Analisa Pengaruh Penilaian Prinsip 5c Terhadap Non Perfoarming Loan Pada Pt Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kcp Baranangsiang Bogor

ANALISA PENGARUH PENILAIAN PRINSIP 5C TERHADAP
NON PERFOARMING LOAN PADA PT BANK RAKYAT
INDONESIA (PERSERO) TBK KCP BARANANGSIANG
BOGOR

ERNAWATI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisa
Pengaruh Penilaian Prinsip 5C Terhadap Non Perfoarming Loan pada PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk KCP Baranangsiang Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Ernawati
NIM H24114037



Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
ERNAWATI. Analisa Pengaruh Penilaian Prinsip 5C Terhadap Non Perfoarming
Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk KCP Baranangsiang Bogor.

Dibimbing oleh Farida Ratna Dewi.
Penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit, dilakukan oleh suatu tim atau
bagian organisasi perkreditan terhadap permohonan kredit yang diajukan dengan
tujuan untuk menilai kondisi calon debitur. Analisis kredit ini dikenal dengan
prinsip 5C yang terdiri dari Character, Capital, Collateral, Capacity, dan
Condition of Economy, Dari prinsip 5C dimaksudkan agar pemberian kredit
tersebut mencapai sasaran yaitu dapat terarah, memberikan hasil dan aman.
Dengan adanya penilaian debitur berdasarkan prinsip 5C, diharapkan terjadinya
kredit bermasalah atau non perfoarming loan tidak terjadi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis prinsip 5C yang diimplementasikan dalam proses
penilaian calon debitur dan menganalisis pengaruh antara penilaian berdasarkan
prinsip 5C terhadap Non Perfoarming Loan pada PT Bank Rakyat Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Regresi Berganda.
Kuesioner didistribusikan kepada 30 debitur BRI yang memiliki kriteria kredit
bermasalah dengan tingkat kolektibilas kredit kurang lancar, diragukan dan macet.
Berdasarkan analisis pengaruh penilaian prinsip 5C terhadap terjadinya Non
Perfoarming Loan dengan menggunakan metode regresi berganda, diketahui
bahwa character (X1), capacity (X2), capital (X3), collateral (X4), dan condition
of economy (X5) secara serentak mempengaruhi Non Perfoarming Loan.
Pengaruhnya diantaranya yaitu character berpengaruh negatif terhadap non

perfoarming loan, capacity berpengaruh negatif terhadap non perfoarming loan,
capital memiliki pengaruh positif terhadap non perfoarming loan, collateral dan
condition of economy memiliki pengaruh negatif terhadap terjadinya non
perfoarming loan.
Kata kunci : Non Perfoarming Loan, Prinsip 5C, PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk

ABSTRACT
ERNAWATI. Analysis of the influence of judgement the principle of the 5C of
non performed Loans at PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk KCP
Baranangsiang Bogor. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.
Credits assessment also called credit analysis, conducted by a team or part of the
credit organization loan application filed with the objective to assess the condition
of new debtor. Credit analysis is known as the 5C principle consisting of
Character, Capital, Collateral, Capacity, and the Condition of Economy. The
purpose of 5C principle is to achieve the objectives of the credit that can be
targeted, and give safe results. Based on the assessment of 5C principle,
expected that occurrence of non-performing loans never happen. This research
aim to analyze the implementation of 5c in the assessment to process of
prospective debtor and analyze the effect of self assessment based on the principle


of non perfoarming Loan in PT Bank Rakyat Indonesia. This research was
conducted by using the method of regression analysis. Questionnaires were
distributed to 30 BRI debtors who has trouble credit criteria to rate credits
substandard, doubtful and loss. Based on analysis of the influence of judgement
the principle of the 5C of non performed loans by using the method of regression
analysis, it is known that the character (X1), capacity (X2), capital (X3), collateral
(X4), and the condition of economy (X5) simultaneously affecting of nonperformed credit. Character has a negative influence of non perfoarming loan.
Capacity has a negative influence of non perfoarming loan, capital has a positive
influence of non perfoarming loan, collateral and condition of economy has a
negative effect on the occurrence of non perfoarming loan.
Keywords : Non Perfoarming Loan, Principle 5C, PT Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk.

ANALISA PENGARUH PENILAIAN PRINSIP 5C TERHADAP
NON PERFOARMING LOAN PADA PT BANK RAKYAT
INDONESIA (PERSERO) TBK KCP BARANANGSIANG BOGOR

ERNAWATI


Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
segala karunia-NYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai Maret
2014 ini adalah keuangan, dengan judul Analisa Pengaruh Penilaian Prinsip 5C
Terhadap Non Perfoarming Loan Pada PT Bank Rakyat Indonesia KCP
Baranangsiang Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM
selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. dan Bapak
Nurhadi, MM yang telah banyak memberi saran. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Teguh Mulyadi beserta staf PT Bank Rakyat
Indonesia KCP Baranangsiang Bogor yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Akhir kata semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan
membalas semua pihak yang telah memberi doa, bantuan dan dukungan kepada
penulis. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkannya.

Bogor, Juli 2014
Ernawati

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vii


DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat

4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
METODE PENELITIAN


4
4
6

Kerangka Pemikiran Penelitian

6

Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Jenis dan Sumber Data

8

Metode Pengumpulan Data

8


Uji Validitas

8

Uji Reliabilitas

9

Analisis Regresi Berganda

9

Variabel

11

Hipotesis

11


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Perusahaan

11
11

Sejarah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

11

Gambaran Umum Kantor BRI KCP Baranangsiang

12

Produk Usaha BRI

12

Implementasi Prinsip 5C pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 14
Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit

14

Analisis Pengaruh Penilaian Prinsip 5C Terhadap Terjadinya Non
Perfoarming Loan (NPL) pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
KCP Baranangsiang
19

Model Regresi

19

Uji Kelayakan Model

21

Pengujian Secara Simultan (Uji F)

21

Pengujian Hipotesis

22

Implikasi Manajerial
KESIMPULAN DAN SARAN

23
24

Kesimpulan

24

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

27

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Hasil Koefisien Regresi Variabel Independen
Koefisien Determinasi
Hasil Uji F
Perhitungan t test (uji t)

19
21
21
22

\

DAFTAR GAMBAR
1
2

Rasio NPL KCP Baranangsiang Bogor
Kerangka Pemikiran Penelitian

3
7

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4

Kuesioner
Struktur organisasi BRI KCP Barannagsiang Bogor
Karakteristik Responden Nasabah BRI KCP Baranangsiang Bogor
Data NPL PT BRI (Persero) Tbk

28
32
35
37

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penggerak sektor riil yang memiliki peranan penting dalam suatu negara
adalah sistem perbankan. Bank berfungsi sebagai lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
untuk membantu kebutuhan dana guna menunjang pengembangan usaha dan
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Bentuk penyaluran dana ke masyarakat adalah dalam bentuk kredit. Menurut
peraturan Undang-undang no.10 tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud
dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sebagaimana kita ketahui
bahwa sebagian besar dari sumber dana yang dimiliki bank pengalokasian terbesar
adalah ke dalam pos kredit yang diberikan. Hal ini terjadi karena, kredit
merupakan sumber pendapatan bank yang terbesar (Boy Loen dan Sonny
Ericson,2005). Oleh karena itu, bank sangat berhati-hati dalam memutuskan
pemberian kredit kepada nasabah, hal ini dilakukan agar bank tidak dibebani oleh
biaya karena risiko kredit bermasalah yang dapat mengakibatkan pendapatan bank
menurun.
Bagi bank umum, kredit merupakan salah satu sarana untuk menyalurkan
dana produktif yang dimiliki bank kepada masyarakat. Sehingga dalam
pelaksanaanya memerlukan prosedur atau proses yang harus dilalui oleh debitur
atau calon debitur. Dalam proses pemberian kredit bank melakukan prosedur
analisis untuk setiap pengajuan kredit. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan
informasi yang tepat dan mencegah terjadinya risiko kredit bermasalah atau Non
Performing Loan (NPL).
Kredit bermasalah atau NPL terjadi terutama disebabkan oleh faktor
manajemen bank dalam melakukan analisis kredit yang tidak akurat, faktor
pengawasan kredit yang lemah, analisis laporan keuangan yang tidak memadai
dan kompetensi dari sumber daya manusia yang masih lemah. Kredit macet dalam
jumlah yang besar akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik
dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.
Dengan adanya kredit macet, kegiatan bank akan terhambat sebab keuntungan
utama suatu bank diperoleh akan menurun. Selain itu, dampak psikologis yang
akan terjadi adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank
tersebut.
Semakin meningkatnya NPL yang dihadapi perbankan nasional
berpengaruh terhadap tersendatnya penyaluran kredit. Untuk NPL Bank Indonesia
telah menentukan maksimal sebesar 5%. NPL ini menunjukan bahwa kemampuan
bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga
semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk likuiditas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu bank
terbesar dan tersebar di seluruh Indonesia, tingkat persentase NPL pada bank ini

2

cenderung rendah di bawah 5% dari batas yang telah ditentukan oleh Bank
Indonesia.
Penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit, dilakukan oleh suatu tim
atau bagian dalam organisasi perkreditan terhadap permohonan kredit yang
diajukan dengan tujuan untuk menilai kondisi calon debitur. Analisis kredit ini
dikenal dengan prinsip 5C yang terdiri dari Character, Capital, Collateral,
Capacity, dan Condition of Economy (Munawir 2010), dari 5C ini dimaksudkan
agar pemberian kredit tersbut mencapai sasaran yaitu dapat terarah, memberikan
hasil dan aman. Agar tujuan analisis kredit tercapai, perlu persiapan analisis
berupa pengumpulan informasi atau data sebagai bahan analisis dengan
menggunakan teknik-teknik penganalisaan yang mencakup baik analisis kualitatif
maupun kuantitatif.
Dengan adanya penilaian calon debitur berdasarkan prinsip 5C,
diharapkan terjadinya kredit bermasalah atau NPL tidak pernah terjadi. Namun,
pada kenyataannya masih banyak debitur yang tidak memenuhi kewajibannya
melakukan pembayaran pinjaman sehingga terjadinya kredit bermasalah.
Berdasarkan hal tersebut peneliti bertujuan menganalisa pengaruh
penilaian prinsip 5C terhadap NPL pada PT Bank rakyat Indonesia (persero) Tbk
Kantor Cabang Pembantu Baranangsiang menjadi tempat peneliti dalam
melakukan penelitian karena salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Bank
Rakyat Indonesia KCP Baranangsiang adalah terkait kredit bermasalah.

Perumusan Masalah
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk KCP Baranangsiang Bogor
merupakan bank yang sudah berdiri 5 tahun sejak didirikan tahun 2008 dibawah
suvervisi Bank BRI Kantor Cabang Bogor Pajajaran Bogor. Bank BRI KCP
Baranangsiang merupakan salah satu KCP yang ada di Bogor dengan tingkat NPL
yang cukup tinggi. Salah satu masalah yang dihadapi KCP ini adalah terkait
kegiatan perkreditan. Manajemen bank yang baik serta penilaian calon debitur
yang tepat perlu diterapkan agar peningkatan kredit tidak dibarengi dengan
peningkatan non perfoarming loan. Tingginya NPL akan berdampak pada
semakin buruknya kualitas kredit yang diberikan kepada debitur sehingga
munculnya kredit bermasalah akan semakin meningkat. Besarnya NPL pada PT
Bank BRI KCP Baranangsiang Bogor pada tahun 2013 dapat dilihat pada
gambar1.

3

Rasio NPL KCP Baranangsiang Bogor 2009-2013
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

8.42
6.62

3.06
1.15

1.03

2009

2010

2011

2012

2013

sumber : Annual report Bank BRI, 2013 (diolah)
Pada gambar 1 dapat dijelakan bahwa rasio NPL pada tahun 2009 sangat
rendah dengan nilai 1,15% dan turun kembali pada tahun 2010 sebesar 1,03%.
Pada tahun 2011 rasio NPL naik sebesar 3,06% tetapi masih dibawah persentase
maksimum yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Pada
tahun 2012 NPL naik cukup tinggi sebesar 8,42% dan turun sebesar 6,62% pada
tahun 2013. NPL tertinggi terjadi pada tahun 2012 dan terendah terjadi pada tahun
2009. Bank Indonesia telah menetapkan maksimal NPL yaitu sebesar 5%,
sehingga upaya untuk terus mencegah terjadinya peningkatan NPL tetap harus
dilakukan. Salah satunya yaitu dengan menerapkan prinsip 5C yaitu menilai
watak (character), kemampuan (capacity), modal (capital), agunan (collateral)
dan prospek usaha (condition) dari calon debitur. Untuk mencegah terjadinya
kredit bermasalah. Sehingga perumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini yaitu:
Perumusan masalah yang akan di bahas pada penelitin ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah analisis prinsip 5C diimplementasikan dalam proses penilaian calon
debitur pada PT Bank Rakyat Indonesia KCP Baranangsiang Bogor?
2. Apakah terdapat pengaruh antara penilaian berdasarkan analisis prinsip 5C
terhadap NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia KCP Baranangsiang Bogor?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diantaranya yaitu:
1. Menganalisis prinsip 5C yang diimplementasikan dalam proses penilaian
calon debitur pada PT Bank Rakyat Indonesia KCP Baranangsiang Bogor.
2. Menganalisis pengaruh antara penilaian berdasarkan prinsip 5C terhadap NPL
pada PT Bank Rakyat Indonesia KCP Baranangsiang Bogor.

4

Manfaat
Suatu penelitian yang dilakukan harus dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya manajemen keuangan, terutama bagi para akademisi
yang ingin menganalisis pengaruh antara penilaian berdasarkan prinsip 5C
terhadap NPL.
2. Secara praktis merupakan masukkan dan evaluasi bagi PT Bank Rakyat
Indoneisa KCP Baranangsiang Bogor terhadap prinsip 5C sebagai landasan
dalam mengambil langkah untuk meminimalisir terjadinya NPL.

Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang dikaji yaitu berkaitan dengan penerapan prinsip
5C yaitu Character, Capital, Collateral, Capacity, dan Condition of Economy
terhadap terjadinya non perfoarming loan pada jenis Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Data yang diambil untuk penelitian adalah data debitur tahun 2013. Data tersebut
akan digunakan untuk mengidentifikasi munculnya kredit bermasalah pada PT
Bank Rakyat Indonesia KCP Barangsiang. Kredit bermasalah yang akan dibahas
antara lain kredit yang memiliki kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan
macet.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu
Pandi Afandi (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Implementasi 5C Bank BPR Dalam Menentukan Kelayakan Pemberian Kredit
pada Nasabah (Studi Kasus Pada PD BPR Bank Salatiga dan PT BPR Kridaharta
Salatiga)”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui
apakah factor 5C sebagai penentu kelayakan dalam pemberian kredit kepada
nasabah PD BPR Bank Salatiga dan PT BPR Kridaharta Salatiga. Penelitian
dilakukan menggunakan metode Uji Mann-Whitney untuk menguji dua sampel
yang tidak berhubungan dengan menguji apakah factor 5C yang
diimplementasikan oleh PD BPR Bank Salatiga dan BPR Kridaharta ada
kesamaan atau berbeda. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan dalam pemberian kredit antara PD BPR bank Salatiga
dengan PT BPR Kridaharta Salatiga baik dari aspek Character, Capacity, Capital
dan Colateral nasabah masing-masing nasabah BPR PD Bank Salatiga dan PT
BPR Kridaharta Salatiga.
Rosita Ayu Saraswati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Peranan
Analisis Laporan Keuangan, Penilaian Prinsip 5C calon Debitur dan Pengawasan
Kredit terhadap Efektifitas Pemberian Kredit Pada PD BPR Bank Pasar
Kabupaten Temanggung”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
pentingnya posisi keuangan bagi perbankan dalam menyetujui permohonan kerdit,

5

mengetahui prosedur penilaian laporan keuangan calon debitur yang dilakukan
oleh bank, mengetahui bagaimana bank melakukan penilaian terhadap prinsip 5C
calon debitur, mengerahui keefektifitasan pengawasan kredit yang dilakukan oleh
bank serta memebantu pihak bank dalam mengurangi kemungkinan terjadinya
kredit macet. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan
mengumpulkan, menganalisis, serta menyajikan data sehingga dapat memeberi
gambaran yang cukup jelas mengenai perkreditan. Dari hasil penelitian
menyebutkan bahwa proses analisis laporan keuangan, prosedur penilaian laopran
keuangan dan penilaian prinsip 5C kepada calon debitur di PD BPR Bank Pasar
sudah cukup memadai dan cukup efektif. Pengawasan kredit yang dilakukan oleh
Bank Pasar masih dirasa kurang efektif, karena pengawasan yang dilakukan
hanyalah pengawasan secara langsung, yaitu pengawasan dengan melihat
kelancaran pembayaran angsuran dari debitur tanpa ada pengawasan langsung
yang berupa on the spot. Proses pemberian kredit di PD BPR Bank Pasar
Kabupaten Temanggung sudah memenuhi persyaratan pemberian kredit ini juga
dapat dilihat dari laporan keuangan Bank Pasar yang menunjukan angka 94%
pada LDR dan 4,89% pada NPL hal ini menunjukan 100% kredit yang diberikan
oleh Bank Pasar sudah merupakan kredit yang efektif.
Sabrina Ning Ayunda Dewi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisa Pengaruh Penilaian Prinsip 5C Terhadap Kredit Macet Pada PT BPRS
Attaqwa Garuda Utama”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis
prinsip 5C yang diimplementasikan dalam proses penilaian calon debitur,
pengaruh antara penilaian prinsip 5C tergadap kredit macet serta menganalisis
kinerja keuangan PT BPRS Attaqwa pada tahun 2012. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode uji validitas dan reliabilitas serta analisis regresi
berganda untuk mengkaji hubungan antara variable dan meramal suatu variabel
Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistika yang
seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan
meramal suatu variabel. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa prinsip 5C
dalam proses penilaian calon debitur dilakukan dengan menggunakan persyaratan
dan prosedur pemberian kredit dan menganalisa kredit berdasarkan kemauan, niat
bayar dan kemampuan untuk membayar. Selain itu, dari hasil penelitian diketahui
bahwa character, capacity, capital berpengaruh positif terhadap kredit macet,
sedangkan collateral dan condition of economy memiliki pengaruh negative
terhadap kredit macet. Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan, dapat
diketahui bahwa rasio NPF perusahaan mengalami perubahan yang disebabkan
oleh penurunan dan peningkatan kredit bermasalah. Current ratio mengalami
perubahan yang disebabkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah kewajiban
lancar. Rasio ROA mengalami perubahan yang disebabkan adanya peningkatan
dan penurunan total aktiva. serta rasio BOPO mengalami perubahan yang
disebabkan oleh biaya operasional perusahaan. Rasio CAR mengalami perubahan
yang disebabkan oleh peningkatan dan penurunan jumlah ATMR dan modal.
Nur Ariani Aqidah (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Implikasi
Kebijakan Pemberian Kredit dan Pengaruh Loan To Deposit Ratio Terhadap Non
Performing Loan Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang
Makasar”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis kebijakan pemberian
kredit yang diterapkan oleh perusahaan dan pengaruh loan to deposit ratio
terhadap non performing loan serta membantu dan sekaligus sebagai dasar dalam

6

pengambilan keputusan dalam kebijakan pemberian kredit sehingga diperoleh
tingkat non performing loan yang rendah di masa yang akan datang. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif untuk menganalisis
kebijakan pemberian kredit pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang
Makasar dengan mengacu pada kondisi perusahaan dan hasil wawancara yang
dilakukan penulis. Selain itu juga penulis menggunakan analisis regresi sederhana
untuk melihat pengaruh hubungan antara variable independen kebijakan
pemberian kredit (Loan to Deposit Rasio) terhadap variable dependen (Non
Performing Loan). Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui implikasi kebijakan
pemberian kredit pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sudah cukup
baik sesuai dengan teori-teori yang ada. Tingkat loan to deposit ratio berpengaruh
signifikan terhadap non performing loan pada PT Bank Tabungan negara Cabang
Makasar.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank berfungsi sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk membantu
kebutuhan dana guna menunjang pengembangan usaha dan pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Bentuk penyaluran dana ke masyarakat adalah dalam bentuk kredit.
Kredit merupakan jasa yang diberikan oleh bank dengan meminjamkan sejumlah
dana kepada nasabah, dengan syarat bahwa nasabah dalam mengembalikan dana
tersebut harus membayarkan angsuran bunga atau sekaligus ditambah bunga
kredit yang telah ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Ketidakmampuan
nasabah dalam mengembalikan angsuran sehingga terjadinya kredit macet kerap
kali menjadi masalah yang tidak pernah lepas dari perbankan khususnya PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk KCP Baranangsiang Bogor.
Penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit dilakukan oleh pihak
perbankan terhadap permohonan kredit yang diajukan dengan tujuan untuk
menilai kondisi calon debitur dan untuk menghindari terjadinya default yang
disebabkan ketidakmampuan debitur memenuhi kewajibannya sesuai yang
disepakati sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit. Agar tujuan analisis
tercapai, perlu dilakukan analisis berupa pengumpulan data atau informasi sebagai
bahan analisis. Analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 5 C
yang terdiri dari watak (character), kemampuan (capacity), modal (capital),
agunan (collateral), dan prospek usaha (condition) dari debitur.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh penilaian prinsip
5C terhadap NPL pada PT Bank rakyat Indonesia KCP Baranangsiang Bogor.
NPL tersebut diolah menggunakan metode regresi berganda, dimana penelitian
tersebut dapat diketahui apakah terdapat pengaruh antara penilaian prinsip 5C
terhadap NPL. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

7

PT Bank Rakyat Indonesia KCP
Barangsiang

Jenis Produk Pinjaman di BRI KCP
Baranangsiang

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Kredit Usaha Rakyat

Analisis kredit
berasarkan
prinsip 5C:
- Character
- Capacity
- Capital
- Collateral
- Condition

Penilaian
nasabah

Tepat

Tidak terjadi
NPL

Tidak tepat

NPL

Rekomendasi bagi perbankan

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis
regresi
berganda

8

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
KCP Barangsiang Bogor yang berlokasi di Jl Raya Pajajaran No 78 O Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Maret
2014.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebar kuesioner
kepada responden untuk mengukur pengaruh penilaian prinsip 5C terhadap NPL
Sedangkan data sekunder untuk melengkapi data primer dalam penulisan skripsi
ini.
Sumber data dari penelitian ini berasal dari data responden yaitu nasabah
pinjaman PT Bank Rakyat Indonesia KCP Baranangsiang Bogor yang mempunyai
tingkat kolektibilitas kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Sumber data lain
sebagai pendukung kelengkapan data dalam penelitian ini didapatkan melalui
annual report PT Bank Rakyat Indonesia KCP Baranangsiang Bogor, buku,
jurnal, skripsi, dan internet.

Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diambil dengan menggunakan metode
wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak karyawan PT Bank Rakyat
Indonesia KCP Baranangsiang Bogor dan pihak nasabah. Jumlah responden yang
diambil berasal dari nasabah yang mempunyai kriteria kolektibilitas kredit kurang
lancar, diragukan dan macet yang berjumlah 30 orang dan karyawan yang
melakukan analisis kredit sebanyak 4 orang.
Kriteria responden nasabah NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia KCP
Baranangsiang Bogor adalah untuk nasabah Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit
Investasi (KI), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sedangkan, untuk kriteria
responden karyawan yaitu bagian account officer, administrasi kredit (ADK), dan
pimpinan cabang pembantu BRI KCP Baranangsiang Bogor.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawab kuisioner.
Data yang diperoleh menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang. Jawaban dari setiap instrumen
pertanyaan mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif.

Metode Analisis Data
Uji Validitas
Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kemampuan alat tersebut untuk
mengukur obyek yang diukur dengan cermat dan tepat. Tahap awal dalam
pengolahan data adalah dengan menguji validitas kuesioner. Validitas

9

menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur (Umar
2003). Uji validitas diketahui dengan cara menghitung nilai korelasi (r) antara
data pada masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik
korelasi Product Moment Pearson sebagai berikut :
...........................................................................(1)


Keterangan :
r = Koefisien validitas yang dicari.
n = Jumlah responden.
X = Skor masing-masing pertanyaan X.
Y = Skor masing-masing pertanyaan Y.
Uji Reliabilitas
Setelah menguji alat ukur dan alat ukur tersebut dinyatakan valid, maka
selanjutnya adalah menguji keandalan (reliabilitas) alat ukur tersebut. Reliabilitas
adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur
gejala yang sama, setiap alat ukur harus memiliki kemampuan untuk memberikan
hasil pengukuran yang konsisten (Umar 2003). Reliabilitas pada dasarnya adalah
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pada penelitian
menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan bantuan menggunakan Software
SPSS versi 16, dimana reliabilitas variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai
Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
...............................................................................................(2)
Keterangan :
R 11
= Reliabilitas instrument.
k
= Banyak butir pertanyaan.
= Jumlah ragam total.
= Jumlah ragam butir.
Rumus untuk mencari nilai ragam adalah :
.......................................................................................................(3)
Keterangan :
= Ragam.
n = Jumlah contoh (responden).
X = Nilai skor yang dipilih.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi adalah teknik yang sering digunakan dalam penelitian
untuk mengkaji hubungan antara beberapa variable dan meramal variabel. Pada
penelitian ini penulis menggunakan analisis regresi berganda dengan tujuan untuk
melihat hubungan fungsi antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu
variabel independen, dimana NPL sebagai variabel dependen sedangkan prinsip
character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy sebagai variabel
independen. Persamaan regresi berganda merupakan persamaan regresi dengan
menggunakan dua atau lebih variabel independen. Bentuk umum persamaan
regresi berganda ini adalah :

10

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + e ............................................(4)
Keterangan :
Y
: Variabel dependen.
a
: Koefisien konstanta.
b1...b5 : Koefisien regresi.
X1
: Koefisien character.
X2
: Koefisien capacity.
X3
: Koefisien capital.
X4
: Koefisien collateral.
X5
: Koefisien condition of economy.
e
: Error.
Analisis regresi berganda dilakukan menggunakan software SPSS versi 16.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara
parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F).
1. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas
berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai
berikut:
a. Ho = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat.
b. Ho = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
c. Menentukan level of significance α = 5%.
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
a. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya variabel
bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
b. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel. Artinya variabel
bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
2. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis
sebagai berikut:
a. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = 0, artinya tidak ada pengaruh
secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.
b. Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ b7 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara
signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.
c. Menentukan level of significance α = 5%.
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
a. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel. Artinya variabel
bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat.
b. Ho ditolak dan Ha diterima apabila F hitung > F tabel. Artinya variabel
bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikat.

11

Variabel
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan diantaranya
variabel independen dan variabel dependen (tertera dalam Lampiran 1), yaitu :
a. Variabel Independent (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel
dependen. Variabel independen terdiri dari : Character (X1), Capacity (X2),
Capital (X3), Collateral (X4) dan Condition of Economy (X5).
b. Variabel Dependent (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel ini adalah NPL (Y).

Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji yaitu :
1. H10 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian prinsip 5C terhadap NPL
secara keseluruhan.
2. H11 : Terdapat pengaruh antara penilaian prinsip 5C terhadap NPL secara
keseluruhan.
3. H20 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian character dan NPL.
4. H21 : Terdapat pengaruh antara penilaian character dan NPL.
5. H30 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian capacity dan NPL.
6. H31 : Terdapat pengaruh antara penilaian capacity dan NPL
7. H40 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian capital dan NPL.
8. H41 : Terdapat pengaruh antara penilaian capital dan NPL.
9. H50 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian collateral dan NPL.
10. H51 : Terdapat pengaruh antara penilaian collateral dan NPL.
11. H60 : Tidak terdapat pengaruh antara penilaian condition dan NPL.
12. H61 : Terdapat pengaruh antara penilaian condition dan NPL.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Perusahaan
Sejarah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Bank Rakyat Indonesia atau yang sekarang ini dikenal dengan nama Bank
BRI didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah pada Tanggal 16 Desember 1895 oleh
seorang patih yang bernama Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Semula, bank ini
bernama Hulpen Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank
Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia
(pribumi). Setelah masa kemerdekaan, bank ini menjadi bank pertama milik
pemerintah. Hal itu dikuatkan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 1
Tahun 1946 Pasal 1 yang menerangkan bahwa bank yang didirikan oleh Raden
Aria Wirjaatmadja ini menjadi bank milik pemerintah.

12

Tahun 1948, terjadi perang kemerdekaan yang mengakibatkan kegiatan
Bank Rakyat Indonesia terhenti dan mulai aktif kembali beroperasi setelah
Perjanjian Renville pada 1949. Beroperasinya kembali bank ini diikuti dengan
perubahan nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu, melalui
Perpu Nomor 41 Tahun 1960, dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN)
yang merupkan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan, dan Nederlandsche
Maatschappij (NHM).
Kemudian, berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) Nomor 9 Tahun
1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank
Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan,
keluarlah Penpres Nomor 17 Tahun 1965 mengenai pembentukan Bank tunggal
dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia
Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) disatukan dengan nama Bank
Negara Indonesia unit II bidang Rural.
NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit bidang Ekspor Impor
(Exim). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 mengenai UndangUndang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 mengenai
Undang-Undang Bank Sentral, fungsi Bank Indonesia kembali menjadi Bank
Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor
dipisahkan masing-masing menjadi dua bank, yaitu Bank Rakyat Indonesia dan
Bank Ekspor Impor Indonesia.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1968, menetapkan
kembali tugas-tugas pokok Bank Rakyat Indonesia sebagai bank umum. Sejak 1
Agustus 1992, berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1992, status Bank Rakyat Indonesia
berubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). Meskipun mengalami
perubahan status, kepemilikan masih tetap 100 persen berada di tangan
Pemerintah.
Gambaran Umum Kantor BRI KCP Baranangsiang
Kantor BRI KCP Baranangsiang didirikan pada tahun 2008 dan
merupakan salah satu dari 7 KCP yang berada di wilayah Kantor Cabang BRI
Bogor Pajajaran. BRI KCP Baranangsiang terletak di Jalan Raya Pajajaran No 8
O. ruang lingkup BRI KCP Baranangsiang yaitu di daerah Bogor Timur .
Mayoritas nasabah BRI KCP Baranangsiang berdomisili di Kecamatan
Bogor Timur Kelurahan Baranangsiang dan Katulampa serta adapula yang berasal
dari kecamatan Bogor Selatan dan wilayah lain. BRI KCP Baranangsiang
dipimpin oleh seorang Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem) yang membawahi
Supervisor, AO, Teller dan Customer service. Masing-masing bagian mempunyai
tugas dan tangung jawab yang berbeda.
Produk Usaha BRI
Bank BRI mempunyai berbagai produk usaha yang secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu produk simpanan, produk pinjaman, dan jasa
bank lainnya.
1. Produk Simpanan BRI
Produk simpanan BRI Meliputi Giro BRI (Girobri), Deposito BRI (Depobri)
baik dalam mata uang Rupiah maupun US Dollar, Sertifikat BRI (Sertibri),

13

Tabungan Britama baik Britama Rupiah maupun Britama Dollar, Tabungan
Britama Bisnis, Tabungan Simpedes, dan Tabungan Haji.
2. Produk Pinjaman BRI
Produk-produk pinjaman PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yaitu:
a. Kupedes
Kupedes merupakan kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum
untuk semua sector ekonomi yang ditujukan untuk badan usaha maupun
perorangan.
b. Briguna
Briguna adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur/debitur dengan
sumber pembayarannya (repayment) berasal dari sumber penghasilan tetap
(gaji).
c. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
KUR adalah fasilitas kredit atau pembiayaan yang khusus diperuntukan
bagi usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi yang usahanya layak
namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang
ditetapkan oleh BRI yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di
tingkat usaha mikro, kecil dan menengah dan juga koperasi. KUR
merupakan kredit yang dilayani saat ini hanya di BRI Unit dan diberikan
dalam mata uang rupiah.
d. Kredit Modal Kerja (KMK)
Kredit modal kerja (KMK) adalah fasilitas kredit yang dipergunakan untuk
membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan
maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut dijual, atau
sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang diperlukan untuk
menjalankan aktivitas usaha. Selain itu kredit modal kerja dipergunakan
untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan
pengadaan maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut dijual.
e. Kredit Investasi (KI)
Kredit Investasi (KI) merupakan fasilitas kredit yang diberikan kepada
perusahaan dan atau perorangan untuk membiayai kebutuhan dana jangka
panjang dalam rangka pembelian, pembangunan, perlusaan, pembaharuan
(renovasi) aktiva tetap produktif beserta biaya-biaya yang menyertainya.
f. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Kredit Pemilikan rumah (KPR) adalah kredit konsumtif baik untuk
pembelian baru atau bekas, take over, pembangunan serta renovasi,
dengan objek berupa:
- Rumah tinggal, rumah took (ruko), rumah kantor (rukan), selanjutnya
disebut Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
- Apartemen, rumah susun / rusunami dan kondotel, selanjutnya disebut
dengan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA)
g. KPRS BRI
KPRS merupakan program kerjasama BRI dengan Kementrian Perumahan
Rakyat (Kemenpera) untuk penyaluran program bantuan perumahan dari
pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah berupa penempatan
dana APBN untuk menduankung pemberian suku bunga KPR yang murah
dan tetap selama jangka waktu KPR.

14

h. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)
KKB merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan pembelian
kendraan bermotor yaitu berupa kendaraan bermotor roda empat (mobil)
baru dan bekas serta kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor) baru.
3. Usaha Jasa Bank BRI
Meliputi transfer, Inkaso, Safe Deposit Box, Automatic Teller Machine
(ATM), Cek Perjalanan BRI (Cepebri), Kliring, dan jual beli Bank Notes atau
mata uang asing. Selain itu, jasa bank lainnya meliputi biaya penyelenggaraan
ibadah haji, penerimaan Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Surat Izin
Mengemudi (SIM), Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), penerimaan
setoran denda tilang, penerimaan setoran tagihan telepon, PDAM, dan listrik,
pembayaran SPP universitas, pembelian pulsa, pembayaran uang pensiun PT
Taspen dan PT Asabri, pembayaran Pajak Bea Cukai KPKN, pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Subsidi Pembangunan Inpres (P2KP),
Pelayanan setoran PT Pusri, pelayanan pembayaran Pertamina dan lain-lain.

Implementasi Prinsip 5C pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit
Prosedur pemberian kredit dimulai saat debitur/calon debitur mengajukan
permohonan kredit hingga akhirnya disetujui, dipantau pembayaran kewajibannya
beserta bunganya dan penyelamatan kredit dilakukan bila pemberian kredit
debitur tersebut termasuk kredit bermasalah. Prosedur pemberian kredit dapat di
jelaskan sebagai berikut:
1. Ketentuan pemberian putusan kredit
Proses pemberian putusan kredit terdiri dari dua tahap meliputi:
a. Prakarsa kredit, dilakukan oleh pejabat pemrakarsa meliputi:
1. Prakarsa dan atau permohonan kredit
2. Analisis dan evaluasi kredit
3. Negosiasi kredit
4. Penetapan struktur dan tipe kredit
5. Rekomendasi pemberian keputusan kredit
b. Putusan kredit, dilakukan oleh pejabat pemutus yang mempunyai limit
kredit tertentu dengan memperhatikan:
1. Kelengkapan paket kredit
2. Analisis dan evaluasi kredit yang dibuat oleh pejabat pemrakarsa
3. Rekomendasi kredit yang dibuat oleh pejabat pemrakarsa
4. Memberi putusan kredit yang dituangkan dalam formulir PTK
(Putusan Kredit).
2. Prosedur pengajuan kredit
Adapun tahapan-tahapan pengajuan kredit di Bank BRI adalah sebagai
berikut:
a. Setiap unit kerja BRI (Kanwil, Kanca, KCP dan sebagainya) dapat
melakukan prakarsa kredit ritel atas debitur/calon debitur dalam

15

mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas dalam melakukan
pemeriksaan, pembinaan, dan monitoring terhadap debitur/usahanya.
b. Permohonan kredit baru, perpanjangan jangka waktu, perubahan jumlah,
perubahan struktur, tipe dan syarat kredit, restrukturisasi maupun
penyelesaian.
kredit harus diajukan secara tertulis dengan mengajukan surat permohonan
oleh debitur dan dicatat oleh ADK dalam register permohonan kredit
(register SKPP).
c. Terhadap setiap permohonan kredit, Pejabat Pemrakarsa melakukan
penilaian awal (Pre Screening) dengan memperhatikan antara lain PS,
KRD, jenis usaha yang dilarang dibiayai, jenis usaha/pemberian kredit
yang perlu dihindari, daftar kredit macet BI, daftar hitam BI, daftar hitam
BRI. Apabila setelah diklasifikasi permohonan kredit tersebut termasuk
pada salah satu yang tidak dapat disetujui maka pekabat pemrakarsa dapat
langsung menetapkan warna kreditnya ke dalam klasifikasi warna hitam.
d. Prakarsa yang termasuk dalam kategori performing loan (kualitas lancar
dan DPK dengan klasifikasi warna kredit Putih atau Abu-abu) dilakukan
oleh pejabat pemrakarsa bidang Relationship Marketing di Kantor Cabang.
Prakarsa Kredit yang termasuk dalam kategori non-performing loan
dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa bidang CRM atau pejabat kredit lini
bidang RM yang ditunjuk untuk menangani kredit bermasalah di Kantor
Cabang.
e. Prakarsa kredit yang termasuk dalam kategori non-performing loan
dilakukan oleh pejabat pemrakarsa bidang CRM atau pejabat kredit lini
bidang RM yang ditunjuk untuk menangani kredit bermasalah di kantor
cabang.
f. Pejabat pemrakarsa melakukan melakukan pencarian informasi yang
relevan dari berbagai sumber mengenai pemohon yang akan menunjang
analisis dan evaluasi terhadap 5 C kredit pemohon.
g. Apabila dipandang perlu pejabat pemrakarsa dapat meminta pendapat
pejabat di Kantor Cabang/kanwil atau kampus yang lebih berpengalaman
mengenai bisnis pemohon.
h. Pejabat pemrakarsa harus meyakini kebenaran data dan dan informasi yan
disampaikan dalam permohonan kredit termasuk kelengkapan
dokumennya.
i. Apabila dalam penilaian awal diketahui bahwa permohonan kredit tidak
dapat dilayani karena termasuk dalam klasifikasi warna hitam, maka
permohonan tersebut boleh langsung ditolak tanpa harus diadakan analisis
dan evaluasi lebih lanjut, namun tetap harus dicatat dalam dicatat dalam
register SKPP .
3. Analisis dan evaluasi kredit
a. Prosedur Analisis dan Evaluasi Kredit Oleh Pejabat Pemrakarsa bidang
Relationship Marketing:
1. Pejabat pemrakarsa harus memperoleh informasi melalui wawancara
dengan pemohon, kunjungan ke lokasi usaha, wawancara dengan pihak
yang kenal dengan pemohon, dan menyelidiki tujuan penggunaan
kredit.

16

2. Analisis dan evaluasi dituangkan dalam formulir Penilaian Tingkat
Risiko Kredit untuk menetapkan klasifikasi warna kredit (putih, abuabu, dan hitam). Kredit dengan klasifikasi warna hitam yang tidak
memungkinan untuk ditingkatkan menjadi abu-abu maka pejabat
pemutusbidang Relationship Management di Kantor Cabang dapat
langsung menolaknya dan memberitahukan secara tertulis kepada
pemohon.
3. Upgrading klasifikasi warna hitam ke warna abu-abu jika didukung
alasan dan pertimbangan yang dapat dibenarkan serta memberikan
manfaat yang dapat diterima BRI.
4. Analisis kredit diatas 500 juta harus memuat hal-hal sebagai berikut :
- Identitas
- Tujuan Permohonan Kredit
- Riwayat Hubungan Bisnis yang baik dengan bank
b. Prosedur Analisis dan Evaluasi Kredit Oleh Pejabat Pemrakarsa bidang
Credit Risk Management
Analisis dan evaluasi kredit yang dilakukan oleh jajaran CRM ditekankan
pada analisis risiko. Hal-hal yang perlu diperhitungkan adalah :
1. Tinjauan Umum
2. Analisis Kuantitatif
3. Analisis Risiko Bisnis
4. Analisis Risiko Agunan
4. Proses Pemberian Rekomendasi Putusan Kredit
a. Rekomendasi kredit dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa di Kantor Cabang.
b. Pejabat Pemrakarsa (AO) meneruskan paket permohonan kredit yang
sudah dianalisis, dievaluasi serta sudah direkomendasikan, setuju kepada
ADK Kantor Cabang. Untuk paket permohonan kredit dengan
rekomendasi tolak langsung diteruskan kepada Pejabat Pemutus (Pinca) di
Kantor Cabang untuk mendpatkan putusan.
c. ADK mencatat dalam Register Permohonan kredit Kantor Cabang
kemudian meneruskan paket kredit tersebut kepada Pejabat Pemutus
sebagai berikut :
- Untuk paket kredit warna Putih diteruskan kepada Pejabat Pemutus
bidang Relationship Marketing yang mempunyai kewenangan
memutus kredit yang cukup mendapat putusan.
- Untuk paket kredit dengan klasifikasi warna Abu-Abu
diteruskankepada Pejabat Pemutus bidang Relationship Marketing
yang mempunyai kewenangan memutus kredit yang cukup mendapat
putusan.
5. Ketentuan pemberian keputusan kredit
a. Pemberian putusan kredit harus dilakukan oleh Pejabat Pemutus Kredit
Lini atau Komite Kredit yang berwenang dan klasifikasi warna kreditnya
serta dilakukan secara tertilis dengan membutuhkan tanda tangannya pada
formulir yang telah disediakan.
b. Setiap pemberian putusan kredit yang berbeda dengan rekomendasi kredit
harus dijelaskan secara tertulis oleh Pejabat Pemutus. Salam hal putusan
kredit dilakukan oleh Komite Kredit, setiap pemberian putusan yang
berbeda dengan isi rekomendasi dan pendapat dari masing-masing anggota

17

Komite Kredit harus dijelaskan secara tertulis dengan tetap berpedoman
pada prinsip.
c. Putusan kredit secara otomatis batal jika selama 90 hari setelah
tanggal putusan tidak diikuti akad kredit.
Penerapan Prinsip 5C
Penerapan prinsip 5C pada PT Bank Rakyat Indonesia didasarkan pada
pengumpulan informasi atau data sebagai bahan analisis dengan menggunakan
teknik-teknik penganalisaan yang mencakup kemampuan yang tercermin dari
kapasitas keuangan yang dinilai secara kuantitatif dan kemauan serta itikad baik
yang dinilai secara kualitatif. berikut merupakan penerapan prinsip 5C pada PT
Bank Rakyat Indonesia:
1. Character
Character merupakan aspek yang pertama dan utama yang harus dianalisis
oleh Account Officer karena menyangkut willingness to pay atau kemauan
bayar debitur atau calon debitur. Penilaian dan anailisis terhadap karakter
yang dilakukan oleh Account officer meliputi :
a. Tingkat kepercayaan dan perilaku debitur/calon debitur,
Analisis ini didasarkan pada tingkat keterbukaan dan keaktifan nasabah
serta kejujuran debitur selain itu juga merupakan tingkat pengaruh gaya
hidup dan permasalahan pribadi debitur yang dapat mempengaruhi
kemampuan membayar kembali kreditnya.
b. Riwayat usaha dan reputasi bisnis
Analisa ini dilakukan dengan mencari informasi dari pihak ketiga
(positif/negative) dalam jangka waktu tertentu yang berkaitan dengan
apakah calon nasabah dipercaya pemasok atau pelanggan, kedudukan
nasabah dalam industry serta pernah melanggar hokum.
c. Riwayat hubungan dengan bank
Account Officer dan ADK melakukan pengecekan pada Sistem Informasi
Debitur (SID) untuk melihat riwayat hubungan dari bank pemberi kredit
dan bank lain.)
d. Manajemen perusahaan
Analisa ini dilakukan dengan dengan melihat karakter pemilik dan
pengurus perusahaan dari pandangan masyarakat, tingkah laku moral,
catatan kriminalitas, pengalaman dan kegagalan bisnis, budaya kerja
perusahaan serta reputasi dan citra perusahaan.
2. Capacity
Capacity merupakan ukuran kemampuan atau ketidakmampuan calon debitur
yang dapat dilihat dari sisi manajerial dan financial dari kegiatan usaha yang
akan dibiayai. Analisis yang dilakukan Account officer adalah sebagai berikut:
a. Riwayat usaha yang merupakan perkembangan usaha dari waktu ke waktu
b. Pengalaman mengelola usaha, yang meliputi aspek-aspek penentu dalam
kegiatan usaha diantaranya:
1. Aspek manajemen
Aspek manajemen dilihat dari kemampuan debitur/calon debitur dalam
mengelola bisnis atau perusahaannya. Dalam diperhatikan struktur
organisasi dan anggota-anggota manajemen.

18

2. Aspek produksi
Aspek produksi dilihat dari seberapa baik kualitas produksi yang
dihasilkan.
3. Aspek pemasaran
Aspek pemasaran dilihat dari srtategi yang dilakukan untuk
memasarkan produk. Penilaian yang perlu diperhatikan adalah
menyangkut daya beli masyarakat, pangsa pasar dan kualitas produksi.
Selain itu prospek pemasaran perlu diperhatikan perkembangan
permintaan di masa yang akan datang.
4. Aspek keuangan
Aspek ini dilihat dari sejauh mana kemampuan debitur/calon debitur
dalam mengatur dan mengelola keuanganannya. Penilaian aspek ini
meliputi keadaan keuangan debitur yang akan dibiayai.
5. Aspek personalia
3. Capital
Capital merupakan ukuran kemampuan usaha pemohon untuk mendukung
pembiayaan dengan modalnya sendiri (own share). Analisis capital yang
dilakukan account officer adalah sebagai berikut:
a. Kesediaan dalam menyediakan modal sendiri self financing
b. Komposisi modal yang tercantum dalam akte pendirian/perubahan
perusahaan
c. Kesesuaian penggunaan pinjaman
d. Kemampuan memupuk modal
4. Collateral
Collateral merupakan salah satu unsur dari jaminan pemberian kredit yang
memberikan