Hama Tanaman Tebu Di Pt Sumber Sari Petung, Kediri Dan Statistik Demografi Saccharicoccus Sacchari Cockerell
HAMA TANAMAN TEBU DI PT SUMBER SARI PETUNG,
KEDIRI DAN STATISTIK DEMOGRAFI Saccharicoccus
sacchari COCKERELL (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)
ALDILA RACHMAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Hama Tanaman
Tebu di PT Sumber Sari Petung, Kediri dan Statistik Demografi Saccharicoccus
sacchari Cockerell (Hemiptera: Pseudococcidae) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Aldila Rachmawati
NIM A351130261
iv
RINGKASAN
ALDILA RACHMAWATI. Hama Tanaman Tebu di PT Sumber Sari
Petung, Kediri dan Statistik Demografi Saccharicoccus sacchari Cockerell
(Hemiptera: Pseudococcidae). Dibimbing oleh HERMANU TRIWIDODO dan
PUDJIANTO.
Hama merupakan salah satu faktor pembatas produksi tebu. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari perbedaan serangan dan kepadatan populasi hama
pada tanaman tebu umur muda, umur pertengahan dan tua, di musim kering dan
basah di PT Sumber Sari Petung, Kediri pada tahun 2014-2015.
Hama pada tanaman tebu diamati dan dilakukan pengambilan data
menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan 3 ulangan. Data yang didapat
dianalisis dengan menggunakan program SAS 9.1. Pengamatan biologi dan
statistik demografi dilakukan dengan pemeliharaan 50 individu nimfa instar
pertama masing-masing dipelihara pada potongan batang tebu dan diamati setiap
hari untuk dicatat perkembangan dan keturunan yang diletakkannya. Data yang
didapat digunakan untuk memperoleh informasi biologi seperti stadia tiap instar,
periode praoviposisi, siklus hidup, lama hidup imago dan keperidian. Data
tersebut dapat digunakan juga untuk menyusun tabel neraca hayati untuk
penghitungan statistik demografi menggunakan metode jackknife.
Hama tebu yang ditemukan pada saat penelitian sebanyak 11 spesies, 6
diantaranya sebagian besar dijumpai pada ketiga umur tanaman tebu dan dikedua
musim yaitu Scirpophaga excerptalis, Chilo auricilius, Chilo sacchariphagus,
Tetramoera schistaceana, Saccharicoccus sacchari and Aulacaspis sp.. Serangan
dan kepadatan populasi S. excerptalis tidak berbeda nyata antar umur tebu
dikedua musim. Serangan C. auricilius tidak berbeda nyata antar umur tebu, tetapi
kepadatan populasinya berbeda nyata. Serangan dan kepadatan populasi C.
sacchariphagus berbeda nyata antar umur tebu. Serangan dan kepadatan populasi
T. schistaceana berbeda nyata antar umur tebu dan antar musim. Serangan S.
sacchari tidak berbeda nyata antar umur dan antar musim, sedangkan kepadatan
populasinya berbeda nyata. Serangan Aulacaspis sp. berbeda nyata antar umur
tebu dan antar musim, tetapi kepadatan populasinya berbeda nyata antar umur
tebu.
S. sacchari memiliki potensi menjadi hama penting. Serangga ini
mengalami perkembangan metamorfosis paurometabola dengan fase pradewasa
terdiri dari 4 stadia instar masing-masing 3.22, 2.77, 3.69 dan 2.84 hari. Periode
praoviposisi, siklus hidup, lama hidup imago dan keperidian berturut-turut 4.14
hari, 17.10 hari, 22.62 hari dan 208.90 nimfa per imago. Kurva sintasan S.
sacchari tergolong kurva tipe IV, yaitu kematian tertinggi terjadi pada fase
pradewasa, dengan laju pertambahan intrinsik 0.15 individu per hari dan laju
reproduksi bersih 120.59 individu per imago per generasi, lama generasi dan
waktu berlipat ganda 32.19 dan 4.65 hari.
Kata kunci : biologi, laju pertambahan intrinsik, musim basah, musim kering
SUMMARY
ALDILA RACHMAWATI. Pests of Sugarcane at PT Sumber Sari Petung,
Kediri and Demographic Statistics of Saccharicoccus sacchari Cockerell
(Hemiptera: Pseudococcidae). Supervised by HERMANU TRIWIDODO and
PUDJIANTO.
Pest is one of limiting factors of sugarcane production. Studies have been
conducted to determine the differences of pest infestation and pest population
density three different age strata (young, middle-age and mature) of sugarcane in
dry and wet seasons at PT Sumber Sari Petung, Kediri in 2014 – 2015.
Pests of sugarcane were observed and data were collected using factorial
experimental design with 3 repetitions. The collected data were analyzed using
SAS 9.1 program. Study on the biology and demographic statistics of
Saccharicoccus sacchari was conducted by rearing 50 first instar nymphs of S.
sacchari singly on a sugarcane stalk, and observing daily on their development
and their number of offsprings. The collected data were about the biological
characteristics of the pest, such as the immature stadia, preoviposition period, life
cycle, adult longevity and fecundity. The data were also used to construct life
table for calculating demographic statistics using the jackknife method.
Eleven species of pest insects were found during the field study, in which 6
species of them, i.e. Scirpophaga excerptalis, Chilo auricilius, Chilo
sacchariphagus, Tetramoera schistaceana, Saccharicoccus sacchari and
Aulacaspis sp., were found in the three sugarcane age strata in dry and wet
seasons. There were no significantly differences in the infestation and population
density of S. excerptalis among sugarcane age strata and also seasons. There was
no significantly difference in the infestation of C. auricilius in the three sugarcane
age strata, but the population density of C. auricilius was significantly different.
There were significantly differences in the infestation and population density of C.
sacchariphagus in the three sugarcane age strata. There were significantly
differences in the infestation and population density of T. schistaceana among the
sugarcane age strata and also the seasons. There was no significantly difference in
the infestation of S. sacchari among the sugarcane age strata and also the seasons,
while the population density of S. sacchari was significantly different. There was
significantly difference in the infestation of Aulacaspis sp. among the sugarcane
age strata and also the seasons, but the population density of Aulacaspis sp. was
significantly different among the three sugarcane age strata.
There were indications that S. sacchari has a potential to become an
important pest of sugarcane. S. sacchari passed through the paurometamorphosis
development type. The immature stages consisted of 4 instars with the stadia of
1st, 2nd, 3rd and 4th instars were 3.22, 2.77, 3.69 and 2.84 days, respectively. The
preoviposition period, life cycle, adult longevity and fecundity of S. sacchari were
4.14 days, 17.10 days, 22.62 days, and 208.90 nymphs per female, respectively.
The development of S. sacchari followed type IV survivorship curve, in which
mortality of the immature stage is higher than that of the later stages. The
instrinsic rate of increase of S. sacchari was 0.15 nymphs per day, the net
vi
reproductive rate was 120.59 individual per female per generation, and the time
generation and the doubling time was 32.19 days and 4.65 days, respectively.
Key words : biology, dry season, intrinsic rate of increase, wet season
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
viii
HAMA TANAMAN TEBU DI PT SUMBER SARI PETUNG,
KEDIRI DAN STATISTIK DEMOGRAFI Saccharicoccus
sacchari COCKERELL (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)
ALDILA RACHMAWATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Entomologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
x
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir I Wayan Winasa, MS
Judul Tesis : Hama Tanaman Tebu di PT Sumber Sari Petung, Kediri dan
Statistik Demografi Saccharicoccus sacchari Cockerell
(Hemiptera: Pseudococcidae)
Nama
: Aldila Rachmawati
NIM
: A351130261
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Pudjianto, MSi
Anggota
Dr Ir Hermanu Triwidodo, MSc
Ketua
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Entomologi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Pudjianto, Msi
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 03 Mei 2016
Tanggal Lulus:
xii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Penelitian Hama Tanaman Tebu
di PT Sumber Sari Petung, Kediri dan Statistik Demografi Saccharicoccus
sacchari Cockerell (Hemiptera: Pseudococcidae) dilaksanakan bulan September
2014-November 2015.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada Bapak Dr Ir Hermanu Triwidodo, MSc yang telah senantiasa
membimbing, mendidik baik akademik maupun moral, mencurahkan waktu, ilmu,
tenaga motivasi yang luar biasa dan kesempatan mendapatkan dukungan dana
perkuliahan atas nama WiSH Indonesia, serta Bapak Dr Ir Pudjianto, Msi yang
senantiasa memberikan kritik dan saran yang membangun, meluangkan waktu,
tenaga dan segenap pikiran. Kepada penguji luar komisi Bapak Dr Ir I Wayan
Winasa, MS penulis sampaikan terimakasih.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Zaenudin, SU
dan Bapak Soehardi, SP, MM dari PT Sumber Sari Petung beserta seluruh staf
yang telah memfasilitasi selama proses pengumpulan data. Terimakasih kepada
Bapak Ngaseri, SH, MM, serta warga Sempu, Babadan, dan Sugihwaras, atas
masukan dan banyak bantuannya Mas Eko, Pak Sari, Pak Prapto, Pak Puji, Pak
Heri, Ibu Toyem dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Terimakasih kepada WiSH Indonesia Bapak Napiudin, Mbak Diana, Mbak
Annisa K, Pak Adi, Pak Wawan, Siti Rizkah Sagala dan Ali Wafa atas suasana
hangat dan nyaman saat penelitian, serta Listihani atas bantuan dan semangatnya.
Terimakasih ditujukan kepada Laboratorium Biosistematika Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, serta
Herry dan Harleni atas bantuan dan semangatnya.
Terimakasih tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua Bapak
Agus Heriyanto dan Ibu Rini Ekawati atas curahan kasih sayang yang tiada henti
dan doa-doa luar biasa yang senantiasa dipanjatkan dalam setiap waktu serta adikadik tersayang Aulia, Amalia, Azizah, Alfajriyanti dan Akbar atas semangat, doa
dan dukungannya.
Terimakasih teman-teman sebimbingan Wildan Muhlison dan Rudi
Tompson Hutasoit dan teman-teman seperjuangan Entomologi 2013 atas
semangat, kebersamaan, pertemanan, dan saling berbagi demi kemajuan studi.
Semoga persahabatan yang terjalin selama menempuh pendidikan di Sekolah
Pascasarjana IPB tetap terjalin dengan baik. Terimakasih penulis sampaikan
kepada seluruh teman-teman yang tak dapat penulis dituliskan satu-persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2016
Aldila Rachmawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
2
2
2
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Hama Tanaman Tebu
Faktor Lingkungan terhadap Serangga
Saccharicoccus sacchari Cockerell (Hemiptera: Pseudococcidae)
Tabel Neraca Hayati (Life Table)
Statistik Demografi
3
3
4
5
5
6
6
3 HAMA TANAMAN TEBU DI PT SUMBER SARI PETUNG, KEDIRI
ABSTRAK
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
9
9
11
12
13
25
4 BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI Saccharicoccus sacchari
COCKERELL (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)
ABSTRAK
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
27
27
29
30
32
36
5 PEMBAHASAN UMUM
37
6 SIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
47
RIWAYAT HIDUP
58
xiv
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Hama tanaman tebu pada umur dan musim yang berbeda ............................ 14
Serangan penggerek pucuk putih Scirpophaga excerptalis (Lepidoptera:
Pyralidae) antar umur dan musim yang berbeda .......................................... 16
Kepadatan populasi penggerek pucuk putih Scirpophaga excerptalis
(Lepidoptera: Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 16
Serangan penggerek batang berkilat Chilo auricilius (Lepidoptera:
Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang berbeda ..................... 17
Kepadatan populasi penggerek batang berkilat Chilo auricilius
(Lepidoptera: Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 18
Serangan penggerek batang bergaris Chilo sacchariphagus
(Lepidoptera: Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 19
Kepadatan populasi penggerek batang bergaris Chilo sacchariphagus
(Lepidoptera: Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 19
Serangan populasi penggerek batang abu-abu Tetramoera schistaceana
(Lepidoptera: Tortricidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 21
Kepadatan populasi penggerek batang abu-abu Tetramoera
schistaceana (Lepidoptera: Tortricidae) pada umur tanaman tebu dan
musim yang berbeda ................................................................................... 21
Serangan
kutuputih
Saccharicoccus
sacchari
(Hemiptera:
Pseudococcidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang berbeda ........... 22
Kepadatan
populasi
Saccharicoccus
sacchari
(Hemiptera:
Pseudococcidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang berbeda ........... 23
Serangan kutuperisai Aulacaspis sp. (Hemiptera: Diaspididae) pada
umur tanaman tebu dan musim yang berbeda .............................................. 23
Populasi kutuperisai Aulacaspis sp. (Hemiptera: Diaspididae) pada
umur tanaman tebu dan musim yang berbeda .............................................. 24
Informasi biologi Saccharicoccus sacchari pada tanaman tebu.................... 34
Informasi statistik demografi S. sacchari pada tanaman tebu ....................... 35
DAFTAR GAMBAR
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Pembedahan batang yang terdapat lubang gerekan ...................................... 13
Titik pengambilan sampel hama tanaman tebu per blok ............................... 13
Gejala serangan (a) dan pupa (b) Scirpophaga excerptalis........................... 17
Gejala serangan C. auricilius pada tanaman tebu umur muda ...................... 18
Gejala serangan Chilo sacchariphagus pada batang (a) dan daun (b) ........... 20
Gejala gerekan Tetramoera schistaceana pada batang tebu ........................ 22
Koloni S. sacchari pada batang tebu ............................................................ 22
Populasi Aulacaspis sp. pada batang tanaman tebu ...................................... 24
Perbanyakan Saccharicoccus sacchari pada potongan batang tebu .............. 31
Infestasi S. sacchari di dekat tunas tanaman tebu ....................................... 31
Pemeliharaan S. sacchari setelah infestasi nimfa instar 1............................. 32
Imago Saccharicoccus sacchari (a) tampak dorsal, (b) tampak ventral
dan (c) tampak ventral setelah proses preparasi ........................................... 32
Karakter morfologi imago Saccharicoccus sacchari (a) antena, (b)
tungkai, (c) spirakel, (d) pori trilokuler, (e) pori multilokuler, (f)
anal lobe dengan cerarii ............................................................................. 33
Stadia Saccharicoccus sacchari (a) nimfa instar 1, (b) instar 2, (c)
instar 3, (d) instar 4 dan (e) imago ............................................................... 34
Kurva sintasan dan keperidian S. sacchari ................................................... 35
Serangan S. sacchari pada batang (a) dan tunas (b) tanaman tebu ................ 38
DAFTAR LAMPIRAN
32 Data curah hujan hujan bulan September 2014 – Maret 2015 Pos
Pandantoyo, Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.................................... 48
33 Data suhu dan kelembaban bulan September 2014 – Maret 2015 Pos
Bendungan Wlingi, Kabupaten Blitar .......................................................... 48
34 ANOVA serangan hama penting tanaman tebu antar umur dan musim
yang berbeda ............................................................................................... 48
35 ANOVA kepadatan populasi hama penting tanaman tebu antar umur
dan musim yang berbeda ............................................................................. 49
36 Nilai GRR, R0, r , T, dan DT yang didapat melalui metode jackknife ........... 51
37 Nilai peluang hidup (lx) dan keperidian (mx) Sacchharicoccus sacchari
(Hemiptera: Pseudococcidae) ...................................................................... 53
38 Stadium nimfa Saccharicoccus sacchari (Hemiptera: Pseudococcidae) ....... 54
39 Periode praoviposisi, keperidian, lama hidup imago dan siklus hidup
Saccharicoccus sacchari (Hemiptera: Pseudococcidae) ............................... 56
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Serangan hama merupakan salah satu kendala dalam peningkatan
produktivitas tebu (P3GI 2008). Serangan Chilo spp. dan S. excerptalis 14.5% dan
15.8% dapat menyebabkan penurunan bobot sebesar 15% dan 40.8%. (Goebel et
al. 2011). Chilo auricilius dapat mengakibatkan penurunan berat batang tebu serta
kualitas dan kuantitas nira. Selain itu serangan berat dapat mengakibatkan batang
mudah patah atau tanaman menjadi mati (Indriyanti 1987). Serangan hama S.
sacchari dapat menyebabkan kehilangan nira 31.62% (El-Dein et al. 2009).
Kutuperisai Aulacaspis tegalensis di Lampung dengan persentase serangan
18.08% dapat menurunkan rendemen, pol, dan brix tebu (Sunaryo & Hasibuan
2003). Kumbang pemakan daun Dicladispa armigera memakan daun dengan cara
mengorok dan meninggalkan bekas berupa lapisan epidermis paling bawah sejajar
dengan ibu tulang daun (Sharma et al. 2014), hal ini dapat menurunkan
produktivitas tebu karena fotosintesis pada daun terganggu.
S. sacchari merupakan salah satu serangga hama pada tanaman tebu yang
memiliki distribusi infestasi yang luas, hal ini telah dilaporkan oleh berbagai
pekebunan tebu di dunia (Pemberton 1960). Serangga ini umumnya dilaporkan
sebagai hama minor di sebagian besar wilayah di dunia, walaupun di beberapa
tempat dilaporkan terjadi ledakan dan merusak (Puttarudriah 1954). S. sacchari
bukan merupakan hama penting pada tanaman tebu di Indonesia (Achadian et al.
2011) karena jumlah populasinya yang masih rendah tidak seperti di Hawaii, Sri
Lanka, Australia, Mesir dan Filipina S. sacchari menimbulkan kerugian ekonomi
(Beardsley 1962; Rajendra 1974; Allsopp 1991; Abd-Rabou 2008). Namun, daya
dukung kondisi lingkungan yang sesuai dan sistem budidaya yang kurang tepat
dapat memungkinkan serangga ini menjadi hama penting di Indonesia.
Pengendalian hama-hama tebu di perkebunan penting dilakukan untuk
mengatasi masalah dalam peningkatan produktivitas tebu. Pengendalian hama
yang baik menggunakan informasi berupa data hasil pengamatan hama lapang
berupa jenis hama dan jumlah populasi hamanya. Namun informasi tersebut di
perkebunan tebu PT Sumber Sari Petung belum tersedia, untuk itu diperlukan
informasi mengenai jenis hama, serangan dan kepadatan populasinya. Kepadatan
populasi hama dapat berbeda pada musim basah dan musim kering, dikarenakan
curah hujan yang berbeda, oleh sebab itu dilakukan juga penelitian pada musim
yang berbeda.
Pendugaan pertumbuhan suatu populasi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode statistik demografi (Marlena 2014). Pendugaan ini
dilakukan karena rendahnya populasi hama pada saat ini tidak menjamin populasi
tersebut akan selalu rendah dimasa yang akan datang. Untuk melakukan
pendugaan maka diperlukan informasi mengenai statistik demografi S. sacchari
namun, informasi ini belum tersedia di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan
studi mengenai statistik demografi untuk dapat mengetahui potensi pertumbuhan
populasi maksimum yang terjadi pada tingkat individu S. sacchari. Dengan
mengetahui kecepatan tumbuh populasi S. sacchari maka informasi ini dapat
2
digunakan sebagai alat bantu untuk menduga populasi tersebut dimasa yang akan
datang sehingga dapat menyusun strategi pengendalian.
Rumusan Masalah
Hama merupakan salah satu kendala di dalam peningkatan produktivitas
tebu di PT Sumber Sari petung. Untuk dapat mengatasi permasalah tersebut maka
diperlukan pengendalian hama dengan mengetahui informasi berupa jenis hama
yang menyerang, tingkat serangan pada musim kering dan basah serta umur
tanaman yang berbeda di PT Sumber Sari Petung, sehingga diperlukan adanya
pengamatan lapangan.
S. sacchari menjadi hama penting pada perkebunan tebu diberbagai negara,
namun di Indonesia hama ini merupakan hama minor karena populasinya yang
masih rendah. Informasi mengenai biologi dan statistik demografi S. sacchari
dapat menunjukkan kecepatan tumbuh populasi tersebut sehingga dapat menduga
besarnya populasi tersebut di masa yang akan datang. Namun informasi seperti ini
di Indonesia belum tersedia, sehingga diperlukan pengamatan biologi untuk dapat
mengetahui informasi statistik demografinya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari hama penting tanaman tebu di PT Sumber Sari Petung, serta
perbedaan serangan dan kepadatan populasinya antar umur dan musim
yang berbeda di PT Sumber Sari Petung, Ngancar, Kediri
2. Mempelajari biologi dan statistik demografi S. sacchari.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
merancang tindakan pengendalian, sehingga pengendalian dapat efektif dan
efisien.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Tebu S. officinarum merupakan tanaman monokotiledon dari Famili
Poaceae. Batang tebu tidak memiliki cabang, berbentuk silindris atau agak pipih,
memiliki ruas, dan tinggi tanaman dapat mencapai mencapai 2 – 4 m dengan
diameter batang 3 – 5 cm. Batang memiliki titik yang menonjol atau agak
menonjol dengan tunas vegetatif terdapat pada setiap titik tersebut yang ada di
setiap ruas ketiak daun. Batang mengandung sukrosa namun semakin keatas
kandungan sukrosa pada batang semakin rendah. Jaringan meristem pada batang
ditutupi oleh pelepah daun. Tanaman memiliki daun dengan panjang 1 – 2 m dan
lebar 0.05 – 0.07 m. Daun pertama yang tumbuh dari tunas berukuran sangat kecil,
namun seiring pertumbuhan tanaman daun berkembang menjadi ukuran
maksimum, dan akan menurun ukurannya saat proses pembungaan. Daun yang
pertama muncul akan menua dan berada dibagian bawah kemudian mengering
dan mati digantikan oleh daun baru yang tumbuh dibagian atasnya. Akar pertama
yang tumbuh setelah penanaman tipis dan bercabang, namun setelah itu akar tebal
berwarna putih akan tumbuh menggantikan fungsi akar yang tumbuh sebelumnya
yaitu untuk mensuplai nutrisi bagi tanaman (Verheye 2010).
Tanaman tebu merupakan tanaman tahunan yang tumbuh subur pada daerah
tropis dan daerah beriklim temprate yang bebas frost. Tebu memerlukan cukup
sinar matahari, air yang banyak, (minimal 1500 mm curah hujan per tahun), tanah
yang subur, dan berdrainase baik. Panen umumnya dilakukan saat periode musim
kering ketika batang tebu mengandung jumlah sukrosa maksimum (Verheye
2010).
Genus Saccharum memiliki 6 spesies diantaranya S. officinarum, S. sinense
Hassk., S. barberi Jeswiet, S. spontaneum, S. edule dan S. robustum (Verheye
2010). S. officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus Saccharum
karena kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah
(Wijayanti 2008). S. spontaneum merupakan spesies tebu liar, umumnya disebut
dengan gelagah. S. officinarum dapat disilangkan dengan S. spontaneum untuk
mendapatkan varietas tebu yang tahan terhadap hama dan penyakit di lapangan
(Artschwager et al. 1958).
Spesies Saccharum officinarum memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Tanaman ini merupakan tanaman utama terbaik untuk produksi pembuatan gula. S.
saccharum juga memiliki adaptasi yang baik terhadap lingkungan asing (baru),
memiliki kandungan serat yang rendah, mengandung nira dan sukrosa yang tinggi,
rendah dalam menggunakan gula untuk kebutuhan metabolisme dan mengandung
pati. Selain itu, tanaman ini memiliki berat yang cukup tinggi per batang sehingga
akan diperoleh berat hasil panen per ha yang tinggi (Artschwager et al. 1958).
Tebu banyak dibudidayakan di Indonesia. Sentra perkebunan tebu di
Indonesia terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat dan DI
Yogyakarta (Pusdatin 2013). Jawa Timur merupakan daerah terluas areal
perkebunan tebu seluas 211 494 ha pada tahun 2013 (Dirjenbun 2013). Luas areal
yang besar menjadikan Jawa Timur sebagai pemberi kontribusi terbesar 69,57%
terhadap produksi gula Indonesia (Pusdatin 2013).
4
Budidaya penanaman tebu terbagi menjadi tiga yaitu plant cane murni
(PCM) merupakan tanaman tebu pertama yang ditanam pada areal yang baru
dibuka, replanting cane (RPC) atau disebut juga bongkar ratoon merupakan
tanaman pertama yang ditanam pada areal yang sebelumnya ditanami tebu, dan
kategori terakhir yaitu ratoon cane atau tebu keprasan adalah tanaman tebu yang
berasal dari tanaman pertama setelah tebangan dilakukan. Tunggul – tunggul tebu
tersebut dipelihara kembali sampai menghasilkan tunas baru yang tumbuh
menjadi tanaman baru hingga penebangan dilakukan kembali. Tanaman tebu
dapat dikepras sampai maksimal tiga kali, namun apabila lebih akan terjadi
penurunan produktivitas tebu. (Wijayanti 2008). Panen tanaman tebu PCM dan
RPC dapat dilakukan hingga umur tebu mencapai 12-18 bulan dan 12 bulan untuk
tanaman tebu ratoon (Verheye 2010).
Hama Tanaman Tebu
Hama yang umumnya menyerang tanaman tebu dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok penggerek batang yaitu Scirpophaga
excerptalis Walker, Chilo auricilius Dudgeon, Chilo sacchariphagus Bojer, Chilo
polychrysus Meyrick, Chilo venosatus Walker (Lepidoptera: Pyralidae),
Phragmataecia catanea Hubner (Lepidoptera: Cossidae), Tetramoera
schistaceana Snellen (Lepidoptera: Tortricidae), Sesamia inferens Walker dan
Sesamia grisescens Warren (Lepidoptera: Noctuidae). Penggerek batang makan
pada batang tanaman sehingga membuat batang menjadi rapuh dan mudah patah,
selain itu juga dapat mengurangi jumlah nira. Pemakan akar tanaman yaitu
Macrotermes sp. (Isoptera: Termittidae), Lepidiota stigma Fabricius, Eucholora
viridis Fabricius (Coleoptera: Scarabaedidae) dan Tibicens sp (Hemiptera:
Cicadidae). Serangan pada akar tanaman dapat mengurangi kekokohan tanaman
dalam mencengkram tanah sehingga tanaman mudah tumbang serta dapat
mengganggu transportasi unsur hara masuk ke dalam tanaman. Kelompok wereng
daun Perkinsiella saccharicida Kirkadly dan Eumetopina flavipes Muir
(Hemiptera: Delphacidae). Kelompok pemakan daun Valanga nigricornis
Burmeister, Locusta migratoria (Orthoptera: Acrididae), Anticyra combusta
Walker (Lepidoptera: Notodontidae), Spodoptera sp. (Lepidoptera: Noctuidae),
Pyrilla perpusilla Walker (Hemiptera: Lophopidae) dan Dicladispa armigera
(Coleoptera: Chrysomelidae). Kelompok kutukebul Aleurolobus barodensis
Maskell (Hemiptera: Aleyrodidae). Kelompok aphid Ceratovacuna lanigera
Zehntner (Hemiptera: Aphididae). Kelompok kutu (scale) Aulacaspis tegalensis
Zehntner (Hemiptera: Diaspididae), Pulvinaria iceryi Signoret (Hemiptera:
Coccidae) dan Saccharicoccus sacchari (Hemiptera: Pseudococcidae). Kelompok
mamalia yaitu Rattus rattus argentiventer dan Bandicota indica (Muridae:
Rodentia) (Fitzgibbon et al. 1999; Achadian et al. 2011).
Penggerek batang yang merupakan hama penting pada perkebunan tebu di
Indonesia yaitu C. auricilius, C. sacchariphagus, S. excerptalis, S. inferens, dan T.
Schistaceana, kelima penggrek ini penting karena dapat menyebabkan dead
hearts pada tanaman tebu, disebut juga kematian pada titik tumbuh. S. excerptalis
dapat menyebabkan kematian titik tumbuh baik pada tanaman muda maupun
dewasa, sedangkan Chilo spp. hanya menyebabkan kematian titik tumbuh pada
5
tanaman muda. Kelimpahan C. auricilius, C. sacchariphagus dan S. excerptalis
sangat tinggi pada pertanaman tebu di Jawa (Sallam et al. 2010).
Faktor Lingkungan terhadap Serangga
Kehidupan serangga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan baik
langsung maupun tidak langsung (Coakley 1990). Faktor lingkungan terdiri dari
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh yaitu tanaman inang,
sedangkan faktor abiotik yang berpengaruh yaitu curah hujan, temperatur dan
kelembaban.
Serangga memiliki kesesuaian dalam memilih umur tanaman atau bagian
tanaman inang. Serangga sangat selektif dalam memilih makanan karena nutrisi
makanan tersebut akan memengaruhi perkembangan dan reproduksi serangga.
Umumnya serangga fitofag memilih tanaman atau bagian tanaman yang memiliki
kualitas nutrisi yang tinggi seperti pada tanaman muda dan bagian tanaman yang
muda atau sedang tumbuh seperti akar muda, tunas, buah, dan biji atau benih
(Price 2000).
Curah hujan yang tinggi secara langsung dapat menurunkan jumlah populasi
serangga seperti Luciola cruciata dan Sericotathrips staphylinus (Norris et al.
2002; Yuma 2007), sedangkan pengaruh secara tidak langsung dapat
memengaruhi ketersediaan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sehingga dapat memengaruhi kesesuaian tanaman sebagai inang bagi serangga
fitofag (Jamieson et al. 2012), serta dapat memengaruhi temperatur dan
kelembaban mikro tanaman. Serangga bersifat poikoloterm, yaitu temperatur
tubuhnya dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Oleh karena itu perubahan
temperatur dapat memengaruhi metabolisme, respirasi, sistem saraf dan sistem
endokrin pada serangga (Neven 2000). Pengaruh secara langsung yaitu dapat
membatasi atau menstimulasi aktivitas instar dan imago, pemencaran serangga di
lingkungan, fenologi dan perkembangan ukuran tubuh, seleksi genetik
kemampuan bertahan hidup pada kondisi cuaca yang kurang sesuai, sedangkan
pengaruh tidak langsung yaitu keberadaan serangga seperti bentuk tanaman,
fenologi tanaman, kualitas makanan, predator, parasitoid dan entomopatogen
(Jaworski & Hilszczański 2013).
Saccharicoccus sacchari Cockerell (Hemiptera: Pseudococcidae)
S. sacchari, Ordo Hemiptera, Famili Pseudococcidae, di Indonesia disebut
juga sebagai kutubabi (Achadian et al. 2011) namun, umunya di Indonesia
serangga ini disebut dengan kutuputih. Serangan berat serangga ini dapat
menyebabkan kerugian pada perkebunan tebu baik pada kondisi fisik atau kimia.
S. sacchari dapat menyebabkan penurunan berat, tinggi, dan jumlah ruas pada
batang tebu, selain itu dapat menurunkan rendemen tebu (El-Dein et al. 2009)
Pengamatan biologi S. sacchari pernah dilakukan oleh Beardsley (1962) di
Hawaii. Hasil penelitian menunjukkan bahwa S. sacchari betina memiliki 4 stadia
instar sedangkan S. sacchari jantan memiliki 5 stadia instar. Penghitungan instar
ditandai dari jumlah eksuvia yang ditemukan pada ruang pemeliharaan setiap
6
individunya. Serangga ini hidup pada batang tebu yang berada diatas permukaan
tanah, menusukkan stiletnya pada jaringan floem, dan memproduksi embun madu
(Abd-Rabou 2008). S. sacchari berkoloni pada jaringan muda pada batang, setelah
panen, serangga dewasa kembali berkolonisasi pada batang ratun yang baru
tumbuh. Pergerakan dan penyebaran di lapangan dibantu oleh semut atau angin.
Oleh karena itu populasi dewasa agregasinya tinggi pada awal pertumbuhan
tanaman ratun (Allsopp 1991).
S. sacchari memiliki warna tubuh merah muda. Memiliki tubuh yang lunak
berbentuk oval dengan selaput lilin menyelimuti tubuhnya. Permukaan tubuhnya
terlihat seperti keriput. Lebar tubuh S. sacchari 258-924 µm, dengan panjang
tubuh 619-1932 µm, jumlah segmen antena 6-9 segmen, dan panjang antena 173262 µm (Rae 1993). Serangga betina tidak memiliki sayap dan jumlahnya
melimpah, namun serangga jantan memiliki sayap (Rajendra 1974). Serangga
jantan sangat jarang ditemukan (Pemberton 1964).
Tabel Neraca Hayati (Life Table)
Mortalitas dan natalitas merupakan parameter yang dapat memengaruhi
kepadatan populasi (Mardiana 1995). Data mortalitas dan natalitas kemudian
disusun ke dalam tabel neraca hayati (life table) untuk mengetahui perubahan
populasi yang terjadi dalam satu generasi.
Southwood dan Henderson (2000) menyatakan ada dua tipe life table yang
pertama yaitu age-specific life table dan time-specific life table. Age-specific life
table (tabel neraca hayati spesifik umur) berdasarkan pada individu-individu
kohort dalam satu generasi. Populasi dapat stabil atau berfluktuasi. Tabel ini
menyediakan perspektif yang memanjang dari kelahiran hingga individu terus
tumbuh sampai tidak ada lagi individu yang hidup pada generasi kohort tersebut
(individu terakhir mati) (Carey 1993). Tipe kedua yaitu time-specific life table
(tabel neraca hayati spesifik waktu) berdasarkan pada kohort bayangan yang
didapat dari membedakan struktur umur pada suatu waktu dari individu sampel
yang didadapat dari mengasumsikan apakah populasi tetap atau banyak generasi
yang tumpang tindih (multi-stage populaton). Pembedaan umur merupakan
prasyarat untuk menyusun tabel neraca hayati spesifik waktu. Tabel neraca hayati
dan keperidian terdiri dari (Southwood & Henderson 2000):
1.
x adalah umur pivotal individu pada kelas umur dalam suatu waktu (hari,
minggu, dsb);
2.
lx adalah jumlah individu yang hidup pada kelas umur selama pengamatan;
3.
mx adalah rata-rata jumlah keturunan yang dihasilkan oleh serangga betina
umur x;
Statistik Demografi
Statistik demografi adalah metode pendugaan yang dilakukan untuk dapat
menduga pertumbuhan suatu populasi Marlena (2014). Populasi merupakan
kumpulan suatu individu dalam spesies yang sama dan saling berinteraksi. Suatu
populasi akan berkembang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya. Laju
7
pertumbuhan intinsik menggambarkan laju peningkatan populasi dengan sumber
daya yang tidak terbatas. Teori Malthus menyatakan persamaan (Price et al.
2011):
= rN
N merupakan jumlah populasi dan r merupakan laju perubahan per individu atau
atau laju pertumbuhan per kapita. Pertumbuhan seperti ini akan terjadi ketika
populasi meningkat didukung dengan faktor yang konstan pada tiap generasinya
atau periode waktunya.
Pertumbuhan suatu populasi dapat dihitung berdasarkan pertumbuhan
betina dalam menghasilkan keturunan, dan setiap serangga memiliki masa
perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu langkah awal dalam mempelajari
perkembangan suatu populasi serangga adalah dengan mengetahui aspek-aspek
demografinya (Friamsa 2009). Aspek demografi yang dapat diperhatikan dari
tabel neraca hayati menurut Huang dan Chi (2012) adalah:
1. Laju Reproduksi Bersih (R0) = ∑lxmx
2. Laju Reproduksi Kotor (GRR) = ∑mx
3. Lama genereasi (T) =
Laju reproduksi bersih (R0) merupakan total anak betina yang dihasilkan
dari rataan induk betina di dalam populasi tersebut atau kemampuan populasi
tersebut berlipat ganda pada generasi selanjutnya (Mariati 1999; Friamsa 2009).
Laju reproduksi kotor (GRR) merupakan kemampuan seluruh betina suatu
populasi dalam satu generasi untuk menghasilkan keturunan. Lama generasi
merupakan waktu yang dibutuhkan populasi tersebut untuk menyelesaikan
generasinya (Carey 1993). Dari persamaan lama generasi didapat bahwa:
r=
Hal ini hanya pendugaan dan akan akurat jika λ mendekati 1 (Marlena 2014). Laju
pertambahan intrinsik (r) merupakan kemampuan pertambahan individu pada
suatu populasi dalam kondisi sumber daya yang tidak terbatas (Carey 1993).
Doubling time merupakan waktu yang dibutuhkan serangga untuk berlipat ganda.
Nilai DT dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Zeng et al. 1993):
=
ln 2
8
9
3
HAMA TANAMAN TEBU DI PT SUMBER SARI
PETUNG, KEDIRI
ABSTRAK
Hama merupakan salah satu faktor pembatas produksi tebu. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari perbedaan serangan dan kepadatan populasi hama
pada tanaman tebu umur muda, umur pertengahan dan tua di musim kering dan
musim basah di PT Sumber Sari Petung, Kediri pada tahun 2014-2015. Hama tebu
yang ditemukan pada saat penelitian sebanyak 11 spesies, 6 diantaranya dijumpai
pada semua umur tanaman tebu dan dikedua musim yaitu Scirpophaga excerptalis,
Chilo auricilius, Chilo sacchariphagus, Tetramoera schistaceana, Saccharicoccus
sacchari and Aulacaspis sp.. Serangan dan kepadatan populasi S. excerptalis tidak
berbeda nyata antar umur tebu dikedua musim. Serangan C. auricilius tidak
berbeda nyata antar umur tebu, tetapi kepadatan populasinya berbeda nyata.
Serangan dan kepadatan populasi C. sacchariphagus berbeda nyata antar umur
tebu. Serangan dan kepadatan populasi T. schistaceana berbeda nyata antar umur
tebu dan antar musim. Serangan S. sacchari tidak berbeda nyata antar umur dan
antar musim, sedangkan kepadatan populasinya berbeda nyata. Serangan
Aulacaspis sp. berbeda nyata antar umur tebu dan antar musim, tetapi kepadatan
populasinya berbeda nyata antar umur tebu.
Kata kunci : kepadatan populasi, musim basah, musim kering, umur tebu
10
3 PEST OF SUGARCANE AT PT SUMBER SARI PETUNG,
KEDIRI
ABSTRACT
Pest problem is one of limiting factors of sugarcane production. Studies
have been conducted to determine the differences of pest infestation and pest
population density three different age strata (young, middle-age and mature) of
sugarcane in dry and wet seasons at PT Sumber Sari Petung, Kediri in 2014-2015.
Eleven species of pest insects were found during the field study, in which 6
species of them, i.e. Scirpophaga excerptalis, Chilo auricilius, Chilo
sacchariphagus, Tetramoera schistaceana, Saccharicoccus sacchari, and
Aulacaspis sp. were found in the three sugarcane age strata in dry and wet seasons.
There were no significantly differences in the infestation and population density
of S. excerptalis among sugarcane age strata and also seasons. There was no
significantly difference in the infestation of C. auricilius in the three sugarcane
age strata, but the population density of C. auricilius was significantly different.
There were significantly differences in the infestation and population density of C.
sacchariphagus in the three sugarcane age strata. There were significantly
differences in the infestation and population density of T. schistaceana among the
sugarcane age strata, and also the seasons. There was no significantly difference
in the infestation of S. sacchari among the sugarcane age strata and also the
seasons, while the population density of S. sacchari was significantly different.
There was significantly difference in the infestation of Aulacaspis sp. among the
sugarcane age strata and also the seasons, but the population density of Aulacaspis
sp. was significantly different among the three sugarcane age strata.
Key words : dry season, population density, sugarcane age strata, wet season
11
Pendahuluan
Hama dapat menyerang berbagai bagian tanaman tebu, oleh karena itu hama
merupakan salah satu hambatan dalam penyediaan tebu yang berkualitas
(Abdullah et al. 2011). Umumnya bagian tanaman yang diserang hama yaitu
bagian akar, batang dan daun. Hama yang menyerang pada bagian akar yaitu
hama uret Lepidiota stigma (Coleoptera: Scarabaediae) dan tonggeret Tibicens sp.
(Hemiptera: Cicadidae) (Saragih 2009; Achadian et al. 2011). Hama tebu yang
menyerang pada bagian batang yaitu penggerek batang Chilo spp., Sesamia
inferens, Tetramoera schistaceana, penggerek pucuk Scirpophaga excerptalis
yang menyerang pada pucuk tanaman (titik tumbuh), kutu perisai Aulacaspis
tegalensis, kutuputih Saccharicoccus sacchari dan tikus Rattus argentiventer
(Fitzgibbon et al. 1999; Handiyana 2000; Achadian et al. 2011). Sedangkan hama
yang menyerang pada daun yaitu kutu kebul Aleurolobus barodensis, kutu bulu
putih Ceratovacuna lanigera, wereng daun Perkinsiella spp., Eumetopina flavipes,
belalang Valanga nigricornis dan belalang kembara Locusta migratoria, kumbang
pemakan daun Dicladispa armigera (Achadian et al. 2011).
Hama penting pada pertanaman tebu di Indonesia menurut Handiyana
(2000) adalah tikus, penggerek batang, dan penggerek pucuk. Tikus sawah, Rattus
argentiventer Rob dan Kloss (Rodentia: Muridae), menyebabkan kerusakan pada
batang tebu bagian bawah berupa gigitan besar di ruas batang yang dimakan tikus
dan gigitan besar bagian atas sehingga menyebabkan robohnya tanaman. Terdapat
5 spesies penting penggerek tebu di Pulau Jawa, dari Ordo Lepidoptera Famili
Pyralidae yaitu penggerek pucuk putih Scirpophaga exerptalis Walker, penggerek
batang bergaris Chilo sacchariphagus Bojer, penggerek batang berkilat Chilo
auricilius Dudgeon, penggerek batang merah jambu Famili Noctuidae, Sesamia
inferens, penggerek batang abu-abu Famili Tortricidae, Tetramoera schistaceana
Snellen dan penggerek batang kuning Famili Crambidae, Chilo infuscatellus.
Penggerek pucuk putih S. exerptalis menyerang pada pucuk tanaman tebu.
Serangan penggerek batang dan penggerek pucuk mengakibatkan turunnya berat
tebu yang dipanen karena pertumbuhan batangnya terganggu. Hama lain yang
menyerang pada tanaman tebu Ordo Hemiptera Famili Cicadidae yaitu Tibicens
sp., Delphacidae Perkinsiella saccharicida Kirkadly, Eumetopina flavipes Muir,
Famili Aphididae Ceratovacuna lanigera Zehtner, Aleyrodidae Aleurolobus
barodensis Maskell, Pseudococcidae Saccharicoccus sacchari Cockerell,
Diaspididae Aulacaspis madiunensis dan Aulacaspis tegalensis (Achadian et al.
2011).
Kelimpahan populasi serangga di lapangan dapat dipengaruhi beberapa
faktor seperti faktor tanaman inang dan lingkungan. Umur tanaman dapat
berpengaruh pada kelimpahan hama, karena serangga akan memilih tanaman yang
sesuai untuk dikonsumsi. Indonesia memiliki curah hujan yang berbeda pada
bulan basah dan bulan kering, hal ini dapat memengaruhi lingkungan kehidupan
hama pada tanaman sehingga berpengaruh pada kelimpahan populasinya
(Trisnaningsih & Kurniawati 2015). Romadhon (2007) menyatakan bahwa iklim
dan cuaca memiliki peranan penting baik langsung maupun tidak langsung
terhadap penyebaran, pemencaran, kelimpahan dan perilaku serangga. Selain itu
pertumbuhan dan perkembangan populasi OPT dipengaruhi oleh interaksi antara
OPT itu sendiri, tanaman, sistem budidaya dan musuh alami.
12
PT Sumber Sari Petung merupakan salah satu perkebunan tebu yang ada di
Kediri, Jawa Timur. Informasi mengenai jenis dan kelimpahan populasi hama
tanaman dalam musim yang berbeda penting untuk diketahui, namun informasi ini
belum tersedia di perkebunan ini. Informasi ini sangat penting berkaitan dengan
tindakan pengendalian yang akan dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari jenis hama yang menyerang tanaman tebu dan
perbedaan serangan serta kepadatan populasi hama penting tanaman tebu pada
musim kering dan musim basah serta pada umur tanaman tebu yang berbeda.
Bahan dan Metode
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perkebunan swasta milik PT Sumber Sari Petung,
Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri dan Laboratorium Biosistematika
Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 – Maret 2015.
Metode Penelitian
Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui jenis hama dan jumlah
populasinya. Pengamatan lapangan dilakukan di perkebunan tebu PT Sumber Sari
Petung. Pengambilan data dilakukan pada musim kering (September-Oktober
2014) dan musim basah (Februari-Maret 2015). Pada pengamatan lapangan
digunakan teknik pengamatan langsung pada rumpun contoh yang telah
ditentukan.
Tanaman tebu yang diamati yaitu tebu ratun varietas Bululawang (BL).
Tanaman dibagi ke dalam 3 rentang umur yaitu muda (1-4 bulan), umur
pertengahan (5-9 bulan) dan tua (>9 bulan). Tanaman tebu ratun tidak melewati
fase perkecambahan, umur 1-4 bulan merupakan fase pembentukan dan
pertumbuhan anakan, umur 5-9 bulan fase pemanjangan batang dan pematangan,
umur diatas 9 bulan merupakan fase matang (Rossler 2013; Samad 2013).
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan faktorial dengan 3 ulangan.
Setiap rentang umur tanaman diamati dalam 3 blok sebagai ulangan. Tiap blok
diambil 3 amplang, dimana setiap amplang diambil 3 baris, dan tiap baris diambil
3 rumpun secara acak sistematis untuk diamati jenis dan populasi hamanya
(Gambar 1). Amplang merupakan kelompok barisan tempat tebu ditanam. Ukuran
panjang tiap amplang tebu yaitu 16 m. Pengamatan dilakukan 2 kali pada musim
kering dan basah, sehingga didapat seluruh blok yang diamati berjumlah 18 blok
dengan 486 rumpun tanaman contoh.
Pengamatan hama dilakukan dengan metode pengamatan langsung, dari atas
permukaan tanah hingga ujung daun dan pucuk. Pengamatan meliputi jumlah
populasi suatu hama per rumpun, jika tidak ditemukan serangga hama maka
dilakukan pengamatan gejala sebagai contoh lubang gerekan, gigitan, dan titik
tusuk pada tulang daun.
13
Keterangan:
: rumpun contoh
: barisan tanaman tebu
Amplang 1
Amplang 2
Amplang 3
Gambar 1 Titik pengambilan sampel hama tanaman tebu per blok
Anakan dan batang yang terdapat gejala atau tanda pada rumpun diamati,
dan dilakukan pengambilan serta pembedahan dengan menggunakan pisau atau
parang (Gambar 2) jika terlihat ada lubang gerekan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui jenis penggerek batang yang menyerang.
Gambar 2 Pembedahan batang yang terdapat lubang gerekan
Banyaknya tanaman tebu yang terserang menunjukkan besarnya persentase
serangan hama pada tanaman tersebut. Persentase serangan hama dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:
Serangan hama =
total tanaman terserang
total tanaman yang diamati
x 100%
Hasil dan Pembahasan
Hama pada berbagai umur tanaman dan musim yang berbeda
Hama yang ditemukan menyerang tanaman tebu di perkebunan tebu PT
Sumber Sari Petung adalah Valanga nigricornis, Dicladispa sp., Scirpophaga
exerptalis, Chilo auricilius, Chilo sacchariphagus, Tetramoera schistaceana,
Perkinsiella sp., Aleuroloubus sp., Saccharicoccus sacchari, Aulacaspis sp., dan
Ceratovacuna sp. (Tabel 1). Bagian tanaman tebu yang diserang meliputi pucuk,
tunas, daun dan batang. Hama tebu pada musim kering dapat ditemukan juga pada
musim basah kecuali Ceratovacuna sp., karena kepadatan populasinya yang
sangat rendah.
Sebagian besar hama dapat menyerang tanaman tebu sepanjang musim baik
musim kering maupun musim basah dan dapat pula menyerang pada berbagai fase
umur tanaman. Tebu memiliki daun sepanjang musim oleh karena itu keberadaan
14
V. nigricornis, Dicladispa sp., Perkinsiella sp. dan Aleurolobus sp. terus bertahan.
Selain itu, V. Nigricornis dan Dicladispa sp., merupakan serangga polifag
sehingga saat tebu dipanen serangga ini dapat hidup pada inang lain. S. exerptalis
menyerang pucuk tanaman dan mengakibatan kematian pucuk. Pucuk yang mati
ini akan menginduksi mata tunas dibawahnya untuk tumbuh membentuk pucuk
baru (siwilan), hal ini mengakibatkan pucuk terus tersedia hingga tanaman tua. C.
auricilius dapat hidup pada tunas tanaman muda namun pada tanaman umur
pertengahan dan tua serangga ini hidup di dalam batang tanaman. Kemampuan
seperti ini menguntungkan bagi C. auricilius untuk tetap bertahan dalam
pertanaman tebu. C. auricilius dapat hidup pada sisa tanaman tebu (tunggul) di
bawah tanah sebelum tanaman ratun tumbuh.
Tabel 1 Hama tanaman tebu pada umur dan musim yang berbeda
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama hama
Belalang (Orthoptera: Acrididae)
Valanga nigricornis
Kumbang pemakan daun
(Coleoptera: Chrysomelidae)
Dicladispa sp.
Penggerek pucuk putih
(Lepidotera: Pyralidae)
Scirpophaga excerptalis
Penggerek batang berkilat
(Lepidoptera: Pyralidae)
Chilo auricilius
Penggerek batang bergaris
(Lepidoptera: Pyralidae)
Chilo sacchariphagus
Penggerek batang abu-abu
(Lepidoptera: Tortricidae)
Tetramoera schistaceana)
Wereng daun (Hemiptera:
Delphacidae) Perkinsiella sp.
Kutu hitam (Hemiptera:
Aleyrodidae) Aleurolobus sp.
Kutu babi (Hemiptera:
Pseudococcidae)
Saccharicoccus sacchari)
Kutu perisai (Hemiptera:
Diaspididae) Aulacaspis sp.
Kutu bulu putih (Hemiptera:
Aphididae) Ceratovacuna sp.
Keterangan: K
B
X
= musim kering
= musim basah
= ada
= tidak ada
Umur Tanaman
Muda
Pertengahan
Musim
K
B
K
B
K
B
Daun
Daun
X
Pucuk /
titik
tumbuh
Batang dan
pucuk
Batang
X
Batang
X
X
Daun
Daun
X
Batang dan
tunas
X
Batang
X
Daun
X
X
X
X
X
Bagian
tanaman
terserang
Tua
15
Hama memiliki kesesuaian makan pada umur tanaman tebu, seperti
penggerek batang dan kutu. Umur tanaman berkaitan dengan nutrisi yang
dibutuhkan serangga. Penggerek batang, kutuputih dan kutuperisai lebih
menyukai tanaman umur pertengahan dan tua. Batang tanaman umur pertengahan
dan tua mengandung sukrosa sehingga lebih disukai oleh penggerek batang, kutu
babi dan kutu perisai. Ikhtiyanto (2010) menyatakan bahwa fase pematangan
sukrosa untuk tebu (plant cane murni) yang dipanen umur 12 bulan, berlangsung
dari tanaman umur 9 bulan hingga 12 bulan. Fase pematangan sukrosa pada tebu
ratun terjadi sebelum umur 9 bulan karena tebu ratun dipanen mulai umur 10
bulan. Oleh karena itu hama pada batang te
KEDIRI DAN STATISTIK DEMOGRAFI Saccharicoccus
sacchari COCKERELL (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)
ALDILA RACHMAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Hama Tanaman
Tebu di PT Sumber Sari Petung, Kediri dan Statistik Demografi Saccharicoccus
sacchari Cockerell (Hemiptera: Pseudococcidae) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Aldila Rachmawati
NIM A351130261
iv
RINGKASAN
ALDILA RACHMAWATI. Hama Tanaman Tebu di PT Sumber Sari
Petung, Kediri dan Statistik Demografi Saccharicoccus sacchari Cockerell
(Hemiptera: Pseudococcidae). Dibimbing oleh HERMANU TRIWIDODO dan
PUDJIANTO.
Hama merupakan salah satu faktor pembatas produksi tebu. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari perbedaan serangan dan kepadatan populasi hama
pada tanaman tebu umur muda, umur pertengahan dan tua, di musim kering dan
basah di PT Sumber Sari Petung, Kediri pada tahun 2014-2015.
Hama pada tanaman tebu diamati dan dilakukan pengambilan data
menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan 3 ulangan. Data yang didapat
dianalisis dengan menggunakan program SAS 9.1. Pengamatan biologi dan
statistik demografi dilakukan dengan pemeliharaan 50 individu nimfa instar
pertama masing-masing dipelihara pada potongan batang tebu dan diamati setiap
hari untuk dicatat perkembangan dan keturunan yang diletakkannya. Data yang
didapat digunakan untuk memperoleh informasi biologi seperti stadia tiap instar,
periode praoviposisi, siklus hidup, lama hidup imago dan keperidian. Data
tersebut dapat digunakan juga untuk menyusun tabel neraca hayati untuk
penghitungan statistik demografi menggunakan metode jackknife.
Hama tebu yang ditemukan pada saat penelitian sebanyak 11 spesies, 6
diantaranya sebagian besar dijumpai pada ketiga umur tanaman tebu dan dikedua
musim yaitu Scirpophaga excerptalis, Chilo auricilius, Chilo sacchariphagus,
Tetramoera schistaceana, Saccharicoccus sacchari and Aulacaspis sp.. Serangan
dan kepadatan populasi S. excerptalis tidak berbeda nyata antar umur tebu
dikedua musim. Serangan C. auricilius tidak berbeda nyata antar umur tebu, tetapi
kepadatan populasinya berbeda nyata. Serangan dan kepadatan populasi C.
sacchariphagus berbeda nyata antar umur tebu. Serangan dan kepadatan populasi
T. schistaceana berbeda nyata antar umur tebu dan antar musim. Serangan S.
sacchari tidak berbeda nyata antar umur dan antar musim, sedangkan kepadatan
populasinya berbeda nyata. Serangan Aulacaspis sp. berbeda nyata antar umur
tebu dan antar musim, tetapi kepadatan populasinya berbeda nyata antar umur
tebu.
S. sacchari memiliki potensi menjadi hama penting. Serangga ini
mengalami perkembangan metamorfosis paurometabola dengan fase pradewasa
terdiri dari 4 stadia instar masing-masing 3.22, 2.77, 3.69 dan 2.84 hari. Periode
praoviposisi, siklus hidup, lama hidup imago dan keperidian berturut-turut 4.14
hari, 17.10 hari, 22.62 hari dan 208.90 nimfa per imago. Kurva sintasan S.
sacchari tergolong kurva tipe IV, yaitu kematian tertinggi terjadi pada fase
pradewasa, dengan laju pertambahan intrinsik 0.15 individu per hari dan laju
reproduksi bersih 120.59 individu per imago per generasi, lama generasi dan
waktu berlipat ganda 32.19 dan 4.65 hari.
Kata kunci : biologi, laju pertambahan intrinsik, musim basah, musim kering
SUMMARY
ALDILA RACHMAWATI. Pests of Sugarcane at PT Sumber Sari Petung,
Kediri and Demographic Statistics of Saccharicoccus sacchari Cockerell
(Hemiptera: Pseudococcidae). Supervised by HERMANU TRIWIDODO and
PUDJIANTO.
Pest is one of limiting factors of sugarcane production. Studies have been
conducted to determine the differences of pest infestation and pest population
density three different age strata (young, middle-age and mature) of sugarcane in
dry and wet seasons at PT Sumber Sari Petung, Kediri in 2014 – 2015.
Pests of sugarcane were observed and data were collected using factorial
experimental design with 3 repetitions. The collected data were analyzed using
SAS 9.1 program. Study on the biology and demographic statistics of
Saccharicoccus sacchari was conducted by rearing 50 first instar nymphs of S.
sacchari singly on a sugarcane stalk, and observing daily on their development
and their number of offsprings. The collected data were about the biological
characteristics of the pest, such as the immature stadia, preoviposition period, life
cycle, adult longevity and fecundity. The data were also used to construct life
table for calculating demographic statistics using the jackknife method.
Eleven species of pest insects were found during the field study, in which 6
species of them, i.e. Scirpophaga excerptalis, Chilo auricilius, Chilo
sacchariphagus, Tetramoera schistaceana, Saccharicoccus sacchari and
Aulacaspis sp., were found in the three sugarcane age strata in dry and wet
seasons. There were no significantly differences in the infestation and population
density of S. excerptalis among sugarcane age strata and also seasons. There was
no significantly difference in the infestation of C. auricilius in the three sugarcane
age strata, but the population density of C. auricilius was significantly different.
There were significantly differences in the infestation and population density of C.
sacchariphagus in the three sugarcane age strata. There were significantly
differences in the infestation and population density of T. schistaceana among the
sugarcane age strata and also the seasons. There was no significantly difference in
the infestation of S. sacchari among the sugarcane age strata and also the seasons,
while the population density of S. sacchari was significantly different. There was
significantly difference in the infestation of Aulacaspis sp. among the sugarcane
age strata and also the seasons, but the population density of Aulacaspis sp. was
significantly different among the three sugarcane age strata.
There were indications that S. sacchari has a potential to become an
important pest of sugarcane. S. sacchari passed through the paurometamorphosis
development type. The immature stages consisted of 4 instars with the stadia of
1st, 2nd, 3rd and 4th instars were 3.22, 2.77, 3.69 and 2.84 days, respectively. The
preoviposition period, life cycle, adult longevity and fecundity of S. sacchari were
4.14 days, 17.10 days, 22.62 days, and 208.90 nymphs per female, respectively.
The development of S. sacchari followed type IV survivorship curve, in which
mortality of the immature stage is higher than that of the later stages. The
instrinsic rate of increase of S. sacchari was 0.15 nymphs per day, the net
vi
reproductive rate was 120.59 individual per female per generation, and the time
generation and the doubling time was 32.19 days and 4.65 days, respectively.
Key words : biology, dry season, intrinsic rate of increase, wet season
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
viii
HAMA TANAMAN TEBU DI PT SUMBER SARI PETUNG,
KEDIRI DAN STATISTIK DEMOGRAFI Saccharicoccus
sacchari COCKERELL (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)
ALDILA RACHMAWATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Entomologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
x
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir I Wayan Winasa, MS
Judul Tesis : Hama Tanaman Tebu di PT Sumber Sari Petung, Kediri dan
Statistik Demografi Saccharicoccus sacchari Cockerell
(Hemiptera: Pseudococcidae)
Nama
: Aldila Rachmawati
NIM
: A351130261
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Pudjianto, MSi
Anggota
Dr Ir Hermanu Triwidodo, MSc
Ketua
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Entomologi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Pudjianto, Msi
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 03 Mei 2016
Tanggal Lulus:
xii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Penelitian Hama Tanaman Tebu
di PT Sumber Sari Petung, Kediri dan Statistik Demografi Saccharicoccus
sacchari Cockerell (Hemiptera: Pseudococcidae) dilaksanakan bulan September
2014-November 2015.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada Bapak Dr Ir Hermanu Triwidodo, MSc yang telah senantiasa
membimbing, mendidik baik akademik maupun moral, mencurahkan waktu, ilmu,
tenaga motivasi yang luar biasa dan kesempatan mendapatkan dukungan dana
perkuliahan atas nama WiSH Indonesia, serta Bapak Dr Ir Pudjianto, Msi yang
senantiasa memberikan kritik dan saran yang membangun, meluangkan waktu,
tenaga dan segenap pikiran. Kepada penguji luar komisi Bapak Dr Ir I Wayan
Winasa, MS penulis sampaikan terimakasih.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Zaenudin, SU
dan Bapak Soehardi, SP, MM dari PT Sumber Sari Petung beserta seluruh staf
yang telah memfasilitasi selama proses pengumpulan data. Terimakasih kepada
Bapak Ngaseri, SH, MM, serta warga Sempu, Babadan, dan Sugihwaras, atas
masukan dan banyak bantuannya Mas Eko, Pak Sari, Pak Prapto, Pak Puji, Pak
Heri, Ibu Toyem dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.
Terimakasih kepada WiSH Indonesia Bapak Napiudin, Mbak Diana, Mbak
Annisa K, Pak Adi, Pak Wawan, Siti Rizkah Sagala dan Ali Wafa atas suasana
hangat dan nyaman saat penelitian, serta Listihani atas bantuan dan semangatnya.
Terimakasih ditujukan kepada Laboratorium Biosistematika Serangga,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, serta
Herry dan Harleni atas bantuan dan semangatnya.
Terimakasih tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua Bapak
Agus Heriyanto dan Ibu Rini Ekawati atas curahan kasih sayang yang tiada henti
dan doa-doa luar biasa yang senantiasa dipanjatkan dalam setiap waktu serta adikadik tersayang Aulia, Amalia, Azizah, Alfajriyanti dan Akbar atas semangat, doa
dan dukungannya.
Terimakasih teman-teman sebimbingan Wildan Muhlison dan Rudi
Tompson Hutasoit dan teman-teman seperjuangan Entomologi 2013 atas
semangat, kebersamaan, pertemanan, dan saling berbagi demi kemajuan studi.
Semoga persahabatan yang terjalin selama menempuh pendidikan di Sekolah
Pascasarjana IPB tetap terjalin dengan baik. Terimakasih penulis sampaikan
kepada seluruh teman-teman yang tak dapat penulis dituliskan satu-persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2016
Aldila Rachmawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
1
2
2
2
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Hama Tanaman Tebu
Faktor Lingkungan terhadap Serangga
Saccharicoccus sacchari Cockerell (Hemiptera: Pseudococcidae)
Tabel Neraca Hayati (Life Table)
Statistik Demografi
3
3
4
5
5
6
6
3 HAMA TANAMAN TEBU DI PT SUMBER SARI PETUNG, KEDIRI
ABSTRAK
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
9
9
11
12
13
25
4 BIOLOGI DAN STATISTIK DEMOGRAFI Saccharicoccus sacchari
COCKERELL (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE)
ABSTRAK
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
27
27
29
30
32
36
5 PEMBAHASAN UMUM
37
6 SIMPULAN
41
DAFTAR PUSTAKA
43
LAMPIRAN
47
RIWAYAT HIDUP
58
xiv
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Hama tanaman tebu pada umur dan musim yang berbeda ............................ 14
Serangan penggerek pucuk putih Scirpophaga excerptalis (Lepidoptera:
Pyralidae) antar umur dan musim yang berbeda .......................................... 16
Kepadatan populasi penggerek pucuk putih Scirpophaga excerptalis
(Lepidoptera: Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 16
Serangan penggerek batang berkilat Chilo auricilius (Lepidoptera:
Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang berbeda ..................... 17
Kepadatan populasi penggerek batang berkilat Chilo auricilius
(Lepidoptera: Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 18
Serangan penggerek batang bergaris Chilo sacchariphagus
(Lepidoptera: Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 19
Kepadatan populasi penggerek batang bergaris Chilo sacchariphagus
(Lepidoptera: Pyralidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 19
Serangan populasi penggerek batang abu-abu Tetramoera schistaceana
(Lepidoptera: Tortricidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang
berbeda ....................................................................................................... 21
Kepadatan populasi penggerek batang abu-abu Tetramoera
schistaceana (Lepidoptera: Tortricidae) pada umur tanaman tebu dan
musim yang berbeda ................................................................................... 21
Serangan
kutuputih
Saccharicoccus
sacchari
(Hemiptera:
Pseudococcidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang berbeda ........... 22
Kepadatan
populasi
Saccharicoccus
sacchari
(Hemiptera:
Pseudococcidae) pada umur tanaman tebu dan musim yang berbeda ........... 23
Serangan kutuperisai Aulacaspis sp. (Hemiptera: Diaspididae) pada
umur tanaman tebu dan musim yang berbeda .............................................. 23
Populasi kutuperisai Aulacaspis sp. (Hemiptera: Diaspididae) pada
umur tanaman tebu dan musim yang berbeda .............................................. 24
Informasi biologi Saccharicoccus sacchari pada tanaman tebu.................... 34
Informasi statistik demografi S. sacchari pada tanaman tebu ....................... 35
DAFTAR GAMBAR
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Pembedahan batang yang terdapat lubang gerekan ...................................... 13
Titik pengambilan sampel hama tanaman tebu per blok ............................... 13
Gejala serangan (a) dan pupa (b) Scirpophaga excerptalis........................... 17
Gejala serangan C. auricilius pada tanaman tebu umur muda ...................... 18
Gejala serangan Chilo sacchariphagus pada batang (a) dan daun (b) ........... 20
Gejala gerekan Tetramoera schistaceana pada batang tebu ........................ 22
Koloni S. sacchari pada batang tebu ............................................................ 22
Populasi Aulacaspis sp. pada batang tanaman tebu ...................................... 24
Perbanyakan Saccharicoccus sacchari pada potongan batang tebu .............. 31
Infestasi S. sacchari di dekat tunas tanaman tebu ....................................... 31
Pemeliharaan S. sacchari setelah infestasi nimfa instar 1............................. 32
Imago Saccharicoccus sacchari (a) tampak dorsal, (b) tampak ventral
dan (c) tampak ventral setelah proses preparasi ........................................... 32
Karakter morfologi imago Saccharicoccus sacchari (a) antena, (b)
tungkai, (c) spirakel, (d) pori trilokuler, (e) pori multilokuler, (f)
anal lobe dengan cerarii ............................................................................. 33
Stadia Saccharicoccus sacchari (a) nimfa instar 1, (b) instar 2, (c)
instar 3, (d) instar 4 dan (e) imago ............................................................... 34
Kurva sintasan dan keperidian S. sacchari ................................................... 35
Serangan S. sacchari pada batang (a) dan tunas (b) tanaman tebu ................ 38
DAFTAR LAMPIRAN
32 Data curah hujan hujan bulan September 2014 – Maret 2015 Pos
Pandantoyo, Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri.................................... 48
33 Data suhu dan kelembaban bulan September 2014 – Maret 2015 Pos
Bendungan Wlingi, Kabupaten Blitar .......................................................... 48
34 ANOVA serangan hama penting tanaman tebu antar umur dan musim
yang berbeda ............................................................................................... 48
35 ANOVA kepadatan populasi hama penting tanaman tebu antar umur
dan musim yang berbeda ............................................................................. 49
36 Nilai GRR, R0, r , T, dan DT yang didapat melalui metode jackknife ........... 51
37 Nilai peluang hidup (lx) dan keperidian (mx) Sacchharicoccus sacchari
(Hemiptera: Pseudococcidae) ...................................................................... 53
38 Stadium nimfa Saccharicoccus sacchari (Hemiptera: Pseudococcidae) ....... 54
39 Periode praoviposisi, keperidian, lama hidup imago dan siklus hidup
Saccharicoccus sacchari (Hemiptera: Pseudococcidae) ............................... 56
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Serangan hama merupakan salah satu kendala dalam peningkatan
produktivitas tebu (P3GI 2008). Serangan Chilo spp. dan S. excerptalis 14.5% dan
15.8% dapat menyebabkan penurunan bobot sebesar 15% dan 40.8%. (Goebel et
al. 2011). Chilo auricilius dapat mengakibatkan penurunan berat batang tebu serta
kualitas dan kuantitas nira. Selain itu serangan berat dapat mengakibatkan batang
mudah patah atau tanaman menjadi mati (Indriyanti 1987). Serangan hama S.
sacchari dapat menyebabkan kehilangan nira 31.62% (El-Dein et al. 2009).
Kutuperisai Aulacaspis tegalensis di Lampung dengan persentase serangan
18.08% dapat menurunkan rendemen, pol, dan brix tebu (Sunaryo & Hasibuan
2003). Kumbang pemakan daun Dicladispa armigera memakan daun dengan cara
mengorok dan meninggalkan bekas berupa lapisan epidermis paling bawah sejajar
dengan ibu tulang daun (Sharma et al. 2014), hal ini dapat menurunkan
produktivitas tebu karena fotosintesis pada daun terganggu.
S. sacchari merupakan salah satu serangga hama pada tanaman tebu yang
memiliki distribusi infestasi yang luas, hal ini telah dilaporkan oleh berbagai
pekebunan tebu di dunia (Pemberton 1960). Serangga ini umumnya dilaporkan
sebagai hama minor di sebagian besar wilayah di dunia, walaupun di beberapa
tempat dilaporkan terjadi ledakan dan merusak (Puttarudriah 1954). S. sacchari
bukan merupakan hama penting pada tanaman tebu di Indonesia (Achadian et al.
2011) karena jumlah populasinya yang masih rendah tidak seperti di Hawaii, Sri
Lanka, Australia, Mesir dan Filipina S. sacchari menimbulkan kerugian ekonomi
(Beardsley 1962; Rajendra 1974; Allsopp 1991; Abd-Rabou 2008). Namun, daya
dukung kondisi lingkungan yang sesuai dan sistem budidaya yang kurang tepat
dapat memungkinkan serangga ini menjadi hama penting di Indonesia.
Pengendalian hama-hama tebu di perkebunan penting dilakukan untuk
mengatasi masalah dalam peningkatan produktivitas tebu. Pengendalian hama
yang baik menggunakan informasi berupa data hasil pengamatan hama lapang
berupa jenis hama dan jumlah populasi hamanya. Namun informasi tersebut di
perkebunan tebu PT Sumber Sari Petung belum tersedia, untuk itu diperlukan
informasi mengenai jenis hama, serangan dan kepadatan populasinya. Kepadatan
populasi hama dapat berbeda pada musim basah dan musim kering, dikarenakan
curah hujan yang berbeda, oleh sebab itu dilakukan juga penelitian pada musim
yang berbeda.
Pendugaan pertumbuhan suatu populasi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode statistik demografi (Marlena 2014). Pendugaan ini
dilakukan karena rendahnya populasi hama pada saat ini tidak menjamin populasi
tersebut akan selalu rendah dimasa yang akan datang. Untuk melakukan
pendugaan maka diperlukan informasi mengenai statistik demografi S. sacchari
namun, informasi ini belum tersedia di Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukan
studi mengenai statistik demografi untuk dapat mengetahui potensi pertumbuhan
populasi maksimum yang terjadi pada tingkat individu S. sacchari. Dengan
mengetahui kecepatan tumbuh populasi S. sacchari maka informasi ini dapat
2
digunakan sebagai alat bantu untuk menduga populasi tersebut dimasa yang akan
datang sehingga dapat menyusun strategi pengendalian.
Rumusan Masalah
Hama merupakan salah satu kendala di dalam peningkatan produktivitas
tebu di PT Sumber Sari petung. Untuk dapat mengatasi permasalah tersebut maka
diperlukan pengendalian hama dengan mengetahui informasi berupa jenis hama
yang menyerang, tingkat serangan pada musim kering dan basah serta umur
tanaman yang berbeda di PT Sumber Sari Petung, sehingga diperlukan adanya
pengamatan lapangan.
S. sacchari menjadi hama penting pada perkebunan tebu diberbagai negara,
namun di Indonesia hama ini merupakan hama minor karena populasinya yang
masih rendah. Informasi mengenai biologi dan statistik demografi S. sacchari
dapat menunjukkan kecepatan tumbuh populasi tersebut sehingga dapat menduga
besarnya populasi tersebut di masa yang akan datang. Namun informasi seperti ini
di Indonesia belum tersedia, sehingga diperlukan pengamatan biologi untuk dapat
mengetahui informasi statistik demografinya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari hama penting tanaman tebu di PT Sumber Sari Petung, serta
perbedaan serangan dan kepadatan populasinya antar umur dan musim
yang berbeda di PT Sumber Sari Petung, Ngancar, Kediri
2. Mempelajari biologi dan statistik demografi S. sacchari.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
merancang tindakan pengendalian, sehingga pengendalian dapat efektif dan
efisien.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Tebu S. officinarum merupakan tanaman monokotiledon dari Famili
Poaceae. Batang tebu tidak memiliki cabang, berbentuk silindris atau agak pipih,
memiliki ruas, dan tinggi tanaman dapat mencapai mencapai 2 – 4 m dengan
diameter batang 3 – 5 cm. Batang memiliki titik yang menonjol atau agak
menonjol dengan tunas vegetatif terdapat pada setiap titik tersebut yang ada di
setiap ruas ketiak daun. Batang mengandung sukrosa namun semakin keatas
kandungan sukrosa pada batang semakin rendah. Jaringan meristem pada batang
ditutupi oleh pelepah daun. Tanaman memiliki daun dengan panjang 1 – 2 m dan
lebar 0.05 – 0.07 m. Daun pertama yang tumbuh dari tunas berukuran sangat kecil,
namun seiring pertumbuhan tanaman daun berkembang menjadi ukuran
maksimum, dan akan menurun ukurannya saat proses pembungaan. Daun yang
pertama muncul akan menua dan berada dibagian bawah kemudian mengering
dan mati digantikan oleh daun baru yang tumbuh dibagian atasnya. Akar pertama
yang tumbuh setelah penanaman tipis dan bercabang, namun setelah itu akar tebal
berwarna putih akan tumbuh menggantikan fungsi akar yang tumbuh sebelumnya
yaitu untuk mensuplai nutrisi bagi tanaman (Verheye 2010).
Tanaman tebu merupakan tanaman tahunan yang tumbuh subur pada daerah
tropis dan daerah beriklim temprate yang bebas frost. Tebu memerlukan cukup
sinar matahari, air yang banyak, (minimal 1500 mm curah hujan per tahun), tanah
yang subur, dan berdrainase baik. Panen umumnya dilakukan saat periode musim
kering ketika batang tebu mengandung jumlah sukrosa maksimum (Verheye
2010).
Genus Saccharum memiliki 6 spesies diantaranya S. officinarum, S. sinense
Hassk., S. barberi Jeswiet, S. spontaneum, S. edule dan S. robustum (Verheye
2010). S. officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus Saccharum
karena kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah
(Wijayanti 2008). S. spontaneum merupakan spesies tebu liar, umumnya disebut
dengan gelagah. S. officinarum dapat disilangkan dengan S. spontaneum untuk
mendapatkan varietas tebu yang tahan terhadap hama dan penyakit di lapangan
(Artschwager et al. 1958).
Spesies Saccharum officinarum memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Tanaman ini merupakan tanaman utama terbaik untuk produksi pembuatan gula. S.
saccharum juga memiliki adaptasi yang baik terhadap lingkungan asing (baru),
memiliki kandungan serat yang rendah, mengandung nira dan sukrosa yang tinggi,
rendah dalam menggunakan gula untuk kebutuhan metabolisme dan mengandung
pati. Selain itu, tanaman ini memiliki berat yang cukup tinggi per batang sehingga
akan diperoleh berat hasil panen per ha yang tinggi (Artschwager et al. 1958).
Tebu banyak dibudidayakan di Indonesia. Sentra perkebunan tebu di
Indonesia terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat dan DI
Yogyakarta (Pusdatin 2013). Jawa Timur merupakan daerah terluas areal
perkebunan tebu seluas 211 494 ha pada tahun 2013 (Dirjenbun 2013). Luas areal
yang besar menjadikan Jawa Timur sebagai pemberi kontribusi terbesar 69,57%
terhadap produksi gula Indonesia (Pusdatin 2013).
4
Budidaya penanaman tebu terbagi menjadi tiga yaitu plant cane murni
(PCM) merupakan tanaman tebu pertama yang ditanam pada areal yang baru
dibuka, replanting cane (RPC) atau disebut juga bongkar ratoon merupakan
tanaman pertama yang ditanam pada areal yang sebelumnya ditanami tebu, dan
kategori terakhir yaitu ratoon cane atau tebu keprasan adalah tanaman tebu yang
berasal dari tanaman pertama setelah tebangan dilakukan. Tunggul – tunggul tebu
tersebut dipelihara kembali sampai menghasilkan tunas baru yang tumbuh
menjadi tanaman baru hingga penebangan dilakukan kembali. Tanaman tebu
dapat dikepras sampai maksimal tiga kali, namun apabila lebih akan terjadi
penurunan produktivitas tebu. (Wijayanti 2008). Panen tanaman tebu PCM dan
RPC dapat dilakukan hingga umur tebu mencapai 12-18 bulan dan 12 bulan untuk
tanaman tebu ratoon (Verheye 2010).
Hama Tanaman Tebu
Hama yang umumnya menyerang tanaman tebu dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok penggerek batang yaitu Scirpophaga
excerptalis Walker, Chilo auricilius Dudgeon, Chilo sacchariphagus Bojer, Chilo
polychrysus Meyrick, Chilo venosatus Walker (Lepidoptera: Pyralidae),
Phragmataecia catanea Hubner (Lepidoptera: Cossidae), Tetramoera
schistaceana Snellen (Lepidoptera: Tortricidae), Sesamia inferens Walker dan
Sesamia grisescens Warren (Lepidoptera: Noctuidae). Penggerek batang makan
pada batang tanaman sehingga membuat batang menjadi rapuh dan mudah patah,
selain itu juga dapat mengurangi jumlah nira. Pemakan akar tanaman yaitu
Macrotermes sp. (Isoptera: Termittidae), Lepidiota stigma Fabricius, Eucholora
viridis Fabricius (Coleoptera: Scarabaedidae) dan Tibicens sp (Hemiptera:
Cicadidae). Serangan pada akar tanaman dapat mengurangi kekokohan tanaman
dalam mencengkram tanah sehingga tanaman mudah tumbang serta dapat
mengganggu transportasi unsur hara masuk ke dalam tanaman. Kelompok wereng
daun Perkinsiella saccharicida Kirkadly dan Eumetopina flavipes Muir
(Hemiptera: Delphacidae). Kelompok pemakan daun Valanga nigricornis
Burmeister, Locusta migratoria (Orthoptera: Acrididae), Anticyra combusta
Walker (Lepidoptera: Notodontidae), Spodoptera sp. (Lepidoptera: Noctuidae),
Pyrilla perpusilla Walker (Hemiptera: Lophopidae) dan Dicladispa armigera
(Coleoptera: Chrysomelidae). Kelompok kutukebul Aleurolobus barodensis
Maskell (Hemiptera: Aleyrodidae). Kelompok aphid Ceratovacuna lanigera
Zehntner (Hemiptera: Aphididae). Kelompok kutu (scale) Aulacaspis tegalensis
Zehntner (Hemiptera: Diaspididae), Pulvinaria iceryi Signoret (Hemiptera:
Coccidae) dan Saccharicoccus sacchari (Hemiptera: Pseudococcidae). Kelompok
mamalia yaitu Rattus rattus argentiventer dan Bandicota indica (Muridae:
Rodentia) (Fitzgibbon et al. 1999; Achadian et al. 2011).
Penggerek batang yang merupakan hama penting pada perkebunan tebu di
Indonesia yaitu C. auricilius, C. sacchariphagus, S. excerptalis, S. inferens, dan T.
Schistaceana, kelima penggrek ini penting karena dapat menyebabkan dead
hearts pada tanaman tebu, disebut juga kematian pada titik tumbuh. S. excerptalis
dapat menyebabkan kematian titik tumbuh baik pada tanaman muda maupun
dewasa, sedangkan Chilo spp. hanya menyebabkan kematian titik tumbuh pada
5
tanaman muda. Kelimpahan C. auricilius, C. sacchariphagus dan S. excerptalis
sangat tinggi pada pertanaman tebu di Jawa (Sallam et al. 2010).
Faktor Lingkungan terhadap Serangga
Kehidupan serangga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan baik
langsung maupun tidak langsung (Coakley 1990). Faktor lingkungan terdiri dari
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh yaitu tanaman inang,
sedangkan faktor abiotik yang berpengaruh yaitu curah hujan, temperatur dan
kelembaban.
Serangga memiliki kesesuaian dalam memilih umur tanaman atau bagian
tanaman inang. Serangga sangat selektif dalam memilih makanan karena nutrisi
makanan tersebut akan memengaruhi perkembangan dan reproduksi serangga.
Umumnya serangga fitofag memilih tanaman atau bagian tanaman yang memiliki
kualitas nutrisi yang tinggi seperti pada tanaman muda dan bagian tanaman yang
muda atau sedang tumbuh seperti akar muda, tunas, buah, dan biji atau benih
(Price 2000).
Curah hujan yang tinggi secara langsung dapat menurunkan jumlah populasi
serangga seperti Luciola cruciata dan Sericotathrips staphylinus (Norris et al.
2002; Yuma 2007), sedangkan pengaruh secara tidak langsung dapat
memengaruhi ketersediaan air bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sehingga dapat memengaruhi kesesuaian tanaman sebagai inang bagi serangga
fitofag (Jamieson et al. 2012), serta dapat memengaruhi temperatur dan
kelembaban mikro tanaman. Serangga bersifat poikoloterm, yaitu temperatur
tubuhnya dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Oleh karena itu perubahan
temperatur dapat memengaruhi metabolisme, respirasi, sistem saraf dan sistem
endokrin pada serangga (Neven 2000). Pengaruh secara langsung yaitu dapat
membatasi atau menstimulasi aktivitas instar dan imago, pemencaran serangga di
lingkungan, fenologi dan perkembangan ukuran tubuh, seleksi genetik
kemampuan bertahan hidup pada kondisi cuaca yang kurang sesuai, sedangkan
pengaruh tidak langsung yaitu keberadaan serangga seperti bentuk tanaman,
fenologi tanaman, kualitas makanan, predator, parasitoid dan entomopatogen
(Jaworski & Hilszczański 2013).
Saccharicoccus sacchari Cockerell (Hemiptera: Pseudococcidae)
S. sacchari, Ordo Hemiptera, Famili Pseudococcidae, di Indonesia disebut
juga sebagai kutubabi (Achadian et al. 2011) namun, umunya di Indonesia
serangga ini disebut dengan kutuputih. Serangan berat serangga ini dapat
menyebabkan kerugian pada perkebunan tebu baik pada kondisi fisik atau kimia.
S. sacchari dapat menyebabkan penurunan berat, tinggi, dan jumlah ruas pada
batang tebu, selain itu dapat menurunkan rendemen tebu (El-Dein et al. 2009)
Pengamatan biologi S. sacchari pernah dilakukan oleh Beardsley (1962) di
Hawaii. Hasil penelitian menunjukkan bahwa S. sacchari betina memiliki 4 stadia
instar sedangkan S. sacchari jantan memiliki 5 stadia instar. Penghitungan instar
ditandai dari jumlah eksuvia yang ditemukan pada ruang pemeliharaan setiap
6
individunya. Serangga ini hidup pada batang tebu yang berada diatas permukaan
tanah, menusukkan stiletnya pada jaringan floem, dan memproduksi embun madu
(Abd-Rabou 2008). S. sacchari berkoloni pada jaringan muda pada batang, setelah
panen, serangga dewasa kembali berkolonisasi pada batang ratun yang baru
tumbuh. Pergerakan dan penyebaran di lapangan dibantu oleh semut atau angin.
Oleh karena itu populasi dewasa agregasinya tinggi pada awal pertumbuhan
tanaman ratun (Allsopp 1991).
S. sacchari memiliki warna tubuh merah muda. Memiliki tubuh yang lunak
berbentuk oval dengan selaput lilin menyelimuti tubuhnya. Permukaan tubuhnya
terlihat seperti keriput. Lebar tubuh S. sacchari 258-924 µm, dengan panjang
tubuh 619-1932 µm, jumlah segmen antena 6-9 segmen, dan panjang antena 173262 µm (Rae 1993). Serangga betina tidak memiliki sayap dan jumlahnya
melimpah, namun serangga jantan memiliki sayap (Rajendra 1974). Serangga
jantan sangat jarang ditemukan (Pemberton 1964).
Tabel Neraca Hayati (Life Table)
Mortalitas dan natalitas merupakan parameter yang dapat memengaruhi
kepadatan populasi (Mardiana 1995). Data mortalitas dan natalitas kemudian
disusun ke dalam tabel neraca hayati (life table) untuk mengetahui perubahan
populasi yang terjadi dalam satu generasi.
Southwood dan Henderson (2000) menyatakan ada dua tipe life table yang
pertama yaitu age-specific life table dan time-specific life table. Age-specific life
table (tabel neraca hayati spesifik umur) berdasarkan pada individu-individu
kohort dalam satu generasi. Populasi dapat stabil atau berfluktuasi. Tabel ini
menyediakan perspektif yang memanjang dari kelahiran hingga individu terus
tumbuh sampai tidak ada lagi individu yang hidup pada generasi kohort tersebut
(individu terakhir mati) (Carey 1993). Tipe kedua yaitu time-specific life table
(tabel neraca hayati spesifik waktu) berdasarkan pada kohort bayangan yang
didapat dari membedakan struktur umur pada suatu waktu dari individu sampel
yang didadapat dari mengasumsikan apakah populasi tetap atau banyak generasi
yang tumpang tindih (multi-stage populaton). Pembedaan umur merupakan
prasyarat untuk menyusun tabel neraca hayati spesifik waktu. Tabel neraca hayati
dan keperidian terdiri dari (Southwood & Henderson 2000):
1.
x adalah umur pivotal individu pada kelas umur dalam suatu waktu (hari,
minggu, dsb);
2.
lx adalah jumlah individu yang hidup pada kelas umur selama pengamatan;
3.
mx adalah rata-rata jumlah keturunan yang dihasilkan oleh serangga betina
umur x;
Statistik Demografi
Statistik demografi adalah metode pendugaan yang dilakukan untuk dapat
menduga pertumbuhan suatu populasi Marlena (2014). Populasi merupakan
kumpulan suatu individu dalam spesies yang sama dan saling berinteraksi. Suatu
populasi akan berkembang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya. Laju
7
pertumbuhan intinsik menggambarkan laju peningkatan populasi dengan sumber
daya yang tidak terbatas. Teori Malthus menyatakan persamaan (Price et al.
2011):
= rN
N merupakan jumlah populasi dan r merupakan laju perubahan per individu atau
atau laju pertumbuhan per kapita. Pertumbuhan seperti ini akan terjadi ketika
populasi meningkat didukung dengan faktor yang konstan pada tiap generasinya
atau periode waktunya.
Pertumbuhan suatu populasi dapat dihitung berdasarkan pertumbuhan
betina dalam menghasilkan keturunan, dan setiap serangga memiliki masa
perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu langkah awal dalam mempelajari
perkembangan suatu populasi serangga adalah dengan mengetahui aspek-aspek
demografinya (Friamsa 2009). Aspek demografi yang dapat diperhatikan dari
tabel neraca hayati menurut Huang dan Chi (2012) adalah:
1. Laju Reproduksi Bersih (R0) = ∑lxmx
2. Laju Reproduksi Kotor (GRR) = ∑mx
3. Lama genereasi (T) =
Laju reproduksi bersih (R0) merupakan total anak betina yang dihasilkan
dari rataan induk betina di dalam populasi tersebut atau kemampuan populasi
tersebut berlipat ganda pada generasi selanjutnya (Mariati 1999; Friamsa 2009).
Laju reproduksi kotor (GRR) merupakan kemampuan seluruh betina suatu
populasi dalam satu generasi untuk menghasilkan keturunan. Lama generasi
merupakan waktu yang dibutuhkan populasi tersebut untuk menyelesaikan
generasinya (Carey 1993). Dari persamaan lama generasi didapat bahwa:
r=
Hal ini hanya pendugaan dan akan akurat jika λ mendekati 1 (Marlena 2014). Laju
pertambahan intrinsik (r) merupakan kemampuan pertambahan individu pada
suatu populasi dalam kondisi sumber daya yang tidak terbatas (Carey 1993).
Doubling time merupakan waktu yang dibutuhkan serangga untuk berlipat ganda.
Nilai DT dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Zeng et al. 1993):
=
ln 2
8
9
3
HAMA TANAMAN TEBU DI PT SUMBER SARI
PETUNG, KEDIRI
ABSTRAK
Hama merupakan salah satu faktor pembatas produksi tebu. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari perbedaan serangan dan kepadatan populasi hama
pada tanaman tebu umur muda, umur pertengahan dan tua di musim kering dan
musim basah di PT Sumber Sari Petung, Kediri pada tahun 2014-2015. Hama tebu
yang ditemukan pada saat penelitian sebanyak 11 spesies, 6 diantaranya dijumpai
pada semua umur tanaman tebu dan dikedua musim yaitu Scirpophaga excerptalis,
Chilo auricilius, Chilo sacchariphagus, Tetramoera schistaceana, Saccharicoccus
sacchari and Aulacaspis sp.. Serangan dan kepadatan populasi S. excerptalis tidak
berbeda nyata antar umur tebu dikedua musim. Serangan C. auricilius tidak
berbeda nyata antar umur tebu, tetapi kepadatan populasinya berbeda nyata.
Serangan dan kepadatan populasi C. sacchariphagus berbeda nyata antar umur
tebu. Serangan dan kepadatan populasi T. schistaceana berbeda nyata antar umur
tebu dan antar musim. Serangan S. sacchari tidak berbeda nyata antar umur dan
antar musim, sedangkan kepadatan populasinya berbeda nyata. Serangan
Aulacaspis sp. berbeda nyata antar umur tebu dan antar musim, tetapi kepadatan
populasinya berbeda nyata antar umur tebu.
Kata kunci : kepadatan populasi, musim basah, musim kering, umur tebu
10
3 PEST OF SUGARCANE AT PT SUMBER SARI PETUNG,
KEDIRI
ABSTRACT
Pest problem is one of limiting factors of sugarcane production. Studies
have been conducted to determine the differences of pest infestation and pest
population density three different age strata (young, middle-age and mature) of
sugarcane in dry and wet seasons at PT Sumber Sari Petung, Kediri in 2014-2015.
Eleven species of pest insects were found during the field study, in which 6
species of them, i.e. Scirpophaga excerptalis, Chilo auricilius, Chilo
sacchariphagus, Tetramoera schistaceana, Saccharicoccus sacchari, and
Aulacaspis sp. were found in the three sugarcane age strata in dry and wet seasons.
There were no significantly differences in the infestation and population density
of S. excerptalis among sugarcane age strata and also seasons. There was no
significantly difference in the infestation of C. auricilius in the three sugarcane
age strata, but the population density of C. auricilius was significantly different.
There were significantly differences in the infestation and population density of C.
sacchariphagus in the three sugarcane age strata. There were significantly
differences in the infestation and population density of T. schistaceana among the
sugarcane age strata, and also the seasons. There was no significantly difference
in the infestation of S. sacchari among the sugarcane age strata and also the
seasons, while the population density of S. sacchari was significantly different.
There was significantly difference in the infestation of Aulacaspis sp. among the
sugarcane age strata and also the seasons, but the population density of Aulacaspis
sp. was significantly different among the three sugarcane age strata.
Key words : dry season, population density, sugarcane age strata, wet season
11
Pendahuluan
Hama dapat menyerang berbagai bagian tanaman tebu, oleh karena itu hama
merupakan salah satu hambatan dalam penyediaan tebu yang berkualitas
(Abdullah et al. 2011). Umumnya bagian tanaman yang diserang hama yaitu
bagian akar, batang dan daun. Hama yang menyerang pada bagian akar yaitu
hama uret Lepidiota stigma (Coleoptera: Scarabaediae) dan tonggeret Tibicens sp.
(Hemiptera: Cicadidae) (Saragih 2009; Achadian et al. 2011). Hama tebu yang
menyerang pada bagian batang yaitu penggerek batang Chilo spp., Sesamia
inferens, Tetramoera schistaceana, penggerek pucuk Scirpophaga excerptalis
yang menyerang pada pucuk tanaman (titik tumbuh), kutu perisai Aulacaspis
tegalensis, kutuputih Saccharicoccus sacchari dan tikus Rattus argentiventer
(Fitzgibbon et al. 1999; Handiyana 2000; Achadian et al. 2011). Sedangkan hama
yang menyerang pada daun yaitu kutu kebul Aleurolobus barodensis, kutu bulu
putih Ceratovacuna lanigera, wereng daun Perkinsiella spp., Eumetopina flavipes,
belalang Valanga nigricornis dan belalang kembara Locusta migratoria, kumbang
pemakan daun Dicladispa armigera (Achadian et al. 2011).
Hama penting pada pertanaman tebu di Indonesia menurut Handiyana
(2000) adalah tikus, penggerek batang, dan penggerek pucuk. Tikus sawah, Rattus
argentiventer Rob dan Kloss (Rodentia: Muridae), menyebabkan kerusakan pada
batang tebu bagian bawah berupa gigitan besar di ruas batang yang dimakan tikus
dan gigitan besar bagian atas sehingga menyebabkan robohnya tanaman. Terdapat
5 spesies penting penggerek tebu di Pulau Jawa, dari Ordo Lepidoptera Famili
Pyralidae yaitu penggerek pucuk putih Scirpophaga exerptalis Walker, penggerek
batang bergaris Chilo sacchariphagus Bojer, penggerek batang berkilat Chilo
auricilius Dudgeon, penggerek batang merah jambu Famili Noctuidae, Sesamia
inferens, penggerek batang abu-abu Famili Tortricidae, Tetramoera schistaceana
Snellen dan penggerek batang kuning Famili Crambidae, Chilo infuscatellus.
Penggerek pucuk putih S. exerptalis menyerang pada pucuk tanaman tebu.
Serangan penggerek batang dan penggerek pucuk mengakibatkan turunnya berat
tebu yang dipanen karena pertumbuhan batangnya terganggu. Hama lain yang
menyerang pada tanaman tebu Ordo Hemiptera Famili Cicadidae yaitu Tibicens
sp., Delphacidae Perkinsiella saccharicida Kirkadly, Eumetopina flavipes Muir,
Famili Aphididae Ceratovacuna lanigera Zehtner, Aleyrodidae Aleurolobus
barodensis Maskell, Pseudococcidae Saccharicoccus sacchari Cockerell,
Diaspididae Aulacaspis madiunensis dan Aulacaspis tegalensis (Achadian et al.
2011).
Kelimpahan populasi serangga di lapangan dapat dipengaruhi beberapa
faktor seperti faktor tanaman inang dan lingkungan. Umur tanaman dapat
berpengaruh pada kelimpahan hama, karena serangga akan memilih tanaman yang
sesuai untuk dikonsumsi. Indonesia memiliki curah hujan yang berbeda pada
bulan basah dan bulan kering, hal ini dapat memengaruhi lingkungan kehidupan
hama pada tanaman sehingga berpengaruh pada kelimpahan populasinya
(Trisnaningsih & Kurniawati 2015). Romadhon (2007) menyatakan bahwa iklim
dan cuaca memiliki peranan penting baik langsung maupun tidak langsung
terhadap penyebaran, pemencaran, kelimpahan dan perilaku serangga. Selain itu
pertumbuhan dan perkembangan populasi OPT dipengaruhi oleh interaksi antara
OPT itu sendiri, tanaman, sistem budidaya dan musuh alami.
12
PT Sumber Sari Petung merupakan salah satu perkebunan tebu yang ada di
Kediri, Jawa Timur. Informasi mengenai jenis dan kelimpahan populasi hama
tanaman dalam musim yang berbeda penting untuk diketahui, namun informasi ini
belum tersedia di perkebunan ini. Informasi ini sangat penting berkaitan dengan
tindakan pengendalian yang akan dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari jenis hama yang menyerang tanaman tebu dan
perbedaan serangan serta kepadatan populasi hama penting tanaman tebu pada
musim kering dan musim basah serta pada umur tanaman tebu yang berbeda.
Bahan dan Metode
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di perkebunan swasta milik PT Sumber Sari Petung,
Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri dan Laboratorium Biosistematika
Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 – Maret 2015.
Metode Penelitian
Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui jenis hama dan jumlah
populasinya. Pengamatan lapangan dilakukan di perkebunan tebu PT Sumber Sari
Petung. Pengambilan data dilakukan pada musim kering (September-Oktober
2014) dan musim basah (Februari-Maret 2015). Pada pengamatan lapangan
digunakan teknik pengamatan langsung pada rumpun contoh yang telah
ditentukan.
Tanaman tebu yang diamati yaitu tebu ratun varietas Bululawang (BL).
Tanaman dibagi ke dalam 3 rentang umur yaitu muda (1-4 bulan), umur
pertengahan (5-9 bulan) dan tua (>9 bulan). Tanaman tebu ratun tidak melewati
fase perkecambahan, umur 1-4 bulan merupakan fase pembentukan dan
pertumbuhan anakan, umur 5-9 bulan fase pemanjangan batang dan pematangan,
umur diatas 9 bulan merupakan fase matang (Rossler 2013; Samad 2013).
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan faktorial dengan 3 ulangan.
Setiap rentang umur tanaman diamati dalam 3 blok sebagai ulangan. Tiap blok
diambil 3 amplang, dimana setiap amplang diambil 3 baris, dan tiap baris diambil
3 rumpun secara acak sistematis untuk diamati jenis dan populasi hamanya
(Gambar 1). Amplang merupakan kelompok barisan tempat tebu ditanam. Ukuran
panjang tiap amplang tebu yaitu 16 m. Pengamatan dilakukan 2 kali pada musim
kering dan basah, sehingga didapat seluruh blok yang diamati berjumlah 18 blok
dengan 486 rumpun tanaman contoh.
Pengamatan hama dilakukan dengan metode pengamatan langsung, dari atas
permukaan tanah hingga ujung daun dan pucuk. Pengamatan meliputi jumlah
populasi suatu hama per rumpun, jika tidak ditemukan serangga hama maka
dilakukan pengamatan gejala sebagai contoh lubang gerekan, gigitan, dan titik
tusuk pada tulang daun.
13
Keterangan:
: rumpun contoh
: barisan tanaman tebu
Amplang 1
Amplang 2
Amplang 3
Gambar 1 Titik pengambilan sampel hama tanaman tebu per blok
Anakan dan batang yang terdapat gejala atau tanda pada rumpun diamati,
dan dilakukan pengambilan serta pembedahan dengan menggunakan pisau atau
parang (Gambar 2) jika terlihat ada lubang gerekan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui jenis penggerek batang yang menyerang.
Gambar 2 Pembedahan batang yang terdapat lubang gerekan
Banyaknya tanaman tebu yang terserang menunjukkan besarnya persentase
serangan hama pada tanaman tersebut. Persentase serangan hama dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:
Serangan hama =
total tanaman terserang
total tanaman yang diamati
x 100%
Hasil dan Pembahasan
Hama pada berbagai umur tanaman dan musim yang berbeda
Hama yang ditemukan menyerang tanaman tebu di perkebunan tebu PT
Sumber Sari Petung adalah Valanga nigricornis, Dicladispa sp., Scirpophaga
exerptalis, Chilo auricilius, Chilo sacchariphagus, Tetramoera schistaceana,
Perkinsiella sp., Aleuroloubus sp., Saccharicoccus sacchari, Aulacaspis sp., dan
Ceratovacuna sp. (Tabel 1). Bagian tanaman tebu yang diserang meliputi pucuk,
tunas, daun dan batang. Hama tebu pada musim kering dapat ditemukan juga pada
musim basah kecuali Ceratovacuna sp., karena kepadatan populasinya yang
sangat rendah.
Sebagian besar hama dapat menyerang tanaman tebu sepanjang musim baik
musim kering maupun musim basah dan dapat pula menyerang pada berbagai fase
umur tanaman. Tebu memiliki daun sepanjang musim oleh karena itu keberadaan
14
V. nigricornis, Dicladispa sp., Perkinsiella sp. dan Aleurolobus sp. terus bertahan.
Selain itu, V. Nigricornis dan Dicladispa sp., merupakan serangga polifag
sehingga saat tebu dipanen serangga ini dapat hidup pada inang lain. S. exerptalis
menyerang pucuk tanaman dan mengakibatan kematian pucuk. Pucuk yang mati
ini akan menginduksi mata tunas dibawahnya untuk tumbuh membentuk pucuk
baru (siwilan), hal ini mengakibatkan pucuk terus tersedia hingga tanaman tua. C.
auricilius dapat hidup pada tunas tanaman muda namun pada tanaman umur
pertengahan dan tua serangga ini hidup di dalam batang tanaman. Kemampuan
seperti ini menguntungkan bagi C. auricilius untuk tetap bertahan dalam
pertanaman tebu. C. auricilius dapat hidup pada sisa tanaman tebu (tunggul) di
bawah tanah sebelum tanaman ratun tumbuh.
Tabel 1 Hama tanaman tebu pada umur dan musim yang berbeda
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama hama
Belalang (Orthoptera: Acrididae)
Valanga nigricornis
Kumbang pemakan daun
(Coleoptera: Chrysomelidae)
Dicladispa sp.
Penggerek pucuk putih
(Lepidotera: Pyralidae)
Scirpophaga excerptalis
Penggerek batang berkilat
(Lepidoptera: Pyralidae)
Chilo auricilius
Penggerek batang bergaris
(Lepidoptera: Pyralidae)
Chilo sacchariphagus
Penggerek batang abu-abu
(Lepidoptera: Tortricidae)
Tetramoera schistaceana)
Wereng daun (Hemiptera:
Delphacidae) Perkinsiella sp.
Kutu hitam (Hemiptera:
Aleyrodidae) Aleurolobus sp.
Kutu babi (Hemiptera:
Pseudococcidae)
Saccharicoccus sacchari)
Kutu perisai (Hemiptera:
Diaspididae) Aulacaspis sp.
Kutu bulu putih (Hemiptera:
Aphididae) Ceratovacuna sp.
Keterangan: K
B
X
= musim kering
= musim basah
= ada
= tidak ada
Umur Tanaman
Muda
Pertengahan
Musim
K
B
K
B
K
B
Daun
Daun
X
Pucuk /
titik
tumbuh
Batang dan
pucuk
Batang
X
Batang
X
X
Daun
Daun
X
Batang dan
tunas
X
Batang
X
Daun
X
X
X
X
X
Bagian
tanaman
terserang
Tua
15
Hama memiliki kesesuaian makan pada umur tanaman tebu, seperti
penggerek batang dan kutu. Umur tanaman berkaitan dengan nutrisi yang
dibutuhkan serangga. Penggerek batang, kutuputih dan kutuperisai lebih
menyukai tanaman umur pertengahan dan tua. Batang tanaman umur pertengahan
dan tua mengandung sukrosa sehingga lebih disukai oleh penggerek batang, kutu
babi dan kutu perisai. Ikhtiyanto (2010) menyatakan bahwa fase pematangan
sukrosa untuk tebu (plant cane murni) yang dipanen umur 12 bulan, berlangsung
dari tanaman umur 9 bulan hingga 12 bulan. Fase pematangan sukrosa pada tebu
ratun terjadi sebelum umur 9 bulan karena tebu ratun dipanen mulai umur 10
bulan. Oleh karena itu hama pada batang te