Manajemen Suku Bunga pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor

(1)

CABANG BOGOR

Oleh

YULIS ROSMAWATI

H24102003

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRAK

Yulis Rosmawati. H24102003. Manajemen Suku Bunga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Di bawah bimbingan Budi Purwanto.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank di Indonesia dengan prestasi dikenal luas, baik secara nasional dalam hal kinerja keuangan maupun reputasi internasional di bidang kredit mikro. BRI Cabang Bogor saat ini secara operasional mengalami kelebihan likuiditas karena penyaluran dana relatif kurang. Pada awal tahun 2006 terjadi inflasi yang disebabkan kenaikan harga,hal ini ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa. Inflasi itu sendiri akan memaksa suku bunga SBI terus naik. Akibatnya, suku bunga kredit harus ikut naik. Bagi bank, kenaikan ini akan diikuti dengan peningkatan beban biaya dana (Cost Of Fund), peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dan penipisan margin bank. Penyaluran kredit ke sektor riil yang berjalan lamban menyebabkan kurangnya pasokan dana investasi, sehingga sektor riil menjadi tidak berdaya. Hal ini berdampak pada volume kredit yang disalurkan mengalami penurunan. Sedangkan penghimpunan dana masyarakat mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan (1) Mengkaji pengaruh suku bunga kredit terhadap laba bersih pada BRI, (2) Mengkaji pengaruh suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap laba bersih pada BRI, (3) Merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga, (4) Mengkaji pengaruh suku bunga kredit, suku bunga DPK dan spread terhadap laba bersih pada BRI.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari hasil wawancara serta data sekunder dari studi pustaka, dan data dari perusahaan seperti laporan keuangan (neraca, perhitungan rugi laba dan saldo laba, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum) dan buku tahunan bank. Analisis kuantitatif menggunakan regresi linear dan regresi berganda dengan alat pengolah data MINITAB 14.12.

Hasil analisis menunjukan bahwa suku bunga kredit berpengaruh positif secara nyata terhadap laba bersih. Setiap kenaikan suku bunga kredit sebesar 1% akan mengakibatkan laba naik sebesar Rp. 530 ribu. Sedangkan pengaruh suku bunga DPK menunjukan bahwa apabila suku bunga DPK dinaikan sebesar 1%, maka laba akan naik sebesar Rp. 1,37 juta.

Hasil analisis selanjutnya menunjukan faktor suku bunga yang efektif berpengaruh terhadap laba adalah parameter spread. Hasil tersebut menunjukan apabila spread dinaikan sebesar 1% maka laba akan naik sebesar Rp. 677 juta. Analisis hubungan suku bunga kredit dan suku bunga DPK menunjukan bahwa jika suku bunga kredit dinaikan 1% maka laba akan naik sebesar Rp. 676 juta, dan jika suku bunga DPK dinaikan 1% maka laba akan turun sebesar Rp. 788 juta. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa suku bunga kredit dan suku bunga DPK memiliki pengaruh terhadap laba bersih dengan tingkat kepercayaan sedang sebesar 44,8%.


(3)

CABANG BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

YULIS ROSMAWATI

H24102003

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

MANAJEMEN SUKU BUNGA

PADA PT. BANK RAKYAT IMNDONESIA (PERSERO) TBK CABANG BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

YULIS ROSMAWATI H24102003

Menyetujui, Juni 2006

Ir. Budi Purwanto, ME Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 13 Oktober 1984. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan bapak Encep Sutarya dan Ibu Rohayati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Tarikolot I pada tahun 1996, lalu melanjutkan pendidikan di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama PGRI Citeureup. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Tarogong Garut dan masuk dalam program IPA. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama masa kuliah, penulis pernah menerima beasiswa BBM selama 3 tahun dan mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian pada tahun 2006.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen , Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini mengambil judul “Manajemen Suku Bunga Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor” dan bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh suku bunga terhadap laba bersih dan faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga, selain itu sebagai bahan pembelajaran bagi penulis untuk terjun ke lapangan.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan wawasan yang tidak ternilai harganya selama menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Wita Juwita Ermawati STP, MM dan Bapak Ali Mutasowifin, SE, MSi

sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan wawasan baru bagi penulis.

3. Bapak Pram Purnama Alam selaku Manajer Pemasaran dan Bapak Yudhy Rhahadian selaku Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Bogor yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian serta memberikan banyak masukan dan informasi demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Tim Satgas Tugas Akhir dan Seluruh Staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB.

5. Ibunda dan Ayahanda yang senantiasa memberikan curahan kasih sayang, doa yang tulus dan dukungannya baik moriil maupun materiil yang tak terhingga. 6. Saudara-saudaraku a’asep, a’dasep, t’teuis, t’iyay, t’bedah, a’syarif serta

semua keponakan ku yang lucu-lucu yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama penyusun skripsi ini.

7. Syaiful Islam yang telah memberikan semangat, dukungan, insfirasi, kesabaran serta kasih sayangnya.


(7)

v

8. Teman-teman seperjuangan : lusi, gupitri, denden, windi prima, syafar serta ahyani terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

9. Teman-teman terdekat : Ayu, nawang, mu2t, via, ine, iwed, imel (makasih atas bantuannya), uthie, ikoh, desi, manal, up-rhinie makasih atas semua dukungannya.

10.Teman-teman angkatan 39 terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya.

Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan khususnya demi perkembangan perbankan di Indonesia.

Bogor, Juni 2006


(8)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK*

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Sistem Operasional Bank ... 7

2.2. Pengertian Suku Bunga ... 8

2.3. Pengertian Kredit... 9

2.4. Jenis-jenis Perkreditan... 9

2.5. Perhitungan Suku Bunga Kredit ... 12

2.5.1. Faktor Internal Penentu Suku Bunga Kredit ... 12

2.5.2. Faktor Eksternal Penentu Suku Bunga Kredit... 16

2.6. Penentu Suku Bunga dan Tingkat Hasil Pengembalian ... 17

2.6.1. Suku Bunga Nyata (Real Interest Rate) ... 17

2.6.2. Struktur Waktu dari Suku Bunga ... 18

III. METODOLOGI PENELITIAN... 21

3.1. Kerangka Pemikiran ... 21

3.2. Lokasi dan Waktu... 22

3.3. Pengumpulan Data... 23

3.4. Pngolahan dan Analisis Data... 23

3.4.1. Model Hubungan Suku Bunga Kredit dengan Laba... 23

3.4.2. Model hubungan Suku Bunga DPK dengan Laba... 24

3.4.3. Model Hubungan Faktor-faktor Suku Bunga dengan Laba 24 3.4.4. Model Hubunga antara Laba dengan Suku Bunga Kredit, Suku Bunga DPK dan Spread... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 30

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 30

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 30

4.1.2. Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia ... 32

4.1.3. Kegiatan Usaha... 33

4.1.4. Sasaran Jangka Panjang BRI ... 34


(9)

vii

4.3. Penentuan Suku Bunga... 35

4.3.1. Cost Of Loanable Fund ... 35

4.3.2. Overhead Cost ... 36

4.3.3. Risk Factor... 37

4.3.4. Spread ... 38

4.4. Pengaruh Suku Bunga Kredit terhadap Laba Bersih ... 38

4.5. Pengaruh Suku Bunga DPK terhadap Laba Bersih ... 40

4.6. Pengaruh antara Laba Bersih dengan Faktor-faktor Suku Bunga 41 4.7. Pengaruh Suku Bunga Kredit, Suku Bunga DPK dan Spread terhadap Laba Bersih ... 45

4.8. Rekapitulasi Hasil... 48

KESIMPULAN DAN SARAN... 51

1. Kesimpulan... 51

2. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52


(10)

viii

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Hipotesis uji parsial... 28

2. Hipotesis pengujian uji simultan... 29

3. Penafsiran koefisien korelasi... 29

4. Suku bunga kredit dan suku bunga DPK (Des’04-Maret’06)... 35

5. Hasil perhitungan Cost Of Loanable Fund (COLF) ... 36

6. Hasil perhitungan overhead Cost... 37

7. Hasil perhitungan risk factor... 37

8. Hasil perhitungan spread... 38

9. Pengaruh suku bunga kredit terhadapl bersih ... 39

10. Hasil regresi laba dengan suku bunga DPK... 40

11. Hasil regresi laba dengan faktor-faktor suku bunga ... 42

12. Stepwise regression antara laba dengan faktor-faktor suku bunga ... 43

13. Hasil analisis laba dengan spread... 44

14. Hasil regresi laba dengan suku bunga kredit, suku bunga DPK, dan spread... 45

15. Stepwise regression antara laba dengan suku bunga kredit, suku bunga DPK dan spread... 46


(11)

CABANG BOGOR

Oleh

YULIS ROSMAWATI

H24102003

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

ABSTRAK

Yulis Rosmawati. H24102003. Manajemen Suku Bunga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Di bawah bimbingan Budi Purwanto.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank di Indonesia dengan prestasi dikenal luas, baik secara nasional dalam hal kinerja keuangan maupun reputasi internasional di bidang kredit mikro. BRI Cabang Bogor saat ini secara operasional mengalami kelebihan likuiditas karena penyaluran dana relatif kurang. Pada awal tahun 2006 terjadi inflasi yang disebabkan kenaikan harga,hal ini ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa. Inflasi itu sendiri akan memaksa suku bunga SBI terus naik. Akibatnya, suku bunga kredit harus ikut naik. Bagi bank, kenaikan ini akan diikuti dengan peningkatan beban biaya dana (Cost Of Fund), peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dan penipisan margin bank. Penyaluran kredit ke sektor riil yang berjalan lamban menyebabkan kurangnya pasokan dana investasi, sehingga sektor riil menjadi tidak berdaya. Hal ini berdampak pada volume kredit yang disalurkan mengalami penurunan. Sedangkan penghimpunan dana masyarakat mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan (1) Mengkaji pengaruh suku bunga kredit terhadap laba bersih pada BRI, (2) Mengkaji pengaruh suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap laba bersih pada BRI, (3) Merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga, (4) Mengkaji pengaruh suku bunga kredit, suku bunga DPK dan spread terhadap laba bersih pada BRI.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari hasil wawancara serta data sekunder dari studi pustaka, dan data dari perusahaan seperti laporan keuangan (neraca, perhitungan rugi laba dan saldo laba, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum) dan buku tahunan bank. Analisis kuantitatif menggunakan regresi linear dan regresi berganda dengan alat pengolah data MINITAB 14.12.

Hasil analisis menunjukan bahwa suku bunga kredit berpengaruh positif secara nyata terhadap laba bersih. Setiap kenaikan suku bunga kredit sebesar 1% akan mengakibatkan laba naik sebesar Rp. 530 ribu. Sedangkan pengaruh suku bunga DPK menunjukan bahwa apabila suku bunga DPK dinaikan sebesar 1%, maka laba akan naik sebesar Rp. 1,37 juta.

Hasil analisis selanjutnya menunjukan faktor suku bunga yang efektif berpengaruh terhadap laba adalah parameter spread. Hasil tersebut menunjukan apabila spread dinaikan sebesar 1% maka laba akan naik sebesar Rp. 677 juta. Analisis hubungan suku bunga kredit dan suku bunga DPK menunjukan bahwa jika suku bunga kredit dinaikan 1% maka laba akan naik sebesar Rp. 676 juta, dan jika suku bunga DPK dinaikan 1% maka laba akan turun sebesar Rp. 788 juta. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa suku bunga kredit dan suku bunga DPK memiliki pengaruh terhadap laba bersih dengan tingkat kepercayaan sedang sebesar 44,8%.


(13)

CABANG BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

YULIS ROSMAWATI

H24102003

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

MANAJEMEN SUKU BUNGA

PADA PT. BANK RAKYAT IMNDONESIA (PERSERO) TBK CABANG BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

YULIS ROSMAWATI H24102003

Menyetujui, Juni 2006

Ir. Budi Purwanto, ME Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen


(15)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 13 Oktober 1984. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan bapak Encep Sutarya dan Ibu Rohayati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Tarikolot I pada tahun 1996, lalu melanjutkan pendidikan di sekolah Lanjutan Tingkat Pertama PGRI Citeureup. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Tarogong Garut dan masuk dalam program IPA. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama masa kuliah, penulis pernah menerima beasiswa BBM selama 3 tahun dan mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian pada tahun 2006.


(16)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen , Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini mengambil judul “Manajemen Suku Bunga Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Bogor” dan bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh suku bunga terhadap laba bersih dan faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga, selain itu sebagai bahan pembelajaran bagi penulis untuk terjun ke lapangan.

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan wawasan yang tidak ternilai harganya selama menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Wita Juwita Ermawati STP, MM dan Bapak Ali Mutasowifin, SE, MSi

sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan dan wawasan baru bagi penulis.

3. Bapak Pram Purnama Alam selaku Manajer Pemasaran dan Bapak Yudhy Rhahadian selaku Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Bogor yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian serta memberikan banyak masukan dan informasi demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Tim Satgas Tugas Akhir dan Seluruh Staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB.

5. Ibunda dan Ayahanda yang senantiasa memberikan curahan kasih sayang, doa yang tulus dan dukungannya baik moriil maupun materiil yang tak terhingga. 6. Saudara-saudaraku a’asep, a’dasep, t’teuis, t’iyay, t’bedah, a’syarif serta

semua keponakan ku yang lucu-lucu yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama penyusun skripsi ini.

7. Syaiful Islam yang telah memberikan semangat, dukungan, insfirasi, kesabaran serta kasih sayangnya.


(17)

v

8. Teman-teman seperjuangan : lusi, gupitri, denden, windi prima, syafar serta ahyani terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

9. Teman-teman terdekat : Ayu, nawang, mu2t, via, ine, iwed, imel (makasih atas bantuannya), uthie, ikoh, desi, manal, up-rhinie makasih atas semua dukungannya.

10.Teman-teman angkatan 39 terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya.

Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan khususnya demi perkembangan perbankan di Indonesia.

Bogor, Juni 2006


(18)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK*

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Sistem Operasional Bank ... 7

2.2. Pengertian Suku Bunga ... 8

2.3. Pengertian Kredit... 9

2.4. Jenis-jenis Perkreditan... 9

2.5. Perhitungan Suku Bunga Kredit ... 12

2.5.1. Faktor Internal Penentu Suku Bunga Kredit ... 12

2.5.2. Faktor Eksternal Penentu Suku Bunga Kredit... 16

2.6. Penentu Suku Bunga dan Tingkat Hasil Pengembalian ... 17

2.6.1. Suku Bunga Nyata (Real Interest Rate) ... 17

2.6.2. Struktur Waktu dari Suku Bunga ... 18

III. METODOLOGI PENELITIAN... 21

3.1. Kerangka Pemikiran ... 21

3.2. Lokasi dan Waktu... 22

3.3. Pengumpulan Data... 23

3.4. Pngolahan dan Analisis Data... 23

3.4.1. Model Hubungan Suku Bunga Kredit dengan Laba... 23

3.4.2. Model hubungan Suku Bunga DPK dengan Laba... 24

3.4.3. Model Hubungan Faktor-faktor Suku Bunga dengan Laba 24 3.4.4. Model Hubunga antara Laba dengan Suku Bunga Kredit, Suku Bunga DPK dan Spread... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 30

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 30

4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 30

4.1.2. Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia ... 32

4.1.3. Kegiatan Usaha... 33

4.1.4. Sasaran Jangka Panjang BRI ... 34


(19)

vii

4.3. Penentuan Suku Bunga... 35

4.3.1. Cost Of Loanable Fund ... 35

4.3.2. Overhead Cost ... 36

4.3.3. Risk Factor... 37

4.3.4. Spread ... 38

4.4. Pengaruh Suku Bunga Kredit terhadap Laba Bersih ... 38

4.5. Pengaruh Suku Bunga DPK terhadap Laba Bersih ... 40

4.6. Pengaruh antara Laba Bersih dengan Faktor-faktor Suku Bunga 41 4.7. Pengaruh Suku Bunga Kredit, Suku Bunga DPK dan Spread terhadap Laba Bersih ... 45

4.8. Rekapitulasi Hasil... 48

KESIMPULAN DAN SARAN... 51

1. Kesimpulan... 51

2. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52


(20)

viii

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Hipotesis uji parsial... 28

2. Hipotesis pengujian uji simultan... 29

3. Penafsiran koefisien korelasi... 29

4. Suku bunga kredit dan suku bunga DPK (Des’04-Maret’06)... 35

5. Hasil perhitungan Cost Of Loanable Fund (COLF) ... 36

6. Hasil perhitungan overhead Cost... 37

7. Hasil perhitungan risk factor... 37

8. Hasil perhitungan spread... 38

9. Pengaruh suku bunga kredit terhadapl bersih ... 39

10. Hasil regresi laba dengan suku bunga DPK... 40

11. Hasil regresi laba dengan faktor-faktor suku bunga ... 42

12. Stepwise regression antara laba dengan faktor-faktor suku bunga ... 43

13. Hasil analisis laba dengan spread... 44

14. Hasil regresi laba dengan suku bunga kredit, suku bunga DPK, dan spread... 45

15. Stepwise regression antara laba dengan suku bunga kredit, suku bunga DPK dan spread... 46


(21)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Sistem operasional bank... 8

2. Jenis-jenis perkreditan... 10

3. Faktor-faktor penentu suku bunga ... 12

4. Suku bunga nyata (real interest rate)... 18

5. Teori harapan suku bunga ... 18

6. Teori preferensi likuiditas ... 20


(22)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Laporan neraca Bank Rakyat Indonesia cabang Bogor ... 55

2. Laporan laba rugi Bank Rakyat Indonesia cabang Bogor... 56 3. Hasil analisis laba dengans bunga kredit ... 57 4. Hasil analisis laba dengan suku bunga DPK... 58 5. Hasil analisis laba dengan faktor-faktor suku bunga ... 59 6. Hasil analisis laba dengan suku bungak, suku bunga DPK dan

spread... 60 7. Hasil analisis laba dengan spread... 61 8. Hasil analisis laba dengan suku bunga kredit dan suku bunga DPK ... 62 9. Korelasi antara laba dengan faktor-faktor suku bunga ... 63 10. Korelasi antara laba dengan suku bunga kredit, suku bunga DPK

dan spread... 64 11. Stepwise regression laba dengan faktor-faktor suku bunga... 65 12. Stepwise regression laba dengan suku bunga kredit, suku bunga


(23)

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penghimpunan dana masyarakat pada industri perbankan posisi Mei 2004 mengalami peningkatan. Hal ini mengakibatkan perbankan dalam kondisi kelebihan likuiditas karena masih kesulitan untuk menyalurkan kredit ke sektor riil. Kenaikan posisi DPK (Dana Pihak Ketiga) tidak dipengaruhi secara signifikan oleh peningkatan suku bunga. Tingkat suku bunga deposito, giro ataupun tabungan stabil, kenaikan hanya terjadi di bank-bank beraset kecil akibat naiknya suku bunga penjaminan. Adapun bank-bank besar, seperti Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank BNI dan Bank Rakyat Indonesia (BRI), tetap mempertahankan suku bunga depositonya. Alasannya, mereka sedang dalam kondisi kelebihan likuiditas sebagai akibat kredit ke sektor riil berjalan lamban. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai induk suku bunga dalam negeri relatif stabil setelah terus turun sejak awal tahun 2003.

Ada sejumlah faktor yang bisa dijadikan penyebab naiknya posisi DPK (Dana Pihak Ketiga), yaitu munculnya sentimen kenaikan suku bunga di dalam negeri yang dipicu isu naiknya suku bunga bank sentral AS (The Fed) pada pertengahan April 2004 akibat tekanan inflasi dan pasar global. Kenaikan suku bunga The Fed berakibat pada suku bunga negara lain. Faktanya respon kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed terjadi dengan cepat di Indonesia yaitu nilai tukar rupiah langsung melemah, dikarenakan nilai dolar meningkat.

Setelah kebijakan kenaikan GWM (Giro Wajib Minimum) yang ditetapkan Bank Indonesia Oktober 2004, maka terjadi perubahan struktur COLF (Cost Of Loanable Fund) perbankan di Indonesia. Kenaikan Giro Wajib Minimum tersebut tidak sama untuk seluruh perbankan, namun berjenjang tergantung DPK (Dana Pihak Ketiga) yang dimiliki bank tersebut. Tapi jelas pengaruhnya ada terhadap perbankan nasional khususnya pada sisi suku bunga bank. Pengaruh yang dirasakan adalah


(24)

2

pada struktur Cost of Loanable Fund (COLF) dan dampaknya terjadi pada suku bunga kredit yang diberikan bank kepada masyarakat.

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2005 menyebabkan kendala pada investasi karena naiknya biaya produksi. Sementara itu, kegiatan konsumsi juga mengalami penurunan karena melemahnya daya beli masyarakat dan mulai meningkatnya suku bunga. Di sisi lain, kinerja ekspor juga belum begitu menggembirakan seiring dengan kondisi permintaan global yang menurun dan melemahnya daya saing.

BI Rate ditetapkan sebesar 8,5% yang berlaku selama triwulan III-2005. Penetapan suku bunga tersebut dapat mengendalikan tingkat inflasi ke arah sasaran inflasi jangka menengah untuk memelihara momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Sampai dengan Oktober 2005, kredit yang disalurkan perbankan telah tumbuh 21%. Perkembangan tersebut mengindikasikan bahwa target penyaluran kredit yang telah ditetapkan untuk tahun 2005 sebesar 22% diperkirakan akan tercapai. Namun demikian, meningkatnya resiko kredit seiring dengan naiknya suku bunga dan resiko di sektor riil telah meningkatkan rasio Non Performing Loan (NPL). Sampai dengan bulan Oktober 2005, NPL gross mencapai 8,4% atau net 4,7%.

Kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) pada awal tahun 2006 yang dilakukan tidak lama setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak tentu akan kembali mendorong peningkatan inflasi. Inflasi akan memaksa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia terus naik, akibatnya suku bunga kredit harus ikut naik. Bagi bank, kenaikan ini diikuti dengan peningkatan beban biaya dana (cost of fund), peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dan penipisan margin bank.

Kurs rupiah pada 13 Februari sampai 18 Februari 2006 tercatat menguat tipis sebesar 5 poin dari Rp. 9.230/US$ menjadi Rp. 9.225/US$. Meskipun sempat menguat mendekati level Rp. 9.200/US$ namun rupiah kembali bergerak turun. Hal ini disebabkan karena adanya ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS akan menaikan lagi suku bunganya pada


(25)

awal tahun 2006. Kondisi tersebut membuat dollar AS masih cenderung menguat terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah.

Di lain pihak harga minyak dunia mengalami penurunan, harga rata-rata barel minyak OPEC pada Februari 2006 masih mengalami penurunan sepanjang 13-18 Februari 2006. Harga minyak mentah ringan pada penutupan perdagangan 17 Februari 2006 untuk kontrak pengiriman Maret sebesar US$ 59,88 per barel di New York Merchantile Exchange. Hal ini menyebabkan peningkatan inflasi dan berpengaruh pada suku bunga yang berlaku.

Pada Januari 2006 terjadi inflasi 1,36%. Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa. Sedangkan tingkat laju inflasi “year on year” Januari 2006 terhadap Januari 2005 sebesar 17,03%. Kenaikan tersebut menyebabkan suku bunga Bank Indonesia (BI) naik yang menyebabkan suku bunga kredit juga naik.

Ada penurunan dana yang disalurkan oleh perbankan memang dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga kredit dari bank karena kebijakan Bank Indonesia yang terus menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Tetapi bank bisa mengantisipasi hal itu dengan melakukan efisiensi. Setiap bank memiliki perhitungan sendiri dalam menentukan suku bunga kredit, tergantung pada tingkat suku bunga dari dana yang bisa dihimpun, tingkat efisiensi operasi, besarnya kredit bermasalah (non performing loan /NPL), dan spread (keuntungan) yang diinginkan bank.

Penyaluran kredit ke sektor riil yang berjalan lamban menyebabkan kurangnya pasokan dana investasi, sehingga sektor riil menjadi tidak berdaya. Hal ini berdampak pada volume kredit yang disalurkan mengalami penurunan. Kondisi ini berpengaruh pada spread atau net margin bank yang cenderung memiliki overhead cost per unit yang tinggi, sehingga bank tersebut harus mampu mengendalikan biaya.

Di sisi lain sektor perbankan dan sektor riil tidak bisa dipisahkan, karena kedua sektor saling terpaut dengan jembatan penghubung variabel


(26)

4

suku bunga. Ketika sektor pebankan sakit yang ditandai dengan kenaikan suku bunga, maka sektor riil menjadi tidak berdaya karena kekurangan pasokan dana investasi. Kurangnya pasokan dana investasi menyebabkan kesulitan menyalurkan kredit ke sektor rii, karena masyarakat masih kurang yakin untuk menginvestasikan dananya akibat kondisi perekonomian yang belum stabil dan perubahan suku bunga yang tidak tetap.

Saat ini perbankan nasional menghadapi masalah. Di satu sisi harus menaikkan suku bunga kredit karena suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terus naik, tapi di sisi lain perbankan menghadapi tuntutan dari masyarakat agar menurunkan tingkat bunga. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI rate yang memacu kenaikan suku bunga perbankan mendorong kenaikan kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan), yang akan berpengaruh pada tingkat resiko kredit pada bank yang bersangkutan.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank terbesar yang ada di Indonesia. BRI merupakan bank badan usaha milik negara (BUMN) yang memiliki prestasi dikenal luas, baik secara nasional dalam hal kinerja keuangan maupun reputasi internasional di bidang kredit mikro. BRI telah dikenal oleh banyak organisasi internasional sebagai salah satu institusi pembiayaan mikro terkemuka di dunia karena kemampuan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam menghasilkan keuntungan dari bisnis pembiayaan mikro serta kemampuan dalam menyediakan jasa keuangan bagi segmen pasar yang memiliki akses terbatas pada jasa perbankan. Bisnis pembiayaan mikro dan penyediaan jasa keuangan bagi konsumen berpenghasilan rendah dan menengah telah menjadikan BRI bertahan terhadap tren ekonomi global dan regional selama krisis ekonomi. Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah menunjukkan kinerja keuangan yang jauh lebih baik dibanding bank-bank lain di Indonesia sejak tahun 2001. Peningkatan kinerja keuangan BRI tersebut tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal seperti kondisi keuangan dan perekonomian di Indonesia, perubahan dalam kebijakan dan peraturan


(27)

pemerintah dalam bidang perbankan dan fluktuasi tingkat suku bunga dan nilai tukar.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) cabang Bogor saat ini secara operasional mengalami kelebihan likuiditas karena penyaluran dana relatif kurang (dapat dilihat pada lampiran 1). Hal ini terjadi karena adanya ketidak seimbangan penyaluran kredit dan kondisi perekonomian yang menyebabkan suku bunga yang berubah terus dari waktu ke waktu, sehingga masyarakat kurang berminat untuk melakukan pinjaman.

1.2. Perumusan Masalah

Terjadinya inflasi pada Januari 2006 yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa, sedangkan tingkat laju inflasi “year on year” Januari 2006 terhadap Januari 2005 sebesar 17,03%. Inflasi itu sendiri akan memaksa suku bunga SBI terus naik. Akibatnya, suku bunga kredit harus ikut naik. Bagi bank, kenaikan ini akan diikuti dengan peningkatan beban biaya dana (Cost Of Fund), peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dan penipisan margin bank.

Penyaluran kredit ke sektor riil yang berjalan lamban menyebabkan kurangnya pasokan dana investasi, sehingga sektor riil menjadi tidak berdaya. Hal ini berdampak pada volume kredit yang disalurkan mengalami penurunan. Kondisi ini berpengaruh pada spread atau net margin bank yang cenderung menurun karena overhead cost per unit tinggi.

Oleh karena itu permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Apakah perubahan suku bunga kredit mempengaruhi laba ?

2. Apakah perubahan suku bunga dana pihak ketiga mempengaruhi laba ? 3. Faktor apakah yang sangat berpengaruh pada penentuan suku bunga ? 4. Bagaimana perubahan suku bunga kredit, suku bunga DPK dan spread


(28)

6

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji pengaruh suku bunga kredit terhadap laba bersih pada BRI. 2. Mengkaji pengaruh suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap

laba bersih pada BRI.

3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga.

4. Mengkaji pengaruh suku bunga kredit, suku bunga DPK dan spread terhadap laba bersih pada BRI.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh suku bunga kredit terhadap laba bersih BRI cabang Bogor.

2. Mengetahui pengaruh suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap laba bersih BRI cabang Bogor.

3. Mengetahui faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi suku bunga kredit.

4. Mengetahui pengaruh suku bunga kredit, suku bunga DPK dan spread terhadap laba bersih BRI cabang Bogor.


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Operasional Bank

Pengertian Bank terdapat pada pasal 1 Undang-undang No. 10 tahun 1998 yaitu : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2003).

Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan dan lain-lain (Irmayanto, 1998).

Bank selaku stabilisator moneterdiartikan bahwa bank mempunyai kewajiban ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs, atau harga barang-barang relatif stabil atau tetap, baik secara langsung maupun melalui mekanisme Giro Wajib Minimum (GWM) Bank, Operasi Pasar Terbuka, ataupun kebijakan diskonto (Hasibuan, 2001).

Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan dan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Kegiatan memberikan jasa bank lainnya merupakan pendukung dari kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Kegiatan utama bank dapat dilihat pada Gambar 1.


(30)

8

Gambar 1. Sistem Operasional Bank (Kasmir, 2003)

2.2. Pengertian Suku Bunga

Bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Dapat diartikan juga sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar

oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2003).

Dalam kegiatan perbankan berdasarkan prinsip konvensional ada dua macam bunga yang diberikan bank kepada nasabahnya yaitu bunga simpanan dan bunga pinjaman. Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya seperti jasa giro, bunga tabungan

Bank Menghimpun Dana Menyalurkan Dana Memberikan jasa-jasa

• Rekening Giro • Rekening

Tabungan • Rekening

Deposito

ƒ Kredit Investasi ƒ Kredit Modal

Kerja

ƒ Kredit Produktif ƒ Kredit

Perdagangan ƒ Dan lain-lain

• Transfer • Kliring • Inkaso • Letter Of

Kredit

• Bank Garansi • Bank Card Safe Deposit

Box


(31)

serta bunga deposito dan harga ini merupakan harga beli bagi bank (Kasmir, 2003).

Bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga kredit dan harga ini bagi bank merupakan harga jual (Kasmir, 2003).

2.3. Pengertian Kredit

Kata Kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau to belive atau to trust. Dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan. Dengan kata lain orang mendapat bantuan kredit atau yang telah mendapat kepercayaan untuk membayar lunas pinjamannya dalam jangka waktu tertentu (Tjoekam, 1999).

Menurut Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2003).

2.4. Jenis-jenis Perkreditan

Kredit dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenis perkreditan yang disalurkan bank kepada nasabahnya. Jenis-jenis kredit yang disalurkan bank dapat dibedakan berdasarkan strata pinjaman yaitu strata I (Di bawah ambang garis kemiskinan), strata II (Di atas ambang garis kemiskinan), strata III (Kelas menengah) dan strata IV (Pengusaha besar dan korporasi), jenis-jenis perkreditan dapat dilihat dari Gambar 2.


(32)

10

Gambar 2. Jenis-jenis Perkreditan (BRI, 1995) Strata IV ƒ Kredit Investasi (KI) ƒ Kredit Modal Kerja Contingent Facilities

ƒ Leter Of Credit (L/C) ƒ Bank Garansi ƒ dll Kredit Strata I Strata II Strata III Program Peningkatan Pendapatan Petani dan

Nelayan (P4K) Program Non-Program Direct Facilities

Pengusaha Besar Korporasi

Pengusaha kecil : ƒ PIR

ƒ Nelayan Plasma ƒ Lapangan Kerja ƒ Perkebunan Kelapa

Sawit

KUT, TRI, Kredit Pengadaan Pangan, Kredit PIR KI/KKMK, Kupedes, Kretap, Kresun


(33)

Dalam pengembangan usaha strata I memberikan kredit sejenis proyek Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan (P4K) kepada masyarakat atau pengusaha golongan ekonomi lemah atau kecil yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, suku bunga yang diberikan sebesar 12%. Pemberian kredit ditujukan untuk membantu program pengentasan kemiskinan dan pelayanan.

Pemberian kredit strata II ditujukan bagi pengusaha ekonomi lemah atau kecil yang telah hidup diatas garis kemiskinan. Kredit ini ditujukan untuk membantu pemerataan kesempatan berusaha. Kredit yang diberikan dalam bentuk kredit program dengan tingkat suku bunga sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan kredit non- program dengan tingkat suku bunga kredit komersial. Jenis kredit program yang diberikan antara lain Kredit Usaha Tani (KUT).

Pemberian kredit strata III diberikan kepada para pengusaha menengah dari berbagai sektor ekonomi. Pemberian pinjaman didasarkan pada penilaian yang lebih tajam dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan tingkat suku bunga disesuaikan dengan tingkat suku bunga pasar. Bentuk fasilitas yang disediakan meliputi direct maupun contingent facilities. Yang termasuk direct facilities antara lain kredit investasi (kredit jangka panjang/menengah untuk pembelian barang modal guna meningkatkan pasilitas produksi) dan Kredit Modal Kerja (Kredit jangka pendek untuk pembiayaan bahan baku, biaya produksi dan piutang dagang), sedangkan contingent facilities meliputi pembukaan L/C, Bank Garansi dan lain-lain.

Strata IV ditujukan pada pengusaha besar dan korporasi yang didasarkan pada penilaian jauh lebih tajam dan memperhatikan kaidah-kaidah perkreditan yang lebih lengkap serta diberlakukan suku bunga yang bersaing (rendah), tetap memberikan spread yang lebih baik. Ditujukan pada para pengusaha besar dan korporasi, pemberian kredit tersebut mempunyai misi dalam pengentasan kemiskinan sebagai sistem Perkebunan Inti Rakyat (PIR), nelayan plasma, memberikan lapangan kerja, proyek perkebunan kelapa sawit.


(34)

12

2.5. Perhitungan Suku Bunga Kredit

Dalam industri perbankan yang sangat kompetitif, penentuan tingkat bunga kredit menjadi suatu alat persaingan yang sangat strategis. Bank-bank yang mampu mengendalikan komponen-komponen pokok dalam penentuan tingkat bunga kredit (Lending rate) akan mampu menentukan tingkat bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank lainnya. Faktor penentu suku bunga meliputi Cost of Loanable Fund (COLF), Overhead Cost, Risk Factor, Spread, faktor nasabah, bank pesaing, dan pajak (Hasibuan, 2001). Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan sebagai faktor internal dan faktor eksternal (lihat gambar 3).

Gambar 3. Faktor-faktor Penentu Suku Bunga

2.5.1. Faktor Internal Penentu Suku Bunga Kredit

a. Cost Of Loanable Funds

Biaya dana bank menurut pendekatan ini dihitung dengan memperhatikan peran masing-masing sumber dana dan faktor lain yang secara langsung mempengaruhi biaya dana misalnya

Faktor-faktor yang Menentukan Suku Bunga Kredit

Faktor Internal Faktor Eksternal

1. Cost Of

Loanable Fund 2. Overhead Cost 3. Risk Factor 4. Spread

1. Faktor Nasabah 2. Bank Pesaing 3. Pajak


(35)

ketentuan tentang cadangan wajib atau likuiditas wajib minimum (reserve requirement). Konsep ini secara langsung menentukan biaya dana yang harus dibayar oleh bank untuk setiap rupiah dana setelah dikurangi dengan bagian dana yang harus dipelihara bank sebagai cadangan wajib. Cost Of Loanable Fund itu sendiri pengaruhi oleh beberapa komponen.

1. Reserve requirement (RR)

Reserve requirement adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.

2. Loan To Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, dana yang dihimpun bank dalam penerapan rasio tersebut adalah dana masyarakat/dana pihak ketiga, kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan modal inti bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank.

3. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

Batas Maksimum Pemberian Kredit adalah ketentuan tentang tidak diperbolehkannya suatu bank untuk memberikan kredit, baik kepada nasabah tunggal maupun kepada nasabah grup yang besarnya melebihi 20 % dari besarnya modal bank yang bersangkutan.

b. Overhead Cost

Overhead Cost adalah seluruh biaya (di luar biaya dana) yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan kegiatannya.


(36)

14

Biaya-biaya yang termasuk dalam overhead cost ditanggung oleh seluruh jumlah aktiva yang menghasilkan pendapatan atau total aktiva produktif (Total Earning Assets).

Dalam menentukan besarnya persentase overhead cost terhadap tingkat lending rate, tiap-tiap bank memiliki kebijakan sendiri.hal ini sangat tergantung pada tingkat efisien bank yang bersangkutan didalam mengontrol biaya-biaya serta kemampuan bank dalam memperluas earning assetnya. Bank yang memiliki volume kredit yang besar akan cenderung memiliki overhead cost yang rendah, dengan syarat bank tersebut mampu mengendalikan biaya dalam batas-batas yang wajar (normal).

c. Risk Factor

Risk factor adalah komponen dalam penentuan lending rate yang sangat mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kredit bermasalah termasuk kredit macet. Penentuan besarnya risk factor terhadap lending rate ditujukan untuk berjaga-berjaga terhadap kemungkinan terjadinya resiko kredit.

Eksekutif perbankan berusaha untuk menekan tingkat risk factor sebagai komponen lending rate dalam upaya memperbesar pendapatan dan menghadapi persaingan dalam industri perbankan. Dalam hal ini, untuk meningkatkan pelayanan bank bagi nasabah-nasabah utamanya (prime customers), bank dapat saja menghilangkan atau menekan serendah mungkin komponen risk factor tersebut. Berbagai bentuk resiko yang perlu dipahami yaitu :

1. Resiko dari sifat usaha, antara lain :

Di dalam masyarakat terdapat ribuan jenis uasaha yang mempunyai sifat yang berbeda satu sama lainnya, dimana masing-masing mempunyai ciri-ciri khusus dalam melaksanakan kegiatannya. Dan kegiatan yang satu dengan


(37)

kegiatan yang lain mengandung tingkat resiko yang berbeda-berbeda. Tingkat resiko usaha dengan berbagai kriteria antara lain :

a) Turn over usaha makin tinggi maka semakin tinggi resikonya.

b) Tingkat spesifikasi atau kekhususan usaha, semakin khusus bidang usaha semakin tinggi resikonya.

c) Investasi pada aktiva lancar modal kerja, semakin besar investasi pada modal kerja maka resiko akan semakin tinggi.

d) Usaha dengan padat modal pada negara berkembang akan mempunyai resiko yang lebih besar dibandingkan dengan usaha yang banyak mengerahkan tenaga.

e) Karena sifat usahanya itu sendiri yang beresiko tinggi.

2. Resiko Geografis

Resiko geografis mempunyai pengaruh terhadap besarnya resiko dari suatu kegiatan usaha. Resiko geografis erat hubungannya dengan bencana alam yang sering terjadi pada suatu lokasi usaha tertentu.

3. Resiko Politik

Banyak kegagalan perkreditan karena tidak adanya kebijaksanaan politik yang jelas. Oleh karena itu kestabilan politik di suatu negara atau daerah merupakan faktor yang cukup menentukan dalam keberhasilan kegiatan usaha.

4. Resiko uncertainty

Faktor ketidakpastian akan menimbulkan spekulasi dan setiap usaha yang berupa spekulasi akan mengandung resiko yang tinggi karena segala sesuatunya tidak dapat direncanakan terlebih dahulu dengan baik.


(38)

16

5. Resiko Inflasi

Bentuk resiko yang lain yang sifatnya abstrak adalah resiko karena adanya inflasi. Walaupun utang pokok dan bunga telah dibayar lunas oleh nasabah, tetapi pada masa inflasi yang tinggi bank telah menderita penurunan terhadap daya beli dari rupiah yang dipinjamkan kepada nasabahnya.

d. Spread

Spread atau net margin adalah pendapatan bank yang utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih (net income) bank. Besarnya net margin bervariasi, tergantung kepada besarnya volume kredit yang disalurkan bank. Besar kecilnya volume kredit akan berpengaruh terhadap margin antara cost of funds dan tingkat bunga pinjaman (Lending Rate).

Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung kepada bagaimana pihak bank menerapkan strategi bank serta target market-nya. Pengelompokan jenis industri serta peringkat usaha bank merupakan salah satu pertimbangan untuk menetapkan tinggi rendahnya spread. Dalam praktek perbankan di Indonesia, eksekutif bank menetapkan spread (net margin) sebesar 2% hingga 3% yang merupakan harga yang layak sebagai komponen dari lending rate.

2.5.2. Faktor Eksternal Penentu Suku Bunga Kredit

1. Faktor Nasabah

Di dalam kondisi pasar yang bersaing harga akan terjadi pada titik kesepakatan antara pembeli dan penjual. Hal ini mungkin terjadi karena pembeli adalah mempunyai hak sepenuhnya untuk memilih harga dari jasa bank (suku bunga kredit) yang akan dibelinya dengan tingkat yang paling baik bagi nasabah tersebut.


(39)

2. Bank Pesaing

Untuk memperoleh nasabah sebanyak mungkin sesuai masing-masing target, harga atau tingkat suku bunga kredit merupakan faktor yang menentukan, sehingga tingkat suku bunga kredit perlu dipertimbangkan.

3. Pajak

Pembebanan pajak sebagai komponen dari penentuan tingkat bunga kredit (Lending rate) dapat dibebankan penuh atau sebagian, tergantung pada kebijakan bank yang bersangkutan dalam menghadapi persaingan.

2.6. Penentuan Suku Bunga dan Tingkat Hasil Pengembalian

Data suku bunga dan tingkat hasil pengembalian memberikan informasi bagi para manajer keuangan untuk dapat menentukan biaya kesempatan dari investasi. Hasil pengembalian atas investasi harus melebihi suku bunga pasar atas proyek-proyek dengan resiko yang ekuivalen.

2.6.1. Suku Bunga Nyata (Real Interest Rate)

Suku bunga nyata, dalam dunia tanpa inflasi atau ketidakpastian adalah suatu tingkat yang menyamakan permintaan atas dana dan penawarannya. Skedul permintaan ini miring menurun karena asumsi bahwa dengan semakin banyaknya uang di investasikan, investor mulai kehabisan proyek-proyek yang menguntungkan dan akibatnya tingkat hasil pengembalian yang diharapkan atas investasi marjinal menurun. Skedul penawaran miring menaik karena diperlukan tingkat hasil pengembalian yang semakin tinggi untuk merangsang masyarakat agar meminjamkan lebih banyak lagi uang.


(40)

18

Pengembalian

Permintaan Penawaran

Suku bunga nyata

Total yang dipinjam

Sama dengan yang dipinjamkan

Pinjaman dana

Gambar 4. Suku Bunga Nyata (Real Interest Rate) ( Weston, 1995)

2.6.2. Struktur Waktu dari Suku Bunga

Dalam struktur waktu dari suku bunga mengembangkan pemahaman tentang suku bunga ekuilibrium yang dikaitkan dengan inflasi dan likuiditas, sedang resiko gagal (default Risk) dan resiko pengembalian (Return Risk) dianggap konstan. Ada tiga teori yang diajukan untuk menerangkan struktur waktu dari suku bunga, yaitu hubungan antara suku bunga jangka pendek dengan suku bunga jangka panjang.

a. Teori Harapan

Teori Harapan ( Ekspectation Theory) yang tidak menyimpang menyatakan bahwa suku bunga akan datang yang diharapkan (ekspected future interest rate) sama dengan suku bunga di depan (forward rate) yang dihitung dari pengamatan atas harga-harga obligasi.

persen

Suku bunga di depan hasil pengamatan

Hasil hingga jatuh tempo

Waktu jatuh tempo


(41)

b. Teori Preferensi Likuiditas

Masa depan mengandung ketidakpastian, dan jika ketidakpastian dipertimbangkan maka teori harapan murni harus dimodifikasi. Asumsi bahwa suku bunga jangka pendek dimasa yang akan datang secara rata-rata tidak berubah, tetapi suku bunga mungkin akan lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari jumlah yang beredar. Teori harapan murni memprediksi bahwa obligasi jangka pendek maupun jangka panjang akan terjual pada hasil yang sama. Sedang teori preferensi likuiditas menganggap bahwa obligasi jangka panjang harus memberikan hasil yang lebih banyak daripada obligasi jangka pendek berdasarkan dua alasan yaitu pertama dalam situasi ketidak pastian, investor pada umunya ingin memiliki surat berharga jangka pendek karena surat berharga tersebut lebih liquid, dapat ditukar dengan uang tunai tanpa adanya resiko kerugian. Oleh karena itu para investor akan menerima bunga yang rendah untuk surat berharga jangka pendek. Kedua, para peminjam memberikan reaksi yang berlawanan dengan para investor.

Hasil bunga hingga Jatuh tempo

Dengan premi likuiditas

Harapan saja

Hasil bunga hingga Jatuh tempo

Dengan premi likuiditas Harapan saja


(42)

20

Hasil bunga hingga Jatuh tempo

Dengan premi likuiditas

Harapan saja

Gambar 6. Teori Preferensi Likuiditas (Weston, 2003) c. Risiko dan Tingkat Diskonto Pasar

Risiko dapat dibagi kedalam dua golongan yaitu resiko kegagalan (default risk) dan resiko kovarian.

1. Resiko kegagalan

Resiko kegagalan (default Risk) adalah resiko yang paling relevan untuk hutang jangka panjang perusahaan dimana terdapat kemungkinan adanya kebangkrutan. Metode yang biasa digunakan untuk menentukan resiko kegagalan dari hutang jangka panjang perusahaan adalah menunjuk pada daftar peringkat obligasi (bond rating).

2. Resiko Kovarian (Covariance Risk)

Resiko-resiko yang tidak berkorelasi dengan perekonomian sebagai satu kesatuan biasanya dapat dihilangkan dengan cukup memiliki portofolio yang didiversifikasi. Karena diversifikasi itu tidak memerlukan biaya, para investor tidak akan membayar suatu premi untuk menghindari resiko yang dapat didiversifikasikan. Akan tetapi mereka akan membayar suatu premi untuk menghindari suatu resiko kovarian (resiko sistematik) karena resiko itu tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.


(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Bank merupakan perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Fungsi bank merupakan perantara diantara masyarakat yang membutuhkan dana dengan masyarakat yang kelebihan dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya. Oleh karena itu, bank berfungsi sebagai perantara keuangan.

Memperoleh keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan usaha, termasuk bank. Keuntungan utama dari bisnis perbankan sebagai perantara keuangan adalah selisih suku bunga pinjaman dan tabungan setelah dikurangi biaya-biaya operasional. Permasalahannya adalah bagaimana mengelola dan menentukan bunga pinjaman secara fleksibel sehingga menghasilkan laba yang maksimal.

Pengelolaan suku bunga tersebut dilakukan oleh manajemen gap yang bertujuan untuk mengelola Net Interest Income (NII) atau Net Interest Margin (NIM) untuk meningkatkan keuntungan dalam kaitannya dengan perubahan suku bunga.

Agar masyarakat tertarik untuk menyimpan uang di bank faktor penting yang perlu diperhatikan adalah penentuan harga yaitu bunga. Besarnya suku bunga yang ditawarkan untuk Dana Pihak Ketiga akan sangat berpengaruh terhadap suku bunga kredit, hal ini akan mempengaruhi keuntungan bank karena keuntungan bank yang utama diperoleh dari selisih suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan suku bunga kredit.

Dalam menentukan besar kecilnya suku bunga yang akan diberikan tergantung pada faktor-faktor yang menentukan suku bunga yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari cost of loanable fund (COLF), overhead cost, risk factor, dan spread. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu faktor nasabah, pesaing, dan pajak. Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi objek penelitian pada pengaruh perubahan faktor internal suku bunga terhadap laba.


(44)

22

Selisih

Gambar 10. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan pada BRI cabang Bogor selama ± 3 bulan (Februari – April 2006). Penelitian dilakukan di BRI cabang Bogor karena BRI cabang Bogor saat ini secara operasional mengalami kelebihan likuiditas karena penyaluran dana relatif kurang.

LABA

Interest Income Interest Cost

Faktor Internal : 1. Cost Of

Loanable Fund 2. Overhead

Cost 3. Spread 4. Risk Factor

Faktor Eksternal : 1. Faktor

Nasabah 2. Bank pesaing 3. Pajak

NII

NIM

Non Interest Income


(45)

3.3 Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, dan data dari perusahaan seperti laporan keuangan (neraca, perhitungan rugi laba dan saldo laba, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum) dan buku tahunan bank.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji tingkat suku bunga kredit dengan komponen suku bunga kredit yaitu cost of loanable funds, overhead cost, risk factor, dan spread. Pengolahan dan analisis data yang digunakan yaitu :

3.4.1 Model Hubungan Suku Bunga Kredit dengan Laba

Pengkajian ini akan menggunakan analisis regresi linear dimana hubungan antara variabel yang satu dan yang lainnya bersifat linear. Hubungan antar variabel ini bisa bersifat positif atau negatif. Hubungan yang positif adalah jika variabel yang mempengaruhi naik, variabel yang dipengaruhi akan naik juga. Sedangkan hubungan negatif adalah jika variabel yang mempengaruhi naik maka variabel yang dipengaruhi akan turun. Dalam regresi linear variabel yang diramalkan hanya dipengaruhi oleh satu variabel. Persamaan Matematis regresi ini adalah :

π = a + b ίc ...………..(1) Yang menyatakan bahwa :

π : Nilai variabel dependen

a : Konstanta, dimana semakin besar nilai a maka semakin besar nilai minimum variabel dependen.


(46)

24

b : Slope, semakin besar nilai b berarti semakin besar pengaruh variabel independen X terhadap Y

ίc : variabel independen

3.4.2. Model Hubungan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga dengan Laba

Pengkajian ini akan menggunakan analisis regresi linear dimana hubungan antara variabel yang satu dan yang lainnya bersifat linear. Hubungan antar variabel ini bisa bersifat positif atau negatif. Hubungan yang positif adalah jika variabel yang mempengaruhi naik, variabel yang dipengaruhi akan naik juga. Sedangkan hubungan negatif adalah jika variabel yang mempengaruhi naik maka variabel yang dipengaruhi akan turun. Dalam regresi linear variabel yang diramalkan hanya dipengaruhi oleh satu variabel. Persamaan Matematis regresi ini adalah :

π = a + b ίd ...………...(2) Yang menyatakan bahwa :

π : Nilai variabel dependen

a : Konstanta, dimana semakin besar nilai a maka semakin besar nilai minimum variabel dependen.

b : Slope, semakin besar nilai b berarti semakin besar pengaruh variabel independen X terhadap Y

ίd : Variabel independen

3.4.3. Model Hubungan Faktor- Faktor Suku Bunga Kredit dengan Laba

Dalam menentukan model hubungan faktor-faktor suku bunga kredit dengan laba, harus menentukan terlebih dahulu nilai-nilai dari cost of loanable fund, overhead cost, risk factor dan spread. Dalam menghitung faktor-faktor tersebut sebagai berikut :


(47)

1. Cost Of Loanable Fund

Cost of loanable fund diperoleh dari pembagian antara biaya dana dengan loanable fund. Perhitungan persentase dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Cost of loanable fund = x100%

fund loanable

dana biaya

…………...(3)

2. Overhead Cost

Overhead cost adalah seluruh biaya (diluar biaya dana) yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan kegiatannya. Perhitungan persentase overhead cost dapat dinyatakan sebagai berikut :

Overhead Cost = ( )x100%

Asset Earning Total dana biaya diluar biaya Total ……(4)

3. Risk Factor

Risk factor adalah komponen dalam penentuan lending rate yang sangat mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kredit bermasalah termasuk kredit macet. Perhitungan Risk Faktor dengan rumus :

RiskFactor= x100%

Kredit Total Kredit n Penghapusa Penyisihan Biaya (5)

4. Spread

Spread adalah pendapatan bank yang utama dan menentukan besarnya pendapatan bersih (net income). Besarnya spread tergantung kepada besarnya volume kredit yang disalurkan bank. Penentuan tinggi rendahnya spread tergantung kepada bagaimana pihak bank menerapkan strategi bank serta target market-nya. Spread dapat diperoleh dari selisih antara pendapatan bunga dengan biaya bunga, dapat dinyatakan dengan rumus :


(48)

26

Spread = Suku bunga kredit – Suku bunga DPK.…..…... (6) Dalam praktek perbankan di Indonesia , eksekutif bank menetapkan spread sebesar 2% hingga 3% yang merupakan harga yang layak sebagai komponen dari lending rate.

Setelah nilai-nilai komponen tersebut diketahui, langkah selanjutnya yaitu menentukan komponen mana yang sangat berpengaruh terhadap suku bunga dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Pengkajian ini akan menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan MINITAB. Regresi merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menentukan derajat ketergantungan satu variabel terhadap variabel lainnya atau lebih. Regresi berganda merupakan persamaan regresi yang mempunyai lebih dari satu variabel independen. Secara umum persamaan regresi berganda dapat ditulis sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4………...….(7) Yang menyatakan bahwa :

Y : nilai variabel dependen (laba bersih) a : konstanta

X1 : nilai variabel cost of Loanable Fund X2 : nilai variabel Overhead Cost

X3 : nilai variabel Risk Factor X4 : nilai variabel Spread

b1 : slope yang berhubungan dengan variabel cost of Loanable fund

b2 : slope yang berhubungan dengan variabel Overhead Cost b3 : slope yang berhubungan dengan variabel Risk Factor b4 : slope yang berhubungan dengan variabel Spread


(49)

3.4.4. Model Hubungan antara Laba dengan Suku Bunga Kredit, Suku Bunga DPK dan Spread.

Pengkajian ini akan menggunakan analisis regresi berganda dimana hubungan antara variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Hubungan antar variabel ini bisa bersifat positif atau negatif. Hubungan yang positif adalah jika variabel yang mempengaruhi naik, variabel yang dipengaruhi akan naik juga. Sedangkan hubungan negatif adalah jika variabel yang mempengaruhi naik maka variabel yang dipengaruhi akan turun. Persamaan Matematis regresi ini adalah :

π= a + b1ίc + b2ίd + b3 (ίc - ίd) ... (8) Yang menyatakan bahwa :

π : nilai variabel dependen a : Konstanta

b1,2,3: slope yang berhubungan dengan suku bunga kredit, suku bunga DPKdan spread.

ίc : Suku bunga kredit

ίc : Suku bunga DPK

(ίc - ίd) : Spread

Menurut Algifari (2000) persamaan regresi yang diperoleh dalam suatu proses perhitungan tidak selalu baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen. Untuk mengetahui apakah suatu persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi nilai variabel dependen diperlukan pengetahuan tentang hal-hal berikut ini :

1. Koefisien regresi (uji parsial)

Bertujuan untuk memastikan apakah variabel independen yang terdapat dalam persamaan tersebut secara individu berpengaruh terhadap nilai variabel dependen (uji parsial). Caranya adalah dengan melakukan pengujian terhadap koefisien regresi setiap variabel independen.


(50)

28

Tabel 1.Hipotesis Uji Parsial H0 : Coefj = 0

HA : Coefj ≠ 0

Coefj merupakan koefisien masing-masing secara individu dari variabel individu

H0 ditolak jika T > tα/2 ; n-k-1 atau T< -tα/2 ;n-k-1 dimana

α = tingkat signifikasi/significance level (atau 1- confidence level)

n = jumlah data

k = jumlah variabel bebas

2. Persentase pengaruh semua variabel independen secara bersama-(simultan) terhadap nilai variabel dependen

Besarnya persentase pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen dapat diketahui melalui besarnya koefisien determinasi (R2) persamaan regresi. Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai 1, semakin mendekati nol besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel dependen (dengan kata lain semakin kecil kemampuan model dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen). Sebaliknya, semakin mendekati satu besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen (dengan kata lain semakin besar kemampuan model yang dihasilkan dalam menjelaskan perubahan nilai variabel dependen).

3. Pengaruh semua variabel independen di dalam model terhadap nilai variabel dependen (uji simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh yang sama


(51)

terhadap variabel dependen. Pengujian yang dilakukan menggunakan uji distribusi F. Caranya dengan membandingkan antara nilai kritis F (Ftabel) dengan nilai Fhitung(F ratio) yang terdapat pada tabel Analisys of Variance dari hasil perhitungan.

Tabel 2. Hipotesis Pengujian Uji Simultan

H0 : variasi perubahan nilai variabel independen tidak dapat menjelaskan variasi perubahan nilai variabel dependen HA : variasi perubahan nilai variabel independen dapat

menjelaskan variasi perubahan nilai variabel dependen H0 ditolak apabila F > Fα,V1;V2, dimana,

V1 = k = jumlah variabel bebas

V2 = n-k-1 = jumlah data – jumlah variabel bebas – 1

α = tingkat signifikasi/significance level (atau 1 – confidence level)

Menurut sugiyono (2003) untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan dalam persamaan besar atau kecil, maka kita harus melakukan penafsiran koefisien korelasi yang berpedoman pada ketentuan pada tabel 3.

Tabel 3. penafsiran koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat


(52)

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan

Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren

atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember

1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya


(53)

berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum.

Mengingat BRI didirikan berdasarkan Undang-undang No.21 tahun 1968 tanggal 18 Desember 1968, maka berdasarkan Pasal 45 Undang-undang No. 14 tahun 1967 tanggal 30 Desember 1967 tentang Perbankan Jo. Pasal 55 Undang-undang No. 7 tahun 1992 tanggal 25 Maret 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, BRI dapat menjalankan kegiatan uasahanya dibidang perbankan. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status Bank Rakyat Indonesia berubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan kepemilikannya masih 100% di tangan pemerintah. Perubahan Bank BRI menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) tersebut dituangkan dalam Akta Pendirian No. 113 tanggal 31 Juli 1992, yang dibuat dihadapan Muhani Salim, S. H., Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2-6584.HT.01.TH.92 tanggal 12 Agustus 1992 dan telah didaftarkan dalam buku register pada Kantor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dibawah No.2155/1992 pada tanggal 15 Agustus 1992, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.73, Tambahan No.3A tanggal 11 September 1992.

Pada tanggal 3 Oktober 2003 berdasarkan akta No.6 tanggal 3 Oktober 2003 status BRI berubah menjadi Perusahaaan Perseroan Terbatas Terbuka, sehingga untuk selanjutnya "PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)" berubah menjadi "PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk".

Bank Rakyat Indonesia memperoleh izin untuk melakukan Penawaran Umum Perdana sesuai dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang tertuang dalam Surat No.P.001/4690/DPRRI/2003 tanggal 8 September 2003 mengenai


(54)

32

Persetujuan Tentang Rencana Penawaran Umum perdana (IPO) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), setelah peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 49 tahun 2003 tanggal 13 Oktober 2003 tentang penjualan saham pada perusahaan perseroan (Persero) PT Bank Rakyat Indonesia. Bank Rakyat Indonesia melakukan pencatatan perdana sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 10 Nopember 2003. Januari 2004, BRI telah melakukan penawaran umum obligasi subordinasi 1.

Kegiatan BRI didasarkan pada pelayanan masyarakat kecil. Hal ini tetap konsisten dilakukan hingga saat ini, yaitu dengan berfokus kepada pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Seiring dengan perkembangan dunia Perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini BRI memiliki unit kerja yang terdiri dari 13 Kantor Wilayah, 324 Kantor Cabang (Dalam Negeri), 147 Kantor Cabang Pembantu, 8 Cabang Bank Syariah, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 Kantor New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.

4.1.2. Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia

Visi dari Bank Rakyat Indonesia adalah Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Sedangkan untuk Misinya adalah Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat, memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak - pihak yang berkepentingan


(55)

4.1.3. Kegiatan Usaha

BRI menjalankan usahanya melalui divisi-divisi bisnis mikro, bisnis ritel, bisnis umum, unit bisnis syariah serta divisi treasury dan internasional fokus bisnis yang mengarah pada pemberdayaan usaha mikro telah menjadi basis yang kuat yang menempatkan BRI sebagai bank terbesar kedua dari sisi penyaluran kredit per posisi September 2004.

BRI melayani nasabah mikro melalui jaringan BRI unit yang diperpanjang dengan Pos Pelayanan Desa (PPD). Jaringan bisnis yang dibangun BRI merupakan unsur pendukung utama sehingga BRI dapat menguasai segmen ini. Per tanggal 31 Desember 2004, persentase kredit mikro adalah sebesar 37,06% terhadap total kredit. Produk yang dikelola oleh divisi ini adalah produk pinjaman dan produk simpanan. Produk pinjaman yang ditawarkan berupa Kupedes Modal Kerja dan Kupedes Investasi yang diberikan pengusaha mikro dan pelaku usaha lainnya serta Kupedes untuk golongan berpenghasilan tetap yang diberikan untuk pekerja perusahaan swasta, lembaga-lembaga pemerintah, BUMN, terutama Pegawai Negeri Sipil dan Pensiunan. Produk simpanan berupa giro, tabungan dan deposito berjangka (termasuk Sertifikat Deposito).

Produk pinjaman yang diberikan adalah Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi, UKM, serta kredit Golbertap yang diberikan kepada perorangan yang bekerja pada perusahaan swasta, BUMN dan institut pemerintah. Produk simpanan berupa simpanan, giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito yang dikelola divisi Consumer Banking. Produk lain yang ditawarkan adalah L/C, bank garansi, produk-produk treasury dan reksa dana melalui relationship manager.


(56)

34

4.1.4. Sasaran Jangka Panjang BRI

Bank Rakyat Indonesia memiliki sasaran jangka panjang diantaranya yaitu

1. Menjadi bank sehat dan salah satu dari lima bank terbesar dalam asset dan keuntungan.

2. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.

3. Menjadi bank terbesar dan terbaik dalam pengembangan agribisnis.

4. Menjadi salah satu bank go publik terbaik.

5. Menjadi bank yang melaksanakan good corporate governance secara konsisten.

6. Menjadikan budaya kerja BRI sebagai sikap dan perilaku semua insan BRI.

4.2. Keuntungan Bank

Keuntungan utama bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah berdasarkan bunga yang telah ditentukan. Dalam kegiatan perbankan berdasarkan prinsip konvensional ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu pertama bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Kedua, bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga kredit yang merupakan harga jual bank.

Bunga pinjaman maupun bunga simpanan merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Antara bunga simpanan dan bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Apabila bunga simpanan tinggi maka


(57)

secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik. Besar nilai bunga pinjaman dan bunga simpanan Bank Rakyat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Suku Bunga Pinjaman dan Suku Bunga Simpanan (Des’04 – Maret’06)

Bulan

Suku Bunga Kredit

Total Kredit

Suku

Bunga DPK Total DPK

Des 04 3.103,88 16.444,82 1.198,49 26.845,55 Januari '05 3.049,53 199.789,21 1.967,92 859.001,98 Februari '05 4.622,09 199.391,21 2.854,56 849.032,11 Maret '05 6.272,02 200.704,91 3.839,69 808.616,03 April '05 4.704,02 150.528,69 2.879,76 309.703,89 Mei '05 3.763,22 120.422,94 2.303,81 247.763,11 Juni '05 3.136,01 99.777,61 1.919,84 404.308,02 Juli '05 2.688,01 86.016,39 1.645,58 176.973,65 Agustus '05 2.352,02 75.264,34 1.439,88 154.851,94 September '05 2.090,68 66.901,64 1.279,90 137.646,17 Oktober '05 1.881,61 60.069,90 1.151,91 123.881,55 November '05 1.710,55 54.484,73 1.047,19 112.619,59 Desember '05 1.568,00 50.176,23 959,92 103.234,63 Januari '06 3.049,53 199.789,21 1.967,92 438.270,22 Februari '06 6.194,65 198.994,22 3.741,20 428.556,56 Maret '06 9.571,9 208.631,28 5.809,94 373.177,10

4.3. Penentuan Suku Bunga

Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal maka pihak manajemen bank harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Penentuan suku bunga perbankan berdasarkan pengaruh faktor-faktor internal seperti cost of loanable fund, overhead cost,risk factor dan spread.

4.3.1. Cost of Loanable Fund

Biaya dana atau cost of fund (Dahlan Siamat : 1993 : 114) adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh bank untuk setiap rupiah


(58)

36

dana yang dihimpunnya dari berbagai sumber sebelum dikurangi dengan likuiditas wajib (Reserve Requirement). Tinggi rendahnya biaya dana bagi setiap bank sangat beragam tergantung dari struktur dana yang dapat dihimpun oleh bank tersebut. Sedangkan untuk COLF diperoleh dari pembagian antara biaya dana dengan loanable fund. Hasil perhitungan COLF dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Cost of Loanable Fund (COLF)

Bulan Biaya Dana Loanable Fund

COLF (%)

Januari 1.967,92 433.602,32 0,45

Februari 2.854,56 428.514,94 0,67

Maret 3.839,69 410.419,08 0,94

April 2.879,76 309.473,30 0,93

Mei 2.303,81 247.233,30 0,93

Juni 1.919,84 201.021,45 0,96

Juli 1.645,58 177.920,98 0,93

Agustus 1.439,88 156.685,64 0,92

September 1.279,89 136.992,41 0,93

Oktober 1.151,91 124.868,64 0,92

November 1.047,19 113.271,76 0,92

Desember 959,92 102.321,12 0,94

4.3.2. Overhead Cost

Overhead Cost adalah seluruh biaya (diluar biaya dana) yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan kegiatannya. Biaya-biaya yang termasuk dalam overhead cost ditanggung oleh seluruh jumlah aktiva yang menghasilkan pendapatan atau total aktiva produktif (Total Earning Assets). Hasil perhitungan overhead cost dapat dilihat pada Tabel 6.


(59)

Tabel 6. Hasil Perhitungan Overhead Cost Bulan Umum dan Administrasi Tenaga Kerja Total Biaya (diluar biaya dana) Total Aktiva Produktif Overhead Cost

Januari 301,26 530,39 831,65 199.789,21 0,42 Februari 513,50 823,54 1.337,04 199.391,72 0,67 Maret 791,28 1117,60 1.908,88 202.471,57 0,94 April 593,46 838,20 1.312,97 151.853,68 0,87 Mei 474,77 670,56 1.066,20 121.482,94 0,88 Juni 395,64 558,80 897,92 101.235,79 0,89 Juli 339,119 478,97 775,70 86.773,53 0,90 Agustus 296,73 419,10 682,86 75.926,84 0,90 September 263,76 372,53 609,91 67.490,52 0,90 Oktober 237,38 335,28 551,08 60.741,47 0,91 November 215,80 304,80 502,62 55.219,52 0,91 Desember 197,82 279,40 279,40 50.617,89 0,55 4.3.3. Risk Faktor

Risk factor adalah komponen dalam penentuan lending rate yang sangat mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kredit bermasalah termasuk kredit macet. Penentuan besarnya risk factor terhadap lending rate ditujukan untuk berjaga-berjaga terhadap kemungkinan terjadinya resiko kredit. Hasil perhitungan Risk Factor dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Risk Factor

Bulan Biaya Penyisihan

Penghapusan Kredit Total Kredit

Risk Factor

Januari 617,97 199.789,21 0,31

Februari 882,85 199.391,72 0,44

Maret 1.232,55 202.471,57 0,61

April 924,41 151.853,68 0,61

Mei 739,53 121.482,94 0,61

Juni 616,27 101.235,79 0,61

Juli 528,24 86.773,53 0,61

Agustus 462,21 75.926,84 0,61

September 410,85 67.490,52 0,61

Oktober 369,76 60.741,47 0,61

November 336,15 55.219,52 0,61


(60)

38

4.3.4. Spread

Spread atau net margin adalah pendapatan bank yang utama dan akan menentukan besarnya pendapatan bersih (net income) bank. Besarnya net margin bervariasi, tergantung kepada besarnya volume kredit yang disalurkan bank. Besar kecilnya volume kredit akan berpengaruh terhadap margin antara cost of funds dan tingkat bunga kredit (Lending Rate). Hasil perhitungan spread dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Perhitungan Spread

Bulan

Suku Bunga Kredit

Suku Bunga

DPK Spread

Januari 1,53 0,27 1,26

Februari 2,32 0,34 1,98

Maret 3,12 0,47 2,65

April 3,12 0,93 2,19

Mei 3,12 0,93 2,19

Juni 3,14 0,47 2,67

Juli 3,12 0,93 2,19

Agustus 3,13 0,93 2,2

September 3,12 0,93 2,19

Oktober 3,13 0,93 2,2

November 3,14 0,93 2,21

Desember 3,12 0,93 2,19

4.4. Pengaruh Suku Bunga Kredit terhadap Laba Bersih.

Berdasarkan metodologi penelitian, maka dalam penelitian ini akan digunakan laba bersih sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independennya adalah suku bunga kredit. Keterkaitan antara masing-masing variabel tersebut dikaji menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak MINITAB 14 for windows.

Hasil perhitungan kedua variabel tersebut berikut analisis dan interpretasinya dapat dilihat pada Tabel 9.


(1)

Lampiran 7. Hasil Analisis Laba dengan

Spread

Laba spread RESI1 FITS1

121,41

1,30

155,29

-33,88

208,59

1,98

-217,57

426,16

1.332,21

2,65

452,78

879,43

999,19

2,19

430,96

568,227

799,34

2,19

231,11

568,227

666,12

2,67

-226,84

892,96

570,96

2,19

2,73

568,23

499,59

2,20

-75,40

574,99

444,08

2,19

-124,15

568,23

399,66

2,20

-175,33

574,99

363,34

2,21

-218,42

581,76

333,06

2,19

-235,17

568,23

Regression Analysis: laba versus spread

The regression equation is

laba = - 913 + 677

spread

Predictor Coef SE Coef T P

Constant -913.4 524.0 -1.74 0.112

spread

676.5 237.7 2.85 0.017

S = 268.685 R-Sq = 44.8% R-Sq(adj) = 39.2%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 1 584742 584742 8.10 0.017

Residual Error 10 721917 72192

Total 11 1306659

Unusual Observations

Obs spread laba Fit SE Fit Residual St Resid

1 1.30 121.4 -33.9 223.1 155.3 1.04 X

X denotes an observation whose X value gives it large

influence.


(2)

Lampiran 8. Hasil Analisis Laba dengan Suku Bunga Kredit dan Suku Bunga

DPK.

laba Suku

Bunga

Kredit

Suku Bunga

DPK

121,4

3.049,5

1.967,9

208,6

4.622,1

2.854,6

1.332,2

6.272,0

3.839,7

999,2

4.704,0

2.879,8

799,3

3.763,2

2.303,8

666,1

3.136,0

1.919,8

570,9

2.688,0

1.645,6

499,6

2.352,0

1.439,9

444,1

2.090,7

1.279,9

399,7

1.881,6

1.151,9

363,3

1.710,6

1.047,2

333,1

1.568,0

959,9

Regression Analysis: Laba versus suku bunga kredit; suku

bunga DPK

The regression equation is

Laba = - 827 + 676 suku bunga kredit – 788 suku bunga DPK Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -827.2 545.5 -1.52 0.164

suku bunga Kredit 676.4 252.6 2.68 0.025 2.2 suku bunga DPK -788.1 461.2 -1.71 0.122 2.2 S = 283.004 R-Sq = 44.8% R-Sq(adj) = 32.6%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 2 585839 292920 3.66 0.069 Residual Error 9 720820 80091

Total 11 1306659 Source DF Seq SS Suku Bunga Kredit 1 351987 Suku Bunga DPK 1 233853 Unusual Observations

suku bunga

Obs Kredit laba Fit SE Fit Residual St Resid 1 1.53 121.4 -5.1 256.0 126.5 1.05X


(3)

Lampiran 9. Korelasi antara Laba dengan Faktor-faktor Suku

Correlations: laba, COLF, OHC, risk factor, spread

laba COLF OHC risk

factor

COLF 0.540

0.070

OHC 0.524 0.998

0.081 0.000

risk factor 0.516 0.997 0.999

0.086 0.000 0.000

spread 0.669 0.854 0.840

0.836

0.017 0.000 0.001

0.001

Cell Contents: Pearson correlation

P-Value


(4)

Lampiran 10. Korelasi antara Laba dengan Suku Bunga Kredit, Suku Bunga DPK

dan

Spread.

Correlations: laba, suku bunga kredit, suku bunga DPK, spread

laba suku bunga kredit suku bunga DPK

suku bunga kredit

0.691

0.013

suku bunga DPK 0.080 0.720

0.804 0.008

spread

0.669 0.215

-0.289

0.017 0.503

0.362

Cell Contents: Pearson correlation

P-Value


(5)

Lampiran 11.

Stepwise Regression

antara Laba dengan Faktor-faktor Suku Bunga

Stepwise Regression: Laba versus COLF; OHC; Risk Factor; Spread

Alpha-to-Enter: 0.05 Alpha-to-Remove: 0.05

Response is Laba on 4 predictors, with N = 12

Step 1

Constant -913.4

Spread

677

T-Value 2.85

P-Value 0.017

S 269

R-Sq 44.75

R-Sq(adj) 39.23

Mallows C-p -0.6


(6)

Lampiran 12.

Stepwise Regression

antara Laba dengan Suku Bunga Kredit, Suku

Bunga DPK dan

Spread.

Stepwise Regression: Laba versus suku bunga kredit; suku bunga DPK; Spread Alpha-to-Enter: 0.05 Alpha-to-Remove: 0.05

Response is Laba on 3 predictors, with N = 12 Step 1 2

Constant 40.7 -78.11 suku bunga kredit 0.165 0.314 T-Value 3.02 6.82 P-Value 0.013 0.000 suku bunga DPK -0.00098 T-Value -4.49 P-Value 0.002

S 261 153 R-Sq 47.73 83.88 R-Sq(adj) 42.50 80.30 Mallows C-p 24.9