Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Ekosistem Terumbu Karang dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Nusa Penida Bali

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA
TERHADAP KONDlSl EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PESlSlR DI NUSA PENIDA BALl

OLEH:
FlNA ARDARlNl

PROGRAM PASCASARJANA
lNSTlTUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK

Fina Ardarini. Kajian Darnpak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kondisi
Ekosistem Temmbu Karang dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir di Nusa
Penida Bali. Dibimbing oleh Dietriech G. Bengen dan Victor P.H. Nikijuluw.
Luasan terumbu karang rusak di sekitar Ponton Toyapakeh adalah 2.975
ha. Penutupan karang hidup berkisar antara 8.08% - 90.44% dengan rata-rata
42.82% atau temasuk dalam kategori rusak. Penutupan karang rnati berkisar
antara 0.60% - 41,42%, penutupan patahan karang berkisar antara 1,54% 58,72%, dan indeks mortalitas berkisar antara 0,01 - 0,83. Persentase
penutupan karang hidup pada lokasi pariwisata tinggi lebih besar daripada lokasi

pariwisata sedang. Terlihat bahwa telah terjadi degradasi terumbu karang pada
semua lokasi.
Terdapat perbedaan karakteristik yang sangat nyata antar keIompok
rumah tangga. Semakin besar pendapatan, rnaka sernakin besar pula keinginan
untuk ikut kegiatan pariwisata; sedangkan sernakin tinggi pendidikan maka
semakin enggan ikut kegiatan pariwisata karena pariwisata hanya rnenawarkan
pekerjaan kasar.
Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat
kesejahteraan keluarga pada kedua kelompok yang berarti bahwa par~wisata
tidak mempengaruhi kesejahteraan keluarga karena tanpa adanya pariwisata
kesejahteraan keluarga sudah tinggi. Variabel yang paling merniliki hubungan
erat dengan tingkat kesejahteraan keluarga adalah konsumsi, pendapatan, dan
fasilitas perurnahan.
Persepsi kedua kelornpok terhadap kegiatan pariwisata yaitu kegiatan
pariwisata tidak memberikan dampak positif atau negatif. Tidak ada karakteristik
yang mempengaruhi persepsi responden terhadap kegiatan pariwisata di Nusa
Penida karena kegiatan pariwisata kurang rnemberikan pengamh bagi
masyarakat.
Dapat disimpulkan, tanpa kegiatan paiwisata pun tingkat
kesejahteraan masyarakat di lokasi penelitian sudah tinggi.

Namun, tetap
diperlukan suatu model pengelolaan yang berbasiskan rnasyarakat agar kegiatan
pariwisata yang ada dapat dimiliki oleh masyarakat dan bukan oleh pihak lain
yang hanya ingin mengeksploitasi sumberdaya alam yang ada sehingga
kelestarian sumberdaya alam dapat terwujud.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN PARlWlSATA
TERHADAP KONDlSl EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PESlSlR Dl NUSA PENIDA BALl
adalah benar rnerupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua surnber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.

Fina Ardarini
Nrp: 99689/SPL

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN PARlWlSATA

TERHADAP KONDlSl EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN
SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PESlSlR Dl NUSA PENIDA BALl

FlNA ARDARINI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

PROGRAM PASCASARJANA
lNSTlTUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judut Tesis

: Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kondisi
Ekosistem Terumbu Karang dan Sosial Ekonomi Masyarakat
Pesisir di Nusa Penida Bali


Nama

: Fina Ardarini

NRP

: 99689
: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)

Program Studi

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr.lr. Dietriech G. ~ e n a e d
DEA
Ketua

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

dan Lautan

Tanggal Lulus : 21 Januari 2002

Dr.lr. Victor P.H. Nikiiuluw
Anggota

3. Oirektur Program Pascasarjana

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 12 Januail 1977 dari
pasangan Asep Rachrnat dan Datin Fatia Umar, sebagai anak pertama dari dua
bersaudara.
Pada tahun 1988 penulis lulus dari SD Widyawan I Cirnahi, tahun 1991
lulus dari SMP
Bandung.

Negeri 2 Cimahi, dan tahun 1994 lulus dari SMA Negeri 2

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Kelautan.


Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan Institut Pertanian Bogor sejak tahun 1994
sampai 1999.
Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Pengeloaan
Surnberdaya Pesisir dan Lautan pada Program Pascasarjana lnstitut Pertanian
Bogor dan dinyatakan lulus pada tanggal 21 Januari 2002.

PRAKATA

Bismillahirahmannirahiim
Athamdullilah, segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas segala limpahan rahrnat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Terwujudnya tulisan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan semua
pihak. untuk itu penulis rnengucapkan terima kasih sebesar-besamya dan
semoga Allah SVVT mernberikan pahala yang berlimpah kepada:

1. Dr.lr. Dietriech G. Bengen, DEA dan Dr.lr. Victor P.H. Nikijuluw selaku dosen
pembimbing yang banyak memberikan masukan dan saran.
2. Mama dan Papa tercinta atas mofivasi dan doa restu yang selalu menyertai.


3. Suamiku tersayang. Putro Santoso, atas perhatian dan dukungannya.
4. PT Caputra Bumi Bahari atas semua fasilitas dan data yang telah diberikan.
5. Anton. Erdi, dan teman-teman Yayasan Bahtera Nusantara atas bantuannya.

6. Rekan-rekan SPL angkatan Ill atas kekompakannya selama ini.
Disadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan masukan untuk kelengkapannya. Semoga tulisan ini dapat menjadi
acuan dan memberi rnanfaat bagi pihak yang rnembutuhkan.

Bogor, Februari 2002

Penulis

DAFTAR IS1

PRAKATA ...............................................................................................

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .DAFTAR
. . . . . . . . . . . .IS1
.....


i
ii

DAFTAR TABEL .....................................................................................

iv

.................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

vii

PENDAHULUAN .....................................................................................
Latar Belakang ...................................................................................

Perumusan Masalah ..........................................................................
Tujuan ................................................................................................
Manfaat ..............................................................................................
..
Kewngka Pem~k~ran
...........................................................................

1
1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Wilayah Pesisir ...................................................................................
Batas Wilayah Pesisir ..................................................................
Surnberdaya Wilayah Pesisir .......................................................
Fungsi dan Manfaat Wilayah Pesisir ............................................
Kegiatan dan Ancarnan Terhadap W~layahPesisir ......................
Pengelolaan Wilayah Pesisir .......................................................
Pariwisata ..........................................................................................

Pengembangan Pariwisata ..........................................................
Pengelolaan Wilayah Pesisir untuk Pembangunan Pariwisata
Berkelanjutan ..............................................................................
METODE PENELlTlAN ...........................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................
Metode Pengarnbilan Contoh dan Pengukuran ..................................
Data Primer .................................................................................
Penentuan responden ..........................................................
Pengukuran variabel indikator sosial ekonomi masyarakat ...
Data Sekunder ............................................................................
Analisis Data ......................................................................................
Pengaruh Pariwisata Temadap Kondisi Ekosistem Terumbu
Karang .........................................................................................
Pengaruh Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat ..................................................................................
lmplikasi dan Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata
Berkelanjutan ..............................................................................

3
3


Halaman
HASlL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................
Keadaan Alam .............................................................................
Potensi Sosial Ekonomi ...............................................................
Penduduk .............................................................................
Mata pencaharian .................................................................
Pendidikan, kesehatan dan fasilitas sosial ............................
Perhubungan ........................................................................
Potensi dan Pemanfaatan Surnberdaya Pesisir ...........................
Terumbu karang ...................................................................
Rumput laut ..........................................................................
Perikanan dan budidaya laut ................................................
Kegiatan Pariwisata di Nusa Penida ............................................
Kondisi Ekosistern Terurnbu Karang ..................................................
Penyebaran Penutupan Karang Rusak di Sekitar Ponton
Toyapakeh ...................................................................................
Perbandingan Penutupan Lifeform Karang pada Tingkat
Pariwisata Tinggi dengan Tingkat Pariwisata Sedang .................
Karakteristik dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .......................
Perbedaan Karakteristik Antar Kelompok Responden .................
Umur ....................................................................................
Pendidikan formal .................................................................
Jumlah anggota keluarga ......................................................
Pendapatan ..........................................................................
Lama tinggal .........................................................................
Analisis simultan pehedaan karakteristik antar kelornpok
responden ............................................................................
Perbedaan Karakteristik lndikator yang Mempengaruhi Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Antar Kelornpok Responden .................
Tingkat pendapatan keluarga ...............................................
Tingkat konsumsi keluarga ...................................................
Tingkat pendidikan keluarga .................................................
Tingkat kesehatan keluarga ..................................................
Kondisi perurnahan ...............................................................
Fasilitas perurnahan .............................................................
Tingkat kesejahteraan keluarga ............................................
~erseps
Masyarakat Mengenai ~ a m ~ Pariwisata
a k
...................
lmplikasi dan Arahan
Pengembangan Kawasan Pariwisata
Berkelanjutan .....................................................................................
KESLMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan ........................................................................................
Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

DAFTAR TABEL

No.

Te ks

Halaman

.................................................................

1.

lndikator Kesejahteraan

2.

Data yang diolah dengan Analisis Faktorial Diskriminan ................

32

3.

Statisfik Kumulatif Penutupan Kategori Terumbu Karang pada
Lokasi Pengamatan .......................................................................

45

Rata-rata Penutupan Kategori Penutupan Karang pada Dua
Kategori Lokasi Pengamatan .........................................................

47

Uji t Kategori Penutupan Karang Antara Dua Kategori Lokasi
Pengamatan ..................................................................................

49

Distribusi Umur Responden pada Rurnah Tangga Pariwisata dan
. .
Non Par~w~sata
...............................................................................

51

Distribusi Pendidikan Formal Responden pada Rumah Tangga
Pariwisata dan Non Pariwisata .......................................................

52

Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Responden pada Rumah
Tangga Pariwisata dan Non Pariwisata .........................................

54

Distribusi Pendapatan Responden pada Rumah Tangga
Pariwisata dan Non Pariwisata ...................................................

55

4.

5.
6.

7.
8.

9.

27

10. Distribusi Lama Tinggal Responden pada Rumah Tangga
Pariwisata dan Non Pariwisata .....................................................

57

3 1 . Distribusi Tingkat Pendapatan Keluarga Responden pada Rurnah
Tangga Pariwisata dan Non Pariwisata ..........................................

59

12. Distribusi Tingkat Konsumsi Keluarga Responden pada Rumah
Tangga Pariwisata dan Non Pariwisata ..........................................

61

13. Distribusi Tingkat Pendidikan Keluarga Responden pada Rumah
Tangga Pariwisata dan Fdon Pariwisata ..........................................

62

?4. Distribusi Tingkat Kesehatan Keluarga Responden pada Rumah
Tangga Pariwisata dan Non Pariwisata ..........................................

63

15. Distribusi Kondisi Perumahan Responden pada Rurnah Tangga
Pariwisata dan Non Pariwisata ...................................................

64

16. Distribusi Fasilitas Perumahan Responden pada Rumah Tangga
Pariwisata dan Non Pariwisata .......................................................

65

No.

Teks

Halaman

17. Distribusi Tingkat Kesejahteraan Keluarga Responden pada
Rumah Tangga Pariwisata dan Non Pariwisata .............................

66

18. Distribusi Persepsi Responden Mengenai Dampak Pariwisata
pada Rumah Tangga Pariwisata dan Non Pariwisata......................

68

.

..............................................

75

..................................................

76

21 . Jenjang Prioritas Strategi Pengelolaan ...........................................

76

19 ldentifikasi dan Penilaian KEKEPAN

20. Matrik Hasil Analisis KEKEPAN

DAFTAR GAMBAR

No.

Teks

Halarnan

1. Kerangka Pernikiran Penelitian .........................................................

5

2 . Peta Lokasi Penelitian ......................................................................

22

...........................................

29

4 . Diagram Analisis KEKEPAN .............................................................

34

5 . Jumtah Kunjungan Wisatawan ke Nusa Penida dari Bulan Januari
2000 hingga Desember 2001 ...........................................................

42

6. Penyebaran Penutupan Karang Rusak di Sekitar Ponton Toyapakeh

43

3 . Penentuan Area Aktivitas Wisata Tinggi

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Halaman

1. Persen Penutupan Lifeform Karang Penyusun Ekosistem Terurnbu
Karang pada Lokasi Penelitian Tingkat Pariwisata Tinggi ................

85

2. Persen Penutupan Lifeform Karang Penyusun Ekosistem Terumbu
Karang pada Lokasi Penelitian Tingkat Pariwisata Sedang..............

86

3. Karakteristik Responden pada Rumah Tangga Pariwisata dan Non
Pariwisata .......................................................................................

87

4. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Responden pada Rurnah Tangga
Pariwisata dan Non Pariwisata ........................................................

88

5. Persepsi Responden pada Rurnah Tangga Pariwisata dan Non
Pariwisata Mengenai Darnpak Pariwisata .......................................

90

Hasil Analisis Faktorial Diskriminan Karakteristik Responden pada
Rumah Tangga Pariwisata dan Non Pariwisata ..............................

91

7. Hasil Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman Antara Kelornpok
Rumah Tangga dengan Karakteristik Responden ...........................

92

6.

8.

Hasil Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat
Kesejahteraan Keluarga dengan Karakteristik lndikator yang
Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan ............................................

9. Hasil Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman Antara Persepsi
Responden Terhadap Dampak Pariwisata dengan Karakteristik
Responden .....................................................................................

93

94

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya
alamnya,

juga

mempunyai

potensi

untuk

dikernbangkan rnenjadi obyek

pariwisata bahari, baik dilihat dari segi kuantitatif panjang pantainya maupun
kualitas keragarnan fisik dan visual.
apabila

sumberdaya yang ada

Tetapi potensi ini ban! dapat diwujudkan

dapat digunakan secara

optimal rnelalui

kerjasarna antar pihak-pihak potensial yang terlibat.
Pengembangan kawasan pantai untuk keperluan rekreasi di Indonesia
cenderung rneningkat kegiatannya bersarnaan dengan semakin digiatkannya
bidang kepariwisataan.

Selain mempunyai keuntungan dalarn penggunaan

sumberdaya alam secara berkelanjutan, sektor pariwisata di kawasan pesisir ini
juga berpotensi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi lokal. dalam ha1 ini adalah
rnasyarakat sekitarnya dan pembangunan wilayah di daerah wisata yang
bersangkutan, terrnasuk kegiatan ikutan wisata lainnya.
Pariwisata sangat bergantung pada lingkungan sosial budaya setempat
dan kualitas lingkungan alarniahnya. Dalam bebeiapa pengernbangan kegiatan
ekonomi, kualitas lingkungan dapat ditukar dengan keuntungan (dalarn nilai
uang) yang diharapkan, tetapi dalarn kasus pariwisata sangat penting untuk tetap
mernelihara kualitas lingkungan alam.
Lingkungan hidup merupakan sumberdaya yang besar untuk industri
pariwisata, hampir di semua ternpat industri ini menjual potensi pemandangan
alarn atau cara hidup rnasyarakat setempat.
pemeliharaan sumberdaya

ini

secara

Sebab itu, pemanfaatan dan

bijaksana akan

rnempertinggi nilai

lingkungan hidup dan nilai ekonorninya. Adanya hubungan antara perselisihan
lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam

sangat rnenunjang

pembangunan (yang

secara ekologis) berkelanjutan.

Dengan timbulnya

pendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sangat tergantung
pada pengelolaan sumberdaya yang efektif dan pemeliharaan ekosistem, maka
makin disadari bahwa kesejahteraan ekonomi tidak akan tercapai tanpa
pertimbangan pentingnya faktor iingkungan hidup dalam setiap perencanaan.

Perurnusan Masalah
Nusa Penida yang terletak di sebelah tenggara Pulau Bali adalah salah
satu kawasan yang mengandalkan aset wisatanya pada sumber daya alarn
wilayah pesisir.

Nusa Penida merupakan daerah penyelaman dengan kondisi

ekosistem terumbu karang yang paling baik di Pulau Bali sehingga menjadikan
daerah ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata bahari di Pulau Bali. Hal ini
tentu saja memberikan dampak positif dari segi ekonomi dengan meningkatnya
pendapatan rnasyarakat dan terserapnya tenaga kerja di sektor tersebut
sekaligus juga rneningkatkan pendapatan daerah melalui penerimaan devisa.
Dengan semakin banyaknya tingkat pengguna pada ekosistem terurnbu
karang menjadikan kawasan ini mendapatkan ancaman yang cukup besar.
Sebuah pengelolaan dengan model lama yang hanya terfokus pada penegakan
(enforcement) dari aturan-aturan yang ada tanpa melibatkan masyarakat dan
pengguna,

yang

selama

ini terjadi,

tidak

pernah dapat

menyelesaikan

permasalahan yang ada.
Berdasarkan penjelasan di atas, rnaka permasalahan yang ingin diketahui
pada pengembangan pariwisata pesisir di Nusa Penida adalah:
1. Bagairnana

kondisi

dan

potensi

sumberdaya

terumbu

karang

yang

dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata?

2. Apakah

pengembangan

terurnbu karang?

pariwisata

rnempengaruhi

kondisi

ekosistem

3. Menurut persepsi masyarakat setempat, apakah pengembangan pariwisata

mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir di sekitamya?
4.

Bagaimana strategi pengelolaan yang harus ditempuh dalarn mencapai
pariwisata yang berkelanjutan?

Tujuan
1. Memperoleh informasi mengenai kondisi dan potensi sumberdaya terurnbu
karang yang dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata di Nusa Penida.
2. Mengetahui pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kondisi terumbu

karang.
3. Mengetahui pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kondisi sosial

ekonomi rnasyarakat pesisir.
4. Merumuskan strategi pengelolaan kawasan yang optimal untuk terciptanya
pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Manfaat
1. Merupakan bahan acuan dan pertimbangan bagi berbagai pihak terkait

sebagai bahan masukan dalam menentukan strategi yang optimal dalam
penentuan kebijakan pengelolaan pesisir secara berkelanjutan.
2. Mernberikan gambaran yang jelas bagi berbagai pihak terkait mengenai
kegiatan

yang

dilaksanakan

dalam

pengelolaan

dan

pemanfaatan

sumberdaya pesisir sebagai kawasan pariwisata.

K e r a n g k a Pemikiran
Nusa Penida adalah salah satu kawasan yang rnengandalkan aset
wisatanya pada sumberdaya alam wilayah pesisir terutama keindahan ekosistem
terumbu karang. Saat ini Nusa Penida merupakan daerah penyelaman dengan

kondisi ekosistem terumbu karang yang paling baik di Pulau Bali sehingga
menjadikan daerah ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata bahari di Pulau
Bali.

Hal ini tentu saja akan mernberikan berbagai pengaruh terhadap

masyarakat pesisir yang tinggal di sekitar kawasan tersebut baik positif seperti
meningkatnya pendapatan dan

ketersediaan lapangan pekerjaan maupun

pengaruh negatif seperti terjadinya degradasi sosial dan budaya.
Kegiatan wisata bahari adalah salah satu penyebab terjadinya degradasi
terumbu karang di Indonesia.

Dengan semakin banyaknya tingkat pengguna

ekosistem terurnbu karang di Nusa Penida menjadikan kawasan ini mendapatkan
ancaman lingkungan yang cukup besar. Berdasarkan perspektif di atas, kegiatan
pariwisata di Nusa Penida akan memberikan berbagai pengaruh positif atau
negatif terhadap masyarakat dan ekosistem terumbu karang.
Pengaruh pariwisata bahari terhadap masyarakat tentu akan berbeda
pada setiap individu tergantung pada umur, mata pencaharian, pendidikan.
jumlah anggota keluarga, pendapatan, lama tinggal dan tingkat kesejahtewan.
Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat dapat dikaji melalui persepsi mereka
terhadap perubahan kondisi ekosistem terumbu karang,

perubahan luas

kawasan usaha masyarakat untuk budidaya rumput laut dan perikanan,
perubahan gaya hidup. pernasukan pendapatan serta hubungan sosial antar
rnasyarakat.
Setelah pengaruh-pengaruh pariwisata ini diketahui, maka diharapkan
dapat

menjadi bahan

rnasukan

untuk

rnembuat

suatu

arahan

strategi

pengeIolaan pariwisata berkelanjutan yang menguntungkan semua pihak terkait.
Secara skematis kerangka pernikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar I.

Budidaya
Rumput Laut

Pariwisata

Kondisi dan Potensi

I

Pengaruh
Positif dan Negatif

1

c
Terumbu Karang

Sosial

Ekonomi

Kesejahteraan
Masyarakat

Sumberdaya Alam

lmplikasi Pengelolaan
Kawasan Pariwisata

Pernbangunan

G a m b a r 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan:

--

-

------- -

alur proses langsung
alur proses tidak langsung

TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah Pesisir
Batas Wilayah Pesisir
Lawrence (1998), mendefinisikan wilayah pesisir adalah wilayah peralihan
antara darat dengan laut yang rnencakup perairan pantai, daerah pasang surut
(pantai di antara batas pasang surut dan pasang naik). dan tanah daratan
dirnana habitat dan jenis binatangnya beradaptasi secara khusus terhadap
keadaan lingkungan yang unik. Selanjutnya dijelaskan, perairan pantai dimaksud
ialah semua rnassa air yang berdekatan dengan garis pantai yang mengandung
air laut dalam kadar atau persentase yang masih dapat diukur.
Namun demikian, definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia
adalah menurut Soegiarto dalam Dahuri, e t a / . (1996), yaitu daerah pertemuan
antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir rneliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendarn air, yang rnasih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut, dan perernbesan air asin; sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang rnasih dipengaruhi oleh prosesproses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan olefi kegiatan rnanusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran.
Berdasarkan batas tersebut beberapa ekosistern wilayah pesisir yang
khas seperti estuaria. delta, goba (lagoon), terumbu karang (coral reef),
mangrove, hutan rawa, dan bukit pasir (sand dune) tercakup dalarn wilayah
tersebut. Penentuan wilayah pesisir seringkali ditekankan untuk rnaksud hulturn
dan administratif. Akibatnya proses lingkungan yang menjalin komponen daratan
dan lautan terabaikan

Surnberdaya Wilayah Pesisir
Sumberdaya

dikenal

dua

rnacam

yaitu

sumberdaya

hayati

dan

sumberdaya non hayati. Sumberdaya tersebut apabila dimanfaatkan ada yang
dapat pulih dan ada yang tidak dapat pulih.

Surnberdaya dapat pulih seperti

ekosistern mangrove. padang lamun, terumbu karang, budidaya perikanan.
pertanian

dan

sebagainya,

dan

sumberdaya

tidak

dapat

pulih

seperti

pernanfaatan rninyak lepas pantai, batubara, pengambilan mineral dan jasa
lingkungan.
Di dalarn surnberdaya dapat pulih hidup dan berkembang beraneka
ragarn biota laut, sehingga dengan keanekaragaman sumberdaya diperoleh
potensi jasa-jasa lingkungan yang dapat dirnanfaatkan untuk pengembangan
pariwisata. Keanekaragaman hayati (biologicaldiversify atau biodiversity) adalah
istilah yang digunakan untuk rnenerangkan keanekaragaman ekosistem dan
berbagai

bentuk

variabilitas

hewan,

tanaman,

serta

jasad

renik.

Keanekaragarnan hayati rnencakup keanekaragaman ekosistern (habitat), jenis
(spesies), dan genetik (varietas).

Fungsi dan Manfaat Wilayah Pesisir
Menurut

Dahuri

(1995), pada

dasarnya

wilayah

pesisir

secara

keseluruhan memiliki berbagai fungsi dan rnanfaat bagi rnanusia. Fungsi dan
rnanfaat tersebut seperii:
1. Penyedia sumbedaya alam hayati, seperti surnber pangan (protein) dan

sebagai obat-obatan untuk kesehatan.

2. Penyedia surnberdaya alam non hayafi, yakni dapat menyediakan iapangan
pekerjaan seperti kegiatan industri, pertambangan dan sebagainya.
3. Penyedia energi, dengan menggunakan gelombang pasang surut dapat

membangkitkan tenaga listrik.

4.

Sawna transportasi, untuk membangun pelabuhan atau dermaga sebagai
bongkar muat barang.

5. Rekreasi dan pariwisata, yakni didukung oleh pasir putih, terumbu karang

dan sebagainya.
6 . Pengaiuriklim dan lingkungan hidup, laut berperan mengatur suhu udara dan

iklim laut, menyerap COz, menjaga lingkungan laut agar sirkulasi air dunia
terjamin sehingga daerah tropis air laut tidak terlalu panas dan sebaliknya
daerah subtropis.
7. Penampung limbah, bentuk apapun limbah yang dibuang ke sungai tempat

terakhirnya adalah muara sungai di laut.
8.

Sumber plasma nutfah, yakni tempat hidupnya beraneka ragarn biota dan
plasma nutfah sehingga rnerupakan bagian kepentingan manusia.

9. Pemukiman, yaitu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat yang

mempunyai kegiatan di pesisir.
10. Kawasan industn', yakni digunakan untuk pembangunan industri sehingga

memudahkan kegiatan ekspor impor barang.
11. Pertahanan dan keamanan, wilayah pesisir mengelilingi pulau sehingga
merupakan wilayah pengaman dan pendukung kekuatan hankam.

Kegiatan dan Ancaman Terhadap Wilayah Pesisir

Untuk rneningkatkan kesejahteraan masyarakat berbagai kebijakan
dikeluarkan pemerintah untuk kegiatari pembangunan.

Kadangkala kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan di wilayah pesisir dapat mewsak ekosistern,
untuk itu perlu mengetahui ciri atau pola kegiatan yang dilaksanakan agar tidak
mengancam sistem ekosistem.
Kegiatan sektor pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir, pada
umumnya antara lain:

1. Perikanan

(penangkapan dan

budidaya).

Nelayan pesisir

beroperasi pada jarak 1.5 mil laut dari pantai.

biasanya

Usaha budidaya di pesisir

seperti tarnbak udang, bandeng atau campuran, rurnput laut, tiram, ikan dan
keramba.

Perikanan tangkap dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu

perikanan lepas pantai (offshore fisheries), perikanan pantai (coastal
fisheries) dan perikanan darat (inland fisheries).
2. Pariwisata (pariwisata pantai dan bahan;).
terumbu karang, pantai pasir putih.

Pariwisata ini mernanfaatkan

Bila suatu wilayah dibangun untuk

pariwisata maka fasilitas pendukung lainnya akan berkembang seperti hotel
dan dermaga.
3. Kehufanan (pemanfaatan dan konservasi). Hutan berperan sebagai penutup

permukaan tanah,

melindungi proses erosi dan

stabilisasi

aliran

air

permukaan, rnengendalikan kualitas air permukaan, habitat satwa liar,
pemijahan, mencegah sedirnentasi, mencegah naiknya suhu permukaan air.
dan sebagainya.

Umurnnya pernanfaatan hutan pesisir untuk keperluan

rumah tangga (kayu bakar, makanan, serat dan obat-obatan) dan komersial
(arang dan kayu jadi).
4. Pemukiman, yakni penduduk yang langsung hidupnya tergantung pada
sumberdaya pesisir seperti nelayan, dan penduduk yang tidak langsung
tergantung dengan sumberdaya pesisir seperti pedagang, narnun semuanya
tinggal di wilayah pesisir.

5. Perfambangan fpengeboran minyak lepas pantai, penambangan batubara di
pesisir, dan penggalian mineral). Eksploitasi ini membutuhkan lahan sedikit
narnun menjadi sumber pencemaran.

Kegiatan penambangan di wilayah

pesisir rneliputi (1) kegiatan di bawah dasar laut (subsurface deposits) seperti
tambang minyak dan gas bumi, (2) kegiatan di dasar laut (surface deposits)
seperti tambang pasir, batuan (gravel), kulit kerang (shells) dan batuan

karang, (3) kegiatan dalam badan air (aqueous deposits) seperti ekstraksi
garam.
6. Perhubungan (pelabuhan, jernbatan).

Perkapalan dan pelabuhan rnerupakan

ha1 penting untuk rnendorong pembangunan ekonomi, rnengurangi biaya
perdagangan dan meningkatkan ekspor.

7. Indusfri (pariwisata, perikanan, rumah fangga, dan sebagainya).

Daerah

pesisir umumnya merupakan tempat baik untuk pengembangan industri yang
tergantung pada transportasi taut.

lndustri berat antara lain pupuk, petro

kimia, baja, semen. kayu lapis, kertas, pengolahan minyak sawit dan
pembangunan kapal. lndustri ini berhubungan dengan limbah beracun yang
tidak dapat terurai secara biologis.
Limbah kota besar dan limbah pelabuhan industri r n e ~ p a k a nfimbah
kelas tinggi, sedangkan limbah masyarakat pesisir merupakan limbah tambahan.
Limbah organik dan lirnbah industri beracun menghabiskan oksigen, tentu
berdampak pada lingkungan pesisir dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pencemaran yang berasal dari darat rnenyebabkan lebih dari tiga perempat
pencemaran di laut. Sisanya berasal dari perkapalan dan pertambangan Iepas
pantai.

Pengelolaan Wilayah Pesisir
Kelestarian sumberdaya pesisir merupakan kepentingan bersama mahluk
hidup. Pemanfaatan secara berlebihan akan menimbulkan kerusakan dan harus
segera dihentikan apabila tidak dapat ditanggulangi berdasarkan pertimbangan
limbah dan ketersediaan teknologi.

Segi ekologis kawasan ini merupakan

keberlangsungan kehidupan biota darat, pantai dan laut.

Dari segi kehidupan

manusia, kawasan ini merupakan kawasan vital tempat interaksi berbagai

kegiatan sosial ekonorni rnasyarakat.
penyangga stabilitas ekosistem daratan.

Secara fisik wilayah pesisir sebagai
Kerusakan kawasan ini berdarnpak

terhadap wilayah pesisir secara luas seperti degradasi sumberdaya dan kualitas
lingkungan hidup secara global.
Konsep pelestarian adalah perneliharaan dan pernanfaatan surnberdaya
secara bijaksana. Hakekatnya konsep ini rnernpunyai dua pengertian, pertama,
kebutuhan untuk merencanakan pengelolaan sumberdaya yang didasarkan pada
inventarisasi yang

akurat;

kedua,

kebutuhan untuk

rnelakukan tindakan

perlindungan untuk menjamin agar surnberdaya tidak habis. Pelestarian kadang
dianggap perlindungan yang menutup pemanfaatan sumberdaya seolah anti
pembangunan. Apabila kawasan yang dilindungi dirancang dan dikelola secara
tepat, akan memberi keuntungan yang lestari.
Penetapan pengelolaan kawasan yang dilindungi
terpenting untuk menjarnin surnberdaya dilestarikan.

rnerupakan cara

Pengelolaan kawasan

pesisir untuk pariwisata dapat rnemanfaatkan kawasan yang dilindungi, untuk itu
pariwisata dan kelestarian rnerupakan kegiatan saling menunjang dan dapat
dipadukan

guna

pembangunan berkelanjutan (Mardani.

1995).

Dalarn

pengembangan kegiatan di wilayah pesisir perlu adanya kawasan yang dilindungi
dan dikelola dengan baik. Pengelolaan tersebut meliputi:
1. Dalarn perencanaan pengembangan wilayah pesisir, perlu ditetapkan contoh

ekosistem alam asli untuk dijadikan kawasan pelestarian.

Kawasan ini

dilarang untuk kegiatan pernanfaatan kecuali penelitian dan pendidikan.
2. Untuk rnelindungi kawasan pelestarian, perlu ditetapkan kawasan penyangga
sekeliling kawasan.

Kawasan ini terbuka untuk penelitian, pendidikan dan

pariwisata namun dalarn pengawasan ketat.
3. Bagian perairan dan daratan pesisir yang vital sebagai lokasi berpijah,

bertelur, dan ternpat hewan-hewan air dan burung perlu perlindungan ketat

4.

Keanekaragarnan jenis dalarn perairan dipertahankan dan introduksi jenis
eksotik dilakukan bila sudah ada penelitian atau jika jenis-jenis asli sudah
punah.

5. Saluran-saluran air, jalan-jalan. industri pertambangan. dan usaha-usaha lain
yang rnerusak keaslian alarn, tidak dibangun rnelintasi/di dalam wilayah
pesisir yang diperuntukkan sebagai kawasan pelestarian.
6. lntroduksi jenis eksotik ke pulau yang rnernpunyai flora dan fauna yang

endernik hendaknya dicegah.

7. Pulau yang rnernpunyai flora dan fauna khas namun rawan terhadap kegiatan
manusia perlu perlindungan.
8. Pulau yang belum dihuni dan dirusak rnanusia hendaknya dipertirnbangkan

untuk kawasan pelestarian baik sebagai cagar alarn rnaupun sebagai tarnan
nasional.
9. Hutan rawa payau tempat menari rnakan dan bertelur berbagai jenis ikan,

udang dan hewan akuatik lain yang bernilai ekonornis, dan berperan penting
dalarn pengaturan pergerakan air tawar dan air asin perlu dipertahankan.

10. Karena rnodifikasi akan rnempengaruhi nilai intrinsik ekosistern alarn. rnaka
perlu

disisihkan

sebagian

sebagai

daerah

pelestarian,

untuk

mernpertahankan sumber genetika yang ada.

Pariwisata
Pengembangan Pariwisata
Menurut Undang-Undang Nornor 9 tahun 1990 tentang Pariwisata.
pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubufigan dengan
wisata terrnasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
yang berkaitan di bidang tersebut. Sedangkan usaha pariwisata adalah kegiatan

yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau
mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana wisata. dan keglatan
lain yang terkait dengan pariwisata.
Pengertian wisata bahari (marine fourism) adalah meliputi berbagai
aktivitas wisata yang menyangkut kelautan. Aktivitas wisata bahari tersebut dl
antaranya adalah santai di pantailmenikmati lingkungan alam sekitar, berenang,
tour keliling (boat four, cruising/extended boat tour), surfing, diving, water ski dan
sailing.
Beberapa atraksi wisata bahari yang sekaligus merupakan potensi laut
sebagai medium wisata adalah tarnan faut (terumbu karang yang subur dan biota
laut), formasi karang buatan (artificial reefs). kerangka kapal tenggelarn. obyek
purbakala, ikan-ikan buruan dan pantai yang indah.

Pendayagunaan laut

sebagai medium wisata memerlukan persyaratan tertentu, antara lain:
1. Keadaan musimlcuaca yang cukup baik sepanjang tahun.
2. Lingkungan laut yang bersih, bebas pencernaran.
3. Keadaan pantai yang bersih dan alami, yang disertai pengaturan-pengaturan

tertentu akan bangunan dan rnacarn kegiatan.
4. Keadaan dasar laut yang masih alarni, misalnya taman laut (terumbu karang)
yang rnerupakan habitat dari berbagai fauna dan flora.

5. Gelombang dan arus yang relatif tidak terlalu besar serta aksesibilitas yang
tinggi.
Kawasan pantai rnerupakan titik fokus pengembangan rekreasi dan
pariwisata dan rnenjadi sumber pendapatan utama bagi negara.

Selanjutnya

dikemukakan bahwa. dalarn fungsinya sebagai medium wisata, ekosistem pantai
mempunyai suatu kapasitas tertentu dalarn melangsungkan fungsi secara
berkelanjutan yang disebut sebagai carrying capacity, baik berdasarkan aspek

sosial rnaupun lingkungannya. Besarnya nilai tersebut tergantung pada adanya
pengembangan wisata yang terkontrol, perencanaan yang telah diformulasikan,
taman-taman laut dan daerah preservasi yang dibuat, dan peraturan perundangundangan yang ditulis, diimplernentasikandan ditegakkan oleh pernerintah.
Menurut Mardani (1995), selama dua dekade perkernbangan pariwisata di
wilayah Asia-Pasifik, khususnya perkernbangan pariwisata pesisir dan wisata
bahari rnenunjukkan pertumbuhan yang cukup pesat.

Hal ini mengakibatkan

pula semakin banyaknya rnasyarakat yang terlibat dalam kegiatan pariwisata ini.
Peningkatan fasilitas dan aksesibilitas di sekitar kawasan pariwisata ikut pula
mernpercepat pertumbuhan di wilayah pesisir.
Suwantoro

(1997).

rnengidentifikasi empat

kelornpok, faktor

yang

rnempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata, seperti:
1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah.

2. Nilai estetis: pemandangan (panorama), iklim, santailterpencil, cuaca.
3. Waktuhiaya: jarak dari ternpat asal (rumah), waktu dan biaya perjalanan,
harga-hargdtarif-tarif pelayanan.
4.

Kualitas hidup (quality of life): keramahtarnahan pefiduduk, bebas dari
pencemaran, penampilan perkotaan.
Pernbangunan pariwisata mempunyai peranan penting dan strategis

dalam

pernbangunan

nasional,

utarnanya

sebagai

penghasil

devisa,

rneningkatkan kesernpatan kerja, meningkatkan penghasilan dan taraf hidup
serta rnenstirnulasi sektor-sektor lainnya (Hatrni, 1993).

Pariwisata, terutarna

wisata alam termasuk wisata bahari, diketahui rnerupakan alternatif yang lebih
baik untuk pengembangan ekonorni rnasyarakat lokal dan wilayah yang tidak
merusak kekayaan alam, tetapi sebaliknya memberikan apresiasi terhadap nilainilai dari alam dan kehidupan tradisional yang sering memberikan surnbangan

kepada kearifan manusia.

Hal ini terlihat secara nyata pada berbagai tempat

wisata alam yang telah dikembangkan terutama di Afrika dan Asia, termasuk
beberapa tempat di Indonesia. Selain nilai unik dan indahnya serta banyak yang
dapat dikombinasikan dengan nilai-nilai kultural yang melekat pada sumberdaya
alam.

Sedangkan keberadaan dari sumberdaya alam ini relatif tidak banyak

terganggu, sehingga kelestarian sumberdaya alam ini relatif dapat terjamin.
Mengingat bahwa sejak dahulu wilayah pesisir telah menjadi pusat-pusat
kegiatan ekonomi, pemukiman, dan perikanan, maka dengan berkembangnya
pariwisata akan membawa konsekuensi pada perubahan dan peningkatan beban
lingkungan di wilayah pesisir.
Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang
usaha dan kerja. Peluang usaha/kerja tersebut lahir karena adanya permintaan
wisatawan.

Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan

membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel.
wisma,

restoran, homestay, warung, angkutan, dagang asongan.

olahraga. jasa.

dan lain-lain.

sarana

Peluang usaha tersebut akan memberikan

kesempatan kepada masyarakat pesisir untuk bekerja dan sekaligus dapat
menambah

pendapatan

untuk

menunjang

kehidupan

~ m a htangganya

(Suwantoro, 1997).
Selanjutnya dikemukakan bahwa peningkatan fasilitas dan aksesibilitas di
sekitar pariwisata ikut pula mempercepat perturnbuhan di wilayah pesisir.
Dengan rneningkatnya wisatawan di wilayah pesisir mendorong pembangunan
dan percepatan tumbuhnya konstruksi di wilayah pesisir dan tumbuhnya
berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Ada beberapa manfaat pembangunan pariwisata, yaitu:
1. Bidang ekonomi: (a) dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha,

baik secara langsung maupun tidak langsung; (b) meningkatkan devisa,

mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa dan dapat mendukung
kelanjutan pembangunan di sektor lain; (c) meningkatkan dan memeratakan
pendapatan

rakyat.

dengan

belanja

wisatawan

akan

rneningkatkan

pendapatan dan pemerataan pada rnasyarakat seternpat baik secara
langsung rnaupun tidak langsung; (d) meningkatkan penjualan barang-barang
lokal keluar; (e) menunjang pembangunan daerah.

karena kunjungan

wisatawan cenderung tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan
demikian amat berperan dalarn rnenunjang pernbangunan daerah.
2. Bidang sosial budaya, dengan keanekaragaman sosial budaya merupakan
modal dasar dari pengembangan pariwisata. Oleh karena itu harus rnarnpu
melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada.
3.

Bidang lingkungan hidup, karena pemanfaatan potensi sumberdaya alam
untuk pariwisata pada dasamya adalah lingkungan yang menarik, maka
pengembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa rnenghindari dampak
kerusakan lingkungan hidup, rnelalui perencanaan yang teratur dan terarah.
Agar tidak terjadi pengusiran pada pihak-pihak ekonomi lemah yang telah

menempati wilayah tersebut, rnaka diperlukan pengaturan dan tata ruang yang
pasti, serta mernperhatikan kelestarian fungsi ekosistem pantai tersebut. Untuk
ha1 tersebut diperlukan suatu perencanaan dan koordinasi dengan pihak-pihak
yang terkait agar dapat mengakornodasikan sernua kepentingan.

Konsep-

konsep yang akan rnendasari setiap perencanaan yang rnerupakan strategi
pembangunan pariwisata hendaknya rnerupakan hasil konsultasi dan pemikiran
yang

matang.

Hasil dari

konsep-konsep dan

strategi

tersebut

perlu

dimasyarakatkan untuk memperoleh masukan dari sernua pihak sebelum
diputuskan sebagai suatu strategi pernbangunan (Mardani, 1995; Yamiati, 1997).

Pengelolaan Wilayah Pesisir untuk Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
Berbicara mengenai pengelolaan wilayah pesisir khususnya untuk
pariwisata

tidak

pembangunan.

terlepas

dari

pemanfaatan

sumberdaya

alarn

untuk

Dimana pemanfaatan sumberdaya alarn untuk pernbangunan

haruslah rnemperhatikan: (1) tidak merusak tata lingkungan hidup manus~a,(2)
diLaksanakan dengan kebijaksanaan yang rnenyeluruh, dan (3) rnemperhitungkan
generasi yang akan datang (Reksohadiprodjo dan Brojonegoro, 1992).
Dalam pengelolaan wi[ayah pesisir untuk pariwisata bahari, kegiatan
pernbangunannya akan tetap berkelanjutan jika rnemenuhi tiga persyaratan daya
dukung lingkungan yang ada.

Pertarna, bahwa kegiatan pariwisata harus

ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik (ekologis) sesuai persyaratan yang
dibutuhkan untuk kegiatan ini. Selain itu penempatan kegiatan pariwisata bahari
sedapat mungkin dihindari dari lokasi-lokasi yang sudah ~ntensif/padattingkat
industrialisasinya. Kedua, jumlah lirnbah dari kegiatan pariwisata itu sendiri dan
kegiatan lain yang dibuang ke dalarn lingkungan pesisir/laut hendaknya tidak
melebihi kapasitas asimilasi - kemampuan sistem lingkungan untuk menerima
lirnbah tanpa terjadi indikasi pencemaran lingkungan atau bahaya kesehatan
manusia.

Ketiga, bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat

pulih (renewable resources) hendaknya tidak melebihi kemampuan pulih
surnberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu (Dahuri, 1993).
Pengembangan pariwisata bahari yang bewawasan lingkungan akan
memberikan jaminan terhadap kelestarian dan keindahan lingkungan, terutama
yang terkait dengan jenis-jenis biota dan ekosistem utarna.

Untuk mencapai

pembangunan pariwisata bahari yang optimal dan berkelanjutan menurut Gunn
(1993), apabila mampu mencapai ernpat aspek yaitu:
1. Mernpertahankan kelestarian dan keindahan lingkungan (alarn).
2.

Meningkatkan kesejahteraan rnasyarakat di sekitar kawasan tersebut.

3. Menjamin kepuasan pengunjung.
4.

Meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar
kawasan dan zona pengembangannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan perencanaan terpadu

dalam pengembangan pariwisata bahari.

Oleh karena itu, upaya untuk

merninimalisasi dampak negatif yang timbul baik dari kegiatan pengembangan
pariwisata maupun dari aktivitas wisata perlu dilakukan.

Dalarn ha1 ini yang

dimaksud dengan pengembangan pariwisata adalah seluruh kegiatan yang
dilakukan dalam membangun prasarana dan sarana pariwisata bahari. Setiap
dampak aktivitas yang akan mengancarn keberlanjutan sumberdaya alam yang
ada semaksimal mungkin haws diatasi.
Agar

usaha

pariwisata

dapat

berkelanjutan, beberapa

kornponen

pendukung pariwisata baik langsung maupun tidak langsung harus dijaga,
seperti:

1. Mernelihara proses ekologi dan sistern penyangga kehidupan flora dan fauna
di sekitarnya.
2. Keanekaragaman genesis flora dan fauna di wilayah pesisir.
3. Daya dukung wilayah pesisir.
4. Keseimbangan

kesempatan

berusaha

pariwisata

dan

rekreasi

bagi

pengusaha kecil, menengah dan pengusaha besar.
5. Kelestarian dan keseimbangan budaya masyarakat lokal dari budaya luar.
6.

Keseimbangan pemanfaatan dan menghindari konflik pernanfaatan antara
berbagai pemanfaatan seperti

pertanian, perikanan,

peternakan,

dan

pertambangan.

7. Sistem pengembangan rekreasi dan pariwisata yang harmonis, tidak
menutup wilayah

menjadi terisolir bagi masyarakat sekitar atau bagi

pengunjung lainnya.

Untuk terlaksananya kornponen tersebut di atas dibutuhkan dukungan
institusi seperti (1) peraturan dan produk hukum seria sangsi bagi yang
rnelanggar peraturan tersebut, (2) adanya lembaga yang jelas dalam pembagian
ruang lingkup tugas dan wewenang di wilayah pesisir dan laut, (3) adanya
lembaga yang mengkoordinasikan, mengawasi dan memonitor berbagai kegiatan
ekonomi dan non ekonomi di wilayah tersebut.
Pengelolaan secara terpadu di kawasan pesisir dilakukan dengan
penilaian,

menentukan

tujuan

dan

sasaran

pernanfaatan,

kemudian

rnerencanakan kegiatan pembangunan. Pengelolaan tersebut mencakup:
1. Keterpaduan wilayah/ekologis

2. Keterpaduan sektor

3. Keterpaduan disiplin ilmu
4.

Keterpaduan stakeholder
Dalam pengembangan konsep terpadu diharapkan semua kegiatan di

wilayah pesisir dapat berkelanjutan.

Berkelanjutan (sustainability) rnerupakan

suatu konsep nilai yang meliputi tanggung jawab generasi saat ini terhadap
generasi akan datang tanpa harus mengorbankan peluang generasi sekarang
untuk turnbuh dan berkembang.
Lawrence (1998) menyebutkan, pengelolaan wilayah pesisir secara
berkelanjutan tergantung pada perhatian kepada masalah pengelolaan dan
perencanaan yaitu:
1. Pengakuan terhadap pentingnya aspek ekonomis dan sosial dari wilayah
pesisir
2. Kemampuan mengambil keputusan untuk merencanakan dan mengelola
pemanfaatan wilayah pesisir secara berkelanjutan

3.

lntegrasi pengelolaan pernanfaatan wilayah pesisir yang beragam ke dalam
struktur sosial, budaya, hukum dan administratif dari wilayah pesisir

4.

Pemeliharaan keutuhan fungsional dari wilayah pesisir serta ekosistemekosistem komponennya
Selanjutnya dikatakan, pemanfaatan atau pembangunan wilayah pesisir

secara berkelanjutan dihadapkan pada hambatan dan tantangan.

Hambatan

tersebut meliputi (1) kesadaran masyarakat yang masih rendah, (2) keterbatasan
jumlah orang terlatih dalarn perencanaan dan pengelolaan, (3) diperlukan modal
besar untuk rnengembangkan pemahaman nilai strategis wiIayah pesisir.
Sedangkan tantangan meliputi (I)
laju pertumbuhan penduduk, (2) kemiskinan,
(3) peningkatan permukaan laut, (4) pengelolaan sumberdaya yang tidak baik,
dan (5) pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan.
Dahuri, eta/. (1996) menyatakan, garis besar konsep pembangunan
berkelanjutan merniliki empat dirnensi:
1.

Dimensi ekoiogis. yaitu bagaimana mengelola kegiatan pembangunan di
suatu wilayah pesisir agar total dampaknya tidak

melebihi kapasitas

fungsionalnya.

2. Dimensi sosial ekonomi, yakni pola dan laju pembangunan harus dikeLola
sedemikian rupa, sehingga total permintaan (demand) terhadap sumberdaya
alarn dan jasa lingkungan tidak melampaui kernampuan suplai (daya
dukung).
3. Dimensi sosial politik, yaitu pada umurnnya permasalahan lingkungan bersifat

eksternalitas,

untuk

itu

pernbangunan

berkelanjutan

hanya

dapat

dilaksanakan dalarn sistem dan suasana politik yang demokratis dan
transparan.

4.

Dimensi hukum dan kelembagaan, yakni

pernbangunan berkelanjutan

mensyaratkan pengendalian diri dari setiap warga untuk tidak rnerusak
lingkungan.
Pendekatan pengembangan pariwisata

berkelanjutan, rnenghendaki

ketaatan pada azas-azas perencanaan sebagai berikut:

1. Prinsip pengembangan pariwisata yang berpijak pada aspek pelestarian dan
berorientasi ke depan.

2. Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi rnasyarakat lokal.
3.

Prinsip pengelolaan aset surnberdaya yang tidak merusak tapi lestari.

4.

Kesesuaian antara kegiatan pengernbangan pariwisata dengan skala, kondisi
dan karakter kawasan yang akan dikernbangkan.

5. Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan wisatawan, lingkungan hidup

dan rnasyarakat lokal dengan bermuara pada apresiasi warisan budaya.
lingkungan hidup dan jati diri bangsa dan agama.
6. Antisipasi dan monitoring terhadap perubahan yang terjadi akibat program

pariwisata, dan berorientasi pada potensi lokal dan kemarnpuan masyarakat
sekitar.

METODE PENELlTlAN

L o k a s i d a n Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksana