Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi.

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU, DESAIN PENANGKARAN
DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI OBJEK WISATA DI
HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI

MEIDILAGA

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SEKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Meidilaga
NIM E34080051

ABSTRAK
MEIDILAGA. Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan
Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Sukabumi. Dibimbing oleh LIN NURIAH GINOGA dan BURHANUDIN
MASYUD.
Kupu-kupu merupakan serangga pollinator (penyerbuk) yang memiliki
keindahan bentuk dan warna sayap yang dapat menjadi objek wisata. Hutan
Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan salah satu kawasan yang
berpotensi untuk mendukung kehidupan kupu-kupu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji keanekaragaman jenis kupu-kupu, mendesain penangkaran kupu-kupu,
merancang program wisata yang berbasis kupu-kupu, dan mengkaji kelayakan
usaha penangkaran kupu-kupu yang ada di Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Metode yang digunakan adalah Line Transect dengan ukuran 20 x 20 m sebanyak

20 plot. Hasil pengamatan menemukan 412 individu dari 67 jenis kupu-kupu
yang termasuk ke dalam 5 famili yang ada di HPGW. Jenis yang bisa ditemukan
pada keenam lokasi penelitian adalah Cinitia iapis. Jenis ini juga paling
mendominasi di setiap tipe habitat penelitian. Penangkaran kupu-kupu yang
dikelola dengan sistem intensif dibutuhkan di HPGW untuk menjaga kelestarian
kupu-kupu. Dua paket wisata berbasis kupu-kupu bisa di kembangkan di HPGW
yaitu Butterfly finger dan Butterfly park yang bisa dipilih oleh semua kalangan
umur.
Kata kunci: HPGW, Keanekaragaman, Kupu-kupu, Penangkaran, Wisata,
.

ABSTRACT
MEIDILAGA. The Diversity of Butterfly, Captivity Design and Developments as
Tourism Object in Gunung Walat Education Forest. Supervind by LIN NURIAH
GINOGA and BURHANUDIN MASYUD.
Butterfly is a pollinator insect which has a beautiful form and color of
wings that can be an attraction. Gunung Walat Education of Forest (GWEF) is an
area that has a potential to support the life of butterfly. The aim of this research is
to assess the diversity of butterfly species, to design a butterfly breeding to design
tourism programs based on butterflies and also assess the feasibility of butterfly

captivity busines at Gunung Walat Education Forest (GWEF). Method which is
used in this research is Line Transect with the size of 20 x 20 m as much as 20
plot. This research found 412 individuals of 67 species of butterfly which belongs
to 5 family in GWEF. Species that can be found in the six study sites is Cinitia
iapis. This species also dominates in every type of research habitat. The butterfly
captive breeding which is managed with intensive systems is needed to preserve
GWEF butterfly. Two tour packages based on the butterfly that can be developed
in GWEF are Butterfly finger and Butterfly park which can be choose by every
age ranges.

Keywords: Butterfly, Captivity, Diversity, Gunung Walat Education Forest,
Tourism.

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU, DESAIN PENANGKARAN
DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI OBJEK WISATA DI
HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI

MEIDILAGA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan
Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi.
Nama
: Meidilaga
NIM
: E34080051


Disetujui oleh

Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Burhanudin Masyud, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni-Agustus 2012 ini
ialah Kupu-kupu, dengan judul Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain

Penangkaran dan Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas
segala doa dan kasih sayangnya, terima kasih di sampaikan kepada Ibu Ir Lin
Nuriah Ginoga, MSi dan Bapak Dr Ir Burhanudin Masyud, MS yang telah
memberikan ilmu, nasehat, dan bimbingan dengan ikhlas dan penuh kesabaran.
Ucapan terimakasih kepada Ibu Resti Meilani S.Hut, MSi yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak
Hutan Pendidikan Gunung Walat beserta jajarannya yang telah membantu dalam
penelitian saya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga
Edelwais 45 dan seluruh keluarga Noes Camp 146 yang telah membantu dan
memberikan keceriaan dalam penysunan skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013
Meidilaga

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Bahan

3

Jenis Data yang Dikumpulkan


3

Metode Pengambilan Data

3

Analisis Data Keanekaragaman

4

Distribusi Cahaya di Bawah Tajuk

6

Desain Penangkaran Kupu-kupu

6

Program Wisata


6

Analisis finansial usaha

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Kondisi umum lokasi penelitian

8

Habitat Kupu-kupu

8

Komponen Fisik Habitat


9

Komponen Biotik Habitat

12

Kekayaan Jenis Kupu-kupu

15

Desain Penangkaran Kupu-kupu

20

Paket Wisata

26

Analisis Kelayakan Usaha

31

KESIMPULAN DAN SARAN

35

Kesimpulan

35

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

36

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

55

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener
Gambaran karakteristik habitat pada lokasi penelitian
Nilai LAI pada masing-masing tipe habitat
Jumlah jenis pakan larva, kupu-kupu, dan shelter, pada masing-masing
habitat
Jenis vegetasi yang mendominasi pada masing-masing habitat
Satwa lain yang berpengaruh terhadap kupu-kupu
Penyebaran jenis kupu-kupu tiap habitat
Jumlah jenis dan famili yang spesifik habitat tertentu
Koefisien kesamaan jenis kupu-kupu
Perbandingan nilai karakteristik habitat terhadap nilai keanekaragaman
jenis, kemerataan jenis, dan kekayaan jenis pada masing-masing tipe
habitat
Alat dan bahan bangunan penangkaran
Tumbuhan yang ditanam di penangkaran
Jadwal kegiatan paket wisata butterfly finger
Jadwal kegiatan butterfly park
Jadwal kegiatan fun butterfly
Biaya operasional usaha penangkaran kupu-kupu
Penerimaan usaha penangkaran kupu-kupu
Pendapatan usaha penangkaran kupu-kupu
Perhitungan NPV usaha penangkaran kupu-kupu
Perhitungan BCR usaha penangkaran kupu-kupu
Perhitungan IRR usaha penangkaran kupu-kupu
Perhitungan BEP usaha penangkaran kupu-kupu

5
8
11
12
13
15
15
17
18

19
21
24
28
29
30
32
32
33
33
34
34
34

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

6
7
8
9
10
11

Lokasi penelitian
Analisis vegetasi hutan sejenis
Analisis vegetasi pada hutan campuran
Bentuk jalur metode transek
Tipe habitat kupu-kupu Hutan Pendidikan Gunung Walat, (a) Riparian,
(b) Tegakan campuran, (c) Ekoton, (d) Tegakan puspa, (e) Tegakan
agathis, (f) Tegakan pinus
Suhu dan kelembaban rata-rata
Kondisi sungai pada saat penelitian
Tutupan tajuk tiap tipe habitat, (a) Riparian, (b) Tegakan campuran,
(c)Ekoton, (d) Tegakan puspa, (e) Tegakan agathis, (f) Tegakan pinus
Nilai kekayaan jenis kupu-kupu pada tiap tipe habitat
Nilai keanekaragaman jenis tiap tipe habitat
Nilai kemerataan jenis tiap tipe habitat

2
3
4
4

9
10
10
11
16
16
17

12 Kupu-kupu Cinitia iapis
13 Pembagian zonasi lahan
14 Lokasi penangkaran kupu-kupu, A: Rencana lokasi penangkaran kupukupu, B; Bentuk bangunan penangkaran kupu-kupu
15 Bentuk penangkaran dan kantor
16 Bentuk 3 Dimensi di dalam penangkaran
17 Bentuk 3 Dimensi di luar penangkaran
18 Proses pembuatan embeding
19 Hasil akhir pembuatan embeding

18
20
21
23
25
26
27
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Manfaat tumbuhan untuk kupu-kupu di HPGW
Hewan lain yang berpengaruh terhadap kupu-kupu di HPGW
Jenis kupu-kupu yang ditemukan pada satu tipe habitat tertentu
Jumlah dan jenis kupu-kupu pada tiap tipe habitat
Jenis kupu-kupu pada habitat riparian
Jenis kupu-kupu pada tegakan Campuran
Jenis kupu-kupu pada habitat ekoton
Jenis kupu-kupu pada tegakan puspa
Jenis kupu-kupu pada tegakan agathis
Analisis vegetasi tingkat pohon
Analisis vegetasi tingkat tiang
Analisis vegetasi tumbuhan bawah

38
39
40
41
43
44
45
46
48
49
50
50

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga dari ordo Lepidoptera
yang memiliki keindahan warna pada sayapnya. Menurut Amir et al (2003) fungsi
keberadaan kupu-kupu di alam salah satunya yaitu sebagai penyerbuk (pollinator).
Semakin beragam tanaman inang maka semakin beragam pula jenis kupu-kupu
yang ada di kawasan tersebut (Efendi 2009). Selain itu keberadaan kupu-kupu
dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran lingkungan atau berubahnya habitat
(Pollard 1992).
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan hutan pendidikan
yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB. Areal ini terletak di wilayah
Sukabumi dengan luasan 359 Ha dan berada pada ketinggian 500-700 mdpl.
Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian
selatan, sedangkan ke bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam
(Syaufina 2007).
Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki tumbuhan yang berbunga serta
menghasilkan nektar dan serbuk sari diantaranya adalah bungur (lagerstroemia
speciosa), johar (cassia sianera), dan waru (hibiscus tiliaceus) yang berguna
sebagai pakan kupu-kupu (Purawidjaja 1989). Selain potensi vegetasi HPGW juga
memiliki beberapa aliran air yang sangat mendukung terhadap keberadaan kupukupu.
Selain nilai ekologi kupu-kupu, kupu-kupu juga memiliki nilai estetik
dengan berbagai keindahan bentuk dan warna sayap yang dimiliki. Gaya terbang
dan hinggap yang dilakukan kupu-kupu bisa menjadi daya tarik tertentu sebagai
objek wisata. Kehidupan kupu-kupu harus didukung dengan kondisi lingkungan
yang baik sehingga keberadaan kupu-kupu bisa dijadikan sebagai indikator
kualitas lingkungan. Banyaknya jenis kupu-kupu yang ditemukan pada suatu
kawasan bisa menjadi parameter kondisi lingkungan tersebut yang masih baik.
Dalam bidang kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai
untuk dikunjungi dan dilihat disebut objek atau atraksi wisata (Windiyarti 1993).
Kupu-kupu memiliki daya tarik sebagai objek wisata baik dari segi keindahan
warna sayap, bentuk sayap, serta atraksi pola terbang yang berbeda, sehingga
berpotensi untuk dijadikan sebagai objek dalam program wisata.
Belum adanya data terbaru mengenai keanekaragaman jenis kupu-kupu di
HPGW menjadi alasan bahwa penelitian ini diperlukan terutama Gunung Walat
yang memiliki latar belakang hutan pendidikan maka semua potensi yang ada di
dalamnya harus digali sehingga bisa dijadikan pertimbangan dalam perencanaan
dan pengembangan kawasan. Selain itu, untuk mengembangkan pemanfaatannya
sebagai objek daya tarik wisata yang prospektif baik secara alami maupun melalui
penangkaran, maka diperlukan rancangan penangkaran dengan rumusan program
wisata berbasis kupu-kupu.

2

Tujuan Penelitian
1. Mengkaji keanekaragaman jenis kupu-kupu di Hutan Pendidikan Gunung
Walat.
2. Mendesain penangkaran kupu-kupu di Hutan Pendidikan Gunung Walat.
3. Merancang program wisata berbasis kupu-kupu di Hutan Pendidikan
Gunung Walat.
4. Mengkaji kelayakan usaha penangkaran kupu-kupu di Hutan Pendidikan
Gunung Walat.
Manfaat Penelitian
Informasi keanekaragaman jenis kupu-kupu di Hutan Pendidikan Gunung
Walat dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam upaya
pengembangan kawasan termasuk program wisata pendidikan di HPGW.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan pada Bulan Juni-Agustus 2012. Lokasi pengamatan di
Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat pada enam tipe habitat.
Lokasi pengamatan disajikan pada Gambar 1.

Keterangan :
Riparian

Tegakan puspa

Tegakan campuran

Tegakan agathis

Ekoton

Tegakan pinus

Gambar 1 Lokasi penelitian

3

Pengambilan data keanekaragaman dilakukan pada enam tipe habitat yaitu
Tegakan Agatis, Tegakan Pinus, Tegakan Campuran, Tegakan Puspa, Habitat
Riparian, dan Habitat Ekoton.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermometer dry-wet,
meteran, jaring serangga, alkohol 70%, spuitc, kertas papilot, hemisperical lens,
kotak spesimen, kamera digital, alat tulis, kantong plastik, fieldguide kupu-kupu,
tallysheet, kamper, software hemiview 2.1 canopy analisis dan sketchup. Bahan
yang di gunakan adalah kupu-kupu dan vegetasi.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer meliputi kondisi habitat (keberadaan daerah terbuka,
ketersediaan air, penutupan tajuk), kondisi vegetasi (struktur, komposisi jenis),
iklim mikro (suhu dan kelembaban udara), populasi kupu-kupu (jenis dan jumlah
individu serta populasi), konstruksi bangunan penangkaran, dan bentuk
penangkaran. Data sekunder meliputi kondisi fisik lokasi (letak, luas, dan
topografi), dan kondisi biologi lokasi ( flora dan fauna), dan pengelolaan.
Metode Pengambilan Data
Potensi Keanekaragaman
a Karakteristik Habitat
Pengambilan data karakteristik habitat dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap area terbuka, keberadaan sumber air, dan
kondisi sumber air di setiap lokasi pengamatan. Pada setiap lokasi pengamatan
dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui komposisi dan jenis vegetasi yang
ada pada lokasi pengamatan. Analisis vegetasi menggunakan dua metode yaitu
metode lingkaran 0.1 Ha (Gambar 2) dan metode berpetak yang berukuran 20x20
m sebanyak 5 plot pengamatan Gambar 3 (Soerianegara dan Indrawan 1978).
Luas lingkaran 0,1 Ha.
r= 17,84 m

x1

Gambar 2 Analisis vegetasi hutan sejenis

4

20 m
10 m
10 m
20 m
2m

5m

Gambar 3 Analisis vegetasi pada hutan campuran
b Iklim Mikro
Pengukuran iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) dilakukan pada
setiap lokasi pengamatan. Pengukuran dilakukan pada jam 08.00, 12.00 dan 16.00
WIB dengan interval 5 menit sekali agar terlihat fluktuasi suhu yang signifikan
sebanyak 3 ulangan. Suhu udara diukur pada ketinggian 120 cm di atas
permukaan tanah.
c Populasi Kupu-kupu
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode transek
(Noerdjito dan Pudji 2003). Plot penangkapan kupu-kupu berukuran 20x20 m
dengan jarak antar plot 10 m (Gambar 4). Penangkapan kupu-kupu dilakukan pada
waktu aktif kupu-kupu yaitu pukul 08.00-11.30 dan 15.00-17.30 pada kondisi
cuaca cerah. Kupu-kupu yang tertangkap kemudian di identifikasi menggunakan
buku panduan lapang (fildguide). Buku identifikasi yang digunakan adalah,
Identification guide for butterflies of West Java (Schulze), Practical Guide to The
Butterflies of Bogor Botanic Garden (Peggie dan Mohammad 2006), The
Ilustrated Encyclopedia of the Butterfly World (Smart 1975).

Jeda
20m
Plot 1

10 m

Plot 2

Gambar 4 Bentuk jalur metode transek
Desain Penangkaran
Perencanaan penangkaran kupu-kupu mempertimbangkan kondisi topografi
dan kemudahan aksesibilitas untuk dikunjungi. Bentuk dan konstruksi bangunan
penangkaran disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

5

Program Wisata
Perencanaan program wisata bersifat edukatif yang berbasis kupu-kupu
disesuaikan dengan ditemukannya kupu-kupu pada lokasi penelitian. Wisata ini
meliputi pengenalan jenis dan karakteristik habitat yang dimanfaatkan kupu-kupu.
Analisis Data Keanekaragaman
Keanekaragaman Jenis (H’)
Nilai keanekaragaman dihitung dengan menggunakan Indeks keanekaragaman
Shannon-Wiener (Magurran 1988) dengan rumus:
�′ = −

�� �� ��

Keterangan:
H’ : Indeks keanekaragaman jenis
ln : Logaritma natural
Pi : Proporsi nilai penting
Untuk menentukan keanekaragaman jenis kupu-kupu, digunakan
klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wieners seperti Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (Facrul 2008)
Nilai indeks
Kategori
Shanon-Wiener
>3
Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap
spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
1–3
Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap
spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang
0 : Usaha layak
- NPV = 0 : Usaha tidak untung dan tidak rugi
- NPV < 0 : Usaha tidak layak
2 Benefit Cost Ratio (Rasio pendapatan dan pengeluaran)
Bt-Ct
∑ nt=0 (1+i
)t
Net B/C =
n Ct-Bt
∑ t=0 (1+i )t

Keterangan:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
N = Umur bisnis
i = Discount rate (%)
Kriteria:
- Net B/C > 1 Usaha layak
- Net B/C = 1 Usaha tidak untung dan tidak rugi
- Net B/C < 1 Usaha tidak layak
3 Internal Rate of Return
IRR= i1

NPV 1
( i2-i1)
NPV 1 – NPV 2

Keterangan:
NPV 1 = NPV positif
NPV 2 = NPV negatif
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i 1
i 2
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
Kriteria:
- IRR > Discount rate : Usaha layak
- IRR < Discount rate : Usaha tidak layak
4 Break Event Point (Titik impas)
Biaya tetap
BEP =
Harga jual – Biaya variabel

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum lokasi penelitian
Huatan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) mulai dirintis oleh IPB pada
tahun 1967 yang bekerja sama dengan pemerintah daerah tingkat 1 Jawa Barat dan
Direktorat Jendral Kehutanan. Berdasarkan keputusan kepala Jawatan Kehutanan
Provinsi Jawa Barat No. 7041/IV/69 pada tanggal 14 Oktober tahun 1969
pengelolaan HPGW diserahkan kepada IPB. Pada tahun 2005 Mentri Kehutanan
menerbitkan surat keputusan No. 188/Menhut-II/2005 tentang penunjukan dan
penetapan kawasan hutan produksi terbatas komplek hutan HPGW seluas 359 Ha
sebagai Kawasan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) (Muawin 2009).
Kawasan HPGW terletak pada kordinat geografis 6053’35”- 6055’10”
lintang selatan dan 106047’50”- 106051’30” bujur timur. Kawasan ini memiliki
luas 359 Ha yang terbagi menjadi 3 blok yaitu blok timur (Cikatomas) seluas 120
Ha, blok barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan blok tengah (Tangkalak) seluas 114
Ha. HPGW berada pada ketingian 500-700 m dpl, Vegetasi yang paling dominan
di kawasan HPGW adalah damar (Agathis loranthifolia), puspa (Schimma
wallichii), dan pinus (Pinus merkusii) (Syaufina 2007). Klasifikasi iklim menurut
Schmidt dan Ferguson HPGW termasuk kedalam tipe hujan A dengan suhu udara
maksimum 29 0C dan minimum 19 0C. HPGW memiliki hari hujan rata-rata 13
hari/tahun dengan besaran curah hujan 827.7 mm.
Habitat Kupu-kupu
Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki tutupan vegetasi yang rapat
sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari kelantai hutan, kondisi tersebut
akan mempengaruhi tumbuhan yang ada di bawahnya. Sedikitnya cahaya matahari
yang masuk akan mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan bawah yang bersifat
intoleran terhadap naungan (Indriyanto 2006). Sebagin besar tutupan vegetasi
kawasan HPGW merupakan tegakan pinus yang mengandung zat alelopati yang
menjadi penghambat tumbuhnya beberapa tumbuhan bawah. Zat alelopati bisa
berada pada pohon yang masih hidup ataupun yang sudah mati baik berada pada
akar, batang, dan daun yang jatuh (Hasanah 2011). Gambaran karakteristik habitat
pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Gambaran karakteristik habitat pada lokasi penelitian
No Tipe habitat
Karakteristik
1
Riparian
Memiliki karakteristik habitat dengan jalur aliran
air, pada bagian tepinya ditumbuhi berbagai macam
tumbuhan bawah, tutupan tajuk relatif jarang.
2
Tegakan Campuran
Tegakan campuran merupakan tipe habitat yang di
tumbuhi oleh berbagai jenis pohon diantaranya
adalah kayu afrika, agathis, dan pinus.
3
Ekoton
Perbatasan atau pertemuan antara dua tipe habitat
(tegakan pinus dan padang ilalang).

9

Tabel 2 Gambaran karakteristik habitat pada lokasi penelitian (lanjutan)
No Tipe habitat
Karakteristik
4
Tegakan Puspa
Habitat yang didominasi oleh pohon Puspa, tegakan
puspa merupakan pakan kupu-kupu terbesar di
kawasan HPGW.
5
Tegakan Agathis
Merupakan tipe habitat yang didominasi oleh pohon
Agathis, terdapat aliran air yang mengering.
6
Tegakan Pinus
Merupakan tipe habitat yang didominasi oleh pohon
Pinus, sedikit ditemukan tumbuhan bawah.
Secara umum Hutan Pendidikan Gunung Walat berpotensi untuk
mendukung kehidupan kupu-kupu. Daya dukung habitat yang ditemukan seperti
pakan, cahaya matahari, suhu, kelembaban, dan air bisa ditemukan di Hutan
Pendidikan Gunung Walat dan berada pada batas optimum untuk mendukung
kehidupan kupu-kupu. Gambaran umum lokasi penelitian pada tiap tipe habitat
disajikan pada Gambar 5.

(a)

(b)

(d)

(e)

(c)

(f)

Gambar 5 Tipe habitat kupu-kupu Hutan Pendidikan Gunung Walat, (a) Riparian,
(b) Tegakan Campuran, (c) Ekoton, (d) Tegakan Puspa, (e) Tegakan
Agathis, (f)Tegakan Pinus.
Komponen Fisik Habitat
Komponen fisik pertama yang berpengaruh terhadap kupu-kupu adalah
suhu dan kelembaban, hasil pengukuran suhu dan kelembaban disajikan pada
Gambar 6.

10

Tegakan Pinus

24.670C

Tegakan Agathis

25.500C

Tegakan Puspa

25.330C

Ekoton

27.170C

Tegakan Campuran

25.670C

Riparian

26.830C
Kelembaban

74.49%
76.33%
70.80%
71.75%
77.27%
72.58%

Suhu

Gambar 6 Suhu dan kelembaban rata-rata
Berdasarkan Gambar 6 tipe habitat yang memiliki suhu lingkungan ratarata tertinggi adalah habitat Ekoton dengan nilai suhu 27.170 C dan memiliki
kelembaban 71.75%. Tipe habitat yang memiliki suhu lingkungan rata-rata paling
rendah adalah Tegakan Pinus memiliki nilai suhu 24.670 C dengan kelembaban
rata-rata 74.49%. Tinggi rendahnya suhu lingkungan dipengaruhi oleh
kelembabannya. Suhu dan kelembaban berada pada kisaran 24.67 0C – 27.17 0C
yang sesuai untuk kupu-kupu beraktifitas, kisaran suhu yang bisa mendukung
kehidupan kupu-kupu antara 21-34 0C (Gusnenti 2010). Sedangkan untuk suhu
optimal bagi kupu-kupu adalah antara 28-35 0C (Guppy at all 2002) dalam Azahra
(2012).
Waktu pengambilan data terhadap suhu dan kelembaban akan
mempengaruhi nilai yang dihasilkan. Penelitian dilakukan pada bulan JuniAgustus 2012 yang bertepatan dengan musim kemarau yang tentunya akan
mempengaruhi nilai suhu lingkungan terutama pada siang hari. Amir at al (2003)
mengemukakan bahwa curah hujan akan berbanding terbalik dengan reproduksi
serangga, artinya jumlah serangga akan naik pada saat curah hujan turun dan
jumlah serangga akan turun pada saat curah hujan tinggi. Kondisi air sungai tidak
mengalir hanya berupa genangan. Kondisi air pada saat penelitian disajikan pada
Gambar 7.

Gambar 7 kondisi sungai pada saat penelitian

11

Selain ketersediaan air komponen fisik yang mempengaruhi keberadaan
kupu-kupu adalah daerah terbuka, cahaya matahari yang cukup, dan LAI.
Semakin tinggi nilai LAI yang dihasilkan maka akan semakin rimbun tajuk
tersebut. Foto yang dihasilkan dengan menggunakan lensa fisheye disajikan pada
Gambar 8.

a

b

d

c

e

f
Gambar 8 Penutupan tajuk tiap tipe habitat. (a) Riparian, (b) Tegakan Campuran,
(c)Ekoton, (d) Tegakan Puspa, (e) Tegakan Agathis, (f)Tegakan Pinus.
Nilai LAI berbanding terbalik dengan intensitas cahaya yang bisa masuk ke
lantai hutan. Semakin tingginya nilai LAI maka intensitas cahaya yang masuk ke
lantai hutan akan semakin sedikit. Nilai LAI pada tiap tipe habitat disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3 Nilai LAI pada masig-masing tipe habitat
No
1
2
3
4
5
6

Tipe habitat
Riparian
Tegakan Campuran
Ekoton
Tegakan Puspa
Tegakan Agathis
Tegakan Pinus

LAI
1.473
1.325
1.559
1.341
1.362
2.614

Tabel 3 menunjukan bahwa habitat yang memiliki kerapatan paling tinggi
adalah Tegakan Pinus memiliki nilai LAI tertinggi yaitu 2.614 dan habitat yang
memiliki kerapatan paling rendah adalah Tegakan Campuran sebesar 1.325.

12

Kerapatan tajuk berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas cahaya yang bisa
masuk akan mempengaruhi jumlah dan jenis kupu-kupu karena sifat kupu-kupu
yang polikilotermik yaitu energi yang mengikuti suhu pada lingkungan di
sekitarnya.
Nilai LAI yang didapatkan pada semua tipe habitat di HPGW masih di atas
rata-rata nilai LAI Kebun Raya Bogor, Penelitian Azahra (2012), bahwa tutupan
vegetasi habitat yang memiliki keanekaragaman kupu-kupu paling tinggi tidak
berada pada tipe habitat yang memiliki nilai LAI paling kecil tetapi pada tipe
habitat yang memiliki nilai LAI sebesar 1.221. Nilai LAI tersebut tidak jauh
berbeda dengan nilai LAI di HPGW yang memiliki keanekaragaman kupu-kupu
paling tinggi yaitu habitat Ekoton dengan nilai LAI sebesar 1.559.
Komponen Biotik Habitat
Vegetasi
Analisis vegetasi sebagai komponen habitat kupu-kupu dibedakan menjadi
3 yaitu vegetasi yang berfungsi sebagai pakan larva, tumbuhan pakan kupu-kupu,
dan tumbuhan pelindung atau sering dikenal sebagai shelter. Vegetasi pakan larva
adalah tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat induk kupu-kupu untuk
meletakan telurnya. Setiap jenis kupu-kupu memiliki tanaman pakan larva yang
spesifik. Tumbuhan pakan kupu-kupu adalah tumbuhan yang memiliki bunga dan
mengandung nektar, tidak ada spesifikasi dalam penentuan pakan kupu-kupu.
Tumbuhan shelter adalah tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat berlindung
kupu-kupu, umumnya memiliki daun yang rindang dan lebar. Hasil identifikasi
jenis tumbuhan pakan larva, pakan kupu-kupu, dan shelter yang ditemukan di
HPGW disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah jenis vegetasi pakan larva, pakan kupu-kupu, dan shelter pada
masing-masing habitat
No Tipe Habitat
Pakan Kupu-kupu Pakan Larva
Shelter
1
Riparian
2
6
5
2
Tegakan Campuran
1
2
5
3
Ekoton
2
0
4
4
Tegakan Puspa
4
2
4
5
Tegakan Agathis
4
7
8
6
Tegakan Pinus
1
4
2
Kegiatan analisis vegetasi menghasilkan Indeks Nilai Penting. INP
merupakan pengaruh suatu tumbuhan terhadap ekosistem, semakin tinggi nilai
INP maka pengaruhnya dalam ekosistem semakin penting. Terjadinya kerusakan
pada tumbuhan yang memiliki nilai INP tinggi akan mempengaruhi keseimbangan
ekosistem di habitat tersebut. Kecilnya nilai INP suatu tumbuhan di suatu kawasan
bisa menandakan adanya kelangkaan atau sulitnya ditemukan jenis tersebut
(Fachrul 2008). Analisis vegetasi menghasilkan jenis-jenis yang dominan yang
disajikan pada Tabel 5.

13

13

Tabel 5 Jenis vegetasi yang mendominasi pada masing-masing habitat
Habitat

Tingkat dan INP
Tumbuhan bawah

INP

Pancang

INP

A

Lophatherum gracille

60.07

-

-

B

Stenochlaena palustris

31.71

-

-

C

Lophatherum gracile

72.77

-

-

D

Salaginella wildenowii

59.10

-

E

Agathis loranthifollia

54.61

F

Laphatherum gracile

51.88

Tiang

INP

Pohon

INP

Schimma wallichii

172.85

Maesopsis elemii 185.36

Pinus merkusii

133.22

Pinus merkusii

Pinus merkusii

218.53

-

Schimma wallichii

300

-

-

Agathis loranthifolia

300

-

-

Pinus merkusii

300

192.5

Keterangan : A; Riparian, B; Teagakan Campuran, C; Ekoton, D; Tegakan Puspa, E; Tegakan Agathis, F; Tegakan Pinus.

14

Pengamatan yang dilakkan di HPGW menemukan 20 jenis pakan larva
dengan jenis pakan larva terbanyak pada tipe habitat Tegakan agathis dengan
jumlah 7 jenis. Pakan larva yang ditemukan diantaranya adalah Syzygium aqueum,
Coffea sp, dan Artocarpus heterophyllus.
Jenis pakan kupu-kupu yang ditemukan di HPGW sebanyak 12 jenis
dengan jenis pakan kupu-kupu terbanyak pada tipe habitat Tegakan Puspa dan
Tegakan Agathis dengan jumlah yang ditemukan sebanyak 3 jenis. Beberapa
pakan kupu-kupu yang ditemukan diantaranya adalah Clidemia hirata, Peronema
canescens, dan Impatiens balsamina.
Tumbuhan berfungsi sebagai shelter yang ditemukan di HPGW sebayak
20 jenis. Habitat yang memiliki tumbuhan shelter paling banyak adalah Tegakan
Agathis dengan jumlah yang ditemukan sebanyak 8 jenis. Beberapa jenis
tumbuhan untuk shelter diantaranya adalah Averrhoa carambola, Pithecellobium
jiringa, dan Costus speciosus. Selengkapnya manfaat tumbuhan untuk kupu-kupu
disajikan pada lampiran 1.
Keanekaragaman vegetasi dalam suatu habitat yang berfungsi sebagai
pakan bisa mempengaruhi jumlah jenis dan individu dalam suatu habitat. Vegetasi
merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk keberlanjutan hidup kupukupu, faktor vegetasi terhadap kenekaragaman jenis kupu-kupu akan berkorelasi
positif dengan keanekaragaman jenis vegetasi dan jumlah jenisnya sebagai
tumbuhan pakan (Indriani 2010).
Sedikitnya tumbuhan bawah yang ada di HPGW bisa disebabkan oleh
tutupan tajuk yang rapat karena sifat tumbuhan bawah yang intoleran terhadap
naungan. Faktor lain yang bisa menyebabkan sedikitnya tumbuhan bawah adalah
zat alelopati. Alelopati merupakan zat pada tumbuhan yang bisa menghambat
tumbuhnya tumbuhan bawah. Zat ini terdapat pada tumbuhan yang masih hidup
atau sudah mati baik pada batang, akar dan daun Hasanah (2011).

Satwa Lain
Satwa lain yang ditemukan dibedakan menjadi 3 katagori yaitu, satwa
pesaing kupu-kupu, satwa pemangsa kupu-kupu, dan satwa yang diuntungkan
oleh keberadaan kupu-kupu. Kupu-kupu termasuk kedalam kelas insekta yang
berperan sebagai polinator terutama untuk tumbuhan berbunga dan tumbuhan
berbuah. Selain sebagai pollinator kupu-kupu bisa menjadi mangsa dan pesaing
bagi satwa lain terutama jenis burung-burungan yang pakannya serangga dan
madu.
Dari hasil penelitian ditemukan 2 jenis satwa yang menjadi pesaing kupukupu, 11 jenis satwa yang menjadi pemangsa kupu-kupu, dan 2 jenis satwa yang
diuntungkan dengan keberadaan kupu-kupu. Penelitian yang dilakukan oleh
Kaban (2013) menemukan 49 jenis burung, 3 jenis burung diantaranya menjadi
pesaing kupu-kupu, dan 10 jenis burung bisa menjadi pemangsa kupu-kupu. Data
jenis satwa selengkapnya disajikan pada Lampiran 2. Satwa lain yang
berpengaruh terhadap kupu-kupu pada setiap tipe habitat disajikan pada Tabel 6.

15

Tabel 6 Satwa lain yang berpengaruh terhadap kupu-kupu
Tipe habitat
Pemangsa
Pesaing
Di untungkan
Riparian
4
0
1
Tegakan Campuran
4
0
1
Ekoton
4
0
1
Tegakan Puspa
3
2
0
Tegakan Agathis
4
0
2
Tegakan Pinus
3
1
1

Kekayaan Jenis Kupu-kupu
Berdasarkan hasil pengamatan pada enam tipe habitat Hutan Pendidikan
Gunung Walat diperoleh 412 individu kupu-kupu dari 67 jenis kupu-kupu. Kupukupu yang ditemukan terdiri dari 5 famili yaitu Papilionidae yang berjumlah 5
jenis, pieridae berjumlah 7 jenis, Nymphalidae berjumlah 40 jenis, Lycaenidae
berjumlah 5 jenis, dan Hesperiidae berjumlah 10 jenis. Penyebaran jenis kupukupu pada enam tipe habitat yang berbeda di Hutan Pendidikan Gunung Walat
berdasarkan familinya tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7 Penyebaran jenis kupu-kupu tiap habitat
Family
A
B
C
D
Habitat/ Famili
Jumlah Jenis
Riparian
3
2
17
0
Tegakan Campuran
0
2
17
0
Ekoton
2
5
18
3
Tegakan Puspa
1
6
20
2
Tegakan Agathis
1
3
16
0
Tegakan Pinus
0
4
16
1


E
0
2
6
2
1
4

22
21
34
31
21
25

Keterangan : A;Papilionidae, B;Pieridae, C;Nyimphalidae, D;Lycaenidae, E Hesperiidae.

Pada enam tipe habitat tidak semuanya ditemukan jenis kupu-kupu dari 5
famili, hanya pada dua tipe habitat saja yaitu Ekoton dan Tegakan puspa.
Perbedaan jumlah jenis di temukannya kupu-kupu di karenakan daya dukung
lingkungan berupa cahaya matahari dan pakan. Amir et al (2003) mengemukaan
bahwa kupu-kupu memiliki ketergantungan dengan cahaya matahari dalam
melakukan aktifitasnya, habitat ekoton antara pinus dengan padang ilalang
memiliki tutupan tajuk yang relatif jarang. Selain itu pada bagian padang ilalang
vegetasi sangat terbuka lantai hutan hanya di tutupi ilalang dan terkadang
sebagian ilalang di buka untuk perkebunan masyarakat sekitar.

16

Kekayaan Jenis Margalef (Dmg)
Hasil perhitungan tingkat kekayaan jenis kupu-kupu pada masing-masing tipe
habitat disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Nilai kekayaan jenis kupu-kupu pada tiap tipe habitat
Kekayaan jenis merupakan tingkat ukuran paling sederhana dalam
menggambarkan keanekaragaman jenis. Kekayaan jenis diukur berdasarkan
jumlah jenis yang ditemukan dalam suatu komunitas. Gambar 9 menunjukan
bahwa habitat yang memiliki kekayaan jenis kupu-kupu tertinggi adalah tipe
habitat Ekoton (Tegakan pinus dengan padang ilalang) dengan kekayaan jenis
sebesar 7.56. Keanekaragam yang tinggi dipengaruhi oleh daya dukung
lingkungan. Salah satu tumbuhan yang dapat ditemukan pada ekoton adalah
harendong (Clidemia hitra) yang sedang berbunga.
Kekayaan jenis dalam tiap tipe habitat berbanding lurus dengan jumlah
jenis yang ditemukan pada setiap tipe habitat. Semakin tinggi nilai kekayaan jenis
pada suatu habitat maka semakin besar juga jumlah jenis dalam habitat itu. Faktor
tersebut akan mempengaruhi nilai keanekaragaman jenis pada tiap tipe habitat.
Keanekaragaman Jenis (H’)
Hasil perhitungan, tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu pada tiap tipe
habitat disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Nilai keanekaragaman jenis tiap tipe habitat
Tipe habitat yang memiliki nilai keanekaragaman tertinggi adalah Ekoton
sebesar 3.08. Berdasarkan indeks Shanon-winer nilai tersebut termasuk kedalam
kategori keanekaragaman tinggi yang berarti penyebaran jumlah individu tiap

17

spesies dan kestabilan komunitas tinggi. Kategori sama dimiliki juga oleh
Tegakan puspa dengan nilai keanekaragaman sebesar 3.03. Tegakan Agathis
merupakan tipe habitat yang memiliki nilai paling rendah sebesar 2.72. Tipe
habitat ini termasuk kedalam keanekaragaman sedang dengan penyebaran jumlah
individu tiap spesies dan kesetabilan komunitas sedang.
Diantara seluruh jenis yang ada, terdapat 30 jenis kupu-kupu yang hanya di
temukan pada salah satu tipe habitat tertentu saja seperti tersaji pada Tabel 8
Jumlah jenis yang hanya ditemukan pada masing-masing habitat meliputi 6 jenis
di habitat Riparian, Ekoton dan Tegakan Puspa, 7 jenis pada habitat Tegakan
Campuran, 2 jenis pada habitat Tegakan agathis, dan 3 jenis pada Tegakan Pinus.
Untuk lebih jelasnya tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah jenis dan famili kupu-kupu yang spesifik habitat tertentu
No
1
2
3
4
5
6

Tipe habitat
Riparian
Tegakan Campuran
Ekoton
Tegakan Puspa
Tegakan Agathis
Tegakan Pinus
Jumlah

Jumlah jenis
6
7
6
6
2
3
30

Famili
2
2
2
3
1
2
5 famili

Adanya perbedaan daya dukung habitat terhadap kehidupan kupu-kupu
menyebabkan beberapa jenis kupu-kupu tidak bisa di temukan pada habitat lain.
Alikodra (2002) mengemukakan bahwa ketersediaan makanan atau kemampuan
habitat dalam mendukung kehidupan mahluk hidup akan mempengaruhi jumlah
jenis dan individu dalam suatu habitat. Jenis-jenis kupu-kupu yang ditemukan
pada tiap tipe habitat bisa di lihat pada Lampiran 4.
Kemerataan Jenis (E’)
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kemerataan jenis (Evannes) pada tiap
tipe habitat tersaji pada Gambar 11.

Gambar 11 Nilai kemerataan jenis pada tiap habitat

18

Nilai kemerataan terendah yaitu sebesar 0.69 diperoleh pada tipe habitat
hutan riparian. Nilai ini menunjukan adanya dominansi jenis tertentu pada tipe
habitat tersebut, yaitu jenis Cinitia iapis dari famili Nymphalidae, jenis Cinitia
iapis juga ditemukan pada lima tipe habitat lainnya dengan jumlah individu paling
tinggi. Begitu juga dengan kegiatan lapang Eksplorasi Fauna Flora dan Ekowisata
Indonesia (RAFFLESIA) HIMAKOVA (2007) yang menemukan 27 jenis kupukupu, Jenis Cinitia iapis merupakan jenis paling dominan serta dapat ditemukan
pada kedua lokasi yang dijadikan tempat pengamatan, Indeks kemerataan jenis
merupakan indikator untuk mengetahui dominansi antar jenis dalam suatu
komunitas. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama maka
komunitas tersebut memiliki nilai Evennes maksimal, sebaliknya apabila nilai
evannes kecil, maka dalam suatu komunitas tersebut tedapat jenis yang dominan
dan jenis tidak dominan (Indriani 2010). Jenis kupu-kupu Cinitia iapis disajikan
pada Gambar 12.

Gambar 12 Kupu-kupu Cinitia iapis
Kesamaan Jenis Kupu-kupu
Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien kesamaan jenis kupu-kupu di
Hutan Pendidikan Gunung Walat tersaji pada Tabel 9.
Tabel 9 Koefisien kesamaan jenis kupu-kupu
A
B
C
D
Tipe habitat
0.23
0.22
0.33
Riparian (A)
0.28
0.33
Tegakan Campuran (B)
0.32
Ekoton (C)
Tegakan Puspa (D)
Tegakan Agathis (E)
Tegakan Pinus (F)

E
0.23
0.40
0.34
0.37

F
0.24
0,24
0.42
0.30
0.18

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa koefisien kesamaan jenis tertinggi
ditemukan pada tipe habitat tegakan pinus dengan ekoton dengan nilai kesamaan
jenisnya sebesar 0.42. Ditemukan pula 16 jenis kupu-kupu yang sama pada tipe
habitat keduanya. Nilai koefisien kesamaan jenis yang tinggi memperlihatkan

19

adanya kesamaan jenis antara kedua tipe habitat tersebut. Jenis yang paling
banyak ditemukan pada kedua tipe habitat ini adalah dari genus Ypthima, antara
lain Ypthima baldus horsfieldi, Ypthima iarba eupheites, Ypthima nigricans.
Habitat yang memiliki koefisien kesamaan paling rendah adalah antara
habitat pinus dan damar dengan nilai koefisien kesamaan sebesar 0,18. Terdapat 7
jenis kupu-kupu yang bisa ditemukan pada kedua tipe habitat tersebut yaitu
Eurema sari, Cinitia iapis, Melanitis leda (simessa), Mycalesis horsfieldi,
Mycalesis janardana, Ypthima baldus horsfieldi, dan Ypthima philomela.
Koefisien kesamaan jenis menunjukan seberapa besar kesamaan antar komunitas
jenis. Semakin besar nilai kesamaan jenis maka semakin besar pula kesamaan
habitatnya, sebaliknya rendahnya nilai koefisien kesamaan jenis ini menunjukan
rendahnya pula kesamaan habitat antara kedua tipe habitat tersebut.
Perbandingan Nilai Karakteristik Habitat pada masing-masing Tipe Habitat
Keenam tipe habitat memiliki karakteristik masing-masing yang berpengaruh
terhadap tingkat kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan jenis kupu-kupu.
Perbandingan nilai karakteristik habitat terhadap nilai keanekaragaman jenis,
kemerataan jenis, dan kekayaan jenis pada masing-masing tipe habitat disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbandingan nilai karakteristik habitat terhadap nilai keanekaragaman
jenis, kemerataan jenis, dan kekayaan jenis pada masing-masing tipe
habitat
∑ H
Tipe
E’
Dmg 0C
K
LAI Pakan Pakan Shelter
habitat
Larva Kupu
22
A
2.81 0.69 5.17 26.83 72.58 1.473
6
2
5
21 2.92 0.96 5.1
B
25.67 77.27 1.325
2
1
5
34 3.08 0.87 7.56 27.17 71.75 1.559
C
0
2
4
31
D
3.03 0.88 6.63 25.33 70.80 1.341
2
4
4
21 2.72 0.89 4.9
E
25.50 76.33 1.362
7
4
8
25
F
2.86 0.87 5.64 24.67 74.97 2.614
4
1
2
Keterangan: A; Riparian, B; Tegakan campuran, C; Ekoton, D; Tegakan puspa, E; Tegakan agathis,
F; Tegakan pinus, H; Keanekaragaman jenis, E’; Kemerataan jenis, Dmg; Kekayaan
jenis, 0C; Suhu, K;Kelembaban, LAI; Leaf area index.

Indeks keanekaragaman jenis tertinggi dan indeks kekayaan tertinggi
berada pada suhu rata-rata 27.170C dengan kelembaban 71.75% yaitu pada tipe
habitat Ekoton. Indeks keanekaragaman terendah adalah habitat tegakan agathis
dengan suhu rata-rata 25.50 0C dengan kelembaban 76.33%. Tipe habitat yang
memiliki indeks kekayaan tertinggi memiliki suhu rata-rata yang paling mendekati
suhu ideal kupu-kupu yaitu antara 28 0C – 35 0C (Guppy dan Shepard 2001)
dalam Azahra (2011). Secara keseluruhan rentang suhu yang dihasilkan antara
210C – 34 0C dan kelembaban antara 44%-95% masih dalam batas toleran untuk
mendukung kehidupan kupu-kupu (Gusnenti 2010).
Indeks keanekaragaman tertinggi dan terendah tidak berada pada nilai LAI
paling rendah atau sebaliknya. Hal itu menunjukan bahwa nilai LAI tidak
berpengaruh langsung terhadap keanekaragaman kupu-kupu. Penelitian yang
dilakukan Azahra (2012) dan Gunadarma (2013) terbukti bahwa LAI tidak
berpengaruh langsung terhadap keanekaragaman kupu-kupu.

20

Indeks kemerataan kupu-kupu tertinggi yaitu pada rata-rata suhu 25.670C
dengan kelembababn 77.27% dan nilai LAI sebesar 1.325 berada pada tipe habitat
Tegakan Campuran. Tipe habitat ini memiliki 2 jenis tumbuhan pakan larva, 1
jenis tumbuhan pakan kupu-kupu, dan 5 jenis tumbuhan sebagai shelter. Jenis
tumbuhan yang bisa ditemukan pada habitat ini adalah dari famili Poaceae dan
Moraceae. Tipe habitat ini memiliki jumlah shelter yang relative banyak
dibandingkan dengan tipe habitat lainnya. Shelter merupakan salah satu
komponen penting dalam mendukung keberlanjutan kupu-kupu (Grizimek, 1975)
dalam Indriyani (2010).
Jenis kupu-kupu Cinitia iapis merupakan jenis yang paling dominan dan
ditemukan pada semua lokasi penelitian. Keberadaan jenis Cinitia iapis didukung
oleh tanaman inangnya yaitu Melastoma candidium yang bisa ditemukan hampir
seluruh lokasi penelitian (Noerdjito 2011). HPGW memiliki beberapa tumbuhan
dari famili Poaceae sebagai tanaman inang kupu-kupu Ypthima Sp, lethe Sp,
Mycalesis Sp, dan Melanitis Sp. Tumbuhan dari famili Moraceae merupakan
tanaman inang dari jenis kupu-kupu Neptis Sp, Delias Sp, dan Euploea Sp.
Shelter dijadikan tempat berlindung kupu-kupu tetapi beberapa jenis
menghasilkan zat bau yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebagai perlindungan
sehingga pemangsa tidak mau mendekat.
Desain Penangkaran Kupu-kupu
Lokasi dan Luas Areal Penangkaran
Lokasi yang dijadikan penangkaran di sebelah timur kantor HPGW.
Pertimbangan pemilihan lokasi ini berdasarkan kemudahan aksesibilitas dan
ruang terbuka untuk pencahayaan yang mendukung kehidupan kupu-kupu. Lokasi
ini memiliki luas 1000 m2 dengan panjang 40 m dan lebar 25 m. Lebar lokasi
sendiri terbagi menjadi 2 bagian dengan perbedaan ketinggian 1,65 m.
Luasan 1000 m2 dialokasikan untuk kantor dan taman, kandang display, dan
kebun pakan (Gambar 13). Penangkaran berbentuk persegi panjang (Gambar 14)
dengan panjang 25 m dan lebar 15 m sehingga luas penangkaran kupu-kupu
sebesar 375 m2 (Gambar B).
10 m

Kebun pakan (Luas 250 m2)

15 m

Kandang display (Luas
375 m2)

15 m

Taman dan kantor (Luas
375 m2)

40 m

Kantor

25 m
Gambar 13 pembagian zonasi lahan

21

A
B
Gambar 14 lokasi penangkaran kupu-kupu, A; Rencana lokasi penangkaran kupukupu, B; Bentuk bangunan penangkaran kupu-kupu.
Bangunan penangkaran yang baik memiliki kurang lebih 70% ruang keluar
masuknya sinar matahari dan udara. Lokasi penangkaran memiliki suhu maksimal
mencapai 310C dengan kelembaban 65%. Lokasi penangkaran yang berada pada
daerah terbuka dengan tutup penangkaran dari kawat kasa dimungkinkan untuk
keluar masuknya udara dan sinar matahari secara maksimal. Kecukupan
masuknya sinar matahari dan udara bisa menjaga kestabilan suhu dan kelembaban
dalam ruangan, karena kelembaban yang berlebih akan berdampak pada kesehatan
satwa yang ditangkarkan (Gita 2011).
Konstruksi Bangunan Penangkaran dan Kantor
Bentuk penangkaran memperhatikan nilai estetik dan nilai ekologi serta
kekuatan atau daya tahan terhadap lingkungan. Alat dan bahan bangunan
penangkaran disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Alat dan bahan bangunan penangkaran
Bahan Ukuran
Jumlah Harga
Harga
Fungsi
(PxL) m
satuan
total
Pintu
Kaca
3x3
18
125000/m 2250000 Masuk
motif
dan keluar
Dinding Kaca
1x1
46
60000/m
2760000
kantor
biasa
(1cm)
Pondasi Batu
0.25 x 0.10 1500 500/buah 750000 Kekuatan

No Jenis
1
2

3
4
5

6

WF 150 Besi
x6
UNP 65 Besi
x6

6 x 0.15

22

6 x 0.65

24

CNP 65 Besi
x 6

6 x 0.65

13

131000/
batang
220000/
batang
350000/
batang

2882000 Tiang
utama
5280000 Penyangga
atas
tengah
4550000 Penyangga
atas
samping

22

Tabel 11 Alat dan bahan bangunan penangkaran (lanjutan)
No Jenis Bahan Ukuran
Jumlah Harga
Harga
Fungsi
(PxL) m
satuan
total
7
Plat
Besi
0.005x0.0025
46
38500/ 1771000 Penjepit
strip
x0.006
batang
kawat kasa
8
Kawat Besi
213
64000/ 13632000 Penutup
kasa
gulung
penangkara
n
9
Smen Smen
50 Kg
30
64000/ 1920000 Campuran
sak
beton
10 Pasir Pasir
Truck
2
450000/ 900000
Campuran
truck
beton
11 Atap
1 x 1.5
46
55000/ 2530000 Atap kantor
buah
dan lorong
Jumlah total biaya
39225000
Biaya pembuatan penangkaran membutuhkan dana total sebesar Rp
64.915.000 dari rincian kebutuhan dasar bahan bangunan sebesar Rp 39.225.000
ditambah dengan penyediaan dan pemeliharaan vegetasi sebesar Rp 10.000.000
dan biaya pengerjaan penangkaran sebesar Rp 15.690.000 ( 40% dari pembelian
besi). Khusus untuk bahan yang terbuat dari besi harganya bisa berubah-ubah
sesuai dengan harga besi pada saat pembelian. Harga pada Tabel 11 berdasarkan
harga besi sebesar Rp 9.850/Kg.
Bangunan kantor berbentuk persegi 8 menghadap utara dengan panjang
diameter 5 m, tinggi total bangunan 6 m, sisi dinding kantor terbuat dari batu bata
setinggi 4 m tapi 3 bagian sisi paling depan terbuat dari kaca termasuk pintunya
hal ini selain menambah estetik juga pencahayaan yang maksimal pada bagian
dalam kantor, manfaat kantor sebagai pusat pengelolaan penangkaran dan
penyimpanan spesimen kupu-kupu. Manfaat lain dari kantor ini adalah pusat
informasi mengenai wisata yang berbasis kupu-kupu.
Zahnd (2009) mengemukakan bahwa pembagian ruang dalam suatu
rancangan sangat penting, sehingga hasil dalam suatu rancangan memiliki fungsi
yang maksimal, begitu juga rancangan penangkaran kupu-kupu memiliki
pembagian ruang, salah satunya ruang adalah bangunan kantor yang berfungsi
sebagai pusat pengelolaan penangkaran yang lokasinya tidak jauh dari
penangkaran kupu-kupu. Bangunan ruang kantor ini berbagi dengan ruang yang di
jadikan sebagai ruang taman, sehingga bangunan kantor mesti memiliki eksterior
yang menarik dalam seni bangunan muali dari dasar sampai atapnya. Bentuk
penangakaran dan kantor disajikan pada Gambar 15.

23

Gambar 15 bentuk penangkaran dan kantor
Komponen Vegetasi dan kupu-kupu di Penangkaran
Penangkaran merupakan habitat buatan yang diperuntukan untuk satwa
sehingga diperlukan faktor-faktor yang mendukung kehidupan satwa tersebut.
Vegetasi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu tumbuhan yang berbunga dan
mengandung madu untuk pakan kupu-kupu, tumbuhan untuk ulat yang menjadi
tempat bertelurnya kupu-kupu, tumbuhan yang berfungsi sebagai shelter atau
berlindung di tengah teriknya matahari, serta tumbuhan yang berfungsi untuk
memperindah tampilan penangkaran. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi
kehidupan kupu-kupu adalah cahaya matahari dan sumber air.
Manfaat lain dari penangkaran adalah objek wisata, sehingga diperlukan
manajemen pengelolaan wisata yang berbasis kupu-kupu. Taman merupakan salah
satu komponen penting dalam penangkaran, karena Taman adalah penataan
bagian suatu objek yang memberikan kesan pertama sehingga diperlukan penataan
yang baik dan indah. Vegetasi untuk kupu-kupu terutama pakan ulat yang ditanam
terbagi menjadi 2 di dalam kandang display dan di kebun pakan. Kebun pakan
berada dibelakang penangkaran yang menjadi stok makanan khususnya pada saat
fase ulat. Jenis tumbuhan yang di tanam di dalam kandang display dan di kebun
pakan jenisnya sama tetapi jumlahnya berbeda.
Jenis pakan yang ditanam di penangkaran disesuaikan dengan jenis kupukupu yang akan di tangkarkan terutama pada fase larva yang selektif dalam
memilih makannya. Dalam kandang display maksimal terdapat 5 jenis kupu-kupu
yang berbeda. Jenis yang ditangkarkan diantaranya adalah Troides Helena,
Papil