Kinerja Antikorosi Zink Diarilditiofosfat dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamika

KINERJA ANTIKOROSI ZINK DIARILDITIOFOSFAT
DENGAN TEKNIK POLARISASI POTENSIODINAMIKA

FAISAL RIZKI GUMELAR

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Antikorosi
Zink Diarilditiofosfat dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamika adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
pebulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Faisal Rizki Gumelar
NIM G44100027

ABSTRAK
FAISAL RIZKI GUMELAR. Kinerja Antikorosi Zink Diarilditiofosfat dengan
Teknik Polarisasi Potensiodinamika. Dibimbing oleh KOMAR SUTRIAH dan
MOHAMMAD KHOTIB.
Zink diarilditiofosfat (ZDTP) merupakan senyawa aditif pelumas yang
memiliki banyak fungsi antara lain sebagai antiaus, antikorosi, antioksidan, dan
antifriksi. Fungsi ZDTP yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai antikorosi
yang dapat diukur dengan teknik polarisasi potensiodinamika. Rendemen terbesar
ZDTP hasil sintesis yang diperoleh 70%. Pengukuran menunjukkan bahwa ZDTP
ini memiliki efektivitas inhibisi (EI) korosi yang besar, terbukti nilai optimum
%EI terdapat pada konsentrasi larutan inhibitor 1%, yaitu 84.45% dengan derajat
penutupan permukaannya 0.84. Parameter termodinamika yang diukur
menunjukkan nilai spontanitas korosi berkurang dengan kehadiran inhibitor. Nilai
energi aktivasi pada proses korosi logam Cu dengan adanya ZDTP sebesar 52.32

kJ mol-1. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan blangko, yaitu 31.47 kJ
mol-1. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan laju korosi seiring naiknya
energi minimun reaksi.
Kata

kunci:

efektivitas inhibisi,
diarilditiofosfat

energi

aktivasi,

termodinamika,

zink

ABSTRACT
FAISAL RIZKI GUMELAR. The Performance of Zinc Diaryldithiophosphate as

Anti-Corrosion using Potentiodynamic Polarization Technique. Supervised by
KOMAR SUTRIAH and MOHAMMAD KHOTIB.
Zinc diaryldithiophosphate (ZDTP) is a lubricant additive that functions as
antiwear, anticorrosion, antioxidant, and antifriction. The ZDTP function has been
studied in this experiment by measuring its function as anticorrosion using
potentiodynamic polarization technique. The highest ZDTP yield was 70%. The
measurement shows that ZDTP has high corrosion inhibiton effectivity as proved
by the optimum value of %IE in the concentration 1% of inhibitor solution of
84.45% with surface coverage of 0.84. Thermodynamic parameter shows
corrosion spontaneity decreased due to the present of inhibitor. The value of
activation energy in Cu metal corrosion process with the present of inhibitor was
52.32 kJ mol-1, the value is higher than the blank activation energy, i.e 31.47 kJ
mol-1. This fact shows a decreasing corrosion rate with increasing minimum
energy of reaction.
Keywords: activation energy, inhibition effectiveness, thermodynamics, zinc
diaryldithiophosphate

vi

KINERJA ANTIKOROSI ZINK DIARILDITIOFOSFAT

DENGAN TEKNIK POLARISASI POTENSIODINAMIKA

FAISAL RIZKI GUMELAR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
Pada Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii

Judul Skripsi : Kinerja Antikorosi Zink Diarilditiofosfat dengan Teknik
Polarisasi Potensiodinamika
Nama

: Faisal Rizki Gumelar
NIM
: G44100027

Disetujui oleh

Dr Komar Sutriah, MS
Pembimbing 1

M Khotib, MSi
Pembimbing 2

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

x


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Kinerja Antikorosi Zink Diarilditiofosfat dengan Teknik Polarisasi
Potensiodinamika. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 hingga Juli
2014 di Laboratorium Terpadu IPB Baranangsiang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Komar Sutriah, MS dan
Bapak Mohammad Khotib, SSi, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, serta Bapak Dr Zainal Alim Mas’ud DEA atas fasilitas
Laboratorium Terpadu IPB, dan Bapak Drs Muhammad Farid, MSi yang telah
memberi saran. Penghargaan juga diberikan kepada Denar Zuliandanu, SSi dan
Lestari Ainun, SSi yang telah membantu penulis selama penelitian hingga akhir
penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Sujono, SSi, MSi dan staf analis
Laboratorium Terpadu IPB, serta Bapak Yani dari Bengkel Fisika IPB yang telah
membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua atas doa
dan motivasinya, Siti Askiya Indah Dwicahya atas motivasinya, serta Maulana
Septiana, Yunita Primasanti, dan Nofianita Khairunnisa selaku rekan satu tim atas
saran dan motivasinya. Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh civitas

Kimia 47 atas doa dan dukungannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Faisal Rizki Gumelar

xii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiii

DAFTAR GAMBAR

xiii

DAFTAR LAMPIRAN


xiii

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Bahan dan Alat

2

Metode

2

Sintesis Zink Diarilditiofosfat


2

Pencirian Produk

3

Pengukuran dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamika

3

Parameter Termodinamika Proses Korosi

4

Kinetika Laju Korosi dengan Tinjauan Energi Aktivasi

4

HASIL DAN PEMBAHASAN


5

Hasil Sintesis Zink Diarilditiofosfat dan Penciriannya

5

Efektivitas Inhibisi Korosi ZDTP Alkil Aromatik Berdasakan Teknik
Polarisasi Potensiodinamika

8

Pengaruh Perbedaan Suhu pada Kinerja ZDTPA dan Parameter
Termodinamika-Kinetika Korosi
SIMPULAN DAN SARAN

10
12

Simpulan


12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1 Hasil pengukuran AAS ZDTP dengan penambahan NaOH dan ZDTP tanpa
penambahan NaOH

7

2 Parameter korosi larutan ZDTP alkil aromatik berdasarkan perbedaan
konsentrasi yang diukur pada suhu 28 °C

8

3 Pengaruh perbedaan suhu terhadap arus korosi

10

4 Parameter termodinamika-kinetika korosi

11

DAFTAR GAMBAR
1 Rute Sintesis ZDTP

5

2 Struktur disulfida diarilditiofosfat

6

3 Produk sintesis ZDTP alkil aromatik

6

4 Spektrum FTIR ZDTPA

7

5 Hubungan konsentrasi larutan ZDTP alkil aromatik
dengan efektivitas inhibisi

9

6 Mekanisme adsorpsi ZDTP terhadap permukaan logam

9

7 Kurva persamaan Arrhenius transisi

11

8 Kurva persamaan Arrhenius

12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram Alir Penelitian

16

2 Rangkaian alat sintesis ZDTP

17

3 Rangkaian alat pengukuran elektrokimia

18

4 Perhitungan rendemen ZDTP

19

5 Data polarisasi potensiodinamika dengan variasi suhu

20

6 Kurva polarisasi Zink Diarilditiofosfat

22

xiv

7 Data variasi suhu dan perhitungan CR

23

8 Analisis kadar Zn menggunakan AAS

24

PENDAHULUAN
Korosi merupakan salah satu faktor penyebab daya guna logam menurun.
Pengertian umum korosi adalah penurunan mutu material logam akibat reaksi
elektrokimia dengan lingkungan sekitar dan terjadinya proses transfer elektron
dari logam ke lingkungan (Permana dan Darminto 2012). Kerugian yang
ditimbulkan korosi dapat berdampak luas, seperti dalam segi ekonomi, fenomena
korosi bisa berakibat fatal seperti korosi pada mesin industri menyebabkan alatalat yang digunakan untuk proses industri tidak dapat bekerja. Selain itu dampak
dari korosi juga dapat menyebabkan sarana yang menggunakan bahan material
logam tidak dapat digunakan bahkan logam menjadi rusak sebelum waktunya.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kerusakan material yang diakibatkan
oleh korosi dapat dilakukan dengan penggunaan senyawa inhibitor yang dapat
menekan laju korosi serendah mungkin sehingga kerusakan material yang
diakibatkannya dapat diminimalisasi.
Senyawa yang memiliki sifat sebagai inhibitor korosi dapat berupa senyawa
organik, anorganik, bahan alam, dan senyawa koordinasi. Senyawa koordinasi
yang memiliki potensi sebagai antikorosi adalah zink dialkilditiofosfat (ZDTP)
(Rudnick 2009). Selain memiliki potensi sebagai antikorosi, senyawa ZDTP ini
memiliki potensi sebagai antiaus, dan antioksidan. Senyawa ZDTP dapat
teradsorpsi pada antarmuka logam, sehingga dapat melindungi logam dari korosi
(Liston 1992).
Rantai alkil memiliki pengaruh terhadap kestabilan termal dan sifat
antioksidan senyawa ZDTP. Rantai alkil yang panjang cenderung memiliki
kestabilan termal yang lebih baik dibandingkan dengan rantai alkil yang pendek
(Evstaf’ev et al. 2001). Senyawa ZDTP yang mengandung alkil aromatik
memiliki kestabilan termal dan antioksidan yang sangat baik, kestabilan hidrolitik
yang cukup baik akan tetapi memiliki kinerja antiaus yang tidak terlalu baik jika
dilakukan pada tekanan biasa, berbeda jika dilakukan pada suasana extreme
pressure (EP) (Liston 1992). Sintesis ini menggunakan senyawa aromatik sebagai
alkil.
Sintesis ZDTP dengan alkil aromatik (ZDTPA) dilakukan dalam 2 tahap
sintesis. Sintesis tahap pertama akan dibentuk ligan diarilditofsfat dengan
pemanasan pada suhu 120 °C sambil diaduk, sedangkan sintesis tahap kedua
dilakukan adisi logam pusat Zn dalam bentuk ZnCl2 pada kondisi tanpa
pemanasan (Dinoiu et al. 2007).
Zink diarilditiofosfat (ZDTPA) diukur kinerja antikorosinya menggunakan
teknik polarisasi potensiodinamika dengan ekstrapolasi Tafel. Teknik polarisasi
potensiodinamika ini umum dilakukan untuk mengukur kinerja antikorosi
berdasarkan arus korosi. Parameter yang digunakan dalam pengukuran antikorosi
adalah parameter polarisasi seperti arus korosi, potensial korosi, dan kemiringan
Tafel (Perez 2004). Kinerja antikorosi yang dihasilkan dapat dilihat dari
perubahan besaran termodinamikanya, yaitu perubahan entropi (S) dan
perubahan energi bebas Gibbs (G). Energi bebas Gibbs ini menjelaskan
spontanitas reaksi dan diharapkan nilainya berkurang seiring adanya senyawa
antikorosi sehingga menghambat proses oksidasi (Rafiquee et al. 2008).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan ZDTP alkil aromatik (ZDTPA) serta

melakukan uji kinerja antikorosinya dan mengukur parameter termodinamika dan
kinetika antikorosi dengan teknik polarisasi potensiodinamika.

METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah P2S5 (Merck), ZnCl2 (Merck), alkohol
aromatik (Merck), n-heptana (Merck), logam Zn, CH3COOH (Merck), akuades,
NaOH 50% (b/v), NaOH pelet (Merck), HCl 37% (b/b) (Merck), HNO3 pekat.
Bahan-bahan tersebut digunakan dalam sintesis ZDTPA, sedangkan untuk uji
kinerja antikorosi bahan-bahan yang digunakan adalah aseton, ampelas silikon
karbida 100 CW, HCl 5% (v/v), dan kupon tembaga (elektrode kerja). Alat-alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, labu didih, penangas
minyak, pengaduk magnetik, corong pisah, neraca analitik, stopwatch,
potensiostat DY 2300 yang dilengkapi program DY2300EN, ChemBio office
2008, Rotavapor, spektrofotometer serapan atom (AAS) Shimadzu AA-6300, dan
spektrofotometer inframerah transformasi fourier (FTIR) prestige-21 Shimadzu.

Metode
Sintesis Zink Diarilditiofosfat
Sintesis Zink Diarilditiofosfat mengacu pada Dinoiu et al. (2007) dan
Khotib (2011) dengan sedikit modifikasi. Sintesis ini dilakukan 2 tahapan, tahap
pertama adalah pembentukan ADTP dan tahap kedua merupakan sintesis Zink
diarilditiofosfat. Pembentukan ADTP dibuat dengan mereaksikan P2S5 dan
alkohol aromatik dengan nisbah 1:4 dalam pelarut n-heptana di dalam labu didih
yang telah dilengkapi pendingin balik dan disambungkan pada penangkap gas H2S
yang berupa larutan Zn-asetat dengan penambahan NaOH 50% (Lampiran 2).
Sintesis ADTP dilakukan pada suhu +120 °C di atas penangas minyak selama 12
jam sambil diaduk. ADTP yang dihasilkan direaksikan dengan NaOH pelet
dengan jumlah nisbah yang sama dengan ADTP sambil diaduk dengan waktu 6
jam, kemudian ditambahkan akuades sebanyak 5 tetes. Setelah itu ditambahkan
ZnCl2 sebesar jumlah mol P2S5 dan diaduk selama 6 jam. Produk yang dihasilkan
diekstraksi dengan 20 mL air dan 20 mL n-heptana (Rismawati 2013), kemudian
fase organik yang terkumpul dicuci dengan air untuk menghilangkan pengotor.
Fraksi organik yang diperoleh diuapkan sampai semua pelarut n-heptana menguap
dan tersisa fraksi ZDTPA.

3

Pencirian Produk
Pencirian dengan FTIR. ZDTPA hasil sintesis diidentifikasi gugus fungsi dan
ikatan kimia yang terdapat pada produk menggunakan FTIR dengan cara
menggerus produk dengan KBr, kemudian dibuat pelet dan diukur pada bilangan
gelombang 4000-500 cm-1.
Penetapan Kadar Zn dengan AAS. Sampel ZDTPA ditimbang sebanyak 0,5 g
dan ditambahkan 10 mL HNO3 pekat, kemudian didestruksi hingga larutan tidak
berwarna. Selanjutnya ditambahkan HCl 37% sebanyak 5 mL dan didestruksi
kembali hingga asap pada larutan hilang. Larutan hasil destruksi disaring ke labu
takar lalu ditera dengan akuades. Larutan ini kemudian diukur kadar Zn-nya
dengan AAS Shimadzu pada panjang gelombang 213.9 nm dengan lebar celah 0.7
nm.

Pengukuran dengan Teknik Polarisasi Potensiodinamika
Mula-mula elektrode kerja tembaga (Cu) dipreparasi dengan cara diampelas
permukaannya lalu dibilas dengan akuades dan aseton. Elektrode Cu tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam reservoir yang berisi larutan uji NaCl 1%.
Reservoir diberikan sirkulasi air pada dindingnya untuk memelihara kestabilan
suhu. Selanjutnya digunakan elektrode Ag/AgCl dan kawat Pt berturut-turut
dipasang sebagai elektrode pembanding dan elektrode pembantu. Kabel yang
berwarna hitam, putih, dan merah dari potensiostat DY 2300 berturut-turut
disambungkan pada elektrode kerja, pembanding, dan pembantu. Larutan uji
dibiarkan mencapai kesetimbangan dengan elektrode sekitar 5 menit. Setelah itu,
program DY2300EN pada perangkat komputer dinyalakan dan dipilih teknik
linier Sweep Voltammetry pada kotak dialog. Pengukuran blangko dilakukan pada
rentang potensial 60 sampai 100 mV untuk anode dan 60 sampai 0 mV untuk
katode dengan scan rate 0,20 mV/s. Setelah pengukuran blangko selesai,
elektrode Cu kemudian dibersihkan kembali dengan cara dibilas HCl 5% lalu
dicuci dengan akuades dan diampelas kembali. Setelah itu, dicuci kembali
menggunakan akuades dan aseton. Elektrode Cu yang telah dibersihkan lalu
dicelupkan ke dalam larutan Zink diarilditiofosfat pada konsentrasi 0.5, 1, 2, 3
selama + 20 detik dan ditiriskan beberapa saat. Setelah itu elektrode kerja
dirangkai kembali pada reservoir dan dilakukan lagi pengondisian sekitar 2 menit.
Setelah pengondisian selesai, sampel diukur pada rentang potensial yang sama
baik untuk anode maupun katode. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut diolah dengan software Microsoft Excel sehingga didapatkan kurva
polarisasi. Selanjutnya diperoleh informasi berupa potensial korosi (Ecorr), tetapan
Tafel anode (a) dan katode (c), serta arus korosi (icorr). Selanjutnya dilakukan
perhitungan efektifitas inhibitor dengan menggunakan persamaan:
%EI =
Surface Coverage (ϴ) = 1 -

4

Parameter Termodinamika Proses Korosi
Parameter termodinamika ditentukan dengan menggunakan persamaan
Arrhenius keadaan transisi (Rafiquee et al. 2008).
Ln
Nilai H dan S merupakan perubahan entalpi dan entropi keadaan transisi,
sedangkan NAh merupakan tetapan Planck molar (3,99 x 10-10 J S mol-1). Dengan
memvariasikan suhu sebesar 30, 40, dan 50 oC (T), maka H* dan S* dapat
ditentukan dari kurva ln(icorr/T) vs 1/T, sedangkan perubahan energi bebas Gibbs
transisi (G*) dihitung menurut persamaan termodinamika berikut:
*

*

Kinetika Laju Korosi dengan Tinjauan Energi Aktivasi
Energi aktivasi dihitung dari luaran data antara Ln Icorr dan 1/T berdasarkan
persamaan Arrhenius berikut (Morad et al. 2006):

dengan A adalah konstanta Arrhenius yang ditentukan secara empiris, Ea adalah
energi aktivasi selama proses korosi (kJ/mol), R adalah konstanta gas ideal (8.314
Jmol-1K-1), dan T adalah suhu (K).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Sintesis Zink Diarilditiofosfat dan Penciriannya
Sintesis Zink Diarilditiofosfat dilakukan dengan 2 tahap sintesis, yaitu tahap
pembentukan senyawa asam diarilditiofosfat (ADTP) dan selanjutnya tahap
pembentukan ZDTPA. Langkah pertama pada proses sintesis ZDTPA merupakan
langkah yang sangat menentukan keberhasilan sintesis. Pembentukan ini terjadi
antara reaksi P2S5 dengan alkohol dalam pelarut n-heptana. Senyawa ADTP ini
tidak stabil sehingga harus langsung dilakukan sintesis tahap 2 dengan
memasukkan logam Zn dalam ZnCl2 untuk membentuk ZDTP (Gambar 1).
(tahap 1)

(ADTP)
(tahap 2)

(ZDTP)

Gambar 1 Rute Sintesis ZDTP
Jika ADTP tidak langsung diadisi dengan Zn dikhawatirkan akan teroksidasi
dengan oksigen sehingga akan terbentuk dimer dialkilditiofosfat (Gambar 2) yang
menyebabkan tahap adisi Zn akan sulit terjadi (Jaenudin 1998 dan Rudnick 2009).
Sebelum ADTP direaksikan dengan ZnCl2 dilakukan penambahan NaOH pada
ADTP. Penambahan NaOH ini bertujuan meningkatkan reaktivitas atom sulfur
pada ADTP dan mengikat klorida pada ZnCl2 sehingga adisi Zn akan lebih mudah
(Khotib 2011). Penggunaan suhu 120 oC pada sintesis tahap 1 dilakukan untuk
memudahkan adisi alkohol aromatik pada P2S5 dan mengeluarkan gas H2S sebagai
produk samping tahap 1. Penggunaan suhu di bawah 100 °C menyebabkan alkil
aromatik tidak teradisi sempurna pada fosfor sehingga masih terdapat gugus -OH,
yang selanjutnya dikhawatirkan terjadinya persaingan adisi antara Zn dan sisa

6

alkohol sehingga ZDTP tidak terbentuk. Reaksi adisi alkohol terhadap P2S5
berlangsung secara eksotermik.

Gambar 2 Struktur disulfida diarilditiofosfat
Pengaruh penambahan NaOH sebelum tahap adisi logam Zn berpengaruh
pada nilai rendemen produk ZDTPA yang dihasilkan, kadar Zn, dan warna produk.
Produk ZDTPA yang ditambahkan NaOH memiliki rendemen yang lebih besar
dibandingkan dengan ZDTPA tanpa penambahan NaOH, yaitu sebesar 70%
begitupun dengan kadar Zn yang dihasilkan, ZDTPA dengan penambahan NaOH
memiliki kadar Zn yang lebih besar dibandingkan dengan ZDTPA tanpa
penambahan NaOH, yaitu sebesar 2.70%. Warna produk ZDTPA yang dihasilkan
berwarna jingga kemerahan (Gambar 3).

Gambar 3 Produk sintesis ZDTP alkil aromatik
Spektrum FTIR yang diperoleh digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsi yang terdapat pada hasil sintesis. Hasil spektrum ZDTP (Gambar 4)
memperlihatkan adanya regang C-H sp2 pada kisaran bilangan gelombang 31003050 cm-1, aromatik monosubstrat dengan intensitas tajam pada kisaran bilangan
gelombang 2000-1667 cm-1, regang C=C aromatik berada pada kisaran bilangan
gelombang 1600-1475 cm-1, dan out of plane mono substrat pada kisaran bilangan
gelombang 800-600 cm-1 (Pavia et al. 2001). Ikatan P-O-C terlihat di sekitar
bilangan gelombang 1000-980 cm-1, sedangkan ikatan P-S terdapat pada rentang
650-540. Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada spektrum FTIR dapat dikatan
bahwa produk yang terbentuk adalah ZDTP dengan alkil aromatik. Hal ini dilihat
juga dari hilangnya serapan OH pada kisaran bilangan gelombang 3500-3200 cm-1
yang menunjukkan bahwa alkohol telah habis bereaksi. Sementara itu pada daerah
inframerah jauh tidak dilakukan pengukuran.

7

Aromatik mono
substrat
Regang C=C Ar

P-S

%T

P-O-C

C-H sp2

Bilangan gelombang (cm-1)
Gambar 4 Spektrum FTIR ZDTPA
Analisis logam Zn dari ZDTPA hasil sintesis dilakukan dengan
menggunakan atomic absorption spectroscopy (AAS) untuk melihat kesesuaian
komposisi unsur Zn hasil sintesis dengan struktur senyawa ZDTP A. Hasil analisis
yang diperoleh, bahwa kadar Zn ZDTPA dengan penambahan NaOH masih di
bawah kadar Zn teoritis, akan tetapi kadar Zn ZDTPA ini masih lebih besar
dibandingkan dengan kadar Zn ZDTPA tanpa penambahan NaOH (Tabel 1).
Tabel 1 Hasil pengukuran AAS ZDTPA dengan penambahan NaOH dan ZDTP
tanpa penambahan NaOH
Konsentrasi
sampel terukur
(ppm)

Kadar Zn
diperoleh
(%)

48.1470

0.93

30.9644

0.52

0.5037

135.979

2.70

0.5150

76.4384

1.48

Sampel

Ulangan

Bobot
sampel (g)

ZDTP A

1

0.5164

2

0.5983

1
2

ZDTP B

keterangan

Volume
sampel (mL)

100

Kadar Zn
teoritis
(%)

9.46

: ZDTP A tanpa penambahan NaOH, ZDTP B ditambahkan NaOH.

Rendahnya kadar Zn ZDTPA yang diperoleh dari kadar teoritisnya diduga
produk yang terbentuk bukan ZDTP dengan alkil aromatik, karena konfirmasi
struktur yang diberikan dari FTIR dan AAS tidak saling mendukung.

8

Efektivitas Inhibisi Korosi ZDTP Alkil Aromatik Berdasakan Teknik
Polarisasi Potensiodinamika
Kinetika dari pengkaratan logam dapat dicirikan dengan menentukan 3
minimum parameter polarisasi, yaitu potensial korosi (Ecorr), arus korosi (Icorr),
dan kemiringan Tafel (). Proses penghambatan korosi oleh inhibitor pada
dasarnya terjadi dengan menurunnya sifat polarisasi anode atau katode (slope
Tafel), berkurangnya pergerakan atau terjadinya difusi ion-ion ke permukaan
logam, dan meningkatnya daya tahan listrik pada permukaan logam (Roberge
2012). Kurva polarisasi (Lampiran 6) merupakan hubungan E vs Log i (Perez
2004) yang dapat menginterpretasikan sifat korosi suatu logam. Nilai arus korosi
(I) didapat dari perpotongan antara Tafel katode dan Tafel anode (Lampiran 5).
Tabel 2 menunjukkan penurunan arus korosi berdasarkan perbedaan konsentrasi
sampel. Selain itu nilai arus korosi terhadap logam Cu semakin menurun seiring
kenaikan persen efektivitas inhibisi dan derajat penutupan permukaan serta nilai
laju korosinya (CR) yang semakin menurun seiring dengan kenaikan konsentrasi
larutan ZDTP alkohol aromatik.
Tabel 2 Parameter korosi larutan ZDTP alkil aromatik berdasarkan perbedaan
konsentrasi yang diukur pada suhu 28 °C
Konsentrasi
(%)

Potensial
korosi (mV)

Arus korosi
(mA)

%EI

ϴ

CR
(mmpy)

Blangko

28.118

2.1420

-

-

11.34

0.5
1

15.741
11.364

1.2470
0.3329

41.78
84.45

0.41
0.84

6.60
1.76

2

9.614

0.0187

99.13

0.99

0.09

3

3.345

0.0043

99.79

0.99

0.02

Kenaikan konsentrasi larutan ZDTPA tidak selalu diiringi penurunan nilai
arus korosi secara signifikan, hal ini dilihat dari nilai arus korosi pada konsentrasi
larutan ZDTP 2% dan 3% tidak berbeda jauh. Nilai potensial korosi yang semakin
menurun seiring dengan naiknya konsentrasi larutan ZDTPA mengindikasikan
terjadinya penurunan polarisasi di anode yang berarti bahwa oksidasi logam
semakin terhambat seiring dengan penambahan inhibitor. Begitupun dengan nilai
derajat penutupuan permukaan (surface coverage) yang semakin bertambah
dengan kenaikan konsentrasi larutan ZDTPA. Hal tersebut berarti bahwa semakin
besarnya nilai surface coverage (ϴ) maka perlindungan logam terhadap
konstituen korosif seiring hadirnya inhibitor semakin besar sehingga logam akan
semakin sulit mengalami korosi (El-lateef et al. 2012).
Berdasarkan (Gambar 5) dosis efektif larutan ZDTPA terdapat pada
konsentrasi 1%, hal tersebut dilihat dari titik belok kurva logaritmik yang
menandakan bahwa pada konsentrasi 1% ini merupakan titik maksimum dari
kinerja ZDTPA yang meningkatkan proses inhibisi secara signifikan sedangkan
pada konsentrasi lebih dari 2% tidak meningkatkan inhibisi secara signifikan.

9

120
100

%EI

80
60
40
20
0
0

1

2

3

4

Konsentrasi larutan (%)
Gambar 5 Hubungan konsentrasi larutan ZDTP alkil aromatik dengan efektivitas
inhibisi
Senyawa ZDTP terdiri atas bagian hidrofilik, yaitu inti organologamnya
sedangkan bagian hidrofobik terletak pada alkilnya. Sifat atom Zn pada inti yang
akan teradsorpsi pada permukaan elektrode akan menyebabkan terbentuknya
lapisan pasif pada permukaan elektrode sehingga akan terlindung dari konstituen
korosif (Zen-Yu et al. 2011). Sifat elektrode yang tidak aktif akibatnya akan
terjadi adsorpsi secara fisika, yaitu terjadinya gaya adhesi antara gugus polar pada
ZDTP dan permukaan elektrode logam, gugus polar yang aktif dalam senyawa
ZDTP ini yang kemungkinan akan teradsoprsi pada permukaan elektrode antara
lain sulfur, fosfor, dan oksigen (Jaenudin 1998, Wahyuningsih et al. 2010, dan
Zen-Yu et al. 2011). Sedangkan untuk bagian hidrofobik, yaitu rantai alkil lebih
bersifat sebagai pengahalang (barrier) yang akan memproteksi permukaan
elektrode dari konstituen korosif. Kedua mekanisme tersebut yang akhirnya akan
menurunkan laju korosi secara optimal. Mekanisme adsorpsi ini dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6 Mekanisme adsorpsi ZDTP terhadap permukaan logam (Zen-Yu et al.
2011)

10

Pengaruh Perbedaan Suhu pada Kinerja ZDTPA dan Parameter
Termodinamika-Kinetika Korosi
Arus korosi merupakan salah satu parameter korosi yang peka terhadap
perubahan suhu (McCafferty 2010 dan Atkins 2010). Beberapa faktor yang dapat
meningkatkan korosivitas pada logam adalah kenaikan suhu dan adanya padatan
terlarut (Al-Abdallah et al. 2009 dan Satpati et al. 2011) dalam hal ini digunakan
NaCl sebagai padatan terlarutnya. Ion Cl- adalah ion yang sangat agresif terhadap
logam Cu dengan menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Ion ini
juga dapat menyebabkan terjadinya piting, korosi retak, dan juga menyebabkan
pecahnya aloi (Al-Abdallah et al. 2009). Kehadiran ion Cl- pada reservoir
menyebabkan terjadinya korosi pada logam Cu dan membentuk senyawa CuCl2
(Khaled 2011). Penambahan berbagai variasi suhu yang diberikan terhadap
reservoir akan semakin meningkatkan arus korosi pada logam (Tabel 3).
Tabel 3 Pengaruh perbedaan suhu terhadap arus korosi
Suhu
(oC)

Garis Tafel
Larutan

anode

b
y=-0.0064x + 0.0767
a
y=-0.0350x + 0.0820
b
y=-0.0027x + 0.0715
40
a
y=-0.0230x + 0.0769
b
y=-0.0018x + 0.0718
50
a
y=-0.0100x + 0.0665
Keterangan: b = blangko
a = sampel
30

katode
y=0.0048x +0.0455
y=0.0660x +0.0496
y=0.0028x +0.0470
y=0.0240x +0.0410
y=0.0019x +0.0495
y=0.0083x +0.0454

Arus
korosi
(mA)
2.785
0.320
4.454
0.760
6.027
1.153

Nilai arus korosi (I) pada blangko maupun sampel semakin meningkat
seiring dengan kenaikkan suhu sebesar 10 °C pada rentang suhu 30-50 °C.
Penggunaan suhu lebih dari 50 °C menyebabkan nilai arus yang semakin tidak
stabil, bahkan tidak terbaca saat pengukuran. Hal tersebut berkolerasi jika
semakin tingginya suhu yang diberikan maka pergerakan ion Cl- akan semakin
cepat pula di dalam reservoir, akan tetapi jika suhu yang diberikannya terlampau
tinggi maka waktu kontak ion Cl- dengan elektrode logam yang diuji akan
semakin cepat. Sehingga efektivitas ion Cl- sebagai konstituen korosif untuk
mengkorosi elektrode logam akan berkurang pula. Kehadiran ZDTPA memberikan
efek inhibisi korosi yang baik terhadap elektrode logam dengan variasi suhu yang
ada.

11

Gambar 7 menunjukkan hubungan kurva ln (i/T) terhadap 1000/T sebagai
parameter termodinamika korosi dan ditunjukkan pula pada Lampiran 7.
0.00
3.05
-1.00

3.10

3.15

3.20

3.25

3.30

3.35

1000/T

Ln (i/T)

-2.00
-3.00

y = -3.4724x + 6.7938
R² = 0.9866

-4.00

blangko
sampel

-5.00
-6.00
-7.00

y = -5.9809x + 12.952
R² = 0.9642

-8.00

Gambar 7 Kurva persamaan Arrhenius transisi
Kurva hubungan tersebut sesuai dengan persamaan Arrhenius keadaan
transisi yang berikutnya akan berhubungan dengan nilai H*, S*, dan G*.
Sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 4, nilai H* pada sampel lebih besar
dibandingkan dengan nilai H* blangko. Efektivitas kinerja sampel lebih baik
dibandingkan blangko, terbukti selisih H* antara sampel dan blangko yang
cukup besar. Selain itu nilai derajat ketidakteraturan S* yang diperoleh
meningkat seiring dengan kehadiran inhibitor korosi. Hubungan antara H* dan
S* akan menghasilkan nilai spontanitas atau G. Nilai H* dan S* sampel yang
lebih besar dari blangko menjelaskan bahwa kehadiran inhibitor korosi
menyebabkan reaksi berjalan semakin tidak spontan artinya dengan kehadiran
inhibitor korosi ini, reaksi logam untuk terkorosi semakin sulit.
Tabel 4 Parameter termodinamika-kinetika korosi

Blangko
Sampel

Ea (kJ/mol)
31.47
52.32

H* (kJ/mol)
28.87
49.73

S* (J/mol K)
-141.06
-89.86

G* (kJ/mol)
71.62
76.96

Parameter kinetika korosi dapat dilihat dari nilai energi aktivasi (Ea) yang
diperoleh. Nilai energi aktivasi ini diperoleh dari kurva Arrhenius hubungan
antara Ln i terhadap 1000/T (Gambar 8) dengan mengalikan nilai kemiringan
kurva yang didapat dengan nilai tetapan gas ideal (R). Tabel 4 yang menunjukkan
bahwa nilai energi aktivasi sampel yang lebih besar dibandingkan dengan blangko
memberikan definisi bahwa elektrode logam yang telah ditambahkan dengan
ZDTPA akan menaikkan energi minimum logam untuk terjadinya korosi, sehingga

logam lebih sulit untuk terkorosi. Kehadiran ZDTPA yang akan membentuk
lapisan protektif pada permukaan logam, akan memberikan energi yang lebih
besar juga terhadap konstituen korosif dalam melakukan proses korosi.
2.00
y = -3.7852x + 13.54
R² = 0.9888

1.50

blangko

Ln i (mA)

1.00

sampel

0.50
0.00
3.05

1000/T
3.10

3.15

3.20

3.25

3.30

3.35

-0.50
-1.00

y = -6.2936x + 19.697
R² = 0.9677

-1.50

Gambar 8 Kurva persamaan Arrhenius

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Senyawa ZDTP dengan rantai alkil aromatik (ZDTPA) sebagai inhibitor
korosi telah berhasil dievaluasi kinerjanya dengan teknik polarisasi
potensiodinamika. Nilai efektivitas inhibisi optimum terdapat pada konsentrasi
1%. Parameter termodinamika-kinetika korosi memperlihatkan bahwa kehadiran
ZDTPA dapat melindungi permukaan elektrode logam terbukti dengan nilai
spontanitas (G*) yang berkurang. Nilai energi aktivasi (Ea) sampel yang lebih
tinggi dari blangko mengindikasikan energi minimum elektrode logam yang
dibutuhkan untuk terkorosi lebih tinggi sehingga kehadiran ZDTPA efektif untuk
menurunkan laju korosi logam.
Saran
Pengujian lebih lanjut perlu dilakukan dengan penggunaan inti yang bersifat
trivalen dan inti divalen selain zink. Selain itu dapat dilakukan variasi rantai alkil
yang berbeda-beda dalam satu struktur ZDTP. Selanjutnya dilakukan konfirmasi
ulang pada struktur ZDTP alkil aromatik dengan melakukan pencirian produk
menggunakan NMR dan HPLC.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Abdallah MM, Maayta AK, Al-Qudah MA, Al-Rawashdeh NAF. 2009.
Corrosion behavior of copper in chloride media. Corrosion Journal.
9(2):71-76.
Atkins P, Paula JD. 2010. Physical Chemistry 9th Ed. Oxford (UK): Oxford Press.
Dinoiu V, Danilian F, Bogatu L. 2007. The influence of synthesis method of zinc
dialkyldithiophosphates on the process of additivation. Rev Chim
(Bucureoti). 58(2):183-185.
El-Lateef HM, Abbasov VM, Asadov ZH, Tantawy AH, Marzouk AA, Khalaf
MM. 2012. Adsorption of some complex surfactants based on pelargonic
acid at carbon steel in aqueous carbon dioxide solutions. Chemistry Journal.
2(3):126-135.
Evstaf’ev VP, Kononova EA, Levin AYA, Trofimova, Ivanova OV. 2001. A new
ditihiophosphate additive for lubricating oils. Chem and of Fuels and Oils.
37(6):427-431.
Khaled KF. 2011. Studies of the corrosion inhibiton of copper in sodium chloride
solutions using chemical and electrochemical measurements. Materials
Chemistry and Physics. 125(11):427-433.
Jaenudin. 1998. Pembuatan Zn-Diisobutilditiofosfat dan Penggunaannya Sebagai
Aditif Minyak Lumas Otomotif [thesis]. Depok (ID):Universitas Indonesia.
Khotib M. 2011. Density Functional Theory dalam Sintesis, Karakterisasi, dan
Prediksi Aplikasi. Kasus: Senyawa Zn-Dialkylditiokarbamat Rantai Panjang
[thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Liston TV. 1992. Engine lubricant additives what they are and how they function.
Journal of the Society Tribologists and Lubrication Engineers. 92(7)389397.
McCafferty E. 2010. Introduction to Corrosion Science. New York (US):
Springer.
Morad MS, El-Dean AMK. 2006. 2,2'-Dithiois(3-cyano-4,6-dimethylpyridine): A
new class of acid corrosion inhibitors for mild steel. Corrosion Science.
48(11):3398-3412. doi:10.1016/j.corsci.2005.12.006.
Pavia DL, Lapman GM, Kriz GS. 2001. Introduction to Specroscopy Ed ke-3.
Washington (US): Thomson Learning.
Perez N. 2004. Electrochemistry and Corrosion Science. New York (US): Kluwer
Academic Publisher.
Permana A, Darminto. 2012. Fabrikasi polianilin-tio2 dan aplikasinya sebagai
pelindung anti korosi pada lingkungan statis, dinamis, dan atmosferik.
Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 8(1):1-4.
Rafiquee MZA, Saxena N, Khan S, Quraishi MA. 2008. Influence of surfactants
on the corrosion inhibition behavior of 2-aminophenyl-5-mercapto-1-oxa3,4-diazole (AMOD) on mild steel. Materials Chemistry and Physics.
107(2-3):528-533. doi:10.1016/j.matchemphys.2007.08.022
Rismawati. 2013. Pengaruh jenis alkohol pada rendemen sintesis zink
dialkilditiofosfat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Roberge PR. 2012. Handbook of Corrosion Engineering 2nd Ed. New York (US):
McGraw-Hill Professional.

14

Rudnick LR. 2009. Lubricant Additives Chemistry and Applications Ed ke-2.
Prancis: CRC Pr.
Satpati AK, Reddy AVR. 2011. Electrochemical study on corrosion inhibition of
copper in hydrochloric acid medium and the rotating ring-disc voltammetry
for studying the dissolution. Journal of Electrochemistry. 1(11):1-8.
doi:10.4061/2011/173462.
Wahyuningsih A, Sunarya Y, Aisyah S. 2010. Metenamina sebagai inhibitor
korosi baja karbon dalam lingkungan sesuai kondisi pertambangan minyak
bumi. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 1(1):17-29.
Zen-Yu Chang, Lubrizol Breeden D, Newpark Drilling Fluids, McDonald M, PQ
Corp. 2011. The use of zinc dialkyl dithiophosphate as a lubricant enhancer
for drilling fluids particulary silicate-based drilling fluids [review]. Society
of Petroleum Engineers. SPE 141327:1-7.
Zuliandanu D. 2013. Kinerja antikorosi zink dialkilditiofosfat berdasarkan studi
termodinamika dan kinetika dengan teknik polarisasi potensiodinamik
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

16

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian

Alkohol
P2S5

aromatik

1

ZnCl2

NaOH

1

2

2

CRUDE PRODUK

1. Pemisahan
2. Pencucian
ZDTP

Pencirian produk Zink
diarilditiofosfat

Karakterisasi dengan
FTIR

Kinerja antikorosi
(Potensiostat DY2300)

Analisis kadar logam
Zn dengan AAS

17

Lampiran 2 Rangkaian alat sintesis ZDTP

Keterangan:
a. campuran pereaksi-pereaksi
b. penangas minyak
c. rangkaian alat penjerap hasil samping gas H2S

18

Lampiran 3 Rangkaian alat pengukuran elektrokimia

Reservoir

Elektrode Cu

Potensiostat DY2300

Perangkat komputer

19

Lampiran 4 Perhitungan rendemen ZDTP
Ulangan

Varian

Alkohol

Pelarut

Suhu
sintesis
(oC)

1
ZDTP A
2
ZDTP B
Aromatik n-heptana
120
3
ZDTP C
4
ZDTP D
Ket: ZDTP A dan B tidak dilakukan penambahan NaOH
Contoh perhitungan rendemen (ZDTP D):
Bobot alkohol aromatik yang ditimbang = 12.9768 g
Mol alkohol aromatik =
= 0.12 mol
Mol produk = ¼ × mol alkohol aromatik
= ¼ × 0.12 mol
= 0.03 mol
Bobot teoritis ZDTP D = mol teoritis x Mr ZDTP D
= 0.03 mol × 687 g/mol
= 20.61 g
Rendemen (%) =
=
= 70%

× 100%
× 100%

Bobot
produk
(g)
10.2641
10.3421
11.7113
14.3357

Rendemen
(%)
49.80
50.18
56.82
70.00

20

Lampiran 5 Data polarisasi potensiodinamika dengan variasi suhu
Suhu
(celcius)

Larutan

b
a
b
40
a
b
50
a
b= blangko
a= sampel
30

Garis Tafel
Anode
katode
y=-0.0064x + 0.0767 y=0.0048x +0.0455
y=-0.035x + 0.082
y=0.066x +0.0496
y=-0.0027x + 0.0715 y=0.0028x +0.047
y=-0.023x + 0.0769
y=0.024x +0.041
y=-0.0018x + 0.0718 y=0.0019x +0.0495
y=-0.01x + 0.0665 y=0.0083x +0.0454

Perhitungan Ekstrapolasi Tafel
Arus blangko
Persamaan garis Tafel anode  y1 =0.0767 – 0.0064x
Persamaan garis Tafel katode  y2 = 0.0455 + 0.0048x
Arus korosi merupakan persamaan y1=y2, maka
0.0767 – 0.0064x = 0.0455 + 0.0048x
0.0112x = 0.0312
x = 2.785 mA
Efektifitas Inhibisi
%EI =
× 100%
=

= 88.51%

Arus korosi
(mA)
2.785
0.320
4.454
0.76
6.027
1.153

%EI

ϴ

88.51

0.88

83.27

0.83

82.13

0.82

Derajat Penutupan permukaan
ϴ=1=1–
= 0.8

21

Penentuan persamaan garis tafel anode dan katode (blangko 40 °C)
0.08
y = -0.0027x + 0.0715

0.07

Potensial (Volt)

0.06
0.05

y = 0.0028x + 0.047

0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

Arus (mA)
Tafel katode (garis biru)
Arus (mA)
Potensial (V)
5.34
0.06
2.65
0.06
1.98
0.06
1.66
0.05
1.64
0.05
1.61
0.05
1.59
0.05
1.58
0.05
1.58
0.05
1.56
0.05
Tafel anode (garis merah)
Arus (mA)
Potensial (V)
4.83
0.06
3.06
0.06
2.20
0.06
2.03
0.06
1.95
0.06
1.92
0.07
1.91
0.07
1.92
0.07
1.94
0.07
1.97
0.07

5.00

6.00

22

Lampiran 6 Kurva polarisasi Zink Diarilditiofosfat
ZDTP aromatik
0.08
0.07

Potensial (Volt)

0.06
0.05

Blangko
0.5

0.04

1
0.03

2
3

0.02
0.01
0
0

0.5

1

1.5

Arus (mA)

2

2.5

3

23

Lampiran 7 Data variasi suhu dan perhitungan CR
Larutan
Blangko
1%
ZDTP

Suhu (K)
303
313
323
303
313
323

1000/T
3.30
3.19
3.09
3.30
3.19
3.09

I (mA)
2.785
4.454
6.027
0.320
0.76
1.153

Ln i
1.0242
1.4938
1.7962
-1.1394
-0.2744
0.1424

Contoh perhitungan CR ZDTP alkil aromatik blangko:
CR =

CR =

CR =
CR = 3.5964 × 10-7 cm s-1
CR = 11.34 mm y-1

i/T
0.0092
0.0142
0.0187
0.0011
0.0024
0.0036

Ln (i/T)
-4.6895
-4.2524
-3.9814
-6.8532
-6.0206
-5.6353

24

Lampiran 8 Analisis kadar Zn menggunakan AAS

Sampel

Ulangan

Bobot
sampel (g)

ZDTP A

1

0.5164

2

0.5983

1

0.5037

2

0.5150

ZDTP B

Konsentrasi
sampel
terukur
(ppm)

Volume
sampel
(mL)

100

Kadar
Kadar Zn
Zn
diperoleh
teoritis
(%)
(%)

48.1470

0.93

30.9644

0.52

135.979

2.70

76.4384

1.48

9.46

Ket: ZDTP A tanpa penambahan NaOH, ZDTP B ditambahkan NaOH
Diketahui:

Ar Zn
Mr ZnCl2

= 65 g/mol
= 136 g/mol

Contoh perhitungan (ZDTP B):


Bobot Zn yang ditambahkan dalam sintesis ZDTP alkohol aromatik
=
× bobot ZnCl2 ditambahkan dalam sintesis ZDTP alkil aromatik
=

× 4.9521 g = 2.3668 g



Kadar Zn diperoleh dalam ZDTP alkil aromatik (g)
= % Kadar Zn diperoleh dalam ZDTP x hasil ZDTP diperoleh
=
× 11.7113 g = 0.3162 g



Kadar Zn dalam ZDTP alkil aromatik secara teoritis (%)
× 100%
=
=



Kadar Zn dalam ZDTP alkil aromatik secara teoritis (g)
× bobot ZDTP alkil aromatik secara teoritis
=
=



× 100% = 9.46 %

× 20.61 g = 1.9500 g

% Kadar Zn hasil percobaan (%) =

[

=
= 2.70 %

]

× 100%
× 100%

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 7 Mei 1992 sebagai putra
pertama dari 2 bersaudara pasangan Yunus Winoto dan Yayah Supiati. Tahun
2010 penulis lulus dari SMA Al-Masoem Sumedang dan pada tahun yang sama
penulis diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam kepengurusan
Himpunan Profesi Ikatan Mahasiswa Kimia IPB pada tahun 2011/2012 sebagai
anggota Departemen Komunikasi dan Informasi serta aktif juga mengikuti
berbagai kepanitiaan. Penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum Kimia
Lingkungan, asisten praktikum Kimia Fisik Mayor, dan Kimia Fisik Layanan
pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga berkesempatan melaksanakan kegiatan
Praktik Lapangan di Balai Penelitan Bioteknologi Perkebunan Indonesia Bogor
dengan judul Analisis Proksimat Tepung Singkong dan Kopyor pada bulan JuliAgustus 2013.