Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN
PERMUKIMAN ALAM SUTERA SERPONG
KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

RENI DAHRIA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pengelolaan
Lanskap Kawasan Permukiman Alam Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Reni Dahria
NIM A44100087

4

ABSTRAK
RENI DAHRIA. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam
Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Dibimbing oleh
SYARTINILIA.
Peningkatan pertumbuhan penduduk yang terjadi di daerah perkotaan telah
memicu peningkatan pembangunan perumahan yang menyebabkan hilangnya
ruang terbuka di perkotaan. Pemeliharaan yang ideal harus diterapkan untuk
mencapai lanskap yang estetik, fungsional, dan berkelanjutan. Tujuan khusus
magang ini adalah mengevaluasi pengelolaan lanskap di kawasan permukiman
untuk meningkatkan kualitas lanskap di Alam Sutera. Program magang dilakukan

di PT Alam Sutera Realty Tbk dari 10 Maret sampai 06 Juli 2014. Evaluasi
pengelolaan lanskap di Alam Sutera dilakukan dengan analisis deskriptif dan
analisis SWOT. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas pengelolaan lanskap. Sedangkan analisis SWOT dilakukan untuk
mengevaluasi faktor internal dan eksternal pengelolaan lanskap. Berdasarkan
evaluasi efisiensi dan efektivitas, pengelolaan lanskap di Alam Sutera telah efektif
namun tidak efisien. Sedangkan berdasarkan evaluasi faktor internal dan
eksternal, pengelolaan lanskap di Alam Sutera berada pada kuadran lima yaitu
hold and maintain. Berdasarkan analisis tersebut dihasilkan alternatif strategi
pengelolaan lanskap berupa peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja,
peralatan dan nursery, dan kualitas pelayanan di permukiman Alam Sutera.
Kata kunci: Alam Sutera, analisis SWOT, lanskap permukiman, pemeliharaan
lanskap, pemeliharaan ideal

ABSTRACT
RENI DAHRIA. Evaluation of landscape management of Alam Sutera Residences
Areas South Tangerang Banten. Supervised by SYARTINILIA.
Increased population growth occurring in urban areas has triggered increased
residential development which led to the loss of open space in urban areas. The
ideal maintenance shall be applied in order to reach the aesthetic, functional, and

sustainable landscape. The specific objective of this internship was to evaluate the
landscape management in residential area for improving the quality of the
landscape in Alam Sutera. The internship program was conducted in PT Alam
Sutera Realty from 10th March until 06th July 2014. Evaluation of landscape
management at Alam Sutera has been done with descriptive and SWOT analysis.
Descriptive analysis was performed to evaluate the efficiency and effectiveness of
landscape management. Meanwhile SWOT analysis performed to evaluate the
internal and external factors of landscape management. Based on the evaluation of
efficiency and effectiveness, landscape management in Alam Sutera has been
effective but not efficient. Meanwhile based on the evaluation of internal and
external factors, the landscape management of Alam Sutera is in quadrant five
that hold and maintain. The results of this analysis is an alternative strategy of
landscape management by increasing the quality and quantity of employment,
tools and nursery, and the quality of services at Alam Sutera Residences.
Keywords: Alam Sutera, ideal maintenance, landscape maintenance, landscape
settlement, SWOT analysis.

6

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN
PERMUKIMAN ALAM SUTERA SERPONG
KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

RENI DAHRIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

8

Judul Skripsi : Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam
Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Nama
: Reni Dahria
NIM
: A44100087

Disetujui oleh

Dr Syartinilia, SP MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

10

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam kegiatan
magang yang telah dilaksanakan pada 10 Maret sampai dengan 06 Juli 2014
dengan judul Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman di Alam
Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak karena itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Terima kasih kepada keluarga, Bapak Dahri Heriadi, Ibu Ai Hasanah,

Deni Koswara, Seni Sonia atas segala dukungan dan doa restunya
2. Dr Syartinilia, SP MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen
pembimbing akademik atas masukan, dorongan moril, pengarahan dan
bimbingannya dalam penyusunan skripsi maupun selama masa kuliah
3. Seluruh staf pengajar Departemen Arsitektur Lanskap IPB
4. Bapak Ade Rosadi, selaku koordinator landscape di Estate Management
Alam Sutera yang selalu memberikan masukan dan bimbingan selama
saya melakukan kegiatan magang
5. Bapak Edi DJ, Bapak Berli, Bapak Wito, Bapak Sugeng, Ibu Rini selaku
pembimbing lapangan pada team landscape di Estate Management Alam
Sutera
6. Bapak Randy Pangaitan selaku kepala Divisi Estate Management serta
seluruh jajaran PT Goldland Realty (anak perusahaan dari PT Alam Sutera
Realty Tbk) yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
melaksanakan kegiatan magang skripsi
7. Bapak Dr Kaswanto, SP MSi dan Ibu Fitriyah Nurul H Utami, ST MT
sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan dorongan
moril kepada penulis untuk melengkapi karya ilmiah ini
8. Wary Ratna Sari selaku teman satu bimbingan dan seperjuangan yang
selalu memberikan semangat, motivasi, serta saran

9. Seluruh teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik kelas di grup
Syartinilia’s student yang selalu memberikan dukungan dan saran
10. Teman-teman spesial mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap
angkatan 47
Penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini belum sempurna dan masih
memiliki kekurangan. Semoga skripsi ini menjadi pedoman dan memberikan
manfaat yang luas untuk pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2015
Reni Dahria

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

Manfaat

2


Kerangka Pikir

2

TINJAUAN PUSTAKA

4

Permukiman

4

Lanskap Permukiman

4

Pengelolaan Lanskap

5


Pemeliharaan Lanskap

6

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu

9
9

Metode Pelaksanaan Magang

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

17

Kondisi Umum Kawasan Alam Sutera

17

Evaluasi Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Lanskap

23

Kapasitas dan Efektivitas Kerja Pemeliharaan Lanskap

29

Anggaran Biaya Pemeliharaan Lanskap

47

Evaluasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengelolaan Lanskap

49

Rekomendasi Pengelolaan lanskap Permukiman Alam Sutera

59

SIMPULAN DAN SARAN

61

Simpulan

61

Saran

61

DAFTAR PUSTAKA

62

12

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Jadwal pelaksanaan kegiatan magang
Jenis, sumber, cara pengambilan dan kegunaan data
Matriks SWOT
Komponen evaluasi efisiensi dan efektivitas pengelolaan lanskap
Tenaga kerja harian kegiatan pemeliharaan lanskap
Kapasitas tenaga kerja pemeliharaan lanskap
Kebutuhan HOK kegiatan pemeliharaan lanskap dalam satu tahun
Hak tenaga kerja harian
Rencana jadwal kegiatan pemeliharaan lanskap
Jenis, jumlah, dan masa efektif peralatan
Kapasitas dan efektivitas kerja pemeliharaan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) tahun 2014
Tingkat kepentingan faktor internal
Pembobotan faktor internal
Tingkat kepentingan faktor eksternal
Pembobotan faktor eksternal
Skor pembobotan internal factor evaluastion (IFE)
Skor pembobotan ekternal factoreEvaluation (EFE)
Matriks SWOT
Peringkat alternatif strategi pengelolaan lanskap Alam Sutera

9
12
16
23
30
31
33
34
35
46
47
48
52
53
55
55
55
56
57
58

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kerangka Pikir Kegiatan Magang
Alur kegiatan magang
Peta lokasi dan ruang lingkup area pekerjaan (Alam Sutera 2014)
Matriks internal-eksternal
Pengawasan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan lanskap
Pengecekan jaminan
Ruko yang berada di Alam Sutera (dokumen pribadi)
Cluster yang berada di Alam Sutera (dokumen pribadi)
Struktur organisasi PT Alam Sutera Realty (Alam Sutera 2014)
Struktur organisasi estate management (Alam Sutera 2014)
Struktur organisasi LEM (Alam Sutera 2014)
Zonasi kerja pemeliharaan lanskap (Alam Sutera 2014)
Kegiatan penyapuan (dokumen pribadi)
Kegiatan penyiraman (dokumen pribadi)
Kegiatan pemangkasan rumput (dokumen pribadi)
Kegiatan pengendalian gulma (dokumen pribadi)
Aloevera sp yang terserang hama (dokumen pribadi)

3
10
11
15
18
19
22
22
24
25
26
28
36
37
38
39
40

18
19
20
21
22

Tanaman hasil penyulaman (dokumen pribadi)
Sampah yang berceceran (dokumen pribadi)
Pembersihan jalan dengan mobil sweeper (dokumen pribadi)
Kepuasan penghuni Alam Sutera
Matriks IFE dan EFE

42
43
44
50
56

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Lembar kuisioner untuk analisis SWOT
Data Vegetasi di Alam Sutera Residence
Struktur organisasi Alam Sutera
Surat Perintah Kerja
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Analisis biaya pemeliharaan LEM
Komplain

63
65
68
69
77
78
79

14

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang tingkat aktivitas pembangunan
dan perekonomiannya yang semakin meningkat sehingga berdampak pada
peningkatan sektor permukiman. Menurut Simonds (1983), permukiman
merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka secara
bersamaan dengan melibatkan semua anggota keluarga untuk melakukan suatu
aktivitas dan untuk menampung fasilitas umum seperti tempat berbelanja,
lapangan bermain, dan daerah penyangganya. Meningkatnya pada sektor
permukiman mengakibatkan pembangunan-pembangunan permukiman baru baik
di Jakarta maupun di sekitarnya sehingga semakin berkurangnya ruang terbuka
hijau (RTH). Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya penduduk luar daerah yang
melakukan aktivitas perekonomiaanya di ibukota. Mengakibatkan banyaknya
developer yang ingin mengembangkan maupun membuka usaha dibidang
permukiman atau perumahan. Pembangunan permukiman akan dikatakan berhasil
jika pengelolaan lanskap dapat dikelola dengan baik secara efisien dan efektif.
Salah satu kota yang terkena dampak pembangunan permukiman ini yaitu
kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan merupakan salah satu kota penyangga
ibukota, dimana peningkatan pembangunan permukiman tersebut mengurangi
RTH yang telah ada. Salah satu cara agar RTH tidak semakin berkurang yang
diakibatkan oleh peningkatan permukiman maka diterapkan konsep lanskap alami
untuk disetiap kawasan permukiman. Menurut Simonds (1983), lingkungan
permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal
yang tergabung dengan area terbuka dan mempunyai batasan yang jelas serta
fasilitas-fasilitas yang menunjang kawasan permukiman seperti pendidikan, niaga,
tempat peribadatan, tempat berbelanja, rumah sakit, dan fasilitas lainnya. Menurut
Laurie (1986), lanskap permukiman adalah perubahan bentuk historis dari situasi,
dimana taman dipertahankan dalam wujud rumahnya sendiri sampai wujud
lainnya (taman lingkungan) serta permukiman–permukiman ditata dalam suatu
kawasan yang lebih luas seperti pembangunan kota-kota baru. Alam Sutera
merupakan salah satu kawasan permukiman yang menerapkan konsep lanskap
alami dikembangkan oleh PT Adhihutama Manunggal Tbk. Alam Sutera
merupakan sebuah kawasan terpadu (mixed-use development) yang berdiri di atas
lahan seluas lebih dari 1500 ha di wilayah Serpong, Tangerang Selatan (Alam
Sutera 2014).
Kawasan Alam Sutera merupakan kawasan permukiman yang memiliki area
perumahan serta fasilitas-fasilitas seperti sekolah, hiburan, rumah sakit, pusat
pembelanjaan. Kawasan Alam Sutera ini memiliki banyak vegetasi yang estetik
sehingga memberikan keindahan, kenyamanan, dan kelestarian bagi para
penghuni maupun pengguna Alam Sutera yang menyebabkan kawasan Alam
Sutera terliat lestari dan indah. Alam Sutera memiliki konsep perencanaan dan
perancangan yaitu ecological planning method, dimana setiap pengembangannya
Alam Sutera mempertahankan kondisi alam sekitar. Konsep ini diaplikasikan
dengan menetapkan rasio 40% untuk bangunan dan 60% berupa ruang terbuka

2
(Alam Sutera 2014). Dalam mempertahankan kondisi lingkungan, diperlukan
pengelolaan lanskap seluruh kawasan permukiman secara efesien dan efektif.
Pengelolaan lanskap merupakan faktor penting dalam suatu keberhasilan dari
proses perencanaan maupun perancangan. Pengelolaan lanskap perlu diperhatikan
untuk mencapai suatu kenyamanan, keamanan, keindahan, dan kelestarian bagi
penggunanya. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengelolaan
seperti pembangunan yang dinamis membutuhkan pengelolaan yang ekologis
untuk menjaga dan merawat sumberdaya lanskap agar tidak rusak dan menjaga
integritas lanskap terhadap bentuk, kekuatan, keistimewaan kawasan Alam Sutera
menjadi kawasan yang ideal (Simonds 1983). Menurut Arifin dan Arifin (2005),
kegiatan pengelolaan dikelompokkan berdasarkan tahapan mulai dari perencanaan
program pemeliharaan, pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, pemeliharaan serta
pengawasan dan evaluasi kegiatan pemeliharan. Dalam pengelolaan lanskap
meliputi kegiatan pemeliharaan taman. Hal ini mengakibatkan pengelolaan
menjadi penting bagi terciptanya suatu lanskap yang berkelanjutan. Pengelolaan
lanskap permukiman diangkat menjadi topik judul skripsi untuk mengetahui
bagaimana PT Alam Sutera Realty Tbk mengelola areal permukiman yang
tergolong besar di Tangerang Selatan.
Tujuan
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah memperoleh pengetahuan,
memperluas wawasan dan mendapatkan pengalaman kerja dibidang keprofesian
arsitektur lanskap dan pembelajaran penerapan ilmu yang didapat dari perkuliahan
di dunia kerja. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah:
1. analisis efisiensi dan efektivitas pada pengelolaan;
2. analisis faktor internal dan faktor eksternal dalam pengelolaan;
3. menghasilkan rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman.
Manfaat
Manfaat dari hasil kegiatan magang baik untuk mahasiswa maupun PT Alam
Sutera Realty Tbk terutama landscape estate management diantaranya:
1. meningkatkan kemampuan profesionalisme dibidang arsitektur lanskap;
2. memperoleh dan memberikan informasi yang berkaitan dengan pengelolaan
lanskap kawasan permukiman;
3. menjalin kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan karyawan
perusahaan tempat magang maupun perusahaan dengan departemen;
4. memberikan bahan rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman
untuk memperbaiki pengelolaan lanskap kawasan permukiman di Alam
Sutera.
Kerangka Pikir
Meningkatnya pada sektor permukiman mengakibatkan pembangunanpembangunan permukiman baru semakin meningkat sehingga semakin
berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH). Hal ini mengakibatkan banyaknya
developer yang ingin mengembangkan dan membuka usaha permukiman atau
perumahan. Pembangunan permukiman dapat berhasil jika pengelolaan lanskap di

3
kawasan permukiman tersebut dikelola secara efisien dan efektif. Salah satu
pengembang usaha permukiman adalah Alam Sutera. Alam Sutera merupakan
salah satu permukiman yang menerapkan konsep lanskap alami untuk menjaga
kelestarian lingkungannya. Dilakukan evaluasi pengelolaan lanskap yang terdiri
dari menganalisis efisiensi-efektivitas dalam pengelolaan untuk mengevaluasi
pada saat proses sampai pelaksanaan pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola,
faktor internal-eksternal dalam pelaksanaan pengelolaan untuk menentukan
strategi pengelolaan lanskap kawasan permukiman maka dilakukan analisis data
pada saat pelaksanaan pengelolaan. Kerangka pikir kegiatan magang dapat dilihat
pada Gambar 1.

Pembangunan permukiman

Alam Sutera

Pengelolaan Lanskap Alam
Sutera
Evaluasi Pengelolaan lanskap

EfisiensiEfektivitas

Faktor Internal-Faktor
Eksternal

Analisis Aspek
Pengelolaan dan
Pelaksanaan Pengeloaan

Analisis Data
Aspek Pelaksanaan
Pengelolaan

Rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman Alam Sutera

Gambar 1 Kerangka Pikir Kegiatan Magang

4

TINJAUAN PUSTAKA
Permukiman
Menurut Simonds (1983), permukiman merupakan kelompok-kelompok
rumah yang memiliki ruang terbuka secara bersamaan dengan melibatkan semua
anggota keluarga untuk melakukan suatu aktivitas dan untuk menampung fasilitas
umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, dan daerah penyangganya.
Permukiman merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat
dalam lingkup terbatas dan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan masyarakat. Sedangkan
perumahan merupakan wilayah yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan
fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana
lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan untuk mendukung
kehidupan masyarakat. Menurut Kastoer (1995), menjelaskan bahwa permukiman
pada suatu perkotaan memiliki keteraturan bentuk secara fisik, yang sebagian
besar rumah menghadap secara teratur ke arah jalan yang ada dan sebagian besar
terdiri dari bangunan permanen, berdinding tembok, dan dilengkapi dengan
penerangan listrik. Selain itu, kerangka jalannya ditata bertingkat mulai dari jalan
raya, jalan penghubung, hingga jalan lingkungan atau lokal.
Pembangunan suatu kawasan permukiman diperlukan perhatian dalam
pengelolaan lanskap yang akan dilakukan baik pada saat perencanaan dan
perancangan maupun pada saat pelaksanaan karena pengelolaan merupakan
penentuan suatu keberhasilan pada sebuah proyek. Keadaan lingkungan
permukiman mencerminkan taraf hidup kepribadian dan peradaban manusia,
masyarakat atau suatu bangsa karena lingkungan permukiman berfungsi sebagai
tempat untuk merefleksikan kehidupan, dan kepribadian manusia terhadap
manusia serta lingkungannya.
Lanskap Permukiman
Menurut Simonds (1983),
lingkungan permukiman merupakan
pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang tergabung dengan area
terbuka dan mempunyai batasan yang jelas serta fasilitas-fasilitas yang menunjang
kawasan permukiman seperti pendidikan, niaga, tempat peribadatan, tempat
berbelanja, rumah sakit, dan fasilitas lainnya. Fasilitas ini biasanya berada di luar
kawasan hunian yang dihubungkan dengan adanya jalur hijau maupun jalur
pejalan kaki. Lingkungan permukiman yang ideal merupakan suatu kawasan
lingkungan ketetanggaan yang memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang
bersama-sama membentuk suatu blok permukiman.
Laurie (1986), menyatakan bahwa lanskap permukiman adalah perubahan
bentuk historis dari situasi, dimana taman dipertahankan dalam wujud rumahnya
sendiri sampai wujud lainnya (taman lingkungan) serta permukiman–permukiman
ditata dalam suatu kawasan yang lebih luas seperti pembangunan kota-kota baru.
Pelaksanaan pembangunan setiap perumahan harus sesuai dengan proporsi yang
ditetapkan, yaitu 60 % untuk konstruksi dan 40 % untuk ruang terbuka, dengan

5
perbandingan 1 : 3 : 6 untuk perumahan rumah mewah, rumah menengah, dan
rumah sederhana.
Menurut Chiara dan Koppleman (1989), bahwa pada suatu kawasan
permukiman yang harus diperhatikan secara fisik yaitu (1) kondisi tanah dan
lapisan tanah; (2) air tanah dan drainase; (3) bebas tidaknya dari bahaya banjir
permukiman; (4) bebas tidaknya dari bahaya topografi; (5) pemenuhan pelayanan
kesehatan dan jaringan utilitas; (6) potensi untuk pengembagan ruang terbuka; dan
(7) bebas tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk.
Pengelolaan Lanskap
Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengelolaan merupakan upaya terpadu
dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan,
pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap
yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sedangkan menurut
Pengelolaan adalah proses penyusunan dan pemeliharaan lingkungan tempat
individu-individu bekerja secara bersama dalam suatu kelompok dan berfungsi
untuk suatu tujuan secara efisien.
Pengelolaan lanskap merupakan sebuah proses yang terdiri penetapan tujuan
pengelolaan, penyusunan rencana operasional pengelolaan/pemeliharaan,
pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan pekerjaan pengelolaan, evaluasi,
dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan jika diperlukan. Pengelolaan
lanskap berlangsung dengan membuat program pengelolaan yang terstruktur
dalam organisasi, tenaga kerja, jadwal, ketersediaan alat dan bahan, dan
pendanaan. Secara teknis, dibutuhkan personel untuk menjalankan sistem
pengelolaan. Sehingga pengelolaan lanskap bertujuan untuk menjaga agar taman
atau lanskap yang dikelola tetap berkelanjutan. Pengelolaan lanskap berkelanjutan
adalah cara menggunakan sumber daya alam yang ada baik yang dapat
diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui agar terjadi perputaran di
dalamnya sehingga dapat terus bermanfaat bagi generasi yang akan datang (Arifin
dan Arifin 2008).
Dalam sisi lanskap, peran arsitek lanskap sebagai seorang ahli lingkungan
baik itu seorang designer, planner, engineer maupun manager harus dapat
menciptakan dan mampu mengelola suatu bentukan lanskap. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan, antara lain pemanfaatan energi, penggunaan dan pengelolaan
sumber daya alam, pengelolaan limbah serta berbagai hal yang terkait untuk
mempertahankan keberlanjutan suatu ekologi lingkungan sehingga dapat
meminimumkan besarnya biaya.
Menurut Arifin dan Arifin (2008), dalam membangun taman yang
berkelajutan dari segi lingkungan dan secara estetika tidak sulit namun
memerlukan perhatian yang serius. Penerapan prinsip-prinsip pelestarian
lingkungan dalam pengelolaan taman-taman yang ada akan memberikan andil
penting dalam meningkatkan kualitas lingkungan yang sangat diperlukan bagi
manusia, tanaman, dan kehidupan liar sehingga pengelolaan lanskap yang
berkelanjutan menjadi bagian dari pemecahan masalah lingkungan yang menjadi
perhatian kita.

6
Mengelola lanskap pada suatu kawasan permukiman perlu memperhatikan
tata ruang baik zonasi ruang yang sesuai dengan fungsi, sirkulasi, aksebilitas,
kesatuan antar ruang, dan hubungan antar ruang. Selain itu, memperhatikan secara
fungsi ekologis seperti resapan air, area penyangga, kesesuaian habitat,
keanekaragaman flora dan fauna, pengendalian iklim mikro. Didukung juga
dengan pemanfaatan elemen taman untuk memperoleh efisiensi daur ulang dan
aspek sosial budaya. Hal yang sangat penting dalam pengelolaan lanskap
permukiman yaitu kegiatan pemeliharaan baik fisik maupun ideal dalam upaya
meningkatkan kesuburan tanah.
Pemeliharaan Lanskap
Pemeliharaan lanskap merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga dan
merawat area lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya sehingga
kondisi fisik kawasan tersebut tetap baik dan dapat mempertahankan keadaan
sesuai dengan rancangan atau desain semula (Sternloff dan Waren 1984). Menurut
Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan lanskap terbagi menjadi dua jenis yaitu
pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan
pemeliharaan yang mengacu pada desain dan tujuan semula sehingga
pemeliharaan ideal berfungsi untuk mempertahankan kondisi rancangan atau
desain semula. Mempertahankan tujuan dan fungsi awal dalam pemeliharaan
ideal, antara lain pembuatan jadwal pemeliharaan elemen lunak dan elemen keras;
dan penggunaan tanaman lokal untuk memudahkan penggantian/penyulaman.
Sedangkan pemeliharaan fisik meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan,
keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Pekerjaan tersebut meliputi kegiatan
pembersihan taman, penggantian elemen-elemen yang rusak atau tidak berfungsi,
penyiraman tanaman, dan penyiagaan gulma, pemangkasan, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman. Mencapai efektivitas di
dalam pemeliharaan, hendaknya diperhatikan beberapa hal prinsip dalam
pemeliharaan lanskap seperti (Arifin dan Arifin 2005):
1. penetapan tujuan dan standar pemeliharaan;
2. pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis, baik waktu, tenaga kerja,
peralatan, maupun bahan;
3. operasional pemeliharaan hendaknya di dasarkan pada rencana pemeliharaan
yang logis;
4. jadwal pekerjaan pemeliharaan harus didasarkan pada kebijaksanaan dan
prioritas yang benar;
5. pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan;
6. pengelola pemeliharaan harus diorganisir dengan baik;
7. sumber dana yang cukup dapat mendukung program pemeliharaan yang telah
ditetapkan;
8. penyediaan tenaga kerja yang cukup sangat penting untuk melaksanakan
fungsi-fungsi pemeliharaan;
9. program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami;
10. pengelola pemeliharaan taman harus bertanggungjawab terhadap keamanan
umum dan para operator pemeliharaan;
11. pemeliharaan dijadikan pertimbangan utama dalam perancangan dan
pembangunan;

7
12. para operator pemelihara harus bertanggungjawab terhadap pengelola
pemeliharaan;
Pelaksanaan pemeliharaan suatu area, penanggung jawab kegiatan
pemeliharaan dapat berbeda-beda. Menurut Sternloff dan Waren (1984) metode
penetapan pekerjaan pemeliharaan adalah sebagai berikut:
1. Sistem pemeliharaan unit (unit maintenance)
Pelaksana unit pada sistem ini melaksanakan semua jenis pemeliharaan
dilakukan secara sendiri. Suatu taman harus mempunyai karyawan yang dapat
memelihara semua fasilitas dalam taman.
2. Karyawan pemelihara khusus (specialized maintenance crew)
Karyawan dilatih mengerjakan pekerjaan tertentu seperti khusus memangkas,
membersihkan jendela, atau pekerjaan khusus lainnya. Berdasarkan jadwal,
karyawan dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya.
3. Pemeliharaan dengan kontrak (maintenance by contract)
Pekerjaan pemeliharaan menjadi tanggung jawab kontraktor sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditentukan. Pengelola tidak dibebani investasi alat dan
karyawan.
Hal-hal untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pemeliharaan adalah sitem
organisasi pengelolaan, tenaga kerja, alat dan bahan, dan anggaran biaya (Arifin
dan Arifin 2005). Akan tetapi, bagian yang penting dalam pemeliharaan lanskap
adalah tenaga kerja yang berada langsung di lapangan. Peralatan dan bahan-bahan
yang terbaik sekalipun tidak dapat digunakan tanpa adanya tenaga kerja dan hanya
tenaga kerja yang berkualitas dan terlatih yang dapat melakukan pekerjaan
pemeliharaan lanskap yang baik. Pelatihan singkat mengenai prinsip-prinsip dasar
dari pemeliharaan lanskap dapat menghasilkan tenaga kerja yang baik dan
antusias terhadap pekerjaannya (Carpenter et. al. 1975). Menurut Arifin dan
Arifin (2005), jumlah tenaga kerja harus optimal, tidak kelebihan atau
kekurangan. Besar atau kecilnya jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan luas
taman serta kemampuan keterampilan kerja.
Efektivitas kerja para operator taman sangat menentukan efisiensi biaya
pemeliharaan taman. Jika tenaga kerja bekerja dengan efektif sesuai dengan
kemampuan tenaga kerja dan keterampilannya, biaya pemeliharaan taman dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin. Efektivitas kerja menurut Arifin dan Arifin
(2005) sangat ditentukan oleh:
1. motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja;
2. sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan;
3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan;
4. tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan;
5. kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para pengawas dan pengawas
dengan tenaga kerja pemeliharaan taman di lapangan.
Suasana kerja yang kondusif dan sosialisasi yang baik dapat meningkatkan
motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja.
Penyusunan jadwal yang baik dan sistematik memudahkan landscape
maintenance supervisor mengerahkan tenaga kerjanya dengan seefektif dan
seefisien mungkin seperti dalam menggunakan alat dan bahan, pelaksanaan
pekerjaan pemeliharaan baik yang diperintahkan maupun berdasarkan inisiatif

8
sendiri sehingga dapat memberikan keuntungan besar bagi semua pihak (Arifin
dan Arifin 2005).
Efisiensi dan efektivitas pemeliharaan dipengaruhi oleh penguasaan teknik
pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu,
pemeliharaan harus memiliki peralatan pemeliharaan yang tepat dan mengetahui
jenis peralatan yang digunakan berikut fungsi dan cara kerjanya (Arifin dan Arifin
2005).
Mengantisipasi hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pekerjaan
pemeliharaan, landscape maintenance supervisor memerlukan suatu sistem
pengawasan dan evaluasi. Sistem ini harus dibuat sesederhana mungkin dan
memuat semua informasi yang terjadi di lapangan (Arifin dan Arifin 2005). Selain
itu, sistem menajemen harus dapat disosialisasikan kepada semua pihak agar
semua pihak dapat mengerti maksud dan tujuan dari sistem manajemen yang telah
diterapkan dan diperlukan komunikasi yang lancar antara pimpinan dan tenaga
kerja. Sedangkan menurut John dan MacKinnon (1993), evaluasi keefektifan
pengelolaan harus menjadi proses sadar yang bertujuan untuk menilai kemajuan
yang diarahkan untuk mencapai tujuan pengelolaan jangka pendek maupun tujuan
jangka panjang. Lebih jauh lagi evaluasi keefektifan ini menjadi tahap pengenalan
dalam proses pengelolaan secara manyeluruh.

9

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Alam Sutera Realty Tbk. Lokasi
kegiatan magang terletak di Jalan Alam Sutera Utama Kav 2, Alam Sutera,
Serpong, Tanggerang Selatan 15235 (Gambar 3). Kegiatan magang dilaksanakan
pada Divisi Estate Management tepatnya di bagian landscape estate management
(LEM), di bawah bimbingan kepala divisi estate management, koordinator
landscape, dan staf landscape selaku pembimbing lapangan selama empat bulan.
Mahasiswa magang bekerja sebagai mandor di bagian pengelolaan lanskap
perumahan bagian selatan dan kebersihan.
Pelaksanaan kegiatan magang skripsi ini berlangsung selama 80 hari, dimulai
pada tanggal 10 Maret sampai 06 Juli 2014. Selama melakukan kegiatan magang
skripsi, mahasiswa mengikuti prosedur kerja perusahaan dengan jam kerja 8 jam
per hari dan berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatan pengelolaan yang
dilakukan di Alam Sutera. Adapun jadwal keseluruhan pelaksanaan kegiatan
magang yang akan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jadwal pelaksanaan kegiatan magang
Jenis kegiatan

Maret
April
Mei
Juni
Juli
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Aug’14Juli’15

Persiapan magang
Pelaksanaan magang
1 Pengenalan
kondisi umum
2

Partisipasi aktif

3

Wawancara dan
evaluasi

Penyusunan tugas
akhir

Menurut Sternloff dan Waren (1984) metode penetapan pekerjaan
pemeliharaan terbagi menjadi tiga yaitu sistem pemeliharaan unit, karyawan
pemelihara khusus, dan pemeliharaan dengan kontraktor. Penetapan pekerjaan
pengelolaan lanskap di kawasan Alam Sutera ini menggunakan dua metode yaitu
dengan sistem pemeliharaan unit (unit maintenance) dan pemeliharaan dengan
kontrak (maintenance by contract). Pengelolaan Alam Sutera dilakukan dengan
dua metode yaitu sistem pemeliharaan unit dikenal dengan area in house dan
sistem pemeliharaan dengan kontrak dikenal dengan area out house atau
kontraktor.
Luas tapak yang dikelola oleh lanskap sebesar 600 ha yang terbagi atas 110
ha area in house dan 490 ha area out house. Area in house merupakan area
lanskap yang dikelola langsung oleh pihak pengelola lanskap Alam Sutera
sedangkan area out house merupakan area lanskap yang dikelola oleh pihak

10
kontraktor. Area lanskap ini terdiri dari children play grownd (CPG), lapangan
olahraga di cluster-cluster, taman kavling dan berm, serta taman lingkungan Alam
Sutera. Pengelolaan lanskap merupakan tanggungjawab dari bagian landscape
estate management (LEM).
Batasan Studi
Batasan studi dalam skripsi ini hanya mengenai pengelolaan lanskap yang
dikelola oleh pihak Alam Sutera bagian landscape estate management (in house).
Lokasi pengelolaan lanskap in house berada pada area perumahan bagian selatan.
Pengelolaan lanskap in house meliputi rencana kegiatan in house, rencana
anggaran biaya in house, pelaksanaan kegiatan pemeliharaan in house baik
pemeliharaan softscape maupun hardscape, dan mengevaluasi tenaga kerja harian
ih house.
Metode Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan pada unit estate management divisi landscape
Alam Sutera. Kegiatan difokuskan pada pengelolaan lanskap permukiman di
Alam Sutera. Metode yang digunakan pada kegiatan magang ada empat bagian,
yaitu persiapan magang, pelaksanaan magang, evaluasi pengelolaan lanskap, dan
rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman (Gambar 3).
Persiapan magang

Persiapan perizinan magang dan kolokium

Pengenalan
kondisi umum
perusahaan
Partisipasi aktif

Pelaksanaan magang

Pengambilan data:
1.Aspek fisik
/biofisik
2.Aspek pengelolaan
3.Aspek pelaksanaan
kegiatan pengelolaan

Wawancara

EfisiensiEfektivitas

Analisis
aspek
Pengelolaan
dan
Pelaksanaan
kegiatan
Pengelolaan

Analisis
deskriptif

Faktor
InternalFaktor
Eksternal

Analisis
aspek
Pelaksanaan
kegiatan
Pengelolaan

Analisis
SWOT

Evaluasi Pengelolaan Lanskap

Rekomendasi pengelolaan kawasan permukiman Alam Sutera

Gambar 2 Alur kegiatan magang

11

Gambar 3 Peta lokasi dan ruang lingkup area pekerjaan (Alam Sutera 2014)

3

11

11

12

1.

Persiapan Magang
Pada tahap persiapan, mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing
skripsi dalam menentukan lokasi kegiatan magang skripsi. Persiapan dilanjutkan
pembuatan surat izin kegiatan magang skripsi, pembuatan proposal, makalah, dan
studi literatur untuk kolokium sebelum pelaksanaan kegiatan magang.
2. Pelaksaaan Magang
Tahapan pelaksanaan magang terdiri dari:
a. Pengenalan kondisi umum perusahaan
Mahasiswa melakukan penyesuaian diri terhadap suasana kerja di
perusahaan, pengenalan profil serta latar belakang perusahaan, pengenalan
staf, struktur organisasi, dan pengenalan terhadap kondisi umum Alam
Sutera.
b. Partisipasi aktif
Mahasiswa ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pengelolaan
yang dilakukan oleh pihak pengelola baik di lapangan maupun di dalam
kantor.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berbagai narasumber terkait seperti
manager estate management, koordinator landscape, staf landscape, dan
staf di luar bagian landscape. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada pengelolaan lanskap in
house di Alam Sutera yang akan di analisis menggunakan Analisis SWOT.
Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada para penghuni Alam Sutera
untuk melihat kepuasan penghuni terhadap pengelolaan lanskap in house
di kawasan Alam Sutera.
Pengambilan data seperti aspek fisik-biofisik, aspek pengelolaan, dan aspek
pelaksanaan pengelolaan dilakukan selama pelaksanaan kegiatan magang
berlangsung yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis, sumber, cara pengambilan dan kegunaan data
No.

Jenis Data

Sumber Data

Cara Pengambilan

Perusahaan
Perusahaan, Peta
Geologi
Perusahaan
Perusahaan

Data Sekunder
Data Sekunder

BMKG Tangerang
Selatan
Perusahaan,
Lapangan
Perusahaan,
Lapangan
Perusahaan,
Lapangan

Data Sekunder

Kegunaan

Aspek Fisik Biofisik
1
2

Letak dan Luas Wilayah
Topografi

3
4

Hidrologi
Tanah

5

Iklim

6

Vegetasi dan Satwa

7

Aksesibilitas

8

Fasilitas dan Utilitas

Data Sekunder
Data Sekunder

Data Sekunder, Survei
Data Sekunder, Survei
Data Sekunder, Survei

Kondisi
Umum
Tapak

13
Tabel 2 Jenis, sumber, cara pengambilan dan kegunaan data (lanjutan)
No. Jenis Data
Aspek Pengelolaan
9
Struktur organisasi
10 Program pengelolaan
11 Rencana Anggaran Biaya
(RAB)
12 Surat Perintah Kerja
(SPK)
13 Jadwal tenaga kerja

Sumber Data

Cara Pengambilan

Pihak pengelola
Pihak pengelola
Pihak pengelola,
Lapangan
Perusahaan

14

Jadwal dan alokasi waktu

15

Bahan dan alat

Pihak pengelola,
Lapangan
Pihak pengelola

Wawancara
Wawancara
Wawancara, data
sekunder, survei
Wawancara, data
sekunder
Wawancara, Data
sekunder, survei,
Keusioner
Wawancara, data
sekunder, survei
Wawancara, data
sekunder, survei

Pihak pengelola,
Lapangan

Aspek Pelaksanaan Pengelolaan
16 Pekerjaan Kegiatan
Perusahaan,
Pemeliharaan
Lapangan
17
18

19

3.

Kegunaan

Analisis
deskriptif
untuk
efisiensiefekifitas
pengelolaan

Wawancara, survei,

Pengelolaan komplain
dan cek jaminan
Pengelolaan alat dan
bahan

Perusahaan,
Lapangan
Perusahaan,
Lapangan

Wawancara, survei,
Kuesioner
Wawancara, survei,
kuesioner

Persepsi penghuni

Lapangan

Wawancara

Analisis
deskriptif
dan
Analisis
SWOT

Evaluasi Pengelolaan Lanskap
Evaluasi pengelolaan lanskap ini akan dilakukan analisis data untuk
menghasilkan suatu rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman.
Analisis data terdiri dari efisiensi-efektivitas, faktor internal-ekternal. Metode
yang digunakan untuk menganalisis data yaitu:
a. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis aspek-aspek pada
pengelolaan lanskap seperti aspek fisik-biofisik, aspek pengelolaan, aspek
pelaksanaan pengelolaan sehingga dapat menganalisis efisiensi-efektivitas
pengelolaan. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan
saat ini yang diterapkan oleh perusahaan baik pada saat proses pengelolaan hingga
pelaksanaan pengelolaan. Hasil dari evaluasi pengelolaan lanskap disesuaikan
dengan standar pengelolaan di kawasan permukiman Alam Sutera
b. Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis faktor internal dan
eksternal pada saat pelaksanaan pengelolaan lanskap. Analisis ini bertujuan untuk
melihat hubungan faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki Alam Sutera
untuk mengembangkan kualitas pengelolaan lanskap kawasan permukiman Alam
Sutera. Menurut Rangkuti (1997) analisis SWOT didasarkan pada logika yang
memaksimalkan kekuatan (strenght), dan peluang (opportunity), tetapi secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat).
Metode analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

14
Analisis data secara kualitatif adalah analisis terhadap faktor-faktor
internal dan eksternal. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan
pembobotan dan pemberian rating (Sandy 2010). Kerangka atau tahapan kerja
dengan menggunakan analisis SWOT adalah:
1. Analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal.
Penilaian faktor internal adalah untuk mengetahui pengaruh kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh Alam Sutera dengan cara mendaftarkan semua
faktor kekuatan dan kelemahannya, serta memberikan dasar untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor-faktor tersebut.
Sedangkan penilaian faktor eksternal adalah untuk mengetahui pengaruh peluang
dan ancaman yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua faktor peluang dan
ancaman yang ada (David 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara
sistematis digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap
permukiman Alam Sutera.
2. Penentuan bobot faktor internal dan eksternal.
Mengiidentifikasi dari setiap faktor-faktor yang kemudian memberikan
simbol-simbol agar mempermudah dalam melakukan pembobotan pada tahap
selanjutnya. Pemberian bobot dilakukan sesuai dengan tingkat kepentingannya
terhadap pengelolaan lanskap yang dilakukan. Pemberian tingkat kepentingan
dilakukan kepada setiap faktor dengan kisaran nilai berikut (Kinnear dan Taylor
1991):
4 = sangat penting
3 = penting
2 = cukup penting
1 = kurang penting
Faktor kekuatan dan peluang, semakin besar tingkat kepentingannya maka
akan bernilai semakin besar, sedangkan untuk faktor kelemahan dan ancaman
bernilai sebaliknya. Setelah mendapatkan nilai tingkat kepentingan dari faktor
strategi internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan
menggunakan metode Paired Comparison (perbandingan berpasangan).
Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 dengan
penjelasan sebagai berikut (David 2008):
a. Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan
indikator faktor vertikal;
b. Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan
indikator faktor vertikal;
c. Bobot 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan
indikator faktor vertikal;
d. Bobot 4, jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting dibandingkan
faktor vertikal.
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan pembagian nilai setiap
variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear dan Taylor 1991):
Keterangan:
ai = bobot variable ke-i
xi = nilai variable ke-i
i = 1,2,3,…,n
n = jumlah variable

15
3. Penentuan peringkat (rating)
Nilai pembobotan pada setiap variabel kemudian dikalikan dengan
peringkat berdasarkan nilai tingkat kepentingannya untuk mendapatkan skor
pembobotan. Total skor pembobotan didapatkan dari hasil penjumlahan skor
pembobotan dari semua faktor strategis. Total skor pembobotan berkisar antara 14 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan internal factor evaluation (IFE)
di bawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa faktor internal lemah, sedangkan jika
berada di atas 2,5 maka dinyatakan faktor eksternal kuat. Hal ini berlaku juga
untuk total skor pembobotan external factor evaluation (EFE) (David 2008). Nilai
total skor pembobotan faktor internal dan eksternal selanjutkan dipetakan dalam
matriks internal-eksternal (IE). Pemetaan di matriks IE bertujuan untuk
mengetahui kondisi pengelolaan yang ada pada saat ini berdasarkan faktor- faktor
internal dan eksternal.
Total Skor IFE

Total Skor EFE

4,0

Kuat

Kuat

3,0

Sedang

2,0

Lemah

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

1,0

3,0

Sedang
2,0

Lemah
1,0

Growth and Build
Hold and Maintain
Harvest and Diverst
Gambar 4 Matriks internal-eksternal
4. Alternatif Strategi
Pada tahap alternatif strategi dilakukan dengan cara menyusun alternatif
strategi pengelolaan yang digambarkan melalui matrik SWOT dengan melihat
hubungan dan keterkaitan setiap faktor SWOT yang dimiliki dan berisi
kemungkinan strategi alternatif yang dapat digunakan. Terdapat empat jenis
strategi yang dihasilkan, yaitu:
a. strategi SO, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk
mengambil peluang sebesar-besarnya;
b. strategi ST, yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman;
c. strategi WO, yaitu dengan mendapatkan keuntungan dari peluang yang
ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan;
d. strategi WT, yaitu dengan meminimalisir kelemahan-kelemahan untuk
menghindari ancaman.

16
Strategi-strategi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam matriks SWOT
seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Matriks SWOT
EKSTERNAL
INTERNAL
Strenghts
(Kekuatan)
Weaknesses
( Kelemahan)

Opportunities
(Peluang)

Threats
(Ancaman)

Menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk mengambil
kesempatan yang ada
Mendapatkan keuntungan dari
kesempatan yang ada untuk
mengatasi kelemahankelemahan

Menggunakan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi
ancaman yang dihadapi
Meminimumkan kelemahan
dan menghindari ancaman
yang ada

Sumber: Rangkuti (1997)

Matriks SWOT dapat menghasilkan beberapa alternatif strategi
pengelolaan lanskap kawasan permukiman Alam Sutera sehingga kekuatan dan
peluang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat
diminimalisir dan diatasi.
4. Rekomendasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman
Hasil evaluasi pengelolaan lanskap yang telah dilakukan dengan menganalisis
data dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis SWOT maka akan
menghasilkan suatu rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman.
Rekomendasi diberikan sebagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh
perusahaan Alam Sutera terutama divisi estate management bagian landscape
Alam Sutera. Rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
memperbaiki pengelolaan lanskap di daerah permukiman Alam Sutera untuk
mencapai tujuan perusahaan serta dapat meningkatkan kualitas pengelolaan
lanskap dan meningkatkan nilai estetika terhadap kawasan permukiman di Alam
Sutera.

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kawasan Alam Sutera
Permukiman merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan
bermasyarakat dalam lingkup terbatas dan berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan masyarakat.
Dalam pembangunan suatu kawasan permukiman diperlukan perhatian dalam
pengelolaan lanskap yang akan dilakukan baik pada saat perencanaan dan
perancangan maupun pada saat pelaksanaan karena pengelolaan merupakan
penentuan suatu keberhasilan pada sebuah proyek. Menurut Menteri Perumahan
Rakyat (1990) keadaan lingkungan permukiman mencerminkan taraf hidup
kepribadiaan dan peradaban manusia, masyarakat atau suatu bangsa karena
lingkungan permukiman berfungsi sebagai tempat untuk merefleksikan
kehidupan, dan kepribadian manusia terhadap manusia serta lingkungannya. PT
Alam Sutera Realty Tbk merupakan pengembang properti untuk pembangunan
permukiman di kawasan perkotaan dengan konsep alami. PT Alam Sutera Realty
Tbk didirikan pada tanggal 03 November 1993 dengan nama PT Adhihutama
Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno yang memfokuskan kegiatan usaha
dibidang properti. Perusahaan ini mengganti nama menjadi PT Alam Sutera
Realty Tbk pada tanggal 19 September 2007 No 71 yang dibuat oleh notaris yang
bernama Misahardi Wilamarta, SH. Pada tanggal 18 Desember 2007 PT Alam
Sutera Realty Tbk menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran
umum di Bursa Efek Indonesia.
Pada tahun 1994 PT Alam Sutera Realty Tbk mulai mengembangkan proyek
pertama di sebuah kawasan terpadu yang bernama Alam Sutera Residences yang
terletak di Serpong, Tangerang Selatan dengan meluncurkan lebih dari 1100 unit
hunian. Pengembangan tahap pertama di Alam Sutera sudah selesai dilakukan,
dan pada tahap kedua memfokuskan untuk pengembangan yang lebih menitik
beratkan kepada pembangunan area komersial. Pada tahun 2009 Alam Sutera
telah mengembangkan akses jalan tol kota untuk menuju Alam Sutera dari
Jakarta-Merak. Selain itu, pada tahun yang sama telah dibuka pusat kuliner dan
hiburan keluarga yaitu Flavour Bliss yang merupakan tahap awal untuk
pengembangan area komersil. Pada tahun 2010 dibuka tahap kedua untuk area
komersil yaitu Pasar 8 yang merupakan sebuah komplek pasar modern. Pada
tahun yang sama telah dibuka gedung T8 yaitu sebuah kawasan gedung multiguna
atau gedung untuk pergudangan dan dilakukan pemancangan awal untuk Mall
@Alam Sutera, Apartemen Silkwood Residences, dan gedung perkantoran.
Pada tahun 2012 diluncurkan kembali empat cluster perumahan di Alam
Sutera yaitu Sutera Renata (Cluster Sutera Renata Aruna, Cluster Sutera Renata
Alba), Sutera Sitara (Cluster Sutera Mentari, Cluster Sutera Orlanda), Sutera
Tiara. Selama 21 tahun sejak didirikan, PT Alam Sutera Realty Tbk merupakan
pengembang properti yang terintegrasi dengan memfokuskan kegiatan usaha
dalam pembangunan dan pengelolaan perumahan, kawasan komersial, kawasan
industri, dan pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi serta perhotelan
(Alam Sutera 2014).

18
Setelah melihat sejarah dari PT Alam Sutera Realty Tbk, mahasiswa
melakukan kegiatan magang di perusahaan tersebut untuk meningkatkan
profesionalisme dibidang arsitektur lanskap, dan mendapatkan ilmu pengetahuan
dibidang arsitektur lanskap dengan melakukan praktek langsung di lapangan.
Kegiatan magang ini dilakukan di estate management atau bagian pengelola Alam
Sutera terutama di bagian pengelola lanskap Alam Sutera. Kegiatan magang
dilakukan selama empat bulan dari 10 Maret hingga 06 Juli 2014. Selama
kegiatan magang mahasiswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilakukan
oleh pihak pengelola lanskap Alam Sutera. Pastisipasi aktif kegiatan magang ini
meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
oleh tenaga kerja harian in house (Gambar 5), melakukan pengecekan jaminan
lanskap dan absen para tenaga kerja harian in house pada saat pagi dan sore hari,
memberikan upah kerja kepada para tenaga kerja harian in house setiap minggu,
menghitung biaya pemeliharaan untuk kontraktor yang akan dimasukan ke dalam
surat perintah kerja (Lampiran 5), menghitung biaya tagihan untuk pihak
kontraktor, dan menganalisis harga pada bulan Juni untuk menganalisis biaya
yang dikeluarkan selama enam bulan dan membandingkan dengan rencana
anggaran biaya tahun 2014. Analisis harga dan rencana anggaran biaya tidak
dapat diberikan atau dipublikasikan kepada sembarangan orang dikarenakan
privasi perusahaan.

Gambar 5 Pengawasan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan lanskap
Pengecekan jaminan lanskap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pihak
konsumen yang akan melakukan pekerjaan renovasi bangunan yang pekerjaannya
lebih dari 30 hari atau satu bulan. Biaya jaminan ini untuk mengganti rugi jika
terjadi kerusakan pada berm jalan dekat dengan bangunan, puing-puing sampah
akibat renovasi yang tidak dibuang oleh konsumen, hilangnya taman yang berada
di depan bangunan. Proses dalam penanganan cek jaminan, awalnya konsumen
datang langsung menemui customer service (CS) untuk membuat surat ijin
pekerjaan dan menyelesaikan persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan serta
membayar jaminan ke teller keuangan. Setelah melakukan pekerjaan renovasi,
konsumen dapat datang kembali ke CS untuk meminta uang jaminan kembali.
Pengecekan jaminan di lapangan dilakukan oleh pengelola lanskap Alam Sutera
dengan cara pihak CS akan memberitahu alamat rumah atau ruko yang akan
dilakukan pengecekan jaminan kepa