Kinerja Antikorosi Mangan Bis(Disetilditiofosfat) Dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik.

i

KINERJA ANTIKOROSI
MANGAN BIS(DISETILDITIOFOSFAT) DENGAN TEKNIK
POLARISASI POTENSIODINAMIK

CHAIRULY NUR LINDASARI

DEPARTEMEM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kinerja
Antikorosi Mangan Bis(disetilditiofosfat) dengan Teknik Polarisasi
Potensiodinamik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Chairuly Nur Lindasari
NIM G44110009

v

ABSTRAK
CHAIRULY
NUR
LINDASARI.
Kinerja
Antikorosi
Mangan
Bis(disetilditiofosfat) dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik. Dibimbing oleh

KOMAR SUTRIAH dan MOHAMMAD KHOTIB.
Mangan bis(dialkilditiofosfat) (MDTP) merupakan senyawa yang berfungsi
sebagai antikorosi, antioksidan, dan antibakteri. Fungsi yang dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai antikorosi yang diukur dengan teknik polarisasi
potensiodinamik. MDTP16 dapat disintesis dari setil alkohol, P2S5, dan MnSO4.
Rendemen Mangan bis(disetilditiofosfat) atau MDTP16 sebesar 54% (segiempat
planar). Efektivitas inhibisi korosi MDTP16 optimum pada konsentrasi 2% (b/v)
dengan suhu 33ºC, yaitu 85% dengan derajat penutupan permukaannya sebesar
0.85. Energi Gibbs keadaan transisi (ΔG*) pada MDTP16 sebesar 89 kJ mol-1 serta
energi aktivasinya sebesar 27 kJ mol-1. Kedua nilai parameter tersebut lebih tinggi
dibandingkan tanpa inhibitor yang menunjukkan terjadi penurunan laju korosi.
Kata kunci: inhibisi, energi aktivasi, energi Gibbs keadaan transisi , mangan
bis(disetilditiofosfat), polarisasi potensiodinamik.

ABSTRACT
CHAIRULY NUR LINDASARI. The Performance Anti-corrosion of Manganese
Bis(dicetyldithiophosphate) with Potentiodynamic Polarization Technique.
Supervised by KOMAR SUTRIAH and MOHAMMAD KHOTIB.
Manganese bis(dicetyldithiophosphate) is a compound having function as
anti-corrosion, antioxidant, and anti-bacteria. One of the functions, anti-corrosion

is a subject of the present study which was investigated using potentiodynamic
polarization technique. MDTP16 was synthesized by cetyl alcohol, P2S5, and
MnSO4, The manganese bis(dicetyldithiophosphate) or MDTP16 yield was 54%
(square planar). The effectiveness of MDTP16 as corrosion inhibitor at 2% (w/v)
and temperature 33ºC was 85%. The result was supported with surface coverage
of 0.85. Gibbs energy on transition state (ΔG*) of MDTP16 was 89 kJ mol-1 with
activation was 27 kJ mol-1. Both parameters values were higher than that without
inhibitor that implies a decreasing corrosion rate.
Keywords:

activation energy, Gibbs energy on transition state, inhibition,
manganese
bis(dicetyldithiophosphate),
potentiodinamic
polarization.

vii

KINERJA ANTIKOROSI
MANGAN BIS(DISETILDITIOFOSFAT)DENGAN TEKNIK

POLARISASI POTENSIODINAMIK

CHAIRULY NUR LINDASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ix

Judul Skripsi
Nama

NIM

:Kinerja Antikorosi Mangan Bis(disetilditiofosfat)
dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik
: Chairuly Nur Lindasari
: G44110009

Disetujui oleh

Dr Komar Sutriah, MS
Pembimbing I

Mohammad Khotib, SSi MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

xi

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Juli 2015. Tema yang dipilih
ialah
antikorosi,
dengan
judul
Kinerja
Antikorosi
Mangan
Bis(disetilditiofosfat)dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penelitian serta dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih
kepada Bapak Komar Sutriah dan Mohammad Khotib selaku pembimbing yang
banyak memberikan arahan, Denar Zuliandanu yang telah memberi arahan dan

saran. Penghargaan juga disampaikan kepada Astrid Harfera Passadana telah
membantu penelitian. Terima kasih untuk Bapak Zainal Alim Mas’ud sebagai
kepala divisi penelitian di Laboratorium Terpadu untuk semua fasilitas penelitian.
Terima kasih juga untuk Lestari Ainun, Bapak Yono, Bapak Samsul, Ibu Ani di
Laboratorium Terpadu IPB dan Bapak Yani dari Bengkel Fisika IPB yang telah
membantu dalam pengumpulan data penelitian.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh
keluarga atas doa dan motivasinya. Terima kasih juga disampaikan kepada
mahasiswa penelitian di Laboratorium Terpadu IPB, rekan-rekan mahasiswa
Laboratorium Kimia Fisik, serta teman-teman angkatan Kimia 48 atas doa dan
dukungannya.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Agustus 2015
Chairuly Nur Lindasari

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR


xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Waktu dan Lokasi


2

METODE

2

Bahan dan Alat

2

Prosedur

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Sintesis MDTP16


5

Pencirian Produk MDTP16

6

Pengaruh Konsentrasi dan suhu pada Efektivitas Inhibisi Korosi

8

Parameter Termodinamika dan Kinetika Korosi
SIMPULAN DAN SARAN

10
12

Simpulan

12


Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Rute Sintesis MDTP16
Produk MDTP16
Spektrum FTIR hasil sintesis
Struktur hipotetik MDTP16 berbentuk (a) segiempat planar
(b) oktahedral (Khajuria 2013)
5 Kurva polarisasi variasi konsentrasi log i terhadap potensial
6 Efektivitas inhibisi MDTP16 dan CR pada variasi konsentrasi
7 Efektivitas inhibisi MDTP16 dan CR pada variasi suhu
8 Kurva hubungan antara ln (i/T) terhadap 1000/T
9 Nilai parameter kinetika dan termodinamika keadaan transisi
10 Kurva hubungan antara ln i terhadap 1000/T

6
6
7
7
8
9
10
10
11
11

DAFTAR LAMPIRAN
1Bagan Alir Sintesis
2Bobot reaktan dan perhitungan sintesis MDTP16
3Perbandingan kadar Mn teori dengan hasil analisis SSA
4Data arus korosi MDTP16 suhu 26 ˚C pada perbedaan kosentrasi
5Data arus korosi MDTP16 2.0%dengan perbedaan suhu
6Data parameter kinetika dan termodinamika keadaan transisi pada
variasi suhu

16
17
18
19
21
22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Korosi merupakan suatu prosesoksidasi yang terjadi akibat adanya transfer
elektron dari logam ke lingkungan. Lingkungan tersebut bisa berupa cairan
ataugas. Lingkungan tersebut dalam kimia dikenal sebagai elektrolit karena
memiliki konduktivitas yang menyebabkan adanya transfer elektron (Perez 2004).
Suatu logam yang mengalami korosi akan menyebabkan penurunan kualitas
akibat reaksi logam dengan lingkungan sekitarnya. Permukaan suatu logam sangat
rentan mengalami korosi. Korosi yang berkepanjangan dapat menimbulkan
kerugian ekonomi, kerusakan infrastuktur, dan dapat membahayakan keselamatan
manusia. Peristiwa korosi tidak dapat dihentikan, tetapi prosesnya dapat
diperlambat. Upaya perlindungan logam dari korosi terus ditingkatkan untuk
meminimumkan terjadinya korosi dengan menambahkan zat-zat antikorosi atau
yang lebih dikenal dengan zat inhibitor korosi (Atmadja 2010). Inhibitor korosi
umumnya berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang
mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron bebas. Beberapa
contohnya adalah nitrit, kromat, fosfat, urea, fenilalanina, imidazolina, dan
senyawa-senyawa amina (Haryono et al. 2010).
Senyawa koordinasi mangan (II)ditandai sebagai pilihan untuk atom donor
elektron kuat seperti oksigen dan nitrogen (Chandra & Kumar 1983).
Mangantelah dipelajarisebagai sifatantikorosikarenamemiliki beberapa bilangan
oksidasi, karakteristik mirip dengankromium. Logam mangan juga memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan logam seng yang juga sebagai logam
inhibitor, diantaranya ialah ramah lingkungan,memiliki perilaku tribologi yang
baik (koefisien gesekan yang rendah, sifat mekanik yang baik), cukup reaktif,
serta harganya relatif murah. Oleh karena sifat-sifatnya tersebut, maka berbagai
penelitian ditujukan mempelajari kinerja logam mangan, struktur serta sifatnya
ketika ditambahkan sebagai inhibitor korosi (Triastuti & Arief 2013).
Senyawa Sengbis(dialkilditiofosfat) (ZDTP) telah diketahui sebagai
inhibitor korosi pada penelitian Zuliandanu (2013). Penelitian ini mengganti
logam pusat Zn dengan logam Mn sehingga senyawa kompleks inhibitor korosi
yang digunakan penelitian ini adalah Mangan bis(disetilditiofosfat) (MDTP16).
Sebelumnya, Khajuria et al. (2013) telah mengaplikasikan senyawa MDTP
sebagai antibakteri.
Pengukuran kinerja antikorosi dari MDTP16 dilakukan menggunakan
metode polarisasi potensiodinamik dengan ekstrapolasi Tafel. Teknik
elektrokimia ini banyak digunakan untuk mengukur kinerja antikorosi
berdasarkan pantauan arus korosi. Parameter polarisasi yang digunakan untuk
menjadi parameter pengukur kinerja antikorosi tersebut, yaitu arus korosi,
potensial korosi, dan kemiringan Tafel (Zuliandanu 2013).Sintesis MDTP16 akan
dibuat dengan cara yang sama dengan rute sintesis Seng dialkilditiofosfat atau
ZDTP. Reaksi sintesis ZDTP mengacu pada Dinoiu et al. (2007) dan Khotib
(2011) dengan sedikit modifikasi.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menyintesis senyawa MDTP dengan alkil setil,
mengukur kinerja sebagai inhibitor korosi melalui kinetika dan termodinamika
terhadap aktivitas inhibisi korosi yang akan diaplikasikan pada logam tembaga.

Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2015 di
Laboratorium Kimia Terpadu IPB Baranangsiang.

METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah P2S5 (Merck), MnSO4(Merck), setil
alkohol (Merck), n-heptana (Merck), logam Zn, CH3COOH (Merck), akuades,
NaOH 50% (b/v), NaOH pelet (Merck), HCl 37% (b/b) (Merck), HNO3 pekat
(Merck). Bahan-bahan tersebut digunakan dalam sintesis MDTP16 sedangkan
untuk uji kinerja antikorosi bahan-bahan yang digunakan adalah aseton, ampelas
silikon karbida, H2SO410% (v/v), dankupon tembaga (elektrode kerja). Alat-alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, labu didih, penangas
minyak, pengaduk magnetik, corong pisah, neraca analitik, stopwatch,
potensiostat DY 2300 yang dilengkapi program DY2300EN, ChemBio office
2008, penguap putar, spektrofotometer serapan atom (SSA) Shimadzu AA-6300,
dan spektrofotometer inframerah transformasi fourier (FTIR) prestige-21
Shimadzu.

Prosedur
Sintesis MDTP16
Sintesis MDTP16 mengacu pada Dinoiu et al. (2007) dan Khotib (2011)
dengan sedikit modifikasi. Sintesis ini dilakukan 2 tahapan, tahap pertama adalah
pembentukan asam dialkilditiofosfat (ADTP) dan tahap kedua merupakan sintesis
MDTP16. Pembentukan ADTP dibuat dengan mereaksikan P2S5 dan setil alkohol
dengan nisbah 1:4 dalam pelarut n-heptana di dalam labu didih yang telah
dilengkapi pendingin balik dan disambungkan pada penangkap gas H2S yang
berupa larutan Zn-asetat dengan penambahan NaOH 50%. Sintesis ADTP
dilakukan pada suhu 80-90ºC di atas penangas minyak selama 12 jam sambil
diaduk. ADTP yang dihasilkan direaksikan dengan NaOH pelet dengan jumlah
nisbah yang sama dengan ADTP sambil diaduk dengan waktu 6 jam, kemudian
ditambahkan akuades sebanyak 5 tetes. Setelah itu ditambahkan MnSO4 sebesar
jumlah mol P2S5 dan diaduk selama 6 jam. Produk yang dihasilkan diekstraksi
dengan 20 mL air dan 20 mL n-heptana (Rismawati 2013), kemudian fase organik

3

yang terkumpul dicuci dengan air untuk menghilangkan pengotor. Fraksi organik
yang diperoleh diuapkan sampai semua pelarut n-heptana menguap dan tersisa
fraksi MDTP16.
Pencirian Gugus Fungsi dengan FTIR
MDTP16 hasil sintesis dicirikan dengan menggunakan FTIR untuk
menentukan gugus fungsi atau ikatan kimia pada produk. Pengukuran dilakukan
dengan menggerus produk dengan KBr kemudian dibuat pelet dan diukur.

Penetapan Kadar Mn dengan SSA
Sampel MDTP16 ditimbang sebanyak 0.5 g dan ditambahkan 10 mL HNO3
pekat: akuades (1:1). Campuran didestruksi dan ditambahkan sejumlah akuades
hingga larut. Larutan hasil destruksi disaring ke labu takar 100 mL lalu ditera
dengan akuades. Larutan ini kemudian diukur kadar Mn-nya dengan SSA
Shimadzu.
Pengukuran dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik
Elektrode kerja tembaga (Cu) dipreparasi dengan cara diampelas
permukaannya kemudian dibilas dengan akuades dan aseton. Setelah itu, elektrode
Cu dimasukkan ke dalam reservoir yang berisi larutan uji NaCl 1%.Reservoir
diberikan sirkulasi air pada dindingnya untuk memelihara kestabilan
suhu.Elektrode Ag/AgCl dan kawat Pt berturut-turut dipasang sebagai elektrode
pembanding dan elektrode pembantu.Kabel warna hitam, putih, dan merah dari
potensiostat DY2300 berturut-turut disambungkan pada elektrode kerja,
pembanding, dan pembantu.Larutan uji dibiarkan mencapai kesetimbangan
dengan elektrode sekitar 5 menit.Setelah itu, program DY2300EN pada perangkat
komputer dinyalakan dan dipilih teknik linear sweep voltammetripada kotak
dialog. Pengukuran logam Cu tanpa MDTP16 (blangko) dilakukan pada rentang
potensial -100 sampai 200 mV dengan scan rate 1 mV/s. Setelah pengukuran
blangko selesai, elektrode Cu dibersihkankembali dengan cara direndam dalam
H2SO4 10% kemudian diampelas dengan ampelas silikon karbida dan dicuci
kembalidengan akuades. Setelah itu, elektroda dicuci kembali menggunakan
aseton. Elektrode Cu yang telah dibersihkan kemudian dicelupkan ke dalam
larutan MDTP16 dengan konsentrasi 0.5%, 1%, dan 2% selama 15 detik dan
ditiriskan beberapa saat. Elektrode kerja kemudian dirangkaikan kembali pada
reservoir dan dilakukan lagi pengondisian selama 2 menit yang sama dengan
blangko. Setelah pengondisian selesai, sampel diukur pada rentang potensial.Data
yang didapatkan kemudian diproses menggunakan perangkat lunak DY2300EN
Potensiostat dan Microsoft Excel sehingga didapat kurva polarisasi.Dari kurva
tersebut, diperoleh informasi berupa potensial korosi (V korosi), arus korosi (i
korosi). Efektivitas inhibitor dihitung sesuai persamaan berikut :
(1)

4

Derajat penutupan permukaan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
(2)
(Morad& El-Dean 2006)

Parameter Termodinamika dan Kinetika pada Proses Korosi
Parameter termodinamika ditentukan berdasarkan persamaan Arrhenius
keadaan transisi:
(3)
º
Pengukuran dilakukan pada suhu 33, 37, dan 43 C. Parameter ΔH* dan ΔS*
berturut-turut merupakan perubahan entalpi dan entropi keadaan transisi,
sedangkan NAh adalah tetapan Planck Molar (3.99 × 10-10 JSmol-1). Dengan
memvariasikan suhu (T), maka ΔH* dan ΔS*dapat ditentukan dari kurva ln (i
korosi/T)vs 1000/T, sedangkan perubahan energy bebas Gibbs transisi (ΔG*)
dihitung dengan persamaan berikut:
(4)
`Parameter kinetika ditentukan melalui pengukuran energi aktivasi atau
biasa dikenal sebagai energi pengaktifan merupakan energi minimum yang
dibutuhkan untuk suatu reaksi dapat berjalan.
(5)
(6)
DenganA merupakan tetapan Arrhenius yang ditentukan secara empirik, Ea adalah
energi aktivasi proses korosi (kJ mol-1), R adalah tetapan gas ideal (8.314 J mol1 -1
K ), dan T adalah suhu (K) (Atkins 1997). Pengukuran dilakukan pada suhu 33,
37, dan 43ºC.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
S intesis MDTP16
Sintesis Mangan bis(disetilditiofosfat) dilakukan memalui 2 tahap yaitu
tahap pembentukan ADTP kemudian baru dihasilkan MDTP16. Sintesis tahap
pertama dilakukan dengan mencampurkan setil alkohol dengan P2S5, P2S5yang
direaksikan harus dibuat berlebih agar alkohol habis terpakai. Jika terdapat
alkohol yang tersisa pada tahap 1 akan berpengaruh pada nilai rendemen, karena
dapat terjadi persaingan adisi pada tahap 2 antara alkohol sisa dan ADTP terhadap
MnSO4 (Zuliandanu 2013). Di samping itu, unsur Fosfor (P) memliki peranan
penting sebagai antikorosi. Konsentrasi P yang tinggi dapat meningkatkan
peluang terbentuknya MDTP16 yang akan dihasilkan (Dinoiu et al2007). Sintesis
tahap 1 dilakukan secara tertutup dan menggunakan pemanasan.Kondisi tertutup
untuk mencegah terjadinya oksidasi pada ADTP yang dihasilkan (Hayati
2013).Pemanasan dilakukan untuk menghilangkan hasil samping H2S yang dapat
mengganggu jalan reaksi. Namun, apabila suhu terlalu tinggi maka produk ADTP
akan terdekomposisi dan rendemen yang dihasilkan akan rendah (Rismawati
2013).
Sintesis ADTP dilakukan dengan merefluks P2S5dengan setil alkohol
menggunakan pelarut n-heptana pada suhu 80-90ºC selama 12 jam. Pelarut nheptana bersifat nonpolar sehingga dapat mereaksikan dengan baik P2S5 dengan
setil alkohol yang bersifat nonpolar. Suhu sintesis ADTP 80-90ºC karena butuh
energi yang lebih besar untuk mereaksikan P2S5dengan alkil setil yang merupakan
alkil meruah.Tahap selanjutnya ADTP yang terbentuk direaksikan dengan NaOH
selama 6 jam.Penambahan NaOH ini bertujuan meningkatkan reaktivitas atom
sulfur pada ADTP dan mengikat SO42-pada MnSO4sehingga adisi Mn lebih
mudah (Khotib 2011). Hasil dari reaksi tersebut berupagaram NaDTP
kemudianlangsung direaksikan dengan MnSO4selama 6 jam, jika garam NaDTP
tidak langsung diadisi dengan Mn maka dialkilditiofofat akan teroksidasi sehingga
akan terbentuk dimer dialkilditiofosfatyang menyebabkan tahap adisi Mn
menjadisulit terjadi (Jaenudin 1998 & Rudnick 2009).MDTP16disintesis sebanyak
dua kali ulangan, namun pada ulangan 2 kadar Mn yang dihasilkan rendah
sehingga penelitian ini menggunakan data pada ulangan 1.
Rendemensintesis MDTP16 diperoleh sebesar 54.45% (segiempat planar)
dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2.Rendahnya rendemen disebabkan
4 hal yaitu Mn berasal dari MnSO4, SO42- merupakan gugus pergi yang buruk
sehingga mempersulit adisi Mn pada ADTP, alkil setil merupakan alkil yang
meruah sehingga keberadaannya dapat menghalangi proses adisi Mn pada ADTP,
waktu reaksi tahap 2 antara NaDTP dan MnSO4 kurang panjang sehingga
MDTP16belum semua terbentuk, dan suhu reaksi belum mencapai suhu optimum
sehingga ADTP belum semuanya terbentuk.Waktu sintesis yang digunakan pada
tahap kedua adalah 12 jam agar reaksi berjalan sempurna dan rendemen yang
diperoleh besar (Rismawati 2013). Rute sintesis(Dinoiu et al. 2007 & Khotib
2011) ditunjukkan pada gambar 1.
Pemisahan produk sintesis dilakukan dengan teknik ekstraksi cair-cair untuk
menghilangkan zat pengotor seperti P2S5, sisa setil alkohol tahap 1,dan
Na2SO4.Produk dicuci menggunakan n-heptana dan air sehingga terbentuk tiga

6

fase yaitu fase air, minyak, dan padatan.Pencucian dilakukan hingga fase air
terlihat jernih (Rismawati 2013), kemudian fase minyak dipekatkan dengan
penguap putar.Produk MDTP16 ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 1 Rute sintesis MDTP16 (R = setil alkohol)

Gambar 2 Produk MDTP16

Pencirian Produk MDTP16
Pencirian produk sintesis dilakukan dengan FTIR untuk menganalisis gugus
fungsi senyawa MDTP16dan SSA untuk menganalisis kadar logam senyawa
MDTP16.Puncak serapan regangan C-H pada bilangan gelombang 2920.23 cm-1
(3000-2850 cm-1) dan terdapat puncak serapan tekuk -CH2- dan -CH3- pada
bilangan 1465.90 cm-1dan 1377.17 cm-1. Adanya ikatan P-S terlihat dari serapan
661.58 cm-1 (650-540 cm-1), puncak serapan regangan P-O terlihat pada bilangan
gelombang 712.38 cm-1 (845-725 cm-1) dan serapan pada bilangan gelombang
987.55 cm-1 (1000-980 cm-1) menunjukkan ikatan P-O-C. Produk masih
mengandung setil alkohol dibuktikan dengan adanya serapan regangan ikatan O-H
pada bilangan gelombang 3338.78 cm-1 (3650-3600 cm-1) (Pavia et al.2001).Hasil

7

pengukuran FTIR menyatakan gugus disetilditiofofat telah terbentuk namun
masih ada setil alkohol yang tersisa dari reaksi tahap 1(Gambar 3).

Gambar 3 Spektrum FTIR hasil sintesis
Pengukuran keberadaaan Mn pada MDTP16 dilakukan menggunakan SSA.
Metode ini digunakan untuk mengitung kadar Mn pada MDTP16. Hasil penelitian
(Lampiran 3) digunakan untuk memverifikasi komposisi logam Mn yang ada pada
MDTP16.Kadar Mn sintesis diperoleh 0.08%, sedangkankadar teoritis Mn pada
MDTP16segiempat planar adalah 4.54%. Kadar Mn percobaan sangat kecil pada
MDTP16 segiempat planar sehingga mengacu pada Khajuria et al.(2013), senyawa
MDTP16 dapat berbentuk oktahedraldan kadar teoritis Mn pada
MDTP16oktahedral (Gambar 4) adalah 3.08%.Kadar Mn sintesis sangat kecil
karena masih ada pengotor setil alkohol yang menghalangi reaksi adisi Mn pada
NaDTP. Di samping itu senyawa disetilditiofosfat mudah teroksidasi menjadi
dimer disetilditiofosfat.

(a)

(b)
Gambar 4 Struktur hipotetik MDTP16 berbentuk (a) segiempat planar (b)
Oktahedral(Khajuria 2013)

8

Pengaruh Konsentrasi dan suhu pada Efektivitas Inhibisi Korosi
Pengujian inhibisi korosi menggunakan teknik polarisasi potensiodinamik
dengan metode Tafel untuk melihat ketahanan dari logam yang ditambahkan
MDTP16 terhadap reaksi oksidasi ketika diberi potensial dari luar.Adanya ion
klorida menyebabkan lingkungan korosi meningkat.Ion klorida dapat merusak
lapisan oksida logam. Produk MDTP16 sebagai inhibitor akan mengurangi
kemungkinan permukaan logam kontak langsung dengan lingkungan. Proses
pengendalian ini dapat memperlambat kecepatan korosi karena inhibitor secara
kimia berinteraksi dengan permukaan logam untuk memberi tingkat perlindungan
tertentu terhadap logam (Djatmiko & Budiarto 2009).
Elektoda Cu dicelupkan pada reservoir NaCl 1% yang dialiri arus listrik
sehingga logam Cu akan teroksidasi menjadi Cu2+atau logam Cu terkorosi, namun
saat ditambahkan MDTP16, proses oksidasi logam Cu dapat dihambat. Inhibitor
korosi MDTP16adalah inhibitor katodik karena MDTP16membentuk lapisan yang
tak larutpada area katodesehingga menyebabkanterjadinya penutupan permukaan
logam. Inhibitor katodik mempengaruhi potensial reaksi menjadi lebih kecil
dibandingkan blangko (Dariva& Galio 2014). Gambar 5 adalah kurva polarisasi
MDTP16pada variasi konsentrasi menunjukkan potensial MDTP16konsentrasi
0.5%, 0.1%, dan 2.0% lebih kecil dibandingkan potensial blangko.
Arus korosi dan potensial korosi ditentukan berdasarkan polarisasi
potensiodinamik, dan pengukuran ditentukan dengan metode Tafel. Arus korosi
blangko dan inhibitor dengan berbagai konsentrasi tercantumpada Lampiran
5.Arus korosi logam yang dilapisi menggunakan inhibitor lebih kecil dari
padaarus korosi blangko. Semakin tinggi konsentasi inhibitor, arus korosinya
semakin kecil juga (Gambar 5).Semakin kecil arus korosi menyebabkan
efektivitas inhibisi MDTP16 semakin besar.Hal ini disebabkan semakin banyaknya
molekul MDTP16 yang melindungi permukaan logam pada konsentrasi inhibitor
tinggi. Peningkatan permukaan logam yang terlindungi ini menyebabkan difusi
ion-ion dan elektron yang terlepas dari permukaan logam akan sulit terlepas
sehingga arus yang dihasilkan kecil dan laju korosi akan berkurang (Djatmikom &
Budiarto 2009).
1.0

Daerah Katoda

Log |i|

0.0

Daerah Anoda

-1.0
-2.0
-3.0
-4.0
-5.0-125

-75

-25

25

75

125

175

225

Potensial vs Ag/AgCl (mV)

Gambar 5 Kurva polarisasi variasi konsentrasi log I terhadap potensial.
Blangko
,MDTP160.5%
,MDTP161.0%
,MDTP162.0%.

9

0.14

80

0.12

70

0.10

60
50

0.08

40
0.06

30

0.04

20

0.02

10

0.00

0
0.5

1

2

Konsentrasi (%)

Gambar 6Efektivitas inhibisi MDTP16 dan CRpada variasi konsentrasi. %EI( ),
CR ( )

%EI

CR

Dalam suatu reaksi, konsentrasi dan orde reaksi tidak peka terhadap
perubahan suhu, melainkan konstanta laju yang peka terhadap perubahan suhu
(Atkins 1997), sedangkan dalam kinetika elektrokimia korosi, arus korosi peka
terhadap terhadap perubahan suhu (Rafiquee et al. 2008).Kenaikan suhu dapat
membuat efektivitas inhibisi semakin menurun dan arus korosi logam semakin
meningkat (Lampiran 5). Kenaikan suhu dapat menyebabkan ion-ion Cl-akan
menyerang lapisan logam yang mengakibatkan arus korosi pada anode dan katode
semakin besar. MDTP16 tidak mampu lagi membentuk lapisan pada permukaan
logam seperti pada suhu kamar karena cenderung menurunkan kekuatan interaksi
antara logam dengan MDTP16 sehingga kemampuan inhibisi korosi MDTP16
menurun (Ketis et al. 2010). Menurut Ebenso et al.(2008) mekanisme fisisorpsi
ditunjukkan oleh adanya penurunan %EI dengan kenaikan suhu sedangkan untuk
mekanisme kimisorpsi, nilai %EI meningkat dengan kenaikan suhu maka dari itu
reaksi adsorpsi MDTP16 pada logam secara fisiorpsi. Laju korosi dapat
didefinisikan sebagai hilangnya massa atau bobot material atau logam dalam
satuan waktu yang diakibatkan oleh penyerangan substituen korosif terhadap
material. Pada umumnya, satuan laju korosi adalah mm per tahun (Iga & Ik 2007).
Laju korosi MDTP16 terendah pada konsentrasi 2% suhu 33˚C yaitu 0.2742
mmpy. Gambar 6 menunjukkan efektivitas inhibisi MDTP16 dan laju korosi pada
variasi konsentrasi sedangkan Gambar 7 menunjukkan efektivitas inhibisi
MDTP16dan laju korosi pada variasi suhu.
Adsorpsi MDTP16 pada permukaan logam juga merupakan faktor penting
dalam proses inhibisi korosi yang dapat diketahui dengan derajat penutupan
permukaan (Ɵ). Derajat penutupan permukaan dapat dievaluasi dari menggunakan
nilai efektivitas inhibitor korosi.Derajat penutupan permukaan meningkat dengan
meningkatnya efektivitas inhibisi korosi (Sumijanto 2006).Derajat penutupan
permukaan tertinggi MDTP16 pada konsentrasi 2% dan suhu 33˚C yaitu 0.85.

0.07

86
85
84
83
82
81
80
79
78
77

0.06

CR

0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
306

310

%EI

10

316

Suhu (K)

Gambar 7 Efektivitas inhibisi MDTP16 dan CRpada variasi suhu. %EI( ), CR( ).

Parameter Termodinamika dan Kinetika Korosi
Parameter termodinamika korosi ΔG*, ΔH*, dan ΔS* didapatkan dari
persamaan regresi kurva hubungan antara ln (i/T) terhadap 1000/T (Gambar 8)
sesuai dengan persamaan Arrhenius keadaan transisi (Persamaan 3 dan Persamaan
4).Gambar 9 menunjukkan nilai ΔG*, ΔH*, ΔS* dan Ea pada blangko maupun
sampel.Nilai ΔH* pada sampel lebih besar dibandingkan ΔH* blangko
menunjukkan bahwa butuh energi lebih besar untuk terjadi korosi pada logam
yang telah dilapisi MDTP16 dibandingkan logam tanpa pelapisan(Morad & ElDean 2006).Nilai ΔS* pada sampel lebih besar dibandingkan nilai ΔS* pada
blangko artinya adanya MDTP16 meningkatkan ketidakteraturan logam Cu
sehingga reaksi menempelnya MDTP16 pada logam berlangsung secara
spontan.Nilai ΔG* menunjukkan spontanitas reaksi.Nilai ΔG* sampel lebih tinggi
dibandingkan pada blangko, hal ini menunjukkan reaksi korosi pada logam yang
dilapisi MDTP16 terhambat karena menurunnya spontanitas reaksi korosi.
y = -0.3398x - 8.3651
R² = 0.8288

-8

ln (i/T)

-9
-10
-11
y = -3.0397x - 1.4123
R² = 0.9157

-12
-13
3.14

3.16

3.18

3.20

3.22

3.24

3.26

3.28

1000/T

Gambar 8Kurva hubungan antara ln (i/T) terhadap 1000/T.Blangko ( ),
MDTP16().

11

100
50
0
-50

ΔH*

ΔS*

ΔG*

Ea

-100
-150
-200
-250
-300

Gambar 9Nilai parameter kinetika dan parameter termodinamika keadaan
transisi.Blangko (), MDTP16( ).
Parameter kinetika korosi ditentukan melalui nilai energi aktivasi (Ea).Nilai
Ea didapatkan dari kurva hubungan antara ln i terhadap 1000/T (Gambar 10)
sesuai dengan persamaan Arrhenius (Persamaan 5 dan Persamaan 6). Nilai Ea
sampel lebih besar dibandingkan nilai Ea blangko artinya dibutuhkan energi
minimum yang lebih besar untuk terjadinya proses korosi sehingga dengan
penambahan MDTP16 proses korosi akan lebih sulit tercapai. Data variasi suhu
terlampir pada Lampiran 6.
-2
y = -0.6509x - 1.6249
R² = 0.9458

-3

ln i

-4
-5
-6
y = -3.3508x + 5.3279
R² = 0.9298

-7
-8
3.14

3.16

3.18

3.20

3.22

3.24

3.26

3.28

1000/T

Gambar 10Kurva hubungan antara ln i terhadap 1000/T. Blangko(), MDTP16().

12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sintesis MDTP16 pada medium n-heptana telah berhasil dilakukan dengan
rendemen sebesar 54.45% (segiempat planar) dengan komposisi Mn yang
kecil.MDTP16 telah terbukti dapat menjadi antikorosi dengan menurunkan arus
korosi logam Cu. Efektivitas inhibisi korosi semakin meningkat seiring
meningkatnya konsentrasi dan %EI menurun seiring meningkatnya suhu.
Efektivitas inhibitor tertinggi pada konsentrasi 2% pada suhu 33ºC, yaitu 85.17%
dengan derajat penutupan permukaan 0.85.Akivitas antikorosi MDTP16 mampu
menaikkan nilai parameter termodinamika keadaan transisi(ΔG*, ΔH*, dan ∆S*)
dan parameter kinetika (Ea) sehingga reaksi korosi logam dapat dihambat.

Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai suhu optimum reaksi, reaktan Mn yang
lebih reaktif, pengondisian atmosfer inert ketika menyintesis mangan
bis(disetilditiofosfat) agar mendapatkan rendemen MDTP16 dengan komposisi Mn
yang tinggi, dan perlu diuji dengan XRD agar struktur MDTP16 yang terbentuk
dalam sintesis diketahui.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins PW. 1997. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat. Irma I Kartohadiprodjo,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Physical Chemistry.
Atmadja ST. 2010. Pengendalian korosi pada sistem pendingin menggunakan
penambahan zat inhibitor. Rotasi. 12(2):7-13.
Chandra and Kumar Y. 1983.Manganese (II) Complexes of Some NitogenOxygen and Nitrogen-Sulphur Donor Ligand.Proceedings of The Indian
Academy of Sciences. 92(3):9847-9858.
Dariva CG dan Galio AF. 2014. Corrision inhibitor-principles, mechanisms and
application. Licensee InTech.http://dx.doi.org/10.5772/57255
Dinoiu V, Danilian F, Bogatu L. 2007. The influence of synthesis method of zinc
dialkyldithiophosphates on the process of additivation. Rev Chim (Bucureoti).
58(2):183-185.
DjatmikoE, Budiarto. 2009. Analisis laju korosi dengan metode polarisasi dan
potensiodinamik bahan baja SS 3041. Seminar Nasional ke-15 Teknologi dan
Keselamatan PLTN serta fasilitas Nuklir; 2009 Oktober 17; Surakarta, Indonesia.
Surakarta (ID): Universitas Pancasila. Hlm 182-194.
Ebenso EE, Eddy NO, Odiongenyi AO. 2008. Corrosion inhibitive properties and
adsorption behavior of ethanol extract of Piper guinensis as green corrosion
inhibition for mild steel in H2SO4.Arf J Pure Appl Chem. 2(11):107-115

13

Haryono G et al. 2010. Ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi.
Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia. Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”; 2010 Januari 26;
Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): UPN Veteran Yogyakarta. hlm 1-6.
Hayati IK. 2013. Pengaruh pelarut terhadap rendemen hasil sintesis seng
dialkilditiofosfat (ZDTP) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jaenudin.1998. Pembuatan Zn-diisobutilditiofosfat dan penggunaannya sebagai
aditif minyak lumas otomotif.[Tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Iga KS, Ik S. 2007. Prediksi laju korosi dengan perubahan besar derajat deformasi
plastis dan media pengorosi pada material baja karbon. J Ilmiah Teknik Mesin
Cakram. 1(1):1-8.
Ketis NK et al. 2010. Efektifitas asam glutamat sebagai inhibitor korosi pada baja
karbon dalam larutan NaCl 1%. J. Matematika dan Sains. 15(1):1-8.
Khotib M. 2011. Density Functional Theory dalam Sintesis, Karakterisasi, dan
Prediksi Aplikasi. Kasus: Senyawa Zn-Dialkylditiokarbamat Rantai Panjang
[thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khajuria R, Atiya S, Sandeep K, and Sushil KP. 2013. Spectroscopic, thermal,
and
antimicrobial
studie
of
mononuclear
manganese
(II)
ditolyldithiophosphates.
Bioinorganic
Chemistry
and
Applications.
http://dx.doi.org/10.1155/2013/261731
Morad MS, El-Dean AMK. 2006. 2,2’-Dithiobis(3-cyano-4,6-dimethylpyridine): A
new class of acid corrosion inhibitors for mild steel. Corr Sci. 48(11):3398-3412.
Pavia DL, Lapman GM, Kriz GS, Vyvyan JR. 2001.Introduction to Spectroscopy
Ed ke-4. Washington (US): Thomson Learning.
Perez N. 2004. Electrochemistry and Corrosion Science. Boston (USA): Kluwer
Academic Publishers.
Rafiquee MZA, SaxenaN, Khan S, Quraishi MA. 2008. Influence for Surfactants
on the corrosion inhibition behavior of 2-aminophenyl-5-mercapto-1-oxa-3,4diazole (AMOD) on mild steel. M Chem anh Phys. 107(2-3):528-533.
Rismawati. 2013. Pengaruh jenis alkohol pada rendemen sintesis zink
dialkilditiofosfat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rudnick LR. 2009. Lubricant Additives Chemistry and applications Ed ke-2.
Prancis: CRC Pr.
Sumijanto. 2006. Analisis efektivitas hidrazin sebaga alternatif inhibitor korosi
pada system pendingin sekunder RSG-GASS. ISSN 0216-3128.96-102.
Triastuti WE dan Arief S. 2013. Karakteristik fisik dan korosi mangan hasil
pelapisan pada baja AISI 1020. KAPAL. 9(1): 1-7.
Zuliandanu D. 2013. Kinerja antikorosi zink dialkilditiofosfat berdasarkan studi
termodinamika dan kinetika dengan teknik polarisasi potensiodinamik
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

14

15

LAMPIRAN

16

Lampiran 1 Bagan alir sintesis

Setil Alkohol
1

NaOH

P2S5
1

MnSO4
2

2

CRUDE PRODUK
1. Pemisahan
2. Pencucian
MDTP16

Pencirian
produk MDTP16

Karakterisasi
dengan FTIR

Kinerja antikorosi
(Potensiostat DY2300)

Analisis kadar logam
Mn dengan SSA

17

Lampiran 2 Bobot reaktan dan perhitungan sintesis MDTP16
Bobot reaktan yang ditimbang (g)
Sampel
1
2

P2S5
8.0045
4.0050

Setil alkohol
34.9128
17.4500

MnSO4
5.44
2.77

Bobot
MDTP16
(g)
23.7362
12.9678

Contoh perhitungan :
Mol setil alkohol (pereaksi pembatas) =
=
= 0.1443 mol
Mol MDTP16 =
=
= 0.03641 mol
Bobot MDTP16 teoritis =
= 0.0361 g 1209 g/mol
= 43.6449 g
% Rendemen (segiempat planar)

=

=
= 54.45 %
% Rendemen (segiempat planar)

=

=
= 36.81 %

Rendemen
Segiempat
Planar (%)
54.45
59.42

Rendemen
Oktahedral
(%)
36.81
40.23

18

Lampiran 3 Perbandingan kadar Mn teori dengan hasil analisis SSA
Sampel
1
2

Bobot
Sampel
(g)
0.3985
0.2105

Konsentrasi
terbaca
AAS
(mg/L)
3.1515
0.0603

Kadar Mn
hasil
percobaan
(%)
0.08
0.003

Kadar Mn
segiempat
planar teoritis
(%)

Kadar Mn
oktahedral
teoritis (%)

4.54

3.08

Contoh Perhitungan :
Kadar Mn hasil percobaan (%)

=

[

]

=
= 0.08%
Kadar Mn segiempat planar teoritis (%)

=
=
= 4.54%

Kadar Mn oktahedral teoritis (%) =
=
= 3.08%

19

Lampiran 4 Data arus korosiMDTP16suhu 26˚C pada perbedaan kosentrasi
(%)

Anode

Katode

Arus
korosi
(mA)

Blangko
0,5%
1,0%
2,0%

y = 62.482x + 147.66
y = 70.238x + 159.63
y = 59.828x + 161.15
y = 49.181x + 144.11

y = -120.95x - 164.74
y = -81.892x – 140.11
y = -114.73x – 196.73
y = -77.193x – 135.17

0.0198
0.0107
0.0089
0.0062

Konsentrasi

Tafel

EI
(%)

45.96 0.46
55.05 0.55
68.69 0.69

Contoh perhitungan :
Arus Blangko
MDTP16 1.0%
Persamaan garis tafel anoda
y = 59.828x + 161.15
Persamaan garis tafel katoda
y = -114.73x – 196.73
Arus korosi merupakan persamaan y1=y2
59.828x + 161.15 = -114.73x – 196.73
x = 0.0089
Potensial vs Ag/AgCl
(mV)

150
100

y = 59.828x + 161.15
R² = 0.9971

50
0

y = -114.73x - 196.73
R² = 0.9941

-50
-100
-1.7

-1.5

-1.3

-1.1

-0.9

Log |i|

Keterangan :

Anoda,

Katoda

Potensial Korosi
y1
= 59.828x + 161.1
Potensial Arus = 59.828(Arus Korosi) + 161.1
Potensial Arus = 59.828 x log (0.0089) + 147.66
Potensial Arus = 38.5 mV
Efektivitas Inhibisi
%EI =[
]

=
= 55.05%
Derajat Penutupan Permukaan
Ɵ =

=
= 0.55
Laju Korosi
R 
CR =  F 
 

-0.7

-0.5

Ɵ

-0.3

V
(mV)
41.3
20.8
38.5
35.2

CR
(mmpy)
0,2301
0,1243
0,1034
0,0720

20


 i corr
 A Aw 
CR = 

 ZF 



 0.0089  10 3 A
 55.845 g / mol 

2
1cm
CR = 

 2  96500 A g  7.874 g / cm 2 


mol

 10mm / 1cm 
CR = 3.27 x 10-10 cm s-1 x 

 y / 31622400s 
CR = 0.1034 mm y-1

21

Lampiran 5 Data arus korosi MDTP16 2.0% dengan perbedaan suhu
Suhu
(ᵒC)
33
37
43

Larutan
Blangko
MDTP16 2.0 %
Blangko
MDTP16 2.0 %
Blangko
MDTP16 2.0 %

Arus korosi

V

(mA)

CR
(mmpy)

(mV)

0.0236
0.0035
0.0239
0.0044
0.0252
0.0050

0.2742
0.0407
0.2777
0.0511
0.2928
0.0581

47.9
28.0
34.4
-15.9
29.1
-8.4

EI
(%)

Ɵ

85.17 0.85
81.59 0.82
80.16 0.80

22

Lampiran6Data parameter kinetika dan termodinamika keadaan transisi pada
variasi suhu
Larutan
Blangko

MDTP16
2%

Suhu
(K)
306
310
316
306
310
316

1000/T

i (mA)

ln i

i/T

ln (i/T)

3.27
3.23
3.16
3.27
3.23
3.16

0.0236
0.0239
0.0252
0.0035
0.0044
0.0050

-3.7465
-3.7339
-3.6809
-5.6550
-5.4262
-5.2983

0.0000771
0.0000771
0.0000797
0.0000114
0.0000142
0.0000158

-9.4701
-9.4704
-9.4367
-11.3786
-11.1627
-11.0541

Larutan

ΔH* (kJmol-1)

Blangko
Sampel

2.8251
25.2721

ΔS* (Jmol-1K-1)
-267.0881
-209.2825

ΔG* (kJmol-1)

Ea (kJmol-1)

84.5541
89.3125

5.4116
27.8586

Contoh Perhitungan pada sampel :
Diketahui persamaan garis ln (i/T) terhadap 1000/T adalah y = -0,3398x - 8,3651
ΔH* = a x R
= 0.3398 x 8.314 kJmol-1
= 2.8251 kJ mol-1
ΔS*

=(

)

= -267,0881 kJmol

-1

=

ΔG*

)

= ∆H* - T∆S*/1000
= 2.8251 kJ mol-1 –81.7290 kJ mol-1
= 84.5542 kJ mol-1

Diketahui persamaan garis ln i terhadap 1000/T adalah y = -0,6509x - 1,6249
Ea
=axR
= 0.6509 x 8.314 kJmol-1
= 5.4116 kJmol-1

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumenep pada tanggal 21 Mei 1993 sebagai putri
pertama dari tiga bersaudara pasangan Nurul Hidayat dan Syari Yuliati. Tahun
2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sumenep dan pada tahun yang sama
penulis diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kimia
TPB 2012/2015, asisten praktikum Kimia Dasar I 2013/ 2014, asisten praktikum
Kimia Lingkungan 2013/2014, asisten praktikum Kimia Dasar II 2014/2015, dan
asisten praktikum Kimia Fisik 2014/2015. Penulis juga pernah menjadi pengurus
Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) 2013/2014 dan anggota Forum for Scientist
Student (FORCES) 2011/2012. Bulan Juli-Angustus 2014 penulis melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Sumenep dengan judul Analisis Kualitas Air Sungai Marengan
Kabupaten Sumenep.