Analisis Pengaruh Portofolio Kredit Terhadap Non Performing Loan Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan

(1)

ANALISIS PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP

NON PERFORMING LOAN PADA PT. BANK NEGARA

INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR

WILAYAH 01 MEDAN

TESIS

Oleh

FEBRYANTI M.E. ARITONANG

067019093/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

ANALISIS PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP

NON PERFORMING LOAN PADA PT. BANK NEGARA

INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR

WILAYAH 01 MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FEBRYANTI M.E. ARITONANG

067019093/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP NON PERFORMING

LOAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA

(PERSERO) Tbk. KANTOR WILAYAH 01 MEDAN

Nama Mahasiswa : Febryanti M.E. Aritonang Nomor Pokok : 067019093

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, SE. Ak) (Drs. Syahyunan, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE., M.S) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 13 Oktober 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, SE. Ak Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si

2. Dr. Isfenti Sadalia, ME 3. Dr. Khaira Amalia, MBA


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP NON

PERFORMING LOAN PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)

Tbk. KANTOR WILAYAH 01 MEDAN”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, September 2009 Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Demikian juga halnya dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang memiliki peran sebagai financial intermediary dan memiliki komitmen utama untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat namun tetap menerapkan risk management secara lebih prudent, agar tetap memiliki kualitas kredit yang baik sehingga dapat menghindari jumlah kredit bermasalah atau Non Performing Loan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah portofolio kredit (kredit whosale, middle dan retail) berpengaruh terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit (kredit whosale, middle dan retail) terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, diolah, disajikan dan kemudian dianalisis. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang terdiri dari 20 kantor cabang. Sensus diperoleh dari angka agregat 20 kantor cabang dengan time series selama 3 tahun yakni dari tahun 2006 sampai dengan 2008.

Hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan uji secara simultan (uji F) dan parsial (uji t) pada á = 5%. Hasil uji F, variabel kredit

whosale, middle dan retail berpengaruh secara simultan dan sangat signifikan terhadap Non Performing Loan. Hasil uji R2 sebesar 0.341. Hal ini menunjukkan bahwa 34,1% variabel kredit whosale, middle dan retail menjelaskan terhadap variabel Non Performing Loan. Hasil uji t diperoleh bahwa variabel kredit retail berpengaruh terhadap variabel Non Performing Loan, sedangkan variabel kredit whosale dan middle tidak berpengaruh terhadap variabel Non Performing Loan.


(7)

ABSTRACT

Bank is an organization that collect fund from society in saved and lead it to the people in credit or other type in order to increase the best life level of society. So PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan that also have a function as financial intermediary and main commitment to lead credit to the society but also have a basic in risk management prudently, to have good credit and avoid the number of problem credit or Non Performing Loan. The formulated problem of the study included to know whether the credit portfolio (whosale, middle, and retail) to be interaction for Non Performing Loan in PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan with simultaneous test and partially. The present study intends to know that the credit portfolio (whosale, middle, and retail) to be interaction for Non Performing Loan in PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan with simultaneous test and partially.

The research used analysis deskriptif research and collect the useful data, to prepare, to serve and to analysis. The population used in the study is PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan included 20 branch offices with time series in 3 years that is 2006 until 2008.

The result of hypothesis test used multiple linear regression analysis with the simultaneous test (F-test) and partially (t-test) at á = 5%. The result of F-test, whosale, middle, and retail credit have highly significant effect simultaneously on the Non Performing Loan. The R2 test 0.341. This indicated that 34.1% of whosale, middle, and retail credit explained the Non Performing Loan. The result of t-test found that retail credit variable to be interaction for Non Performing Loan, while whosale and middle credit variable are not to be interaction for Non Performing Loan.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis selama selama proses menuntut ilmu dan menyelesaikan tugas akhir tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir S-2 pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti dengan judul “Analisis Pengaruh Portofolio Kredit terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan”.

Selama menjalani proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan material dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,. Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., M.S., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, SE. Ak. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.


(9)

6. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Dr. Khaira Amalia, MBA selaku Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pegawai PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan.

9. Khususnya dan teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta Alm. P.Aritonang dan Alm. D. L. Tobing dan saudariku tercinta, terima kasih atas kasih sayang dan doa sehingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 2 ini.

10. Kedua mertuaku V. Siahaan dan R. Tambunan yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penyelesaian tesis ini.

11. Untuk suamiku tercinta Frans Siahaan, SSTP, MSP yang telah sabar dan memberikan doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan ini.

12. Rekan-rekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Manajemen Angkatan XI dan semua pihak-pihak yang telah membantu dan telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 2 ini.


(10)

Penulis menyadari tesis ini belum sempurna. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Medan, September 2009 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Febryanti M.E. Aritonang, lahir pada tanggal 03 Februari 1980, anak kelima dari lima bersaudara dari Ayahanda Alm. P. Aritonang dan Ibunda Alm. D. L. Tobing.

Pendidikan dimulai tahun 1986 Taman Kanak-kanak (TK) Santa Maria Padang Sidempuan, tahun 1987 masuk pendidikan Sekolah Dasar (SD) SD Xaverius Padang Sidempuan sampai dengan tahun 1989, dilanjutkan ke SD RK Setia Budi Medan sampai dengan tahun 1992. Melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Budi Murni-3 Medan tamat dan lulus tahun 1995. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 4 Medan, tamat dan lulus tahun 1998.

Kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Sumatera Utara Medan, tamat dan lulus tahun 2002. Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) Program Studi Magister Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. selama 7 tahun dimulai dari tahun 2002 sampai dengan sekarang dan menjabat sebagai Penyelia Administrasi Kredit Sentra Kredit Konsumen Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL...……….. ix

DAFTAR GAMBAR ..………. x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 3

1.3 Tujuan Penelitian………... 3

1.4 Manfaat Penelitian………. 4

1.5 Kerangka Pemikiran..……… 4

1.6 Hipotesis……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 8

2.1 Bank Sebagai Lembaga Keuangan……… 8

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Bank……… 8

2.1.2 Pengertian Sumber-sumber Dana Bank………... 10

2.1.3 Pengertian dan Fungsi Kredit……….. 12

2.2 Bank Sebagai Penyalur Dana………..……….. 15

2.2.1 Prosedur Pemberian Kredit………. 15

2.2.2 Analisa Kredit………. 18

2.3 Portofolio dan Diversifikasi Kredit………... 23


(13)

2.4.1 Identifikasi Kredit Bermasalah (Non Performing loan).. 32

2.4.2 Faktor-faktor Penyebab Non Performing Loan..…….... 34

2.4.3 Pencegahan dan Penanganan Non Performing Loan….. 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 43

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian..……….. 43

3.2 Metode Penelitian………..……… 43

3.3 Metode Pengumpulan Data………... 43

3.4 Jenis dan Sumber Data…...………. 44

3.5 Populasi dan Sensus..……… 44

3.6 Identifikasi Variabel Penelitian.……… 44

3.7 Definisi Variabel Penelitian dan Pengukurannya…...………. 45

3.8 Model Analisis Data...…...… 46

3.9 Pengujian Asumsi Klasik…...…...…… 46

3.10 Pengujian Hipotesis... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 51

4.1. Deskripsi Data...……….. 51

4.2 Pengujian Asumsi Klasik…..……….... 52

4.3 Pengujian Hipotesis…...…………... 55

4.3.1 Uji Simultas (Uji F)…..…... 57

4.3.2 Uji Parsial (Uji t)…...…... 58

BAB V KESIMPULAN, KETERBATAS DAN SARAN……… 60

5.1 Kesimpulan…...………. 60

5.2 Keterbatasan...………. 61

5.3 Saran... 60


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Segmentasi Debitur.…...…...….... 30

2.2. Theoritical Mapping Daftar Peneliti Terdahulu…...…...……. 40

3.1. Definisi Operasional Variabel…..………... 45

4.1. Deskripis Data Penelitian………...…………... 51

4.2. Hasil Uji Normalitas……...………... 52

4.3. Hasil Uji Multikolinieritas…...………... 53

4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas………...……... 54

4.5. Hasil Uji Autokorelasi………... 54

4.6. Hasil Uji Koefisien Regresi………...……... 55

4.7. Hasil Uji Determinasi...……... 56

4.8. Hasil Uji F……...…...……... 57


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1.1. Kerangka Konsep……....……… 7 2.1. Sumber-sumber Penyediaan Dana Perbankan……… 12 2.2. Tahapan dan Tujuan Pengelolaan Kredit………... 22


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman I. Data Perusahaan Perbankan ... 65 II. Deskriptif Data ... 68 III. Hasil Normalitas, Multikolinieritas, Heterokedastisitas, dan

Autokorelasi ... 69 IV. Pengujian Regresi Linear Berganda ... 72


(17)

ABSTRAK

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Demikian juga halnya dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang memiliki peran sebagai financial intermediary dan memiliki komitmen utama untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat namun tetap menerapkan risk management secara lebih prudent, agar tetap memiliki kualitas kredit yang baik sehingga dapat menghindari jumlah kredit bermasalah atau Non Performing Loan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah portofolio kredit (kredit whosale, middle dan retail) berpengaruh terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit (kredit whosale, middle dan retail) terhadap Non Performing Loan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, diolah, disajikan dan kemudian dianalisis. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang terdiri dari 20 kantor cabang. Sensus diperoleh dari angka agregat 20 kantor cabang dengan time series selama 3 tahun yakni dari tahun 2006 sampai dengan 2008.

Hasil uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan uji secara simultan (uji F) dan parsial (uji t) pada á = 5%. Hasil uji F, variabel kredit

whosale, middle dan retail berpengaruh secara simultan dan sangat signifikan terhadap Non Performing Loan. Hasil uji R2 sebesar 0.341. Hal ini menunjukkan bahwa 34,1% variabel kredit whosale, middle dan retail menjelaskan terhadap variabel Non Performing Loan. Hasil uji t diperoleh bahwa variabel kredit retail berpengaruh terhadap variabel Non Performing Loan, sedangkan variabel kredit whosale dan middle tidak berpengaruh terhadap variabel Non Performing Loan.


(18)

ABSTRACT

Bank is an organization that collect fund from society in saved and lead it to the people in credit or other type in order to increase the best life level of society. So PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan that also have a function as financial intermediary and main commitment to lead credit to the society but also have a basic in risk management prudently, to have good credit and avoid the number of problem credit or Non Performing Loan. The formulated problem of the study included to know whether the credit portfolio (whosale, middle, and retail) to be interaction for Non Performing Loan in PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan with simultaneous test and partially. The present study intends to know that the credit portfolio (whosale, middle, and retail) to be interaction for Non Performing Loan in PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan with simultaneous test and partially.

The research used analysis deskriptif research and collect the useful data, to prepare, to serve and to analysis. The population used in the study is PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan included 20 branch offices with time series in 3 years that is 2006 until 2008.

The result of hypothesis test used multiple linear regression analysis with the simultaneous test (F-test) and partially (t-test) at á = 5%. The result of F-test, whosale, middle, and retail credit have highly significant effect simultaneously on the Non Performing Loan. The R2 test 0.341. This indicated that 34.1% of whosale, middle, and retail credit explained the Non Performing Loan. The result of t-test found that retail credit variable to be interaction for Non Performing Loan, while whosale and middle credit variable are not to be interaction for Non Performing Loan.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga perantara yang menjembatani sektor yang kelebihan dana (surplus) dengan sektor yang kekurangan dana (minus). Dalam hal ini bank menerima simpanan dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman/kredit. Sebagian besar pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit (dalam bentuk hasil bunga), untuk itu pengelolaan portofolio kredit sangat dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, Oktober 2007; kredit investasi dan kredit modal kerja yang merupakan produk dari kredit wholesale dan middle, cenderung mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun (data tahun 2004 s/d 2006) namun jika dilihat per sektor ekonomi peningkatan kredit lebih besar di sektor konsumtif atau kredit retail. Kredit konsumtif berkembang pesat namun demikian ekspansi yang terlalu cepat di sektor ini sangat tidak stabil bagi makro ekonomi pada umumnya dan bagi perbankan pada khususnya. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh sektor konsumsi pada titik tertentu akan mengalami stagnasi jika daya beli masyarakat merosot. Pertumbuhan ekonomi karena dukungan kredit sektor konsumsi memiliki dampak pengganda (multiplier effect) yang relatif terbatas, kredit ini dapat menimbulkan penurunan untuk pembiayaan konsumsi riil dari debitur, artinya bahwa kemampuan debitur untuk menopang biaya hidupnya menjadi semakin menurun.


(20)

Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, seharusnya perbankan melakukan ekspansi di sektor kredit investasi atau modal kerja agar berdampak langsung terhadap peningkatan skala ekonomi dan skala bisnis. Pemberian kredit investasi dan kredit modal kerja menjadi hal yang lebih utama untuk didorong sesegera mungkin sehingga mampu menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.

Berdasarkan laporan publikasi Bank Indonesia, selama semester dua tahun 2004, hampir seluruh bank papan atas seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengalami perbaikan dalam pengelolaan portofolio kreditnya. Hal itu terlihat dari semakin mengecilnya Non Performing Loan (NPL), namun secara serentak keadaan itu berbalik karena pada semester satu tahun 2005 kondisi NPL sangat memprihatinkan. Rata-rata bank mengalami pertumbuhan NPL 84,2% hanya dalam waktu enam bulan. Ekspansi kredit tahun 2005 tidak memberikan kontribusi dalam perolehan laba bank, sebaliknya perbankan harus mengurangi labanya untuk penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Sepanjang kondisi ekonomi bisnis riil belum menunjukkan perbaikan yang signifikan maka kebijakan untuk menaikkan suku bunga kredit untuk memperbaiki laba menurun, akan berdampak kepada kemungkinan meningkatnya NPL yang selanjutnya akan semakin memperburuk kinerja perbankan.

Dalam melaksanakan fungsi intermediasi, masing-masing bank menerapkan model tersendiri untuk menilai kelayakan bisnis debiturnya dan berbeda dalam menilai aspek resiko sebagai pengejawentahan dari risk management. Perbedaan


(21)

pandangan ini menjadi faktor dominan dalam penilaian kualitas kredit namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meminimalisasi resiko atas persetujuan kredit dan kredit NPL di kemudian hari.

Demikian juga halnya dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., yang memiliki peran sebagai financial intermediary dan memiliki komitmen utama untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat namun tetap menerapkan risk management secara lebih pruden, agar tetap memiliki kualitas kredit yang baik. Untuk itu PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dituntut semakin jeli menentukan target market kreditnya untuk memperkecil resiko kredit dari penurunan kualitas kredit dengan harapan dapat terhindar dari kredit NPL.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah portofolio kredit (kredit retail, middle, dan wholesale) akan berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan secara parsial maupun simultan.

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit (kredit retail, middle, dan wholesale) terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan baik secara parsial maupun simultan.


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi akademisi sebagai bahan kajian ilmiah dan menambah referensi bagi dunia ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manajemen keuangan khususnya dalam menganalisis pengaruh portofolio kredit terhadap profitabilitas perbankan. 2. Bagi perusahaan, yaitu:

a) Sebagai bahan masukan bagi manajemen PT. Bank Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dalam mengambil keputusan, khususnya yang berkaitan langsung dengan portofolio kredit.

b) Untuk mengetahui pengaruh portofolio kredit terhadap profitabilitas perusahaan.

3. Selain itu peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan berarti bagi penelitian-penelitian selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar penelitian ini.

1.5. Kerangka Pemikiran

Portofolio adalah investasi (paling sedikit dua aset) di mana investor akan memilihnya, Margaretha (2007). Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk


(23)

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan. Dengan demikian portofolio kredit bank meliputi kumpulan jenis-jenis (atas dasar berbagai kategori) kredit yang disalurkan oleh Bank.

Bank sebagai organisasi bisnis telah menjadi alat dan sarana penunjang likuiditas usaha, sebagai konsekuensinya bank dituntut untuk menjadi organisasi bisnis yang proper dan prudent di dalam penyaluran dananya dalam bentuk kredit. Hal ini telah disadari benar oleh masyarakat sebab fungsi usaha bank selain sebagai financial intermediary, juga merupakan agent of development yakni memiliki kewajiban untuk menunjang upaya pemerataan pembangunan nasional. Dengan demikian fungsi usaha bank sebagai source of funds dan lending function harus seimbang demi terciptanya proper banking.

Kredit bank menurut kualitas pada hakikatnya didasarkan atas resiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bunga, mengangsur serta melunasi pinjamannya kepada bank. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut adalah waktu pembayaran bunga, pembayaran angsuran dan pelunasan pokok pinjaman. Penurunan kualitas kredit dikategorikan kedalam kredit Non Performing Loan (NPL) yakni berada pada posisi kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan kategori macet (loss), Rivai (2006).

Kenyataan menunjukkan bahwa kredit bermasalah merupakan bagian dari loan portofolio dari sebuah bank, namun pemberian kredit yang sukses adalah bank


(24)

yang mampu mengelola kredit bermasalah (problem loan) pada suatu tingkat yang wajar dan tidak menimbulkan kerugian pada bank.

Kredit bermasalah menggambarkan situasi di mana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan memperoleh rugi yang potensial. Oleh karena itu pendekatan praktis bagi bank dalam pengelolaan kredit bermasalah didasarkan kepada premise bahwa lebih dini penentuan potesial problem loan akan lebih banyak peluang atau alternatif koreksi atau prospek pencegahan kerugian bank. Untuk mencapai ini, bank harus mampu untuk:

1. Menentukan kredit bermasalah itu sendiri dengan melakukan identifikasi sebab-sebab dari kredit bermasalah serta menemukannya.

2. Merumuskan strategi dan evaluasi berbagai pilihan yang ada dan melakukan pendekatan/pembicaraan dengan nasabah.

3. Mengidentifikasi dan memanipulasi biaya-biaya problem loan dan memperkecil tanggung jawab, kemudian lakukan atau implementasikan problem loan strategy, Rivai (2006).


(25)

Secara lengkap, kerangka pemikiran yang diajukan dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut:

WHOSALE

MIDDLE

NPL

RETAIL

Gambar 1.1. Kerangka Konsep

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Portofolio kredit yang dinyatakan dalam bentuk wholesale, middle, dan retail berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan baik secara parsial maupun simultan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank Sebagai Lembaga Keuangan 2.1.1. Pengertian dan Fungsi Bank

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup masyarakat banyak.

Manurung (2004) mendefinisikan bank umum sebagai institusi keuangan yang berorientasi pada laba dan untuk memperoleh laba tersebut bank melaksanakan fungsi intermediasi. Dalam hal ini kegiatan utama fungsi perbankan dalam perekonomian modern dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding)

Umumnya dana-dana utama ini terdiri dari giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), serta deposito berjangka (time deposit), dan sertifikat deposito (certificate of deposit).

2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit (lending). 3. Memberikan jasa-jasa lainnya (services)

Jasa-jasa lainnya yang umumnya ditawarkan oleh bank adalah: transfer (kiriman uang), kliring (clearing), letter of credit (L/C), jasa penitipan/penyimpanan, menerima setoran-setoran dan melayani pembayaran-pembayaran.


(27)

4. Kegiatan di pasar modal

Kegiatan yang dapat dilakukan bank di pasar modal adalah: penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarrantor), wali amanat (trustee), dan pedagang sekuritas (dealer).

Dengan demikian tugas pokok suatu bank adalah sebagai financial intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut dalam bentuk kredit. Peranan kredit dalam operasi bank sangat besar karena sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi perkreditan sehingga untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan perkreditan secara efektif dan efisien. Rivai (2006) menyatakan bahwa sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit mengingat:

1. bahwa bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal balik;

2. bahwa pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam neraca bank;

3. bahwa perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi sebagian besar bank;

4. bahwa risiko yang dikandung dalam penyaluran kredit cukup besar;

5. bahwa bank merupakan perantara (financial intermediary) antara masyarakat surplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana;

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan fungsi Perbankan Indonesia, yaitu:


(28)

bahwa perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat memiliki peranan yang strategis untuk menjunjung pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan taraf hidup rakyat banyak; bahwa perkembangan perekonomian nasional maupun internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai dengan tantangan-tantangan yang semakin luas, harus selalu diikuti secara tanggap oleh perbankan nasional dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya kepada masyarakat.

2.1.2. Pengertian Sumber-sumber Dana Bank

Pengertian dana menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, dana bank dihimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Menurut Riyadi (2004), dalam neraca perbankan dana bank dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

1. Dana pihak pertama yaitu dana yang berasal dari pemilik berupa modal dan hasil usaha bank.

2. Dana pihak kedua terdiri dari:

a) Instrumen money market yaitu surat-surat berharga yang diterbitkan kurang dari satu tahun seperti commercial paper dan promissory notes (surat berharga).


(29)

b) Instrumen pasar modal yaitu surat-surat berharga yang diterbitkan dengan jangka waktu lebih dari satu tahun, seperti obligasi (bonds).

3. Dana pihak ketiga terdiri dari: a) Giro.

b) Tabungan.

c) Deposito berjangka.

d) Sertifikat deposito berjangka. e) Kewajiban segera lainnya.

Menurut Muljono (1999), sumber-sumber dana bank berasal dari dua sumber yaitu dana ekstern dan dana intern. Sumber-sumber tersebut dijelaskan melalui bagan berikut:


(30)

1. Dari PEMILIK/ 1. Giro 1. Cadangan penyu- 1. Penjualan MTI PEMERINTAH 2. Deposito sutan milik tetap yang tidak (Departemen 3. SBB/TC 2. Cadangan laba yg terpakai

Keuangan) 4. SB belum dibagi 2. Likuiditas jami

2. Dari pemegang 5. Tabanas 3. Cadangan pengha nan debitur yg saham (peserta) 6. Taska pusan debitur du- dikuasai

3. Dari K. Pusat 7. Rekening BBL bius 3. Penagihan kem

4. Dan cabang (DN dan LN) 4. Cadangan-cadangan bali debitur- 5. Dan lain-lain 8. Rekening konsor khusus debitur dubius

sium (bank induk) 5. Cadangan lain 4. Dan lain-lain 9. Likuiditas Bank 6. Dan lain-lain

Indonesia 10.Stor jaminan 11.Rekening KU 12.Dan lain-lain

Gambar 2.1. Sumber-sumber Penyediaan Dana Perbankan 2.1.3. Pengertian dan Fungsi Kredit

Penyaluran dana bank kepada masyarakat disebut dengan kredit. Istilah kredit berasal dari perkataan latin yaitu credo yang terdiri dari dua suku kata yaitu cred atau percaya dan do atau saya menaruh yang berarti saya menaruh kepercayaan. Namun banyak juga penulis yang menyatakan bahwa kredit berasal kata credere, dalam bahasa Yunani artinya kepercayaan.

Sumber-sumber Penyediaan Dana Perbankan

Ekstern

Intern Luar

Intern


(31)

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian keuntungan.

Rivai (2006) menyimpulkan pengertian kredit berdasarkan praktiknya, yaitu: 1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan

mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;

2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian di mana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu;

3. Suatu hak, yaitu dengan hak tersebut seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.

Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan hal di atas, unsur-unsur dalam kredit tersebut adalah sebagai berikut:

1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.


(32)

2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.

3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrumen (credit instrument).

4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit.

5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit. Misalnya, penabung memberikan kredit sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang akan datang. Produsen memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi. 6. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun

di pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan. 7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi


(33)

(cost of fund), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan safety discount.

Menurut Manurung (2004), kredit (loans) adalah aktiva terbanyak yang dimiliki bank umum. Porsi kredit sekitar 60%-80% dari total aktiva bank umum. Tujuan utama penyaluran kredit adalah memperoleh pendapatan bunga. Karena porsi kredit dalam aktiva bank sangat besar, maka sebagian besar penerimaan bank berasal dari bunga kredit. Selain mendapatkan penghasilan bunga, penyaluran kredit memberikan dampak positif bagi bank umum dalam hal memperluas jaringan kerja, sehingga pengguna jasa bank tersebut semakin lama semakin banyak dan berkualitas.

2.2. Bank Sebagai Penyalur Dana 2.2.1. Prosedur Pemberian Kredit

Dalam setiap pemberian kredit harus memperhatikan asas-asas perkreditan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Menurut Rivai (2006), pada umumnya tahapan kegiatan pemberian kredit yakni sebagai berikut:

1. Bank menerima permohonan dari nasabah.

2. Surat permohonan diteruskan ke pimpinan cabang untuk diketahui dan didisposisi dengan jelas.

3. Account officer meneliti surat permohonan, lalu segera ditentukan apakah permohonan dapat dipertimbangkan atau ditolak. Permohonan dapat segera ditolak apabila:


(34)

a. Untuk kredit yang diminta ada larangan pemerintah/Bank Indonesia.

b. Pengusaha/perusahaan yang bersangkutan termasuk dalam Daftar Kredit Macet atau daftar Buku Waspada Bank atau termasuk black list.

c. Berdasarkan data yang tersedia dan penelitian pendahuluan dapat disimpulkan bahwa kredit dapat ditolak. Penolakan harus segera diberitahukan kepada pemohon secara tertulis serta bijaksana dan persoalan permohonan ini dianggap selesai.

4. Permohonan yang dapat dipertimbangkan segera diteliti kelengkapan datanya untuk kemudian dibuatkan catatan singkat mengenai bahan-bahan/keterangan apa saja yang masih dibutuhkan oleh bank, surat-surat/formulir-formulir/daftar-daftar, dan sebagainya yang masih harus dilengkapi oleh nasabah pada surat permohonannya.

5. Nasabah segera diminta datang (diminta secara tertulis) untuk:

a. Memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kredit yang diminta, misalnya antara lain jumlah kredit, tujuan penggunaan kredit, dan rencana kerjanya.

b. Melengkapi data yang harus dipenuhi oleh nasabah (jika perlu dibuatkan daftar data tersebut).

c. Bila kelengkapan data dan sistematik penyajian kurang memenuhi syarat yang diperlukan, nasabah diminta mengisi formulir Surat Permohon Kredit beserta lampiran-lampiran yang disediakan oleh bank.


(35)

Pertimbangan umum pemberian kredit pada dasarnya adalah itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay). Prinsip-prinsip dalam pemberian kredit ini menurut Manurung (2004), dapat dilakukan dengan melakukan investigasi kredit. Untuk menghindari kerugian atau memperkecil risiko kredit di masa mendatang, investigasi kredit yang tegas, spesifik, dan akurat harus dilakukan. Tujuan dari investigasi kredit adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan obyektif sebanyak mungkin yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan dan keinginan calon debitur melunasi kredit. Untuk mendapatkan hasil investigasi yang baik dan akurat, bank dapat melakukan langkah-langkah berikut: 1. Wawancara dengan calon debitur. Dari hasil wawancara diharapkan dapat

diperoleh informasi tentang visi, misi, kemampuan pengelolaan, dan itikad baik calon debitur.

2. Memeriksa kembali catatan-catatan bank tentang debitur yang bersangkutan, hal ini dilakukan bila debitur telah lama atau pernah menjadi nasabah bank.

3. Bank dapat menggunakan informasi-informasi yang berasal dari luar bank bersangkutan, seperti konsultan ekonomi atau konsultan usaha, bank-bank lain yang pernah bekerja sama dengan calon debitur, partner usaha calon debitur, bahkan bila pernah bekerja sama dengan calon debitur.

4. Pengamatan langsung ke tempat usaha calon debitur (on the spot).

5. Laporan keuangan calon debitur, terutama neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahan modal.


(36)

2.2.2. Analisa Kredit

Rivai (2006) menyatakan bahwa analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kreditnya, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), dan profitable (menguntungkan), serta dapat dilunasi tepat waktu.

Tujuan utama analisa kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Menurut Tangkilisan (2003) pada dasarnya pemberian kredit harus memperhatikan konsep 5 C yaitu:

1. Penilaian watak (character)

Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin anatara bank dan calon debitur atau informasi yang diperoleh dan pihak lain yang mengetahui moral, kepribadian dan perilaku calon debitur dalam kehidupan kesehariannya.

2. Penilaian kemampuan (capacity)

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan


(37)

dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya. 3. Penilaian terhadap modal (capital)

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan.

4. Penilaian terhadap agunan (collateral)

Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika calon debitur tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan guna menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang tersisa.

5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur (condition of economy)

Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dan hasil proyek atau usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui.

Rivai (2006) menambahkan konsep ini menjadi 6 C, di mana konsep yang keenam yakni constraint yaitu batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan


(38)

suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalkan pendirian suatu usaha pompa bensin yang di sekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bata.

Manurung (2004) menambahkan selain prinsip 5C, konsep 7P dan 3R juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan kredit, yaitu:

1. Kepribadian (personality)

Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku, sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah. 2. Tujuan (purpose)

Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan.

3. Prospek (prospect)

Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Pembayaran (payment)

Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut, dan bagaimana tingkat kepastiannya.

5. Tingkat keuntungan (profitability)

Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur; bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.

6. Perlindungan (protection)

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha, apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.


(39)

7. Parti (party)

Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.

Sedangkan komponen konsep 3R, terdiri dari: 1. Tingkat Pengembalian Usaha (return).

2. Kemampuan membayar kembali (repayment).

3. Kemampuan menanggung resiko (risk bearing ability).

Penting dan strategisnya kredit dalam industri perbankan menyebabkan kredit menjadi sangat penting, sebab pada dasarnya pengelolaan kredit adalah agar bank dapat meningkatkan kesehatan dan kinerjanya dengan peningkatan kuantitas dan kualitas kredit. Kuantitas kredit dinilai dari jumlah dan tingkat pertumbuhan kredit yang disalurkan. Kualitas kredit, secara sederhana dan ringkas dapat diukur dari jumlah dan porsi kredit macet atau bermasalah (non performing loans). Manurung (2004), menjelaskan bagan berpikir tentang pengelolaan kredit, sebagai berikut:


(40)

Bagan 2.2

Skema Tahapan dan Tujuan Pengelolaan Kredi

Risiko Kredit

Kemampuan Membayar

5 C :

 Character  Capasity  Collateral  Capital  Condition Kemampuan Membayar Kredit Skala Besar Kredit Ritel Penilaian Rasio-rasio Finansial Penilaian Sejarah Kredit Stabilitas pekerjaan Aset yang

dimiliki Diterima Ditolak Kemampuan nasabah memenuhi persyaratan Penentuan Harga (Bunga) Kredit Tingkat Pengembalian Kredit Skala Besar Memaksimumkan/ meningkatkan nilai kekayaan pemilik bank


(41)

23

2.3. Portofolio dan Diversifikasi Kredit

Portofolio adalah investasi (paling sedikit dua aset) di mana investor akan memilihnya, Margaretha (2007). Investasi dilakukan dengan lebih dari dua aset, untuk diversifikasi dan mengurangi resiko yang akan terjadi. Alasan untuk bentuk sederhana ini investor menginginkan risiko yang lebih kecil karena bila ada satu penurunan aset dan aset lainnya akan mempunyai keuntungan, dengan kata lain akan memaksimalkan keuntungan dan meminimalisasi kerugian atau resiko.

Menurut Samsul (2006), portofolio keuangan adalah investasi dalam berbagai instrumen keuangan yang dapat diperdagangkan di bursa efek dan pasar uang dengan tujuan menyebarkan semua perolehan return dan kemungkinan resiko.

Diversifikasi kredit terdiri dari berbagai jenis. Rivai (2006) mengelompokkan portofolio kredit sebagai berikut:

1. Jenis kredit dilihat dari jangka waktu, terdiri dari:

a. Short term credit (kredit jangka pendek) ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu musimam satu tahun.

b. Intermediate term credit (kredit jangka waktu menengah) ialah satu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu tahun sampai tiga tahun.

c. Long term credit (kredit jangka panjang) ialah satu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

d. Demand loan atau call loan ialah suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali.


(42)

24

2. Jenis kredit dilihat menurut lembaga yang menerima kredit

a. Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.

b. Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.

c. Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan perusahaan, tetapi kepada perorangan.

d. Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi, yaitu kredit yang diberikan kepada bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi.

3. Jenis kredit dilihat menurut tujuan penggunaan

a. Kredit modal kerja/kredit eksploitasi adalah kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku/mentah, bahan penolong/pembantu, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain.

b. Kredit investasi adalah kredit (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik.

c. Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga/ perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperluan konsumsi


(43)

25

berupa barang atau jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain.

4. Jenis kredit menurut sektor ekonomi

a. Sektor kredit pertanian, perburuhan dan sarana pertanian. b. Sektor pertambangan.

c. Sektor perindustrian. d. Sektor listrik gas dan air. e. Sektor konstruksi.

f. Sektor perdagangan, restoran dan hotel.

g. Sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi. h. Sektor jasa-jasa dunia usaha.

i. Sektor jasa-jasa sosial/masyarakat. l. Sektor lain-lain.

5. Jenis kredit menurut sifat

a. Kredit atas dasar transaksi satu kali (eenmalig) adalah kredit jangka pendek untuk pembiayaan suatu transaksi tertentu, yang disebut juga kredit sekali tarik karena penarikan kredit hanya satu kali selama jangka waktu kredit sehingga harus lunas dan berakhir secara otomatis pada saat transaksi selesai. b. Kredit atas dasar transaksi berulang (revolving) adalah kredit jangka pendek

yang diberikan kepada nasabah untuk usaha yang merupakan suatu seri transaksi yang sejenis.


(44)

26

c. Kredit atas dasar transaksi plafon terikat adalah kredit yang diberikan dengan jumlah dan jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja bagi suatu unit produksi atas dasar penilaian kapasitas produksi/kebutuhan modal kerja di mana maksimum kredit yang diberikan terikat kepada kapasitas produksi normal dan atau realisasi penjualan (omzet). d. Kredit atas dasar transaksi plafon terbuka adalah kredit untuk kebutuhan

modal kerja di mana maksimum kredit yang diberikan tidak terikat pada kapasitas produksi normal ataupun realisasi penjualan (omzet).

e. Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur-angsur (aflopend plafond) adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang pelunasannya harus dilaksanakan secara berangsur sesuai dengan jadwal pelunasan yang telah disetujui/ditentukan oleh bank.

6. Jenis kredit yang disalurkan menurut bentuk

a. Cash loan adalah pinjaman uang tunai yang diberikan bank kepada nasabahnya sehingga dengan pemberian fasilitas cash loan ini, bank telah menyediakan dana (fresh money) yang dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan yang ada dalam perjanjian kreditnya.

b. Non – cash loan adalah fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya, tetapi atas fasilitas tersebut bank belum mengeluarkan uang tunai.

7. Jenis kredit menurut sumber dana a. Kredit dengan dana bank sendiri.


(45)

27

b. Kredit dengan dana bersama-sama dengan bank lain (sindikasi, konsorsium, joint financing, KLBI).

c. Kredit dengan dana dari luar negeri (offshore, two step loan, project aid). 8. Jenis kredit menurut wewenang pemutus yakni wewenang di kantor cabang atau

di kantor pusat.

9. Jenis kredit menurut sifat fasilitas

a. Commited facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis, bank berkewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang diperjanjikan, kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberi hak kepada bank untuk menarik kembali/menangguhkan fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen lainnya. b. Uncommited facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis, bank tidak

mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan.

10. Jenis kredit menurut akad

a. Pinjaman dengan akad kredit adalah pinjaman dengan suatu perjanjian kredit tertulis antara bank dan nasabah, yang antara lain mengatur besarnya plafon kredit, suku bunga, jangka waktu, jaminan, cara-cara pelunasan, dan sebagainya.

b. Pinjaman tanpa akad kredit adalah pinjaman yang disertai suatu perjanjian tertulis.


(46)

28

11. Jenis kredit berdasarkan transaksi luar negeri

a. Two step loan (TSL) adalah suatu pinjaman yang diperoleh Pemerintah RI dari lenders (lembaga keuangan) di luar negeri.

b. Buyer’s credit (export credit) adalah suatu fasilitas yang diberikan kepada importir (buyers) yang disediakan oleh bank-bank di luar negeri untuk pembiayaan impor/pembelian barang (khususnya barang modal) yang berasal dari negara bank pemberi fasilitas di luar negeri.

c. Onshore loan adalah pemberian kredit dalam valuta asing yang dananya umumnya dikelola Divisi Treasury.

d. Offshore loan adalah pinjaman yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri baik valuta asing ataupun valuta rupiah.

12. Jenis kredit sindikasi adalah suatu pembiayaan bersama terhadap suatu objek kredit oleh beberapa bank/lembaga pembiayaan, baik pembiayaan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang di mana resiko kredit ditanggung bersama oleh bank/lembaga pembiayaan pemberi kredit.

13. Jenis kredit konsorsium dan joint financing

a. Kredit konsorsium merupakan fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah yang pembiayaannya dilaksanakan secara bersama biasa antar sesama bank-bank pemerintah, meskipun tidak tertutup kemungkinan dengan bank-bank swasta besar.


(47)

29

b. Joint financing merupakan suatu cara pembiayaan kredit yang dilaksanakan secara bersama-sama antara bank-bank nasional (bank pemerntah/bank pemerintah daerah atau bank swasta) dengan bank-bank asing.

14. Jenis kredit-kredit kelolaan yaitu kredit yang bersifat channeling (penatausahaan) atas pinjaman yang diberikan oleh pemerintah atau Bank Indonesia kepada BUMN, BUMD dan pemerintah daerah (Pemda), seperti:

a. Project AID adalah penerusan pinjaman yang disalurkan oleh pemerintah kepada proyek (BUMN, BUMD dan Pemda).

b. Non Project AID yakni pinjaman dari pemerintah untuk pembiayaan berupa cash program.

15. Jenis kredit imfas, usance L/C (Letter of Credit), standby L/C dan SKBDN

a. Imfas sight adalah fasilitas impor dengan L/C yang diberikan oleh bank kepada nasabah berupa penangguhan pembayaran sampai dengan barang/ dokumen tiba.

b. Usance L/C adalah fasilitas impor dengan L/C yang mengandung syarat pembayaran berjangka (time draft) yang dilaksanakan dalam rangka memanfaatkan fasilitas penangguhan pembayaran yang diperoleh dari luar negeri.

c. Standby L/C adalah jaminan khusus yang diterbitkan oleh bank atas permintaan nasabah untuk menjamin pihak beneficiary.


(48)

30

d. SKBN (Surat Kredit Berdokumen dalam Negeri), dulu dikenal dengan L/C yang dipergunakan untuk pembelian barang-barang dalam negeri (di wilayah Indonesia).

Di dalam konsep investment decision, bank secara parsial, maka kredit di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dibagi berdasarkan segmentasi debitur yang ditetapkan atas dasar sales dan maksimum kredit. Ketentuan ini telah ditetapkan oleh komite kredit dan dituangkan dalam CPC (Commitee Policy Credit) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. No. 104 tanggal 21 Desember 2004, dan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Segmentasi Debitur

Segmen Individual Group

Sales Maks. Kredit Sales Maks. Kredit

WHOSALE > 200 > 100 > 400 > 150

MIDDLE > 20 s/d < 200 > 10 s/d < 100 > 40 s/d < 400 > 15 s/d < 150

RETAIL < 20 < 10 < 40 < 15

Penetapan segmentasi debitur didasarkan atas pemenuhan kriteria sebagai berikut:

1. Debitur indiviual

Apabila debitur telah memenuhi salah satu kriteria segmentasi yang lebih tinggi, maka pengelolaan debitur tersebut harus dialihkan ke segmen yang lebih tinggi.


(49)

31

2. Debitur group

Apabila total secara group debitur telah memenuhi salah satu kriteria segmentasi yang lebih tinggi, maka pengelolaan group debitur tersebut harus dialihkan ke segmen yang lebih tinggi, dan apabila salah satu anggota group maksimum kredit atau salesnya telah memenuhi kriteria segmen yang lebih tinggi, maka pengelolaan debitur tersebut harus dialihkan ke segmen yang lebih tinggi.

2.4. Non Performing Loan (NPL)

Kredit yang disalurkan dikatakan bermasalah jika pengembaliannya terlambat dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan sama sekali, Manurung (2004). Dalam konteks bahasa Indonesia Non Performing Loan dapat dikelompokkan menjadi kredit tak lancar dan kredit macet. Secara garis besar klasifikasi kredit-kredit tak lancar adalah sebagai berikut:

1. Kredit kurang lancar

Untuk kredit non KPR ada tunggakan angsuran pokok yang lebih lama dari seharusnya. Misalnya untuk kredit yang masa angsurannya bulanan terdapat tunggakan satu bulan tetapi belum sampai dua bulan. Sedangkan kredit yang angsurannya 6 bulanan terdapat tunggakan, namun belum melampui 12 bulan. 2. Kredit yang diragukan

Kredit yang diragukan adalah kredit yang tidak termasuk kurang lancar, tetapi kredit tersebut diselamatkan dan agunannya > 75% utang debitur, atau kredit yang tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih > 100% utang debitur.


(50)

32

3. Kredit macet

Kredit macet adalah kredit yang sejak + 21 bulan dikategorikan diragukan, belum ada pelunasan atau upaya penyelamatan kredit. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau telah diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit. 2.4.1. Identifikasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)

Beberapa indikasi kredit bermasalah antara lain: 1. Kemunduran usaha debitur

Kemunduran usaha dapat dilihat dari arus kas masuk yang lebih rendah bahkan jauh lebih rendah dari yang direncanakan. Kemunduran usaha dapat disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal. Jika kondisi ekonomi baik, kemunduran usaha menunjukkan adanya masalah internal yang potensial memicu kredit bermasalah.

2. Perubahan sikap debitur kepada bank

Perubahan sikap itu dapat dilihat dari sikap menghidar atau menyembunyikan informasi, yang seharusnya diberikan kepada bank. Sering kali perubahan sikap ini tidak dapat diselesaikan, karena bank tidak menuntut sesuatu yang di luar perjanjian.

3. Permintaan kredit yang melebihi batas maksimal (overdraft)

Permintaan kredit yang melebihi batas maksimal menunjukkan adanya penurunan yang tak diharapkan dari usaha debitur, yang menyebabkan dana yang dialirkan bank tidak memadai lagi untuk menjalankan usaha. Hal ini yang


(51)

33

mendorong debitur mengajukan permohonan penarikan dana pinjaman melebihi batas yang disepakati.

4. Keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan bunga dapat merupakan akumulasi dari terganggunya arus keuangan perusahaan.

5. Penundaan yang tidak biasanya (abnormal)

Jika kondisi keuangan semakin parah, debitur akan melakukan penundaan pembayaran yang tidak biasanya. Misalnya penundaan pembayaran tersebut berbulan-bulan atau beberapa tahun lebih lambat dari yang seharusnya.

6. Tren laporan keuangan yang terus memburuk

Tercakup dalam tren laporan keuangan adalah perubahan-perubahan variabel- variabel pokok dalam neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca misalnya, membengkaknya kewajiban-kewajiban udasa, sementara aktivanya seperti piutang usaha terus memburuk. Dalam laporan laba rugi, membengkaknya biaya produksi, sementara target produksi dan atau penjualan tidak tercapai. 7. Pergantian manajemen (secara mendadak)

Penggantian manajemen apalagi secara mendadak dapat merupakan petunjuk adanya konflik internal di dalam perusahaan. Konflik internal ini sering kali menurunkan produktivitas perusahaan, semangat kerja, sekalipun peralatan produksi memadai jumlah dan kualitasnya, sementara karyawan yang ada relatif baik kualitasnya.


(52)

34

8. Kemunduran hubungan dengan pihak pemasok

Kemunduran hubungan dengan pemasok ditunjukkan dari keengganan para pemasok memberikan bahan baku atau faktor produksi yang dibutuhkan perusahaan. Hubungan tersebut dikatakan sangat buruk, bila untuk sementara atau seterusnya pemasok menghentikan pasokan. Keengganan pemasok menunjukkan ketidaktepatan perusahaan membayar faktor produksi yang telah diberikan pemasok. Lebih lanjut hal ini merupakan petunjuk adanya masalah keuangan dalam perusahaan.

9. Memburuknya hubungan dengan karyawan

Memburuknya hubungan dengan karyawan ditunjukkan dengan gejala kedakpuasan pekerja yang menyebabkan mereka malas bekerja, membolos bahkan melakukan pemogokan. Biasanya karyawan tidak puas atau mogok bila pembayaran upah tidak lancar atau selama beberapa bulan tidak dibayar.

2.4.2. Faktor-faktor Penyebab Non Performing Loan

Menurut Rivai (2006) beberapa hal yang menyebabkan timbulnya kredit bermasalah:

1. Karena Kesalahan Bank

a. Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah.

b. Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan kredit dan sumber pembayaran kembali.

c. Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang sebenarnya dari calon nasabah dan manfaat kredit yang diberikan.


(53)

35

d. Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah. e. Kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat.

f. Terlalu agresif.

g. Pemberian kelonggaran terlalu banyak.

h. Kurang pengalaman dari pejabat kredit atau account officer.

i. Pejabat kredit atau account officer mudah dipengaruhi, diintimidasi atau dipaksa oleh calon nasabah.

j. Kurang berfungsinya credit recovery office. k. Keyakinan yang berlebihan.

l. Kurang mengadakan review, minta laporan dan menganalisis laporan keuangan serta informasi-informasi kredit lainnya.

m. Kurang mengadakan kunjungan on the spot pada lokasi perusahaan nasabah.

n. Kurang mengadakan kontak dengan nasabah. o. Pemberian kredit terlalu banyak tanpa disadari. p. Campur tangan yang berlebihan dari pemilik. q. Pengikatan jaminan kurang sempurna. r. Ada kepentingan pribadi pejabat bank.

s. Kompromi terhadap prinsip-prinsip perkreditan. t. Tidak punya kebijakan perkreditan yang sehat.


(54)

36

2. Karena Kesalahan Nasabah a. Nasabah tidak kompeten.

b. Nasabah tidak atau kurang pengalaman.

c. Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya. d. Nasabah tidak jujur.

e. Nasabah serakah. 3. Faktor Eksternal

Akibat perubahan pada external environment diidentifikasi penyebab timbulnya kredit bermasalah, seperti perubahan-perubahan political dan legal environment, deregulasi sector real, financial dan ekonomi menimbulkan pengaruh yang merugikan kepada seseorang nasabah. Problem loan akan timbul oleh external environment sebagai akibat gagalnya pengelola dengan tepat megantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, seperti:

a. Kondisi perekonomian.

b. Perubahan-perubahan peraturan. c. Bencana alam.

2.4.3. Pencegahan dan Penanganan Non Performing Loan

Pencegahan dan penanganan kredit bermasalah bermanfaat untuk mencegah kondisi yang lebih buruk dan meminimalkan potensi kerugian, Manurung (2004). 1. Pencegahan kredit bermasalah

Jika faktor-faktor eksternal dapat diprediksi dengan syarat tepat, maka kredit bermasalah dapat dicegah. Namun karena dalam dunai nyata manusia tidak


(55)

37

mampu secara akurat memprediksi masa depan, maka yang dapat dilakukan adalah menurunkan persentase kemungkinan terjadinya kredit bermasalah. Langkah yang dilakukan dalam pencegahan kredit bermasalah, sebagai berikut: a. Penyempurnaan organisasi dan manajemen

Mencakup penyederhanaan namun merupakan penguatan organisasi karena mekanisme pengambilan keputusan menjadi lebih cepat dan efisien. Pemisahan antara pengelola dengan pemilik bank merupakan syarat mutlak bagi peningkatan kualitas manajemen.

b. Peningkatan kualitas SDM

Kualitas SDM yang paling perlu ditingkatkan terutama adalah SDM yang banyak berkomunikasi dengan nasabah dalam rangka memonitor kredit. Peningkatan kualitas SDM juga sebaiknya diimbangi dengan peningkatan gaji/balas jasa dan kesejahteraan.

c. Strategi out sourcing

Sebaiknya bank menggunakan sesedikit mungkin pegawai tetap yang tidak langsung berkaitan dengan bisnis utamanya. Untuk itu bank dapat menggunakan tenaga-tenaga luar dengan sistem sewa atau kontrak. Dengan demikian bank dapat menekan biaya tetap.

2. Penanganan Kredit Bermasalah

Ada cukup banyak langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menangani kredit bermasalah.


(56)

38

a. Konsultasi dan Bantuan Teknis

Konsultasi dan bantuan teknis dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan debitur dalam pengelolaan usaha, mencakup antara lain pengelolaan penjualan, koleksi piutang, produksi, distribusi.

b. Penjadwalan Ulang (Rescheduling)

Bank memberikan kelonggaran waktu pelunasan kredit dengan cara menyusun ulang jadwal pelunasan. Penjadwalan kembali sebaiknya dilakukan untuk usaha-usaha yang masih mempunyai prospek, tetapi menjadi tidak lancar karena faktor eksternal dan atau kesalahan manajemen yang diperkirakan masih dapat diperbaiki.

3. Rekondisi (Reconditioning)

Rekondisi dilakukan dengan cara mengubah syarat-syarat kredit dalam rangka meningkatkan kemampuan membayar kredit. Beberapa hal yang dapat ditawarkan anatar lain adalah:

a. Kapitalisasi bunga, yaitu mengubah bunga menjadi utang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai batas waktu tertentu. c. Penurunan tingkat bunga.

4. Restrukturisasi (Restructing)

Restrukturisasi dapat dilakukan antara lain dengan: a. Peninjauan kembali syarat-syarat kredit.

b. Pembatasan rencana ekspansi perusahaan yang disesuaikan dengan kenyataan.


(57)

39

c. Memperbaiki struktur pendanaan. d. Menekan biaya-biaya tetap. e. Penambahan modal.

f. Penambahan pinjaman. 5. Merjer (Merger)

Merjer (merger) dapat merupakan salah satu pilihan untuk menangani kredit bermasalah. Melalui merjer, debitur yang bermasalah digabung dengan perusahaan yang lain dalam rangka menghasilkan sinerji.

6. Penyitaan Jaminan

Penyitaan jaminan dilakukan bila memang usaha debitur sudah tidak dapat diselamatkan lagi. Penyitaan jaminana dilakukan melalui prosedur hukum.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis pengaruh portopolio kredit terhadap profitabilitas, dapat dilihat pada Tabel Theoritical Mapping Daftar Peneliti Terdahulu berikut ini, yaitu:


(58)

40

Tabel 2.2. Theoritical Mapping Daftar Peneliti Terdahulu No. Nama Peneliti

Terdahulu (Tahun)

Topik Variabel yang

digunakan

Hasil yang diperoleh 1.

2.

Amalia Savitri (2005) Firdaus Furywardhana (2005) Evaluasi implementasi

penyertaan sementara sebagai alternatif penyelesaian kredit bermasalah (Studi kasus PT.XYZ di Bank BNI)

Evaluasi Non

Performing Loan

(NPL) pinjaman qardhul hasan pada Bank BNI Syariah

- variabel tak bebas: Valuasi saham PT. XYZ - variabel bebas:

Non Performing Loan (NPL)

- variabel tak bebas: karakter, referensi,

payment, dan

purpose

Dari hasil analisa terhadap kinerja PT. XYZ di Bank BNI disimpulkan bahwa gejala kredit bermasalah disebabkan gejala finansial akibat faktor intern dan ekstern (krisis ekonomi). Dengan membandingkan value of firm hasil valuasi tahun 2004 dan 2002, dan nilai buku perusahaan tahun 2004 menunjukkan prospek usaha PT. XYZ berkurang dan penurunan kinerja. Hal ini memberikan indikasi bahwa penyertaan sementara yang dilakukan pada tahun 2002 dengan tujuan menurunkan tingkat NPL PT. XYZ tidak efektif karena adanya tunggakan pokok kredit luar negeri dan permohonan restrukturisasi kredit modal kerja dan hutang LC (Letter of Credit) yang telah jatuh tempo.

Dari hasil analisis diungkapkan bahwa karakter, referensi dan payment terbukti memberikan kontribusi terhadap perubahan NPL, karakter yang baik dan referensi yang objektif serta payment yang semakin baik mampu menurunkan rasio NPL.


(59)

41

No. Nama Peneliti Terdahulu

(Tahun)

Topik Variabel yang

digunakan

Hasil yang diperoleh

3. Haryanto, Hendri (2008)

Pengaruh Non

Performing Loan

(NPL) dan Loan to

Deposit Ratio

terhadap profitabilitas bank pada bank

umum swasta

nasional non devisa di Indonesia

- variabel tak bebas: Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) - variabel bebas:

ROA (Return On Assets)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serentak Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, rasio PPAP terhadap aktiva produktif, dan rasio BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank baik pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa maupun BUSN Non Devisa. Sementara itu, hasil uji t pada BUSN Devisa menunjukkan bahwa NPL dan rasio PPAP berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas bank, sedangkan LDR mempunyai pengaruh yang positif tidak signifikan. CAR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank dan BOPO mempunyai pengaruh yang negatif signifikan. Pada BUSN Non Devisa diperoleh bahwa NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas bank dan LDR mempunyai pengaruh yang positif tidak signifikan. Sementara itu, variabel CAR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank, sedangkan BOPO dan rasio PPAP mempunyai pengaruh yang negatif signifikan.


(60)

42

No. Nama Peneliti Terdahulu

(Tahun)

Topik Variabel yang

digunakan

Hasil yang diperoleh

4.

5.

Noptri S. Hutabarat (2001)

Ernita Rosmika (2005)

Pengaruh portofolio kredit terhadap profitabiltas yang dinyatakan dalam bentuk ROA dan ROE baik secara partial maupun simultan

Analisis rasio keuangan dalam memprediksi potensi kebangkrutan

perusahaan

perbankan di Indoneisa

- variabel tak bebas: ROA dan ROE

- variabel bebas: portofolio kredit (kredit

wholesale, kredit midlle dan kredit retail)

- variabel tak bebas: Rasio keuangan bank metode Altman - variabel bebas:

Potensi kebangkrutan perbankan

Berdasarkan analisis korelasi antara pembentuk profitabilitas (Profit Margin/PM, Asset Utilization/AU dan Total Equity/TE) dengan profitabillitas (ROA dan ROE) maka ROA terhadap PM dan TE menunjukkan pengaruh yang kuat atau positif dan terhadap AU berpengaruh negatif, sedangkan ROE terhadap PM, TE dan AU menunjukkan hubungan yang lemah. Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kredit retail yang berpengaruh positip terhadap ROA, sedangkan kredit middle berpengaruh positip terhadap ROE.

Dalam pengujian ini metode Altman masih relevan untuk digunakan. Dari 5 variabel Altman, hanya 3 yang mempunyai kontribusi pada variabel terikat yaitu X1, X4 dan X5. Kontribusi yang paling dominan adalah X5

(X1=Working capital to total asset, X2=Retained Earning to total asset,

X3=Earning before interest and taxes to total aset, Lanjutan Tabel 2.2


(61)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang terdiri dari 20 kantor cabang. Data yang dikumpulkan berupa jumlah kredit yang diberikan per masing-masing cabang selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, diolah, disajikan dan kemudian dianalisis.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan riset perpustakaan yakni pengumpulan data-data sekunder dan teori-teori yang berhubungan dengan pokok bahasan. Dalam penelitian ini data-data sekunder diperoleh dari data laporan tahunan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan, sedangkan teori-teori yang diperoleh berasal dari buku-buku, jurnal, majalah, maupun surat-surat edaran Bank Indonesia.


(62)

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang tidak memerlukan pengolahan lanjutan yang mendalam, tetapi menggunakan data tersebut secara langsung sesuai dengan rumusan teori yang digunakan dalam menilai masalah yang dihadapi.

Sumber data diperoleh dari laporan tahunan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan.

3.5. Populasi dan Sensus

Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan yang terdiri dari 20 kantor cabang.

Sensus diperoleh dari angka agregat 20 kantor cabang dengan time series selama 3 tahun yakni dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

3.6. Identifikasi Variabel Penelitian

Sesuai dengan kerangka pemikiran hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, telah ditentukan bahwa portofolio kredit adalah variabel bebas (X) dan Non Performing Loan adalah variabel terikat (Y) yang akan diuji dalam penelitian ini.

Adapun variabel bebas dalam hal ini portopolio kedit, terdiri dari: X1 = Kredit Whosale


(63)

Ketiga variabel bebas di atas akan dianalisis terhadap Non Performing Loan baik secara parsial maupun simultan.

3.7. Definisi Variabel Penelitian dan Pengukurannya Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Non Performing Loan (Y) adalah kredit yang dapat dikelompokkan menjadi kredit tak lancar dan kredit macet.

2. Portofolio Kredit (X) terdiri dari X1 = Kredit Whosale, X2 = Kredit Middle, dan X3 = Kredit Retail.

Definisi operasional variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

Nama/Jenis Variabel Definisi Operasional Parameter Dependent :

Non Performing Loan (Y)

Kredit bermasalah yang dikelompokkan menjadi kredit tak lancar dan kredit macet

Rasio

Independent :

Kredit Whosale (X1)

Kredit usaha besar dengan pemberian kredit > Rp. 400 milyar

Rasio

Independent : Kredit Middle (X2)

Kredit usaha besar dengan pemberian kredit antara > Rp.10 milyar s/d Rp. 400 milyar

Rasio

Independent : Kredit Retail (X3)

Kredit usaha besar dengan pemberian kredit < Rp. 10 milyar


(64)

3.8. Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Scenes) dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau alpha 5%.

Model analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + 

Y = Non Performing Loan (NPL)

X1 = Kredit Whosale X2 = Kredit Middle X3 = Kredit Retail a = Konstanta

 = Kesalahan random

b1...b3 = Koefisien Regresi Masing-masing x

3.9. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk memperoleh hasil pengujian yang baik, maka semua data yang dibutuhkan dalam penelitian ini harus diuji terlebih dahulu agar tidak melanggar asumsi klasik yang ada. Sehingga hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara tegas dan nyata. Beberapa serangkaian pengujian yang dilakukan terhadap asumsi klasik ini, meliputi:


(1)

Medan, sedangkan variabel middle dan whosale tidak berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan. Dalam hal ini Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan pada sektor retail agar lebih diawasi atau merubah portofolio kredit kearah yang lebih baik, dengan lebih memperhatikan penyaluran kualitas kredit retail, dan meningkatkan ekspansi kredit middle dan whosale.


(2)

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan atas hasil penelitian yang diperoleh melalui uji hipotesis, maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Secara parsial variabel retail (X3) berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan, sedangkan variabel whosale (X1) dan middle (X2) tidak berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan.

2. Secara simultan portofolio kredit yang dinyatakan dalam bentuk whosale (X1), middle (X2) dan retail (X3) berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan, dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan. Dalam hal ini, berarti pihak PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan harus lebih prudent dalam menyalurkan kreditnya baik dalam bentuk kredit wholesale, middle, dan retail pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan.


(3)

5.2. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan belum optimal meningkatkan portofolio kreditnya disektor whosale dan middle.

2. Jumlah dan kualitas kredit yang diberikan untuk kredit retail kurang dianalisis secara mendalam.

3. Periode pengamatan yang relatif pendek (3 tahun) yaitu periode 2006 sampai dengan 2008 dan sensus yang relatif kecil yaitu 20 kantor cabang untuk wilayah 01 Medan.

5.3. Saran

Dari kesimpulan penelitian tersebut di atas, dapatlah dikemukakan saran sebagai berikut:

1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Wilayah 01 Medan hendaknya lebih aktif meningkatkan portofolio kreditnya disektor whosale dan middle, karena kontribusi kredit whosale dan middle lebih kecil terhadap Non Performing Loan.

2. Memberi perhatian lebih terhadap kredit retail, mengingat kredit ini menghasilkan kontribusi yang lebih besar terhadap Non Performing Loan. Untuk


(4)

untuk menjadi salah satu pertimbangan di dalam pengambilan keputusan terhadap kredit retail di masa mendatang.

3. Peneliti selanjutnya hendaknya menambah daerah/wilayah pengamatan dan memperpanjang periode pengamatan, sehingga penelitian dapat diterapkan untuk PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. secara keseluruhan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Masyhud. 2004. Asset Liability Management, Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional dalam Perbankan. Jakarta: PT. Elex Media Kompetindo Kelompok Gramedia.

Atmajaya, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. PT,. 2004. Commitee Policy Credit No. 104.

Jakarta.

Brigham, F Eugene. Houston, F Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.

Keown, David, F.S. Jr., John, D.M., dan J.William, P. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku Kedua. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Lufti, Muslich. 2005. Evaluasi Kinerja Perbankan Terbuka di Indonesia. Research Grant. Jakarta: TPSDP, DIKTI.

Manurung, Mandala. Rahardja, Prathama. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Margaretha, Farah. 2007. Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Muljono, Teguh Pudjo. 2002. Akuntansi Manajemen. Dalam Praktik Perbankan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.


(6)

Rivai, Veithzal. Veithzal, dan Permata Andria. 2006. Credit Management Handbook. Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Riyadi, Selamet. 2003. Banking Assets and Liability Management. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ross, A., S., Westerfield, R, W., Jaffy, J. 2006. Corporate Finance. Eigth Editon. Richard D. Irwin. Time Mirror Higher Education Group, Inc. Co.

Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portopolio. Jakarta: Erlangga. Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.

Ceakan Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Sipahutar, Augustinus Mangasa. 2007. Persoalan-persoalan Perbankan Indonesia. Jakarta: Praninta Jaya Mandiri.

Sunardi, Astiko. 1996. Pengantar Manajemen Perkreditan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Siegel, Sidney. 1992. Statistik Nonparametrik. Jakarta: Percetakan PT. Gramedia. Walsh, Ciaran. 2006. Key Management Ratios. Fourth Edition. Great Britain: Prentice

Hall.