
30

DAFTAR GAMBAR
1 PDRB atas harga konstan 2000 menurut provinsi di Indonesia
2005-2013 (milyar rupiah)
2 Kerangka Pemikiran
3 Diagram Pencar dan Garis Regresi
4 Tingkat dispersi PDRB per kapita antar kabupaten/kota di
Indonesia
5 Nilai koefisien variasi PDRB per kapita dan infrastruktur
kabupaten/kota di Indonesia tahun 2005-2012
6 Analisis pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Indonesia
2009-2012 menurut Tipologi Klassen
7 Analisis pertumbuhan jumlah sekolah kabupaten/kota di
Indonesia tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen
8 Analisis pertumbuhan jumlah pelanggan air kabupaten/kota di
Indonesia tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen
9 Analisis pertumbuhan panjang jalan kabupaten/kota di Indonesia
tahun 2009-2012 menurut Tipologi Klassen

2
10
13
14
16
19
21
22
25

10 Analisis pertumbuhan jumlah tempat tidur di rumah sakit
kabupaten/kota di Indonesia tahun 2009-2012 menurut Tipologi
Klassen
11 Analisis pertumbuhan jumlah pelanggan listrik kabupaten/kota di
Indonesia 2009-2012 menurut Tipologi Klassen

27
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan akhir dari kebijakan ekonomi adalah meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Bagi masyarakat kesejahteraan bukanlah konsep abstrak melainkan
kondisi nyata yang langsung menyangkut kehidupan sehari-hari. Kesejahteraan
yang dituntut oleh masyarakat ditentukan oleh terciptanya kondisi dasar yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Kondisi dasar tersebut yaitu tercapainya kondisi
masyarakat yang menginginkan agar biaya kebutuhan hidup tetap stabil,
khususnya untuk kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
pendidikan. Masyarakat menginginkan adanya penghasilan yang bisa diandalkan
untuk membiayai keluarga secara layak dan berharap penghasilan itu meningkat
dari waktu ke waktu.
Menurut model Neo Klasik proses pembangunan suatu negara pada awalnya
mengalami ketimpangan atau tingkat disparitas yang cenderung tinggi. Proses
pembangunan suatu negara berjalan sampai ketimpangan mencapai titik puncak.
Ketika proses pembangunan terus berjalan maka ketimpangan antarwilayah secara
perlahan-lahan menurun atau terjadi konvergensi (Todaro 2000). Umumnya,
ketimpangan pembangunan antarwilayah di negara-negara berkembang cenderung
tinggi sedangkan di negara-negara maju cenderung rendah. Kesempatan
pembangunan yang ada biasanya dimanfaatkan oleh wilayah-wilayah yang
kondisi pembangunannya sudah baik sedangkan wilayah-wilayah yang masih
terkebelakang tidak mampu memanfaatkan kesempatan pembangunan yang ada
karena keterbatasan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan fasilitas yang
kurang memadai (Gama 2008).
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari
pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah peningkatan
pendapatan per kapita pada setiap warga masyarakat dan tersebar di setiap
wilayah. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi setiap wilayah menjadi salah satu
target penting yang perlu dicapai dalam proses pembangunan. Cepatnya
pertumbuhan ekonomi menuntut ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur
yang cepat pula. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi.
Keberadaan infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan
produktivitas bagi faktor-faktor produksi, dan sebaliknya apabila mengabaikannya
akan menurunkan produktivitasnya. Perkembangan infrastruktur dengan
pembangunan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling tergantung
satu sama lain. Perbaikan infrastruktur akan meningkatkan investasi dan
pertumbuhan ekonomi, sehingga banyaknya investasi yang masuk akan
menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Infrastruktur yang baik juga
akan merangsang peningkatan pendapatan masyarakat, karena aktivitas ekonomi
yang semakin meningkat sebagai akibat mobilitas faktor produksi dan aktivitas
perdagangan yang semakin tinggi.

2

PDRB atas harga konstan 2000 menurut provinsi di Indonesia, 2005-2013 (milyar
rupiah)

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagai salah satu indikator
keberhasilan pembangunan yang diukur dengan produk domestik regional bruto
(PDRB) per kapita selama 2005-2013 mengalami fluktuasi dan menunjukkan
kondisi yang tidak merata (Gambar 1).

2005

Aceh
Jambi
Kep. Bangka Belitung
Jawa Tengah
Bali
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
Papua

2006

2007

2008

Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Kepulauan Riau
DI Yogyakarta
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Sulawesi Selatan
Maluku

2009

2010

2011

Sumatera Barat
Bengkulu
DKI Jakarta
Jawa Timur
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara

2012

2013

Tahun
Riau
Lampung
Jawa Barat
Banten
Kalimantan Barat
Sulawesi Utara
Gorontalo
Papua Barat

Sumber: BPS 2013 [diolah]
Gambar 1 PDRB atas harga konstan 2000 menurut provinsi di Indonesia, 2005-2013 (milyar
rupiah)

Ketertinggalan suatu daerah dengan daerah lain dalam pembangunan
tersebut dipengaruhi oleh banyak hal. Perbedaan karateristik dan keberagaman
yang tinggi antardaerah meliputi sumberdaya alam, ekonomi, budaya, adat
istiadat, jumlah dan kepadatan penduduk, mutu sumberdaya manusia, letak
geografis, sarana dan prasarana yang tersedia serta faktor-faktor lain, berpengaruh
terhadap kemampuan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di daerah tersebut.

3
Hal ini yang akan menyebabkan ada daerah yang mampu tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan daerah lainnya yang dapat menimbulkan ketimpangan
antarwilayah.
Banyak yang beranggapan, meningkatnya ketimpangan adalah hal yang
wajar untuk negara yang sedang berkembang. Ini terjadi karena pertumbuhan
ekonomi memerlukan kapital yang pembentukannya memerlukan tabungan
masyarakat. Tumbuhnya golongan kaya memungkinkan akumulasi kapital terjadi
lebih cepat. Tetapi, relevansi hipotesis ini menjadi berkurang dengan munculnya
“teori pertumbuhan baru” yang mengedepankan peran aset manusia (human
capital) dalam pertumbuhan. Jika inovasi adalah penyumbang utama pertumbuhan
ekonomi, maka akumulasi human capital menjadi sentral dalam proses
pertumbuhan. Inovasi tentunya berbanding terbalik dengan ketimpangan dalam
akumulasi human capital , akan semakin banyak potensi inovasi. Sebaliknya,
semakin timpang akumulasi human capital , akan semakin sedikit potensi inovasi.
Dalam literatur empiris tentang pertumbuhan ekonomi, proses kemajuan teknologi
dipengaruhi oleh size effect. Semakin tersebar potensi-potensi inovasi, semakin
cepat kemajuan teknologi. Akumulasi human capital dicapai melalui proses
pendidikan dan peningkatan kualitas kesehatan (Yusuf 2014).
Adapun analisis ketimpangan wilayah sangat penting dilakukan agar lebih
mudah dalam merumuskan strategi pembangunan ekonomi yang mampu
mengurangi tingkat ketimpangan antarwilayah tersebut. Bahkan apabila kita
menempuh strategi pembangunan yang tepat, dalam kurun waktu kurang dari dua
puluh tahun ke depan tidak mustahil negara kita mampu naik kelas menjadi
negara berpenghasilan tinggi (Priyarsono 2014).

Perumusan Masalah
Pada awal pembangunan semua wilayah mempunyai pola pendapatan per
kapita sama yaitu pola perkembangannya cenderung terus meningkat, namun
setelah beberapa tahun berjalan ternyata muncul ketimpangan pendapatan
antarwilayah (Todaro 2000). Realita tersebut dikarenakan kemampuan
menciptakan pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah tidak seragam atau
bervariasi. Perkembangan hasil pembangunan yang telah dicapai di Indonesia
menunjukkan bahwa ada ketimpangan PDRB per kapita baik antar kabupaten/kota
maupun antar propinsi atau wilayah (Gambar 1). Ketersediaan sumber daya alam
harus sejalan dengan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai serta
sarana infrastruktur yang mendorong peningkatan kesejahteraan daerah yang
tertinggal. Ketersedian infrastruktur tersebut diharapkan mampu mengurangi
ketimpangan antardaerah.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana ketimpangan kesejahteraan masyarakat di kabupaten/kota di
Indonesia yang dilihat dari PDRB per kapita?
2. Bagaimana ketimpangan pembangunan infrastruktur di kabupaten/kota di
Indonesia periode 2005-2012?
3. Bagaimana ketimpangan pendapatan dan ketimpangan infrastruktur antar
kabupaten/kota di Indonesia?

4
4.

Faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB per kapita kabupaten/kota di
Indonesia?

Tujuan Penelitian

1.
2.
3.
4.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
Menganalisis tingkat ketimpangan kesejahteraan masyarakat
di
kabupaten/kota di Indonesia yang dilihat dari PDRB per kapita.
Menganalisis tingkat ketimpangan pembangunan infrastruktur di
kabupaten/kota di Indonesia periode 2005-2012.
Menganalisis kecenderungan ketimpangan pendapatan dan ketimpangan
infrastruktur antar kabupaten/kota di Indonesia.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB per kapita
kabupaten/kota di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
kepada pembaca mengenai ketimpangan pendapatan dan ketimpangan
infrastruktur antarwilayah di kabupaten/kota dalam perekonomian Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai ketimpangan pendapatan dan
ketimpangan infrastruktur antarwilayah di Indonesia pada tahun 2005-2012.
Ketimpangan pendapatan dianalisis dengan data PDRB per kapita 114
kabupaten/kota di Indonesia. Infrastruktur yang menjadi fokus dalam penelitian
ini adalah panjang jalan raya, jumlah pelanggan listrik, jumlah sekolah, jumlah
pelanggan air dan jumlah tempat tidur di rumah sakit.
Tabel 1 Ruang lingkup penelitian
No
1
2
3
4
5

Analisis Infrastruktur
Panjang jalan
Jumlah sekolah
Jumlah tempat tidur di RS
Jumlah pelanggan air
Jumlah pelanggan listrik

Jumlah kabupaten/kota
98
139
133
88
64

Dalam penelitian ini, kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi DKI
Jakarta tidak dimasukkan ke dalam penelitian untuk menghindari titik pencilan
yang sangat jauh dari kabupaten/kota lainnya.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Ekonomi
Pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu
masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan
keberagaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompokkelompok sosial yang ada didalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi
kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual (Todaro dan
Smith 2006).
Ada tiga inti pembangunan menurut Todaro dan Smith, antara lain:
1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai barang
kebutuhan hidup yang pokok-seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan
perlindungan keamanan.
2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan,
tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan
kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan
kemanusiaan.
3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta
bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan
sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau
negara-negara lain, namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi
merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) serupa dengan Produk
Domestik Bruto (PDB). PDB adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang
diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu (Mankiw 2007),
sedangkan PDRB adalah output barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perekonomian di suatu daerah (regional).
Terdapat dua jenis PDRB yaitu PDRB atas harga konstan dan PDRB atas
harga berlaku. PDRB atas harga konstan digunakan untuk melihat pertumbuhan
ekonomi riil, sedangkan PDRB atas harga berlaku digunakan untuk melihat
pergeseran ekonomi dan struktur ekonomi. Data PDRB dapat dihitung dengan tiga
pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan
pengeluaran.
1. Pendekatan Produksi
PDRB merupakan jumlah nilai dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha/ekonomi dalam suatu daerah/wilayah pada suatu periode tertentu
(biasanya satu tahun). Unit-unit ekonomi tersebut dalam analisis ini
dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yaitu: pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, konstruksi,
perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, real
estate dan jasa perusahaan serta jasa-jasa.

6

2. Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah/wilayah pada
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Komponen balas jasa faktor produksi
yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan,
semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Berdasarkan definisi tersebut, PDRB mencakup juga penyusutan barang modal
tetap dan pajak tak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi). Jumlah
semua komponen pendapatan ini per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto
sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto seluruh
sektor (lapangan usaha).
3. Pendekatan Pengeluaran
Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan jumlah semua
komponen permintaan akhir di suatu daerah/wilayah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Komponen permintaan akhir meliputi pengeluaran
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba,
pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto,
perubahan inventori/stok, dan ekspor neto. Ekspor neto adalah ekspor dikurangi
impor.

Ketimpangan Wilayah
Analisis pembangunan wilayah mensyaratkan dua hal, yaitu pertumbuhan
absolut yang menunjukkan kemampuan sumber daya potensial di wilayah tersebut
dan pertumbuhan relatif antarwilayah yang dapat digunakan untuk
menginterpretasikan ketimpangan regional dan kemungkinan dari konvergensi
pada tingkat pertumbuhannya atau pendapat rata-ratanya (Capello 2007).
Ketimpangan pembangunan ekonomi regional merupakan aspek yang umum
terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya
disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan
kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing daerah. Akibatnya,
kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan ekonomi juga
menjadi berbeda. Hal ini juga berpengaruh terhadap pergeseran komposisi sektorsektor pembangunan karena aktivitas ekonomi sehingga akan terdapat wilayah
maju dan wilayah akibat transformasi dengan kecepatan berbeda.
Terjadinya ketimpangan antarwilayah ini membawa implikasi terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat antarwilayah sehingga aspek ketimpangan
pembangunan antarwilayah ini juga mempunyai implikasi terhadap formulasi
kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Upaya
pemerintah, baik pusat maupun daerah yang dapat dilakukan dalam rangka
penanggulangan ketimpangan pembangunan antar daerah dalam suatu
negara/wilayah yaitu:
i. Penyebaran pembangunan prasarana perhubungan,
ii. Mendorong transmigrasi dan migrasi spontan,
iii. Pengembangan pusat pertumbuhan, dan

7
iv. Pelaksanaan otonomi daerah.
Ketimpangan di negara berkembang relatif lebih tinggi karena pada waktu
proses pembangunan baru dimulai, kesempatan dan peluang pembangunan yang
ada umumnya dimanfaatkan oleh daerah-daerah yang kondisi pembangunannya
sudah lebih baik, sedangkan daerah yang masih terkebelakang tidak mampu
memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan prasarana dan sarana serta
rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi
cenderung lebih cepat di daerah dengan kondisi yang lebih baik, sedangkan
daerah yang tidak banyak mengalami kemajuan. Negara/wilayah yang sudah
maju dimana kondisi yang lebih baik dari segi prasarana dan sarana serta kualitas
sumber daya manusia, setiap kesempatan peluang pembangunan dapat
dimanfaatkan secara lebih merata antar daerah. Oleh sebab itu, proses
pembangunan pada negara maju cenderung mengurangi ketimpangan
pembangunan antarwilayah (Sjafrizal 2008).
Selanjutnya masih menurut Sjafrizal (2008) menjelaskan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ketimpangan pembangunan, antara lain:
1. Perbedaan kandungan sumber daya alam yang akan mempengaruhi kegiatan
produksi di daerah tersebut. Daerah yang kaya sumber daya alam dapat
memproduksi barang-barang tertentu dengan harga yang lebih murah sehingga
mempercepat pertumbuhan ekonominya.
2. Perbedaan kondisi demografis, meliputi tingkat pertumbuhan dan struktur
kependudukan, tingkat pendidikan dan kesehatan, kondisi ketenagakerjaan,
tingkah laku dan etos kerja masyarakatnya.
3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa yang menyebabkan kelebihan
produksi suatu daerah tidak dapat diperdagangkan/dijual ke daerah lain yang
membutuhkan sehingga daerah yang kurang maju tersebut pertumbuhannya
lebih lambat.
4. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah akan mendorong peningkatan
penyediaan lapangan kerja dan juga tingkat pendapatan masyarakat.
5. Alokasi dana pembangunan antarwilayah (investasi yang ditanam). Sumber
investasi terdiri dari dua pelaku ekonomi yaitu pemerintah dan swasta.
Menurut Murty (2000), ada beberapa hal yang menyebabkan ketimpangan
antara lain :
1. Faktor geografi: pada suatu wilayah yang cukup luas akan terjadi perbedaan
distribusi sumber daya alam, sumber daya pertanian, topografi, iklim, curah
hujan, sumber daya mineral dan variasi spasial lainnya.
2. Faktor politik: politik yang tidak stabil akan menyebabkan ketidakpastian
diberbagai bidang terutama ekonomi, yaitu keraguan dalam berusaha atau
investasi bahkan menyebabkan terjadinya crowding out ke luar daerah.
3. Faktor sejarah: tingkat perkembangan masyarakat dalam suatu wilayah sangat
tergantung dari apa yang dilakukan pada masa lalu. Bentuk kelembagaan atau
budaya dan kehidupan perekonomian pada masa lalu merupakan penyebab
yang cukup penting terutama terkait dengan sistem insentif terhadap kapasitas
kerja dan entrepreneurship.
4. Faktor kebijakan: kebijakan pemerintah yang sentralistik hampir disemua
sektor dan lebih menekankan pertumbuhan ekonomi untuk membangun pusatpusat pertumbuhan di wilayah tertentu akan menyebabkan kesenjangan, baik
antar sektor, antar pelaku ekonomi maupun antar daerah.

8
5. Faktor administrasi: wilayah yang dikelola dengan administrasi yang baik
cenderung lebih maju.
6. Faktor sosial: masyarakat yang tertinggal umumnya tidak memiliki institusi
dan perilaku yang kondusif bagi berkembangnya perekonomian karena masih
percaya pada kepercayaan yang primitif, tradisional dan nilai-nilai sosial yang
cenderung konservatif dan menghambat perkembangan ekonomi.
7. Faktor ekonomi, yang terkait dengan:
a. Kuantitas dan kualitas faktor produksi: lahan, infrastruktur, tenaga kerja,
modal, organisasi dan perusahaan.
b. Akumulasi dari berbagai sektor: lingkaran setan kemiskinan, kondisi
masyarakat yang tertinggal, standar hidup yang rendah, efisiensi yang
rendah, konsumsi rendah, tabungan yang rendah, investasi rendah, dan
tingkat pengangguran yang meningkat. Sebaliknya dengan masyarakat
maju, mereka semakin meningkatkan taraf hidup.
c. Kekuatan pasar bebas dan pengaruhnya pada spread effect dan backwash
effect: tenaga kerja, modal, perusahaan dan aktivitas ekonomi seperti
industri, perdagangan, perbankan dan asuransi yang memberikan hasil
yang lebih besar cenderung terkonsentrasi di daerah yang maju.
d. Distorsi pasar: immobilitas, kebijakan harga, keterbatasan spesialisasi dan
keterbatasan keterampilan tenaga kerja.
Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu
kebijakan pemerintah, faktor endowment dan hasil-hasil pembangunan.

Konvergensi
Dalam konsep pertumbuhan ekonomi, konvergensi pertumbuhan adalah
kecenderungan perekonomian negara miskin tumbuh lebih cepat dibanding
perekonomian negara kaya. Perekonomian negara miskin diharapkan akan dapat
mengejar pertumbuhan ekonomi negara kaya yang tinggi sehingga ketimpangan
perekonomian antar negara akan menurun. Negara-negara miskin di dunia
mempunyai tingkat pendapatan rata-rata per kapita kurang dari 1/10 pandapatan
rata-rata negara-negara kaya. Perbedaan pendapatan ini terlihat dalam hampir
semua ukuran kualitas hidup (Mankiw 2007).
Terdapat dua pendekatan utama dalam studi tentang konvergensi regional,
yaitu :
1. Analisis konvergensi regional yang ditentukan dari pokok penelitian utama
internasional. Analisis jenis ini umumnya menggunakan regresi cross section
antar tingkat pertumbuhan ekonomi dengan tingkat awal pendapatan per kapita
(Barro and Sala i martin 1991, 1992, 1995).
2. Pendekatan analisis disparitas pendapatan per kapita. Kesenjangan regional
dipelajari secara independen dari teori pertumbuhan (Williamson 1965) yang
menjelaskan bahwa proses konvergensi regional terkait dengan proses
pembangunan nasional. Williamson memprediksi bahwa disparitas pendapatan
regional akan memudar (konvergen) setelah melalui tiga fase dari tahap awal
pembangunan hingga tahap kematangan.
Terdapat dua konsep konvergensi, yaitu α convergence dan β convergence
yang terdiri dari konvergensi mutlak dan bersyarat. Terjadinya proses konvergensi

9
dimana daerah miskin cenderung tumbuh lebih cepat tidak serta merta
menyebabkan menurunnya disparitas pendapatan regional per kapita. Artinya
konvergensi β tidak selalu identik dengan konvergensi α. Meskipun tidak identik
tetapi secara empiris konvergensi β akan terverifikasi ketika konvergensi α juga
terverifikasi sehingga dalam praktiknya kedua konsep di atas dapat dilaksanakan
bergantian. Konvergensi α akan terjadi antar beberapa negara ketika negaranegara tersebut mempunyai dispersi pendapatan per kapita cenderung menurun
lebih cepat.

PENELITIAN TERDAHULU
Gama (2008) melakukan penelitian yang berjudul Disparitas dan
Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Penelitian yang bertujuan menganalisis
perbandingan konvergensi pendapatan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama
tahun 1993 sampai 2006 ini menggunakan analisis konvergensi PDRB per kapita
dan analisis Indeks Williamson . Hasil yang didapatkan adalah bahwa disparitas
PDRB Per Kapita antar kabupaten/kota di Provinsi Bali selama kurun waktu
1993-2006 termasuk kriteria ketimpangan tinggi. Dikatakan kriteria tinggi karena
angka Indeks Williamson mendekati angka satu, yang berarti telah terjadi suatu
tingkat disparitas yang tinggi yang terjadi pada PDRB per kapita antar
kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Penelitian yang dilakukan oleh Karami (2012) dengan judul Analisis
Pengaruh Infrastruktur terhadap Konvergensi Pendapatan di Pulau Sumatera.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses konvergensi
pendapatan di Pulau Sumatera serta untuk mengidentifikasi peran infrastruktur
dan faktor lainnya terhadap konvergensi pendapatan di Pulau Sumatera.
Berdasarkan hasil estimasi mengenai konvergensi dan infrastruktur di Pulau
Sumatera pada tahun 2003 sampai 2010 bahwa terjadi adanya penurunan nilai
dispersi pendapatan per kapita selama periode penelitian. Penduduk yang bekerja,
infrastruktur berupa air bersih, jalan dan kesehatan tidak signifikan berpengaruh
terhadap perekonomian.
Penelitian lain dilakukan oleh Aulia (2013) yang berjudul Analisis
Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian tersebut bertujuan untuk
memetakan negara-negara ASEAN+3 berdasarkan kondisi pertumbuhan PDB riil
dan besaran pendapatan per kapita riil dan apakah kestabilan pendapatan negaranegara ASEAN+3 menuju ke kestabilan yang konvergen. Dengan menggunakan
analisis Indeks Williamson dan analisis data panel diperoleh hasil bahwa
pendapatan negara-negara anggota ASEAN+3 masih sangat timpang dengan
angka indeks sebesar rata-rata 0.98 setiap tahunnya. Dilihat dari perkembangan
nilai Indeks Williamson dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan
walaupun rendah. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan mengalami
pergerakan pertumbuhan ekonomi yang semakin konvergen dengan tingkat
ketimpangan yang semakin menurun.

10

KERANGKA PEMIKIRAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu target yang ingin dicapai oleh
setiap daerah dalam proses pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
taraf hidup masyarakat. PDRB merupakan salah satu indikator yang mampu
mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Upaya untuk dapat mengejar pertumbuhan
tersebut yaitu dengan meningkatkan PDRB per kapita di setiap wilayah harus
didukung oleh sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai. Perbedaan
terhadap sumber input produksi, sarana dan prasarana masing-masing daerah akan
berdampak terhadap ketersediaan infrastruktur di setiap daerah sehingga akan
mendorong terjadinya ketimpangan. Baik ketimpangan infrastruktur sosial dan
infrastruktur ekonomi maupun ketimpangan pendapatan sehingga akan terbentuk
daerah yang maju dan daerah yang tertinggal.
Ukuran dari kesenjangan pendapatan dapat dilihat dari tingkat PDRB per
kapita di setiap wilayah. Terjadinya kesenjangan ini akan memicu khawatiran
terjadinya dampak negatif yang akan ditimbulkan. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana proses
konvergensi terjadi di kabupaten/kota di Indonesia, baik konvergensi pada
pendapatan atau konvergensi pada infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud
yaitu jumlah sekolah, jumlah tempat tidur di rumah sakit, panjang jalan raya,
jumlah pelanggan air dan jumlah pelanggan listrik.
Selanjutnya, hasil tersebut digunakan dalam menganalisis saran yang dapat
berupa implikasi kebijakan bagi pihak terkait dalam rangka mendukung proses
konvergensi dan mendorong perekonomian di seluruh kabupaten/kota di
Indonesia.
Ketidakseimbangan
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi
Daerah (Tipologi Klassen)

Daerah Maju
Daerah Berkembang Cepat
Daerah Relatif Tertinggal
Daerah Maju tapi Tertekan

Ketimpangan Ekonomi dan
Ketimpangan Infrastruktur

Analisis Ketimpangan
Wilayah (CV)

Faktor yang mempengaruhi
PDRB per kapita

Saran Kebijakan Pemerintah
Gambar 2 Kerangka pemikiran

11

METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri
dari periode waktu enam tahun sejak 2005, 2008-2012 Adapun data yang
digunakan meliputi 146 kabupaten/kota di Indonesia.

Analisis Ketimpangan
Untuk menganalisis tingkat ketimpangan dapat diukur dengan menggunakan
ukuran koefisien variasi dari logaritma PDRB per kapita atas harga konstan 2000
dan koefisien variasi dari masing-masing variabel.
Adapun rumus yang digunakan adalah:

CV: Koefisien variasi
s : Simpangan standar
: rata-rata

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Analisis Tipologi Klassen dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah. Tipologi
Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah, dengan
menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata
pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal.
Tabel 2 Klasifikasi pertumbuhan ekonomi menurut Tipologi Klassen
PDRB per kapita (y)
Ydi>yni

Ydirni

Rdiyni

Ydirni

Rdi