Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol Kabupaten Kediri

SERANGAN HAMA URET DI PERKEBUNAN TEBU
JENGKOL KABUPATEN KEDIRI

ARIFFATCHUR FAUZI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul SERANGAN HAMA
URET DI PERKEBUNAN TEBU JENGKOL KABUPATEN KEDIRI adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015

Ariffatchur Fauzi
NIM A34100062

ABSTRAK

ARIFFATCHUR FAUZI. Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol
Kabupaten Kediri. Dibimbing oleh Teguh Santoso.
Tebu adalah salah satu komoditas perkebunan utama untuk bahan baku
utama gula putih. Salah satu kendala dalam peningkatan budidaya tebu adalah
serangan hama uret yang dapat menurunkan 45%-60% produksi. Penelitian ini
bertujuan mempelajari tingkat kerusakan akibat serangan uret dan musuh alami
yang berasosiasi dengan hama tersebut di pertanaman tebu wilayah kebun HGU
(Hak Guna Usaha) Jengkol milik PG Pesantren Baru PTPN X Kecamatan
Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa timur. Kegiatan penelitian lapangan dimulai
dari bulan Juli 2014 sampai bulan Agustus 2014. Pengamatan tanaman terinfestasi
hama uret dilaksanakan di 23 lahan yang mencakup 4.10 – 12.95 ha/lahan. Dari
tiap lahan ditentukan lima plot dan dalam tiap plot ditentukan lima subplot dengan

metode diagonal. Di tiap subplot dilakukan penggalian untuk pengambilan sampel
hama. Penelitian perkembangan uret dilaksanakan di Laboratorium Patologi
Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Hama yang dijumpai semua dalam stadia larva. Jenis yang dijumpai
adalah Lepidiota stigma (Coleoptera: Scarabaeidae) dan Euchlora viridis
(Coleoptera: Scarabaeidae). Jenis E. viridis lebih dominan dibandingkan dengan
L. stigma dengan persentase sebesar 95.23% dari populasi uret yang diperoleh.
Varietas tebu tidak berpengaruh nyata terhadap serangan kedua jenis hama.
Serangan hama uret di perkebunan tebu Jengkol selama penelitian tergolong
rendah berkisar pada 0.01% - 10.6% . Di perkebunan tebu Jengkol, tidak
ditemukan musuh alami baik dari kelompok parasitoid maupun cendawan
entomopatogen. Perlakuan insektisida yang cukup intensif diduga menjadi sebab
rendahnya populasi hama dan absennya musuh alami.

Kata kunci: Lepidiota stigma, Euchlora viridis, klon, parasitoid, patogen

ABSTRACT

ARIFFATCHUR FAUZI. White Grub infestation on Sugarcane Plantation at
Jengkol, District Kediri. Under Supervised Teguh Santoso.

Sugarcane is one of the major estate commodities as source of white sugar.
Among constraints limit the sugarcane culture is damage by grubs that could
reduce 45% - 60% sugar production. The objective of this research is to study the
damage caused by whitegrub and their natural enemies in Jengkol plantation,
owned by Pesantren Baru Sugar Factory PTPN X Plosoklaten, District Kediri,
East Java Province. The research has been conducted from July 2014 until August
2014. Observation of the grub infestation has been carried out in 23 fields
covering 4.10 to 12.95 Ha each field. Using diagonal method, five plots in each
field and five subplots in each plot were determined to be sampled. In each
subplot digging was done to check the presence of insect pest. The collected
insect then reared and observed in the laboratory. The result showed that all insect
samples were in the larval stage, consisted of two species i.e. Lepidiota stigma
(Coleoptera: Scarabeideae) and Euchlora viridis (Coleoptera: Scarabeideae). Of
the collected samples, 95.23 % were dominated by E. viridis. The plant damage
were not in correlation with the clone of sugarcane. The infestation of white grubs
on sugarcane in Jengkol estate was estimated low, ranged between 0.01% –
10.6%. In this estate neither parasitoids nor entomopathogenic fungi were found.
Presumably the intensive use of chemical insecticides limited the pest population
and caused the absence of parasitoid and entomopathogenic fungi.
Keywords: Lepidiota stigma, Euchlora viridis, clone , parasitoid


.

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SERANGAN HAMA URET DI PERKEBUNAN TEBU
JENGKOL KABUPATEN KEDIRI

ARIFFATCHUR FAUZI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi

: Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol
Kabupaten Kediri
Nama Mahasiswa : Ariffatchur Fauzi
NIM
: A34100062

Disetujui oleh


Dr Ir Teguh Santoso, DEA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, M Si
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT senantiasa penulis panjatkan atas
rahmat dan karunia yang telah diberikan. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasullullah SAW, sebagai tauladan yang membawa umat
manusia menuju zaman terang benderang dan beradab. Skripsi yang berjudul
“Serangan Hama Uret di Perkebunan Tebu Jengkol Kabupaten Kediri” dapat
diselesaikan oleh penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pertanian. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Ir Teguh Santoso,
DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dukungan
selama penelitian dan penulisan skripsi. Penulis juga menyampaikan terima kasih

kepada Dr Ir Tri Asmira Damayanti, M Agr selaku dosen penguji tamu yang telah
memberikan banyak saran dalam penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih
penulis ucapkan kepada Ayahanda Gatot Soebijakto dan Ibunda Luluk Aflakhah
serta adek Gafrinda Kautsari dan adek Abi Faizal Nasrul yang tak pernah lepas
mencurahkan kasih sayang, doa dan semangat. Ucapan terima kasih penulis juga
ucapkan kepada teman-teman laboratorium patologi serangga yaitu Syifa,
Susilawati, Umami, Suci, Resa, kak Icha, kak Agung dan Bu Silvi yang telah
memberikan bantuan dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penulisan
skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pembimbing akademik,
bapak Dr Ir Yayi Munara Kusumah serta teman-teman Departemen Proteksi
Tanaman angkatan 47, Rois, Adiyantara, Yusuf Ardika, Sandy, Lutfi, Dery,
Mulyana, Satria serta Dhango atas dukungan yang diberikan. Ungkapan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada para Sinder HGU, Pak Naim dan keluarga,
Dizky, Reno, Deny , Yanuar, Meme, Arizka, bang Bushairi, bang Zakarias
pikindu dan mas Rado Puji Santoso yang selalu memberi dukungan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangannya, oleh
karena itu kritik dan saran diharapkan agar dapat menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan informasi
dan pengetahuan bagi semua pihak yang membacanya.


Bogor, Februari 2015
Ariffatchur Fauzi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian
Bahan dan alat
Penentuan lahan contoh
Penghitungan serangan dan pengambilan serangga contoh
Pemeliharaan uret
Data pendukung
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan umum lahan pertanaman
Budidaya tanaman tebu HGU jengkol
Hama uret di HGU jengkol PG. Pesantren Baru
Lepidiota stigma
Euchlora viridis
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
1
2
3
3
3

3
3
4
4
5
5
5
6
7
8
10
11
12
15

DAFTAR TABEL

1. Populasi hama uret di tiap lahan pengamatan

8


DAFTAR GAMBAR
1. Contoh lahan tebu untuk pengamatan
2. Tanaman rusak akibat serangan hama
3. Uret yang terdapat pada pengamatan
4. Perbedaan celah posterior bagian ventral
5. Pertanaman Mente yang dipergunakan imago untuk berlindung atau mencari
makan
6. Hasil penggalian di kedalaman 2 meter

4
6
7
7
9
9

DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Lahan HGU Jengkol
2. Pusat penelitian gula Jengkol dan Kantor HGU Jengkol
3. Perakaran yang rusak akibat serangan uret
4. Budidaya tanaman tebu di HGU Jengkol
5. Data produksi tebu Djengkol 10 tahun terakhir

12
13
13
13
14

PENDAHULUAN
Latar belakang
Tebu adalah salah satu komoditas perkebunan utama untuk bahan baku
utama gula putih (Sulistyaningsih et al 1994). Hingga saat ini, gula tebu
merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia sebagai
sumber kalori yang relatif murah. Produktivitas gula tebu di Indonesia pada tahun
2013 hanya mencapai 5.5 ton/ha (BPS 2013). Produksi gula tebu Indonesia
sampai dengan saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri
(Suprihatin 2005). Usaha peningkatan produksi gula terhambat oleh beberapa
faktor, di antaranya faktor serangan hama dan penyakit tebu (Mardiyani 2013).
Petani sering mengalami kegagalan panen akibat gangguan hama dan
penyakit yang belum dapat diatasi dengan efektif. Hama yang sering menyerang
di pertanaman tebu adalah tikus yang endemik di daerah Cirebon, Pekalongan
serta daerah delta sungai Brantas (Indrawanto et al. 2010). Selain itu belalang
kembara juga mampu menghilangkan hasil produksi tebu sekitar 30%
(Notojoewono 1970). Hama lainnya yang dapat mengancam produktivitas
tanaman tebu adalah uret (Pramuhadi 2009). Uret yang masuk kategori ganas
(misal Holotrichia helleri Brsk. dan Lepidiota stigma F.) dapat menurunkan 60%
produksi, sedangkan uret yang kurang ganas misalkan Euchlora viridis F. mampu
menurunkan produksi hingga 45% (Pramono 2005). Uret merupakan hama
penting pada perkebunan tebu di Indonesia terutama pada lahan-lahan tegalan
(Wirioatmodjo 1970).
Seiring dengan dimulainya sistem memanen tebu dengan membiarkan
batangnya tumbuh kembali untuk dapat dipanen kedua atau ketiga pada musim
berikutnya (keprasan) pada tahun 1970 dan meluasnya pelaksanaan program
ekstensifikasi ke daerah-daerah baru, baik di Jawa maupun luar Jawa,
permasalahan hama uret pada budidaya tebu semakin meningkat dan semakin
kompleks (Indrawanto et al. 2010). Hama uret ini telah menyerang pertanaman
tebu yang ada di Jawa Timur, Yogyakarta, Cirebon, Lampung, Sumatera Selatan,
Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Jenis-jenis uret yang menyerang tebu di
Indonesia adalah L. stigma , E. viridis, H. helleri, Psilopholis sp. dan Pachnessa
nicobarica (Samoedi 1993). Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), hama uret di wilayah PTPN
X didominasi oleh jenis L. stigma dan E. viridis). Musuh alami seperti cendawan
metarhizium mampu mengendalikan populasi hama uret mencapai 20% dari
populasi (ACIAR 2004).
Dari sembilan provinsi yang memiliki perkebunan tebu, provinsi Jawa
Timur masih menjadi andalan lokasi perkebunan tebu di Indonesia. Kendati
sempat mengalami penurunan produksi tebu pada tahun 2009, namun dalam
kurun empat tahun terakhir (2010-2013) mampu meningkatkan kembali
produksinya (Nur 2013). HGU Jengkol merupakan kebun tebu milik PG
Pesantren baru PTPN X yang menyuplai hampir 35% dari keseluruhan tebu yang
digiling dan diproses menjadi gula pasir (Achadian 2012). Menurut BPS (2013)
produksi tebu PTPN X menyumbang lebih dari 40% dari produksi tebu nasional.
Sedangkan menurut data primer PG. Pesantren Baru Laporan produksi, PG.
Pesantren Baru sendiri menyumbangkan sekitar 3,18% dari produksi gula nasional

2
yang pada tahun 2014 berkisar pada jumlah 2,6 juta ton. Namun kebun tebu
tersebut tidak terlepas dari serangan hama yang dapat mengganggu kualitas dan
kuantitas hasil produksi tebu. Salah satu hama yang menyerang kebun tebu
tersebut adalah hama uret (Pramono 2005).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat kerusakan akibat serangan uret
dan musuh alami yang berasosiasi dengan hama tersebut pada pertanaman tebu di
wilayah kebun HGU (Hak Guna Usaha) Jengkol milik PG Pesantren Baru PTPN
10 Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa timur.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan penggunaan musuh
alami sebagai salah satu cara pengendalian pada hama uret dan sebagai sarana
mempelajari kerusakan yang ditimbulkan oleh uret.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian lapangan dimulai dari bulan Juli 2014 sampai bulan
Agustus 2014. Pengamatan tanaman terinfestasi hama uret dilaksanakan di 23
lahan perkebunan tebu HGU PG Pesantren Baru, Kecamatan Plosoklaten
Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Penelitian perkembangan uret
dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur
Penentuan lahan contoh
Lahan contoh yang digunakan untuk penelitian ini tersebar dalam 24 (dua
puluh empat) lahan yang menurut praktisi dan sinder HGU Jengkol daerah
tersebut memiliki tingkat serangan berat dan cukup serius. Hal yang mendasari
pengambilan contoh lahan tersebut adalah varietas yang berbeda dan umur tanam
yang sama, memiliki gejala terserang uret, dan merupakan lahan endemik uret
menurut peta serangan uret yang dibuat oleh P3GI pada tahun 2013. Pola
pengambilan sampel yang digunakan adalah pola diagonal. Dalam satu lahan
ditentukan 5 plot, selanjutnya di dalam setiap plot tersebut ditentukan 5 subplot
(gambar 1). Luas plot berkisar pada 200m2 hingga 300m2.
Penghitungan serangan dan pengambilan serangga contoh
Serangan hama uret diamati di setiap subplot. Tanaman tebu yang terserang
hama uret menunjukkan tanda daun mengering. Pada tahap serangan berat,
tanaman mati. Akar tanaman yang terserang dimakan uret sehingga sering kali
hanya menyisakan batang tanpa akar. Di hamparan lahan tebu, jika ada sebagian
lahan yang tanaman tebunya mati akibat serangan hama, lahan terlihat botak.
Kriteria serangan L. stigma adalah sebagai berikut : apabila terdapat kurang
dari 1 individu/m2 galian maka serangan tergolong ringan, apabila terdapat 1
hingga 2 individu/m2 galian maka serangan tergolong sedang, apabila terdapat 3
sampai 4 individu/m2 galian maka serangan tergolong berat dan apabila terdapat
lebih dari 4 individu/m2 galian maka serangan tergolong sangat berat. Sedangkan
kriteria serangan E. viridis adalah sebagai berikut : apabila terdapat 3 individu/m2
galian maka serangan tergolong ringan, apabila terdapat 4 hingga 7 individu/m2
galian maka serangan tergolong sedang, apabila terdapat 8 sampai 11
individu/m2 galian maka serangan tergolong berat dan apabila terdapat lebih
dari 12 individu/m2 galian maka serangan tergolong sangat berat.

4

Gambar 1 Contoh lahan tebu untuk pengamatan
Untuk mengetahui populasi uret, dilakukan penggalian menggunakan
cangkul di setiap subplot, sebanyak satu galian per subplot. Luas galian adalah 1.5
m X 1.5 m dengan kedalaman 1.5 m - 1.6 m. Luas galian tersebut mencakup dua
atau tiga tanaman tebu. Uret yang didapat dihitung dan ditempatkan pada suhu
kamar.
Pemeliharaan Uret
Larva hidup yang didapatkan dikelompokkan menurut lahan dan
dimasukkan ke tempat pemeliharaan. Tempat pemeliharaan uret adalah gelas
plastik berpenutup berdiameter 3 cm dan tinggi sekitar 15 cm. Penutup dilubangi
untuk sirkulasi udara. Wadah tersebut diisi dengan campuran pasir dan tanah
dengan komposisi pasir lebih banyak. Larva diberi pakan berupa akar muda
tanaman tebu baik akar tanaman tebu yang masih hidup maupun akar tanaman
tebu yang sudah dipanen (ditebang). Selanjutnya tempat pemeliharaan uret
disimpan di rak yang terhindar dari sinar matahari secara langsung. Untuk uret
yang mati di lapang maupun mati saat pemeliharaan dikeluarkan dari tanah dan
dimasukkan ke gelas berpenutup tanpa lubang yang didalamnya sudah ada kertas
yang dilembabkan. Pengamatan dilakukan terhadap larva setiap hari. Apabila
muncul musuh alami maka dipindahkan ke dalam cawan petri berukuran 6 cm
untuk memudahkan penghitungan jumlah musuh alami yang keluar. Untuk
keperluan identifikasi lebih lanjut, musuh alami disimpan dalam ethanol 70%,
kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop.
Data pendukung
Data pendukung diperoleh dari penanggungjawab lahan (sinder) pada saat
pengamatan di lapang dan data perusahaan PG Pesantren Baru. Data yang
diperoleh yaitu umur dan klon tanaman, data produksi 10 tahun terakhir serta
pengendalian yang dilakukan. Data tersebut digunakan untuk menganalisis tingkat
serangan hama yang terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lahan Pertanaman
Pertanaman tebu HGU Jengkol, kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri,
Jawa Timur berada di koordinat S7 52.327 E112 09.629 pada ketinggian 240 260 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas lahan ±2400 ha.
Lahan HGU Jengkol landai bergelombang. Jenis tanah di lahan HGU
Jengkol adalah regosol. Jenis tanah ini dicirikan oleh tekstur ringan berpasir.
Tanah di HGU Jengkol masih muda dan belum banyak terurai. Pada tiap letusan
Gunung Kelud lahar baru yang berpindah-pindah jalurnya dan abu pasir halus
yang tersebar merata menyebabkan tanah homogen. Akibat dari pasir tanah ini
maka kondisi tanah HGU menjadi sedikit mengikat air, mudah sekali terjadi erosi,
mudah kehilangan zat hara pada lapisan atas, struktur tanah kurang baik, suhu
tanah lebih rendah.
Penguapan tanah lebih besar sehingga tanaman tebu cepat kering ketika
musim kemarau. HGU Jengkol memiliki kelembaban udara rata-rata bulanan lima
tahun terakhir berkisar antara 64-75%, dengan kelembaban tertinggi 75% dan
terendah 64% (BMKG). Berdasarkan data suhu di HGU Jengkol suhu minimum
rata-rata adalah 18 oC dan rata-rata suhu maksimum 35 oC, sedangkan suhu ratarata berkisar 20-25 oC sehingga cocok untuk pertumbuhan tebu. Curah hujan di
HGU Jengkol berkisar 1200–1600 mm/tahun dan rata-rata kecepatan angin
berkisar 0.42 km/jam.
Budidaya tanaman tebu HGU Jengkol
Bibit tanaman tebu yang digunakan adalah bibit hasil pemuliaan tanaman
baik oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) maupun oleh pihak
PTPN X. Pengolahan tanah pada lahan produksi dilakukan setelah tanaman
sebelumnya dipanen (kecuali yang diberi perlakuan bera agar tanah tidak jenuh).
Pada awal pengolahan tanah dilakukan pembukaan lahan yaitu
pembersihan lahan dari sisa tanaman yang telah dipanen maupun tumbuhan lain
dengan cara dibakar. Pembakaran sisa-sisa pemanenan dapat menambah unsur
hara kalium yang berasal dari abu hasil pembakaran tersebut. Kemudian
dilakukan penebaran benih koro benguk (Mucuna pruriens) sebanyak 25 kg/ha.
Setelah tanaman berumur tiga bulan, koro benguk akan dibenamkan sebagai
pupuk hijau. Selanjutnya dilakukan pemecahan hardpan atau lapisan tanah yang
mengeras. Pembajakan dilakukan satu minggu setelah pemecahan hardpan,
pembajakan bertujuan untuk membalik tanah sehingga semua permukaan tanah
terolah, memperbaiki aerasi dan membenamkan gulma secara sempurna.
Setelah dilakukan pembajakan dibuatlah juringan yang akan dilewati
caneplanter. Caneplanter adalah alat yang masuk kategori traktor yang mampu
melakukan penanaman tebu secara luas dalam waktu yang cukup singkat. Lahan
pada HGU jengkol diaplikasikan pupuk dasar yang berupa pupuk anorganik dan
pupuk organik. Pupuk anorganik yang diberikan adalah pupuk NPK dengan dosis
400 kg/ha. Sedangkan pupuk organik berupa pupuk biologi dengan dosis 20
ton/ha. Pupuk ini berasal dari limbah cair dari proses pembuatan gula yang sudah
difermentasikan dengan Bio-Aktivator Bio N10®. Selain untuk menambah unsur
dalam tanah pupuk organik berfungsi untuk menutup pupuk anorganik agar tidak
menguap.

6
Untuk mengendalikan gulma lahan HGU diberi perlakuan Sidamin 2.4 D
dengan dosis 1.5 liter per ha. Dalam hal pengendalian uret, PG Pesantren Baru
menerapkan pengaplikasian insektisida sintetik berbahan aktif imidakloprid
dengan dosis 1000 gram per ha. Selain penggunaan bahan kimia untuk
pengendalian uret pihak PG Pesantren Baru juga menerapkan Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) secara mekanis dengan gropyokan.
Akhir akhir ini sedang diujicobakan penggunaan parasitoid larva
Campsomeris sp. dan cendawan Metarhizium. Pengendalian hama uret dilakukan
setelah melewati ambang ekonomi. Batasan ambang ekonomi serangan uret
sangat tergantung pada spesies (Achadian 2012). Ambang ekonomi untuk uret
yang ganas seperti L. stigma adalah apabila jumlah populasi sudah mencapai 4-5
individu per rumpun tebu, sedangkan untuk spesies yang kurang ganas seperti E.
viridis dan H. helleri adalah ketika populasi 8-11 individu per rumpun tebu
(Pramono 2005).
Hama uret di HGU Jengkol PG. Pesantren baru
Pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan gejala serangan uret sebagai
berikut: daun mengering, tanaman kering, jaringan tanaman mati, tanaman mudah
tercabut karena akar tanaman dirusak oleh uret (Gambar 2). Tanaman yang
ditanam pada masa tanam bulan Mei mengalami kerusakan berupa kebotakan
lahan, sehingga memerlukan penyulaman. Istilah kebotakan lahan menunjukkan
lahan yang tanamannya tidak tumbuh lagi akibat serangan hama. Berdasarkan
hasil penggalian tanah pada pertanaman tebu masa tanam 5 (penanaman pada
bulan Mei) ada dua spesies yang terdapat pada HGU Jengkol yaitu L. stigma dan
E. viridis (Gambar 3). Hama uret yang diperoleh adalah hama yang bersifat
polifagus. Lembaga P3GI telah melakukan penelitian dan menunjukkan hasil yang
sama.
a

c

b

d

Gambar 2 Tanaman rusak akibat serangan hama. (a) daun tanaman mengering (b)
lahan yang menunjukkan gejala botak (c) akar tanaman yang diserang
oleh uret , cabang dan serabut akan habis dimakan hama (d) uret yang
ditemukan masih didalam akar tebu

7

Lepidiota stigma
Larva L. stigma (Coleoptera: Scarabaeidae) atau uret (dalam bahasa lokal
disebut embuk) yang ditemukan saat penelitian lapang berwarna putih kekuningan. Saat mendekati masa pra-pupa, panjang larva sekitar 6-7 cm dengan diameter 1.5 cm. Larva memiliki rambut banyak di sekitar celah posterior dan
berwarna hitam kemerahan atau merah bata. Celah posterior terlihat sedikit terbuka dengan panjang sekitar 13 mm (gambar 4). Larva instar awal makan
perakaran atau bahan organik dalam jumlah sedikit. Tipe tanah berpasir yang
sifatnya remah sangat disukai oleh hama L. stigma. Pada kondisi lahan kering
uret mampu untuk berlindung pada kedalaman sekitar 2 meter di bawah permukaan tanah. Larva L. stigma menggunakan tungkai untuk masuk tanah lebih
dalam (Pramono 2005) dan menggunakan bagian dorsal untuk bergerak ke atas
(Achadian 2012). Uret jenis L. stigma memerlukan waktu sekitar 12 bulan untuk
menyelesaikan siklus hidupnya (Pramono 2005).
Euchlora viridis
Larva E. viridis (Coleoptera: Scarabaeidae) yang ditemukan memiliki
ukuran sekitar 2.5 – 3.5 cm (lebih kecil daripada L. stigma) berwarna putih dan
beru-bah warna menjadi kekuningan pada saat akan menjadi pupa. Larva makan
bahan organik atau akar tanaman hidup. Larva berpindah tempat menggunakan
tung-kainya. Celah posterior lebih tertutup bila dibandingkan dengan L. stigma.
Pan-jang celah posterior bagian ventral sekitar 9 mm dengan rambut warna
kemerahan yang lebih jarang dibandingkan L. stigma.Hama uret jenis E. viridis
memerlukan waktu sekitar 8 bulan untuk menyelesaikan siklus hidupnya (Naidu
2009).
a

b

Gambar 3 Uret yang terdapat pada pertanaman tebu Jengkol (a) L. stigma instar 3
(b) E. viridis instar 3

8
a

b

Gambar 4 Perbedaan celah posterior bagian ventral (a) L. stigma (b) E. Viridis
Tabel 1 Populasi hama uret di tiap lahan pengamatan

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Kebun

Klon

Luas
lahan
(ha)

B-7
B-8
B-9
C-9
C-10
C-11
C-16
C-17
C-18
B-11
B-12
B-13
B-10
B-14
B-15
F-2
F-3
F-6
F-9
F-8
F-7
F-7
F-10
F-5
Total

SS 57
SS 57
SS 57
PS JK 922
PS JK 922
PS JK 922
PS 92750
PS 92750
PS 92750
PS 881
PS 881
PS 881
PS JK 92750
PS JK 92750
PS JK 92750
PS 862
PS 862
PS 862
PS 882
PS 882
PS 882
BL
BL
BL

4.10
5.00
4.40
8.23
6.60
10.00
11.80
5.60
7.40
4.50
8.60
9.95
11.51
12.95
11.90
4.70
6.90
9.90
8.90
11.89
12.40
2.00
4.90
9.89

Jumlah uret
Luas
Persentase
teramati
lahan
lahan
terserang terserang
L.
E.
(ha)
(%)
stigma viridis
0.7
0.03
0
5
0.4
0.02
0
4
1.1
0.05
0
4
6.05
0.5
0
10
10.6
0.7
1
12
10
1
1
19
0.04
0.005
0
0
0.05
0.003
0
0
0.33
0.025
0
4
0.02
0.001
0
2
0.05
0.005
0
0
0.02
0.002
0
0
0.43
0.05
1
2
0.007
0.001
0
1
0.59
0.07
0
9
0.95
0.045
1
4
0.72
0.05
0
6
0.90
0.09
1
8
0.044
0.004
0
1
0.02
0.003
0
2
0.004
0.005
0
3
0.4
0.008
0
3
0.02
0.001
0
0
0.01
0.001
0
1
5
100

9
Persentase kerusakan tanaman tebu dihitung berdasarkan lahan yang
terserang dibanding luas lahan tersebut (tabel 1). Tanaman dalam 1 subplot
luasnya mencakup 2-3 juring. Kerusakan paling berat ditemukan pada lahan C-10
klon PSJK 922 dengan kerusakan mencapai 10.6% dan kerusakan paling ringan
ada pada tanaman tebu lahan F-5 (klon PSJK 992) dengan kerusakan sebesar
0,01%. Kondisi serangan yang berat pada C-10 ada kemungkinan disebabkan oleh
lokasi lahan yang berada dekat dengan hutan dan kebun jambu mente
(Anacardium occidentale). Dalam keadaan panas terik, sering dijumpai kumbang
hinggap di tanaman jambu mente. Menurut Kalshoven (1981), E. viridis dijumpai
makan daun Albizia, Acacia decurrens, dadap dan tumbuhan lain. Pertanaman
mente sengaja ditanam oleh pengelola perkebunan sebagai salah satu cara
pengendalian dengan cara mekanis yaitu imago yang hinggap di pertanaman
mente tersebut dikumpulkan dan dibakar. Pertanaman mente tersebut selain
menjadi salah satu alternatif pengendalian hama uret diharapkan juga membantu
perekonomian warga sekitar pertanaman tebu. Kondisi serangan terkecil ada
kemungkinan disebabkan oleh lokasi lahan pertanaman tebu F-5 cukup jauh dari
tanaman jambu mente, hanya dekat dengan kebun nanas. Diduga keberadaan
kumbang di tanaman tebu mente maupun tumbuhan hutan karena serangga
tersebut berlindung atau mencari makan.
Selain itu lahan F-5 merupakan lahan yang dekat ke pemukiman warga yang
terdapat antara kebun tebu. Di lahan ini uret dicari oleh warga untuk dikonsumsi
atau pakan ternak. Di lahan C-11 meskipun terdapat cukup banyak uret tetapi
tidak menunjukkan kerusakan yang terlalu besar karena kebanyakan uret yang
ditemukan berada pada instar 1. Stadia larva paling merusak adalah instar 3 yang
membutuhkan makanan paling banyak dibandingkan dengan stadia lain (Pramono
2005).

Gambar 5 Pertanaman mente yang dipergunakan imago untuk berlindung atau
mencari makan
Hasil penggalian menunjukkan populasi L. stigma rendah. Diduga pada
periode ini L. stigma masuk ke tanah lebih dalam lagi untuk menjadi pupa. Larva
L. stigma dapat ditemukan di kedalaman 2 meter padahal pada kedalaman ini
tidak ditemui perakaran tanaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa L. stigma
masuk tanah hingga kedalaman tersebut bukan untuk mencari makan. Namun
demikian hasil penggalian selama penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan
pupa di kedalaman 2 meter tersebut.
Menurut referensi P3GI dan Pusat Penelitian Gula Jengkol lahan yang
diamati adalah lahan yang sering terserang berat oleh uret baik L. stigma maupun
E. viridis. Namun pada pengamatan di lahan, uret yang mendominasi adalah E.

10
viridis dengan persentase mencapai 95.23%. Uret E. viridis yang ditemukan
kebanyakan berada pada stadia 1. Dugaan sementara mengapa kebanyakan larva
E. viridis ditemukan dalam stadia 1 adalah karena telur diletakkan oleh imago
tidak lama setelah penanaman. Penanaman dilakukan pada bulan mei 2014, dan
pengamatan di lahan 2-3 bulan sesudah penanaman dilakukan.
a

b

Gambar 6 Hasil penggalian di kedalaman 2 meter (a) L. stigma (b) posisi L.
stigma yang ditemukan pada kedalaman 2 meter
Pada pengamatan baik di lapangan maupun setelah pemeliharaan uret lebih
lanjut tidak ditemukan parasitoid dan cendawan entomopatogen. Hal ini mungkin
disebabkan karena lahan tertimbun oleh material letusan anak gunung Kelud yang
terjadi beberapa bulan sebelum dilakukannya penelitian sehingga tidak
mendukung berkembangnya cendawan. Dugaan lain adalah spora cendawan
entomopatogen mati karena penggunaan bahan kimiawi yang melebihi dosis
(Achadian 2012). Menurut de-Oliveira et al. (2003) aplikasi insektisida
berpengaruh negatif terhadap propagul cendawan.

Kesimpulan
Hama uret yang terdapat di pertanaman tebu HGU Jengkol, Kediri, Jawa
Timur adalah L. stigma (Coleoptera: Scarabaeidae) dan E. viridis (Coleoptera:
Scarabaeidae). Di pertanaman tebu Jengkol spesies E. viridis lebih dominan dari
L. stigma dengan persentase sebesar 95.23%. Klon tebu tidak berpengaruh nyata
terhadap serangan uret L. stigma dan E. viridis. Serangan hama uret di perkebunan
tebu Jengkol tergolong rendah. Di perkebunan tebu Jengkol, tidak ditemukan
musuh alami baik dari kelompok parasitoid maupun cendawan entomopatogen.

DAFTAR PUSTAKA
[ACIAR]. 2004. The Biology and Ecology of Sugarcane (Saccharum spp. hybrids)
in Australia. Adelaide (AU)
[ASTI]. 2011. Earthing up and nitrogen levels in sugarcane ratoon under
subtropical Indian Condition. Indian Sugarcane Technology [Internet]
[diunduh
2013
Des
10]
;1(2):126-131.
Tersedia
pada:
http://www.iisr.nic.in.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2013. Statistik Tebu Indonesia [Internet] [diunduh
2015 Feb 5]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.
Achadian E. 2012. Hama Uret Pada Pertanaman Tebu di Indonesia. Pasuruan
(ID): BP3G.
Barnes AC. 1953. Agriculture of Sugarcane. London (GB): Leonard Hill Limited.
de-Oliveira CN, Neves PMOJ, Kawazae LS. 2003. Compability between the
entomopathogenic fungus Beauveria bassiana and Imsectiside used in cofee
plantatons. Sci Agric
Indrawanto C, Purwono, Siswanto, Rumini W, Syakir M. 2010. Budidaya dan
Pasca Panen Tebu. Jakarta (ID): ESKA Media.
Mardiyani P. 2013. Budidaya Tebu [Internet] [diunduh 2013 Des 10]. Tersedia
pada : http://ditjenbun.deptan.go.id.\
Notojoewono A. 1970.Tebu. Jakarta (ID): PT. Soeroengan
Naidu P. 2009. IPM in sugarcane module B.XII [Internet] [diunduh 2013 Des 10].
Tersedia pada : http://www.devex.com
Nur MS. 2013. Karakteristik Tanaman Tebu Sebagai Bahan Baku Bioenergi.
Bogor (ID): PT Insan Fajar Mandiri Nusantara.
Pramono D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Malang (ID):
Dionta.
Pramuhadi G. 2009. Kajian efektivitas dan efisiensi pengolahan tanah pada
budidaya tebu lahan kering. Di dalam: Abdullah, editor. Seminar Nasional
dan Gelar Teknologi PERTETA Peran Teknik Pertanian dalam
Pengembangan Agroindustri Berbasis Bahan Baku Loka;. 2009 Agustus 89; Mataram, Indonesia. Mataram (ID): [penerbit tidak diketahui]. hlm 1-12.
Rahmad D. 2012. Karakteristik morfologi pertumbuhan beberapa varietas tebu.
Jurnal Agroplantae [Internet] [diunduh 2013 Des 10]; 1(2):126-131.
Tersedia pada: http://situs.jurnal.lipi.go.id/agroplantae/.
Samoedi D. 1993. Hama – Hama Penting Pertanaman Tebu di Indonesia.
Pasuruan (ID): Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.
Sulistyaningsih et al. 1994. Studi anatomi daun Saccharum spp. sebagai induk
dalam pemuliaan tebu. Hayati. [Internet] [diunduh 2013 Des 10];1(2):32-36.
Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/29625.
Suprihatin. 2005. Pengujian pemurnian nira tebu menggunakam membran
ultrafiltrasi dengan sistem alih silang (crossflow). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. [Internet] [diunduh 2014 Januari 16];12(2):93-99. Tersedia pada:
http://journal.ipb.ac.id.
Wirioatmodjo B. 1970. Hama Tebu. Himpunan Diktat Kursus Tanaman. Pasuruan
(ID): BP3G.

12

LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta HGU Jengkol

N

Skala 1:10000

13

Lampiran 2 Pusat penelitian gula kecamatan Jengkol dan Kantor HGU
Jengkol

Lampiran 3 Perakaran yang rusak akibat serangan hama uret

Lampiran 4 Proses budidaya tebu pada lahan HGU
(a)Pemupukan

(b) Penanaman tebu menggunakan caneplanter

Lampiran 5 Data produksi tebu Djengkol 10 tahun terakhir

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 27 Januari 1992, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari Ir Gatot Soebijakto MM dan dr Luluk Aflakhah
sppd.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Pare, Kediri pada tahun 2010, dan pada tahun yang sama diterima di Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti berbagai lembaga kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman, serta Keluarga
Mahasiswa JAYABAYA (KAMAJAYA), Music Agricultural expression
(MAX!!!), UKM Agric IPB, Forum Silaturahmi Kediri(FOSMARI) regional
JABODETABEK. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum di Departemen
Proteksi Tanaman pada Mata Kuliah Penyakit benih dan Pascapanen S1 pada
tahun 2014 dan Dasar proteksi tanaman untuk D3 pada tahun yang sama.