Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi Termodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik

 
 

 

KINERJA ANTIKOROSI ZINK DIALKILDITIOFOSFAT
BERDASARKAN STUDI TERMODINAMIKA DAN KINETIKA
DENGAN TEKNIK POLARISASI POTENSIODINAMIK

DENAR ZULIANDANU

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 

 


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Antikorosi
Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi Termodinamika dan Kinetika dengan
Teknik Polarisasi Potensiodinamik adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Denar Zuliandanu
NIM G44090103 

 

ABSTRAK
DENAR ZULIANDANU. Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan
Studi Termodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik.

Dibimbing oleh KOMAR SUTRIAH dan MOHAMMAD KHOTIB.
Zink Dialkilditiofosfat (ZDTP) merupakan aditif pelumas yang memiliki
banyak fungsi di antaranya sebagai antifriksi, antiaus, antioksidan, dan antikorosi.
Kinerja ZDTP sebagai antikorosi dapat diukur menggunakan teknik polarisasi
potensiodinamik. Tiga jenis ZDTP dibuat berdasarkan panjang rantai alkil.
Pengukuran menunjukkan bahwa ZDTP 8 memiliki efektivitas inhibisi korosi
paling besar dibandingkan dengan ZDTP 4 dan ZDTP 16. Efektivitas inhibisi
ZDTP 8 pada logam Cu mencapai 80% pada konsentrasi larutan inhibitor 2%.
Hasil penelitian ini juga menjelaskan adanya pengaruh panjang rantai alkil ZDTP
terhadap kinerja antikorosi. Verifikasi parameter termodinamika menunjukkan
spontanitas korosi berkurang dengan kehadiran inhibitor. Energi aktivasi proses
korosi dengan kehadiran ZDTP 8 sebesar 38.60 kJ mol-1, nilai ini lebih besar
daripada energi aktivasi blangko yakni 31.14 kJ mol-1. Fenomena ini
menunjukkan adanya penurunan laju korosi yang berkaitan dengan kenaikan
energi minimum reaksi.
Kata kunci: efektivitas inhibisi, kinetika, polarisasi, termodinamika, ZDTP

ABSTRACT
DENAR ZULIANDANU. The Performance of Zinc Dialkyldithiophosphates as
Anti-Corrosion Based on Thermodynamic and Kinetic Study with

Potentiodynamic Polarization Technique. Supervised by KOMAR SUTRIAH and
MOHAMMAD KHOTIB.
Zinc Dialkyldithiophosphates (ZDTP) is lubricant additives and has
function as anti-friction, anti-wear, antioxidant, and anti-corrosion. ZDTP
Performances as anti-corrosion is measured by potentiodynamic polarization
technique. Three types of ZDTP were prepared, based on the alkyl chain length.
The Measurement shows that ZDTP 8 has the highest corrosion inhibition
affectivity as compared to ZDTP 4 and ZDTP 16. The inhibition affectivity of
ZDTP 8 to metal Cu reaching 80% in the concentration 2% of inhibitor solution.
This research result also explains the influence of alkyl chain length on the
performance of ZDTP as anti-corrosion. Thermodynamic parameter verification
shows corrosion spontaneity decrease by the present of inhibitor. Corrosion
activation energy with present ZDTP 8 is 38.60 kJ mol-1, the value is bigger than
blank activation energy namely 31.14 kJ mol-1. This phenomena shows that
decreasing corrosion rate relate with increasing minimum energy of reaction.
Keywords: inhibition affectivity, kinetic, polarization, thermodynamic, ZDTP

 

KINERJA ANTIKOROSI ZINK DIALKILDITIOFOSFAT

BERDASARKAN STUDI TERMODINAMIKA DAN KINETIKA
DENGAN TEKNIK POLARISASI POTENSIODINAMIK

DENAR ZULIANDANU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 

Judul Skripsi


Nama
NIM

Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi
Terrnodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi
Potensiodinamik
Denar Zuliandanu
G44090103

Disetujui oleh

­­-  

Dr Komar Sutriah, MS
Pembimbing I

Mohammad Khotib, SSi, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

MS

Tanggal Lulus:

 

Judul Skripsi : Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan Studi
Termodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi
Potensiodinamik
Nama
: Denar Zuliandanu
NIM
: G44090103

Disetujui oleh

Mohammad Khotib, SSi, MSi
Pembimbing II


Dr Komar Sutriah, MS
Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

 

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Juni 2013. Tema yang dipilih ialah
antikorosi, dengan judul Kinerja Antikorosi Zink Dialkilditiofosfat Berdasarkan
Studi Termodinamika dan Kinetika dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Komar Sutriah, MS dan

Bapak Mohammad Khotib, SSi, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, serta Bapak Dr Zainal Alim Mas’ud, DEA, Bapak Novryandi
Hanif, MSc, DSc, dan Bapak Drs Muhammad Farid, MSi yang telah memberi
saran. Penghargaan juga disampaikan kepada Rismawati, SSi dan Itoh Khitotul
Hayati, SSi yang telah membantu penelitian. Di samping itu, terima kasih penulis
sampaikan kepada Ibu Dr Henny Purwaningsih, SSi, MSi dan Mas Eko atas
fasilitas Laboratorium Bersama Departemen Kimia IPB. Terima kasih juga untuk
Sujono, SSi, Indah, Ibrahim, dan staf analis Laboratorium Terpadu IPB, serta
Bapak Yani dari Bengkel Fisika IPB yang telah membantu selama pengumpulan
data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua serta
seluruh keluarga atas doa dan motivasinya. Terima kasih juga disampaikan kepada
mahasiswa penelitian di Laboratorium Terpadu IPB, rekan-rekan mahasiswa
Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, serta teman-teman angkatan Kimia 46
atas doa dan dukungannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Denar Zuliandanu


 

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN

iii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

METODE

2

Bahan dan Alat

2

Sintesis Zink Dialkilditiofosfat (Dinoiu et al. 2007)


2

Pencirian Produk

3

Pengukuran dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik

3

Parameter Termodinamika Proses Korosi

4

Kinetika Laju Korosi dengan Tinjauan Energi Aktivasi

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Hasil Sintesis ZDTP dan penciriannya

4

Efektivitas Inhibisi Korosi ZDTP Berdasarkan Polarisasi Potensiodinamik

7

Pengaruh Panjang Rantai ZDTP pada Kinerja Antikorosi

8

Pengaruh Suhu pada Arus Korosi

9

Parameter Termodinamika dan Kinetika Korosi

10

SIMPULAN

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

22

 

DAFTAR TABEL
1 Rendemen sintesis ZDTP
5
2 Parameter korosi dan efektivitas inhibisi korosi larutan ZDTP yang diukur
pada suhu 28 oC dan lama pencelupan 15 detik
7
3 Pengaruh suhu pada arus korosi
10
4 Parameter termodinamika dan kinetika korosi
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Rute sintesis ZDTP
Produk sintesis ZDTP 4 (a), ZDTP 8 (b), dan ZDTP 16 (c)
Spektrum inframerah produk sintesis
Model adsorpsi molekul ZDTP 8 yang telah dioptimisasi energi dengan
metode mekanika molekuler menggunakan perangkat lunak HyperChem
Hubungan konsentrasi larutan ZDTP dengan efektivitas inhibisi korosi
Aluran kurva persamaan Arrhenius keadaan transisi
Aluran kurva persamaan Arrhenius

5
6
6
8
9
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Diagram alir penelitian
Rangkaian alat sintesis ZDTP
Elektrode Cu, reservoir, dan rangkaian alat pengukuran elektrokimia
Bobot reaktan dan perhitungan sintesis ZDTP
Contoh perhitungan data polarisasi potensiodinamik
Kurva polarisasi zink dialkilditiofosfat
Pengolahan data variasi suhu dan perhitungan CR

15
16
17
18
19
20
21

 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
 

Korosi merupakan suatu fenomena permukaan yang terjadi akibat adanya
reaksi oksidasi-reduksi antara permukaan logam dan lingkungannya. Benda yang
terserang korosi akan mengalami penurunan mutu dan apabila korosi dibiarkan
terus-menerus akan semakin fatal akibatnya. Bukan hanya kerugian dari segi
ekonomi, korosi dapat juga berefek pada keamanan dan keselamatan, misalnya
proses korosi yang menyerang infrastruktur jalan, bangunan, serta tangki dan pipa
penyaluran minyak. Rapuhnya logam akibat korosi dapat membuat infrastruktur
tersebut menjadi rusak dan ambruk. Oleh karena itu, kajian mengenai korosi
menjadi begitu penting, terutama kajian mengenai senyawa-senyawa yang
memiliki aktivitas inhibisi korosi, sehingga dampak yang terjadi dapat
diminimumkan. Antikorosi merupakan zat kimia yang mampu menginhibisi laju
korosi lingkungan terhadap logam.
Antikorosi dapat berupa senyawa organik, anorganik, dan senyawa
kompleks koordinasi. Contoh senyawa kompleks koordinasi yang dapat bertindak
sebagai antikorosi ialah senyawa zink dialkilditiofosfat (ZDTP) (Sangvanich et al.
2008). Pada mulanya senyawa ZDTP banyak digunakan sebagai pelumas pada
industri automotif (Becchi et al. 2001), tetapi kemudian diketahui bahwa senyawa
ini juga mampu bertindak sebagai antikorosi (Loftus 2002). Senyawa ZDTP dapat
teradsorpsi pada antarmuka logam, sehingga melindungi logam dari serangan
korosi. Selain sebagai antikorosi, senyawa ini juga memiliki kemampuan sebagai
antifriksi, antiaus, dan antioksidan (Rudnick 2009).
Rantai alkil pada ZDTP dapat dibuat beragam sesuai dengan kebutuhan
pemakaian, rantai alkil yang berbeda tentunya akan memberikan sifat fisikokimia
yang berbeda. Menurut Yu et al. (2007) gugus alkil sekunder memberikan kinerja
antiaus yang lebih baik daripada alkil primer atau aril. Semakin panjang rantai
alkil dari ZDTP, semakin tinggi kestabilannya terhadap panas. ZDTP dari alkohol
sekunder kurang stabil terhadap panas, tetapi memiliki sifat antioksidan dan
pelumasan yang lebih baik dari rantai primer (Evstaf’ev et al. 2001). Pada minyak
pelumas komersial, ZDTP yang banyak digunakan memiliki rantai alkil C4 sampai
C10 (Sangvanich et al. 2008). Saat ini belum banyak penelitian yang melaporkan
kinerja antikorosi ZDTP dengan alkohol rantai panjang (fattyalcohol). Struktur
yang lebih teratur dan rapat dari ZDTP dengan rantai fattyalcohol diduga akan
memberikan kinerja antikorosi yang lebih baik daripada ZDTP yang umum
digunakan pada minyak pelumas komersial saat ini. Menurut Peng et al. (2011),
struktur ZDTP yang lebih teratur dan rapat memberikan kinerja antikorosi yang
lebih baik dibandingkan dengan struktur yang lebih meruah dan bercabang.
Zink dialkilditiofosfat (ZDTP) yang diukur kinerja antikorosinya memiliki
rantai alkil linear C4, C8, dan C16 dengan beragam konsentrasi. Pengukuran
dilakukan menggunakan teknik polarisasi potensiodinamik dengan ekstrapolasi
Tafel. Teknik ini merupakan teknik elektrokimia yang banyak digunakan untuk
mengukur kinerja antikorosi berdasarkan pantauan arus korosi. Parameter
polarisasi seperti arus korosi, potensial korosi, dan kemiringan Tafel dapat
dijadikan parameter pengukur kinerja antikorosi dari ZDTP.

 

Selain parameter polarisasi, besaran termodinamika dan kinetika juga dapat
digunakan untuk mengukur kemudahan suatu reaksi korosi terjadi. Parameter
termodinamika juga dapat memberi informasi mengenai transfer energi di antara
sistem dan lingkungannya (Atkins dan Paula 2006). Derajat ketidakteraturan
sistem dijelaskan dengan perubahan entropi (∆S) dan kespontanan suatu reaksi
mampu dijelaskan melalui perubahan energi bebas Gibbs (∆G). Tinjauan
mengenai kinetika korosi dapat dijelaskan berdasarkan nilai energi aktivasi (Ea)
proses korosi. Nilai perubahan besaran termodinamika dan energi aktivasi tersebut
bisa didapatkan berturut-turut melalui persamaan Arrhenius keadaan transisi dan
persamaan Arrhenius (Rafiquee et al. 2008).

Tujuan Penelitian
 

Penelitian ini bertujuan mengukur kinerja antikorosi ZDTP, mengukur nilai
parameter termodinamika dan kinetika korosi menggunakan teknik polarisasi
potensiodinamik, serta mempelajari pengaruh panjang rantai ZDTP pada aktivitas
inhibisi korosi pada logam Cu .

Waktu dan Tempat Penelitian
 

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di
Laboratorium Terpadu IPB Baranangsiang dan Laboratorium Bersama
Departemen Kimia IPB.

METODE
Bahan dan Alat
 

Penelitian ini terdiri atas 2 bagian, pertama ialah sintesis ZDTP dan
penciriannya, bagian kedua ialah pengukuran elektrokimia (Lampiran 1). Bahanbahan yang digunakan untuk sintesis ZDTP antara lain P2S5 (Merck), n-butanol
(Univar), 1-oktanol (Merck), setil alkohol, ZnO (teknis), n-heptana (AnalaR), dan
HNO3 pekat. Untuk pengukuran elektrokimia, digunakan aseton, ampelas silikon
karbida 100 CW, HCl 5%, dan kupon tembaga (elektrode kerja). Adapun
peralatan yang digunakan antara lain adalah labu didih, termometer, pemanas,
pengaduk magnetik, neraca analitik, stopwatch, potensiostat EA160 yang
dilengkapi program EChem® versi 2.1, perangkat lunak HyperChem® versi 6, dan
spektrofotometer inframerah transformasi Fourier (FTIR) Prestige-21 Shimadzu.

Sintesis Zink Dialkilditiofosfat (Dinoiu et al. 2007)
 

Zink dialkilditiofosfat (ZDTP) dibuat dengan cara mereaksikan P2S5 dan
alkohol dengan nisbah 1:4 dalam pelarut n-heptana (reaksi tahap 1) selama 12 jam

3
 

di dalam labu didih (Lampiran 2). Produk samping reaksi ini berupa gas H2S, oleh
karena itu labu didih disambungkan dengan rangkaian alat penjerap H2S (Hayati
2013). Pemanasan dan pengadukan dilakukan pada suhu 70−90 oC pada penangas
air. Reaksi tersebut akan membentuk asam dialkilditiofosfat (ADTP). Sebanyak 1
mol ZnO ditambahkan pada reaktor yang sama untuk membentuk ZDTP.
Dilakukan pengadukan tanpa pemanasan selama 12 jam pada reaksi tahap 2 untuk
pembentukan ZDTP. Produk sintesis kemudian dipisahkan dengan cara
diekstraksi menggunakan 20 mL n-heptana dan dicuci dengan 20 ml air
(Rismawati 2013). Ekstraksi dan pencucian dilakukan hingga fase air terlihat
jernih. Fase organik yang diambil kemudian diuapkan pelarutnya dan ditimbang
bobot ZDTP untuk mendapatkan rendemennya.

Pencirian Produk
ZDTP hasil sintesis dicirikan dengan menggunakan FTIR yang bertujuan
menentukan gugus fungsi atau ikatan kimia yang terdapat pada produk.
Pengukuran dilakukan dengan cara menggerus produk dengan KBr, kemudian
dibuat pelet dan diukur.
 

Pengukuran dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamik
 

Elektrode kerja tembaga (Cu) dipreparasi dengan cara diampelas
permukaannya kemudian dibilas dengan akuades dan aseton (Lampiran 3).
Setelah itu, elektrode Cu dimasukkan ke dalam reservoir yang berisi larutan uji
NaCl 1%. Reservoir diberikan sirkulasi air pada dindingnya untuk memelihara
kestabilan suhu. Elektrode Ag/AgCl dan kawat Pt berturut-turut dipasang sebagai
elektrode pembanding dan elektrode pembantu. Kabel warna hijau, kuning, dan
merah dari potensiostat EA160 berturut-turut disambungkan pada elektrode kerja,
pembanding, dan pembantu. Larutan uji dibiarkan mencapai kesetimbangan
dengan elektrode sekitar 5 menit. Setelah itu, program EChem pada perangkat
komputer dinyalakan dan dipilih teknik linear polarization pada kotak dialog.
Pengukuran blangko dilakukan pada rentang potensial 60 sampai 120 mV untuk
anode dan 60 sampai −50 mV untuk katode dengan scan rate 0.25 mV/s. Setelah
pengukuran blangko selesai, elektrode Cu dibersihkan kembali dengan cara
dibilas HCl 5% kemudian dicuci dengan akuades dan diampelas kembali. Setelah
itu, dicuci kembali menggunakan akuades dan aseton. Elektrode Cu yang telah
dibersihkan kemudian dicelupkan ke dalam larutan ZDTP selama 15 detik dan
ditiriskan beberapa saat. Elektrode kerja kemudian dirangkaikan kembali pada
reservoir dan dilakukan lagi pengondisian sekitar 2 menit. Setelah pengondisian
selesai, sampel diukur pada rentang potensial yang sama baik untuk anode
maupun katode. Data yang didapatkan kemudian diproses menggunakan
perangkat lunak EChem dengan ekstrapolasi Tafel dan Microsoft Excel sehingga
didapatkan kurva polarisasi. Dari kurva tersebut, diperoleh informasi berupa
potensial korosi (Ecorr), tetapan Tafel anode (βa) dan katode (βc), serta arus korosi
(icorr) (Perez 2004). Efektivitas inhibitor dihitung sesuai persamaan berikut:


 
%EI

х

%

 

Parameter Termodinamika Proses Korosi
 

Parameter termodinamika ditentukan berdasarkan persamaan Arrhenius
keadaan transisi (Rafiquee et al. 2008):
ln



ln



Parameter ΔH* dan ΔS* berturut-turut merupakan perubahan entalpi dan entropi
keadaan transisi, sedangkan NAh adalah tetapan Planck molar (3.99 x 10−10 J S
mol−1). Dengan memvariasikan suhu (T), maka ΔH* dan ΔS* dapat ditentukan
dari kurva ln(
/T) vs 1/T, sedangkan perubahan energi bebas Gibbs transisi
(ΔG*) dihitung menurut persamaan termodinamika berikut:






Kinetika Laju Korosi dengan Tinjauan Energi Aktivasi
 

Kemudahan terjadinya suatu reaksi bergantung pada energi minimum yang
dibutuhkan agar reaksi tersebut berjalan. Energi aktivasi dapat dihitung
berdasarkan aluran data antara ln Icorr dan 1/T berdasarkan persamaan Arrhenius
berikut (Morad dan El-Dean 2006):

ln

e

ln

dengan A ialah tetapan Arrhenius yang ditentukan secara empirik, Ea adalah
energi aktivasi proses korosi (kJ mol-1), R adalah tetapan gas ideal (8.314 J mol1 -1
K ), dan T adalah suhu (K).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Sintesis ZDTP dan penciriannya
 

Sintesis zink dialkilditiofosfat (ZDTP) dilakukan menggunakan teknik
konvensional dengan mencampurkan alkohol dan fosforus pentasulfida dalam
pelarut n-heptana untuk membentuk intermediet asam dialkilditiofosfat (ADTP).
ADTP yang terbentuk kemudian direaksikan dengan zink oksida untuk

5
 

membentuk ZDTP. Rute sintesis diperlihatkan pada Gambar 1. Diketahui bahwa
metode sintesis ZDTP yang berbeda akan berpengaruh pada kinerjanya sebagai
aditif pelumas (Dinoiu et al. 2007). Fosforus pentasulfida yang direaksikan dibuat
berlebih untuk memastikan alkohol yang direaksikan pada tahap 1 habis terpakai.
Jika terdapat alkohol yang tersisa dikhawatirkan akan terjadi persaingan adisi
pada tahap 2 antara alkohol sisa dan ADTP terhadap zink oksida yang
memungkinkan berkurangnya rendemen ZDTP yang dihasilkan. Zink oksida yang
ditambahkan juga dibuat berlebih agar ADTP dipastikan habis bereaksi
membentuk ZDTP.

 

Gambar 1 Rute sintesis ZDTP
Keberhasilan sintesis ZDTP tentunya bergantung pada keberhasilan
pembentukan senyawa intermediet ADTP. Reaksi adisi alkohol terhadap fosforus
pentasulfida berlangsung secara eksotermik. Tabel 1 menunjukkan rendemen yang
dihasilkan dari 3 ZDTP yang berbeda panjang rantai alkilnya. Perolehan
rendemen ZDTP 4 dan ZDTP 16 mendekati sama, tetapi rendemen ZDTP 8 jauh
lebih kecil daripada keduanya. Bobot reaktan dan perhitungan rendemen disajikan
pada Lampiran 4.
Tabel 1 Rendemen sintesis ZDTP
Senyawa

Gugus alkil Suhu sintesis (◦C) Rendemen (%)

ZDTP 4 CH3(CH2)3
ZDTP 8 CH3(CH2)7
ZDTP 16 CH3(CH2)15

70
90
90

86.14
62.22
82.06

Penggunaan alkohol berbeda panjang rantai berpengaruh pada proses adisi
nukleofili. Semakin panjang rantai alkohol yang digunakan, efek sterik akan
meningkat, proses adisi menjadi lebih lambat akibat pengaruh halangan ruang.
Agar proses adisi tetap berlangsung, perlu pasokan energi yang lebih besar untuk
rantai alkohol yang lebih panjang. Oleh karena itu, suhu sintesis ZDTP 8 dan
ZDTP 16 dibuat lebih besar dari ZDTP 4. Namun, jika suhu yang digunakan
terlalu tinggi, asam dialkilditiofosfat dapat terurai kembali (Jaenudin 1998).


 

ZDTP 4 yang dihasilkan berwujud cair seperti minyak (oily) yang
bercampur dengan kristal-kristal kecil. ZDTP 8 tampak seperti minyak berwarna
kuning sama seperti ZDTP 4. Akan tetapi, ZDTP 16 hasil sintesis berbeda warna
dari kedua produk lainnya, ZDTP 16 berwarna putih dan berwujud seperti bubur
(Gambar 2).

(a) 

(b) 

(c) 

Gambar 2 Produk sintesis ZDTP 4 (a), ZDTP 8 (b), dan ZDTP 16 (c)
Spektrum FTIR (Gambar 3) digunakan untuk mengidentifikasi ikatan-ikatan
kimia yang terdapat pada produk sintesis. Regang C-H dengan intensitas tajam
terbaca pada bilangan gelombang 3000−2850 cm-1, -CH2- dan -CH3 berturut-turut
terdapat di sekitar 1465 dan 1375 cm-1 (Pavia et al. 2001). Adanya ikatan P-O-C
terlihat dari serapan pada 1000-980 cm-1. Serapan pada rentang 650−540 cm-1
menunjukkan adanya ikatan P-S. Berdasarkan interpretasi spektrum tersebut,

 

Keterangan gambar:              (ZDTP 16),   
 

  (ZDTP 8),  

      (ZDTP 4) 

Gambar 3 Spektrum inframerah produk sintesis

7
 

dapat dikatakan bahwa produk yang terbentuk adalah ZDTP. Hilangnya serapan
OH di sekitar 3500−3200 cm-1 menunjukkan bahwa alkohol telah habis bereaksi
membentuk produk. Sementara itu, serapan Zn-S pada daerah inframerah jauh
400−300 cm-1 tidak diukur.
 

Efektivitas Inhibisi Korosi ZDTP Berdasarkan Polarisasi Potensiodinamik
 

Kinetika elektrokimia dari perkaratan logam dapat dicirikan dengan
menentukan minimum 3 parameter polarisasi, yaitu arus korosi (icorr), potensial
korosi (Ecorr), dan kemiringan Tafel (β). Sifat korosi dapat didekati dengan kurva
polarisasi (Lampiran 6) yang didapat dari alur E vs log i (Perez 2004). Arus korosi
didapatkan dari perpotongan antara kurva Tafel anode dan Tafel katode
(Lampiran 4). Tabel 2 menunjukkan penurunan arus korosi dan kenaikan
efektivitas inhibisi seiring dengan kenaikan konsentrasi dari ketiga larutan ZDTP.
Arus korosi sampel menjadi lebih kecil dibandingkan dengan arus korosi blangko.
Tabel 2 Parameter korosi dan efektivitas inhibisi korosi larutan ZDTP yang diukur pada
suhu 28 oC dan lama pencelupan 15 detik
Larutan

ZDTP 4

ZDTP 8

ZDTP 16

Konsentrasi
(%)

Potensial korosi
(mV)

Arus korosi
(mA)

% EI

Ѳ

Blangko
1
2
4
5
Blangko
0.5
1
2
3
5
Blangko
0.5
1
2
3
4

77.50
76.58
60.55
62.78
62.32
79.68
81.81
77.74
68.39
59.49
59.36
77.17
71.20
74.33
64.54
61.26
61.96

5.1667
2.7419
1.8064
1.5476
1.4400
4.7895
2.1481
1.3226
1.1333
0.8333
0.8182
5.6470
4.4000
3.0952
2.6818
2.0741
1.9032

46.93
65.04
70.05
72.13
55.15
72.39
76.34
82.60
82.92
22.08
45.19
52.51
63.27
66.30

0.47
0.65
0.70
0.72
0.55
0.72
0.76
0.83
0.83
0.22
0.45
0.52
0.63
0.66

CR
(mmpy)
35.02
18.59
12.24
10.49
9.76
37.51
16.82
10.36
8.88
6.53
6.41
38.50
30.00
21.10
18.29
14.14
12.98

Kenaikan konsentrasi inhibitor tidak selalu diikuti dengan kenaikan
efektivitas inhibisi secara linear. Ketiga sampel menunjukkan bahwa pada
konsentrasi tertentu, penambahan konsentrasi tidak lagi meningkatkan efektivitas
inhibisi secara signifikan. Diduga konsentrasi tersebut adalah dosis efektif ZDTP
dalam menginhibisi arus korosi. ZDTP 8 menginhibisi arus korosi maksimum
sampai 0.8 mA. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan ZDTP 4 yang
menginhibisi maksimum pada 1.5 mA dan ZDTP 16 yang hanya mampu


 

menginhibisi arus korosi sampai 2.0 mA (Tabel 2). Kehadiran inhibitor
mengakibatkan potensial korosi (Ecorr) cenderung menurun, hal ini berarti daerah
polarisasi anode berkurang dan reaksi oksidasi menjadi lebih terhambat.
Meningkatnya efektivitas inhibisi diikuti oleh kenaikan derajat penutupan
permukaan (Ѳ). Nilai Ѳ tinggi mengindikasikan penutupan penuh permukaan
oleh inhibitor (El-Lateef et al. 2012). ZDTP teradsorpsi pada permukaan dan
menutupi permukaan logam dari medium korosif. Laju korosi (CR) dapat diwakili
oleh laju kehilangan bobot atau laju penetrasi permukaan oleh konstituen korosif.
Besaran ini menunjukkan disolusi logam yang berkaitan dengan penetrasi
permukaan per tahunnya (Perez 2004). ZDTP mampu menurunkan laju penetrasi
permukaan logam dengan membentuk lapisan protektif. Dengan demikian,
penurunan mutu logam dapat diminimumkan dan masa pakai meningkat dengan
adanya ZDTP.

Pengaruh Panjang Rantai ZDTP pada Kinerja Antikorosi
 

ZDTP memiliki inti organologam yang bersifat hidrofilik dapat teradsorpsi
pada permukaan elektrode dan membentuk lapisan pasif (pasivasi) sehingga
permukaan menjadi tidak terlalu aktif untuk terkorosi. Gambar 4 memperlihatkan
model adsorpsi molekul ZDTP 8 pada permukaan. Diduga atom zink yang
berperan utama pada proses adsorpsi, namun atom lain yang terdapat pada bagian
hidrofilik ZDTP seperti sulfur (Benali et al. 2006), fosforus, dan oksigen (Gece
2011) juga dapat teradsorpsi. Rantai alkil (hidrofobik) dari ZDTP juga dapat
bertindak sebagai penghalang (barrier) yang melindungi permukaan logam dari
serangan konstituen korosif. Kedua mekanisme inhibisi inilah yang akhirnya
menurunkan arus korosi.

 

Gambar 4

Model adsorpsi molekul ZDTP 8 yang telah dioptimisasi energi
dengan metode mekanika molekuler menggunakan perangkat lunak
HyperChem

Dosis efektif ditentukan dari kurva hubungan konsentrasi inhibitor dengan
efektivitas inhibisi. Dosis efektif diambil berdasarkan titik belok pada kurva
(Gambar 5). Bentuk kurva logaritmik tersebut sebanding dengan kurva derajat
penutupan permukaan sebagai fungsi dari konsentrasi adsorbat (Houston 2001).
Terlihat pada Gambar 4 bahwa pada dosis efektifnya, efektivitas inhibisi ZDTP 8
lebih besar dibandingkan dengan ZDTP 4, sedangkan efektivitas inhibisi ZDTP
16 paling rendah. ZDTP 8 memiliki dosis efektif pada konsentrasi larutan
inhibitor 2% dengan efektivitas inhibisi sekitar 80%. Hal Ini menunjukkan bahwa
penambahan konsentrasi ZDTP 8 di atas 2% tidak lagi meningkatkan efektivitas

9
 

inhibisi secara signifikan. ZDTP 4 juga memiliki dosis efektif 2%, dengan
efektivitas inhibisi 68%, sedangkan dosis efektif ZDTP 16 lebih tinggi, yaitu 2.5%
dan efektivitasnya hanya 58%. Hal tersebut menunjukkan bahwa panjang rantai
berpengaruh pada kinerja antikorosi dari ZDTP.
Kinerja meningkat ketika ZDTP dengan gugus butil panjangnya
ditingkatkan 2 kali menjadi gugus oktil, tetapi menurun ketika panjang rantai
dinaikkan lagi 2 kali lipatnya menjadi gugus setil. Kehadiran gugus alkil rantai
panjang memiliki potensi melindungi logam dari media korosif (Wahyuningrum
et al. 2008). Namun, halangan sterik yang lebih besar dapat mengurangi
kemudahan molekul ZDTP untuk teradsorpsi pada permukaan logam. Selain itu,
sifat hidrofobik ZDTP meningkat seiring memanjangnya rantai alkil sehingga
pada saat pencelupan elektrode pada larutan ZDTP, interaksi hidrofobik antara
ZDTP dan pelarut organik (n-heptana) lebih disukai dibandingkan dengan proses
adsorpsi permukaan. Diduga faktor-faktor tersebut yang mengakibatkan lebih
sedikit molekul ZDTP 16 teradsorpsi dengan waktu pencelupan dan pelarut yang
sama sehingga kemampuannya menginhibisi arus korosi menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan ZDTP 4 dan ZDTP 8.
90
80

% EI

70
60
50
40
30
20
0

1

2

3

4

5

Konsentrasi larutan (%)
Keterangan :     

(ZDTP 16),   

  (ZDTP 8),  

       (ZDTP 4) 

 

Gambar 5 Hubungan konsentrasi larutan ZDTP dengan efektivitas inhibisi korosi

Pengaruh Suhu pada Arus Korosi
 

Konsentrasi dan orde reaksi tidak peka akan perubahan suhu. Tetapan laju
reaksilah yang peka akan perubahan suhu (Atkins dan Paula 2006). Dalam
kinetika elektrokimia korosi, arus korosi peka pada perubahan suhu (Rafiquee et
al. 2008). Oleh karena itu, parameter tetapan laju sebanding dengan arus korosi.
Kenaikan suhu memberikan energi lebih pada sistem. Energi tersebut akan
meningkatkan gerakan konstituen korosif (Cl−) menjadi lebih aktif. Akibatnya,
arus korosi meningkat dengan kenaikan suhu seperti yang ditunjukkan pada Tabel
3. Arus korosi blangko maupun sampel meningkat hampir 2 kalinya dengan
kenaikan suhu 10 oC pada rentang suhu pengujian 30−50 oC. Akan tetapi, ketika

10 
 

suhu dinaikkan lebih lanjut dari 50 oC ke 60 oC, arus korosi tidak berubah
signifikan baik untuk blangko ataupun sampel. Diduga kenaikan suhu yang lebih
tinggi ini menyebabkan pergerakan konstituen korosif semakin acak dan cepat
dalam reservoir. Hal tersebut mengakibatkan efektivitas ion klorida untuk kontak
dengan logam berkurang. Proses korosi menjadi tidak meningkat disebabkan
waktu kontak antara konstituen korosif dan permukaan logam terlalu cepat. Dari
fenomena ini diketahui bahwa arus korosi maksimum untuk logam Cu terjadi
pada suhu 50 oC. Artinya penggunaan logam Cu dalam medium NaCl akan
mengalami perkaratan maksimum jika suhu sistem yang digunakan di atas suhu
tersebut. Proses inhibisi juga akan menjadi lebih sulit akibat kenaikan suhu.
Tabel 3 Pengaruh suhu pada arus korosi
Suhu (oC)

Larutan

b
a
b
40
a
b
50
a
b
60
a
Keterangan: b = blangko
a = sampel
30

Garis Tafel
anode
y = −0.013x + 0.156
y = −0.004x + 0.087
y = −0.005x + 0.122
y = −0.019x + 0.109
y = −0.004x + 0.125
y = −0.003x + 0.079
y = −0.002x + 0.105
y = −0.013x + 0.128

katode
y = 0.012x + 0.026
y = 0.025x + 0.043
y = 0.004x + 0.025
y = 0.008x + 0.046
y = 0.004x + 0.006
y = 0.004x + 0.043
y = 0.003x + 0.015
y = 0.001x + 0.052

Arus korosi
(mA)
5.200
1.517
10.625
2.333
16.250
5.142
16.160
5.428

Parameter Termodinamika dan Kinetika Korosi
 

Parameter termodinamika korosi didapatkan melalui aluran kurva ln (i/T)
terhadap 1000/T (Gambar 6) sesuai dengan persamaan Arrhenius keadaan transisi.
Pengolahan data variasi suhu disajikan pada Lampiran 7. Tabel 4 memperlihatkan
bahwa nilai ΔH* sampel lebih besar daripada blangko. Hal ini mengindikasikan
bahwa dibutuhkan energi yang lebih besar untuk terjadinya korosi dengan adanya
ZDTP pada permukaan logam. Perubahan entropi transisi menjelaskan derajat
ketidakteraturan sistem. Adanya inhibitor ZDTP pada sistem meningkatkan
derajat ketidakteraturan sistem yang dimanifestasikan dalam kenaikan ∆S* yang
terukur (Morad dan El-Dean 2006). Spontanitas reaksi dapat dijelaskan oleh nilai
∆G*. Nilai ∆G* positif menunjukkan bahwa proses elektrokimia korosi
berlangsung tidak spontan. Perubahan energi bebas Gibbs transisi sampel lebih
positif daripada blangko. Hal ini menunjukkan bahwa kespontanan korosi
menurun dengan adanya ZDTP sebagai inhibitor. Dengan kata lain, proses korosi
terhambat oleh kehadiran inhibitor.

11
 

0.00
2.90

3.00

3.10

3.20

3.30

3.40

Ln (i/T)

‐1.00
‐2.00

y = -3.432x + 7.440
R² = 0.864

‐3.00
‐4.00
‐5.00

y = -4.328x + 9.001
R² = 0.920

‐6.00

1000/T (K)

 

Keterangan gambar: blangko( ), sampel ( )
Gambar 6 Aluran kurva persamaan Arrhenius keadaan transisi
Tabel 4 Parameter termodinamika dan kinetika korosi
 

∆H* (kJ mol-1) ∆S* (J mol-1K-1) ∆G* (kJ mol-1)
Blangko
Sampel

28.53
35.98

-135.68
-122.7

69.64
73.16

Ea (kJ mol-1)
31.14
38.60

Identifikasi kinetika korosi dimanifestasikan melalui parameter energi
aktivasi (Ea). Nilai Ea didapat melalui aluran kurva Arrhenius (Gambar 7).
Kemiringan kurva dikalikan tetapan gas ideal (R) merupakan nilai Ea yang
didapatkan. Penambahan ZDTP didapati berpengaruh meningkatkan energi
aktivasi (Tabel 4), yang berarti bahwa terjadi peningkatan energi minimum reaksi
korosi. Semakin tinggi energi aktivasi, proses korosi menjadi lebih sulit, karena
kebutuhan energi minimum sebagai syarat suatu reaksi terjadi menjadi lebih besar.
Dengan kata lain, laju korosi menurun dengan kehadiran inhibitor. Nilai ∆S* yang
negatif dan ∆H* positif bila dimasukkan dalam fungsi Gibbs akan menghasilkan
nilai ∆G* yang selalu positif berapapun nilai suhu (T) yang digunakan. Hal ini
memberikan gambaran bahwa reaksi selalu berjalan tidak spontan disemua
rentang suhu. Artinya, diperlukan energi atau kerja tambahan dari luar agar reaksi
tersebut dapat berjalan. Hadirnya ZDTP meningkatkan ketidakspontanan proses
korosi,terlihat dari perbedaan nilai besaran termodinamika korosi. Hal ini berarti
bahwa dibutuhkan energi atau kerja tambahan yang lebih besar bagi konstituen
korosif untuk dapat mengkarat permukaan logam ketika ZDTP hadir membentuk
lapisan protektif dipermukaan.

12 
 

3.5
y = -3.746x + 14.19
R² = 0.884

Ln i (mA)

3
2.5
2
1.5
1
y = -4.643x + 15.75
R² = 0.930

0.5
0
2.9

3

3.1

3.2

3.3

1000/T (K)

3.4

 

Keterangan gambar: blangko ( ), sampel ( )
Gambar 7 Aluran kurva persamaan Arrhenius
 

SIMPULAN
 

Kinerja antikorosi zink dialkilditiofosfat telah berhasil ditentukan dengan
teknik polarisasi potensiodinamik. ZDTP 8 memiliki efektivitas inhibisi korosi
logam Cu paling besar, yakni mencapai 80%, sedangkan ZDTP 4 dan ZDTP 16
berturut-turut sebesar 68% dan 58%. Nilai tersebut menunjukkan pula adanya
pengaruh panjang rantai terhadap aktivitas antikorosi terutama dari segi halangan
ruangnya. ZDTP mampu menurunkan spontanitas korosi yang terukur
berdasarkan peningkatan ∆G* dari 69.64 kJ mol-1 menjadi 73.16 kJ mol-1. Nilai Ea
sampel didapati lebih besar daripada blangko, yang artinya bahwa laju korosi
menurun dengan kehadiran ZDTP.
 

DAFTAR PUSTAKA
 
 

Atkins P, Paula JD. 2006. Physical Chemistry Ed ke-8. New York (US): WH
Freeman.
Becchi M, Perret F, Carraze B, Beziau JF, Michael JP. 2001. Structural
determination of zinc dithiophosphates in lubricating oils by GCMS with
electron impact and electron-capture negative ion chemical ionization. J
Chrom. 905:207–222.
Benali O, Larabi L, Mekelleche SM, Harek Y. 2006. Influence of substitution of
phenyl group by naphthyl in a diphenylthiourea molecule on corrosion
inhibition of cold-rolled steel in 0.5 M HSO4. J Matter Sci. 41:7064–
7073.doi:10.1007/s10853-006-0942-6.

13
 

Dinoiu V, Danilian F, Bogatu L. 2007. The influence of synthesis method of zinc
dialkyldithiophosphates on the process of additivation. Rev Chim
(Bucureºti) 58(2):183-185.
El-Lateef HM, Aliyeva LI, Abbasov VM, Ismayilov TI. 2012. Corrosion
inhibition of low carbon steel in CO2 -saturated solution using anionic
surfactant. Adv Appl Sci Res. 3(2):1185−1201.
Evstaf’ev VP, Kononova EA, Levin AYa, Trofimova, Ivanova OV. 2001. A new
dithiophosphate additive for lubricating oils. Chem and Tech of Fuels and
Oils. 37(6):427-431.
Gece G. 2011. Review drugs: A review of promising novel corrosion inhibitors.
Corr Sci. 53:3873-3898.doi:10.1016/j.corsci.2011.08.006.
Hayati IK. 2013. Pengaruh pelarut pada rendemen sintesis zink
bis(dibutilditiofosfat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Houston PL. 2001. Chemical Kinetics and Reaction Dynamics. New York (US):
McGraw-Hill.
Jaenudin. 1998. Pembuatan Zn-Diisobutilditiofosfat dan penggunaanya sebagai
aditif minyak lumas otomotif [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
Lotfus S. 2002. Zinc Dialkildithiophosphate Category. New York (US): The
American Chemistry Council.
Morad MS, El-Dean AMK. 2006. 2,2'-Dithiois(3-cyano-4,6-dimethylpyridine): A
new class of acid corrosion inhibitors for mild steel. Corr Sci. 48(11):33983412.doi:10.1016/j.corsci.2005.12.006.
Pavia DL, Lapman GM, Kriz GS. 2001. Intoduction to Spectroscopy Ed ke-3.
Washington (US): Thomson Learning.
Peng L, Li F, Ren T, Wu H, Ma C. 2011. The tribological behaviour of a novel
triazine derivative and its combination with ZDDP as additive in mineral
oil. Ind L Tribology. 63(3):216-221.doi: 10.1108/00368791111126644.
Perez N. (2004). Electrochemistry and Corrosion Science. New York (US):
Kluwer Academic Publishers.
Rafiquee MZA, Saxena N, Khan S, Quraishi MA. 2008. Influence of surfactants
on the corrosion inhibition behavior of 2-aminophenyl-5-mercapto-1-oxa3,4-diazole (AMOD) on mild steel. M Chem and Phys. 107(2-3):528-533.
doi:10.1016/j.matchemphys.2007.08.022.
Rismawati. 2013. Pengaruh jenis alkohol pada rendemen sintesis zink
dialkilditiofosfat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rudnick LR. 2009. Lubricant Additives Chemistry and Applications Ed ke-2.
Prancis: CRC Pr.
Sangvanich P, Jannate T, Amorn P. 2008. Analysis of ZDTP additives in
commercial lubricating oil using matrix assisted laser of flight mass
spectrometry. Acta Chim Slov 55:582-587.
Wahyuningrum D, Achmad S, Syah YM, Buchari, Bundjali B, Ariwahjoedi B.
2008. The Correlation between structure and corrosion inhibition activity of
4,5-diphenyl-1-vinylimidazole derivative compounds towards mild steel in
1% NaCl solution. Int J Electrochem Sci. 3:154-166.
Yu LG, Yamaguchi ES, Kasrai M, Bancroft GM. 2007. The chemical characterization of tribofilms using XANES — Interaction of nanosize calcium
containing detergents with zinc dialkyldithiophosphate. Can J Chem.
85:675-684.

14 
 

LAMPIRAN

15
 

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Alkohol
1

P2S5

1

ZnO

2
Sintesis
ZDTP

CRUDE
PRODUK

1. Pemisahan
2. Pencucian

ZDTP

Karakterisasi
dengan FT-IR

Kinerja antikorosi
(Potensiostat EA160)

16 
 

Lampiran 2 Rangkaian alat sintesis ZDTP

(sumber: Hayati 2013)
Keterangan:
a. campuran pereaksi
b. penangas air
c. rangkaian alat penjerap H2S

17
 

Lampiran 3 Elektrode Cu, reservoir, dan rangkaian alat pengukuran elektrokimia

Elektrode Cu 

Reservoir 

Potensiostat EA160 

Perangkat komputer dan potensiostat 

18 
 

Lampiran 4 Bobot reaktan dan perhitungan sintesis ZDTP

Sampel

Alkohol

ZDTP 4

n-butanol

Bobot reaktan yang
ditimbang (g)
P2S5
Alkohol
ZnO
8.0096
8.9100
2.9302

ZDTP 8 

1-oktanol

16.0026

31.2228

ZDTP 16 

Setil alkohol

8.0085

29.0079

Bobot
ZDTP (g)

Rendemen
(%)

14.1510

86.14

5.8623

28.8032

62.22

2.9291

30.0230

82.06

Contoh perhitungan rendemen (ZDTP 4):
Mol n-butanol (reaktan pembatas) =
=

bobot butanol
Mr butanol
8.91 g
74.12 g/mol

= 0.12 mol
Mol produk

= ¼ x mol butanol
= ¼ x 0.12 mol
= 0.03 mol

Bobot teoritis ZDTP 4 = mol teoritis x Mr ZDTP 4
= 0.03 mol x 547.58 g/mol
= 16.4274 g
Rendemen (%) =
=

bobot percobaan
bobot teoritis
14.1510 g
16.4274 g

= 86.14%

x 100%

x 100%

19
 

Lampiran 5 Contoh perhitungan data polarisasi potensiodinamik
Suhu
(celcius)

Garis Tafel
anode

katode

Arus korosi
(mA)

y = ‐0,013x + 0,156 
y = ‐0,004x + 0,087 
y = ‐0,005x + 0,122 
y = ‐0,019x + 0,109 
y = ‐0,004x + 0,125 
y = ‐0,003x + 0,079 
y = ‐0,002x + 0,105 
y = ‐0,013x + 0,128 

y = 0,012x + 0,026 
y = 0,025x + 0,043 
y = 0,004x + 0,025 
y = 0,008x + 0,046 
y = 0,004x + 0,006 
y = 0,004x + 0,043 
y = 0,003x + 0,015 
y = 0,001x + 0,052 

5.200 
1.5172 
10.625 
2.333 
16.250 
5.1428 
16.160 
5.428 

Larutan








b = blangko
a = sampel

30 
40 
50 
60 
 
 

Perhitungan Ekstrapolasi Tafel


Arus blangko
Persamaan garis Tafel anode ==> y1 = 0.156 – 0.013x
Persamaan garis Tafel katode ==> y2 = 0.026 + 0.012x
Arus korosi (X), saat terjadi perpotongan (y1 = y2)
maka, y1 = y2
0.156 – 0.013x = 0.026 + 0.012x
0.025x = 0.13
x = 5.2000 mA



Efektivitas Inhibisi

%EI=

icorr blangko - icorr (inhibitor)
x 100%
icorr (blangko)
=

5.2000 mA - 1.5172 mA
5.2000 mA

x 100%

= 70.82%


Derajat penutupan permukaan
Ѳ =1 =1 -

icorr (inhibitor)
icorr (blangko)
1.5172
5.200

= 0.71

% EI

Ѳ

70.82 

0.71

78.04 

0.78

68.35 

0.68

66.41 

0.66

20 
 

Lamppiran 6 Kuurva polarisaasi zink diallkilditiofosffat
Z
ZDTP
4

0.120

Potensial (volt)

0.100
0.080
blangko
0.060

1%

0.040

2%

0.020

4%
5%

0.000
0

2

4

6

8

10

Aruss (mA)
 

Z
ZDTP
8

P t i l (V
Potensial
(Volt)
lt)

0.120
0.100
B
Blangko

0.080

0
0.5%

0.060

1
1%
0.040
2
2%
0.020

3
3%

0.000

5
5%
0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

Aruss (mA)
Z
ZDTP
16

0.120

Potensial (Volt)

 

0.100
Blan
ngko

0.080

0.50
0%

0.060

1%
0.040

2%

0.020

3%

0.000

4%
0.00
0

2.0
00

4.00

6.00

Aruss (mA)

8.00

10
0.00

 

21
 

Lampiran 7 Pengolahan data variasi suhu dan perhitungan CR

Larutan

Suhu (k)

1000/T

I (mA)

Ln i

i/T

Ln (i/T)

303

3.30

5.4483

1.6953

0.0180

-4.0184

313

3.19

10.6250

2.3632

0.0339

-3.3830

323

3.09

16.2500

2.7881

0.0503

-2.9896

333

3.00

16.1600

2.7825

0.0485

-3.0256

303

3.30

1.5172

0.4169

0.0050

-5.2969

313

3.19

2.3333

0.8473

0.0075

-4.8989

323

3.09

5.1428

1.6376

0.0159

-4.1401

333

3.00

5.4285

1.6917

0.0163

-4.1165

Blangko

1% ZDTP 8

Contoh perhitungan laju korosi CR (blangko ZDTP 4):
CR =

RF
ρ

icorr
Aw
CR = A
zFρ
5.1667 x 10-3 A
63.54 g mol-1
2
1.71
cm
CR =
2 96500 A s mol-1 8.96 g cm-3
CR = 1.1102 x 10-7 cm s-1
CR = 35.02 mm y-1

22 
 

RIWAYAT HIDUP
 
 

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Juli 1990 sebagai putra ketiga
dari lima bersaudara pasangan Dadang Iskandar dan Siti Nuraeni. Tahun 2009
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Leuwiliang Bogor dan pada tahun yang sama
penulis diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Kimia
Anorganik pada tahun ajaran 2010/2011, asisten praktikum Kimia lingkungan,
asisten praktikum Kimia Dasar I pada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum
Kimia Fisik, asisten praktikum Kimia Polimer, dan asisten praktikum Kimia
Dasar II pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga pernah ikut serta sebagai
anggota tim khusus pembuatan soal Chemistry Challenge pada acara Pesta Sains
Nasional IPB. Bulan Juli−Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapang di
Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor dengan judul Variasi Konsentrasi
Kalium Sebagai Modifier pada Penentuan Natrium Menggunakan Spektrometri
Serapan Atom Nyala.