Diskusi Kelompok

4. Diskusi Kelompok

Kelompok 1. Kebijakan & Kelembagaan

Fasilitator: Riama Napitupulu (P3MN) Notulensi: Irwansyah Reza Lubis (WIIP) Anggota Kelompok:

• Dede Adam BRR – Direktorat Lingkungan & Konservasi •

Edison Lase BRR - Perwakilan Nias/ LSM Forbes •

F. Waruwu Dinas Pariwisata & Budaya Kab. Nias •

Yusniar Zebua, SE Badan Pemberdayaan Masyarakat Kab. Nias •

Yeroeinu Telaumbanua

Dinas Kimpraswil

• Haposan Simbolon Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Nias •

Fangaro Ziliwu

Kecamatan Gunung Sitoli Utara

• Y. Mendrofa

Kepala Desa Teluk Belukar

• Andreas S.

UNDP

• Asari Buleloto

Bag, HUMAS SETDA Nias

Hasil & Rekomendasi dari Kelompok 1: Kearifan lokal:

1. Dulu dari Dep. Kehutanan menghimbau jika tebang 1 bakau, harus menanam kembali

5 batang bakau,

2. Tanah kepemilikan di luahu talu merupakan tanah ulayat (kenyataan dikuasai perorangan/keluarga),

3. Tidak ada kelompok yang memberikan perhatian khusus untuk kelestarian TB, juga tidak ada peraturan (desa),

4. Status: 50m dari tepi laguna dirawat (?),

5. Tidak ada koordinasi antara instansi terkait,

6. Tidak ada perda untuk melindungi kawasan ini.

Pelaksanaan kebijakan:

1. Saat ini menjadi sulit, karena tidak ada perda/aspek hukum yang menaunginya,

2. Mendorong pemerintah untuk membuat peraturan daerah/Bupati dengan melibatkan masyarakat,

Prosiding Lokakarya Upaya Pengelolaan Ekosistem Laguna Teluk Belukar secara berkelanjutan 27

3. Pemerintah diharapkan memberikan solusi misalnya dengan membentuk koperasi nelayan, LKMD (atau suatu wadah yang dapat menampung aspirasi upaya pengelolaan secara berkelanjutan di tingkat desa?),

4. Pada tahun 2006 ada kelompok yang dibentuk oleh COREMAP, sayangnya panduan teknis tidak tepat/sesuai (dengan kondisi masyarakat setempat) sehingga program gagal,

5. UPT dan DKP, Pariwisata, Kehutanan, ETSP (sedang buat perahu) Æ instansi terkait,

6. DKP bekerjasama dengan LSM untuk melakukan penghijauan

7. DKP mengajukan peraturan pengelolaan teluk belukar.

Kendala Kebijakan:

1. Perbedaan persepsi,

2. Tidak ada perda,

3. Anggaran,

4. Belum ada identifikasi mengenai potensi TB (sebelum kajian WIIP),

5. Kurang sosialisasi dan keterlibatan masyarakat.

Yang harus dilakukan:

1. Peraturan Daerah (Bupati) untuk mengatur pengelolaan TB

2. Pembuatan RTR (Rencana Tata Ruang) TB yang dituangkan dalam Tata Ruang Daerah

3. Penguatan peraturan mengenai penanganan limbah

4. PPI TB dikelola oleh swasta kerja sama dengan LSM

5. Adanya wadah yang terdiri dari berbagai pihak tokoh masyarakat, masyarakat, dll.

6. Penamaan ditekankan jadi Luaha Talu.

Pertanyaan I

• Adanya peraturan di Tingkat 1, lebih tepat jika ada aturan di tingkat daerah - karena belum tentu bisa diaplikasikan.

28 Prosiding Lokakarya Upaya Pengelolaan Ekosistem Laguna Teluk Belukar secara berkelanjutan

Kelompok 2. Rehabilitasi & Livelihood

Fasilitator: Samsulbahri Sembiring (Dinas Kelautan & Perikanan) Notulensi: Muhammad Ilman (WIIP) Anggota Kelompok:

• Marthin Luther Zendrato

BAPPEDA Kabupaten Nias

• Yusniar Zebua, SE Badan Pemberdayaan Masyarakat •

Helumbowo Zendrato

Pengelola Muara Indah

• Dorothea Telaumbanua, SE.

BAPPEDA Kabupaten Nias

• Faozanolo Hulu, SE Dinas Pertanian & Kehutanan Kab. Nias • Megawandi TRH

AUSTCARE

• Buttiar

Wahana Lestari

• Sabarniati Zega

Binaswadaya

• Alfian Harefa

BAPPEDA Kabupaten Nias

• Honazawulo Lase

BAPPEDA Kabupaten Nias

Hasil & Rekomendasi dari Kelompok 2:

1. Rehabilitasi berupa penanaman tidak perlu diprioritaskan karena secara alami sudah tumbuh kembali.

2. Jika ada dana rehabilitasi sebaiknya diarahkan ke pengembangan mata pencaharian masyarakat.

3. Livelihoods difokuskan pada dua hal yaitu: •

Perikanan (nelayan dan budidaya) • Pariwisata • Pengembangan perkebunan/pertanian

4. Alternatif lain adalah pertanian di lahan kosong yang relatif jauh dari mangrove dan pembuatan kerajinan tangan.

5. Pilih anggota masyarakat yang benar-benar sesuai mata pencaharian

6. Pilihan besar dan kecil jumlah anggota kelompok ada kelemahan dan kelebihan.

7. Kelompok besar akan berjalan efektif jika kebersamaan saling terjaga dan terjadi persaingan sehat.

8. Kelompok kecil akan lebih mudah dikelola dan tanggung jawab lebih jelas.

9. Manajemen yang bagus mencakup aturan main yang jelas akan membantu kesuksesan kelompok dan meningkatkan kreativitas.

Prosiding Lokakarya Upaya Pengelolaan Ekosistem Laguna Teluk Belukar secara berkelanjutan 29

Kelompok 3. Pemanfaatan & Pelestarian

Fasilitator: Nana Firman (WWF Indonesia) Notulensi: Fazedah Nasution (WWF Indonesia) Anggota Kelompok:

• Toro Mendrofa Perwakilan masyarakat dari Desa Teluk Belukar • Ernibadi Mendrofa

Yayasan Rajawali

• Yamani Waruwu

Binaswadaya

• Sdr. Halawa, ST, M.Si.

Dinas Kimpraswil

• Rosmeyni Harefa, SE

BAPPEDA Kabupaten Nias

• Hester Smidt

OXFAM – Novib, Banda Aceh

• Meilinda L. Larosa

BAPPEDA Kabupaten Nias

Hasil & Rekomendasi dari Kelompok 3: Status Teluk Belukar?

• bukan kawasan lindung •

500 m •3 marga • Luaha Talu Æ pemulihan •

Nama: site fatö, Tölu Balugu •

Sepuluh tahun lalu sudah pernah ada rancangan untuk pariwisata •

Kepemilikan tanah (status – kepemilikan individu), sudah ada yang dijual (1 ha = 1 juta).

Kendala pemanfaatan:

• Tidak ada koordinasi dalam pengelolaan, •

Pemanfaatan masih bersifat individual (ambisi masing-masing), •

Ecoturisme bukan hal yang menarik bagi masyarakat Nias, hanya bagi orang masyarakat luar

• Hasil-hasil ikan Nias banyak dijual keluar Æ karena tidak ada processing •

Jika ada processing sebaiknya tidak di TB

30 Prosiding Lokakarya Upaya Pengelolaan Ekosistem Laguna Teluk Belukar secara berkelanjutan

Kondisi sosial saat ini

• Kurang harmonis – ada pengelompokan antar kelompok masyarakat •

Transparansi dari aparat desa sangat terbatas, informasi cenderung tidak tersebar merata - ada kecenderungan berpihak pada kelompok tertentu.

USULAN

• Aturan desa saat ini belum ada yang secara khusus mengatur tentang pengelolaan secara terpadu untuk wilayah di Teluk Belukar.

• Ketegasan aturan dengan melibatkan masyarakat, •

Pembentukan suatu wadah/kelembagaan yang diakui baik di tingkat masyarakat desa, maupun pemerintah daerah di level yang lebih tinggi/kabupaten.

Prosiding Lokakarya Upaya Pengelolaan Ekosistem Laguna Teluk Belukar secara berkelanjutan 31