Sanak Saudara Sariputta
Sanak Saudara Sariputta
Seperti yang sudah kita ketahui, Y.A. Sariputta terlahir dalam sebuah keluarga kasta brahmana di desa Upatissa (atau Nalaka), dekat kota Rajagaha. Ayahnya bernama Vaganta dan ibunya bernama Sari. Dia memiliki 3 saudara laki-laki yang masing-masing bernama Cunda, Upasena dan Revata; serta 3 saudara perempuan yaitu Cala, Upacala dan Sisupacala. Mereka berenam juga ditahbiskan secara Buddhis dan berhasil mencapai tingkat kesucian Arahat.
Cunda dikenal dengan nama Samanuddesa yang artinya “Pemula” dalam Sangha, bahkan setelah menjadi seorang bhikkhu. Hal ini bertujuan untuk membedakannya dengan Āyasmā Maha Cunda. Pada saat kematian Y.A. Sariputta, Cundalah yang mengurusi prosesinya dan memberitahukan kepada Sang Buddha tentang kepergian Sariputta sambil membawa relik Siswa Utama itu. Kisah ini diceritakan dalam Cunda Sutta, sebuah uraian yang akan dibahas dalam bagian lain dari buku ini.
Upasena yang kemudian dikenal dengan nama Vagantaputta atau “Anak Vaganta, sama seperti Sariputta yang berarti “Anak Sari”, dikatakan oleh Sang Buddha sebagai siswa yang terkemuka diantara mereka yang berkepribadian menyenangkan (samantappasadika). Beliau meninggal akibat patukan ular, sebagaimana yang tercantum dalam Salayatana Samyutta, Vagga 7, Sutta 7.
Revata merupakan saudara laki-laki yang paling bungsu, sehingga ibunya berharap mencegahnya memasuki persaudaraan mulia dengan menikahkannya ketika dia berumur sangat belia. Tapi pada hari pernikahannya dia melihat nenek dari calon istrinya, seorang wanita tua berumur 120 tahun dan menderita segala tanda
56 Sariputta - Riwayat Hidup Sang Dhamma Senapati 56 Sariputta - Riwayat Hidup Sang Dhamma Senapati
Ketiga saudara perempuannya, Cala, Upacala dan Sisupacala, bertekad untuk mengikuti saudara lelaki mereka dan menjadi bhikkhuni setelah menikah. Dari pernikahan mereka, masing- masing yang dinamakan seperti nama ibunya: Cala (atau Cali) dan begitu pula yang lainnya. Ketiga anak mereka pun juga ditahbiskan dan diangkat murid oleh Revata Khadtravaniya. Perilaku mereka yang baik dipuji oleh Y.A. Sariputta, yang bertemu mereka ketika dia hendak mengunjungi adik laki-laki bungsunya yang kala itu sedang sakit. Hal ini tertulis dalam Uraian Tentang Theragatha, v.42.
Cala, Upacala dan Sisupacala diceritakan bahwa ketika menjadi bhikkhuni mereka didekati oleh Mara dan diajukan pertanyaan yang mencela dan menggoda. Tetapi mereka mampu memberikan jawaban yang sangat memuaskan. Hal ini tertulis dalam Theragatha dan Bhikkhuni Samyutta.
Berbeda dengan semua ini, ibunda Sariputta merupakan seorang penganut brahmanisme yang kukuh. Ia membenci Ajaran Sang Buddha serta para pengikutnya. Ulasan dalam Dhammapada (v.400) diceritakan bahwa pada suatu hari ketika Y.A. Sariputta sedang
Sariputta - Riwayat Hidup Sang Dhamma Senapati 57 Sariputta - Riwayat Hidup Sang Dhamma Senapati 57
Demikian pula ketika dia sedang menyediakan makanan kepada para bhikkhu lainnya, dia akan berkata:
“Jadi, kamu yang telah membuat anakku menjadi pembantumu! Makanlah sekarang!”
Demikian dia terus mencerca para bhikkhu, tapi Y.A. Sariputta tidak mengucapkan sepatah kata pun. Beliau mengambil makanannya, memakannya dan dalam kesunyian kembali ke vihara. Sang Buddha mengetahui peristiwa ini dari Y.A. Rahula, yang memang sudah menjadi bhikkhu saat itu. Semua bhikkhu yang mendengar hal ini takjub atas kesabaran luar biasa yang dimiliki Y.A. Sariputta dan diantara perkumpulan para bhikkhu, Sang Buddha memuji tindakan Sariputta dengan mengucapkan syair berikut ini:
“Dia yang terbebas dari amarah, yang melaksanakan kewajibannya dengan penuh keyakinan.
Dia yang menjaga sila, dan terbebas dari nafsu keinginan, Dia yang telah menjinakkan dirinya sendiri, dia yang mengenakan
tubuh terakhirnya ini,
58 Sariputta - Riwayat Hidup Sang Dhamma Senapati
Orang seperti itulah yang Aku sebut sebagai brahmana sejati.”
Baru menjelang kematian Y.A. Sariputta, beliau akhirnya berhasil mengajak ibunya menjadi pengikut Sang Buddha. Kisah ini akan diceritakan dalam bab berikutnya. Tapi peristiwa yang terjadi ini membawa kita pada sebuah penyimpulan tentang karakterisistik yang paling mulia dari Y.A. Sariputta, yaitu: kerendahan hati, ketabahan dan kesabarannya.