Pengaruh Riwayat Pemberian ASI, MP-ASI dan Status Gizi terhadap Perkembangan Balita

PENGARUH RIWAYAT PEMBERIAN ASI, MP-ASI DAN
STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

MELINDA RUMUY

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh
Riwayat Pemberian ASI, MP-ASI dan Status Gizi terhadap Perkembangan Balita
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Melinda Rumuy
NIM I14100151

ABSTRAK
MELINDA RUMUY. Pengaruh Riwayat Pemberian ASI, MP-ASI dan Status
Gizi terhadap Perkembangan Balita. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN dan NETI
HERNAWATI
Stunting merupakan bentuk kekurangan gizi kronis yang umumnya
dijumpai pada negara yang sedang berkembang dan memiliki efek jangka
panjang. Usia balita merupakan fase kritis tumbuh kembang yang menentukan
sehingga ASI harus menjadi makanan utama, khususnya usia baduta. Penelitian
ini bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pengaruh pemberian ASI, MPASI dan kejadian stunting terhadap perkembangan balita. Desain penelitian adalah
cross sectional study dengan contoh sebanyak 80 balita. Hasil analisis deskriptif
menunjukkan bahwa 92.5% balita mendapatkan kolostrum, sebanyak 56.3% balita
telah diberikan ASI eksklusif dan masih terdapat 26.2% balita yang diberikan
prelakteal dan pemberian MP-ASI sebelum 6 bulan. Kejadian stunting dijumpai
pada 53.7% balita. Indeks perkembangan balita sebanyak 46.2% terkategori
tinggi, 22.5% terkategori sedang dan 31.2% terkategori rendah. Analisis regresi

berganda dengan metode stepwise menunjukkan bahwa status gizi dapat
menjelaskan sebanyak 6.6% perkembangan balita. Setiap kenaikan poin status gizi
(z-score) akan meningkatkan 3.63 poin perkembangan balita.
Kata kunci: anak balita, ASI, MP-ASI, Stunting, perkembangan

ABSTRACT
MELINDA RUMUY. Effect of Breastfeeding, Weaning Food and Nutritional
Status to Development of Children under Five Years. Supervised by ALI
KHOMSAN and NETI HERNAWATI.
Stunting is a chronic malnutrition and a common problem that still have
been embraced by developing country. Under five years of age is the critical
phase of children growth and development . Therefore, breast milk is the best food
to be given, especially for children under two years old. The objectives of this
study were to learn and analyze the effect of breastfeeding, weaning practices and
nutritional status (height for age) to children’s development on under five years.
This study design used a cross sectional study. Sample of this study were 80
children under five years. Descriptive analysis showed that 92.5% of subject had
been given colostrum, 56.3% exclusive breastfeeding and 26.2% prelacteal also
weaning food before six month. Stunting had found as much as 53.7%. As many
as 46.2% subject had high, 22.5% were moderate, and 31.2% were low of

development index. Regresion analysis revealed that 6.6% childrent’s
development can be explained by nutritional status. Every Z-score improving will
increase by 3.623 point of children’s development index.
Keyword : breastfeeding, children development, children under five years,
stunting, weaning food

PENGARUH RIWAYAT PEMBERIAN ASI, MP-ASI DAN
STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

MELINDA RUMUY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Judul
Nama
NIM

: Pengaruh Riwayat Pemberian ASI, MP-ASI dan Status Gizi
terhadap Perkembangan Balita
: Melinda Rumuy
: I14100151

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Rimbawan

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Neti Hernawati, SP., M.Si
Pembimbing II

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang penuh kuasa atas segala
kasih dan karunia sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Desa Batulawang,Kabupaten Cianjur
dengan judul Pengaruh Riwayat Pemberian ASI, MP-ASI dan Status Gizi
terhadap Perkembangan Balita.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS
dan Ibu Neti Hernawati, SP., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan masukan dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS atas
kesediaannya sebagai dosen pemandu seminar dan penguji pada ujian skripsi serta
sebagai ketua penelitian strategis IPB yang diikuti atas izin, saran dan masukan
yang diberikan. Terima kasih kepada rekan-rekan penelitian, bidan dan kader serta

pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada keluarga dan kerabat atas segala dukungan dan doa.
Selain itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada teman-teman Departemen
Gizi Masyarakat angkatan 47, teman-teman Youth of Nation Ministry,
Persekutuan Mahasiswa Kristen dan teman-teman Fak Fak Student Community
serta pihak yang telah memberikan dukungan serta doa. Semoga karya ilmiah ini
dapat memberikan manfaat.

Bogor, Juli 2014

Melinda Rumuy

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

i

DAFTAR TABEL


ii

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Tujuan

2


Manfaat Penelitian

2

KERANGKA PEMIKIRAN

3

METODE PENELITIAN
Desain, Waktu dan Tempat Penelitian

5

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6


Pengolahan dan Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian

9

Karakteristik Balita

9

Karakteristik Keluarga

10

Riwayat Pemberian ASI dan MP-ASI


12

Status Kesehatan

15

Status Gizi (TB/U)

15

Perkembangan Balita

17

Hubungan Perkembangan dengan Variabel lainnya

19

Faktor yang Berpengaruh terhadap Perkembangan


24

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

25

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

33

ii

DAFTAR TABEL
1 Skala dan cara pengumpulan data

6

2 Pengaktegorian variabel penelitian

7

3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik balita

10

4 Sebaran balita berdasarkan karakteristik keluarga

11

5 Sebaran balita berdasarkan riwayat ASI dan riwayat MP-ASI

13

6 Sebaran balita berdasarkan status kesehatan

15

7 Sebaran balita berdasarkan status gizi

16

8 Sebaran contoh berdasarkan z-score

16

9 Sebaran balita berdasarkan status perkembangan

17

10 Hasil uji korelasi indeks perkembangan dengan berbagai variabel

20

11 Hasil uji Chi-square indeks perkembangan dengan berbagai variabel

22

DAFTAR LAMPIRAN
1 Gambaran perkembangan balita berdasarkan umur dan aspek
Perkembangan
2 Hubungan antar variabel
3 Hasil analisis regresi linear berganda dengan metode stepwise

33
36
37

2

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) dan status gizi merupakan salah satu indikator
kesehatan yang menentukan kualitas SDM. Usia balita adalah bagian dari fase
terpenting dalam fokus meningkatkan kualitas kehidupan. Fase ini penting
(golden age) untuk menstimulasi perkembangan anak namun pada fase ini juga
rawan terhadap gangguan dan kekurangan gizi. Depkes pada tahun 2000 telah
memprediksi bahwa angka kejadian stunting di dunia akan mencapai 33%. Data
distribusi melaporkan bahwa 1 dari tiga anak di negara sedang berkembang
mengalami stunting dan 70 % berada pada benua Asia (Duggan et al. 2008). Data
Riskesdas 2010 menyebutkan bahwa 35.6 % balita di Indonesia mengalami
masalah stunting (sangat pendek dan pendek) artinya hampir separuh balita
memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar tinggi badan balita seumurnya.
Meski prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia telah mengalami
penurunan sebesar 13 % dalam sepuluh tahun terakhir, namun Indonesia masih
memiliki 35.6 % balita pendek yang terdiri dari 18.5 % balita sangat pendek dan
17.1 % balita pendek. Anak balita perempuan dan anak laki-laki balita Indonesia
mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6.7 cm dan 7.3 cm lebih pendek
daripada standar rujukan WHO 2003. Jawa Barat memiliki prevalensi stunting
sebesar 33.6 %. Berdasarkan Departemen Kesehatan, ambang batas masalah
stunting dikatakan masalah kesehatan masyarakat jika prevalensi lebih dari 20 %
(Kemenkes RI 2011).
Kejadian stunting kurang mendapat perhatian yang serius dibandingkan
kejadian gizi kurang lainnya seperti marasmus atau kwarshiorkor. Hal ini karena
anak yang bertubuh pendek tidak memiliki gejala yang sangat khas atau tandatanda khusus seperti odem pada kwarshiorkor. Khomsan (2004) mengatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan tercepat otak terjadi di usia di bawah
lima tahun pertama kehidupan. Dengan demikian status gizi sangat menentukan
perkembangan dikemudian hari. Stunting memiliki dampak jangka panjang dan
permanen bagi kehidupan anak dikemudian hari. Studi menunjukkan bahwa anak
pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama
pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa.
Anak-anak pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh
menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih
rentan terhadap penyakit tidak menular. UNICEF (2011) telah mengemukakan
bahwa anak pendek merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia
yang diterima secara luas, yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif
suatu bangsa di masa yang akan datang
Salah satu proses penting dalam pemenuhan gizi balita adalah pemberian ASI.
ASI adalah makanan yang paling sesuai untuk bayi karena mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang. Penelitian Cohor tentang efek
jangka panjang oleh Wendy et al. (2009) (diacu dalam Bapenas 2011) membuktikan
pemberian ASI yang singkat menjadi prediktor dari berbagai masalah kesehatan mental
yang akan muncul pada masa anak dan remaja. Dengan demikian, penelitian ini penting

3

dilakukan untuk mempelajari hubungan antara pemberian ASI dan MP-ASI pada balita
dengan status gizi balita serta dampak status gizi terhadapa perkembangan balita.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh riwayat pemberian
ASI, MP-ASI, status kesehatan dan kejadian stunting terhadap perkembangan
anak.
Tujuan Khusus
1.

2.

3.

4.

5.

Mengidentifikasi karakteristik balita (umur, jenis kelamin, urutan
kelahiran dan berat badan lahir) dan karakteristik keluarga (umur ibu,
lama pendidikan orang tua, status kerja ibu, pekerjaan ayah, besar
keluarga, jumlah anak dan pendapatan per kapita).
Mengidentifikasi riwayat pemberian ASI (kolostrum, ASI ekslusif, lama
pemberian ASI saja, pemberian ASI pada usia bawah dua tahun dan usia
di atas dua tahun, ASI predominan, dan pralakteal) dan MP ASI (awal
pemberian MP-ASI dan jenis MP-ASI)
Mengidentifikasi status gizi anak (indeks tinggi badan menurut umur) dan
status kesehatan (kejadian ISPA, kejadian diare, dan persepsi ibu tentang
anak sering sakit)
Menganalisis hubungan karakteristik keluarga (pendidikan ibu, pekerjaan
ibu dan pendapatan per kapita), riwayat pemberian ASI (ASI eksklusif
dan pemberian ASI pada usia di bawah dua tahun) dan MP-ASI (waktu
awal diberi MP-ASI) dengan perkembangan balita.
Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan
balita.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran
kejadian stunting dan perkembangan pada anak, khususnya di daerah yang diteliti.
Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengetahui hubungan kejadian stunting¸
riwayat pemberian ASI dan MP ASI dengan perkembangan anak. Selain itu hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak terkait
yang menangani masalah tumbuh kembang anak dalam menyusun solusi-solusi
jangka panjang.

4

KERANGKA PEMIKIRAN
Usia balita khususnya dua tahun pertama merupakan periode kritis dan
penting, namun demikian dalam usia ini juga rawan terjadi gangguan gizi dan
gangguan penyakit. Periode kritis adalah waktu yang tepat bagi seorang individu
untuk memperoleh pengalaman, ketrampilan maupun kemampuan secara optimal
bila dirangsang dengan tepat oleh lingkungan hidupnya (Dariyo 2007). Dengan
demikian penelitian ini mengambil contoh berupa anak usia balita.
Kompleksitas sistem jaringan otot, sistem syaraf serta sistem fungsi organ
tubuh sejalan dengan proses pematangan fisik atau pertumbuhan. Penelitian
Martorell (1996) dalam Jalal (2009) menyimpulkan bahwa kekurangan gizi pada
anak usia dini berdampak pada keterlambatan pertumbuhan fisik, perkembangan
motorik, serta gangguan perkembangan kognitif. Menurut Hanum (2012), gizi
kurang pada anak usia dini akan menyebabkan sel otak berkurang hingga 15-20%
sehingga dikemudian hari anak hanya akan mampu memaksimalkan kualitas otak
sekitar 80-85%. Stunting merupakan bentuk kekurangan gizi kronis yang terjadi
dalam jangka waktu lama. Stunting yang dilihat berdasarkan tinggi badan
merupakan indikator untuk menilai pertumbuhan fisik yang sudah lewat dan
dapat digunakan untuk menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan
(Soetjiningsih 1998 diacu dalam Sofyana 2011, Hidayati 2005). Sehingga
pengukuran gizi pada penelitian ini difokuskan pada status gizi anak berdasarkan
tinggi badan berdasarkan usia.
Perkembangan juga dipengaruhi oleh lingkungan pengasuhan. Fungsi
pengasuhan yang diteliti dalam penelitian ini adalah praktek pemberian ASI dan
MP-ASI. Anjuran pemberian ASI menurut Depkes berupa pemberian ASI
Eksklusif selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal
tersebut dikarenakan ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral
yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang seimbang (Depkes 2011). Pemberian
ASI selain berdampak positif pada status gizi dan kesehtan anak juga mampu
memenuhi kebutuhan awal stimulasi. Hal ini karena ASI kaya kandungan gizi
dan antibodi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi fisiologis anak.
Pemberian ASI dan MP-ASI yang baik berhubungan dengan tingkat
perkembanagan dan capaian status gizi anak yang lebih baik sedangkan
kekurangan zat gizi berakibat pada tidak sempurnanya pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Status kesehatan sebagai dampak dari pengasuhan akan berdampak pada
status gizi dan perkembangan anak melalui mekanisme penurunan pertahanan
tubuh. Secara normal, tubuh akan mengutamakan penggunaan zat gizi untuk
penyembuhan akibat penyakit (mekanisme alami mempertahankan hidup) dan
mengesampingkan penggunaan gizi untuk perkembangan anak. Oleh sebab itu,
penelitian ini juga meneliti terkait status kesehatan anak yang dilihat dari kejadian
penyakit infeksi dan persepsi ibu tentang anak sering sakit. Bagan kerangka
pemikiran selengkapnya disajikan pada Gambar 1.

5

Karakteristik Anak:
Umur
Jenis kelamin
Urutan Kelahiran (Anak ke)
BBL

Karakteristik Keluarga
Umur ibu
Pendidikan orang tua
Pekerjaan orang tua
Pendapatan per kapita
Jumlah anak
Besar keluarga
Stimulasi Psikosoisal

Riwayat pemberian ASI
Kolostrum
ASI eksklusif
Lama pemberian ASI saja
Frekuensi menyusui
Masih ASI (bawah 2 tahun)
Masih ASI (bawah 2 tahun)

Perkembangan:
Motorik kasar
Motorik halus
Sosialisasi dan kemandirian
Bicara dan Bahasa

MP-ASI
MP ASI sebelum
6 bulan
Jenis MP ASI

Predominan ASI
Prelakteal

Status Gizi (TB/U)

Status Kesehatan:
Diare
Lama diare
Infeksi pernapasan akut (ISPA)
Lama ISPA
Persepsi ibu tentang anak sakit

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

6

METODE PENELITIAN
Desain,Tempat dan Waktu Penelitian
Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian berlokasi di
Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jawa Barat dipilih karena memiliki prevalensi
stunting sebesar 33,6 % yang berdasarkan Departemen Kesehatan dikatakan
sebagai masalah kesehatan masyarakat karena prevalensi lebih dari 20%.
Penelitian dilakukan di Desa Batulawang karena jumlah populasi balita yang
cukup tinggi. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Strategis IPB yang
berjudul “Masalah dan Solusi Stunting akibat Kurang Gizi Kronis di Wilayah
Pedesaan” yang diketuai oleh Prof. Dr. Faisal Anwar, MS. Adapun sumber data
yang diambil langsung oleh peneliti adalah data yang berhubungan dengan
variabel perkembangan balita dan berat badan lahir. Pengambilan data primer
hingga analisis data berlangsung selama enam bulan terhitung dari bulan Oktober
hingga Desember 2013.

Jumlah dan Cara Pengumpulan Data
Responden penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita. Contoh
penelitian adalah 80 anak yang berumur 12-60 bulan yang berada di Desa
Batulawang. Sebanyak 5 posyandu desa dipilih secara purposive dengan
memperhitungkan kelengkapan data Posyandu. Daftar jumlah anak diperoleh dari
buku registrasi posyandu. Sebanyak 80 balita dipilih secara acak dari populasi
yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah:
1. Anak berusia 12 hingga 60 bulan
2. Masih memiliki ibu dan tinggal serta diasuh oleh ibunya
3. Tinggal di Desa Batulawang
4. Terdaftar pada posyandu dan memilki KMS
5. Ibu bersedia diwawancarai
Kriteri eksklusi penelitian ini adalah:
1. Anak yang tidak tinggal di Desa Batulawang
2. Anak tidak terdaftar di Posyandu atau tidak memiliki KMS
3. Anak dengan keterbelakangan mental
Menurut Lemeshow et al. (1997) rumus penentuan jumlah sampel penelitian
adalah:
n=(z21-α/2 x p x (1-p) )/ d2
n=[(1.962)x0.336x(1-0.336)]/ (0.112)
n=70.8+(0.12x70.8)
n=79.2≈80 contoh
Keterangan :
n
= besar contoh yang akan diteliti
2
z 1-α/2 = nilai z skor pada 1- α/2 dengan tingkat kepercayaan 95% ( 1.96)
p
= estimasi prevalensi stunting di Jawa Barat yaitu sebesar 33.6%
d
= ketelitian atau presisi yaitu 11%

7

Hasil perhitungan menunjukan bahwa contoh minimal yang diperlukan
adalah 71 balita dengan melebihkan sebanyak 12% dari contoh minimal maka
diambil sebanyak 80 contoh balita dalam penelitian ini. Penarikan contoh dari
posyandu dilakukan secara stratified random sampling dari data seluruh balita.
Dengan demikian banyaknya contoh yang terambil pada masing-masing posyandu
adalah:
ni= (Ni/ N) X n
Keterangan:
ni = jumlah contoh yang diambil dari masing-masing posyandu
n = ukuran minimal contoh yang diambil dalam penelitian
N = jumlah balita di semua posyandu yang diteliti
Ni= jumlah balita di posyandu i

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner, pengukuran
langsung dan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari data Penelitian
Strategis IPB yang diikuti. Data yang dikumpulkan meliputi data perkembangan
balita. Data selain data perkembangan didapat dari Penelitian Strategis IPB.
Tabel 1 Skala dan cara pengumpulan data
No
1.

Variabel
Perkembangan

2.

Karakteristik anak

3.

Karakteristi
Keluarga

4.
5.

Status Gizi
Status Kesehatan

6.

Riwayat ASI

7.

MP ASI

Data yang dikumpulkan
Skor Perkembangan
Umur
Jenis kelamin
Urutan kelahiran (anak ke)
Berat badan lahir
Umur ibu
Pendidika orang tua
Pekerjaan orang tua
Pendapatan per kapita
Besar keluarga
Jumlah anak
TB/U
Diare
Lama Diare
ISPA
Lama ISPA
Persepsi Sakit
Kolostrum
ASI Ekslusif
Lama Pemberian ASI
Lama Menyusui
Masih ASI (Usia ≤ 2 tahun)
Masih ASI (Usia > 2 tahun)
Prelakteal
Predominan ASI
MP ASI sebelum 6 bulan
Jenis MP ASI

Cara Pengumpulan
Pengukuran dengan
KPSP
Kuesioner

Kuesioner

Pengukuran langsung
Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

8

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data nominal, ordinal, dan rasio. Data nominal
meliputi data jenis kelamin. Data ordinal adalah urutan anak, riwayat pemberian
ASI (pemberian kolostrum, ASI ekslusif, ASI masih diberikan, ASI predominan,
pemberian pralakteal) dan MP-ASI. Data rasio meliputi data umur anak dan ibu,
berat lahir, lama pemberian ASI, status gizi, lama pendidikan orangtua, besar
pendapatan per kapita dan skor perkembangan. Pengkategorian variabel penelitian
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengaktegorian variabel penelitian
No
1.

Variabel
Umur balita

2.

Umur

3.

Lama Pendidikan

4.

Status Pekerjaan ibu

5.

Pekerjaan ayah

6.

Besar Keluarga

7.

Jumlah anak

8.

Pendapatan per kapita

9.

Lama Pemberian ASI
eksklusif

10.

Persepsi sakit

11.

Status gizi
berdasarkan TB/U
Perkembangan

12.

Kategori
1.batita (< 36 bulan)
3.Prasekolah (≥36 bulan)
1.< 20 tahun
2.20-39 tahun (dewasa Muda)
3. 40-65 tahun (dewasa tua)
≤ 6 tahun
7-12 Ahun
1. Tidak bekerja
2. Bekerja
1.Buruh
2. Bukan buruh
1. ≤4 (keluarga)
2.5-6 (sedang)
3.≥ 7 (besar)
1.Rp 253.273)
1.6 bulan
2.4-5 bulan
3.1-3 bulan
4.< 1 bulan
1. Sakit dalam 1 tahun terakhir.
2. Tidak sakit dalam 1 tahun
terkahir
Z skor >=-2 (normal)
Z skor < -2 ( stunting)
< 60 (rendah )
60-79 (sedang)
≥ 80(tinggi)

Sumber pengukuran
Papalia et al. (2008)
Papalia et al. (2008)

BKKBN (1998)

Garis Kemiskinan Jawa
Barat 2013

Khomsan et al. (2009)

WHO (2007)
Khomsan (2007)
Depkes 2005

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis. Pengolahan data meliputi
editing, cleaning dan analisis data. Program komputer yang digunakan untuk
pengolahan dan analisis data adalah microsoft excel 2010 dan SPSS versi 16.0 for
windows. Uji normalistas dilakukan sebelum analisis data dengan menggunakan
K-S test (Kormogorov-Smirnov).
Analisis statistik yang dilakukan berupa statistik deskriptif dan inferensia.
Analisis deskriptif untuk menggambarkan sebaran variabel yang diteliti
berdasarkan persen dan rataan, sedangkan statistik inferensia yang digunakan
adalah uji korelasi dan regresi. Uji korelasi pearson digunakan untuk
menganalisis hubungan antara karakteristik keluraga (pendapatan per kapita) dan
status gizi (TB/U) dengan indeks perkembangan. Uji korelasi rank spearman

9

digunakan untuk menganalisis karakteristik keluarga (pendidikan ibu) dengan
indeks perkembangan. Sedangkan uji chi square digunakan untuk menganalisis
hubungan antara karakteristik keluarga (status pekerjaan ibu), status kesehatan
(persepsi ibu tentang anak sering sakit), riwayat pemberian ASI (pemberian ASI
eksklusif dan pemberian ASI pada usia di bawah dua tahun) dan MP-ASI dengan
indeks perkembangan.
Uji regresi linear berganda dengan metode stepwise digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan. Variabel
dependen yang dianalisa adalah indeks perkembangan sedangkan variabel
independennya berupa karakteristik keluarga, status gizi balita (TB/U) dan lama
pemberian ASI dan umur awal diberikan MP-ASI. Persamaan regresi dalam
penelitian adalah:
Y= X1+ X2+X3 +X4+C
Keterangan
X1
= riwayat pemberian ASI (lama pemberian ASI saja)
X2
= riwayat pemberian MP ASI (umur awal diberi MP-ASI)
X3
= karakteristik Keluarga
X4
= status gizi
C
= konstanta

10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Batulawang merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah
Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, dengan luas wilayah pemukiman ±
103.85 Ha, dan terdiri dari 8 dusun, 13 RW, serta 51 RT. Sebelah utara Desa
Batulawang berbatasan dengan Desa Sukawangi, sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Palasari, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ciloto dan sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Sukanagalih. Keadaan geografis Desa Batulawang
terletak 950-1200M dari permukaan laut dengan banyak curah hujan
3.145mm/tahun dan suhu rata-rata adalah 240-270C.
Desa Batulawang memiliki jumlah penduduk sebesar 13 404 jiwa dengan
komposisi hampir seimbang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 6 842 jiwa dan
perempuan sejumlah 6582 jiwa. Total kepala keluarga sebanyak 3363 KK. Jumlah
keseluruhan bayi dan anak hingga usia 6 tahun yang terdapat di Desa Batulwang
mencapai 1892 anak dengan jumlah usia bayi 0-1 tahun sebanyak 321 anak dan
balita usia 2-6 tahun sebanyak 1571 anak. Jumlah posyandu di Desa Batulawang
sebanyak 20 posyandu yang tersebar pada 13 RW.
Sebagian besar (50.1%) penduduk angkatan kerja bermata pencaharian
sebagai buruh tani, sebanyak 33.3% sebagai petani, sebanyak 7.7% sebagai buruh
swasta, sebanyak 4% sebagai tukang dan sisanya adalah pedagang, pegawai
negeri dan montir. Kualitas sumber daya manusia sangat penting untuk
menghadapi tantangan kehidupan yang salah satunya terlihat dari tingkat
pendidikan. Kualitas pendidikan di Desa Batulawang masih rendah. Hampir
sebagian besar penduduk (48.1%) berstatus pendidikan tamat SD. Penduduk yang
tamat SMP/MTs menempati urutan kedua dengan presentase 21.4% diikuti
penduduk yang tamat SMP/MTs yang tidak melanjutkan dengan persentase
12.6%, tamat SMA/Aliyah sebanyak 8.8%, dan perguruan tinggi sebanyak 0.39%.
Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai merupakan salah
satu wujud pemerintah dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat
(Khomsan et al.2009). Sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di Desa
Batulawang dinilai masih sangat minim yang terlihat dari tersedianya sarana
hanya mulai dari TK/TPA sampai MTs (setara SMP). Terdapat 3 buah TK/TPA,
6 buah SD dan 1 buah MTs. Dengan fasilitas yang minim maka akses warga
untuk meningkatkan kualitas pendidikan terbilang sulit.
Karakteristik Balita
Karakteristik balita yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, jenis
kelamin, urutan anak dalam keluarga dan berat badan lahir. Usia balita pada
penelitian ini berkisar antara 12 hingga 60 bulan dengan rata-rata usia adalah
33.6±15.4 bulan. Anak balita dikelompokkan lagi menjadi usia di bawah tiga
tahun (batita) dan usia di atas tiga tahun (usia prasekolah). Anak batita ditemukan
sebanyak 56.3% lebih banyak dibandingkan dengan anak usia prasekolah
sebanyak 43.8%. Anak balita yang menjadi contoh tersebar hampir merata
berdasarkan jenis kelamin. Balita berjenis kelamin perempuan sebanyak 51.2%

11

dan sisanya 48.8% balita berjenis kelamin laki-laki dengan sebagian besar
(53.8%) balita adalah bukan anak tunggal dan sisanya 46.2% adalah anak tunggal.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik balita
Karakteristik Balita

n

%

Umur
Batita ( 2500 g)

76

Menurut Hughes (1999), usia batita memiliki ciri spesifik yaitu masih
memiliki kelekatan emosi dengan orang tua, takut berpisah dengan orang tua,
membuat cerita yang tidak masuk akal, berbohong dan egosentris. Sedangkan
anak usia prasekolah, meskipun masih terikat dan memfokuskan diri pada
hubungan orang tua atau keluarga, namun masa ini ditandai dengan kemandirian,
kemampuan kontrol diri dan hasrat untuk memperluas pergaulan dengan anakanak sebaya. Dariyo (2007) menambahkan masa kanak-kanak awal masih
dicirikan dengan kegiatan bermain baik bermain sendiri maupun bermain
berkelompok dengan teman sebaya. Permainan pada masa kanak-kanan awal
selain berguna untuk pengembangan kepribadian juga berguna untuk
pengembangan psikomotorik halus dan kasar.
Berat badan lahir anak menggambarkan keadaan perkembangan prenatal.
Proses perkembangan sistem syaraf terjadi bersamaan dengan pembentukan
organ-organ eksternal janin (Dariyo 2007). Hasil penelitian menunjukkan hampir
sebagian besar balita (95%) memiliki riwayat berat badan lahir normal dan hanya
sebagian kecil (5%) yang memiliki riwayat berat badan lahir rendah yaitu berat
badan lahir kurang dari 2500g. Rata-rata berat badan lahir balita adalah
3190±367.9g dan terkategori normal. Menurut Watemberg (2002), semakin
rendah berat lahir, semakin besar kemungkinan cedera otak. Saigal et al. (2003)
mengemukakan bahwa anak usia prasekolah dengan berat lahir rendah lebih
mungkin memiliki kesulitan belajar daripada anak dengan berat lahir normal.
Karakteristik Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang tinggal atau hidup bersama dalam
satu rumah dan ada ikatan darah (Khomsan et al. 2007). Menurut Suhardjo (1989)
(dalam Hanum 2012), keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari sepasang
suami istri dengan anak-anaknya. Karakteristik keluarga yang diidentifikasi dalam
penelitian ini meliputi usia ibu, tingkat pendidikan ibu dan ayah, status kerja ibu

12

dan pekerjaan ayah, besar keluarga serta pendapatan per kapita. Karakteristik
keluarga yang diteliti disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran balita berdasarkan karakteristik keluarga
Karakteristik keluarga

n

%

Umur ibu
7 orang)

42
21
17

52.5
26.3
21.2

Total Anak
≤2 anak
>2 anak

56
24

70.0
30.0

Pendapatan per kapita
Miskin
Tidak miskin

52
28

65.0
35.0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar keluarga balita berkisar antara
3 sampai 9 orang dengan rata-rata 4.9±1.7 orang dan terkategori sebagai
keluarga sedang. Lebih dari separuh contoh (52.5%) memiliki keluarga kecil
dengan jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang orang. Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian besar keluarga balita (70%) adalah keluarga inti dengan total anak
kurang dari dua anak.
Usia ibu dalam penelitian ini berkisar antara 18 tahun hingga 48 tahun
dengan rata-rata usia adalah 28.2 ± 6.7 tahun. Sebagian besar ibu, yaitu sebanyak
88.7% berada pada usia dewasa muda (usia 20 hingga 39 tahun) dan sisanya
sebesar 6.3% berada pada usia di bawah 20 tahun. Sebagian kecil ibu (5%) berada
pada usia dewasa tua (berusia 40 hingga 65 tahun). Menurut Hurlock (1999), usia
mempengaruhi seorang ibu dalam bertindak dalam memperhatikan kebutuhan
anaknya. Semakin tinggi usia ibu sejalan dengan bertambahnya jumlah anak. Uji
korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara umur ibu dan total
anak dalam keluarga (p

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi Dan Status Gizi Anak Usia 0 - 24 Bulan Di Desa Alue Awe Kecamatan Muara Dua Kabupaten Aceh Utara

0 28 49

Pengaruh Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terhadap Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas

16 130 108

Status Gizi Bayi Ditinjau Dari Pemberian Asi Eksklusif, Pemberian MP-Asi Dan kelengkapan Imunisasi Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

1 43 77

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-24 BULAN Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dengan Status Gizi Balita Usia 7-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pu

0 4 17

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dan Status Gizi Dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.

0 3 20

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 1 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI PADA BADUTA USIA 6-24 BULAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Mp-Asi Dengan Perilaku Pemberian MP-ASI Dan Status Gizi Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Kelurahan Kestala

0 2 17

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN BAYI DI PUSKESMAS GAMPING II

0 0 10

STUDI KOMPARASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMBERIAN MP–ASI DINI TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6–8 BULAN DI DESA CATURHARJO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Pemberian Asi Eksklusif dan Pemberian Mp–Asi Dini terhadap Status Gizi pada Bayi U

0 0 14

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI BISKUIT TERHADAP PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMPUNG KABUPATEN BATANG

0 0 15