Metode Pengukuran Terumbu Karang melalui

94
= sebaiknya
ada grafis
dgn metode
LIT
= tidak
disebutkan
daftar
pustakanya

Nama
Prodi

: Darmawi Hamid dan Rizqi Rahman
: Keamanan Maritim

Metode Pengukuran Terumbu Karang
Pendahuluan
Terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi
sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Terumbu karang mempunyai fungsi yang
sangat penting sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota laut dan

sebagai sumber plasma nutfah. Terumbu karang juga merupakan sumber makanan dan bahan
baku substansi bioaktif yang berguna dalam farmasi dan kedokteran. Selain itu terumbu karang
juga mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya, yaitu sebagai pelindung pantai dari
degradasi dan abrasi. Survei terumbu karang diperlukan untuk mendapatkan data actual
mengenai kondisi terumbu karang dan jumlah tutupan terumbu karang yang dimiliki suatu
perairan. Beberapa metode dalam pengukuran informasi terumbu karang dan kelemahan serta
kelebihan menggunakan metode tersebut dijelaskan di bab berikut.

Pembahasan
Metode pengukuran terumbu karang yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode survei lapangan
a. Metode Rapid Reef Resource Assesment (RRA) (Manta tow)

Metode ini digunakan untuk pengamatan seluruh kondisi terumbu karang di suatu area
yang luas. Metode Manta Tow ini juga suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara
pengamat di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung
antara perahu dengan pengamat
Kelebihan metode ini yaitu mampu mengetahui area penutupan terumbu karang di area
yang luas, juga memberikan estimasi tutupan terumbu karang, tipe karang yang dominan, dan


Nama
Prodi

: Darmawi Hamid dan Rizqi Rahman
: Keamanan Maritim

estimasi kematian. Kelemahan metode ini yaitu diagnosa secara detail atau data kuantitatif
tidak mungkin ada. Tergantung pada kualitas air, estimasi karang mati bisa dilakukan jika
kondisi visibilitas air baik.

b. Metode Line Intercept Transect (LIT)
Metode Transek garis (Line Intercept transect/LIT) digunakan untuk mengestimasi
penutupan karang dan penutupan komunitas bentos yang hidup bersama karang. Metode ini
cukup praktis, cepat dan sangat sesuai untuk wilayah terumbu karang di daerah tropis.
Pengambilan data dilakukan dengan penyelaman pada kedalaman 3 meter dan 10 meter.
Metode ini dapat memberikan data detail tentang rata – rata berdasarkan pengukuran seluruh
koloni, dinamika populasi dan satus kesehatan karang. Monitoring dengan waktu yang lama
pada coloni yang di tag dapat memberikan data tentang nasib koloni (penutupan
/kematian/tetap).
Menurut English et al.(1994), prosedur kerja yang digunakan yaitu merentangkan rol

meter di atas ekosistem sepanjang 100 meter. Kemudian dilakukan pengamatan biota habitat
dasar yang terbentang di bawah rol 100 meter tersebut. Pengambil data bergerak perlahan
dari titik nol untuk mencatat transisi dan lifeform (kategori) yang berada tepat di bawah
transek pada datasheet. Peneliti harus mencatat kode lifeform biota habitat dasar dan transisi
(dalam cm) tempat pergantian lifeform dalam datasheet sesuai dengan format tercantum.
Kelebihan metode ini yaitu dapat mengukur dengan cepat tentang struktur komunitas
karang, kondisi, dan rata-rata disease dari seluruh koloni. Menyediakan informasi tentang
struktur ukuran, kepadatan koloni, dan penutupan karang. Kelemahan metode ini yaitu
memerlukan multiple transek seluruhnya dari masing - masing zona untuk rata-rata kuantitas.
Metode ini tidak mampu menyajikan informasi sebaran terumbu. Cara ini akan mendapatkan
kendala sulitnya pengamatan medan akbiat ketidakaturan formasi terumbu. Tidak
memberikan nilai yang bisa di compare dari area yang di survey jika karang memiliki variasi
ukuran berbeda stasiun. Ukuran koloni berdasarkan pengukuran aktual (atau pengkiasan
ukuran) akan tetapi persen kematian koloni di estimasi dan dapat memilik variasi yang
banyak di antara area yang di survey.

Nama
Prodi

: Darmawi Hamid dan Rizqi Rahman

: Keamanan Maritim

2. Metode Penginderaan Jauh
a. Foto udara
Metode ini dilakukan dengan menggunakan fotogrametri di daerah dengan perairan
visibilitas yang jelas. Pada interpretasi foto udara, pengaruh kedalaman perairan tidak dapat
dibedakan dengan pengaruh karakteristik dasar perairan, sehingga penampakan terumbu
karang menjadi kurang jelas.
b. Citra satelit
Pengamatan citra dilakukan melalui citra pada kondisi air laut yang jernih dan
mempunyai karakteristik yang homogen. Informasi tentang objek didapat dari analisis data
yang dikumpulkan oleh sensor.

Pantulan dasar perarian tidak dapat diamati secara langsung pada citra satelit karena
dipengaruhi oleh serapan dan hamburan lapisan permukaan ini. Pengaruh ini dapat dihitung
menggunakan algoritma lyzenga. Lyzenga mengembangkan teknik penggabungan informasi
dari beberapa saluran spectral untuk menghasilkan indeks pemisah kedalaman dari material
penutup dasar perairan. Penggunaan algortima ini dapat memberikan akurasi yang lebih
tinggi. Secara umum prosedur kerjanya adalah sebagai berikut:
Citra Satelit


Koreksi
radiometrik dan
geometrik

Koreksi Kolom
air

Classification
(Algorithm,
supervised)

Nama
Prodi

: Darmawi Hamid dan Rizqi Rahman
: Keamanan Maritim

Kelebihan pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit sangat menguntungkan
untuk pemantauan dan manajemen lingkungan terumbu karang yang sangat luas. Metode ini

juga menbutuhkan biaya yang lebih sedikit dengan waktu pengerjaan yang lebih cepat.
Kelemahan metode ini yaitu kemampuan penetrasi panjang gelombang menurun tiap
kedalaman. Pemetaan dengan citra satelit dibatasi sampai kedalaman 10 meter. Metode ini
juga mengalami keterbatasan pada perairan keruh. Kekeruhan akan mempengaruhi sifat
pantulan dasar perairan.
Pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit merupakan cara yang efektif untuk
diterapkan di Indonesia dengan pertimbangan luasnya wilayah yang harus dipetakan, biaya
yang dibutuhhkan, serta tingkat ketelitian informasi yang diharapkan.

Manfaat terumbu karang terhadap masyarakat dan keamanan Indonesia
Terumbu karang merupakan ekosistem yang menunjang kehidupan makhluk hidup
lainnya. Ekosistem ini merupakan tempat mencari makan dan berkembang biak bagi tumbuhan
dan hewan laut lainnya. Terumbu karang mempunyai bidiversitas tinggi dibanding ekosistem
lainnya. Biodiversitas yang tinggi akan menjadi sumber keanekaragaman genetik dan spesies.
Dengan banyaknya spesies makan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan obat-obatan
bagi masyarakat. Pengelolaan terumbu karang secara lestari dapat mendukung kehidupan
manusia.
Terumbu karang dapat menjadi pelindung wilayah pantai dengan saling berhubungan
dengan ekosistem lainnya, yaitu mangrove dan padang lamun. Terumbu karang akan mengikis
energi gelombang ombak besar dan arus sehingga dapat mengurangi abrasi pantai. Terumbu

karang juga dapat berfungsi untuk mengurangi pemansan global. Ekosistem ini dapat menyerap
gas CO2 hasil pembakaran. Gas Co2 banyak diserap oleh air laut dan selanjutnya melalui reaksi
kimia dan batuan karang, akan diubah menjadi zat kapur yang menjadi bahan baku terumbu1.
Dalam proses yang disebut klasifikasi ini, karang dibantu oleh zooxhanthella (tumbuhhan bersel
satu yang hidup dalam jaringan tubuh karang). Pembentukan kapur ini sangat penting artinya
dalam mengurangi jumlah karbon yang ada di udara. Karbon akan diubah menjadi CaCo3.
Fungsi karang sebagai pelindung pantai dari abrasi dan mengurangi pemanasan global adalah
fungsi eksositem sebagai keamanan berbasis lingkungan.
1

Muller Parker dan D ellia, 1997