Produktivitas Kerja

2.3. Produktivitas Kerja

Membahas tentang produktivitas kerja pada hakekatnya tidak terlepas dari pembahasan mengenai perbandingan terhadap dimensi waktu, dimana jika waktu sekarang lebih baik dari waktu yang lalu, maka hal ini dapat dikatakan terjadi Membahas tentang produktivitas kerja pada hakekatnya tidak terlepas dari pembahasan mengenai perbandingan terhadap dimensi waktu, dimana jika waktu sekarang lebih baik dari waktu yang lalu, maka hal ini dapat dikatakan terjadi

Kuper dan Kuper (2000: 843) setelah menganalisis karya Denison dan Matthews mengatakan bahwa produktivitas kerja itu merupakan fungsi produksi dari kapital dan tenaga kerja, namun Nellis dan Parker (2000: 31) memberikan penjelasan yang lebih luas lagi bahwa produktivitas berkaitan erat dengan fungsi dari tanah, tenaga kerja, peralatan, dan kapital. Dengan demikian, secara matematis, output (produktivitas) dapat dirumuskan menjadi :

O = f (L, Lb, M, C) Dimana : O = output (produktivitas) L = tanah Lb = tenaga kerja M = peralatan

C = capital Merujuk dari pemikiran di atas, maka secara garis besar berbicara tentang produktivitas atau output yang dihasilkan oleh sebuah organisasi atau institusi pemerintah, tidak mungkin dapat dilepaskan dari peran tenaga kerja atau pegawainya. Pengertian semacam ini antara lain dijelaskan oleh Hasibuan (1999: 126-127) yang memandang produktivitas sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). Kenaikan produktivitas dimungkinkan oleh C = capital Merujuk dari pemikiran di atas, maka secara garis besar berbicara tentang produktivitas atau output yang dihasilkan oleh sebuah organisasi atau institusi pemerintah, tidak mungkin dapat dilepaskan dari peran tenaga kerja atau pegawainya. Pengertian semacam ini antara lain dijelaskan oleh Hasibuan (1999: 126-127) yang memandang produktivitas sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). Kenaikan produktivitas dimungkinkan oleh

Sejalan dengan pandangan di atas, Gibson, Ivancevich, dan Donelly (1996: 71) menyebutkan produktivitas kerja sebagai kriteria efektivitas yang ditujukan pada kemampuan organisasi guna memberikan keluaran yang di minta oleh lingkungan. Dari definisi ini, ada dua kata kunci yang ditonjolkan, yakni (a) kriteria efektivitas keluaran (output) dan (b) tuntutan lingkungan. Dengan demikian, produktivitas kerja dalam pengertian ini adalah sama dengan rasio antara keluaran (output) dan kebutuhan lingkungan. Jika keluaran (output) memenuhi tuntutan lingkungannya maka keluaran (output) tersebut dapat dikatakan produktif, dan secara umum kondisi ini akan dianggap pula memiliki produktivitas kerja yang baik.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Robbins (1997: 65) juga mengatakan produktivitas kerja adalah rasio antara masukan (input) yang digunakan dengan output yang diperoleh. Jika rasio kedua komponen dapat dicapai secara proporsional, maka hal itu dikatakan produktif. Selanjutnya A. Blunchor dan Kapustin (Hasibuan, 1999: 126) mengatakan bahwa produktivitas kadang kala dipandang sebagai penggunaan insentif terhadap sumber-sumber konversi seperti tenaga kerja dan mesin yang diukur secara tepat dan benar-benar efisien. Terkait dengan insentif ini, Dessler (1997: 141) juga memandang insentif sebagai rencana untuk mensugesti dan meningkatkan partisipasi karyawan/ pegawai pada produktivitas.

Suit dan Almasdi (2000: 91) memberikan pandangan yang lebih luas tentang produktivitas kerja sebagai, “Semua unsur yang berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas dan jumlah hasil produksi yang harus dipelihara, sehingga semua unsur yang berkaitan dengan peningkatan kualitas dan jumlah hasil produksi berjalan lancer. Bilamana terjadi gangguan akan menyebabkan tertundanya produksi yang akan mengakibatkan menurunnya jumlah produksi”.

Suit dan Almasdi (2000: 91) selanjutnya mengatakan bahwa untuk memelihara produktivitas dan peningkatan kualitas tersebut diperlukan sikap kepedulian dan rasa tanggung jawab dari personilnya. Dengan kata lain, setiap personil harus memiliki prinsip bahwa setiap pekerjaan harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Penyelesaian pekerjaan tersebut, seyogyanya diikuti dengan kemampuan melakukan penghematan terhadap waktu, pemakaian bahan, dan dengan mengupayakan mutu dari hasil pekerjaan.

Atas pemahaman bahwa substansi penelitian ini lebih fokus dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Toba Samosir, maka perlu juga dipahami konsep produktivitas di sektor publik. Hal ini penting disampaikan karena Kasim (1989: 20) menyebutkan bahwa konsep produktivitas di sektor bisnis berbeda dengan produktivitas di sektor publik (pemerintah). Ia lebih lanjut mengatakan bahwa produktivitas dalam organisasi pemerintah juga diukur dari sisi kualitas hasil yang dipersembahkan kepada masyarakat, yaitu sampai seberapa jauh hasil tersebut sesuai dengan standar yang diinginkan. Standar ini meliputi ciri-ciri dari output, misalnya berapa unit yang dihasilkan, bagaimana jadwal penyelesaiannya, dan Atas pemahaman bahwa substansi penelitian ini lebih fokus dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Toba Samosir, maka perlu juga dipahami konsep produktivitas di sektor publik. Hal ini penting disampaikan karena Kasim (1989: 20) menyebutkan bahwa konsep produktivitas di sektor bisnis berbeda dengan produktivitas di sektor publik (pemerintah). Ia lebih lanjut mengatakan bahwa produktivitas dalam organisasi pemerintah juga diukur dari sisi kualitas hasil yang dipersembahkan kepada masyarakat, yaitu sampai seberapa jauh hasil tersebut sesuai dengan standar yang diinginkan. Standar ini meliputi ciri-ciri dari output, misalnya berapa unit yang dihasilkan, bagaimana jadwal penyelesaiannya, dan

Menyikapi terdapatnya keanekaragaman konsep produktivitas yang dikemukakan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas kerja pegawai pada hakekatnya dapat dipandang dari dua dimensi, yakni (a) dari sudut pandang hasilnya, atau rasio hasil dan input yang digunakan, dan (b) dari sikap pegawai dalam memandang dan menangani tugas-tugasnya. Mengingat subyek penelitian ini adalah pegawai dari banyak latar belakang pekerjaan, maka dimensi yang akan diteliti di sini dibatasi hanya pada dimensi sikap saja dengan indikator (1) pencapaian prestasi kerja pegawai, (2) tingkat penyelesaian pekerjaan, dan (3) kualitas pekerjaan yang dihasilkan.