Kupu-Kupu (Lepidoptera: Papilionoidea) Di Gunung Sago, Sumatera Barat: Keanekaragaman Dan Preferensi Kunjungan Pada Bunga

KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: PAPILIONOIDEA) DI GUNUNG SAGO,
SUMATERA BARAT: KEANEKARAGAMAN DAN PREFERENSI
KUNJUNGAN PADA BUNGA

RATIH RUSMAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kupu-kupu (Lepidoptera:
Papilionoidea) di Gunung Sago, Sumatera Barat: Keanekaragaman dan Preferensi
Kunjungan pada Bunga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Ratih Rusman
NIM G352114021

RINGKASAN
RATIH RUSMAN. Kupu-kupu (Lepidoptera: Papilionoidea) di Gunung Sago,
Sumatera Barat: Keanekaragaman dan Preferensi Kunjungan pada Bunga.
Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE.
Gunung Sago merupakan salah satu hutan hujan tropis yang terdapat di
Pulau Sumatera. Kawasan hutan di Gunung Sago telah mengalami gangguan
sebagai akibat konversi hutan untuk perluasan lahan pertanian. Berbagai
perubahan lingkungan yang terjadi dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
yang berdampak terhadap penurunan keanekaragaman hayati, termasuk kupukupu.
Kupu-kupu memiliki peran penting dalam ekosistem, antara lain sebagai
herbivor, pollinator, inang dari berbagai parasitoid, dan mangsa dari berbagai
predator. Keanekaragaman kupu-kupu terkait dengan ketersediaan tumbuhan
sebagai sumber pakan larva ataupun imago.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai November 2013, di
bagian timur dan utara Gunung Sago. Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan

metode scan sampling di sepanjang jalur pengamatan di 4 tipe habitat, yaitu hutan
sekunder, hutan pinus, hutan karet, dan lahan pertanian. Pada setiap lokasi
dilakukan pengamatan selama 10 hari, pada pukul 08.00 sampai 16.00 WIB.
Pengukuran faktor lingkungan dilakukan selama pengamatan kupu-kupu dengan
interval waktu 1 jam. Setiap spesies kupu-kupu yang mengunjungi bunga diamati
dan dicatat. Tumbuhan yang dikunjungi kupu-kupu diidentifikasi dan ditentukan
habitus, warna dan tipe mahkota. Pengukuran panjang mahkota dan panjang
probosis kupu-kupu dilakukan untuk mengetahui korelasinya pada 11 tumbuhan
yang mempunyai mahkota berbentuk tube dan funnel. Pengukuran volume dan
kandungan gula nektar dilakukan pada bunga asoka (Ixora javanica).
Kupu-kupu yang diamati di kawasan Suaka Alam Gunug Sago dan habitat
sekitarnya yaitu 184 spesies mencakup 3 058 individu, dalam 5 famili. Hutan
karet, hutan sekunder, dan lahan pertanian memiliki jumlah spesies yang tinggi,
masing-masing 112 spesies, 95 spesies dan 94 spesies. Komposisi spesies kupukupu yang ditemukan selama pengamatan di 4 lokasi penelitian bervariasi. Famili
Nymphalidae memiliki jumlah paling banyak (93 spesies, 1 564 individu),
sedangkan famili Riodinidae memiliki jumlah paling sedikit (3 spesies, 3
individu). Spesies kupu-kupu yang paling dominan di hutan sekunder yaitu
Faunis canens, di hutan pinus yaitu Papilio polytes, di hutan karet yaitu Junonia
atlites, sedangkan di lahan pertanian yaitu Neptis hylas. Trogonoptera brookiana,
Troides amphrysus, dan Troides cuneifera merupakan spesies yang termasuk

Appendix II CITES. Dua diantaranya merupakan spesies yang dilindungi di
Indonesia yaitu T. brookiana dan T. amphrysus.
Hutan sekunder di Gunung Sago memiliki keanekaragaman paling tinggi
(H’= 4.095, E = 0.884) dibandingkan hutan pinus (H’= 3.418, E = 0.837), hutan
karet (H’ = 4.007, E = 0.822), dan lahan pertanian (H’= 3.785, E = 0.822).
Tingginya keanekaragaman kupu-kupu di hutan sekunder berhubungan dengan
individu-individunya yang tersebar lebih merata.
Tumbuhan penghasil nektar yang teramati dikunjungi kupu-kupu yaitu
sebanyak 55 spesies yang termasuk ke dalam 25 famili. Beberapa tumbuhan dari

famili Asteraceae dan Verbenaceae, seperti Eupatorium inulifolium, Clibadium
surinamensis, Lantana camara, dan Stachytarpheta jamaicensis merupakan
spesies tumbuhan yang paling sering dikunjungi. Kupu-kupu Papilionidae
cenderung mengunjungi bunga tipe tube, kupu-kupu Nymphalidae cenderung
mengunjungi bunga tipe head, dan kupu-kupu Lycaenidae cenderung
mengunjungi bunga tipe flag. Selain ditemukan sedang mengisap nektar bunga,
beberapa jenis kupu-kupu juga ditemukan mengisap kotoran hewan, lumpur, buah
busuk dan juga mengisap keringat manusia. Berdasarkan analisis korelasi Pearson,
panjang probosis kupu-kupu berkorelasi positif (r = 0.62, p = 6.755 x 10-5) dengan
panjang mahkota bunga yang dikunjunginya. Volume nektar tumbuhan I. javanica

berkisar antara 3.1 sampai 8.6 µl sedangkan kandungan nektar berkisar antara 8
sampai 22%.
Perlu disadari bahwa walaupun jumlah spesies kupu-kupu di Gunung Sago
tinggi, sebanyak 48 spesies hanya ditemukan masing-masing satu individu saja.
Keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi di Gunung Sago harus dipertahankan
dengan tetap menjaga kestabilan habitat.
Kata kunci: Kupu-kupu, Papilionoidea, Gunung Sago, preferensi pakan, nektar

SUMMARY
RATIH RUSMAN. Butterflies (Lepidoptera: Papilionoidea) in Mount Sago, West
Sumatera: Diversity and Flower Preference. Supervised by TRI ATMOWIDI and
DJUNIJANTI PEGGIE.
Mount Sago is one of the tropical rain forests in Sumatra Island. The forest
area had been degraded to agricultural land. The forest disturbances have impact
on the balance of ecosystems and declines in biodiversity, including butterflies.
Butterflies play important role in the forest ecosystems, i.e as herbivore,
pollinator, host of parasitoids, and prey of predators. Diversity of butterfly
depends on the availability of food plant for caterpillar and adult.
This research was conducted from September to November 2013, at the
eastern and northern region of Mount Sago. The observation of butterflies were

done by scan sampling method along the survey tracks in four types of habitats,
i.e secondary forest, pine forest, rubber forest, and agricultural area. Each habitat
was observed for 10 days, from 08.00 am to 04.00 pm. The environmental factors
were recorded during the butterfly observation. Species of butterflies visited the
flowers were observed and recorded. Nectar plants visited by the butterflies were
identified and observed, i.e habits, colors, and flower types. Corolla depth of
flowers and proboscis length were measured in 11 plant species with tube and
funnel shaped corolla. Measurements of volume and nectar sugar concentration
were conducted on Ixora javanica.
Butterflies were observed in Gunung Sago Nature Reserve and its adjacent
habitats consist of 3 058 individuals belong to 184 species and 5 families.
Secondary forests, rubber forest, and agricultural area showed high species
richness of butterflies, they were 112, 95, and 94 species, respectively.
Composition of butterflies at four study sites varied. Nymphalid butterflies
showed the highest diversity (93 species, 1 564 individuals), while Riodinid
butterflies showed the lowest number (3 species, 3 individuals). The most
abundant species in secondary forest, pine forest, rubber forest, and agricultural
area were Faunis canens, Papilio polytes, Junonia atlites and Neptis hylas,
respectively. Trogonoptera brookiana, Troides amphrysus, and Troides cuneifera
are listed in Appendix II of CITES. Two species of them are protected in

Indonesia, i.e T. brookiana and T. amphrysus.
Diversity of butterfly in secondary forest was the highest (H’ = 4.095, E =
0.884), followed by rubber forest (H’ = 4.007, E = 0.822), pine forest (H’= 3.418,
E = 0.837) and agricultural area (H’ = 3.785, E = 0.822). The high diversity of
butterflies in secondary forest related to the highest evenness in this area.
A total of 55 plant species belong to 25 families were visited by butterflies.
Some plant species of family Asteraceae and Verbenaceae, such as Eupatorium
inulifolium, Clibadium surinamensis, Lantana camara, and Stachytarpheta
jamaicensis were the most frequently visited. Papilionid butterflies found
frequently feed on tube blossoms, nymphalid butterflies feed on head blossoms,
and lycaenid butterflies feed on flag blossom. Some butterflies were found
feeding on animal dung, mud or moist soil, rotting fruit and also human sweat.
Based on Pearson correlation analysis, the proboscis and flower corolla length
were positively correlated (r = 0.62, p = 6755x10-5). The nectar volume of Ixora

javanica ranged between 3.1 to 8.6 µl, while nectar sugar concentration between 8
to 22%.
It is important to note that although the total number of butterfly species is
high in Mount Sago, 48 species were singletons. Therefore, the high diversity of
butterflies in Mount Sago should be maintained by keeping the habitats intact.

Keywords: Butterfly, Papilionoidea, Mount Sago, food preference, nectar

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: PAPILIONOIDEA) DI GUNUNG SAGO,
SUMATERA BARAT: KEANEKARAGAMAN DAN PREFERENSI
KUNJUNGAN PADA BUNGA

RATIH RUSMAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada ujian Tesis : Dr Ir Purnama Hidayat, MSc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ialah Kupu-kupu
(Lepidoptera: Papilionoidea) di Gunung Sago, Sumatera Barat: Keanekaragaman
dan Preferensi Kunjungan pada Bunga
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Tri Atmowidi, MSi dan
Ibu Djunijanti Peggie, MSc, PhD selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan saran dan arahannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat
yang telah memberikan izin penelitian dan kepada Prof Dahelmi, MSc serta

teknisi di Laboratorium Entomologi-LIPI yang telah banyak membantu.
Ungkapan terimakasih kepada adek tercinta (Alm M Kamil) dan saudara Joni atas
bantuannya selama dilapangan. Kepada ayah, ibu, suami serta seluruh keluarga,
terimakasih atas segala do’a dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Ratih Rusman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2

2 METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Metode Penelitian
Prosedur Analisis Data

3
3

4
4
6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

6
6
20

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

27
27
28

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1 Spesies dan jumlah individu kupu-kupu di HS (hutan sekunder), HP
(hutan pinus), HK (hutan karet) dan LP (lahan pertanian), Gunung Sago
2 Parameter lingkungan di lokasi penelitian meliputi intensitas cahaya
(Lux), suhu (0C), kelembaban udara relativ (%) dan kecepatan angin
(Knot)
3 Tumbuhan penghasil nektar yang dikunjungi kupu-kupu di kawasan
Gunung Sago
4 Panjang probosis kupu-kupu dan panjang mahkota bunga yang
dikunjunginya

7

15
15
19

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian di kawasan Gunung Sago, Sumatera Barat: A
(hutan sekunder); B (hutan pinus); C (hutan karet); dan D (lahan
pertanian)
2 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: hutan sekunder (a), hutan
pinus (b), hutan karet (c), dan lahan pertanian (d).
3 Spesies kupu-kupu masing-masing famili yang dikoleksi di 4 lokasi
penelitian: famili Lycaenidae (a), famili Nymphalidae (b), famili
Papilionidae (c), famili Pieridae (d), dan famili Riodinidae (e)
4 Jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan di 4 lokasi penelitian, HS
(hutan sekunder), HP (hutan pinus), HK (hutan karet) dan LP (lahan
pertanian)
5 Spesies kupu-kupu dominan di masing-masing habitat (a) Papilio
polytes, (b) Faunis canens, (c) Junonia atlites, dan (d) Neptis hylas
6 Jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan waktu pengamatan di 4 lokasi
penelitian, HS (hutan sekunder), HP (hutan pinus), HK (hutan karet),
dan LP (lahan pertanian)
7 Jumlah individu kupu-kupu berdasarkan waktu pengamatan di 4 lokasi
penelitian, HS (hutan sekunder), HP (hutan pinus), HK (hutan karet),
dan LP (lahan pertanian)
8 Jumlah individu masing-masing famili kupu-kupu di 4 lokasi penelitian
berdasarkan waktu pengamatan.
9 Kurva rarefaction pertambahan jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan
jumlah sampel di 4 tipe habitat
10 Spesies tumbuhan yang banyak dikunjungi kupu-kupu: Eupatorium
inulifolium (a), Clibadium surinamensis (b), Lantana camara (c), dan
Stachytarpheta jamaicensis (e)
11 Volume nektar 3 tumbuhan Asoka berdasarkan waktu pengamatan
12 Kandungan nektar 3 tumbuhan Asoka berdasarkan waktu pengamatan

3
4

11

11
12

13

13
14
14

18
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tumbuhan penghasil nektar yang dikunjungi kupu-kupu di 4 lokasi
penelitian, A (hutan sekunder), B (hutan pinus), C (hutan karet), dan
D (lahan pertanian)
2 Panjang mahkota bunga 11 spesies tumbuhan yang dikunjungi kupukupu
3 Panjang probosis kupu-kupu pengujung tumbuhan berbunga

33
37
38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gunung Sago merupakan salah satu hutan hujan tropis yang terdapat di
Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.
Secara umum, hutan di Gunung Sago merupakan hutan sekunder. Kawasan hutan
mulai mengalami gangguan sejak tahun 1960-an (Hartini 2006), baik berupa
penebangan ataupun konversi hutan untuk pemukiman dan perluasan lahan
pertanian. Sejak tanggal 22 Agustus 1982, sebagian kawasan Gunung Sago
ditetapkan sebagai kawasan Suaka Alam berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No.623/Kpts/Um/8/82. Topografi kawasan terdiri dari punggungpunggung gunung yang terjal dengan ketinggian 800 sampai 2262 m dpl dan luas
sekitar 5268 hektar (BKSDA Sumatera Barat 2009).
Monitoring keanekaragaman hayati disuatu kawasan penting dalam
pengelolaan hutan dan konservasi. Penelitian keanekaragaman hayati di Gunung
Sago yang telah dilakukan yaitu mengenai status konservasi Rafflesia arnoldi
(Ekawaty 2001) dan keragaman tumbuhan paku (Hartini 2006). Sementara itu
belum ada laporan mengenai keragaman serangga, termasuk kupu-kupu.
Kupu-kupu merupakan serangga yang termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera yang mempunyai sayap bersisik (Triplehorn dan Johnson 2005). Ordo
Lepidoptera dibagi menjadi 47 Superfamili dan 124 Famili (Kristensen et al.
2007). Superfamili yang merupakan kupu-kupu, yaitu Papilionoidea dan Hesperioidea. Kupu-kupu superfamili Papilionoidea memiliki tubuh relatif ramping
dengan antena kiri dan kanan berdekatan serta membesar di ujung. Superfamili
Hesperioidea memiliki tubuh relatif lebih gemuk dengan antena kiri dan kanan
berjauhan serta bersiku di ujung (Peggie dan Amir 2006). Kupu-kupu yang diteliti
pada penelitian ini adalah kupu-kupu superfamili Papilionoidea, yang terdiri dari 5
Famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae, dan Nymphalidae
(Kristensen et al. 2007).
Kupu-kupu berperan penting dalam ekosistem hutan. Kupu-kupu merupakan bagian dari rantai makanan (Kassarov 2001) dan penyerbuk tumbuhan (Faegri
dan Pijl 1980, Abrol 2012). Musuh alami kupu-kupu meliputi predator dan
parasitoid. Predator kupu-kupu yaitu burung, katak, monyet, ular, tikus, kelelawar,
laba-laba, dan kumbang (Miller dan Hammond 2007). Peran kupu-kupu yang lain
yaitu sebagai bioindikator kualitas lingkungan (Widhiono 2004). Berbagai
kerusakan lingkungan yang terjadi akibat kegiatan manusia, seperti penebangan
hutan (Hill 1999) dan perubahan fungsi lahan (Posha & Sodhi 2006, Koh 2007)
akan berdampak terhadap keanekaragaman kupu-kupu.
Keanekaragaman kupu-kupu di dunia yang telah dideskripsikan yaitu
sekitar 17 500 spesies dan 2 000 spesies di antaranya terdapat di Indonesia.
Di Pulau Sumatera terdapat sekitar 890 spesies kupu-kupu (Peggie 2014).
Penelitian mengenai keanekaragaman spesies kupu-kupu di kawasan Sumatera
telah dilakukan, antara lain di Gunung Betung sebanyak 25 spesies (Soekardi et al.
2001), di Cagar Alam Rimbo Panti sebanyak 27 spesies, di Kawasan wisata
Lubuk Minturun sebanyak 15 spesies (Rizal 2007), di sembilan Taman Nasional
yaitu TN Gunung Leuser, TN Batang Gadis, TN Kerinci Seblat, TN Tesso Nilo,

2
TN Bukit Tiga Puluh, TN Bukit Duabelas, TN Berbak, TN Bukit Barisan Selatan,
dan TN Way Kambas, sebanyak 217 spesies (Dahelmi et al. 2009), di Hutan Kota
Muhammad Sabki Jambi sebanyak 43 spesies (Rahayu dan Basukriadi 2012), dan
di Tanjung Balai Karimun sebanyak 42 spesies (Sutra et al. 2012).
Kupu-kupu membutuhkan 3 zat penting dalam dietnya yaitu karbohidrat
(Boggs 1988), protein dan mineral (Beck et al. 1999). Kupu-kupu umumnya
memanfaatkan nektar sebagai sumber pakan utama. Nektar adalah senyawa
kompleks yang dihasilkan kelenjar tumbuhan dalam bentuk larutan gula.
Komposisi utama nektar adalah glukosa, fruktosa dan sukrosa. Nektar juga
mengandung asam amino (Galetto dan Bernardello 2004) dan lipid. Masingmasing tumbuhan mengsekresikan jumlah nektar yang bervariasi (Galetto dan
Bernardello 2004, Vidal et al. 2006, Farkas et al. 2012, Tacuri et al. 2012).
Konsentrasi gula nektar secara umum berkisar antara 15 sampai 75% (Faegri dan
Pijl 1980, Abrol 2012). Selain mengisap nektar, beberapa jenis kupu-kupu juga
memakan serbuk sari (pollen) (Gilbert 1972; Hikl dan Krenn 2011), mengisap
cairan dan mineral pada lumpur, pasir, tanah yang lembab (Boggs dan Gilbert
1979; Sculley dan Boggs 1996), kotoran, bangkai, urin (Hall dan willmot 1999)
dan juga mengisap buah yang membusuk (Veddeler et al. 2004).
Kupu-kupu memiliki alat mulut yang panjang (proboscis), mampu melihat
spectrum warna dan memilki penciuman yang baik (Abrol 2012). Beberapa
spesies kupu-kupu bersifat selektif dalam mengunjungi tumbuhan berbunga
sebagai sumber nektar (Tudor et al. 2004, Hantson & Baz 2011). Karakter bunga,
seperti bentuk, panjang mahkota, warna, aroma, nektar, pollen dan rewards
lainnya mempengaruhi kupu-kupu dalam mengeksploitasi bunga (Fahem et al..
2004). Kupu-kupu cenderung menyukai bunga yang memiliki warna mahkota biru,
kuning dan merah, dengan tabung mahkota yang panjang, serta letak nektar
tersembunyi (Faegri dan Pijl 1980). Selain karakter bunga, preferensi pakan juga
berkaitan dengan morfologi kupu-kupu (Tiple et al. 2009), penglihatan dan
penciuman (Sourakov et al. 2012). Panjang mahkota (corolla) bunga suatu
tumbuhan umumnya membatasi eksploitasi nektar oleh kupu-kupu, menyangkut
panjang probosis (Tiple et al. 2009).
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman kupu-kupu
superfamili Papilionoidea di 4 tipe habitat di Gunung Sago, yaitu hutan sekunder,
hutan pinus, hutan karet, dan lahan pertanian. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mempelajari interaksi kupu-kupu dengan tumbuhan berbunga, meliputi preferensi
pakan, kaitan antara panjang probosis dan panjang mahkota bunga, serta volume
dan kandungan gula nektar bunga.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang
keragaman spesies kupu-kupu di daerah dataran tinggi. Pengenalan tumbuhan
berbunga penghasil nektar penting untuk usaha konservasi kupu-kupu. Data
tentang tipe, warna, panjang mahkota, volume dan kandungan gula nektar bunga,
serta panjang probosis kupu-kupu dapat bermanfaat untuk mengetahui asosiasi
kupu-kupu dengan tumbuhan nektar.

3

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai November 2013.
Pengamatan dan koleksi kupu-kupu dilakukan di bagian timur dan utara Gunung
Sago (Gambar 1). Penelitian mencakup 4 tipe habitat, yaitu hutan sekunder
(kawasan Suaka Alam Gunung Sago), hutan pinus, hutan karet, dan lahan
pertanian (Gambar 2). Lokasi penelitian terletak di Nagari Sikabu-kabu dan
Nagari Sungai Kamuyang, Kecamatan Luak, serta di Nagari Tanjung gadang,
Nagari Halaban dan Nagari Ampalu, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten
Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Preservasi dan identifikasi spesimen dilakukan di Bagian Biosistematik
dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB, Bogor dan Laboratorium
Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong.

B

D
A

C

Skala 1 : 75 000

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di kawasan Gunung Sago, Sumatera Barat: A
(hutan sekunder); B (hutan pinus); C (hutan karet); dan D (lahan
pertanian) (BKSDA Sumatera Barat 2012).

4

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 2 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: hutan sekunder (a), hutan
pinus (b), hutan karet (c), dan lahan pertanian (d).
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah jaring serangga (insect net),
jarum suntik, kertas papilot, kertas minyak, pinset, jarum serangga (insect pin),
jarum pentul, kotak serangga, papan perentang, jangka sorong, thermohygrometer,
luxmeter, anemometer, GPS (Global Position System), kamera, refractometer dan
mikropipet. Bahan yang digunakan adalah etanol 70%, air suling, kapur barus, dan
silica gel.
Metode Penelitian
Pengamatan dan Koleksi Kupu-kupu Superfamil Papilionoidea
Pengamatan dan koleksi kupu-kupu dilakukan dengan survei di sepanjang
jalur yang sudah ada, dengan metode scan sampling (Martin dan Bateson 1993).
Setiap individu yang diamati dicatat di lembar pengamatan. Pengamatan kupukupu mencakup spesies dan jumlah individu. Setiap lokasi dilakukan pengamatan
selama 10 hari dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Sampel kupu-kupu dikoleksi
dengan menggunakan jaring serangga untuk keperluan identifikasi.
Pengukuran Faktor Lingkungan
Pengukuran faktor lingkungan dilakukan selama pengamatan kupu-kupu
dengan interval waktu 1 jam. Faktor lingkungan yang diukur meliputi suhu dan
kelembaban udara menggunakan alat thermohygrometer, intensitas cahaya

5
menggunakan luxmeter, kecepatan angin menggunakan anemometer, dan
ketinggian lokasi dengan menggunakan GPS.
Pengamatan Tumbuhan Berbunga yang dikunjungi kupu-kupu
Masing-masing tumbuhan yang dikunjungi kupu-kupu diamati,
didokumentasi dan ditentukan habitus, warna, tipe mahkota, dan jenis kupu-kupu
yang berkunjung. Sampel tumbuhan dikoleksi dan disimpan di kertas koran untuk
keperluan identifikasi dan verivikasi. Spesies tumbuhan diverifikasi oleh Dr.
Nurainas, Kurator Herbarium Universitas Andalas, dan tipe bunga ditentukan
berdasarkan Faegri dan Pijl (1980).
Pengukuran Panjang Probosis Kupu-kupu dan Panjang Mahkota
Bunga
Sebanyak 11 spesies tumbuhan yang mempunyai mahkota berbentuk tube
dan funnel, diukur panjang mahkota dan panjang probosis kupu-kupu yang
mengunjunginya. Pengukuran panjang probosis dengan cara meletakkan kupukupu yang telah dikoleksi di atas sebuah kertas. Dengan bantuan jarum dan piset
probosis kupu-kupu yang menggulung diluruskan. Bagian pangkal dan ujung
probosis ditandai pada kertas. Panjang probosis kupu-kupu didapatkan dengan
menghitung jarak antara pangkal dan ujung probosis yang telah ditandai pada
kertas. Pengukuran panjang probosis dan panjang mahkota bunga dilakukan
menggunakan jangka sorong digital.
Pengukuran Volume dan Kandungan Gula Nektar Bunga
Tumbuhan yang diukur volume dan kandungan gula nektarnya yaitu asoka
(Ixora javanica). Volume nektar diukur dengan menggunakan mikropipet ukuran
5 µl, sedangkan konsentrasi gula nektar diukur dengan menggunakan
refractometer (skala brix 0 sampai 33%). Pengukuran volume nektar dilakukan
dengan memasukkan mikropipet ke dasar bunga. Pengukuran kandungan gula
nektar dilakukan dengan meletakkan nektar di atas kaca refractometer dan
diteropong ke arah cahaya (Corbet 2003). Jika bunga yang diukur memiliki
jumlah nektar yang sedikit maka sampel bunga dapat ditambah (Tacuri et al.
2012). Setiap hasil pengukuran dan jenis kupu-kupu yang berkunjung dicatat di
lembar pengamatan.
Preservasi dan Identifikasi Kupu-Kupu
Kupu-kupu yang telah ditangkap, dibunuh dengan cara ditekan bagian
toraknya. Spesimen yang berukuran besar disuntik dengan ethanol 70% pada
bagian ventral abdomen. Spesimen selanjutnya dimasukkan ke dalam kertas
papilot dan dilabel.
Spesimen yang sudah lama tersimpan akan kering, untuk memudahkan
dalam perentangan dan mencegah kerusakan maka spesimen dilembabkan dengan
cara dimasukkan ke dalam kotak pelembab selama 1 sampai 2 hari. Spesimen
dikeluarkan dari kertas papilot lalu ditusuk dengan menggunakan jarum serangga
pada bagian tengah torak spesimen. Spesimen ditancapkan dan direntangkan di

6
atas papan perentang. Posisi sayap, kepala serta abdomen diatur sejajar dengan
papan perentang dibantu kertas kalkir, kertas minyak dan jarum pentul.
Spesimen yang telah berada pada papan perentang, kemudian dimasukkan
ke dalam oven pada suhu 38 sampai 420 C sekitar 2 minggu. Setelah kering,
spesimen dimasukkan ke dalam kotak koleksi yang telah diberi kapur barus
sebagai pengawet.
Spesimen yang telah dipreservasi selanjutnya didokumentasi dan
diidentifikasi berdasarkan Yata (1981), Morishita (1981), Aoki et al. (1982),
Tsukada dan Nishiyama (1982), Tsukada (1985, 1991) dan Seki et al. (1991).
Sebanyak 3 spesimen kupu-kupu dari famili Lycaenidae diidentifikasi dan
diverifikasi dengan melakukan korespondensi dengan Alan C Cassidy dan Prof.
Dick Vane-Wright dari Natural History Museum. Spesimen kupu-kupu disimpan
di Laboratorium Biosistematik dan Ekologi Hewan, FMIPA, IPB dan di
Laboratorium Entomologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong.
Prosedur Analisis Data
Data jumlah spesies dan individu kupu-kupu ditampilkan secara kuantitatif.
Keanekaragaman spesies kupu-kupu dianalisis dengan indeks Shannon-Wiener
(H’) dan Indeks kemerataan Piolou (E) (Magguran 1988). Rumus yang digunakan
adalah:
H’ =
E =
Keterangan : H’= Indeks Shannon-Wiener
= Proporsi tiap spesies
E = Kemerataan (eveennes)
S = Jumlah spesies
Kaitan antara panjang probosis kupu-kupu dan panjang mahkota bunga
yang dikunjunginya dianalisis dengan korelasi Pearson dan nilai signifikansi (p),
dengan R 2. 11. 0 (Everitt dan Hothorn 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Keanekaragaman Kupu-kupu
Kupu-kupu superfamili Papilionoidea yang diamati di kawasan Gunung
Sago dan sekitarnya yaitu sebanyak 5 famili, terdiri dari 18 subfamili, 93 genus,
184 spesies dan 3 058 individu. Beberapa spesies memiliki kelimpahan yang
terbatas. Sebanyak 48 spesies hanya ditemukan satu kali dalam pengamatan
(Tabel 1). Total spesies dan individu masing-masing Famili yaitu Papilionidae (19
spesies, 521 individu), Pieridae (21 spesies, 514 individu), Riodinidae (3 spesies,
3 individu), Lycaenidae (48 spesies, 456 individu), dan Nymphalidae (93 spesies,
1 564 individu) (Tabel 1, Gambar 3).

7
Tabel 1 Spesies dan jumlah individu kupu-kupu di HS (hutan sekunder), HP
(hutan pinus), HK (hutan karet) dan LP (lahan pertanian), Gunung Sago.
Famili
Spesies
Famili Papilionidae
Subfamili Papilioninae
Atrophaneura nox
Graphium agamemnon
Graphium antiphates
Graphium bathycles
Graphium evemon
Graphium sarpedon
Lamproptera curius
Meandrusa payeni
Pachliopta aristolochiae
Papilio demoleus
Papilio demolion
Papilio helenus
Papilio memnon
Papilio nephelus
Papilio polytes
Papilio palinurus
Trogonoptera brookiana
Troides amphrysus
Troides cuneifera
Troides sp.
Famili Pieridae
Subfamili Pierinae
Appias cardena
Appias lyncida
Appias olferna
Appias paulina
Delias hyparete
Delias pasithoe
Hebomoia glaucippe
Leptosia nina
Saletara panda
Subfamili Coliadinae
Catopsilia pomona
Catopsilia pyranthe
Catopsilia scylla
Cepora iudith
Eurema ada
Eurema andersoni
Eurema blanda
Eurema hecabe
Eurema lacteola
Eurema sari
Eurema simulatrix
Eurema sp
Gandaca harina
Famili Riodinidae
Paralaxita damajanti
Stiboges nymphidia
Zemeros flegyas

Jumlah Individu
HP
HK

HS

1
5
1

Total
LP

2
9
1
10
4
6
5
23
-

7
20
16
6
2
4
52
6
-

2
4
8
21
3
31
14
2
40
13
30
23
5
19
-

11
1
2
36
1
3
23
3
42
2
2
-

3
27
2
8
4
86
3
1
31
19
20
5
77
20
124
6
31
10
2
42

2
1
1
1
3
-

22
2
1
1
1
-

1
29
12
4
1
2
21
2

4
68
1
1
34
-

3
56
82
7
2
2
2
59
2

1
1
2
1
3
14
4

2
4
2
17
-

3
1
12
1
4
2
2
18
10
3
51
-

14
10
20
3
1
11
12
11
56
3

19
11
33
1
7
3
14
36
1
26
3
138
7

1
1
1

-

-

-

1
1
1

8
Lanjutan Tabel 1
Famili
Spesies
Famili Lycaenidae
Subfamili Miletinae

Jumlah Individu
HP
HK

HS

Total
LP

Allotinus leogoron

-

-

-

4

4

Miletus bigsii
Miletus bolsduvali
Miletus gallus
Subfamili Curetinae
Curetis santana
Curetis tagalica
Subfamili Polyommatinae
Anthene lycaenina
Caleta elna
Celastrina lavendularis
Discolampa ethion
Euchrysops cnejus
Everes lacturnus
Ionolyce helicon
Jamides caeruleus
Jamides celeno
Jamides malaccana
Jamides pura
Jamides sp.
Lampides boeticus
Megisba Malaya
Nacaduba beroe
Neopithecops zalmora
Petralaea dana
Pithecops corvus
Pithecops fulgens
Prosotas nora
Udara camenae
Udara dilecta
Udara sp.
Una usta
Yasoda pita
Zizina otis
Subfamili Theclinae
Amblypodia narada
Ancema blanka
Arhopala brooksiana
Arhopala buddha
Arhopala eomolphus
Arhopala inornata
Arhopala kinabala
Arhopala lurida
Arhopala pseudocntaurus
Arhopala zylda
Arhopala sp.
Drupadia rufotaenia
Drupadia theda
Manto hypoleuca
Remelana jangala
Rapala iarbus
Rapala manea

5
2
1

10
-

-

1
5
-

16
7
1

1

-

2
1

-

2
2

1

-

-

-

1

6
2
1
2
2
5
7
1
11
5
16
3
23
23
3
1

3
41
9
8
50
12
1
1

2
2
6
4
7
50
2
2
-

13
3
3
29
13
2
1
2
3
1
1
2

2
6
2
5
41
1
2
30
7
23
136
27
2
1
2
1
13
5
19
4
24
23
3
1
4

1
1
1
1
1

1
1
5
-

1
2
1
1
8
1
3
2
1
-

1
1
-

1
2
1
1

2
-

1
1
1
1
1
8
2
3
2
1
8
1

9
Lanjutan Tabel 1
Famili
Spesies
Rapala pheretima
Sinthusa malika
Famili Nymphalidae
Subfamili Heliconiinae
Acraea terpsicore
Argyreus hyperbius
Cupha erymanthis
Terinos clarissa
Terinos terpander
Vagrans egista
Vindula dejone
Subfamili Nymphalinae
Doleschallia bisaltide
Hypolimnas bolina
Hypolimnas misippus
Junonia almana
Junonia atlites
Junonia hedonia
Junonia iphita
Junonia orithya
Symbrenthia hippoclus
Symbrenthia hypselis
Subfamili Limenitidinae
Athyma reta
Athyma nefte
Athyma perius
Euthalia aconthea
Euthalia kanda
Euthalia monina
Euthalia sp.
Lexias dirtea
Moduza procris
Neptis clinia
Neptis clinioides
Neptis duryodana
Neptis harita
Neptis hylas
Neptis ilira
Neptis nata
Neptis vikasi
Tanaecia cocytina
Tanaecia godartii
Tanaecia palguna
Tanaecia pelea
Subfamili Pseudergolinae
Amnosia decora
Dichorragia nesimachus
Stibochiona coresia
Subfamili Biblidinae
Ariadne ariadne
Ariadne merione
Laringa castelnaui
Laringa horsfieldi

HS
1
1

Jumlah Individu
HP
HK
1

Total
LP
-

1
2

2
1
3
-

2
2
-

1
1
18
2
1
2
1

4
8
-

7
13
19
2
1
5
1

1
2
1
1
1
2

1
1
7
31
10
2
1
-

4
16
28
81
10
41
1
2

9
55
2
19
34
43
20
4
-

13
73
3
54
148
63
64
7
1
4

1
3
1
2
8
6
1

1
2
2
34
2
-

2
1
4
1
1
1
37
1
1
2
20
1

4
1
3
2
1
77
2
1
1
1

2
1
1
4
1
5
9
3
1
1
1
3
1
156
1
1
2
24
7
1
3

5
1

-

1
-

-

5
1
1

1

1
-

2
2

1
1
-

3
1
1
3

10
Lanjutan Tabel 1
Famili
Spesies
Subfamili Charaxinae
Charaxes bernardus
Charaxes borneensis
Charaxes (Polyura) athamas
Charaxes (Polyura) hebe
Subfamili Apaturinae
Euripus nyctelius
Hestinalis nama
Rohana parisatis
Subfamili Cyrestinae
Chersonesia risa
Cyrestis maenalis
Subfamili Satyrinae
Amathusia binghami
Discophora necho
Elymnias nesaea
Elymnias panthera
Faunis canens
Lethe chandica
Lethe confuse
Lethe europa
Lethe makara
Melanitis leda
Melanitis phedima
Melanitis zitenius
Mycalesis horsfieldi
Mycalesis janardana
Mycalesis marginata
Mycalesis mineus
Mycalesis mnasicles
Mycalesis oroatis
Mycalesis orseis
Mycalesis perseus
Mycalesis sp.
Neorina lowii
Orsotriaena medus
Ragadia makuta
Xanthotaenia busiris
Ypthima baldus
Ypthima fasciata
Ypthima pandocus
Ypthima philomela
Ypthima sp.
Subfamili danainae
Danaus genutia
Danaus melanippus
Euploea algea
Euploea camaralzeman
Euploea eunice
Euploea mulciber
Euploea radamanthus
Euploea tulliolus
Euploea sp.
Ideopsis gaura

Jumlah Individu
HP
HK

HS

Total
LP

-

2
-

1
1
5
1

-

1
1
7
1

9

-

4
2

1
1

1
4
12

19
2

-

-

3
1

22
3

31
1
7
6
2
4
3
2
9
7
1
1
12
13
8
3
10
3

1
3
1
4
1
3
1
1
27
3
24
2
11
13
33

2
4
7
1
4
5
1
9
1
3
2
29
2
4
2
1
3
12
1
18

1
1
3
2
13
1
3
5
7
4
4
3
15
2
1
59
4
17
3
15
6
23

2
1
6
13
33
14
8
3
1
10
16
6
8
17
3
9
18
9
12
2
116
2
12
14
14
49
11
48
20
77

1
2
2
6
3
3
-

44
1
-

1
49
3
1
14
1
31
18
2

2
1
1
4
17
2
-

3
94
1
5
4
24
1
52
23
2

11
Lanjutan Tabel 1
Famili
Spesies
Parantica agleoides
Parantica aspasia
Parantica pseudomelaneus
Jumlah individu
Jumlah spesies
Indeks Shannon (H’)
Indeks kemerataan (E)

(a)

Gambar 3

HS
3
2
2
452
95
4.095
0.884

Jumlah Individu
HP
HK
2
3
1
13
584
1 040
59
112
3.418
4.007
0.822
0.837

(b)

Total
LP
1
1
982
94
3.785
0.822

8
17
3
3 058
184
4.312
0.819

(c)

(d)
(e)
Spesies kupu-kupu masing-masing famili yang dikoleksi di 4 lokasi
penelitian: famili Papilionidae (a), famili Pieridae (b), famili Riodinidae (c)
famili Lycaenidae (d), dan famili Nymphalidae (e).

Distribusi spesies kupu-kupu pada masing-masing habitat bervariasi.
Kupu-kupu yang dapat ditemukan di 4 tipe habitat yaitu sebanyak 24 spesies, 26
spesies kupu-kupu hanya ditemukan di hutan sekunder, 4 spesies hanya
ditemukan di hutan pinus, 37 spesies hanya ditemukan di hutan karet, dan 18
spesies hanya ditemukan di lahan pertanian (Gambar 4).

Gambar 4 Jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan di 4 lokasi penelitian, HS
(hutan sekunder), HP (hutan pinus), HK (hutan karet) dan LP (lahan
pertanian).

12
Masing-masing habitat memiliki komposisi spesies yang berbeda-beda. Di
hutan sekunder, spesies kupu-kupu yang mendominasi yaitu Faunis canens dan
Udara dilecta, di hutan pinus yaitu Papilio polytes, Danaus melanippus, Everes
lacturnus dan Jamides sp., di hutan karet yaitu Junonia atlites, Eurema sp.,
Jamides sp., Danaus melanippus dan Junonia iphita, sedangkan di lahan pertanian
yaitu Neptis hylas, Appias olferna, Mycalesis sp., Eurema sp., dan Hypolimnas
bolina (Gambar 5).

(a)

(b)

(c)
(d)
Gambar 5 Spesies kupu-kupu dominan di masing-masing habitat (a) Papilio
polytes, (b) Faunis canens, (c) Junonia atlites, dan (d) Neptis hylas.
Nilai indeks keanekeragaman Shannon Wiener kupu-kupu di hutan
sekunder, hutan pinus, hutan karet dan lahan pertanian secara bertutut-turut yaitu
4.095, 3.418, 4.007, dan 3.785 (Tabel 1). Hutan sekunder merupakan habitat yang
memiliki nilai keanekaragaman paling tinggi, meskipun jumlah spesies dan
individunya lebih sedikit jika dibandingkan hutan karet. Tingginya nilai
keanekaragaman kupu-kupu di hutan sekunder berhubungan dengan individuindividunya yang tersebar lebih merata jika dibandingkan habitat lainnya.
Keanekaragaman kupu-kupu berdasarkan waktu pengamatan
Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies dan individu kupu-kupu
lebih banyak ditemukan pada waktu pagi hari (08.00 sampai 11.59) dibanding
siang hari (12.00 sampai 16.00) (Gambar 6). Jumlah spesies yang ditemukan di 4
lokasi penelitian pada pagi hari yaitu sebanyak 172 spesies sedangkan pada siang
hari sebanyak 142 spesies, sementara itu jumlah individu yang ditemukan pada
pagi hari sebanyak 1 879 individu dan pada siang hari sebanyak 1 179 individu.
Jumlah spesies paling banyak ditemukan pada waktu pagi hari di hutan karet
(Gambar 6), dan individu terbanyak ditemukan di lahan pertanian pada saat pagi
hari (Gambar 7).

13
100
90

Jumlah Spesies

80
70
60
50
Pagi

40

Siang

30
20
10
0
HS

HP

HK

LP

Tipe Habitat
Gambar 6 Jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan waktu pengamatan di 4 lokasi
penelitian, HS (hutan sekunder), HP (hutan pinus), HK (hutan karet),
dan LP (lahan pertanian).
700

Jumlah Individu

600
500
400
Pagi

300

Siang
200
100
0
HS

HP

HK

LP

Tipe Habitat
Gambar 7 Jumlah individu kupu-kupu berdasarkan waktu pengamatan di 4 lokasi
penelitian, HS (hutan sekunder), HP (hutan pinus), HK (hutan karet),
dan LP (lahan pertanian).
Famili Nymphalidae dan famili Pieridae merupakan kupu-kupu yang paling
banyak ditemukan di pagi hari, sedangkan pada siang hari kupu-kupu yang paling
banyak ditemukan yaitu dari famili Nymphalidae dan famili Papilionidae. Famili
Riodinidae dapat ditemukan pada saat siang hari (11.00 sampai 13.00 WIB)
dengan jumlah yang terbatas (Gambar 8).

14
350

Jumlah individu

300
250
200
Lycaenidae
150

Nymphalidae

100

Papilionidae
Pieridae

50

Riodinidae
0

Waktu
Gambar 8 Jumlah individu masing-masing famili kupu-kupu di 4 lokasi penelitian
berdasarkan waktu pengamatan.
Jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan di 4 lokasi penelitian masih
terus bertambah sampai hari terakhir pengamatan. Kurva rarefaction menggambarkan estimasi jumlah spesies dari jumlah sampel yang didapatkan selama 10
hari pengamatan di masing-masing habitat (Gambar 9). Kurva masih menujukkan
terjadinya peningkatan. Jika dilakukan penambahan jumlah sampel yang diamati,
kemungkinan masih terjadi penambahan jumlah spesies yang ditemukan pada
masing-masing habitat.

Gambar 9 Kurva rarefaction pertambahan jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan
jumlah sampel di 4 tipe habitat.
Kondisi Lingkungan di Lokasi Penelitian
Pada saat pengamatan kupu-kupu, faktor lingkungan di 4 lokasi penelitian
menunjukkan angka yang berbeda. Intensitas cahaya berkisar antara 140 sampai
39500 Lux, suhu udara berkisar antara 22 sampai 450C, kelembaban 51 sampai
98 %, dan kecepatan angin berkisar antara 0.2 sampai 6.6 knot (Tabel 2).

15
Tabel 2 Parameter lingkungan di lokasi penelitian meliputi intensitas cahaya
(Lux), suhu (0C), kelembaban udara (%) dan kecepatan angin (Knot).
Lokasi
Hutan sekunder
Hutan Pinus
Hutan Karet
Lahan Pertanian

IC (Lux)
3976.94
(140-14730)
11081.32
(320-27000)
10070.78
(250-39500)
9539.94
(590-27200)

Suhu (0C)
26.63
(22-33)
31.05
(25-37)
31.43
(26-38)
31.31
(23-45)

rH (%)
79.09
(60-98)
70.32
(55-83)
70.21
(58-85)
69.25
(51-91)

KA (Knot)
2.12
(0.2-5.8)
2.06
(0.2-4.7)
2.08
(0.2-6.6)
2.33
(0.2-6.6)

Keterangan: Data merupakan nilai rata-rata dan angka minimum-maksimum.
Tumbuhan Pakan Kupu-kupu Dewasa
Tumbuhan penghasil nektar yang teramati dikunjungi kupu-kupu yaitu
sebanyak 55 spesies yang termasuk kedalam 25 Famili (Tabel 3, Lampiran 1).
Pada pengamatan ini, kupu-kupu lebih cenderung mengunjungi perdu (semak)
dibandingkan herba, pohon atau liana. Warna bunga yang dikunjungi kupu-kupu
yaitu merah, merah muda, jingga, kuning, ungu, biru, dan putih. Sementara itu,
tipe mahkota bunga yang dikunjungi kupu-kupu yaitu tube, head, funnel, brush,
composite, dish, flag dan bentuk lainnya.
Tabel 3 Tumbuhan penghasil nektar yang dikunjungi kupu-kupu di kawasan
Gunung Sago
Famili dan Spesies
Tumbuhan
Acanthaceae
Asystasia gangetica

Habitus

Warna
Bunga

Tipe
Bunga

Spesies Kupu-kupu
Pengunjung

Herba

Putih

Funnel

Rostellularia sundana
Amaryllidaceae
Zephyranthes carinata
Apocynaceae
Catharantus roseus
Asteraceae
Ageratum conyzoides

Herba

Ungu

Y. pandacus, J. hedonia,
E. blanda, E. hecabe
Z. otis

Herba

Merah muda

Funnel

C. scylla

Perdu

Merah muda

Tube

Herba

Ungu

Head

Bidens pilosa

Herba

Putih

Blumea chinensis
Chromolaena odorata

Herba
Perdu

Ungu
Putih

Clibadium
surinamensis

Perdu

Putih

Cosmos sulphureus

Herba

JinggaKuning

P. memnon, P. polytes

Jamides sp., E. mulciber,
P. demolion, P. polytes,
M. peyeni, Eurema sp.
Composite H. bolina, J. atlites, A. olferna,
C. scylla, Eurema sp.
Head
E. sari
Head
P. pollytes, J. orithya,
C. pomona, Eurema sp.
Head
Rapala sp., Udara sp.,
D. melanippus, H. bolina,
E. camaralzemon, E. tulliolus,
E. mulciber, P. agleoides,
T. cocytina, T. brookiana,
A. lyncida, L. nina.
Composite J. atlites, H. bolina, C. scylla

16
Lanjutan Tabel 3
Famili dan Spesies
Tumbuhan
Elephantopus mollis
Emilia sonchifolia
Eupatorium inulifolium

Habitus

Warna
Bunga
Putih
Ungu
Putih

Tipe
Bunga
Brush
Head
Head

Perdu

Putih

Tube

Perdu

Merah

P. memnon

Herba

Kuning

C. scylla

Liana

KuningMerah

P. memnon

Herba

Biru

Funnel

Liana

Kuning

Dish

L. nina

Herba

Putih

Brush

A. olferna

Liana
Perdu

Putih
Merah

Brush
Tube

T. amphrysus
P. memnon, P polytes

Pohon

Putih

Dish

G. sarpedon, Eurema sp.

Pohon

Putih

Dish

H. bolina, J. hedonia

Perdu
Pohon

Putih
Merah muda

Dish
Dish

Perdu
Perdu

Kuning
Merah muda

Dish
Dish

P. polytes
G. agamemnon, G. sarpedon,
E. simulatrix
E. sari, E. blanda
J. atlites

Herba

Merah muda

Brush

Herba

Merah muda

Brush

L. boeticus, A. hyperbius,
J. atlites
J. almana, L. boeticus

Pohon
Perdu

Putih
Putih

Brush
Brush

H. bolina, P. demolion
G. Agamemnon

Herba
Herba
Perdu

Makania micrantha

Liana

Spilanthes Acmella

Herba

Synedrella nodiflora
Zinnia elegans
Boraginaceae
Heliotropium indicum
Caesalpiniaceae
Caesalpinia
pulcherrima
Cassia obtusifolia
Colchicaceae
Gloriosa superba
Commelinaceae
Commelina
benghalensis
Cucurbitaceae
Momordica charantia
Euphorbiaceae
Euphorbia
heterophylla
Lamiaceae
Callicarpa sp.
Clerodendrum
paniculatum
Lauraceae
Cinnamomum
zeylanicum
Persea americana
Malvaceae
Hibiscus sabdariffa
Melochia umbellata
Sida rhombifolia
Urena lobata
Mimosaceae
Mimosa diplotricha
Mimosa pudica
Myrtaceae
Eugenia aquea
Psidium guajava

Herba
Herba

Spesies Kupu-kupu
Pengunjung
J. almana, P. agleoides
D. melanippus, J. atlites
E. cnujus, D. bisaltide,
E. tulliolus, H. bolina, J. atlites,
J. hedonia, J. iphita, P. aspasia,
Y. baldus, G. agamemnon,
G. sarpedon, Troides sp.,
C. pomona, Eurema sp.
Putih
Brush
J. atlites, J. iphita, J. hedonia,
Y. baldus, L. nina
Jingga
Head
Y. philomela, C. scylla, E. sari,
L. nina
Kuning
Head
E. blanda, L. nina
Merah muda Composite H. bolina
D. melanippus,
E. radamanthus, E. tulliolus

Eurema sp.

17
Lanjutan Tabel 3
Famili dan Spesies
Tumbuhan
Rhodomyrtus
tomentosa
Syzygium sp.
Nyctaginaceae
Bougainvillea
spectabilis
Oleaceae
Jasminum sambac
Orchidaceae
Spathoglottis plicata
Oxalidaceae
Oxalis barrelieri
Papilionaceae
Calliandra calothyrsus
Crotalaria mucronata
Crotalaria retusa
Desmodium
heterocarpon
Hylodesmum repandum
Polygalaceae
Polygala paniculata
Rubiaceae
Creona corymbosa
Ixora javanica

Solanaceae
Solanum torvum
Tiliaceae
Muntingia calabura
Verbenaceae
Duranta erecta
Lantana camara

Melastoma
malabathricum
Stachytarpheta
jamaicensis

Habitus
Perdu

Warna
Bunga
Merah muda

Tipe
Bunga
Brush

Spesies Kupu-kupu
Pengunjung
G. sarpedon

Pohon

Merah muda

Brush

D. bisaltide, H. bolina

Perdu

Jingga

Tube

P. memnon, P. polytes

Perdu

Putih

Tube

P. polytes

Herba

Ungu

Herba

Merah muda

Tube

P. polytes, Eurema sp.

Perdu
Herba
Liana
Herba

Merah
Kuning
Kuning
Ungu

Brush
Flag
Flag
Flag

P. nora
Euchrysops sp., L. boeticus
Jamides sp.
E. lacturnus

Herba

Jingga

Flag

P. corvus

Herba

Putih

Pohon
Perdu

Putih
Merah

Tube
Tube

G. sarpedon, A. perius,
P. demolion, P. helenus,
P. memnon, P. nephelus,
P. polytes, T. amphrysus.

Perdu

Putih

Dish

G. sarpedon

Pohon

Putih

Dish

G. sarpedon

Perdu
Perdu

Ungu
MerahJingga,
Merah
mudaKuning
Ungu

Tube
Tube

C. scylla, L. nina
Euploea sp., G. agamemnon,
G. antiphates, G. sarpedon,
G. evemon, Troides sp.,
C. scylla, Eurema sp.,
A. lyncida
G. sarpedon, P. nephelus

Putih,
Ungu

Tube

Perdu
Perdu

P. memnon

Z. otis

Dish

H. bolina, L. boeticus,
A. terpsicore, A. hyperbius,
J. almana, J. atlites, J. hedonia,
G. sarpedon, P. demolion,
P. polytes, C. pomona,
C. scylla, L. nina, E. sari,
Eurema sp.

Beberapa tumbuhan dari famili Asteraceae dan Verbenaceae, seperti
Eupatorium inulifolium, Clibadium surinamensis, Lantana camara, dan
Stachytarpheta jamaicensis merupakan spesies tumbuhan yang paling sering
dikunjungi kupu-kupu. Tumbuhan tersebut merupakan perdu yang dapat ditemukan di 4 lokasi penelitian (Gambar 10).

18

(a)

Gambar 10

(b)

(c)
(d)
Spesies tumbuhan yang banyak dikunjungi kupu-kupu: Eupatorium
inulifolium (a), Clibadium surinamensis (b), Lantana camara (c), dan
Stachytarpheta jamaicensis (e).

Selain ditemukan sedang mengisap nektar bunga, beberapa jenis kupukupu ditemukan mengisap kotoran hewan, lumpur, tanah yang lembab, dan juga
mengisap batu berpasir. Sebagian lain terlihat mengisap buah busuk dan juga
mengisap keringat manusia. Kupu-kupu Megisba malaya, Udara dilecta, dan Una
usta teramati sedang mengisap kotoran hewan (unggas), sedangkan kupu-kupu
Graphium sarpedon, Graphium bathycles, Lamproptera curius, Trogonoptera
brookiana, Hebomoia glaucippe, Saletara panda, Curetis santana, dan Argyreus
hyperbius teramati sedang mengisap lumpur. Sementara itu, kupu-kupu Catopsilia
pamona, Eurema sari, Prosotas nora, Acraea terpsicore, Doleschallia bisaltide,
Euripus nyctelius dan Lethe chandica teramati sedang mengisap tanah lembab.
Spesies kupu-kupu yang diamati sedang mengisap cairan di bebatuan berpasir di
pinggir sungai, yaitu Eurema sp., Cepora iudith, Athyma nefte, Charaxes
bernadus, Charaxes borneensis, Cyrestis maenalis, Dichorragia nesimachus,
Euploea mulciber, Euploea radamanthus, Hestinalis nama, Moduza procris,
Parantica agleoides, Charaxes (Polyura) athamas, Charaxes (Polyura) hebe,
Rohana parisatis, Terinos terpander, Terinos clarissa, Vagrans egista, dan
Vindula dejone. Kupu-kupu Acraea terpsicore dan Prosotas nora diamati sedang
mengisap keringat manusia.
Korelasi panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung
mahkota bunga
Panjang mahkota bunga 11 spesies tumbuhan yang dikunjungi kupu-kupu
berkisar antara 3.62 sampai 33.1 mm (Lampiran 2). Kupu-kupu yang paling
banyak teramati mengunjungi bunga yang memiliki mahkota tipe tube dan funnel
yaitu famili Papilionidae sebanyak 8 spesies, sedangkan yang lainnya yaitu 2
spesies dari famili Pieridae dan 6 spesies dari famili Nymphalidae. Masingmasing spesies kupu-kupu memiliki panjang probosis yang berbeda-beda
(Lampiran 3).
Berdasarkan analisis korelasi Pearson, panjang probosis kupu-kupu
dengan panjang mahkota bunga yang dikunjungi berkorelasi positif (r = 0.61,

19
p = 6.755x10-5). Kupu-kupu Papilionidae mempunyai panjang probosis berkisar
antara 12.73 sampai 36.71 mm, cenderung mengunjungi bunga yang memiliki
panjang mahkota berkisar antara 3.62 sampai 33.1mm. Kupu-kupu Nymphalidae
yang memiliki panjang probosis lebih pendek (10.26 sampai 14.48 mm),
cenderung mengunjungi bunga dengan panjang mahkota yang berkisar antara 3.62
sampai 12.81mm (Tabel 4). Kupu-kupu Nymphalidae dan Pieridae tidak teramati
mengunjungi bunga B. spectabilis, C. roseus, C. paniculatum, dan I. javanica
yang memiliki mahkota berbentuk tabung yang panjangnya > 16 mm.
Tabel 4 Panjang probosis kupu-kupu dan panjang mahkota bunga yang dikunjunginya
Famili kupu-kupu
Panjang probosis (mm)
Panjang mahkota (mm)
Papilionidae
23.46
14.45
(12.73-36.71)
(3.62-33.1)
Pieridae
14.29
8.43
(10.4-18.55)
(6.64-10.79)
Nymphalidae
11.90
6.75
(10.26-14.48)
(3.62-12.81)

Keterangan: Data merupakan nilai rata-rata dan angka minimum-maksimum.
Volume dan kandungan nektar
Berdasarkan pengkuran volume dan kandungan nektar tumbuhan I.
javanica perwaktu pengamatan menunjukkan angka yang berbeda. Volume nektar
tumbuhan I. javanica berkisar antara 3.1 sampai 8.6 µl (Gambar 11), sedangkan
kandungan nektar berkisar antara 8 sampai 22 % (Gambar 12).
10

Volume nektar (µl)

9
8
7
6
5

Asoka 1

4

Asoka 2

3

Asoka 3

2
1
0
08. 00 09. 00 10. 00 11. 00 12. 00 13. 00 14. 00 15. 00

Waktu Pengukuran (WIB)
Gambar 11

Volume nektar 3 tumbuhan Asoka berdasarkan waktu pengamatan.

20

Kandungan nektar (%)

25
20
15
Asoka 1
10

Asoka 2
Asoka 3

5
0
08. 00 09. 00 10. 00 11. 00 12. 00 13. 00 14. 00 15. 00

Waktu Pengukuran (WIB)
Gambar 12

Kandungan nektar 3 tumbuhan Asoka berdasarkan waktu pengamatan.

Kupu-kupu yang teramati mengisap nektar I. javanica pada saat pengkuran
volume dan kandungan nektar yaitu Papilio memnon, Papilio polytes, Papilio
helenus, Papilio demolion dan Papilio nephelus. Kupu-kupu tersebut mengisap
nektar bunga dengan volume 3.1 sampai 7.3 µl dan kandungan nektar 8 sampai
18%.
Pembahasan
Keanekaragaman Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea
Jumlah spesies kupu-kupu superfamili Papilionoidea yang diamati dan
dikoleksi di Kawasan Gunung Sago dan sekitarnya yaitu sebanyak 184 spesies.
Jumlah spesies tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan dengan tempat lain di
Indonesia. Di Gunung Betung, Lampung ditemukan 25 Spesies kupu-kupu
(Soekardi et al. 2001), 113 spesies di Miyambou, Cagar Alam Pergunungan Arfak
(Panjaitan 2008), 57 spesies di Hutan koridor Taman Nasional Gunung HalimunSalak (Efendi 2009), 113 spesies di Gunung Meja, Manokwari (Panjaitan 2011),
150 spesies di ujung kulon (Peggie 2012), 41 spesies di Hutan Kota Muhammad
Sabki, Jambi (Rahayu dan Basukiriadi 2012), 29 spesies di Gunung Manado Tua,
Taman Nasional Laut Bunaken (Koneril dan Saroyo 2012), 55 spesies di Tanjung
Balai Karimun, Kep. Riau (Sutra et al. 2012), 62 Spesies di Dukuh Banyuwindu,
Kendal (Rahayuningsih et al. 2012), 144 spesies di TN Bantimurung-Bulusaraung
(Sumah 2012), 107 spesies kupu-kupu di Nusa Kambangan (Peggie 2014), dan
151 spesies di TNG. Halimun-Salak (Peggie dan Harmonis 2014). Perbedaan
jumlah spesies yang ditemukan pada masing-masing kawasan kemungkinan
berhubungan dengan perbedaan lokasi pengambilan sampel, sehingga vegetasi
dan keadaan lingkungannya juga berbeda. Menurut Ramos (2000), beberapa
faktor yang mempengaruhi keragaman kupu-kupu yaitu variabel fisik dan
struktural seperti luas areal, topografi, suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan
pola tanah, serta faktor biologis meliputi ketersediaan tumbuhan pakan dan
tumbuhan inang, serta musuh alami.

21
Jika spesies kupu-kupu yang ditemukan dalam penelitian ini digabungkan
dengan penelitian sebelumnya (Soekardi et al. 2001; Rizal 2007; Dahelmi et al.
2009; Sutra et al. 2012; Rahayu & Basukiriadi 2012), maka spesies kupu-kupu
superfamili Papilionoidea yang diperoleh di Sumatera sebanyak 302 spesies.
Sebanyak 59 spesies yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan spesies yang
belum dilaporkan dalam penelitian sebelumnya. Spesies kupu-kupu tersebut
adalah 1 spesies dari famili Papilionidae, yaitu Lamproptera c