Seperti diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29PM2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite
audit, tugas komite audit antara lain: 1 Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya,
2 Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, 3 Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal, 4 Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan
dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi, 5 Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten, 6 Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
2.1.1.3 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham
dengan manajemen perusahaan Iqbal, 2007. Tindakan manajemen laba ini
dimungkinkan dengan lebih banyaknya informasi yang dimiliki oleh manajer selaku agen yang menjalankan perusahaan dibandingkan prinsipal. Hal ini
mengakibatkan ketidakseimbangan informasi yang dimiliki antara agen dan prinsipal. Ketidakseimbangan informasi itu disebut dengan asimetri informasi.
Asimetri informasi ini erat kaitannya dengan konsep teori keagenan agency theory
yaitu ketika semua pihak memiliki dorongan untuk mendahulukan kepentingannya sendiri-sendiri sehingga timbul adanya konflik antara prinsipal
dengan agen. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi yang terjadi antara prinsipal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi
yang disesuaikan untuk kepentingan agen kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Salah satu bentuk
tindakan agen
tersebut adalah
yang disebut
sebagai manajemen
laba Widyaningdyah, 2001.
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan menurunkan laba yang dilaporkan saat kini dari suatu unit yang menjadi
tanggung jawab manajer tanpa mengkaitkan dengan peningkatan penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang Fischer dan Rosenzweig, 1995.
Sedangkan Assih dan Gudono 2000 mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan general accepted
accounting principles , untuk mengarah pada suatu tingkat yang diinginkan atas
laba yang dilaporkan. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias
dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang
mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa Setiawati dan Na’im, 2000. Sedangkan menurut Sugiri 1998
membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu: a. Definisi Sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai
perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accrual
dalam menentukan besarnya laba. b. Definisi Luas
Manajemen laba
merupakan tindakan
manajer untuk
meningkatkan mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer
bertanggung jawab,
tanpa mengakibatkan
peningkatan penurunan
profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. Tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer didasari berbagai
motivasi yang berbeda-beda. Scott 2009 berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba, yaitu:
1. Bonus Scheme Rencana Bonus Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus
akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.
2. Debt Covenant Kontrak Utang Jangka Panjang Menyatakan
bahwa semakin
dekat suatu
perusahaan kepada
waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk
memilih metoda akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan
perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang. 3. Political Motivations Motivasi Politik
Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada saat periode
kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.
4. Taxation Motivations Motivasi Perpajakan Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa
perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
5. Pergantian CEO Chief Executive Officer Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya
menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima.
Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk.
Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
6. Initital Public Offering Penawaran Saham Perdana Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada publik,
informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat
dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor
maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan. Ada berbagai macam cara yang dilakukan oleh manajer dalam melakukan
manajemen laba, bergantung pada kondisi dan situasi perusahaan tersebut. Pola manajemen laba menurut Scott 2009 dapat dilakukan dengan cara:
1. Taking a Bath Taking a bath
terjadi pada saat reorganisasi seperti pengangkatan CEO baru. Teknik ini mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan
kerugian periode berjalan sehingga mengharuskan manajemen membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang akibatnya laba periode berikutnya akan
lebih tinggi.
2. Income Minimization Bentuk ini mirip dengan taking a bath, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni
dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aset tetap dan aset tak berwujud dan mengakui
pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat rasio profitabilitas perusahaan tinggi, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas
barang modal dan aset tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan.
3. Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization
bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari
pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang. 4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya
investor menyukai laba yang relatif stabil. Penggunaan pengukuran atas dasar akrual sangat penting untuk
diperhatikan dalam mendeteksi ada tidaknya manajemen laba dalam perusahaan. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas
operasi. Total akrual dapat dibebankan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau non discretionary accruals;
2. Bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary accruals.
2.1.2 Penelitian terdahulu