Pengaruh pengungkapan sosial terhadap return saham : analisis komparatif perusahan high profile low profile yang terdaftar di bursa efek indonesia

(1)

PENGARUH PENGUNGKAPAN SOSIAL TERHADAP

RETURN SAHAM

(Analisis Komparatif Perusahaan High Profile dan Low Profile

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

MUNANDAR EFENDI

AKUNTANSI MANAJEMEN

105082002627

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009


(2)

PENGARUH PENGUNGKAPAN SOSIAL TERHADAP

RETURN SAHAM

(Analisis Komparatif Pada Perusahaan High Profile dan Low

Profile yang Terdaftar di BEI)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh: Munandar Efendi

1050 8200 2627

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr. Abdul Hamid, MS Rahmawati, SE, MM.

NIP: 131 474 891 NIP: 132 055 044

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Hari Senin Tanggal Lima Belas Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Munandar Efendi NIM 105082002627 dengan judul skripsi “Pengaruh Pengungkapan Sosial Terhadap Return Saham (Analisis Komparatif Perusahaan High Profile dan Low Profile yang Terdaftar di BEI)”. Memerhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. Amilin, SE., Ak.,M.Si.

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S. Penguji Ahli


(4)

Hari Senin Tanggal Tiga Puluh Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Munandar Efendi NIM 105082002627 dengan judul skripsi “Pengaruh Pengungkapan Sosial Terhadap Return Saham (Analisis Komparatif Perusahaan High Profile dan Low Profile yang Terdaftar di BEI)”. Memerhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. Amilin, SE., Ak.,M.Si.

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S. Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi

Nama : Munandar Efendi

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 September 1987

Alamat : Jln Raya Hankam Komp. PLN No.15 Kel. Jatimurni Kec. Pondok Melati, Pondok Gede – Bekasi

No. Telepon / HP : 021 84597672 / 021 9100501

Agama : Islam

Kewarganegaraan : WNI Nama Orang Tua

Bapak : Mukirna Machmud Ibu : Eulis Ningsih

E-mail : munandar.efendi@rocketmail.com

B. Riwayat Pendidikan

SDN Pondok Ranggon I Bekasi 1993-1999 Lulus/Berijazah SLTPN 246 Lubang Buaya Jakarta 1999-2002 Lulus/Berijazah SMKN 51 Cipayung Jakarta 2002-2005 Lulus/Berijazah Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial UIN Syarif Hidayatullah

2005- skrg

C. Pengalaman Organisasi

No Badan/Organisasi Jabatan Periode

1 OSIS SMKN 51 Jakarta WaKa OSIS 2004-2005

2 BEM Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Sahid

Koord Divisi Keilmuan 2007-2008

D. Pengalaman Kerja

1 Program Magang SMKN 51 Jasa Marga (Pusat) 1 s/d 30 April 2004 2 Program Magang SMKN 51 PT. PLN Cab Kramat 1 s/d 31 Mei 2004 3 Program Magang SMKN 51 BPK 1 s/d 31 Juli 2004 4 Program Magang FE UIN Kandepag Jaksel Juli – Agustus 2008 5 Part Time PT. Artha Jasa Kons. 1 s/d 30 Sept 2008


(6)

Abstract

The objectives of this research are to examine the influence of Social Disclosure in company’s annual report to share return from 2004 up to 2007, this research investigates this objectives by tracing number of social disclosure for each year in annual report from Capital Market Reference Center in Indonesian Stock Exchange and historical monthly adjusted closing price 2004 up to 2007 from finance.yahoo.com. Samples of this research are high profile and low profile companies that listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) acquired using purposive sampling method. Analyze method is Simple Regression because data 64 samples (32 samples both of high profile and low profile). This result research is describe that social disclosure have positive impact for share return at the high profile companies, but negative effect for low profile companies in Indonesian Stock Exhange (IDX). Now social disclosure was one of decision making to investment from high profile companies because they’ve impact for share return, because investors start concern that negative effect from high profile main operations.


(7)

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengungkapan sosial yang ada dalam laporan keuangan tahunan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham) dari tahun 2004 hingga 2007, penelitian ini menginvestigasi dan mengakumulasi jumlah pengungkapan sosial dari setiap tahun dalam laporan keuangan tahunan yang diperoleh di Pusat Referensi Pasar Modal (PPRM) dan penyesuaian harga saham penutupan (adjusted closing price) mulai dari tahun 2004 hingga 2007 yang diperoleh dari situs finance.yahoo.com. Tujuan lain dari penelitian ini adlah menguji perbedaan pengaruh terhadap perusahaan berkarakteristik high profile dan low profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana untuk masing-masing perusahaan high profile dan low profile. Hasil dari analisis penelitian ini menyimpulkan bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan high profile berpengaruh terhadap tingkat pengembalian (return) saham.

Kata kunci : pengungkapan pertanggungjawaban sosial, tingkat pengembalian saham, high profile, and low profile


(8)

Daftar Isi

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Daftar Riwayat Hidup………. iv

Abstract………... v

Abstrak……… vi

Daftar Isi……… vii

Daftar Gambar dan Grafik………. x

Daftar Tabel……… xii

Daftar Lampiran ……… xiii

Kata Pengantar………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Perumusan Masalah ……….. 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Literatur... 14

1. Sekilas Sejarah dan Perkembangan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan ……….. 14

2. Kaitan CSR dengan Sarbanes Oxley Act (2002) ………... 18

3. CSR di Indonesia ……… 20

4. Definisi CSR ... 22

5. Prinsip dan Model Corporate Social Responsibility (CSR) 23 6. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi CSR ... 27


(9)

7. Kategori Perusahaan Menurut Implementasi CSR ... 28

8. Corporate Social Reporting……….. 29

9. Social Responsibility Accounting………. 31

10.Pengertian Pasar Modal……… 35

11.Penilaian Saham ……….. 38

12.Jenis-jenis Saham ……… 41

B. Penelitian Terdahulu ... 43

C. Kerangka Pemikiran... 46

D. Perumusan Hipotesis... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ……… 53

B. Metode Pemilihan Sampel ……… 53

C. Metode Pengumpulan Data ……….. 55

D. Metode Analisis ……… 55

1. Uji Asumsi Klasik ………. 56

2. Uji Hipotesis ………. 58

E. Operasional Variabel Penelitian ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………..………… 63

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ………. 63

2. Deskripsi Objek Penelitian ………. 69

B. Penemuan dan Pembahasan...……… 70


(10)

2. Uji Asumsi Klasik ……… 72

3. Uji Hipotesis………. 81

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 83

B. Implikasi ……….. 84

C. Saran ……… 84

Daftar Pustaka……… 86


(11)

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran 51

4.1 Hasil Uji Heteroskedasdisitas Perusahaan High Profile Tahun 2004 s/d 2007

72 4.2 Hasil Uji Heteroskedasdisitas Perusahaan Low Profile

Tahun 2004 s/d 2007

73 4.3 Normal Probability Plot Perusahaan High Profile Tahun

2004 s/d 2007

74 4.4 Normal Probability Plot Perusahaan Low Profile Tahun

2004 s/d 2007


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Sebelumnya 44

3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian 61 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Jenis Industri 69

4.2 Descriptive Statistics High Profile 70

4.3 Descriptive Statistics Low Profile 70

4.4 Hasil Uji Autokorelasi High Profile 71

4.5 Hasil Uji Autokorelasi Low Profile 71

4.6 Koefisien Determinasi High Profile 75

4.7 Koefisien Determinasi Low Profile 75

4.8 ANOVA(b) High Profile tahun 2004 s/d 2007 76 4.9 ANOVA(b) Low Profile tahun 2004 s/d 2007 77

4.10 Independent Samples Test 79

4.11 Coefficients(a) perusahaan High Profile 80 4.12 Coefficients(a) perusahaan Low Profile 80


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Tabel Daftar Sampel Perusahaan High Profile 103 2 Tabel Daftar Sampel Perusahaan Low Profile 104 3 Item-item Pengungkapan Sosial yang dilakukan

Perusahaan Sampel

105

4 Return Saham Perusahaan High Profile 108

5 Return Saham Perusahaan Low Profile 109

6 Total Pengungkapan Sosial Perusahaan High Profile 110 7 Total Pengungkapan Sosial Perusahaan Low Profile 111


(14)

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdullillahirabbil’alamin, segala puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala usaha serta upaya, dengan judul Pengaruh Pengungkapan Sosial Terhadap Harga Saham (Uji Komparatif Pada Perusahaan High Profile dan Low Profile yang Terdaftar di BEI). Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada junjungan kita baginda Rasullah SAW, keluarga serta para sahabat beliau yang telah memberikan cahaya bagi umatnya dalam menempuh keselamatan dan kebahagiaan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan perjalanan hidup yang sangat mulia.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian dari syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan kali ini, penulis tak lupa dan ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, terutama kepada:

1.Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendorong penulis baik dari segi moriil, materil maupun do’a yang tiada henti. Terimakasih atas do’amu, dan segala yang telah engkau lakukan takkan pernah dapat terbalaskan.


(15)

2.Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku dekan Fakultas ekonomi dan ilmu sosial dan juga sebagai dosen pembimbing pertama, yang senantiasa memberikan arahan dan juga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3.Bpk. Afif Sulfa SE.,Ak.M.si Selaku Ketua Jurusan Akuntansi 4.Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

5.Ibu Rahmawati ,SE.,MM., selaku dosen pembimbing kedua, berkat arahan dan juga kesabaran beliau dalam membimbing penulis demi selesainya skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi.

6.Seluruh staf pengajar dan karyawan FEIS UIN SYAHID Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

7.Saudara Arief Fahruri yang telah merelakan semua referensi penelitiannya untuk mendukung penelitian saya, dan juga saran-saran darinya.

8.Teman Seperjuangan Akuntansi Kelas A 2005-2008 yang selalu dihati.

Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi ilmu pendidikan untuk bangsa Indonesia, khususnya untuk Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Juni 2009


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perusahaan yang berorientasi pada profit (profit oriented) umumnya hanya berfokus pada keuntungan semata dan tidak akan mengeluarkan biaya yang tidak dapat ditandingkan dengan estimasi pendapatan masa mendatang. Karena memang tuntutan untuk meningkatkan keuntungan setiap investornya, sehingga mengabaikan dampak sosial yang disebabkan oleh adanya operasi perusahaan.

Asumsi dasar setiap perusahaan bahwa dengan memberikan perhatian pada lingkungan sekitar dengan mengeluarkan biaya sosial, justru menurunkan profitabilitas dan pada akhirnya menurunkan nilai saham dan pembagian dividen karena memang jika ditelusuri tidak didapatkan potensi keuntungan dengan mengeluarkan biaya sosial. Tentunya hal ini tidak diinginkan manajemen perusahaan yang selalu berorientasi pada kemakmuran

shareholder-nya.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, muncullah pertentangan dari berbagai kalangan bahwa setiap perusahaan seharusnya melakukan tanggung jawab sosial dari setiap dampak yang ditimbulkan dari operasi inti perusahaan. Hal ini dipelopori oleh negara-negara maju yang memang memiliki potensi mempengaruhi lingkungan secara signifikan.

Berdasarkan dari pemikiran Howard R. Bowen dalam bukunya yang berjudul Social Responsibility of The Businessman, mulailah perubahan


(17)

paradigma masyarakat mengenai perlunya pertanggungjawaban sosial yang seharusnya dilakukan oleh setiap perusahaan. Sehingga menimbulkan banyak perdebatan diantara kalangan masyarakat dengan manajemen perusahaan, karena adanya perbedaan tujuan. Perusahaan bertujuan pada keuntungan, sementara masyarakat sekitar perusahaan juga tidak ingin lingkungan sekitar rusak akibat dari operasi perusahaan (Majalah Bisnis & CSR, 2008).

Pada tahun 1980-an, perusahaan-perusahaan di negara barat mulai memerhatikan dampak sosial yang diakibatkan dari operasi perusahaannya. Selain dari desakan masyarakat,juga telah timbul kesadaran dari internal perusahaan itu sendiri. Munculnya perusahaan-perusahaan pioneer

menimbulkan banyak penelitian yang dilakukan oleh para akademisi dalam mengkaji efek dari adanya pertanggungjawaban sosial (CSR) dengan

profitabilitas perusahaan.

Dalam tahun terakhir, perusahaan-perusahaan telah meningkatkan ekspektasi mereka terhadap CSR dari lingkungan sosialnya (Balmer dan Greysner, 2006; Michael, 2003; Whitehouse, 2006 dalam Herbert dan Schantz 2007). CSR berkaitan pada pemenuhan dengan kewajiban hukum sesuai dengan peraturan moral yang menjadikan suatu perilaku bisnis pada umumnya (Herbert dan Schantz, 2007).

Menguatnya program pertanggungjawaban sosial, membuat perusahaan mulai secara perlahan untuk memperhatikan dan menjaga lingkungan sekitar dari efek yang ditimbulkan karena adanya aktivitas operasi


(18)

perusahaan. CSR semakin berkembang hingga menjadi salah satu faktor keputusan investor dalam menanamkan modalnya.

UU Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang memuat tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam Pasal 1 ayat 3, dan pada Pasal 66 mengenai laporan tahunan, dalam ayat 2(c) disebutkan laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, mengharuskan adanya pertanggungjawaban sosial serta pengungkapannya disetiap perusahaan yang berbentuk PT.

Perusahaan-perusahaan di Indonesia kini tidak lagi memprioritaskan keuntungan (profit) semata, namun sudah mempertimbangkan dan mengatasi masalah sosial (social problems) yang ada disekitar lingkungan tempat perusahaan itu berdiri, tanpa mempertimbangkan apakah operasi inti perusahaan memiliki dampak negatif pada lingkungannya.

Dalam kacamata CSR, perusahaan yang operasi utamanya memiliki dampak sosial bagi lingkungan yang signifikan biasa dikategorikan dalam perusahaan high profile contohnya seperti perusahaan pertambangan. Dan sebaliknya, perusahaan yang dampaknya tidak signifikan dikategorikan dalam perusahaan low profile, contohnya seperti sektor perbankan (Patten (1991) dalam Khoirunnisa, 2007).

Besarnya dampak sosial perusahaan tergantung pada jenis atau karakteristik operasi perusahaan. Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggungjawab sosial yang lebih tinggi pula. Pelaksanaan tanggungjawab


(19)

sosial akan disosialisasikan kepada publik melalui pengungkapan soial dalam laporan tahunan (Mirfazli dan Nurdiono, 2007:1).

Pengungkapan pertanggungjawaban sosial (CSR Disclosure) kini dikaitkan dengan kinerja keuangan (financial performance). Apakah memang benar, adanya biaya sosial yang dikeluarkan dapat memberikan kontribusi pada keuntungan perusahaan atau tidak? Dan pemahaman ini menjadi salah satu perdebatan di tingkat manajer, apakah mereka telah secara sistematis kehilangan peluang keuntungan (miss profit opportunity) jika para manajer memutuskan untuk berlawanan dengan perlindungan lingkungan yang alami (King dan Lenox, 2002, dalam Arx dan Ziegler, 2008).

Salah satu isu yang paling mendasar dalam CSR adalah kelangsungan ekonomis (economic sustainability). Praktek CSR mungkin dapat disetujui dan lebih kepada pengembangan dalam lingkungan perusahaan hanya jika mereka tidak ingin membahayakan kelangsungan operasinya dalam persaingan pasar yang tinggi (Becchetti dan Ciciretti, 2006).

Berdasarkan hal ini, biaya CSR bukan sekedar ”makan siang gratis” yang umumnya mengakibatkan pada perubahan dalam ukuran relatif diantara target maksimalisasi nilai pemegang saham (shareholder value maximization) dengan maksimalisasi kemakmuran para corporate stakeholder (seperti konsumen, komunitas lokal, pekerja, sub kontraktor) (Jensen, 2001:15; Tirole, 2001:26, dalam Becchetti dan Ciciretti, 2006).

Jika memang penerapan dan pengungkapan CSR memberikan hubungan positif pada kinerja keuangan perusahaan. Berkaitan dengan hal


(20)

diatas, pengaruh dari CSR pada kinerja keuangan perusahaan pada umumnya dan pada capaian saham (stock performance) khususnya adalah pada akhirnya menjadi satu pertanyaan empiris.

Menurut Urs von Arx dan Andreas Ziegler dalam Economics Working Paper Series dengan judul asli paperThe Effect od CSR on Stock Performance : New Evidence for the USA and Europe”, edisi Mei 2008. Hasil dari penelitian Arx dan Ziegler (2008) mengindikasikan bahwa lingkungan industri (industry environtmental) dan kinerja sosial (social performance) tidak memberikan pengaruh yang positif atau negatif dalam rata-data bulanan pengembalian saham (average monthly stock return) dalam Amerika Serikat dan Eropa.

Becchetti et.all (2009) melakukan analisis empiris mengenai pengaruh dan relevansi program CSR pada kondisi pasar modal, dengan sampel data dari tahun 1990 hingga 2004. Dan hasil penelitian mereka menyimpulkan dua penemuan utama yaitu tren meningkat yang signifikan dalam nilai absolut dari pengembalian yang tidak wajar (abnormal return) dan efek negatif signifikan dalam pengembalian yang tidak wajar setelah pengumuman melalui Domini Index.

Dilling (2008) melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh pencantuman pada Dow Jones Sustainability World Index (DJSI World) terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut memberikan pandangan baru mengenai bukti empiris dalam reaksi harga saham (stock price reaction).


(21)

Dengan tahun sampel antara 2002 sampai dengan 2005, dan sampel sebanyak 116 perusahaan yang terdaftar di DJSI World.

Hasil dari penelitian yang dilakukan Dilling tersebut adalah, pada dua tahun awal, harga saham bereaksi positif ketika pertama kali pengumuman terdaftarnya perusahaan sampel dan pengaruhnya menurun setelah tahun selanjutnya. Namun menurut Dilling, tidak ada perbedaan reaksi investor pada pencantuman perusahaan ke DJSI World untuk beberapa negara. Kesimpulannya pelaporan CSR membuat investor dan stakeholder sulit menampung informasi untuk menentukan kualitas pelaporan CSR.

Martin (2008) melakukan analisis mengenai maksimalisasi nilai pemegang saham dengan adanya kebijakan CSR. Martin menggunakan beberapa variabel program CSR dan menyimpulkan bahwa aktivitas CSR akan bernilai jika manajemen membantu mengembangkan reputasi perusahaan dalam setiap grup stakeholder, seperti pemasok, pelanggan, karyawan, dan komunitas. Dan jika reputasi tersebut ada, maka perusahaan berdiri menjadi lebih ”bermakna”, sehingga menarik investor dan meningkatkan nilai saham mereka.

Becchetti dan Ciciretti (2006) melakukan penelitian ”Corporate Social Responsibility and Stock Market Performance” dengan sampel yang cukup besar dalam rentang 14 tahun. Mereka menemukan bahwa SR Stocks (Social Responsibility Stocks) memiliki rata-rata signifikan pengembalian yang rendah dan variabel yang tidak kondisional saham biasa. Hasil ini disejajarkan dengan


(22)

bukti deskriptif mean rendah (daily return) dan varians dari strategi beli-dan-tahan (buy-and-hold strategies) dalam SR portfolio.

Nelling dan Webb (2006) menyimpulkan bahwa menguatnya

performance harga pasar saham dalam menunjukkan investasi besar suatu perusahaan dalam aspek CSR khususnya hubungan karyawan (employee relations), namun aktivitas CSR tidak mempengaruhi kinerja keuangan. Mereka juga mengatakan bahwa CSR digerakkan lebih dari karakteristik perusahaan yang tidak dapat diobservasi daripada dengan kinerja keuangan.

Hill et.all (2007) dalam Majalah Bisnis dan CSR (2008:107), memberikan gambaran dari hasil penelitiannya mengenai pelaksanaan CSR sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan. Mereka mengungkapkan, setelah mengontrol berbagai variabel, perusahaan yang melakukan CSR pada jangka pendek (3 – 5 tahun) tidak mengalami kenaikan saham yang signifikan. Namun, dalam jangka panjang (10 tahun), mengalami kenaikan nilai saham sangat signifikan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik CSR.

Soana (2009) meneliti hubungan antara Corporate Social Performance

(CSP) dengan Corporate Financial Performance (CFP) dalam sektor perbankan, dan hasilnya menyatakan bahwa data statistik dari bank nasional dan internasional yang berada di negara Italia tidak menunjukkan hubungan yang pasti atau signifikan apakah positif (berpengaruh) atau negatif mengenai korelasi diantara CSP dengan CFP.


(23)

Yuningsih (2008) melakukan pengujian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan publik, dengan sampel penelitian sebanyak 20 perusahaan terbesar berdasarkan nilai kapitalisasi pasar yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan mempengaruhi secara signifikan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial.

Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi investor.

Zubaidah (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh biaya sosial pada kinerja keuangan pada perusahaan semen yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dan hasilnya menjelaskan bahwa biaya sosial memiliki pengaruh yang kuat pada kinerja keuangan. Dengan biaya CSR yang digunakan seperti biaya gaji, biaya air bersih, biaya bonus, dan biaya promosi. Dan biaya gaji adalah faktor CSR yang paling kuat dalam mempengaruhi kinerja keuangan.

Saleh et.all (2008) melakukan pengujian empiris mengenai hubungan antara Pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan dalam Pasar Terbuka


(24)

yang berada di Malaysia, dengan menggunakan longitudinal data analysis. Hasilnya adalah terdapat sedikit bukti (evidence) dari pengaruh signifikan CSR dalam kinerja keuangan dalam hubungan jangka panjang.

Brine et.all (2007) melakukan pengujian Corporate Social Responsibility and Financial Performance dalam konteks Australia, beberapa penggerak ekonomi untuk CSR telah mereka temukan yang mungkin dapat dijelaskan dari pemungutan sukarela oleh beberapa perusahaan. Hasil pertama mereka menerangkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan diantara CSR dengan kinerja keuangan.

Yuniasih dan Wirakusuma (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan

Corporate Social Responsibility dan Good Coprporace Governance sebagai variabel pemoderasi. Hasil dari penelitian tersebut antara lain adalah Return On Asset (ROA) positif mempengaruhi nilai perusahaan; pengungkapan CSR terbukti berpengaruh positif pada hubungan ROA dengan nilai perusahaan; dan, kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan.

Kenta (2006) melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh

coporatee social terhadap financial performance pada perusahaan yang berada di Jepang. Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan positif diantara CSP dengan CFP. Ketika mengambil pertimbangan dari variabel CSR, hasil mereka mendekati untuk mendukung hipotesis yang mereka kembangkan.


(25)

Sembiring (2005) telah melakukan penelitian empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, mengenai karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasilnya berupa ukuran perusahaan, karakteristik dan jumlah dari jajaran komisaris (board of commisioner) memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial, tetapi profitabilitas dan leverage tidak menunjukkan efek positif.

Tsoutsoura (2004) dalam proyek aplikasi keuangan juga melakukan pengujian ”Corporate Social Responsibility and Financial Performances”, didasari dengan metode empiris dan data diambil dari rentang waktu 1996 sampai 2000 yang termasuk juga dalam S&P 500. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan statistik yang signifikan, mendukung pandangan dari aktivitas pertanggungjawaban sosial (CSR) dapat dijadikan salah satu bagian keuntungan.

Orlitzky et.all (2003) melakukan pengujian mengenai hubungan antara

Corporate Social Performance (CSP) dengan Corporate Financial Performance (CFP) dengan menggunakan meta analisis dan sampel yang berjumlah 33.878 observasi. Hasilnya adalah terdapat asosiasi positif antara CSP dengan CFP. Contohnya, pendekatan CSP lebih berkorelasi dengan perhitungan dasar akuntansi dari CFP daripada dengan indikator berdasarkan pasar.

Mahoney dan Roberts (2002) juga melakukan penelitian diantara hubungan sosial dan lingkungan perusahaan terhadap pengaruhnya dalam


(26)

kinerja keuangan dan instritusi kepemilikan, dengan menggunakan panel data

selama empat tahun dari sampel perusahaan yang berada di Canada (Canadian Firms). Mereka menemukan hubungan positif antara kinerja lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ditambah lagi, hubungan positif antara aktivitas sosial perusahaan dengan institusi kepemilikan dalam bentuk saham (shares). Dari hasil-hasil yang mereka temukan, mereka berargumen bahwa aktivitas sosial berhubungan positif dalam kesuksesan perusahaan.

Beberapa bursa sudah menerapkan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mengimplementasikan CSR. New York Stock Exchange telah memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai CSR yang baik. DJSI mulai dipraktekkan sejak tahun 1999. begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan

Financial Times Stock Exchange (FTSE) mempunyai FTSE4Good sejak 2001. Belakangan, inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa saham di Asia, seperti Hanseng Stock Exhange dan Singapore Stock Exchange. Konsekuensi dari adanya indeks-indeks tersebut memacu investor global untuk menanamkan investasinya hanya di perusahaan-perusahaan yang sudah masuk dalam indeks tersebut.

Berdasarkan kajian dan paparan penelitian terdahulu yang telah disebutkan, untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pengungkapan Sosial Terhadap Return Saham”,Analisis


(27)

Komparatif pada Perusahaan High Profile dan Low Profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian dapat dituangkan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pengungkapan sosial terhadap return

saham antara perusahaan high profile dan low profile ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai :

1. Perbedaan pengaruh pengungkapan sosial dengan return saham dalam perusahaan high profile dan low profile yang listed di BEI.

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Pembaca.

Memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat pada umumnya dan bagi mahasiswa FEIS pada khususnya. Skripsi ini dapat dijadikan sumbangan karya ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lainnya yang mengangkat topik serupa dalam penelitiannya.


(28)

Dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi perusahaan-perusahaan yang belum menerapkan aktivitas pertanggungjawaban sosial yang ada di Bursa Efek Indonesia. Khususnya bagi perusahaan yang operasi utamanya memberikan efek negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kinerja dalam melayani masyarakat luas (stakeholder), tanpa melupakan tanggungjawabnya kepada pemegang saham (shareholder).

3. Bagi Penulis.

Memberikan pemahaman baru mengenai jumlah pengungkapan sosial pada tingkat pengembalian saham (share return) dalam perusahaan berkarakteristik high profile maupun low profile. Penulis mendapatkan berbagai pengetahuan mengenai perkembangan aktivitas CSR yang ada di Eropa dan Amerika, karena terdapat beberapa referensi asing.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Literatur

1. Sekilas Sejarah dan Konsep Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan CSR dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responbilities of The Businessman. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris dikalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang Ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai bapak CSR (Untung, 2008:37). Dalam buku itu Bowen memberikan definisi awal dari CSR sebagai:

“… obligation of businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow those line of action wich are desirable in term of the objectives and values of our society.” (Bowen, 1953:6 dalam http://donhangga.com).

Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis (Rajafi dan Irianto, 2007) yang memperkenalkan konsep “Iron Law of Social Responsibility”. Dalam konsepnya, Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan size atau ukuran perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis


(30)

menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya (Untung,2008:38).

Tahun 1962, Rachel Carlson menulis buku yang berjudul Silent Spring . Buku tersebut dianggap memberikan pengaruh besar pada aktivitas pelestarian alam. Buku tersebut berisi efek buruk penggunaan DDT sebagai pestisida terhadap kelestarian alam, khususnya burung. DDT menyebabkan cangkang telur menjadi tipis dan menyebabkan gangguan reproduksi dan kematian pada burung. Silent Spring juga menjadi pendorong dari pelarangan penggunaan DDT pada tahun 1972. Selain penghargaan Silent Spring juga menuai banyak kritik dan dinobatkan sebagai salah satu ”buku paling berbahaya abad ke-19 dan ke-20” versi majalah Human Events (http//:donhangga.com).

Tahun 1963 Joseph W. McGuire memperkenalkan istilah

Corporate Citizenship. McGuire menyatakan bahwa:

The idea of social responsibilities supposes that the corporation has not only economic and legal obligations but also certain responsibilities to society which extend beyond these obligations” (McGuire, 1963:144 dalam http://donhangga.com).

McGuire kemudian menjelaskan lebih lanjut kata beyond dengan menyatakan bahwa korporasi harus memperhatikan masalah politik, kesejahteraan masyarakat, pendidikan, “kebahagiaan” karyawan dan


(31)

seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu korporasi harus bertindak “baik,” sebagai mana warga negara (citizen) yang baik.

Tahun 1971, Committee for Economic Development (CED) menerbitkan Social Responsibilities of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki tujuan dasar untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat (Untung, 2008:38).

CED merumuskan CSR dengan menggambarkannya dalam lingkaran konsentris. Lingkaran dalam merupakan tanggungjawab dasar dari korporasi untuk penerapan kebijakan yang efektif atas pertimbangan ekonomi (profit dan pertumbuhan); Lingkaran tengah menggambarkan tanggung jawab korporasi untuk lebih sensitif terhadap nilai-nilai dan prioritas sosial yang berlaku dalam menentukan kebijakan mana yang akan diambil; Lingkaran luar menggambarkan tanggung jawab yang mungkin akan muncul seiring dengan meningkatnya peran serta korporasi dalam menjaga lingkungan dan masyarakat (http//:donhangga.com).

Tahun 70-an juga ditandai dengan pengembangan definisi CSR. Dalam artikel yang berjudul Dimensions of Corporate Social Performance, S. Prakash Sethi memberikan penjelasan atas perilaku korporasi yang dikenal dengan social obligation, social responsibility, dan


(32)

korporasi yang didorong oleh kepentingan pasar dan pertimbangan-pertimbangan hukum. Dalam hal ini social obligation hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja. Social responsibility merupakan perilaku korporasi yang tidak hanya menekankan pada aspek ekonomi dan hukum saja tetapi menyelaraskan social obligation dengan norma, nilai dan harapan kinerja yang dimiliki oleh lingkungan sosial. Social responsivenes merupakan perilaku korporasi yang secara responsif dapat mengadaptasi kepentingan sosial masyarakat. Social responsiveness merupakan tindakan antisipasi dan preventif (http://donhangga.com).

Era ini ditandai dengan usaha-usaha yang lebih terarah untuk lebih mengartikulasikan secara tepat apa sebenarnya corporate responsibility. Walaupun telah menyinggung masalah CSR pada 1954 , Empu teori manajemen Peter F.Drucker baru mulai membahas secara serius bidang CSR pada tahun 1984, Drucker berpendapat:

But the proper ‘social responsibility’ of business is to tame the dragon, that is to turn a social problem into economic opportunity and economic benefit, into productive capacity, into human competence, into well-paid jobs, and into wealth” (Drucker, 1984:62 dalam http//:donhangga.com)

Dalam hal ini Drucker telah melangkah lebih lanjut dengan memberikan ide baru agar korporasi dapat mengelola aktivitas CSR yang dilakukannya dengan sedemikian rupa sehingga tetap akan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.


(33)

Tahun 1987, Persatuan Bangsa-Bangsa melalui World Commission on Environment and Development (WECD) menerbitkan laporan yang berjudul Our Common Future – juga dikenal sebagai Brundtland Report

untuk menghormati Gro Harlem Brundtland yang menjadi ketua WECD waktu itu. Laporan tersebut menjadikan isu-isu lingkungan sebagai agenda politik yang pada akhirnya bertujuan mendorong pengambilan kebijakan pembangunan yang lebih sensitif pada isu-isu lingkungan. Laporan ini menjadi dasar kerjasama multilateral dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) (http//:donhangga.com).

Earth Summit dilaksanakan di Rio de Janeiro pada 1992 . Dihadiri oleh 172 negara dengan tema utama Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan. Menghasilkan Agenda 21, Deklarasi Rio dan beberapa kesepakatan lainnya. Hasil akhir dari pertemuan tersebut secara garis besar menekankan pentingnya eco-efficiency dijadikan sebagai prinsip utama berbisnis dan menjalankan pemerintahan (http//:donhangga.com).

2. Kaitan CSR dengan Sarbanes Oxley Act (SOX) 2002

Undang-undang ini diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio), dan telah ditandatangani oleh Presiden George W. Bush pada tanggal 30 Juli 2002. Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa korporasi besar seperti:


(34)

Enron, WorldCom (MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox; yang juga melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC. Semua skandal ini merupakan contoh tragis bagaimana fraud schemes berdampak sangat buruk terhadap pasar,

stakeholders dan para pegawai.

Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah dengan beberapa aturan pelaksanaan dari Securities Exchange Commision (SEC) dan beberapa self regulatory bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitas korporasi, transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil kemungkinan bagi perusahaan atau organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan fraud, serta membuat perhatian pada tingkat sangat tinggi terhadap corporate governance. Saat ini, corporate governance dan pengendalian internal bukan lagi sesuatu yang mewah lagi; karena kedua hal ini telah disyaratkan oleh undang-undang

Dalam Sarbanes-Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan pembaharuan governance; yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen.


(35)

pPraturan ini sangat kental dengan unsur governance, dan tentu saja praktik good corporate governance sesuai dengan Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Karena SOX 2002 mengatur pengendalian internal yang baik seperti pengungkapan laporan keuangan yang lebih banyak sehingga tidak ada korban penipuan lagi yang merugikan pihak internal seperti karyawan hingga pihak eksternal seperti investor.

3. CSR di Indonesia

Diantara negara-negara di Asia, penetrasi aktivitas CSR di Indonesia masih tergolong rendah. Pada tahun 2005 baru ada 27 perusahaan yang memberikan laporan mengenai aktivitas CSR yang dilaksanakannya (http//:donhangga.com). Karena sebelumnya, perusahaan-perusahaan biasa menggunakan istilah Community Development.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) . Secara umum ISRA bertujuan untuk mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Kategori penghargaan yang diberikan adalah Best Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, Best Environmental Reporting Award, dan Best Website. (http//:donhangga.com)


(36)

Pada 2006 kategori penghargaan ditambah menjadi Best Sustainability Reports Award, Best Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, Best Website, Impressive Sustainability Report Award, Progressive Social Responsibility Award, dan Impressive Website Award. Pada 2007 kategori diubah dengan menghilangkan kategori impressive dan progressive dan menambah penghargaan khusus berupa Commendation for Sustainability Reporting: First Time Sutainability Report. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA (http://donhangga.com).

Menurut Kemp (2002), pihak asing yang meneliti perkembangan dan penerapan CSR dengan objek perusahaan transnasional (Transnational Corporations -TNCs) yang didukung oleh United Nations Research Instittue for Social Development (UNRISD). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dapatkah CSR dan disertai dengan inisiatif sukarela dapat merubah perilaku dari hari ke hari dari perusahaan transnasional tersebut; dan dalam sudut pandang krisis, apakah CSR sesuai di Indonesia?.

Pada masa itu (2002), Kemp berkesimpulan bahwa adanya CSR masih memberikan sedikit kontribusi dalam hal hak asasi manusia, dan terdapat sebagian kecil perusahaan transnasional yang target utama konsumen dan perusahaan yang sudah berpikir etis dan bertanggungjawab. Industri lain tidak cenderung baik. Beberapa kelainan, dan pendekatan


(37)

yang tidak sempurna dari pergerakan CSR, seharusnya sebagai sinyal untuk menuju masyarakat global yang dibutuhkan untuk pendekatan yang lebih sistematis.

Kemp berpendapat bahwa setelah krisis ekonomi terjadi, dibutuhkan penilaian ulang antara kebijakan ekonomi dan kebijakan investasi, yang membuat bisnis di Indonesia berjalan. Pemikiran masa lalu mungkin memberikan jalan untuk menciptakan hal pragmatis masa mendatang dan dibutuhkan berfikir maju (visioner thinking) untuk merealisasikan CSR yang didukung oleh prinsip bisnis Islam (Kemp, 2002).

4. Definisi CSR

Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR di bawah ini menunjukkan keragaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi (Majalah Bisnis dan CSR, 2007; Wikipedia, 2008).

Berikut adalah beberapa definisi CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan :

1. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam Pasal 1 butir 3 disebutkan tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan


(38)

lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat sekitarnya.

2. World Business Council for Sustainable Development: Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya (Tunggal,2008:23).

3. The World Bank Group : Komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi agar dapat mengembangkan kelangsungan ekonomi, bekerja dengan para pegawainya dan anggota mereka, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup, dalam jalan menuju antara baik untuk bisnis dan baik untuk peningkatan (Tunggal,2008:23).

5. Prinsip dan Model Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people

dan planet (3P) (Porter, 2002:5 dalam Majalah Bisnis dan CSR, 2008).

1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan

ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan

manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana


(39)

pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.

3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan

keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme).

Sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu (Majalah Bisnis dan CSR, 2008) :

a. Keterlibatan langsung.

Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang


(40)

dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund. c. Bermitra dengan pihak lain.

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

d. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari


(41)

mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari menentukan populasi atau kelompok sasaran; mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kelompok sasaran; merancang program kegiatan dan cara-cara pelaksanaannya; menentukan sumber pendanaan; menentukan dan mengajak pihak-pihak yang akan dilibatkan; melaksanakan kegiatan atau mengimplementasikan program; hingga memonitor dan mengevaluasi kegiatan.

Kegiatan-kegiatan pemberdayaan biasanya dilakukan secara berkelompok dan terorganisir dengan melibatkan beberapa strategi seperti pendidikan dan pelatihan keterampilan hidup (life skills), ekonomi produktif, perawatan sosial; penyadaran dan pengubahan sikap dan perilaku; advokasi: pendampingan dan pembelaan hak-hak klien; aksi sosial: sosialisasi, kampanye, demonstrasi, kolaborasi, kontes; atau pengubahan kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan kelompok sasaran.

Berbeda dengan kegiatan bantuan sosial karitatif yang dicirikan oleh adanya hubungan “patron-klien” yang tidak seimbang, maka pemberdayaan masyarakat dalam program Community Development

didasari oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis dan emansipatoris yang berpijak pada beberapa prinsip sebagai berikut:


(42)

b. Membantu rakyat agar mereka bisa membantu dirinya sendiri dan orang lain.

c. Pemberdayaan bukan kegiatan satu malam.

d. Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai hasil, melainkan juga agar menguasai prosesnya.

Agar berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya berpusat pada komunitas lokal, melainkan pula pada sistem sosial yang lebih luas termasuk kebijakan sosial. Salah satu lambannya pelaksanaan CSR di Indonesia adalah tidak adanya instrumen hukum yang komprehensif yang mengatur CSR. Instrumen hukum sangat diperlukan sekali untuk mendorong pelaksanaan CSR di Indonesia. Pada saat ini, memang sudah tedapat peraturan yang terkait dengan CSR seperti Undang-Undang (UU) Pengelolaan Lingkungan Hidup. Namun UU tersebut belum mampu mendorong pelaksanaan CSR di lapangan. Apalagi dalam UU tersebut hal yang diatur masih terbatas. Hanya berkaitan dengan hal tertentu saja.

Padahal CSR tidak saja berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan tehadap lingkungan dalam arti sempit, namun juga dalam arti luas seperti tanggung jawab perusahaan terhadap pendidikan, perekonomian, dan kesejahteraan rakyat sekitar.

6. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi CSR

Menurut Prince of Wales Foundation ada lima hal penting yang dapat mempengaruhi implementasi CSR. Pertama, menyangkut human


(43)

capital atau pemberdayaan masyarakat. Kedua, environments yang berbicara tentang lingkungan. Ketiga, adalah Good Corporate Governance, atau mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan dialokasikan menurut aturan “hak” dan “kuasa”. Keempat, social kohesion, artinya dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Kelima, adalah economic strength atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian bidang ekonomi (Untung, 2008:11-12).

Implementasi dan aktivitas CSR bagi perusahaan publik, apabila dilihat dari investor global yang memiliki idealisme tertentu, dengan aktivitas CSR, saham perusahaan akan dapat lebih bernilai. Investor akan rela membayar mahal karena kita membicarakan tentang sustainability dan

acceptabilityI. Sebab itu terkait dengan resiko investor (Welirang, 2007 dalam Untung, 2008:12).

7. Kategori Perusahaan Menurut Implementasi CSR

Terkait dengan praktik CSR, pengusaha dapat dikelompokkan menjadi empat : kelompok hitam, merah, hijau, dan biru (Putri,2007 dalam Untung,2008:7) :

a. Kelompok Hitam, adalah mereka yang tak melakukan praktik CSR sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan sendiri. Kelompok ini sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya dalam


(44)

menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan kayawannya.

b. Kelompok Merah, adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik CSR, tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat dari tekanan pihak lain, seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan karyawan baru diperhatikan setelah karyawan ribut atau mengancam akan mogok kerja.

c. Kelompok Biru, perusahaan yang menilai praktik CSR akan memberi dampak positif terhadap usahanya karena merupakan investasi, bukan biaya.

d. Kelompok Hijau, perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnisnya, CSR tidak hanya dipandang sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang merupakan modal sosial.

8. Corporate Social Reporting

Corporate Social Reporting adalah proses pengkomunikasian dampak-dampak sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi perusahaan kepada kelompok-kelompok yang secara khusus berkepentingan dengan masyarakat dan masyarakat luas. Antara lain mencakup pengembangan tanggung jawab organisasi (khususnya


(45)

perusahaan) yang melampaui peran tradisional dalam penyediaan informasi finansial kepada pemilik modal, khususnya kepada pemegang saham. Pengembangan yang dilakukan berdasarkan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dari pada hanya menghasilkan laba untuk pemegang saham mereka (Gray et.all, 1987; dalam Khoirunnisa, 2006).

Menurut Perks (1993) dalam Khoirunnisa (2006) pengungkapan aspek sosial perusahaan merupakan pengungkapan atau pengukuran biaya dan manfaat baik yang dapat dinilai dengan uang maupun tidak akibat dari aktifitas ekonomi perusahaan.

Menurut pandangan mikroekonomi terhadap pelaporan korporasi adalah perusahaan tidak harus melaporkan pengaruh perusahaan pada masyarakat. Biaya polusi lingkungan, pengangguran, kondisi kerja yang tidak sehat, dan masalah-masalah sosial lain biasanya tidak dilaporkan oleh perusahaan, kecuali biaya-biaya yang ditanggung langsung oleh perusahaan seperti pajak. Namun akuntansi sosial korporasi mencoba mengatasi masalah ini.

Sebuah contoh yang terkenal dalam upaya memasukkan tujuan-tujuan akuntansi sosial dan makro ekonomi ke dalam satu teori pelaporan korporasi disajikan dalam corporate report, sebuah kertas kerja yang diterbitkan oleh Institute of Chartered Accounts di Wales, Inggris (Hendriksen, 2000 dalam Khoirrunnisa,2006). Salah satu usulan laporan itu adalah diterbitkannya laporan nilai tambah (value added


(46)

statement) yang mengalokasikan pendapatan, setelah dikurangi biaya pegawai, kreditor, dan pemegang saham.

Corporate social reporting begitu penting sebagai suatu proses mengkomunikasikan dampak-dampak sosial dan lingkungan dari keseluruhan aktifitas yang dilakukan perusahaan baik terhadap sekelompok tertentu maupun masyarakat pada umumnya dalam bentuk sebuah laporan baik yang sifatnya positif maupun negatif secara sukarela ataupun bentuk pemenuhan peraturan yang sudah ada (Khoirunnisa, 2006).

9. Social Responsibility Accounting

Secara sempit, akuntansi pertanggungjawaban sosial didefinisikan hanya mencakup menilai, mengukur, dan melaporkan dampak operasional perusahaan pada masyarakat, tanpa mencakup program-program sosial yang diadakan oleh perusahaan. Lee J. Seidler dan Lyn L. Seidler dikutip oleh Usmansyah (1989:33) mengatakan bahwa ”sebagai pedoman umum APS merupakan modifikasi dan penerapan oleh para akuntan berkenaan dengan keahlian teknik dan disiplin akuntansi konvensional (keuangan dan manajerial).” Secara esensial, konsep APS memandang APS sebagai perluasan dari prinsip, praktek, dan terutama keahlian dari akuntansi konvensional (Yuningsih, 2008).

Menurut Ahmed Belkoui (1999) dalam Yuningsih (2008), APS adalah “ Proses pengurutan, pengukuran, dan pengungkapan pengaruh


(47)

yang kuat dari pertukaran antara suatu perusahaan dan lingkungan sosialnya.”Martin Freedman (1989:499) mengistilahkan akuntansi pertanggungjawaban sosial sebagai akuntansi sosial (social accounting). “Akuntansi sosial tidak hanya mengungkapkan, mengukur, dan menganalisa pengaruh atau konsekuensi sosial dan ekonomi dari prilaku atau kegiatan operasional perusahaan, tetapi juga dari prilaku atau kegiatan pemerintahan”. Menurut Freedman lingkungan bisnis meliputi: sumber daya alam, masyarakat sekitar, orang-orang yang dipekerjakan, pelanggan, pesaing, perusahaan dan kelompok-kelompok yang membuat perjanjian.

Estes (1976:3) dalam Yuningsih (2008) menggunakan istilah social accounting untuk akuntansi pertanggungjawaban sosial perusahaan dan mendefinisikan sebagai berikut: “ the measurement and reporting, internal or external of information concerning the impact of an entity and its activities on society”.

Menurut Hendriksen,1994 dalam Kholis dan Maksum (2003) akuntasi sosial secara teoritis mensyaratkan perusahaan harus melihat lingkungan sosialnya antara lain masyarakat, konsumen, pekerja, pemerintah dan pihak lain yang dapat menjadi pendukung jalannya operasional karena pergeseran tanggung jawab perusahaan.

Menurut Suwaldiman dalam Indira dan Apriyanti (2005) akuntansi sosial sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat kendali terhadap aktivitas suatu unit usaha. Makin meluasnya tanggung jawab sosial perusahaan menyebabkan perlunya memasukkan unsur sosial


(48)

dalam pertanggungjawaban perusahaan ke dalam akuntansi sesuai dengan fungsinya sebagai alat pertanggungjawaban. menurut Indira dan Apriyanti (2005) hal ini mendorong timbulnya suatu konsep baru yang biasa disebut sebagai Social Accounting, Socio Economic Accounting ataupun Social Responsibility Accounting.

Ramanathan (1976 : 519) (dalam Rajafi dan Irianto 2007) dalam “

Toward A Theory of Corporate Social Accounting” mengajukan definisi akuntansi sosial sebagai berikut :

“ The process of selecting firm level social performance variables, measures and measurement procedures; systematically developing information useful for evaluating the firmls social performance and communicating such information to concerned social groups, both within and outside the firm “ .

Menurut Mathew (1993 : 64) (dalam Rajafi dan Irianto, 2007) dalam “ Social Responsibility Accounting” menyodorkan batasan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial dengan mengatakan:

“Sure of information, both qualitative made by organization to inform or influence a range of audience. The quantitative disclosure maybe in financial or non financial terms”.

Menurut Parker,2002 (dalam Indira dan Apriyanti, 2005) berpendapat bahwa social accounting mempunyai tiga tujuan penting, yaitu :

a. Memberikan gambaran komprehensif mengenai perusahaan (organisasi) beserta sumber daya yang dimilikinya.

b. Memberikan batasan terhadap perilaku perusahaan yang tidak bertanggungjawab secara sosial


(49)

c. Memberikan motivasi positif bagi perusahaan untuk berperilaku sesuai dengan tata cara sosial.

Adapun tema-tema yang termasuk dalam wacana akuntansi pertanggungjawaban sosial ( Glautier, 2000 : 426 dalam Rajafi dan Irianto, 2007) adalah :

a. Kemasyarakatan

Tema ini mencakup aktivitas yang terkait dengan kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lain. b. Ketenagakerjaan

Tema ini meliputi dampak aktivitas organisasi pada orang-orang dalam organisasi perusahaan. Aktivitas tersebut meliputi recruitment, program pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi, dan sebagainya.

c. Produk dan Konsumen

Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk/jasa, antara lain kegunaan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam beriklan, kejelasan / kelengkapan keterangan isi pada kemasan dan sebagainya.

d. Lingkungan hidup

Tema ini mencakup aspek lingkungan dari proses produksi yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis,


(50)

pencegahan-pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konservasi sumber daya alam.

10. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal diartikan sebagai pasar untuk berbagai sekuritas dalam jangka panjang yang bisa diperjualbelikan. Seiring dengan adanya perkembangan tekonologi yang pesat, terutama dalam bidang komunikasi, maka sering penawaran dan pembelian antara dua pihak atau lebih tidak perlu diikuti oleh pertemuan fisik pada tempat tertentu. Pasar modal pada era sekarang ini merupakan sarana untuk mempertemukan pihak yang memerlukan dana (peminjam) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana (pemberi pinjaman) (Setyorini, 2005).

Dengan demikian, pasar modal di satu pihak merupakan salah satu alternatif pembelanjaan bagi masyarakat (individu ataupun lembaga) yang mempunyai kelebihan dana. Melalui mekanisme kegiatan pasar modal dapat diharapkan dana yang ada dimasyarakat bisa disalurkan untuk membiayai kegiatan yang bersifat produktif yang dilaksanakan oleh dunia usaha (Reily dan Brown, 2000 : 107 dalam Setyorini, 2005).

Peranan pasar modal ditinjau dari sudut ekonomi makro adalah sebagai suatu alat untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Kelebihan lain, dibandingkan dengan kredit perbankan, bahwa pasar modal merupakan sumber pembiayaan yang tidak menimbulkan


(51)

Sumber daya ekonomi yang sudah ada melalui pasar modal dialokasikan sedemikian rupa sehingga kedudukan berubah yaitu dari titik

pareto inefficiency menjadi ke titik pareto efficiency. Ini dapat terjadi apabila informasi yang tersedia dipasar modal cepat, tepat dan akurat. Apabila lebih jauh dari berfungsinya pasar modal sebagai piranti untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal adalah naiknya pendapatan nasional, terciptanya kesempatan kerja, dan semakin meratanya pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Wai dan Patrick (dalam Setyorini, 2005) dalam makalah IMF menyebutkan 3 pengertian tentang pasar modal sebagai berikut :

a. Definisi secara luas

Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek, primer dan tidak lansung.

b. Definisi dalam arti menengah

Pasar modal adalah semua prasarana yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat dan kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotek dan tabungan, serta deposito berjangka.


(52)

Pasar modal adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner dan underwriter.

Di Indonesia, pengertian pasar modal adalah sebagaimana tertuang didalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yaitu pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.

Setelah mengetahui pengertian pasar modal secara definitive, kiranya perlu dikemukakan beberapa klasifikasi dari karakteristik pasar modal ditinjau dari sudut proses penyelenggaraan transaksi perdagangan diantara pelaku pasar modal terdiri dari (Sunariyah, 2000 : 15 dalam Setyorini, 2005) :

a. Pasar Spot

Pasar spot merupakan pasar keuangan yang memperdagangkan sekuritas atas jasa keuangan untuk diserahterimakan secara spontan. Artinya kalau seseorang membeli suatu jasa-jasa finansial, maka pada saat ini juga akan menerima jasa yang dibeli tersebut. Meskipun proses serah terima saham tidak dapat dilakukan segera, tetapi yang dipentingkan adalah proses terjadinya transaksi tersebut menunjukkan saat terjadinya perpindahan kekayaan diantara kedua belah pihak. Adapun penyerahan sekuritas atau jasa-jasa keuangan tersebut semata-mata hanya proses penyerahan saja.


(53)

b. Pasar Futures/Forward

Pada pasar ini sekuritas atau jasa keuangan akan diselesaikan pada kemudian hari atau beberapa waktu sesuai dengan ketentuan. Proses transaksi tersebut memuat kesepakatan waktu terjadinya transaksi dan saat penyerahan harus dilakukan. Dengan demikian, perpindahan kekayaan dalam transaksi semacam ini memerlukan jangka waktu tertentu, dengan kata lain harga transaksi ditentukan hari ini, sedangkan penyerahan barang akan dilakukan di masa mendatang. c. Pasar Opsi

Pasar Opsi merupakan pasar keuangan yang memperdagangkan hak untuk menentukan pilihan terhadap saham atau obligasi. Pilihan tersebut adalah persetujuan atau kontrak hak pemegang saham untuk membeli atau menjual dalam waktu tertentu. Kontrak terjadi diantara entitas yang melakukan kontrak terhadap opsi yang diperjual belikan. Hak opsi harus ditegaskan dalam kontrak, bahwa hanya dapat dipergunakan dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian, apabila dalam periode tersebut tidak digunakan, kesepakatan dalam kontrak batal demi hukum.

11. Penilaian Saham

Penilaian saham terdiri dari beberapa model dan teknik dapat digunakan oleh para analis. Model penilaian saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah rangkaian variabel ekonomi atau variabel


(54)

perusahaan yang diramalkan (yang diamati) menjadi perkiraan tentang harga saham, misalnya seperti laba perusahaan (Setyorini, 2005).

Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi harga saham itu mudah dikenali. Masalah yang muncul adalah bagaimana menerapkan faktor-faktor tersebut kedalam suatu sistem penilaian yang bisa dipergunakan untuk memilih saham mana yang seharusnya dimasukkan dalam portofolio. Untuk tujuan inilah perlu adanya model penilaian (valuation model). Penentuan harga merupakan langkah yang penting, demikian juga harga saham yaitu harga suatu penyertaan dalam perusahaan tertentu yang pengukurannya sulit ditentukan secara tepat. Tinggi rendahnya harga saham merupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor psikologis dari penjual atau pembelinya. Model penilaian untuk kepentingan analisis sekuritas, secara garis besar dikelompokkan menjadi dua analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Husnan (2001 : 315 dalam Setyorini, 2005) menjelaskan bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan dengan mengamati perubahan faktor analisis di masa lalu. Analisis teknikal tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti : penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, dan kebijakan dividen) yang diperkirakan mempengaruhi harga saham. Analisis teknikal mengasumsikan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang ditujukan oleh perubahan harga diwaktu lalu sehingga perubahan harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan terjadi


(55)

berulang, dengan demikian analisis utamanya berwujud grafik atau

chart.

Analisis fundamental merupakan alat analisis yang disusun berdasarkan atas data-data historis perusahaan, yaitu data-data yang telah lewat berupa laporan keuangan. Analisis ini sering disebut dengan

company analysis (Ang, 1997 : 10.9 dalam Setyorini, 2005). Company analysis merupakan analisis tentang kekuatan dan kelemahan dari perusahaan, bagaimana kegiatan operasionalnya, dan juga bagaimana prospeknya dimasa yang akan datang.

Dalam analisis fundamental terdapat pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan dividen, net asset dan pendekatan price earning ratio. Analisis fundamental disinggung sebagai salah satu pendekatan untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah dihargai (mispriced). Terdapat dua pendekatan dalam mencari sekuritas yang

mispriced dengan analisis fundamental (Sharpe, 1997 : 23.3 dalam Setyorini, 2005). Pendekatan pertama meliputi penilaian untuk menentukan nilai intrinsik atau nilai sekuritas yang sesungguhnya.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2000:107). Konsep return yang digunakan adalah return realisasi (actual return) yang dapat berupa capital gain maupun capital loss. Return

realisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain /loss

yang sering juga disebut actual return. Besarnya actual return dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :


(56)

Rit = (Pt – Pt-1)

Pt-1

Rit : Tingkat keuntungan saham i pada periode t.

Pt : Harga penutupan saham i pada periode t (periode penutupan/terakhir)

Pt-1 : Harga penutupan saham i pada periode sebelumnya.

(Jogiyanto, 2000:10)

12 Jenis-Jenis Saham

Menurut Riyanto (1999: 240 dalam Setyorini, 2005) saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perseroan Terbatas (PT). Saham merupakan surat bukti pemilikan modal perseroan terbatas yang diperjual belikan dalam pasar modal.

Saham menarik bagi investor karena adanya keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham. Keuntungan yang dinikmati tersebut berupa pembayaran dividen dan capital gain. Dividen merupakan bagian keuntungan yang diberikan emiten kepada para pemegang sahamnya, sedangkan capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari kelebihan harga jual dan harga beli saham yang terjadi di pasar modal.

Saham sebagai objek investasi utama memiliki pilihan yang lengkap sehingga memudahkan investor untuk memilih saham yang dikehendaki. Widoatmojo membagi jenis dan karakteristik dari saham sebagai berikut :


(57)

a. Blue Chip Stock, adalah saham dari perusahaan-perusahaan besar, dan mapan dan stabil yang mempunyai derajat tinggi (high grade). Dalam suatu perekonomian selalu ada perusahaan yang menghasilkan barang yang penting dan berkualitas tinggi, posisi leading dalam industri serta mampu bertahan dalam keadaan resesi.

b. Growth Stock, adalah saham dari perusahaan yang penjualan, laba dan saham di pasar berkembang dan bertumbuh lebih cepat dari trend ekonomi umumnya ditandai oleh pemasaran yang agresif, berorientasi pada Research and Development, payback ratio yang tinggi, deviden yield yang rendah, serta price earning ratio yang tinggi.

c. Income Stock, adalah saham dengan pertumbuhan yang lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tetapi pertumbuhannya tetap bertambah yang mampu membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayar tahun-tahun sebelumnya.

d. Cyclical Stock, merupakan jenis saham yang pertumbuhan berfluktuasi mengikuti irama pertumbuhan dari bisnis dan ekonomi, tetapi bisa rendah ataupun tinggi fluktuasinya. Seorang investasi yang spekulatif mungkin memilih saham ini. Perusahaan yang bergerak dibidang real estate, automotive, konstruksi dan elektronik pada umumnya berfluktuasi bersama siklus ekonomi. Apabila kondisi perekonomian membaik maka penampilan perusahaan juga harga saham diharapkan akan membaik.


(58)

e. Defensive Stocks, adalah saham yang memiliki pertumbuhan lebih lambat walaupun keadaan ekonomi sedang boom/resesi dan juga saham ini cukup peka terhadap tingkat bunga. BUMN dan perusahaan yang memproduksi barang kebutuhuan pokok merupakan contoh tipe saham ini.

f. Interest Sensitive Stock, merupakan saham yang peka terhadap perubahan tingkat bunga dan perusahaan konstruksi apabila mengeluarkan sahamnya termasuk jenis ini.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian asing yang berjudul asli The Effect of CSR on Stock Performance : New Evidence for the USA and Europe”. Berasal dari Swiss Federal Institute of Technology Zurich, berupa Economics Working Paper Series yang dipublikasikan pada Mei 2008 oleh ssrn.com. Populasi dari penelitian tersebut diambil dari dua kelompok (cluster) besar, yakni Amerika Serikat dan Eropa.

Penelitian yang dilakukan oleh Urs Von Arx dan Andreas Ziegler ini mengembangkan bukti empiris baru untuk pengaruh dari CSR (yang diukur oleh lingkungan dan aktivitas sosial dari perusahaan) terhadap pengembalian rata-rata saham bulanan diantara tahun 2003 hingga tahun 2006. Analisis ekonometrik mereka menunjukkan bahwa lingkungan perusahaan dan aktivitas sosial dapat menjelaskan kinerja saham dalam wilayah tersebut.


(59)

Studi mereka mendukung memasukkan lebih dari model fleksibel penilaian aset (CAPM), dengan dasar simpel CAPM, lingkungan industri dan kinerja sosial telah berpengaruh signifikan nigative terhadap kinerja saham dalam Amerika. Bagaimanapun juga, signifikansi dari efek ini hilang jika estimasi perusahaan parameter beta dari model Tiga Faktor Fama-French atau Empat Faktor Carhart termasuk sebagai tambahan variabel pengendali.

Hasil ini (sesuai dengan McWilliams dan Siegel, 2000) menunjukkan pada masalah dari ketidakpastian kesimpulan mengenai pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan jika ketidaksesuaian model ekonometrik diterapkan sebatas untuk mengabaikan (omitted) variabel penjelas (termasuk lingkungan industri dan kinerja sosial) dan daripada menguji secara khusus estimasi parameter beta perusahaan dari regressi time-series dari beberapa CAPM model untuk menjelaskan rata-rata tingkat pengembalian diantara tahun 2003 hingga 2006.

Dan beberapa penelitian asing yang juga mengangkat judul CSR terhadap saham selain Arx dan Ziegler (2008) seperti Becchetti dan Ciciretti (2006); Becchetti et.all (2009); dan Dilling (2008). Untuk lebih jelasnya perbandingan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1 dihalaman selanjutnya.


(1)

4. pengukuran saham dapat menggunakan rumus lain yang tidak hanya melihat dari sisi return-nya saja. Penilaian saham dapat menggunakan CAPM (Capital Asset Pricing Model) yang memang lebih komprehensif.

Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya :

1. sebaiknya, jumlah sampel ditambah untuk perusahaan high profile dan low profile .

2. Menguji saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3. Menambah variabel pengukuran return saham yang lain, agar hasilnya dapat lebih mencerminkan besarnya pengaruh pengungkapan sosial terhadap return saham

4. Menggunakan standar pengungkapan sosial internasional yang lebih lengkap dan menyeluruh, seperti Kinder, Lydenberg and Domini Research & Analytics, Inc (KLD) socials ratings.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arx, Urs von and Ziegler, Andreas. “The Effect of CSR on Stock Performance : New Evidence for the USA and Europe”. Swiss Federal Institute of Technology Zurich, Economics Working Paper Series, Working Paper 08/85, May 2008.

Becchetti, Leonardo, et.all. “ Corporate Social Responsibility dan Shareholders Value – An Empirical Analysis”. Bank Of Finland Research, Discussion Paper, Jan 2009. Data didownload tanggal 24 Maret 2009, http://papers..ssrn.com/abstract=928557.pdf

Becchetti, Leonardo and Ciciretti, Rocco. “Corporate Social Responsibility and Stock Market Performance”. CEIS Tor Vergata, Research Paper Series, Vol. 27, No. 79, March 2006. data didownload tanggal 13 Februari 2009, http://papers.ssrn.com/abstract=897499.pdf

Martin, John.D. Shareholder Value Maximization. Is There a Role for Corporate Social Responsibility”, Baylor University, September 2008. data

didownload tanggal 11 Februari 2009,

http://papers.ssrn.com/abstract=1259985

Dilling, Peter F.A. “The Effect Of The Inclusion To The Dow Jones Sustainability World Index On Firm Value – An Empirical Event Study”. 2008 EABR & TLC Conferences Proceedings, Rothenburg, Jerman, Juni 2008. data didownload tanggal 23 Maret 2009, http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/Programs/Rothenburg_2008/Article%20296.pdf Soana, Maria-Gaia. “The Relationship Between Corporate Social Performance

And Corporate Financial Performance In The Banking Sector”. Tor Vergata, University of Rome, Januari 2009. data didownload tanggal 11 Februari 2009, http://papers.ssrn.com/abstrack=1325956.

Saleh, Mustaruddin, et.all. “ An Empirical Examination of the Relationship between Corporate Social Responsibility Disclosure and Financial Performance in an Emerging Market”. Kuala Lumpur, Malaysia, Juni 2008. data didownload tanggal 12 Februari 2009, www.pbfeam2008.bus.-qut.edu.au/papers/documents/MustaruddinSaleh_Final.pdf

Waller, David.S dan Lanis, Roman. “An Analysis of Corporate Social Responsibility Disclosure by Advertising Agencies”. School of Marketing, University of Technology, Sydney, Oktober 2008. data didownload tanggal 11 Februari 2009 http://www.latrobe.edu.au/ANZCA2007/-proceedings/Waller%20and%20Lanis.pdf


(3)

Brine, Matthew et.all. “Corporate Social Responsibility and Financial Performance in the Australian Context”. Corporation dan Financial Services Divisions, the Australian Treasury, Juni 2007. data didownload tanggal 16 Januari 2009, www.treasury.gov.au/documents/1268/PDF/-04_CSR.pdf

Herbert, Cecilia Mark dan Schantz, Carolina von. “Communicating Corporate Social Responsibility – Brand Management”. Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies, Vol. 12 No.2, 2007. data

didownload tanggal 11 Februari 2009,

ejbo.jyu.fi/pdf/ejbo_vol12_no2_pages_4-11.pdf

Kenta, Hino. ”Corporate Social and Financial Performance: An Empirical Study on a Japanese Company”. Maret 2006. Japan Productivity Center for Socio Economic Development. Data didownload tanggal 12 Februari 2009, http//:www.jpc-sed.or.jp/

Nelling, Edward dan Webb, Elizabeth. “Corporate Social Responsibility And Financial Performance:The “Virtuous Circle” Revisited”. Philadelphia, Agustus 2006. data didownload tanggal 12 Februari 2009, www.fma.org/-SLC/Papers/CSR_and_Financial_Performance_FMA.pdf

Orlitzky, Marc et.all. “Corporate Social and Financial Performance”. Sage Publication, London, Desember 2003. data didownload tanggal 12 Februari 2009, www.global100.org/Corporate%20Social%20&%20-Environmental%20Performance.pdf

Orlitzky, Marc. “Social Responsibility and Financial Performance : Trade-off or virtuous cycle?” Business Review, University of Auckland, Maret 2005. data didownload tanggal 23 Maret 2009, http://www.uabr.auckland.ac.nz/-

files/articles/Volume11/v11i1-social-responsibility-and-financial-performance.pdf

Tsoutsoura, Margarita. “Corporate Social Responsibility and Financial Performance”. Haas School of Business, University of California at Berkeley, California, Maret 2004. data didonwload tanggal 16 Januari 2009, http://www.haas.berkeley.edu/responsiblebusiness/documents/-CSRandFinancialReporting.pdf

Mahoney, Lois dan Roberts, Robin. “Corporate Social and Environmental Performance and Their Relation to Financial Performance and Institutional Ownership: Empirical Evidence on Canadian Firms”. School of Accounting, University of Central Florida, Juli 2002. data didownload tanggal 12 Februari 2009.


(4)

Kemp, Melody, “ Corporate Social Responsibility in Indonesia Quixotic Dream or Confident Expectation?” United Nations Research Institute for Social Development, Paper No.6, Desember 2002. data didownload tanggal 12 Februari 2009,

Sayekti, Yosefa dan Wondabio, Ludovicus Sensi.”Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 10, Makasar, 2007.

Yuningsih. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Praktek Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Publik”. Perth University, Australia, Juli 2008. data didownload tanggal 12 Februari 2009, www19.indowebster.com/3f81840a4e3041d6f36853b-67edd74a3.pdf

Khoirunnisa. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi FEIS

Mirfazli, Edwin dan Nurdiono. “Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan dalam Kelompok Aneka Industri yang Go Publik di BEJ”. Jurnal Akuntansi Keuangan,Vol.12 No.1, Januari 2007. didownload tanggal 12 Februari 2009, dari lemlit.unila.ac.id/file/1-Semua-%20(word).pdf

Zubaidah, Siti. “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Semen Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta”. UMM, 2008. data didownload tanggal 12 Februari 2009, www19.indowebster.com/-db86575aa012341a464dc051ab28b573.pdf

Adi, Puguh Siswanto.”Pengaruh Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus Pada Perusahaan High Profile Yang Listing di BEJ)”. Juli 2008. data didownload tanggal 12 Februari 2009,

Mardiyah, Aida Ainul dan Widyastuti, Anis.”Pengaruh Stakeholder Terhadap Tanggung Jawab Sosial Dan Akuntansi Sosial Perusahaan” November 2007. data didownload tanggal 23 Maret 2009,

Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede.”Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi” Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, 2007. Data didownload tanggal 23 Maret 2004, http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/-ok%20wirakusuma-yuniasih.pdf


(5)

Norpratiwi, Agustina M.V. “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan)”. STIE YKPN, Yogyakarta, 2004.

Sembiring, Edi Resmana. “Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi KAKPM-24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas didownload dari www.bpkp.go.id/unit/dan/uu40-2007-pt.pdf Untung, Hendrik Budi. “Corporate Social Responsibility”. Sinar Grafika, Jakarta,

2008

Tunggal, Amin Widjaja. “ Business Ethics dan Corporate Social Responsibility (CSR) – Konsep dan Kasus”. Harvarindo, Jakarta, 2008.

Suharto, Edi. “Menggagas Standar Audit Program CSR”. www.policy.hu/suharto, Januari 2008.

Wibowo, Pamadi. “Kaji Ulang Praktik CSR di Perbankan”. Lingkar Studi CSR, Mei 2007. data didownload tanggal 12 Februari 2009,

Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik”. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001.

Wibisono, Yusuf. “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”. Faacho Publishing, Gresik, 2007.

Majalah Bisnis dan CSR. Vol.1, No.4 Maret 2008

Sekilas Sejarah dan Konsep Pertanggungjawaban Sosial. Diakses tanggal 12 Februari 2009, donhangga.com/csr-sekilas-sejarah-dan-konsep/2007/-11/28/

Kholis, Azizul dan Maksum, Azhar. Analisis Tentang Pentingnya Tanggungjawab dan Akuntansi Sosial Perusahaan (Corporate Responbilities and Social Accounting). Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol.3, No.2 Agustus, 2003.

Rajafi, Lalu Roby dan Irianto, Gugus. “Analisis Pengungkapan Laporan Sosial dan Lingkungan Sebagai Bagian dari Triple Bottom Line Reporting Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan: Studi Perbandingan Rata-Rata Tema Pengungkapan Antar Kelompok Industri Yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta Tahun 2005”. TEMA, Vol. 8, No.1, Maret, 2007.


(6)

Indira, Januarti dan Apriyanti, Dini. “Pengaruh Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal MAKSI Vol. 5 No.2, Agustus, 2005. Setyorini, Parwati. “Faktor-Faktor Yang MempengaruhiPrice Earning Ratio ada

Saham Lq 45 Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002”. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Data didownload tanggal 25 Maret 2009,http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH013a/ 63543849.dir/doc.pdf


Dokumen yang terkait

PENGARUH ROI, ROE, EPS DAN EVA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA Pengaruh ROI, ROE, EPS Dan EVA Terhadap Return Saham Pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.

0 1 13

PENGARUH ROI, ROE, EPS DAN EVA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA Pengaruh ROI, ROE, EPS Dan EVA Terhadap Return Saham Pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.

0 2 18

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Empiris pada Perusahaan High Profile yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 6

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN TIPE INDUSTRI TERHADAP PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : HIGH DAN LOW PROFILE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 4 97

PENGARUH RISK PROFILE, EARNINGS, DAN CAPITAL TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

3 7 124

ANALISA PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN HIGH PROFILE YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2005-2007

0 0 13

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP CITRA PERUSAHAAN HIGH PROFILE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TERESIA OVILDA

1 2 26

PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 55

PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAN DENGAN PROFILE PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 15

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN TIPE INDUSTRI TERHADAP PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR : HIGH DAN LOW PROFILE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 25