Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI
PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN
WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI,
PAPUA BARAT

RAWATI PANJAITAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Komunitas Kupu-Kupu
Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung
Meja, Manokwari, Papua Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2011
Rawati Panjaitan
NRP G352090051

3

ABSTRACT
RAWATI PANJAITAN. Butterfly Community of Superfamily Papilionoidea
(Lepidoptera) at Gunung Meja Recreational Forest Area, Manokwari, Papua
Barat. Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE.
Gunung Meja, one of the forest areas in Manokwari, West Papua province,
has been designated as a recreational forest since 1980. Gunung Meja covers
460.25 ha and is located at 75 – 175 m asl. Gunung Meja is directly adjacent to
residential areas, so that the community activities, such as felling trees and
gardening are often conducted in the area. These can interfere with the existence
of flora and fauna inside, including butterflies. To know the impact of intrusive
human activities on the forest area, it is necessary to obtain basic information
about what flora and fauna are present there. This study aims to record the

butterfly community in the area. Observations of butterflies were done by scan
sampling on primary forest, secondary forest, gardens and settlements. Sampling
and measurement of environmental parameters were performed in the morning
and afternoon for seven weeks. This study recorded 113 species and 4.049
individuals of butterflies. There were 75 species in primary forest, 77 species in
secondary forest, and 63 species in gardens and settlements. The number of
species found was still increasing until the last day of the observation. ShannonWiener index (H’) calculation showed that diversity in primary and secondary
forests were 3.48 and 3.50, respectively, thus classified as high (H’ > 3). Sorensen
index calculation (CN) showed high value reaching 0.5 quantitatively. The
numbers of butterflies both species number and individual number, observed in
the morning were higher than those in the afternoon. There was significant effect
(P < 0.05) of temperature, RH, light intensity, and canopy coverage to the number
of individual butterflies. The result of PCA analysis showed that the
environmental parameters in primary forest, secondary forest, gardens and
settlements influenced the number of species and number of individuals.
Keywords: Butterflies, Gunung Meja, Manokwari, species, individual

4

RINGKASAN

RAWATI PANJAITAN. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea
(Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua
Barat. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE.
Kupu-kupu Papilionoidea merupakan anggota dari ordo Lepidoptera, yang
mempunyai keunikan dan ciri khas corak warna sayap yang indah. Salah satu
kelompok kupu-kupu yang bernilai ekonomi tinggi di Papua adalah kupu-kupu
sayap burung (Ornithoptera spp.) yang beberapa diantaranya berstatus endemik.
Papua mempunyai keragaman serangga yang tinggi, yaitu sekitar 300.000
spesies sudah diidentifikasi dan 960 spesies merupakan kelompok Lepidoptera.
Kupu-kupu Papilionoidea yang sudah didata di Papua New Guinea sebanyak 568
spesies, 60% diantaranya merupakan spesies endemik di Kepulauan Papua. Di
Papua khususnya, penelitian keanekaragaman spesies dan distribusi kupu-kupu
masih kurang. Gunung Meja merupakan salah satu hutan di Manokwari, Provinsi
Papua Barat yang belum terdata keragaman spesies kupu-kupunya.
Pengamatan kupu-kupu dilakukan dengan survei menggunakan metode
scan sampling. Scan sampling dilakukan di sepanjang jalur yang sudah ada di tiga
tipe habitat, yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman. Penelitian
diawali dengan mengukur titik koordinat dengan menggunakan GPS pada setiap
tipe habitat penelitian. Pada saat pengamatan kupu-kupu, dilakukan juga
pengukuran parameter lingkungan, yaitu suhu, kelembaban, intensitas cahaya,

kecepatan angin, tutupan kanopi, dan curah hujan setiap satu jam di setiap tipe
habitat yang diamati. Di sepanjang jalur pengamatan dilakukan penghitungan dan
identifikasi spesies kupu-kupu yang ditemukan. Kupu-kupu yang tidak dapat
diidentifikasi langsung pada saat pengamatan di lapangan, diambil sampelnya
dengan menggunakan jaring serangga dan pinset serangga, kemudian dimasukkan
dalam amplop spesimen untuk diidentifikasi di laboratorium. Pengamatan
keragaman kupu-kupu dilakukan sebanyak 11 kali ulangan pada setiap tipe habitat
dalam dua periode, yaitu pagi (pukul 08.00 – 12.00 WIT) dan siang hari (pukul
12.00 – 16.00 WIT).
Keragaman kupu-kupu dihitung dengan indeks keanekaragaman ShannonWiener dan nilai evenness. Kesamaan spesies kupu-kupu antar lokasi penelitian,
dianalisis dengan indeks kesamaan Sorensen kuantitatif (CN). Jumlah spesies dan
jumlah individu pada pagi dan siang hari ditampilkan dengan grafik batang
dengan error bar menggunakan program Sigmaplot 2001. Hubungan antara
parameter lingkungan dengan jumlah individu kupu-kupu ditampilkan dalam
bentuk scatter plot. Analisis PCA (Principle Component Analysis) digunakan
untuk mengetahui pengaruh parameter lingkungan terhadap keragaman spesies
dan jumlah individu kupu-kupu pada setiap tipe habitat, dengan program R 2.10.0.

5
Di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja, ditemukan 113 spesies

kupu-kupu dari 4.049 individu kupu-kupu dalam kurun waktu penelitian ini.
Kupu-kupu yang ditemukan termasuk dalam lima famili, yaitu Papilionidae (14
spesies), Pieridae (13 spesies), Riodinidae (1 spesies), Lycaenidae (29 spesies),
dan Nymphalidae (55 spesies). Keragaman spesies kupu-kupu tinggi di kawasan
Gunung Meja (H’ = 4.08). Di hutan primer, keragaman spesies (H’ = 3.50) lebih
tinggi dibandingkan dengan di kebun dan pemukiman (H’ = 2.83). Hal ini
disebabkan di Gunung Meja terdapat hutan heterogen, hutan homogen, dan ada
juga kebun dan pemukiman yang memungkinkan sebagai habitat untuk komunitas
kupu-kupu. Nilai evenness (E) data kupu-kupu di Gunung Meja tergolong tinggi
(E = 0.86). Di hutan primer dan hutan sekunder, nilai evennessnya, masingmasing E = 0.81, sedangkan di kebun dan pemukiman adalah E = 0.68.
Di kawasan Gunung Meja ditemukan lima famili dan 14 subfamili kupukupu. Subfamili yang paling banyak ditemukan dari famili Nymphalidae, yaitu 9
subfamili. Jumlah spesies paling tinggi dari subfamili Polyommatinae, yaitu 19
spesies. Kupu-kupu yang paling banyak ditemukan dari famili Nymphalidae. Hal
ini disebabkan jumlah anggota famili Nymphalidae lebih banyak dibandingkan
dengan famili lainnya. Jumlah spesies paling rendah, yaitu subfamili Apaturinae
(1 spesies dengan 1 individu) dan subfamili Riodininae (1 spesies dengan 2
individu).
Jumlah spesies kupu-kupu di hutan primer dan di hutan sekunder (75 dan
77 spesies) lebih tinggi, dibandingkan di kebun dan pemukiman (63 spesies).
Jumlah individu kupu-kupu paling banyak ditemukan di kebun dan pemukiman

(1931 individu). Hal ini karena kupu-kupu yang ditemukan adalah spesies yang
umum, yang mempunyai kelimpahan tinggi. Kupu-kupu yang paling banyak
ditemukan di kebun dan pemukiman adalah Junonia hedonia (264 individu),
Mycalesis terminus (231 individu), M. phidon (204 individu), Eurema hecabe
(157 individu), dan Catopsilia pomona (102 individu). Di hutan sekunder,
ditemukan 1119 individu dan di hutan primer ditemukan 999 individu. Di hutan
primer, akses masuk ke dalamnya sulit akibat rapatnya tumbuhan, sehingga
mengurangi jarak pandang pada saat pengamatan, dibandingkan di hutan
sekunder, kebun dan pemukiman. Spesies yang ditemukan di hutan primer (18/
16% spesies) kupu-kupu yang hanya ditemukan di hutan tersebut dan jarang
ditemukan di hutan sekunder atau di kebun dan pemukiman.
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesamaan Sorensen kuantitatif (CN),
kesamaan kupu-kupu antara hutan primer dengan hutan sekunder tinggi (CN =
0.50), antara hutan primer dengan kebun dan pemukiman rendah (CN = 0.22).
Jumlah spesies dan jumlah individu kupu-kupu penyusun komunitas di hutan
primer dengan hutan sekunder tergolong tinggi. Vegetasi dan kondisi lingkungan
antara hutan primer dan hutan sekunder tidak terlalu jauh berbeda, sehingga
memungkinkan spesies dapat hidup di kedua lokasi tersebut.
Di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman ditemukan
sebanyak 37 spesies yang sama. Kupu-kupu Ornithoptera priamus ditemukan di

ketiga tipe habitat. Tumbuhan inang larva O. priamus, yaitu Aristolochia tagala
(Aristochiaceae) ditemukan di ketiga tipe habitat. Spesies yang hanya ditemukan
di hutan primer sebanyak 18 spesies, di hutan sekunder sebanyak 10 spesies, dan
di kebun dan pemukiman sebanyak 11 spesies.

6
Kupu-kupu yang ditemukan pagi hari (pukul 08.00 – 12.00 WIT) lebih
banyak dibandingkan pada siang hari (pukul 12.00 – 16.00 WIT). Tingginya
jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan pada pagi hari, dipengaruhi
oleh ketersediaan pakan. Selain itu, kemungkinan disebabkan pada saat
pengamatan pada sore hari (mulai pukul 15.00 WIT) sering gerimis hingga hujan
deras, sehingga kupu-kupu menjadi kurang aktif.
Kondisi lingkungan pada saat pengamatan di hutan primer, hutan
sekunder, kebun dan pemukiman bervariasi. Suhu rata-rata pada hutan primer dan
hutan sekunder tidak menunjukkan perbedaan yang tinggi. Suhu rata-rata saat
penelitian berkisar antara 24 – 26oC. Kelembapan, suhu udara, intensitas cahaya,
dan tutupan kanopi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah
individu kupu-kupu (nilai r2 dan p berturut-turut: r2 = 0.18, p = 0.02; r2 = 0.51, p =
0.00004; r2 = 0.31, p = 0.04, dan r2 = 0.33, p = 0.0005 ). Kecepatan angin dan
curah hujan tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p = 0.78, dan p = 0.41)

terhadap komunitas kupu-kupu. Hasil analisis PCA menunjukkan jumlah individu
kupu-kupu dipengaruhi oleh kecepatan angin, intensitas cahaya, suhu dan curah
hujan di habitat kebun dan pemukiman. Sedangkan jumlah spesies dipengaruhi
oleh kelembaban dan tutupan kanopi di hutan sekunder.

Kata kunci: Keragaman, kupu-kupu, Gunung Meja, Manokwari, spesies, individu

7

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

8


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc.

9

KOMUNITAS KUPU-KUPU SUPERFAMILI
PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN
WISATA ALAM GUNUNG MEJA, MANOKWARI,
PAPUA BARAT

RAWATI PANJAITAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2011

10
Judul Tesis

Nama
NIM

: Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di
Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua
Barat
: Rawati Panjaitan
: G352090051

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Tri Atmowidi, M.Si
Ketua


Ketua Program Studi

Djunijanti Peggie, M.Sc, Ph.D
Anggota

Diketahui
Dekan Sekolah Pascasarjana

Biosains Hewan

Dr. Bambang Suryobroto

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 15 Juli 2011

Tanggal Lulus:

11
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2010 adalah kupu-kupu, dengan
judul Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di
Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi, M.Si dan
Ibu Djunijanti Peggie, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih
penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Purnama Hidayat, M.Sc sebagai penguji
luar komisi pada ujian tesis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Ibu Eronika Harianja beserta staf Stasiun Meteorologi Manokwari, serta
kepada saudara Arman, Harapan, Agus dan Harun dari mahasiswa UNIPA
Manokwari, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Dowansiba dan masyarakat Anggori yang
sudah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada Ibu, suami serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2011
Rawati Panjaitan

12

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lumban Baringin pada tanggal 7 Juni 1982 dari ayah
Selamat Panjaitan (alm) dan ibu Rusti Siagian. Penulis merupakan putri keenam
dari delapan bersaudara.
Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Jayapura dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk Universitas Cenderawasih Jayapura melalui jalur
Ujian Lokal Masuk UNCEN. Penulis memilih Jurusan Biologi, Fakultas MIPA
lulus pada Tahun 2004. Pada Tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan sekolah
Pascasarjana (S2) di Biosains Hewan IPB dengan sponsor BPPS.
Penulis bekerja sebagai staf dosen di Jurusan Biologi, Fakultas MIPA
Universitas Negeri Papua Manokwari sejak tahun 2005 hingga sekarang. Bidang
mata kuliah yang diasuh adalah Biologi Umum, Taksonomi Hewan, Ekologi
Hewan, Evolusi, dan Entomologi.

13

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL ................................................................................................. 14
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 14
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
Kontribusi Penelitian........................................................................................... 3
Bagan Alur Penelitian ........................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
Biologi Kupu-Kupu............................................................................................. 5
Klasifikasi Kupu-kupu ........................................................................................ 6
Penyebaran Kupu-kupu ....................................................................................... 8
Keragaman Kupu-kupu di Papua ........................................................................ 9
Deskripsi Hutan Primer, Hutan Sekunder, Kebun dan Pemukiman ................. 10
BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 11
Waktu dan Tempat ............................................................................................ 11
Alat dan Bahan .................................................................................................. 11
Metode .............................................................................................................. 12
Preservasi dan Identifikasi Spesimen Kupu-kupu............................................. 13
Analisis Data ..................................................................................................... 14
HASIL ................................................................................................................... 15
PEMBAHASAN ................................................................................................... 35
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 40
Simpulan ........................................................................................................... 40
Saran.................................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
LAMPIRAN ............................................................................................................ 1

14

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah famili, subfamili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, dan
evenness kupu-kupu di Gunung Meja ................................................................. 18
2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di Gunung Meja.................................. 19
3 Spesies kupu-kupu yang ditemukan di hutan primer, hutan sekunder, kebun
dan pemukiman di Gunung Meja ....................................................................... 20
4 Indeks Sorensen kuantitatif (CN) kupu-kupu di habitat hutan primer, hutan
sekunder, kebun dan pemukiman ....................................................................... 27
5 Rata-rata nilai parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder dengan
kebun dan pemukiman di Gunung Meja ............................................................ 30
6 Korelasi Pearson, nilai p, dan persamaan regresi antara jumlah individu
kupu-kupu dengan parameter lingkungan di Gunung Meja............................... 30
7 Tumbuhan pakan larva kupu-kupu yang ditemukan pada lokasi pengamatan
di Gunung Meja................................................................................................... 33

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan alur penelitian. ......................................................................................... 4 
2 Alat-alat yang digunakan pada penelitian kupu-kupu ...................................... 11 
3 Tipe habitat di kawasan Gunung Meja ............................................................. 17 
4 Kupu-kupu famili Papilionidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ........ 24 
5 Kupu-kupu famili Pieridae yang sering ditemukan di Gunung Meja ............... 25 
6 Kupu-kupu famili Lycaenidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ......... 25 
7 Kupu-kupu famili Nymphalidae yang sering ditemukan di Gunung Meja ...... 26 
8 Jumlah spesies kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan
pemukiman pada pengamatan pagi dan siang.................................................... 27 
9 Jumlah individu kupu-kupu di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan
pemukiman pada pengamatan pagi dan siang ................................................... 28 
10 Kurva akumulasi penambahan jumlah spesies kupu-kupu per hari di hutan
primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman. .............................................. 29 
11 Scatter plot antara jumlah individu dengan parameter lingkungan di
Gunung Meja .................................................................................................... 31 
12 Hasil analisis PCA antara jumlah individu dan jumlah spesies dengan
parameter lingkungan di hutan primer, hutan sekunder, kebun dan
pemukiman ...................................................................................................... 32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Papua merupakan salah satu kawasan di Indonesia yang mempunyai
keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi dengan tipe ekosistem yang
beragam serangga adalah salah satu kelompok fauna yang keragamannya tinggi.
Di Papua, jumlahnya mencapai 300.000 spesies, 960 spesies diantaranya adalah
Lepidoptera (Muller 2005).
Lepidoptera terdiri dari 45 superfamili dan satu di antaranya adalah
superfamili Papilionoidea yang mencakup kupu-kupu. Superfamili Papilionoidea
terdiri dari famili Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae, dan
Nymphalidae (Kristensen 2007).
Kupu-kupu Papilionoidea yang sudah dilaporkan di Papua sebanyak 507
spesies (Barano 2000 dalam Muller 2005). Penelitian keanekaragaman spesies dan
distribusi kupu-kupu di Papua, masih kurang. Penelitian yang sudah dilakukan
yaitu masih terbatas di sebelah utara Kepulauan Papua, yaitu Sarmi, Memberamo,
Biak, Jayapura, dan Habema (Mastrigt & Sibatani 1991). Di daerah kepala burung
Papua sebelah barat yaitu Pegunungan Arfak dilaporkan terdapat 113 spesies
(Panjaitan 2008), dan di Fakfak. Di kepulauan Moor dan Mambor juga telah
dilakukan survei (Panjaitan, belum dipublikasikan). Penelitian yang telah
dilakukan belum menjangkau semua wilayah yang ada di Papua, termasuk
Gunung Meja.
Gunung Meja merupakan salah satu hutan tropis di Manokwari, Propinsi
Papua Barat yang ditetapkan

sebagai hutan wisata melalui Surat Keputusan

Menteri Pertanian No.19/kpts/UM/I/1980 pada tanggal 12 Januari 1980 (Lekitoo
et al. 2008a). Luas kawasan Gunung Meja mencapai 460.25 ha dengan ketinggian
75 – 175 m dpl. Hutan Wisata Gunung Meja merupakan hutan dataran rendah
yang termasuk dalam formasi hutan hujan tropik basah yang mempunyai
keragaman biologi yang tinggi. Secara geografi, kawasan ini berada pada
koordinat 134º04’30’’ – 134º05’32” Bujur Timur dan 0º50’25” – 0º51’55”
Lintang Selatan. Hutan Wisata Gunung Meja

berbatasan langsung dengan

perumahan penduduk, kebun pertanian, jalan raya dan perkantoran (Balai Litbang

2
Kehutanan Papua dan Maluku dan Universitas Negeri Papua). Letaknya yang
strategis ini membuat peranannya sangat penting bagi masyarakat Manokwari.
Fungsi utama Gunung Meja adalah sebagai sumber air. Selain itu, kawasan hutan
ini juga berfungsi sebagai laboratorium hidup, tempat pendidikan dan pelatihan,
dan salah satu sumber plasma nuftah.
Letak Gunung Meja yang strategis juga mengakibatkan tekanan dan
ancaman terhadap flora dan fauna termasuk kupu-kupu semakin meningkat. Laju
pembangunan di Manokwari sebagai ibu kota Propinsi Papua Barat yang
didukung oleh program percepatan pembangunan Indonesia Timur dan pemberian
otonomi khusus (Undang-Undang No.21 Tahun 2001), secara langsung ataupun
tidak langsung berdampak juga pada pembukaan lahan, termasuk di kawasan
Gunung Meja. Perladangan berpindah oleh masyarakat lokal di Gunung meja,
juga mengakibatkan kerusakan hutan. Dengan demikian perlu dilakukan
penelitian terhadap komunitas flora dan fauna yang terdapat di kawasan ini. Salah
satunya adalah komunitas kupu-kupu dan keragaman kupu-kupu yang hingga saat
ini belum teridentifikasi seluruhnya. Sebagai areal hutan wisata, maka komunitas
flora dan fauna yang ada di kawasan Gunung Meja harus dijaga kelestariannya
dengan baik untuk memelihara keseimbangan dan keserasian ekosistem alami,
termasuk di dalamnya komunitas kupu-kupu.
Kupu-kupu mempunyai keindahan warna dan corak sayap yang bervariasi
sehingga banyak digemari oleh kolektor dan penggemar kupu-kupu, baik di dalam
maupun di luar negeri. Salah satu kelompok kupu-kupu yang bernilai ekonomi
tinggi adalah kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera spp.), yang beberapa di
antaranya merupakan kupu-kupu endemik di Papua. Budidaya kupu-kupu sayap
burung oleh masyarakat lokal Manokwari dilakukan dengan menanam jenis
tanaman yang menjadi makanannya. Budidaya kupu-kupu ini dapat membantu
perekonomian masyarakat setempat dan secara tidak langsung menjaga
keberlangsungan populasi kupu-kupu. Kupu-kupu juga mempunyai nilai estetika
yang dapat dijadikan sebagai objek wisata dan objek studi yang menarik untuk
dikunjungi oleh masyarakat umum dan pelajar di Papua serta sekaligus dapat
menambah penghasilan masyarakat lokal.

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komunitas dan keragaman
kupu-kupu berdasarkan tipe habitat di kawasan hutan wisata Gunung Meja,
Kabupaten Manokwari. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari
pengaruh parameter lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, curah ujan,
kecepatan angin, dan tutupan kanopi) terhadap keragaman kupu-kupu di Gunung
Meja.

Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan data atau informasi baru tentang
komunitas dan keragaman kupu-kupu di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja,
Kabupaten Manokwari. Penelitian ini akan menambah informasi baru tentang
penyebaran kupu-kupu di Papua, yang dapat digunakan untuk mendukung upaya
konservasi kupu-kupu di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja dan Papua pada
umumnya.

4
Bagan Alur Penelitian
Bagan alur penelitian komunitas kupu-kupu di Gunung Meja adalah
sebagai berikut (Gambar 1):
Faktor biotik:
 Tanaman
inang
 Tanaman
sumber
nektar
 Predator
 Musuh alami

Keragaman
kupu-kupu

Faktor lingkungan :
 Kanopi
 Kelembaban
 Suhu
 Ketinggian
 Musim

Karakter morfologi :
 Identifikasi spesies
berdasarkan karakter
morfologi sayap
Analisis data

Hasil

Rekomendasi :
 Pemerintah (Litbang
Kehutanan Papua dan
Maluku)
 Universitas terkait
 Masyarakat
Gambar 1 Bagan alur penelitian.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kupu-Kupu
Kupu-kupu termasuk dalam ordo Lepidoptera yang memiliki ciri bentuk
dewasanya mempunyai dua pasang sayap yang ditutupi dengan bulu-bulu atau
sisik. Bentuk tubuh kupu-kupu memanjang seperti tabung dengan simetri bilateral
yakni, tubuh bagian sebelah kiri dan kanan sama. Tubuh kupu-kupu terbagi atas
tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Pada bagian kepala dilengkapi
dengan antena, mulut, dan mata. Antena berjumlah satu pasang yang tergulung di
bawah kepala yang berfungsi sebagai alat penciuman. Bentuk antena panjang,
ramping, dan membongkol pada ujungnya. Tipe alat mulut kupu-kupu dewasa
adalah mengisap, yang dilengkapi dengan probosis. Probosis biasanya panjang
dan melingkar yang terbentuk dari dua galea maksila dan saluran makanan di
antara galea. Pada mulut juga terdapat labrum dan palpus labium. Mata majemuk
sepasang dan kadang-kadang ada oceli atau mata tunggal. Toraks terbagi tiga
bagian, yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada toraks terdapat tiga
pasang tungkai dan dua pasang sayap. Pada sisik sayap, terdapat corak warna
yang unik dan umumnya sayap belakang lebih kecil dari pada sayap depan.
Bagian abdomen terdapat sistem pencernaan, ekskretori, dan reproduksi
(Triplehorn & Johnson 2005).
Kupu-kupu mempunyai saluran pencernaan memanjang dari mulut
(probosis) hingga anus. Saluran pencernaan terdiri dari tiga bagian, yaitu usus
depan (stomodeum), usus tengah (mesenteron), dan usus belakang (proktodeum).
Usus depan berfungsi untuk mengatur jalannya makanan menuju usus tengah.
Usus tengah berfungsi untuk sekresi enzim-enzim pencernaan ke dalam lumen
penyerapan makanan ke dalam tubuh. Usus belakang berfungsi sebagai alat
pengeluaran feses (Triplehorn & Johnson 2005). Sistem ekskresi kupu-kupu
berupa tubulus Malphigi. Sistem peredaran darahnya adalah sistem peredaran
terbuka. Darah pada kupu-kupu disebut hemolimfe yang berwarna kekuningan
atau kehijauan. Pada sistem peredaran darah terbuka, darah dari jantung dipompa
ke aorta dan keluar ke hemosoel dan mengalir, menggenangi jaringan dan alat-alat
tubuh lainnya. Sistem pernafasan kupu-kupu menggunakan sistem trakea, yaitu

6
sistem pernafasan terbuka (open respiratory system). Sistem trakea adalah suatu
sistem saluran kutikula yang bermuara dari luar tubuh hingga ke spirakel, yang
terletak pada bagian lateral tubuh. Sistem reproduksinya bersifat gonokoristik,
yaitu alat kelamin pada individu jantan dan betina terpisah. Sistem saraf berupa
sistem saraf tangga tali yang terdiri dari ganglion-ganglion pada setiap ruas tubuh.
Kupu-kupu merupakan salah satu hewan berdarah dingin atau poikilotermik, yaitu
suhu tubuh dipengaruhi lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh kupu-kupu yang
optimal pada saat terbang adalah berkisar antara 20 – 30oC (Triplehorn & Johnson
2005).
Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna, yang dimulai dari telur –
larva (ulat) – pupa (kepompong) – imago (dewasa). Larva terdiri dari kepala dan
13 segmen tubuh (3 segmen toraks dan 10 segmen abdomen). Kupu-kupu yang
keluar dari kepompong siap untuk kawin dan bertelur. Pada umumnya kupu-kupu
mempunyai siklus hidup 29-51 hari, bergantung pada spesies (Jumar 1997).

Klasifikasi Kupu-kupu
Kupu-kupu termasuk dalam Ordo Lepidoptera. Lepidoptera berasal dari
kata lepido = sisik, dan ptera = sayap (Triplehorn & Johnson 2005). Lepidoptera
terdiri dari 45 superfamili dan salah satunya adalah superfamili Papilionoidea,
yang mencakup kupu-kupu (Kristensen 2007). Superfamili Papilionoidea terdiri
dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan
Nymphalidae. Famili Papilionidae terdiri dari dua subfamili, yaitu Papilioninae
dan Parnassiinae. Parnassiinae hanya terdapat di Eropa. Famili Pieridae terdiri
dari

empat

subfamili

yaitu,

Pierinae,

Anthocharinae,

Coliadinae,

dan

Dismorphinae. Famili Riodinidae terdiri dari satu subfamili, yaitu Riodininae.
Famili Lycaenidae terdiri dari delapan subfamili, yaitu Curetinae, Lycaeninae,
Theclinae, Poritiinae, Curetinae, Miletinae, Aphnaeinae, dan Polyommatinae.
Famili Nymphalidae terdiri dari 12 subfamili, yaitu Limentitidinae, Heliconiinae,
Apaturinae, Biblidinae, Cyrestinae, Nymphalinae, Pseudergolinae, Charaxinae,
Satyrinae, Calinaginae, Danainae, dan Libytheinae (Brower 2008).

7

Ciri-ciri khas famili kupu-kupu dari Superfamili Papilionoidea adalah
sebagai berikut :
Famili Papilionidae. Famili ini memiliki sayap belakang dengan perpanjangan
seperti ekor burung walet, sehingga sering disebut “swallowtails”. Tubuh
umumnya berukuran besar, panjang sayap dapat mencapai 255 mm, berwarna
gelap, putih atau abu-abu dengan bagia-bagian tertentu berwarna gelap. Ujung
antena berbongkol tetapi tidak melekuk, pangkalnya berdekatan. Genus
Ornithoptera memiliki corak warna hijau, kuning dan hitam. Larvanya gemuk,
bertubuh halus, memiliki bintik-bintik mata pada ujung anterior, dan toraks
melebar (Triplehorn & Johnson 2005).
Famili Pieridae. Famili ini dengan sayap biasanya berwarna orange, putih,
kuning, dan terkadang terdapat bercak hitam atau garis hitam pada tepi sayap.
Sayap belakang agak bulat dan tidak memiliki ekor, umumnya sayap depan
berukuran 22 – 35 mm, kecuali pada Delias aruna yang memiliki panjang sayap
depan sekitar 44 mm. Larva umumnya berwarna hijau dan berbentuk silindris
(Mastrigt & Rosariyanto 2005).
Famili Riodinidae. Famili ini dengan corak warna sayap coklat kemerahan, dan
terkadang berwarna gelap. Ukuran bentangan sayap sekitar 25 – 30

mm.

Umumnya kupu-kupu ini hidup di daerah tropik bagian selatan Amerika
(Triplehorn & Johnson 2005).
Famili Lycaenidae. Ukuran tubuh kecil dengan warna sayap yang beragam.
Corak warna sayap abu-abu gelap atau kecoklatan dengan garis halus pada
permukaan bawah sayap dan juga terkadang bintik-bintik kemerahan pada bagian
posterior sayap, merupakan ciri khas dari subfamili Theclinae. Sayap berwarna
tembaga, corak warna umumnya putih dengan titik hitam pada tengah sayap
adalah ciri dari subfamili Curetinae. Corak warna sayap atas biru dan terkadang
dibatasi dengan warna hitam adalah ciri dari subfamili Lycaeninae. Subfamili
Polyommatinae memiliki ciri khas dengan corak warna sayap atas biru dan
terkadang terdapat perpanjangan seperti ekor pada sayap belakang. Sayap
belakang dengan vena humeral yang menunjang ke depan atau membengkok.

8

Sayap terkadang terdapat bintik mata (eye spot) yang besar melebar (Triplehorn &
Johnson 2005).
Famili Nymphalidae. Kupu-kupu dari famili ini sering disebut dengan kupukupu bertungkai sikat, karena tungkainya memiliki bulu seperti sikat. Famili ini
memiliki jumlah spesies yang cukup besar dibandingkan dengan anggota famili
lainnya. Posisi tubuh pada saat hinggap, tungkainya melipat ke badan dan hanya
menggunakan empat dari enam tungkainya. Warna dasar sayap umumnya coklat,
orange dan hitam yang disertai dengan bintik-bintik pada pinggiran sayap, pada
sayap bawah terkadang berwarna biru. Corak warna sayap hitam dengan garis
kuning, dan juga berwarna coklat dan orange merupakan ciri subfamili
Heliconiinae. Subfamili Limenitidinae memiliki garis hitam yang sempit pada
sayap belakang dan terdapat sederet bintik-bintik putih pada tepi sayap. Subfamili
Nymphalinae terkadang terlihat seperti daun mati dengan warna coklat hingga
kehitaman, bagian tepi sayap terlihat berlekuk. Subfamili Danainae dicirikan
dengan corak warna sayap transparan sampai kuning, abu-abu dan coklat dengan
venasi sayap hitam. Pada beberapa jenis ada yang berwarna coklat hingga hitam
dengan bercak putih. Ukuran sayap depan famili Nymphalidae bervariasi dari
ukuran 25 – 80 mm (Mastrigt & Rosariyanto 2005; Triplehorn & Johnson 2005).

Penyebaran Kupu-kupu
Kupu-kupu memiliki penyebaran yang sangat luas. Penyebarannya
tergantung pada iklim dan kondisi fisik yang mempengaruhi distribusi dan
perkembangan tumbuhan. Kupu-kupu dapat hidup pada berbagai kondisi
lingkungan, tetapi pada umumnya, sebagian besar kupu-kupu hidup pada daerah
hutan hujan tropis (D’Abrera 1990). Cranston & Nauman (1994) membagi
penyebaran serangga menjadi enam region yaitu, (i) Australian Region: Kep.
Maluku, New Guinea, Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik; (ii)
Oriental Region: Asia Selatan (Nepal, Tibet, India, Burma, Srilanka), Cina
Selatan, Jepang, Korea, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia; (iii) Holarctic
Region: Eropa, Sahara di Afrika, Asia Tengah dan Utara dan Asia Kecil; (iv)

9
Afrotropikal Region: Ethiopia, Afrika Selatan, Madagaskar; (v) Neotropical
Region: Meksiko, Amerika Tengah, Kepulauan Hindia Barat dan Amerika
Selatan; (vi) Neartik Region: Amerika Utara dari Greenland hingga ke dataran
tinggi Meksiko.
Penyebaran kupu-kupu di suatu kawasan dipengaruhi oleh keadaan
geografis, kemampuan spesies untuk menyebar dan preferensi habitat yang
berbeda. Umumnya, kupu-kupu lebih menyukai daerah yang terbuka atau tipe
habitat dengan tutupan kanopi yang tidak rapat. Kupu-kupu membutuhkan cahaya
matahari untuk membantu pergerakan sayap.
Perpindahan (migrasi) populasi kupu-kupu dari suatu tempat ke tempat
yang lain dapat disebabkan oleh faktor iklim yang kurang sesuai di habitat lama
atau jumlah makanan yang berkurang pada musim tertentu. Perpindahan ini tidak
selalu berhasil dalam sekali perjalanan. Beberapa spesies dapat berkembang biak
selama dalam perjalanan (Whalley 1992).

Keragaman Kupu-kupu di Papua
Keragaman kupu-kupu di Papua tergolong tinggi, akan tetapi masih
banyak daerah yang belum didata keragaman spesies kupu-kupunya. Kupu-kupu
superfamili Papilionoidea yang sudah ditemukan di Papua, terdapat 507 spesies
(Barano 2000 dalam Muller 2005) yang terdiri dari famili Papilionidae (27
spesies), Pieridae (110 spesies), Lycaenidae termasuk Riodinidae (250 spesies),
dan famili Nymphalidae (120 spesies). Di sebelah utara Kepulauan Papua yaitu
Sarmi, dilaporkan 94 spesies, Memberamo (130 spesies), Supiori (96 spesies),
Jayapura (154 spesies), dan Habema (54 spesies) (Mastrigt & Sibatani 1991). Di
daerah Kepala Burung Papua sebelah barat, yaitu Pegunungan Arfak, dilaporkan
113 spesies (Panjaitan 2008). Di daerah Fakfak dilaporkan 94 spesies (Panjaitan
2005, belum dipublikasikan), di kepulauan Moor dan Mambor dilaporkan 111
spesies (Panjaitan 2003, belum dipublikasikan), dan di Merauke dilaporkan 70
spesies (Panjaitan 2009, belum dipublikasikan).

10

Deskripsi Hutan Primer, Hutan Sekunder, Kebun dan Pemukiman
Hutan primer adalah hutan yang masih alami dan belum ada gangguan
atau aktivitas manusia di dalamnya. Hutan primer dicirikan dengan adanya
tegakan pohon-pohon besar yang sudah memiliki umur yang tua, dan lapisan tajuk
atau tutupan kanopi pohon yang rapat. Hutan primer merupakan habitat bagi
spesies tumbuhan dan hewan yang endemik, langka, dan rentan terancam punah,
yang menjadikan hutan primer penting secara ekologi. Hutan primer terancam
kelestariannya oleh sebab kerusakan habitat yang diakibatkan pembalakan atau
pembukaan hutan. Kerusakan habitat hutan primer mengakibatkan penurunan
tingkat keanekaragaman hayati, yang mempengaruhi spesies-spesies asli yang
kehidupannya bergantung pada lingkungan yang disediakan oleh hutan primer
(Smith et al. 1997).
Hutan sekunder merupakan hutan yang sebelumnya sudah ada gangguan
atau aktivitas manusia di dalamnya dan sedang mengalami regenerasi atau
pemulihan akibat kerusakan ekologis. Hutan sekunder terbentuk setelah adanya
perladangan berpindah dan penebangan pohon. Ciri-ciri dari hutan sekunder, yaitu
terjadinya interupsi dari tutupan pohon yang berkelanjutan, terdapat formasi
vegetasi padang rumput, tanaman bekas pertanian, dan terdapat lahan kosong.
Hutan sekunder umumnya dapat pulih kembali menjadi hutan primer apabila tidak
terjadi lagi gangguan, namun hal ini memerlukan waktu yang lama (Irwanto
2006).
Kebun dan pemukiman merupakan lahan yang dikelola oleh perorangan
atau kelompok masyarakat sebagai tempat tinggal dan kebun campuran. Kebun
campuran terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang
menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di
sekitar rumah. Tumbuhan yang umumnya ditemukan termasuk pohon-pohon,
tanaman merambat, sayuran dan herba sepanjang tahun. Di kebun dan pemukiman
terdapat variasi yang besar dalam jenis tanaman dan intensitas penanaman yang
ditentukan oleh jenis tanah, musim, kebutuhan, dan kebiasaan penduduk (Arsyad
2006).

11

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Wisata Gunung Meja,
Kabupaten Manokwari, Papua Barat
sampai

(Lampiran 1) pada

bulan Maret 2010

Januari 2011. Identifikasi dan preservasi spesimen dilakukan di

Laboratorium Terpadu dan di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan,
Departemen Biologi FMIPA IPB Bogor.

Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jaring serangga,
pinset,

kertas

papilot,

altimeter,

GPS

(Global

Position

System),

thermohygrometer, luxmeter, anemometer, jarum suntik, jarum pentul, jarum
serangga, kotak spesimen, amplop spesimen, papan perentang, oven, kamera, alat
tulis, buku identifikasi kupu-kupu (Gambar 2). Bahan yang digunakan adalah
etanol 70 % dan kapur barus.

b

a

d

e

c

f

Gambar 2 Alat-alat yang digunakan pada penelitian kupu-kupu: jaring serangga
(a), amplop spesimen (b), thermohygrometer (c), anemometer (d),
luxmeter (e), kotak spesimen (f).

12

Metode
Koleksi dan pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan dengan survei
langsung dan menggunakan metode scan sampling (Martin & Bateson 1993).
Metode scan sampling, yaitu mendata langsung spesies di sepanjang jalur yang
sudah ada pada tiga habitat, yaitu hutan primer, hutan sekunder, kebun dan
pemukiman. Penelitian diawali dengan mengukur titik koordinat dengan
menggunakan GPS untuk menentukan koordinat lokasi penelitian pada setiap tipe
habitat. Setelah itu, ditentukan jalur pengamatan pada setiap tipe habitat, dengan
mengikuti jalan setapak yang sudah ada. Pengamatan kupu-kupu dilakukan
dengan berhenti sekitar 5 menit pada titik pengamatan sambil menghitung jumlah
individu dan spesies kupu-kupu yang terlihat pada titik-titik pengamatan
(mengamati 10 m ke arah kiri dan ke kanan atau disesuaikan dengan jarak
pandang sesuai keadaan lokasi pengamatan). Kemudian berjalan lagi sekitar 10 m
dan melakukan pengamatan yang sama, dan diulangi lagi hingga batas jalur yang
sudah ditentukan.
Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi langsung pada saat
pengamatan, diambil sampelnya dengan menggunakan jaring serangga dan
dimasukkan ke dalam amplop spesimen dengan menggunakan pinset setelah
dimatikan dengan memencet toraks kupu-kupu. Kupu-kupu yang berukuran besar
(genus Ornithoptera) disuntik dengan etanol 70% pada bagian abdomennya untuk
mencegah pembusukan. Sampel digunakan untuk identifikasi lebih lanjut. Pada
saat pengamatan kupu-kupu, dilakukan juga pengukuran parameter lingkungan,
yang diukur setiap 1 jam sekali di setiap tipe habitat. Selain itu, dilakukan juga
identifikasi beberapa tumbuhan yang menjadi pakan larva kupu-kupu.

13

Pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan sebanyak 11 hari di setiap
tipe habitat, dalam dua periode, yaitu pagi dan siang hari. Periode pagi dilakukan
pada pukul 08.00 – 12.00 WIT dan siang dilakukan pada pukul 12.00 – 16.00
WIT. Pengamatan di hutan primer dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal
14, 16, 17, 22, 27, 29, 30, dan bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 5, 7, 14, 17.
Pengamatan di hutan sekunder dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal 15,
19, 21, 24, 28 dan bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 3, 4, 6, 11, 13, 16.
Pengamatan di kebun-pemukiman dilakukan pada bulan Juli 2010, yaitu tanggal
13, 20, 23, 26, 31, dan pada bulan Agustus 2010, yaitu tanggal 2, 9, 10, 12, 15, 18.

Preservasi dan Identifikasi Spesimen Kupu-kupu
Preservasi kupu-kupu dilakukan di Bagian Biosistematik dan Ekologi
Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB. Spesimen yang sudah dikoleksi dari
lapangan dikeluarkan dari amplop, kemudian ditusuk pada bagian torak dengan
menggunakan jarum pentul dengan posisi kupu-kupu tegak lurus dengan jarum.
Jarum ditusuk kembali ke celah papan perentang dengan posisi sayap sejajar
dengan kiri dan kanan papan perentang kemudian sayap, kepala, dan abdomen
ditata sejajar dengan papan perentang dibantu dengan kertas papilot dan jarum
pentul. Spesimen dan papan perentang dimasukkan ke dalam oven pada suhu
370C sampai spesimen kering sekitar satu minggu. Kemudian spesimen
dikeluarkan dan dibuka dari papan perentang dan dimasukkan ke dalam kotak
spesimen atau lemari penyimpanan spesimen. Spesimen kupu-kupu hasil
penelitian disimpan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen
Biologi, FMIPA IPB Bogor dan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi,
FMIPA UNIPA Manokwari. Jumlah total kupu-kupu yang tertangkap sebanyak
216 individu.
Identifikasi spesimen kupu-kupu dilakukan berdasarkan Parsons (1999),
D’Abrera (1990), Mastrigt & Rosariyanto

(2005), dan Brower (2008).

Identifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu berdasarkan Lekitoo et al. 2008a dan
Lekitoo et al. 2008b.

14

Analisis Data
Kupu-kupu yang sudah diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan tipe
habitat dan dihitung keragamannya. Keragaman kupu-kupu dikaitkan dengan
faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Keragaman kupu-kupu dihitung
dengan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan nilai evenness (Krebs 1988).
Kesamaan spesies kupu-kupu antara dua habitat yang berbeda dihitung dengan
indeks Sorensen kuantitatif (Magurran 1988).

Rumus yang digunakan yaitu:
H’ = - ∑ Pi ln Pi; Pi = ni/N
E

H'
, Hmax = Ln S
H max 

CN 

2 jN

aN  bN 

Keterangan: H’ : Indeks Shannon - Wiener
ni : Jumlah individu untuk spesies yang diamati
N : Jumlah total individu
E : Nilai Evenness
S : Jumlah spesies pada habitat
CN : Indeks Sorensen kuantitatif
jN : Jumlah individu terendah pada habitat A dan B
aN : Jumlah individu pada habitat A
bN : Jumlah individu pada habitat B
Analisis

PCA

(Principle

Component

Analysis)

digunakan

untuk

menggambarkan kaitan antara keragaman kupu-kupu dengan faktor lingkungan
(suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kecepatan angin, tutupan kanopi dan curah
hujan) dengan menggunakan program R (Everitt & Hothorn 2006). Data individu
kupu-kupu dan parameter lingkungan juga ditampilkan dalam bentuk scatter plot.
Data jumlah spesies dan individu kupu-kupu yang ditampilkan dengan grafik
batang dengan error bar menggunakan program Sigmaplot 2001.

15

HASIL
Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja, pada

tiga tipe habitat yaitu, hutan primer, hutan sekunder, kebun dan pemukiman
(Gambar 3). Deskripsi lokasi penelitian adalah sebagai berikut :
Hutan Primer (Gambar 3a). Secara geografis hutan ini berada pada koordinat

134º05’11” sampai 134º05’58” Bujur Timur dan 0º51’22” sampai 0º51’51”
Lintang Selatan, dengan luas kawasan sekitar 100 ha dan ketinggian 177 m dpl.
Suhu udara di hutan primer selama penelitian, berkisar antara 24 – 25oC
(pengukuran dilakukan di bawah tegakan dengan kondisi musim kemarau) dengan
tutupan kanopi 90 – 100%. Kelembaban udara berkisar antara 88 – 98%,
kecepatan angin berkisar antara 0.1 – 0.35 knot. Tumbuhan yang dominan di
lokasi ini, adalah Cerbera floribunda, Lepiniopsis ternatensis (Apocynaceae),
Aristolochia tagala (Aristochiaceae), Areca macrocalyx (Arecaceae), Cynanchum
ovalifolium, Heterostemma papuana (Asclepiadaceae), Terminalia catappa
(Combretaceae),

Flacourtia

zippelii

(Flacourtiaceae),

Gnetum

gnemon

(Gnetaceae), Bambusa vulgaris, Grammatophyllum speciosum, G. papuanum,
Imperata sp. (Gramineae), Litsea irianensis (Lauraceae), Sida rhombifolia
(Malvaceae), Ficus benyamina, Ficus sp. (Moraceae), Syzygium sp. (Myrtaceae),
Pandanus conoideus (Pandanaceae), Mucuna novoguinensis (Papilionaceae),
Piper aduncum (Piperaceae), Pometia pinnata (Sapindaceae), Elatostema sp.
(Urticaceae), dan Amomum aculeatum (Zingiberaceae).
Hutan sekunder (Gambar 3b). Secara geografis hutan ini berada pada

koordinat 134º04’17” sampai 134º05’57” Bujur Timur dan 0º50’47” sampai
0º51’53” Lintang Selatan dengan luas kawasan sekitar 360 ha dan ketinggian 16 –
177 m dpl. Suhu udara di hutan sekunder selama penelitian berkisar antara 22 –
26oC (pengukuran dilakukan di bawah tegakan dengan kondisi musim kemarau)
dengan tutupan kanopi 30 – 85%. Kelembaban udara berkisar antara 83 – 90%,
kecepatan angin berkisar antara 0.1 – 0.93 knot. Tumbuhan yang dominan di
lokasi ini, adalah Annona muricata (Annonaceae), Aristolochia tagala
(Aristochiaceae), Areca macrocalyx (Arecaceae), Cynanchum ovalifolium,

16
Heterostemma papuana (Asclepiadaceae), Ananas comosus (Bromeliaceae),
Adiantum cuneatum (Ceratopteridaceae), Terminalia catappa (Combretaceae),
Spathiostemon javansis (Euphorbiaceae), Flacourtia zippelii (Flacourtiaceae),
Medusantera laxiflora (Icacinaceae), Cassia alata, Desmodium laxum, Intsia
bijuga, Leucaena leucocephala, Pueraria sp, (Fabaceae), Bambusa vulgaris,
Grammatophyllum scriptum, Imperata sp. (Gramineae), Litsea irianensis
(Lauraceae), Sida rhombifolia (Malvaceae), Artocarpus altilis, Ficus benyamina,
Ficus sp. (Moraceae), Musa paradisiaca (Musaceae), Pandanus conoideus
(Pandanaceae), Passiflora foetida (Passifloraceae), Piper aduncum (Piperaceae),
Asplenium nidus, Neprolepis bisserate (Polypodiaceae), Citrus spp., Euodia
elleryana (Rutaceae), Pometia pinnata (Sapindaceae), Palaquium amboinensis
(Sapotaceae), Elatostema sp. (Urticaceae), dan Lantana camara (Verbenaceae).
Kebun dan Pemukiman (Gambar 3c). Secara geografis berada pada

koordinat

134º04’10” sampai 134º05’38” Bujur Timur dan 0º50’08” sampai

0º51’11” Lintang Selatan dengan luas kawasan sekitar 360 ha dan ketinggian 16 –
90 m dpl. Suhu udara di kebun dan pemkiman selama penelitian, berkisar antara
23 – 32oC (pengukuran dilakukan dibawah tegakan dengan kondisi musim
kemarau) dengan tutupan kanopi 0 – 68%. Kelembaban udara berkisar antara 55
– 80%, kecepatan angin berkisar antara 0.2 – 51.49 knot. Tumbuhan yang
dominan di lokasi ini, adalah Ixora sp. (Acanthaceae), Mangifera indica
(Anacardiaceae),

Annona

muricata

(Annonaceae),

Colocasia

esculentum

(Araceae), Aristolochia tagala (Aristochiaceae), Cynanchum ovalifolium,
Heterostemma papuana (Asclepiadaceae), Durio zibethinus (Bombaceae), Ananas
comosus (Bromeliaceae), Carica papaya (Caricaceae), Ipomoea batatas
(Convolvulaceae), Aleurites moluccana, Manihot uttilisima (Euphorbiaceae),
Cassia alata, C. spectabilis, Desmodium laxum, Pueraria sp. (Fabaceae),
Flacourtia zippelii (Flacourtiaceae), Zea mays, Imperata sp. (Gramineae), Litsea
irianensis (Lauraceae), Hibiscus rosa-sinensis, Sida rhombifolia (Malvaceae),
Lansium demesticum (Meliaceae), Artocarpus altilis, Artocarpus heterophyllus
(Moraceae), Musa paradisiaca (Musaceae), Syzygium aromaticum, Syzygium
polyanthum (Myrtaceae), Myristica sp. (Myristicaceae), Dendrobium sp.

17
(Orchidaceae), Metroxylon sagu (Palmae), Piper aduncum (Piperaceae),
Asplenium nidus, Neprolepis bisserate, (Polypodiaceae), Rubus moluccanus
(Rosaceae), Morinda citrifolia (Rubiaceae), Citrus spp., Euodia elleryana
(Rutaceae), Nephelium lappaceum, Pometia sp. (Sapindaceae), Capsicum
frutencens (Solanaceae), dan Lantana camara (Verbenaceae).

b

a

c
Gambar 3 Tipe habitat di kawasan Gunung Meja: hutan primer (a), hutan sekunder
(b), kebun dan pemukiman (c).

Kupu-kupu di kawasan hutan wisata alam Gunung Meja ditemukan 113
spesies dari 4049 individu kupu-kupu, yang termasuk dalam lima famili, yaitu
Papilionidae (14 spesies), Pieridae (13 spesies), Riodinidae (1 spesies),
Lycaenidae (29 spesies), dan Nymphalidae (55 spesies).

Keragaman spesies

kupu-kupu tinggi di hutan primer (H’ = 3.50) dan hutan sekunder (H’ = 3.48),
sedangkan di kebun dan pemukiman tergolong sedang (H’ = 2.83). Nilai evenness

18
kupu-kupu tinggi di hutan primer dan hutan sekunder (E = 0.81) sedangkan pada
kebun dan pemukiman lebih rendah (E = 0.68) (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah famili, subfamili, genus, spesies, individu, indeks keragaman, dan
evenness kupu-kupu di Gunung Meja
Tipe Habitat
Takson/
Kebun &
Keragaman
Hutan Primer Hutan Sekunder
Total
Pemukiman
5
4
4
5
∑ Famili
∑ Subfamili
12
10
10
14
45
47
34
60
∑ Genus
∑ Spesies
75
77
63
113
999
1119
1931
4049
∑ Individu
Nilai H'
3.48
3.5
2.83
4.08
Nilai E
0.81
0.81
0.68
0.86
Keterangan: H'=Index Shanon Wiener, E= Nilai evenness

Di kawasan Gunung Meja ditemukan 14 subfamili dari lima famili kupukupu. Papilionidae ditemukan satu subfamili yaitu subfamili Papilioninae yang
terdiri dari 14 spesies. Pieridae yang ditemukan dua subfamili, yaitu subfamili
Coliadinae enam spesies dan Pierinae tujuh spesies. Subfamili Riodininae dari
famili Riod