Fungsi Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan
B. Fungsi Tindak Tutur Ekspresif dalam Pementasan
Tindak tutur ekspresif memiliki fungsi antara lain yaitu : berterimakasih, memuji, menolak, menyalahkan, mencurigai, menuduh, menyindir, mengkritik, meminta maaf, mengejek, menyayangkan, mengungkapkan rasa heran, mengungkapkan rasa terkejut, mengungkapkan rasa kengkel, mengungkapkan rasa marah, mengungkapkan rasa bangga, mengungkapkan rasa malu, mengungkapkan rasa takut, mengungkapkan rasa simpati dan mengungkapkan rasa kecewa. Setiap tindak tutur menghasilkan efek dari mitra tutur yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh adanya tindak ilokusi dan tindak perlokusi yang terdapat dalam masing-masing tuturan. Berikut ini merupakan paparan tentang fungsi tindak tutur ekspresif yang terjadi dalam pementasan ketoprak Lakon Mardhika Jawa Dwipa.
1. Tindak Tutur Berterimakasih Data 1
Margiyati :Sang Empu, niki unjukane diunjuk riyin. „Sang Empu, ini minumannya diminum dulu.‟
Sembada : Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane sang Empu Nini?
„Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan sang Empu Nini ?‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati dan Sembada. TTE dengan fungsi berterima kasih dilakukan oleh Sembada ditemukan dalam tuturan Matur nuwun Nini, kira-kira kepriye kahanane sang
Empu Nini? „Terimakasih Nini, kira-kira bagaimana keadaan sang Empu Nini ?‟, Sembada berterimakasih kepada Margiyati yang telah menghidangkan segelas minuman.
2. Tindak Tutur Memuji Data 2
BA : Kulub, mangertia menawa ngrembakaning angkara murka ing lumahing bumi kurebing langit kudu enggal disirep. Jejibahan kang abot iki, dening para Dewa dipasrahake marang kowe ngger. Ngelingi marang manthenging panembahmu, luhuring kasektenmu, lan sira sanyata satria mudha pinilih kang bangkit nguwasani lan kawasa ngendhih ubaling hawa kanepson. Buktine sira ora pasrah godhaning asmaradahana. „Nak, mengertilah bahwa merajalelanya angkara
murka di bumi dan langit harus segera dihentikan. Perkara yang berat ini, oleh para Dewa dipasrahkan kepadamu nak, mengingat pada tegaknya niatmu, murka di bumi dan langit harus segera dihentikan. Perkara yang berat ini, oleh para Dewa dipasrahkan kepadamu nak, mengingat pada tegaknya niatmu,
Sukma : Lajeng keparenging para Jawata kula kedah tumindak kados pundi? „Lalu oleh para Dewa saya harus bertindak seperti apa?‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Bathara Anggajali dan Suksma. TTE dengan fungsi memuji dilakukan oleh Sembada ditemukan dalam tuturan kulub, mangertia menawa ngrembakaning angkara murka ing lumahing bumi kurebing langit kudu enggal disirep. Jejibahan kang abot iki, dening para Dewa dipasrahake marang kowe ngger. Ngelingi marang manthenging panembahmu, luhuring kasektenmu, lan sira sanyata satria mudha pinilih kang bangkit nguwasani lan kawasa ngendhih ubaling
hawa kanepson. Buktine sira ora pasrah godhaning asmaradahana. „Nak, mengertilah bahwa merajalelanya angkara murka di bumi dan langit harus segera dihentikan. Perkara yang berat ini, oleh para Dewa dipasrahkan kepadamu nak, mengingat pada tegaknya niatmu, tingginya kesaktianmu dan kamu adalah satria muda terpilih yang bangkit menguasai dan berkuasa menggeser kemel utnya hawa nafsu. Buktinya kamu tidak tergoda api asmara‟, Batara Anggajali memuji Suksma yang berpendirian dan berjiwa mulia sehingga dia tidak sampai tergoda oleh hawa nafsu dan api asmara oleh karena itu para Dewa memberinya tugas menumpasangkara murka di dunia.
MT melakukan TP dengan menjawab lajeng keparenging para Jawata kula kedah tumindak kados pundi? „Terus oleh para Dewa saya harus bertindak seperti apa?‟
3. Tindak Tutur Menolak Data 3
Sembada : Keparenga pun apatik nyawisaken sedaya kabetahan ingkang kaperlokaken ing margi mangke. „Bolehkah sebentar menyiapkan semua kebutuhan yang dibutuhkan dijalan nanti.‟
ES : Ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para Dewa. Mula ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa. „Tidak perlu Sembada, secukupnya saja, mengertilah bahwa perjalanan kita nanti dilindungi oleh para Dewa. Maka ayo, sekarang juga cepat berangkat
menuju pulau Jawa.‟
Data tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada dan Empu Sangkala. TTE dengan fungsi menolak dilakukan oleh Empu Sangkala ditemukan dalam tuturan ora perlu Sembada, sakcukupe wae. Mangertia menawa lakune awake dhewe mengko kajangkung dening para Dewa. Mula
ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa. „Tidak perlu Sembada, secukupnya saja, mengertilah bahwa perjalanan kita nanti dilindungi oleh ayo, saiki uga enggal budhal tumuju pulo Jawa. „Tidak perlu Sembada, secukupnya saja, mengertilah bahwa perjalanan kita nanti dilindungi oleh
yang akan digunakan dalam perjalanannya menuju Medhang Kamulan, karena menurutnya perjalanannya nanti telah dilindungi oleh para Dewa.
4. Tindak Tutur Menyalahkan Data 4
Margiyati : Titenana yen eneng apa-apa, aku ro simbok ra tanggung! „Awas kalau ada apa-apa, saya dan ibu tidak menanggung!‟
N. raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe. Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak isih ana. „Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya tanggung sendiri. Memang saya dari dulu yang nomer dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati dan Niken Raras. TTE dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Niken Raras ditemukan dalam tuturan ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe. Nyet aku i ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak isih ana.. „Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya tanggung sendiri. Memang saya dari dulu yang nomer dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟ Niken Raras menyalahkan ibunya yang menurutnya tidak pernah menghargai Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati dan Niken Raras. TTE dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Niken Raras ditemukan dalam tuturan ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe. Nyet aku i ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak isih ana.. „Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya tanggung sendiri. Memang saya dari dulu yang nomer dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟ Niken Raras menyalahkan ibunya yang menurutnya tidak pernah menghargai
Data 5
N. raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe. Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak isih ana. „Tidak menjamin ya tidak menjamin kok, saya tanggung sendiri. Memang saya dari dulu yang nomer dua kok. Coba kalau bapak masih ada.‟
Margiyati : Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat. Simbok wis kelangan bapak merga dipangan dewata cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh. „Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah. Ibu sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata Cengkar, jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟
Data 5 tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati dan Niken Raras. TTE dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Margiyati ditandai dengan penanda lingual kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat. „Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah.‟ Margiyati menyalahkan Niken Raras yang menurutnya sudah disayangi olehnya tetapi terlalu banyak tingkah yang akan mengancam keselamatannya dan keluarganya.
Data 6
Margiyati
: Ki mau merga kowe Ken. „Ini gara-gara kamu Ken.‟
Tindak tutur diatas dilakukan oleh dua orang yaitu Margiyati. TTE dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Margiyati ditemukan dalam tuturan ki mau merga kowe Ken. „Ini gara-gara kamu Ken.‟ Margiyati menyalahkan Niken Raras yang karena Niken Raras sehingga dia beserta Niken Raras dan Nyai Sagopi tertangkap oleh prajurit dewata cengkar.
Data 7
N. Raras : Jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing paling digethingi. „Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling dibenci.‟
Margiyati : Bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana dalan mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka patrapmu sing kaya bocah cilik.. „Dasar anak tolol, coba ingat kejadian di jalan tadi sebetulnya yang menyebabkan kamu karena sikapmu yang seperti anak kecil.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu niken Raras dan Margiyati. TTE dengan fungsi menyalahkan dilakukan oleh Margiyati ditemukan dalam tuturan bola-bali cah gemblung, mbok eling lelakon ana dalan mau jan-jane sing nyebabake kowe awit saka patrapmu sing kaya
bocah cilik.. „Dasar anak tolol, coba ingat kejadian di jalan tadi sebetulnya bocah cilik.. „Dasar anak tolol, coba ingat kejadian di jalan tadi sebetulnya
5. Tindak Tutur Mencurigai Data 8
BA : Apa jeneng kita lali marang watake si Dora kang kurang jujur, lan sok goroh. Banjur eling-elingen welingmu dhewe marang si Sembada nalika kita bakal budhal menyang Medhang Kamulan kene.. „Apa kamu lupa terhadap wataknya si Dora yang kurang jujur, dan kadang bohong. Kemudian ingat- ingatlah pesanmu sendiri kepada si Sembada ketika
kamu akan berangkat ke Medhang Kamulan sini.‟ Aji Saka
: Adhuh, kula kalimput rama. Dora, Sembada, entenana aku. „Aduh, saya lupa bapak, Dora, Sembada, tunggulah aku.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Bathara Anggajali dan Aji Saka. TTE dengan fungsi mencurigai dilakukan oleh Bathara Anggajali ditemukan dalam tuturan apa jeneng kita lali marang watake si Dora kang kurang jujur, lan sok goroh. Banjur eling-elingen welingmu dhewe marang si Sembada nalika kita bakal budhal menyang
Medhang Kamulan kene. „Apa kamu lupa terhadap wataknya si Dora yang kurang jujur, dan kadang bohong. Kemudian ingat-ingatlah pesanmu sendiri kepada si Sembada ketika kamu akan berangkat ke Med hang Kamulan sini.‟ Batara Anggajali menyampaikan kepada Aji Saka bahwa dia mencurigai sifat Dora yang kurang jujur dan kadang bohong. MT melakukan TP dengan menjawab Adhuh, kula kalimput rama. Dora, Sembada, entenana aku. „Aduh, saya lupa bapak, Dora, Sem bada, tunggulah aku.‟
6. Tindak Tutur Menuduh Data 9
Dora : Sembada…mosok kowe ora percaya karo aku? Aku uga mung netebi dhawuhe Kanjeng Gusti, yen nganti aku ora bisa nuhoni, iba wirangku Sembada. „Sembada. Apakah kamu tidak percaya dengan saya? Saya juga cuma melaksanakan tugas dari kanjeng gusti, kalau sampai saya tidak bisa melaksanakan
hancur nasibku Sembada.‟
Sembada : Nanging aku uga nuhoni dhawuh Kakang. apa mengkene wae Kakang, si Kakang bali meneh menyang Medhang Kamulan lan matur marang Kanjeng Gusti apa kang tak aturake kabeh mau. Apa yen perlu karo aku.
„Tetapi saya juga melaksanakan tugas Kakak, apa begini saja Kakak, Kakak kembali lagi ke Medhang
Kamulan dan bicara kepada Kanjeng Gusti apa yang saya sampaikan semuanya tadi. Apa kalau perlu ber sama dengan saya.‟
Data diatas dilakukan oleh dua orang yaitu Dora dan Sembada. TTE dengan fungsi menuduh dilakukan oleh Dora ditandai oleh penanda lingual Sembada…mosok kowe ora percaya karo aku? „Sembada. Apakah kamu tidak percaya dengan saya?‟ Dora menuduh Sembada yang tidak percaya kepadanya. MT melakukan TP dengan menjawab Nanging aku uga nuhoni dhawuh Kakang, apa mengkene wae Kakang, si Kakang bali meneh menyang Medhang Kamulan lan matur marang kanjeng gusti apa kang tak aturake
kabeh mau. Apa yen perlu karo aku. „Tetapi saya juga melaksanakan tugas Kakak, apa begini saja Kakak, Kakak kembali lagi ke Medhang Kamulan dan bicara kepada Kanjeng Gusti apa yang saya sampaikan semuanya tadi. Apa kalau perlu bersama dengan saya.‟
7. Tindak Tutur Menyindir Data 10
Dewata Cengkar (DC): H eee… padha ngapa iki?
„Heee..apa yang kalian lakukan?‟
Punggawa
: Leren Kyaine „Istirahat Kyai‟ DC : Leren? dha tak kon ngapa ya, tak kon ngapa?
Mbisu kabeh, padha wis nguntal kowe? Nguntal urung?
„Istirahat? Kalian saya suruh apa ya, saya suruh apa? Diam semua, saudah makan semua kamu? Makan belum? ‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dewata Cengkar dan Prajuritnya. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan leren? dha tak kon ngapa ya,, tak kon
ngapa? „Istirahat? Kalian saya suruh apa ya, saya suruh apa?‟ Dewata Cengkar menyindir para prajuritnya yang tidak bekerja tetepi malah enak- enak beristirahat.
Data 11
DC : Galaki nguntalmu thok. He kowe nguntal apa? „Dibesarkan makanmu saja, he kamu makan apa?‟
Punggawa I
: Kula mbadhog celeng Kyaine, „Saya makan celeng Kyai.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dewata Cengkar dan Punggawa I. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan galaki nguntalmu thok. „Dibesarkan makanmu saja,‟ Dewata Cengkar menyindir para prajurit I yang menurutnya hanya dibesarkan makannya saja.
Data 12
DC : Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok kepruk, mbok klethak? Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut praubamu, luuecek praenmu, sajake ana sing bakal DC : Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok kepruk, mbok klethak? Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut praubamu, luuecek praenmu, sajake ana sing bakal
Hwahahahaha… „Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu
pukul, kamu kunyah? Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung mukamu, lecek mukamu, sepertinya ada yang akan kamu sampaikan, mikir apa kamu Nak? Cepat berbicaralah, jangan cuma ketakutan ! Hwahahaa…‟
Pth. Kar. Keleng
: Kyai, ketiwasan Kyai.
„Kyai, kelupaan Kyai.‟
Data tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dewata Cengkar dan Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut
praubamu, luuecek praenmu „Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung mukamu, lecek mukamu‟ Dewata Cengkar menyindir Patih Karang Keleng
yang terlihat murung dan lecek mukanya. MT melakukan TP dengan menjawab Kyai, ketiwasan Kyai. „Kyai, kelupaan Kyai.‟
Data 13
N. raras : Sing pidhato pun sami rampung Den? Mangga lho nek tesih ajeng nyambung. „Yang pidato sudah selesai Den? Silakan kalau masih mau disambung.‟
Ny. Sagopi : Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo.. „Woo anak setan beneran kamu itu, diberitahu orang tua malah ngeyel, sudah Mar, ayo ditinggal saja ya.‟
Tuturan tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Niken Raras dan Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Niken Raras ditemukan dalam tuturan sing pidhato pun sami rampung Den? Mangga lho nek tesih
ajeng nyambung. „Yang pidato sudah selesai Den? Silakan kalau masih mau disambung.‟ Niken Raras menyindir Nyai Sagopi yang dari tadi terus berbicara. MT melakukan TP dengan menjawab woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo. „Woo anak setan beneran kamu itu, diberitahu orang tua malah ngeyel, sudah Mar, ayo ditinggal saja ya.‟
Data 14
N. Raras : Jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing paling digethingi. „Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling dibenci.‟
Data pada data 14 merupakan TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Niken Raras yang ditandai oleh penanda lingual jeneng kula Niken Raras, anake simbok sing paling digethingi. „Nama saya Niken Raras, anaknya ibu yang paling dibe nci.‟ Niken Raras menyindir Nyai Sagopi karena menurutnya dia adalah anak yang paling dibenci.
Data 15
Dora : Sing tenan lho Dhi, ora mung nggah-nggih ning ora kepanggih. „Yang serius lho Dik, jangan cuma iya-iya tetapi tidak paham.‟
Sembada
: Iya Kakang, aja kuwatir.
„Iya Kakak, jangan khawatir.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Dora dan Sembada. TTE dengan fungsi menyindir dilakukan oleh Dora ditemukan dalam tuturan sing tenan lho Dhi, ora mung nggah-nggih ning ora kepanggih.
„Yang serius lho Dik, jangan cuma iya-iya tetapi tidak paham.‟ Dora menyindir Sembada yang dari tadi hanya iya-iya saja supaya bersikap lebih
serius. MT melakukan TP dengan menjawab iya Kakang, aja kuwatir „Iya Kakak, jangan khawatir.‟
8. Tindak Tutur Mengkritik Data 16
ES : Uwis ta uwis, besuk meneh sing luwih waskita, lan kebeg pengati-ati. Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna anak. Sak galak-galake macan ora bakal kolu mangan gogore dhewe. Terus Nyai, bacutna caritamu mau,
„Sudah to sudah,besok lagi yang lebih cermat dan hati-hati. Tidak ada ibu yang benci anak, adanya ibu „Sudah to sudah,besok lagi yang lebih cermat dan hati-hati. Tidak ada ibu yang benci anak, adanya ibu
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Empu Sangkala. TTE dengan fungsi mengkritik dilakukan oleh Empu Sangkala ditemukan dalam tuturan Ora ana simbok gething anak, anane simbok tresna anak. Sak galak-galake
macan ora bakal kolu mangan gogore dhewe. „Tidak ada ibu yang benci anak, adanya ibu sayang anak. Sebuas-buasnya harimau tidak akan mau memakan anaknya sendiri,‟ Empu Sangkala mengkritik ucapan Niken Raras yang beranggapan bahwa dirinyalah anak yang paling dibenci ibunya, Empu Sangkala mengumpamakan pada seekor harimau yang tidak akan mau memakan anaknya sendiri.
Data 17
BA : Ajisaka! Ora ana gunane nggetuni lelakon kang wus dumadi, mbesuk meneh kudu luwih wicaksana, pancen kudu mangkono garising Kawasa. Prastawa iki minangka kaca brenggala menawa jagad iki dumadi saka rong perkara kang baku. Ana apik ana elek, ana lanang ana wadon, ana awan ana bengi, ana raga ana sukma, ana thesis lan ana anti thesis, iku mau jenenge oposisi binner, rong perkara mau saknyatane ora bakal bisa nyawiji selawase. Kamadhikan iku pancen larang regane, panebuse ora
mung sarana bandha, nanging uga tetesing ludira wekasan. Jer basuki mawa bea! „Ajisaka! Tidak ada gunanya menyesali kajadian yang sudah terlaksana, besok lagi harus lebih bijaksana, memang seperti itu garis Tuhan. Peristiwa ini untuk cermin bahwa jagad ini terdiri dari dua perkara yang baku. Ada baik ada jelek, ada laki-laki ada perempuan, ada siang ada malam, ada raga ada jiwa, ada thesis ada antithesis. Itu tadi namanya oposisi binner, dua perkara itu sebenarnya tidak bisa menjamin selamanya. Kemerdekaan itu memang mahal harganya, penebusnya tidak hanya dengan harta, tetapi juga dengan tetesan darah terakhir. Jer basuki mawa bea! ‟
Ajisaka : Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula badhe damel prasasti kangge ngengeti lelabuhanipun Dora lan Sembada, WONTEN UTUSAN, PERANG TANDHING, SADAYA UNGGUL, SADAYA GUGUR. „Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora dan Sembada, ADA UTUSAN, PERANG TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA GUGUR. ‟
Data 17 dilakukan oleh dua orang yaitu Bathara Anggajali dan Aji Saka. TTE dengan fungsi mengkritik dilakukan oleh Bathara Anggajali Data 17 dilakukan oleh dua orang yaitu Bathara Anggajali dan Aji Saka. TTE dengan fungsi mengkritik dilakukan oleh Bathara Anggajali
yang sudah terjadi dan meminta Aji Saka untuk lebih bijaksana. MT melakukan PT dengan menjawab Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula badhe damel prasasti kangge ngengeti lelabuhanipun Dora lan Sembada, WONTEN UTUSAN, PERANG TANDHING, SADAYA UNGGUL,
SADAYA GUGUR. „Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora dan Sembada, ADA
UTUSAN, PERANG TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA GUGUR.‟.
9. Tindak Tutur Meminta Maaf Data 18
Sembada : Adhuh Kakang, aku njaluk ngapura. Ora kok jeneng aku ora percaya karo si Kakang, nanging pitungkase Kanjeng G usti mbiyen marang aku “aja pisan-pisan masrahake pusaka iki marang sapa wae kajaba ingsun dewe sing mundhut.” lan Kakang uga nekseni. Dadi kepeksa aku ora bisa ngulungake kakang. Aku wis janji marang Kanjeng Guru bakal ngreksa pusaka iki ngluwihi nyawaku dhewe Kakang.
„Aduh Kakak, saya minta maaf. Bukannya saya tidak percaya terhadap Kakak, tetapi pesan Kanjeng Gusti dulu kepada saya “jangan sekali-sekali memberikan
pusaka ini kepada siapa saja kecuali saya sendiri yang mengambil.” Dan Kakak juga menjadi saksi. Jadi
terpaksa saya tidak bisa memberikan Kakak. Saya sudah berjanji kepada Kanjeng Guru akan menjaga pusaka ini melebihi nyawaku sendiri K akak.‟
Dora : Sembada. Mosok kowe ora percaya karo aku? Aku uga mung netebi dhawuhe Kanjeng Gusti, yen nganti aku ora bisa nuhoni, iba wirangku Sembada. „Sembada, apakah kamu tidak percaya dengan saya? Aku juga cuma melaksanakan perintah Kanjeng Gusti, kalau sampai saya tidak bisa melaksanakan, bisa celaka saya Sembada.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada dan Dora. TTE dengan fungsi meminta maaf dilakukan oleh Sembada ditemukan dalam tuturan Adhuh Kakang, aku njaluk ngapura. „Aduh Kakak, saya minta maaf.‟ Sembada meminta maaf kepada Dora karena tidak bisa memberikan
pusaka kepada Dora sebab Sembada telah berjanji tidak akan memberikan pusaka kepada siapa saja kecuali kepada Kanjeng Gusti. MT melakukan TP dengan menjawab Sembada. Mosok kowe ora percaya karo aku? Aku uga mung netebi dhawuhe Kanjeng Gusti, yen nganti aku ora bisa nuhoni, iba
wirangku Sembada. „Sembada, apakah kamu tidak percaya dengan saya?
Saya juga cuma melaksanakan perintah Kanjeng Gusti, kalau sampai saya tidak bisa melaksanakan, bisa celaka saya Sembada.‟.
Data 19
Sembada : Kakang Dora, aku ora sengaja Kakang. Dikuat- kuatne Kakang. ooh Kakang. Aku njaluk ngapura. „Kakak Dora, saya tidak sengaja Kakak. Dikuat- kuatkan Kakak. Oh Kakak. Saya minta maaf. ‟
Dora : Sembada, dikaya ngapaa kowe adhiku, tak trima, sejatine aku kautus Kanjeng Gusti mboyong kowe lan pusaka.
„Sembada, mau seperti apapun kamu itu adik saya, saya terima, sesungguhnya saya diutus Kanjeng Gusti menjemput kamu dan pusaka. ‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Sembada dan Dora. TTE dengan fungsi meminta maaf dilakukan oleh Sembada ditemukan dalam tuturan Kakang Dora, aku ora sengaja Kakang. Dikuat-kuatne
Kakang. ooh Kakang. Aku njaluk ngapura. „Kakak Dora, saya tidak sengaja Kakak. Dikuat-kuatkan Kakak. Oh Kakak . Saya minta maaf.‟ Sembada meminta maaf kepada Dora karena tidak sengaja dia telah membunuh Dora dengan pusaka titipan Kanjeng Gusti. MT melakukan TP dengan menjawab Sembada, dikaya ngapaa kowe adhiku, tak trima, sejatine aku kautus
Kanjeng Gusti mboyong kowe lan pusaka. „Sembada, mau seperti apapun kamu itu adik saya, saya terima, sesungguhnya saya diutus Kanjeng Gusti menjemput kamu dan pusaka.‟
Data 20
Ajisaka : Dora Sembada, kepiye iki mau, kabeh iki salahku dhewe, aku njaluk pangapura. Oh Dewa-dewa kula nyuwun pangayoman. „Dora Sembada, bagaimana ini tadi, ini semua salah saya sendiri, saya minta maaf. Oh Dewa-dewa saya minta perlindungan.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Aji Saka. TTE dengan fungsi meminta maaf dilakukan oleh Aji Saka ditemukan dalam tuturan Dora Sembada, kepiye iki mau, kabeh iki salahku dhewe, aku njaluk pangapura.
„Dora Sembada, bagaimana ini tadi, ini semua salah saya sendiri, saya minta maaf.‟ Aji Saka meminta maaf kepada Dora dan Sembada karena kelalaiannya dalam memberikan perintah sehingga membuat Dora dan Sembada saling membunuh.
10. Tindak Tutur Mengejek Data 21
N. Raras : Ampun Den, kula tesih pengin urip. „jangan Den, saya masih ingin hidup.‟
Pth. Kar. keleng : H whahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali cah!
„Hahahaha..
teriak-teriak
saja sampai kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa saya tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali seret bawa balik nak! ‟
Data tersebut dilakukan oleh dua orang yaitu Niken Raras dan Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi mengejek dilakukan oleh Patih Karang Keleng ditemukan dalam tuturan hwhahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali
cah! „Hahahaha.. Teriak-teriak saja sampai kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa saya tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali seret bawa balik nak! ‟ Patih Karang Keleng mengejek Niken Raras yang mencoba berteriak-teriak untuk mencari pertolongan.
11. Tindak Tutur Menyayangkan Data 22
Margiyati : Wis togna wae Mbok, bocah siji kuwi pancen paling pinter nyengkakke patine wong tuwa, aja maneh simbok, aku wae cumleng Mbok-mbok. „Sudah biarkan saja Bu, anak satu itu memang pintar mempercepat matinya orang tua, jangankan ibu, saya sendiri saja bingung Bu- bu.‟
Data 22 merupakan TTE dengan fungsi menyayangkan dilakukan oleh Margiyati ditandai dengan penanda lingual wis togna wae Mbok, bocah siji kuwi pancen paling pinter nyengkakke patine wong tuwa, aja maneh simbok,
aku wae cumleng Mbok-mbok.. „Sudah biarkan saja Bu, anak satu itu memang pintar mempercepat matinya orang tua, jangankan ibu, saya sendiri saja bingung Bu- bu.‟ Margiyati menyayangkan sikap Niken Raras yang pandai mempercepat matinya orang tua.
Data 23
Ny. Sagopi : Aja dha udreg ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul dhuwur mendhem jero jenenge wong tuwa, ya senadyan kowe bocah wadon. „Jangan ribut terus, kamu itu saudara, kamu semua saya gadang-gadang supaya bisa mikul dhuwur mendhem jero namanya orang tua, ya walaupun kamu anak perempuan .‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Nyai sagopi TTE dengan fungsi menyayangkan dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam tuturan aja dha udreg ta cah. Kowe kuwi sedulur, kowe kabeh tak gadhang-gadhang supaya bisa mikul dhuwur mendhem jero jenenge wong tuwa, ya senadyan kowe
bocah wadon.. „Jangan ribut terus, kamu itu saudara, kamu semua saya gadang-gadang supaya bisa mikul dhuwur mendhem jero namanya orang tua, ya walaupun kamu anak perempuan .‟ Nyai Sagopi menyayangkan anak- anaknya yakni Niken Raras dan Margiyati yang selalu ribut.
12. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Heran Data 24
DC : Kowe mbadhog celeng? „Kamu makan babi hutan?‟
Punggawa I
: Inggih Kyaine. „Iya Kyai‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan Punggawa I TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan kowe mbadhog celeng? „Kamu makan babi hutan?‟ Dewata Cengkar heran dengan makanan yang
dimakan oleh prajuritnya yaitu berupa babi hutan. MT melakukan TP dengan menjawab inggih Kyaine „iya Kyai‟.
Data 25
DC :H ahahahaha… Kowe, nguntal apa? „Hahahaha.. Kamu, makan apa?‟
Punggawa II
: Sapi Kyaine. „Sapi Kyai.‟ DC : Sapi? Mbok apakne sapine? Mbok beleh, mbok kepruk, mbok klethak? Leng-keleng, tak gatekne awit mau, suntrut praubamu, luuecek praenmu, sajake ana sing bakal kok kandhakake. Mikir apa kowe Le? Ndang nyangkema,
aja
mung
pendelak-pendelik!
Hwahahahaha.
„Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu pukul, kamu kunyah? Leng-keleng, saya perhatikan dari tadi murung mukamu, lecek mukamu, sepertinya ada yang akan kamu sampaikan, mikir apa kamu nak? Cepat berbicaralah, jangan hanya ketakutan! Hwahaha. ‟
Data diatas dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan Punggawa II TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan sapi? Mbok apakne sapine? Mbok
beleh, mbok kepruk, mbok klethak? „Sapi? Kamu apakan sapinya? Kamu sembelih, kamu pukul, kamu kunyah ?‟ Dewata Cengkar heran dengan makanan dan cara memakannya yang dilakukan oleh prajuritnya yaitu sapi.
Data 26
Ny.Sagopi : Kisanak, sampeyan niku sinten lan asale saking pundi? Kok wona-wanine nglawan prajurite Dewata Cengkar? „Kisanak, anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok berani-beraninya melawan prajuritnya Dewata Cengka r?‟
ES : Jenengku Empu Sangkala Nyai, lan wong loro iki muridku. „Nama saya Empu Sangkala Nyai, dan dua orang ini murid saya.‟
Data diatas merupakan TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran yang dilakukan dua orang yaitu oleh Nyai Sagopi dan Empu Sangkala. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam tuturan kisanak, sampeyan niku sinten lan asale saking
pundi? Kok wona-wanine nglawan prajurite Dewata Cengkar? „Kisanak, anda itu siapa dan asalnya darimana? Kok berani-beraninya melawan
prajuritnya Dewata Cengkar?‟ Nyai Sagopi heran dengan keberanian Empu Sangkala yang berani melawan prajurit Dewata Cengkar. MT melakukan TP dengan menjawab jenengku Empu Sangkala Nyai, lan wong loro iki muridku.
„nama saya Empu Sangkala Nyai, dan dua orang ini murid saya.‟.
Data 27
Dora : Lha apa ora ana sing wani menggak Nyai? „Kenapa kok tidak ada yang berani mencegah Nyai?‟
Ny. Sagopi : Boten wonten, wong Dewata Cengkar niku kejeme boten ukur, saktine nggih boten enten tandhingane. „Tidak ada, orang Dewata Cengkar itu kejamnya tidak terukur, saktinya juga tidak ada tandingannya.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dora dan Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan oleh Dora ditemukan dalam tuturan lha apa ora ana sing wani menggak Nyai? „Kenapa kok tidak ada yang berani mencegah Nyai ?‟ Dora heran karena tidak ada satupun orang yang berani mencegah ataupun melawan Dewata Cengkar. MT melakukan TP dengan menjawab boten wonten, wong Dewata Cengkar niku
kejeme boten ukur, saktine nggih boten enten tandhingane. „Tidak ada, orang
Dewata Cengkar itu kejamnya tidak terukur, saktinya juga tidak ada tandingannya.‟
Data 28
DC : Kowe-kowe ki padha kalah? „Kalian kalah?‟
Punggawa
: Inggih Kyai. „Iya Kyai‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan para prajurit. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa heran dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan kowe-kowe ki padha kalah?
„Kalian kalah?‟ Dewata Cengkar heran karena semua prajuritnya kalah melawan Empu Sangkala. MT melakukan TP dengan menjawab inggih Kyai.
„Iya kyai.‟
13. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Terkejut Data 29
DC : Hahahaha.. apa aku ora salah krungu? Tenan kuwi? „Hahaha.. apa saya tidak salah dengar? Betul itu?‟
ES : Leres sang Prabu, sowan kula ing ngriki badhe nyarawidekaken gesang supados dados dhaharipun Sang Dewata Cengkar. „Betul sang Prabu, datang saya kesini mau mengorbankan hidup saya supaya jadi makanannya Sang Dewata Cengkar.‟
Data di atas dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan Empu Sangkala. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa terkejut dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan hahahaha. Apa aku ora salah
krungu? Tenan kuwi? „Hahaha.. apa saya tidak salah dengar? Betul itu?‟ Dewata Cengkar terkejut dengan pernyataan bahwa ada orang yang bersedia menjadi makanannya. MT melakukan TP dengan menjawab leres sang Prabu, sowan kula ing ngriki badhe nyarawidekaken gesang supados dados
dhaharipun Sang Dewata Cengkar. „Betul sang Prabu, datang saya kesini mau mengorbankan hidup saya supaya jadi makanannya Sang Dewata
Cengkar.‟
Data 30
DC : Lemah? Njaluk lemah thok. Nggo kuburan? Saiki miliha lemah sing ngendi? „Tanah? Hanya minta tanah. Untuk kuburan? Sekarang pilihlah tanah yang mana? ‟
ES : Pundi kemawon hamba purun, ananging siti ingkang hamba suwun inggih sami kaliyan destar ingkang hamba beta. „Yang mana saja mau, tetapi tanah yang saya minta ya sama seperti destar yang saya bawa.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan Empu Sangkala. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa terkejut dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan lemah? Njaluk
lemah thok. Nggo kuburan? Saiki miliha lemah sing ngendi? „Tanah? Hanya lemah thok. Nggo kuburan? Saiki miliha lemah sing ngendi? „Tanah? Hanya
ingkang hamba beta. „Yang mana saja mau, tetapi tanah yang saya minta ya sama seperti destar yang saya bawa.‟
Data 31
Sembada : Kakang Dora, lagi wae meneng dadi rerasan, dipenakake sing lungguh Kakang. „Kakak Dora, baru saja berhenti dibicarakan, dienakkan dulu yang duduk K akak.‟
Dora : Kaya wis prayoga Yayi, Nyai, Nini, padha becik? „Seperti sudah digariskan Yayi, Nyai, Nini, baik
semua? ‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Sembada dan Dora. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa terkejut dilakukan oleh Sembada ditemukan dalam tuturan Kakang Dora, lagi wae meneng dadi
rerasan, dipenakake sing lungguh Kakang. „Kakak Dora, baru saja berhenti dibicarakan, dienakkan dulu yang duduk K akak.‟ Sembada terkejut dengan kedatangan Dora yang tiba-tiba setelah menjadai bahan perbincangan sebelumnya. MT melakukan TP dengan menjawab kaya wis prayoga Yayi,
Nyai, Nini, padha becik? „Seperti sudah digariskan Yayi, Nyai, Nini, baik semua?
Data 32
Sembada : Yen mengkono Kanjeng Gusti wis mangkat Kakang? Oh Gusti. „Kalau begitu Kanjeng Gusti sudah mangkat Kakak? Oh Gusti. ‟
Dora : Kosik ta, crita durung rampung kok dipedhot. „Sebentar to, cerita belum selesai kok diputus.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Sembada dan Dora. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa terkejut dilakukan oleh Sembada ditemukan dalam tuturan yen mengkono Kanjeng Gusti wis mangkat
kakang? Oh Gusti. „Kalau begitu Kanjeng Gusti sudah mangkat Kakak? Oh Gusti. ‟ Sembada terkejut karena mengira bahwa kanjeng gusti yaitu Empu Sangkala telah meninggal dunia. MT melakukan TP dengan menjawab kosik
ta, crita durung rampung kok dipedhot. „Sebentar to, cerita belum selesai kok diputus.‟
14. Tindak Tutur mengungkapkan Rasa Jengkel Data 33
DC : Wedi karo aku? Pa dha wedi kowe karo aku? Saiki piye caramu menungsa-menugsa kuwi kudu mbok cekel, lebokne kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa dha njawaba! „Takut dengan saya? Apa kalian takut dengan saya? Sekarang bagaimana caramu manusia-manusia itu DC : Wedi karo aku? Pa dha wedi kowe karo aku? Saiki piye caramu menungsa-menugsa kuwi kudu mbok cekel, lebokne kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa dha njawaba! „Takut dengan saya? Apa kalian takut dengan saya? Sekarang bagaimana caramu manusia-manusia itu
Punggawa
: Nggih Kyaine. „Ya Kyai.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan punggawa. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan wedi karo aku? Pa dha wedi kowe karo aku? Saiki piye caramu menungsa-menungsa kuwi kudu mbok cekel, lebokne kandhang kanggo badhoganku, padha mbisu ngapa dha
njawaba! „Takut dengan saya? Apa kalian takut dengan saya? Sekarang bagaimana caramu manusia-manusia itu harus kamu tangkap, masukkan kandang untuk makananku, kok membisu kenapa ayo jawab !‟ Dewata Cengkar jengkel kepada para prajuritnya yang gagal mendapatkan manusia untuk dipersembahkan sebagai makanan Dewata Cengkar dan yang lebih membuat jengkel adalah ketika ditanya para prajurit tidak ada yang menjawab. MT melakukan TP dengan menjawab nggih Kyaine „Iya Kyai.‟
Data 34
Niken Raras : Ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku semaput piye coba? „Tidak-tidak Bu, orang tempat sudah sempit tidak enak begini kok. Panas ini lho Bu, panas, saya istirahat dulu, nanti kalau saya pingsan bagaimana
coba?‟
Ny. Sagopi : Oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang gawe. „Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh
bekerja.‟
Data 34 dilakukan dua orang yaitu oleh Niken Raras dan Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan oleh Niken Raras ditemukan dalam tuturan ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku
semaput piye coba? „Tidak-tidak Bu, orang tempat sudah sempit tidak enak gini kok. Panas ini lho Bu, panas, saya istirahat dulu, nanti kalau saya pingsan
bagaimana coba?‟ Niken Raras jengkel karena terus-terus disuruh pergi. MT melakukan TP dengan menjawab oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak
kongkon ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang gawe. „Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh bekerja.‟
Data 35
N. Raras : Sing pidhato pun sami rampung Den? Mangga lho nek tesih ajeng nyambung.
„Yang pidato sudah selesai Den? Silakan lho kalau masih mau dilanjutkan.‟
Ny. Sagopi : Woo anak setan tenan kowe kuwi, dikandhani wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo..
„Woo anak setan benar kamu itu, dikasih tahu orang tua kok malah ngeyel, sudah Mar, ayo ditinggal saja
yo.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Niken Raras dan Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam tuturan woo anak setan tenan kowe kuwi,
dikandhani wong tuwa kok malah ngeyel, wis Mar, ayo tinggal wae yo. „Woo anak setan benar kamu itu, dikasih tahu orang tua kok malah ngeyel, sudah
Mar, ayo ditinggal saja yo.‟ Nyai Sagopi jengkel kepada Niken Raras karena sifatnya yang susah untuk diberitahu.
Data 36
Sembada : Yen kaya mangkono aku mung sakdrema ngladeni! Kowe sing miwiti! „Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu yang memulai!‟
Dora : Murang tata, nantang wong tuwa kowe! „Kurang ajar, nantang orang tua kamu!‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Sembada dan Dora. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan oleh Sembada ditemukan dalam tuturan yen kaya mangkono aku mung sakdrema Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Sembada dan Dora. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa jengkel dilakukan oleh Sembada ditemukan dalam tuturan yen kaya mangkono aku mung sakdrema
15. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Marah Data 37
DC : Ketiwasan piye? Cangkirmu ki sing cetha yen kandha! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe! „Lupa bagaimana? Mulutmu yang jelas kalau bicara! Tidak usah berkaca-kaca, monyet kamu! ‟
Pth. Kar.Keleng : Lha tibae niku, wewengkon ing Medhang Kamulan ngriki mpun sepi menungsa. Sing tesih ambegan, dha minggat ngungsi, sebab ajrih yen ajeng didhahar Kyaine. „Lha ternyata, daerah Medhang Kamulan situ sudah sepi manusia. Yang masih bernapas pergi mengungsi, sebab takut kalau mau dimakan K yai.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan ketiwasan piye? Cangkirmu ki sing cetha yen kandha! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe! „Lupa bagaimana? Mulutmu yang jelas kalau bicara! Tidak usah berkaca- Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan ketiwasan piye? Cangkirmu ki sing cetha yen kandha! Rasah prembak-prembik, bedhes kowe! „Lupa bagaimana? Mulutmu yang jelas kalau bicara! Tidak usah berkaca-
melakukan TP dengan menjawab lha tibae niku, wewengkon ing Medhang Kamulan ngriki mpun sepi menungsa. Sing tesih ambegan, dha minggat
ngungsi, sebab ajrih yen ajeng didhahar Kyaine. „Lha ternyata, daerah Medhang Kamulan situ sudah sepi manusia. Yang masih bernapas pergi mengungsi, sebab takut kalau mau dimakan K yai.‟
Data 38
Punggawa
: Nggih Kyaine „Ya Kyai.‟ DC :Nggah-nggih nggah-nggih, ndang dha minggata! „Iya-iya iya-iya, cepat kalian pergi sana!‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan Punggawa. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh Dewata Cengkar ditemukan dalam tuturan nggah-nggih nggah-nggih,
ndang dha minggata! „Iya-iya iya-iya, cepat kalian pergi sana!‟ Dewata Cengkar marah kepada para prajuritnya karena hanya iya-iya saja tetapi tidak segera bekerja, dan terpaksa Dewata Cengkar mengusir mereka.
Data 39
Margiyati : Titenana yen eneng apa-apa, aku ro simbok ra tanggung! „Lihat saja kalau ada apa-apa, saya dan ibu tidak menanggung!‟
N. raras : Ra tanggung ya ra tanggung, tak tanggunge dhewe. Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen bapak isih ana. „Tidak menjamin ya tidak menjamin, saya tanggungnya sendiri. Memang saya dari dulu yang jadi nomor dua kok. Coba kalau bapak masih ada. ‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Margiyati dan Niken Raras. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh Margiyati ditemukan dalam tuturan titenana yen eneng apa-apa, aku ro
simbok ra tanggung! „Lihat saja kalau ada apa-apa, saya dan ibu tidak menanggung!‟ Margiyati marah kepada Niken Raras dan mengancam kalau
ada apa-apa dengan Niken Raras, ibu dan Margiyati tidak akan menanggung. MT melakukan TP dengan menjawab ra tanggung yo ra tanggung, tak tanggunge dhewe. Nyet aku ki ket biyen dadi sing nomer loro kok. Coba yen
bapak isih ana. „Tidak menjamin ya tidak menjamin, saya tanggungnya sendiri. Memang saya dari dulu yang jadi nomor dua kok. Coba kalau bapak
masih ada.‟
Data 40
DC : Dha ngapa iki? Pa kowe dha ra ngerti aku wes luwe? „Apa yang kalian lakukan? Apa tidak tahu kalau saya sudah lapar?‟
Kar. Keleng
: Anu. „Anu.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dewata Cengkar dan Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh Dewata cengkar ditemukan dalam tuturan dha ngapa iki? Pa
kowe dha ra ngerti aku wes luwe? „Apa yang kalian lakukan? Apa tidak tahu kalau saya sudah lap ar?‟ Dewata Cengkar marah karena Patih Karang Keleng tidak paham bahwa dia telah lapar dan belum menyiapkan manusia untuk makanannya. MT melakukan TP dengan menjawab anu. „Anu.‟
Data 41
Dora : Sembada! Yen kaya mangkono mau tegese kowe ngina marang kaluhuraning Kanjeng Gusti ya sang Prabu Aji Saka. Pangkatmu kuwi apa he? Rak mung gedibal ta! Gene wani-wani ngereh ratu! „Sembada! Kalau seperti itu artinya kamu menghina keluhuran Kanjeng Gusti ya sang Prabu Aji Saka. Pangkatmu itu apa he? Hanya pengikut kan? Kok berani- berani menghina raja!‟
Sembada : Kakang, genea si Kakang nesu? Aku rak mung nuhoni dhawuh lan janji. Apa wae sing bakal tumempuh iki tak rungkebi! „Kakak, kenapa si Kakak marah? Saya hanya melaksanakan perintah dan janji. Apa saja yang bakal s aya tempuh saya jalani.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dora dan Sembada. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh
Dora ditemukan dalam tuturan Sembada! Yen kaya mangkono mau tegese kowe ngina marang kaluhuraning Kanjeng Gusti ya sang Prabu Aji Saka. Pangkatmu kuwi apa he? Rak mung gedibal ta! Gene wani-wani ngereh ratu! „Sembada! Kalau seperti itu artinya kamu menghina keluhuran Kanjeng Gusti ya sang Prabu Aji Saka. Pangkatmu itu apa he? Hanya pengikut kan? Kok berani- berani menghina raja!‟ Dora marah kepada Sembada karena menurutnya telah menghina sang raja, mengingat posisinya yang hanya pengikut dsn tidak pantas untuk menghina raja. MT melakukan TP dengan menjawab Kakang, genea si Kakang nesu? Aku rak mung nuhoni dawuh lan
janji. Apa wae sing bakal tumempuh iki tak rungkebi! „Kakak, kenapa si Kakak marah? Saya cuma melaksanakan perintah dan janji. Apa saja yang
bakal saya tempuh saya jalani.‟
Data 42
Dora : Wis menenga! Cekake yen pusaka ora kok pasrahake sarana aris, bakal tak rebut kanthi cara rudapeksa! „Sudah diamlah! Gampangnya kalau pusaka tidak diserahkan dengan cara baik, akan saya rebut dengan cara paksa!‟
Sembada : Yen mangkono aku mung sakdrema ngladeni! Kowe sing miwiti! „Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu yang memulai!‟
Tindak tutur tersebut dilakukan dua orang yaitu oleh Dora dan Sembada. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh Dora ditemukan dalam tuturan wis menenga! Cekake yen pusaka ora kok
pasrahake sarana aris, bakal tak rebut kanthi cara rudapeksa! „Sudah diamlah! Gampangnya kalau pusaka tidak diserahkan dengan cara baik, akan saya rebut dengan cara paksa!‟ Dora marah kepada Sembada karena tidak
segera memberikan pusaka, dan apabila masih tidak memberikan maka Dora akan mengambilnya secara paksa. MT melakukan TP dengan menjawab yen
mangkono aku mung sakdrema ngladeni! Kowe sing miwiti! „Kalau begitu saya hanya bisa meladeni! Kamu yang memulai!‟
Data 43
Dora : Murang tata, nantang wong tuwa kowe! „Kurang ajar, menantang orang tua kamu!‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Dora. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa marah dilakukan oleh Dora ditemukan dalam tuturan murang tata, nantang wong tuwa kowe! „Kurang ajar, menantang orang tua kamu!‟ Dora marah kepada Sembada karena yang menantang orang tua untuk berkelahi.
16. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Bangga Data 44
DC : Mbok apakne celenge? „Kamu apakan babi hutannya?‟
Punggawa I : Inggih, kula mbadhog celeng, sirahe kula keprukne watu gilang, ambyar Kyaine. Polone kula dheruki, lalapane godhong kecubung, cemilan klabang dipepe, uenak tenan.. hwahwahwahwahwahwa… „Iya, saya makan babi hutannya, kepalanya saya pukul dengan batu, remuk Kyai. Otaknya saya ambil, lalapannya daun kecubung, camilannya kelabang dijemur, emak bang et.. hahahahahaha..‟ DC :H ahahahaha… kowe, nguntal apa? „Hahaha… kamu, makan apa?‟
Data diatas dilakukan oleh Dewata Cengkar dan Punggawa I. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa bangga dilakukan oleh Punggawa I ditemukan dalam tuturan inggih, kula mbadhog celeng, sirahe kula keprukne watu gilang, ambyar Kyaine. Polone kula dheruki, lalapane godhong kecubung, cemilan klabang dipepe, uenak tenan.. hwahwahwahwahwahwa… „Iya, saya makan babi hutannya, kepalanya saya pukul dengan batu, remuk Kyai. Otaknya saya ambil, lalapannya daun kecubung, camilannya kelabang dijemur, emak banget.. hahahahahaha .‟ sang prajurit I bangga dengan apa yang dimakannya yakni berupa babi hitan dan juga bangga dengan cara Data diatas dilakukan oleh Dewata Cengkar dan Punggawa I. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa bangga dilakukan oleh Punggawa I ditemukan dalam tuturan inggih, kula mbadhog celeng, sirahe kula keprukne watu gilang, ambyar Kyaine. Polone kula dheruki, lalapane godhong kecubung, cemilan klabang dipepe, uenak tenan.. hwahwahwahwahwahwa… „Iya, saya makan babi hutannya, kepalanya saya pukul dengan batu, remuk Kyai. Otaknya saya ambil, lalapannya daun kecubung, camilannya kelabang dijemur, emak banget.. hahahahahaha .‟ sang prajurit I bangga dengan apa yang dimakannya yakni berupa babi hitan dan juga bangga dengan cara
nguntal apa? „Hahaha. Kamu, makan apa?‟
Data 45
Dora : Lha ya iki perluku teka ing dukuh Bakalan kene. Kanjeng Gusti Empu Sangkala wiwit dina kuwi kawinisuda dening Dewa jumeneng nata Medhang Kamulan jejuluk P rabu “AJISAKA”. „Lha ya ini perlu saya datang di dukuh Bakalan sini. Kanjeng Gusti Empu Sangkala mulai hari itu disahkan oleh Dewa memimpin Medhang Kamulan dijuluki P rabu “AJISAKA”.‟
Sembada, Sagopi, anak-anak : We lha sukur, nyata bakal ana peradaban
anyar ing pulo kene. . „Ya syukur, nyata akan ada peradaban baru di pulau ini.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Dora, Sembada, Nyai Sagopi, Margiyati dan Niken Raras. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa bangga dilakukan oleh Sembada, Nyai Sagopi, Margiyati dan Niken Raras ditemukan dalam tuturan welha sukur, nyata bakal ana peradaban anyar ing pulo kene. „Ya syukur, nyata akan ada peradaban baru di pulau ini.‟ Sembada, Nyai Sagopi, Margiyati dan Niken Raras bangga dengan disahkannya Empu Sangkala oleh para Dewa untuk meminpin Medhang Kamulan dan meraka berharap akan adanya peradaban baru di pulau.
17. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Malu Data 46
BA : Kepriye kok kita nganti kekilapan? Dupeh darbe panguwasa kita lali marang janji-janjimu dhewe marang kawulamu dhewe. Kepriye kita iku? „Bagaimana kok kamu sampai lupa? Mentang- mentang punya kekuasaan kamu lupa terhadap janji- janjimu sendiri kepada rakyatmu sendiri, bagaimana kamu itu?‟
Aji Saka : Ingkang rama pukulun pikajengaken kados pundi? „Yang bapak guru inginkan seperti apa?‟
Data tersebut dilakukan oleh Bathara Anggajali dan Aji Saka. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa malu dilakukan oleh Bathara Anggajali ditemukan dalam tuturan kepriye kok kita nganti kekilapan? Dupeh darbe panguwasa kita lali marang janji-janjimu dhewe marang kawulamu dhewe.
Kepriye kita iku? „Bagaimana kok kamu sampai lupa? Mentang-mentang punya kekuasaan kamu lupa terhadap janji-janjimu sendiri kepada rakyatmu se ndiri, bagaimana kamu itu?‟ Batara Anggajali malu dengan kelalaian Aji Saka yang lupa terhadap janji-janjinya sendiri kepada rakyatnya. MT melakukan TP dengan menjawab ingkang rama pukulun pikajengaken kados
pundi? „Yang bapak guru inginkan seperti apa?‟
18. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Takut Data 47
Nyai Sagopi : Wuk, ayo ta! Mbok rada cepet sing mlaku, mengko yen kecekel gedibale Dewata Cengkar simbok ra melu tanggung lho ya. „Nak, ayo! Cepat sedikit yang jalan, nanti kalau tertangkap anak buahnya Dewata Cengkar ibu tidak
ikut menanggung lho ya.‟
Niken Raras : Ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene kok. Panas ki lho Mbok, panas. Tak leren sik, mengko yen aku semaput piye coba? „Tidak-tidak Bu, orang tempatnya sudah sempit tidak mengenakkan gini kok. Panas ini lho Bu, panas. Saya istirahat sebentar, nanti kalau pingsan bagaimana coba?‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Nyai Sagopi dan Niken Raras. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam tuturan wuk, ayo ta! Mbok rada cepet sing mlaku, mengko
yen kecekel gedibale Dewata Cengkar simbok ra melu tanggung lho ya. „Nak, ayo! Cepat sedikit yang jalan, nanti kalau tertangkap anak buahnya Dewata Cengkar ibu tidak ikut menanggung lho ya.‟ Nyai Sagopi takut apabila
tertangkap anak buah Dewata Cengkar maka dari itu Nyai Sagopi menyuruh anak-anaknya untuk berjalan lebih cepat. MT melakukan TP dengan menjawab ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene tertangkap anak buah Dewata Cengkar maka dari itu Nyai Sagopi menyuruh anak-anaknya untuk berjalan lebih cepat. MT melakukan TP dengan menjawab ora-orane Mbok, wong panggonan wis nylempit ra menakke ngene
Data 48
Margiyati : Kowe kuwi, bocah cilik ditresnani malah mbejijat. Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata Cengkar, aja nganti simbok kelangan maneh. „Kamu itu, anak kecil disayangi malah bertingkah. Ibu sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata
Cengkar, jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟ Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Margiyati. TTE dengan fungsi
mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Margiyati ditemukan dalam tuturan Simbok wis kelangan bapak merga dipangan Dewata Cengkar, aja
nganti simbok kelangan maneh. „Ibu sudah kehilangan bapak karena dimakan Dewata Cengkar, jangan sampai ibu kehilangan lagi.‟ Margiyati takut apabila
ibunya kehilangan sanak keluarga lagi akibat dijadikan makanan Dewata Cengkar.
Data 49
Ny. Sagopi
:T ulung… tulung… Ampun Den… „Tolong…tolong… Jangan Den..‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam
Data 50
N. Raras : Ampun Den, kula tesih pengin urip. „Jangan Den, saya masih ingin hidup.‟
Pth. Kar. keleng : H whahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho badhogane Kyaine, ndang ditali seret gawa bali cah!
„Hahahaha..
teriak-teriak
saja sampai kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani menolong. Kalau ada malah kebetulan, bisa saya tangkap untuk cadangan makanan Kyai, cepet ditali seret bawa balik nak! ‟
Data 50 dilakukan oleh Niken Raras dan Patih Karang Keleng. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Niken Raras ditemukan dalam tuturan ampun Den, kula tesih pengin urip. „Jangan Den, saya masih ingin hidup.‟ Niken Raras ketakutan setelah tertangkap oleh patih Karang Keleng. MT melakukan TP dengan menjawab hwhahahaha… bengak-bengoka nganti telakmu njepat ora bakal ana sing wani nulungi. Yen ana malah kepeneran, bisa tak cekel kanggo tandho badhogane Kyaine,
ndang ditali seret gawa bali cah! „Hahahaha.. teriak-teriak saja sampai kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani menolong. Kalau ada ndang ditali seret gawa bali cah! „Hahahaha.. teriak-teriak saja sampai kerongkonganmu keluar tidak bakal ada yang berani menolong. Kalau ada
Data 51
Punggawa 1 : Karep kula, sakderenge dibadhog kalih kyaine, rak luwih prayoga awake dhewe dhisik sing mbadhog, mbadhog penake cah ayu-ayu niki, nek mboke ditali teng uwit niku sik pripun?? „Keinginan saya, sebelum dimakan kyai, alangkah lebih baik kita dulu yang memakan, memakan enaknya anak cantik-cantik ini, kalau ibunya ditali dipohon itu dulu bagaimana?
Ny. Sagopi
: Ampun Den, ampuuuun.
„Jangan Den, jangan.‟
Tindak tutur tersebut dilakukan oleh Punggawa I dan Nyai Sagopi. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa takut dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam tuturan Ampun Den, ampuuuun. „Jangan Den, jangan.‟ Nyai Sagopi ketakutan ketika tertangkap para prajurit Dewata Cengkar dan akan dijadikan makanan untuk Dewata Cengkar.
19. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Simpati Data 52
Ny. Sagopi : Ampun dipikir abot-abot, mengke yen urusane pun rampung rak ndang wangsul utawi paring kabar.
„Jangan dipikir terlalu berat, nanti kalau urusannya sudah selesai juga akan kembali atau memberi kabar.‟
Sembada : Ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai. „Ya semoga saja tidak ada apa-apa Nyai.‟
Data tersebut dilakukan oleh Nyai Sagopi dan Sembada. TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa simpati dilakukan oleh Nyai Sagopi ditemukan dalam tuturan ampun dipikir abot-abot, mengke yen urusane pun rampung
rak ndang wangsul utawi paring kabar. „Jangan dipikir terlalu berat, nanti kalau urusannya sudah selesai juga akan kembali atau memberi kabar.‟ Nyai Sagopi bersimpati kepada Sembada yang sedang memikirkan Empu Sangkala dan Dora yang tidak kunjung-kunjung datang atau mengabarkan. MT melakukan TP dengan menjawab ya muga-muga wae ora ana apa-apa Nyai.
„Ya semoga saja tidak ada apa-apa Nyai.‟
Data 53
Ajisaka : Mugi jagad anyekseni, wiwit dinten menika kula badhe damel prasasti kangge ngengeti lelabuhanipun Dora lan Sembada, WONTEN UTUSAN, PERANG TANDHING, SADAYA UNGGUL, SADAYA GUGUR. „Semoga jagad menjadi saksi, mulai hari ini saya akan
membuat prasasti untuk mengenang perjalanan Dora dan Sembada, ADA UTUSAN, PERANG TANDING, SEMUA MENANG, SEMUA GUGUR.‟
Dewa-dewi
: Ulun hanyekseni kulub. „Kami menjadi saksi.‟
Data diatas merupakan TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa simpati dilakukan oleh Dewa-Dewi ditandai dengan penanda lingual Ulun hanyekseni kulub. „Kami menjadi saksi.‟ Dewa-dewi bersimpati kepada Aji
Saka yang sedang membuat sebuah prasasti dengan cara menjadi saksi.
20. Tindak Tutur Mengungkapkan Rasa Kecewa Data 54
Ny. Sagopi : Oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang gawe. „Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh
bekerja.‟
Niken Raras
: Kesel ki lho Mbok. „Capek ini lho Bu.‟
Data 54 merupakan TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa kecewa dilakukan oleh Nyai Sagopi yang ditandai dengan penanda lingual oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang gawe. „Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh bek erja.‟ Nyai Sagopi kecewa kepada Niken Raras karena semua perintah Data 54 merupakan TTE dengan fungsi mengungkapkan rasa kecewa dilakukan oleh Nyai Sagopi yang ditandai dengan penanda lingual oalah Beng-beng, kapan kowe ki yen tak kongkon ora nganggo semaur ngono kuwi? Mbok ya kaya mbakyumu kuwi, meneng ning rikat yen kon tandhang gawe. „Oalah Beng-beng, kapan kamu itu kalau disuruh tidak pakai menjawab seperti itu? Coba seperti kakakmu itu, diam tapi cekatan kalau disuruh bek erja.‟ Nyai Sagopi kecewa kepada Niken Raras karena semua perintah