Gaya Hidup Wanita "Single Perent" Di Kota Bandung Dalam Lingkungan Kerjanya (Studi Deskriptif Mengenai Gaya Hidup Wanita Single Parent Dalam Lingkungan Kerjanya Di Kota Bandung)

(1)

(2)

kerjanya di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

Irna Gustina

NIM. 41807154

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

(Studi Deskriptif Mengenai Gaya Hidup Wanita Single Parent dalam lingkungan kerjanya di Kota Bandung)

Penyusun: Irna Gustina Nim. 41807154

Skripsi ini dibawah bimbingan, Drs. Manap Solihat.M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Gaya Hidup Wanita Single Parent di Kota Bandung dalam Lingkungan Kerjanya. Untuk menjawab tujuan tersebut, maka yang akan di analisis didalam penelitian ini tentang aktivitas, minat dan citra diri wanita single parent.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan yang berjumlah 3 (tiga) orang dan 1 (satu) informan kunci. Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur, internet searching. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah penyeleksian data, klasifikasi data, merumuskan hasil penelitian, menganalisa hasil penelitian, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa wanita single parent dikalangan mahasiswa kota Bandung, Aktivitasnya dimana melakukan kegiatan sebagai wanita karier dan aktivitas diluar lingkungan kerjanya seperti mengajar, berbisnis, dan menjadi pegawai kantor, Minat dari wanita single parent tersebut adalah lebih kepada konsentrasi pada karir dan kehidupan keluarga mereka, dan Citra diri wanita single parent lebih terlihat seorang wanita yang kuat dan tegar setelah di tinggal suaminya.

Kesumpulannya adalah seorang wanita single parent lebih melakukan sebagai pekerja keras untuk berfokus kehidupan keluarganya di selanjutnya apalagi setelah di tinggal oleh suami.

Saran untuk wanita single parent sebaiknya dapat menjaga sikap dimanapun dia beraktifitas, mengingat status yang ada sangat renta mendapati anggapan negative dari orang disekeliling. Sebaiknya seorang wanita single parent memiliki beberapa aktifitas pendukung selain pekerjaan yang sedang ia kerjakan agar tingkat sosialisasi wanita single parent jadi bertambah luas.


(5)

DUNG CITY JOB IT WAS

(Descriptive Study About Women Lifestyle Single Parent in the work environment in Bandung City)

Author: Irna Gustina Nim. 41807154

This research under the guidance, Drs. Manap Solihat.M.Si

This study aims to describe the Women Lifestyle Single Parent in the city of Bandung in the Environmental Works. To answer these objectives, then that will be analyzed in this study about the activities, interests and self-image of women single parent.

This study used a qualitative approach to the informant, amounting to 3 (three) and 1 (one) key informants. The data obtained through in depth interviews, observation, literature study, searching the internet. The data analysis technique used is the selection of data, classification data, formulating the research analyzing results and drawing conclusions.

The results showed that among single parent female student city, Activities

work activities as a career woman and activities outside the work environment, His interest in where want to have spouse or do not want to have spouse, and Self-image more visible female single parent of woman strong and tough after residence of her husband.

The conclusion of the Single Parent Lifestyle Women in Environmental Works a single female parent is more to do as a workhorse for the next focus on hisfamily life, especially after the residence by the husband.

Suggestion that researchers can give is keep being a single parent woman who is keep being a single parent woman who able to face anything that happens in the rest of their lives an cheer up though now they are working hard to play a double role as mother an father to son – his son.


(6)

ii Assalamualaikum wr. Wb.

Segala Puji Bagi ALLAH S.W.T, Tuhan seluruh alam yang telah memberikan umur panjang, rezki yang banyak serta ilmu yang berlimpah. Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W

Atas Izin dan karunia ALLAH S.W.T, Penulis dapat melakukan melakukan penelitian dalam proses penyususnan Skripsi untuk menempuh kelulusan Sarjana (S1) dengan diberikan kekuatan dan kesabaran dalam proses penelitian sehingga berjalan dengan lancar.

Penyusunan Skripsi ini yang berjudul ”Gaya Hidup Wanita Single Parent di Kota Bandung dalam Lingkungan Kerjanya (Studi Deskripti Mengenai Gaya Hidup Wanita Single Parent di Kota Bandung dalam Lingkungan Kerjanya)” ini dirasakan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, agar lebih baik lagi pada kesempatan mendatang.

Banyak dukungan dan motivasi yang tidak hanya tumbuh dari pemikiran penulis, namun juga dari orang – orang sekitar, :

Terima kasih Penulis ucapkan untuk Ayah, Ibu, Kakak serta Adik tercinta yang terus mendukung tanpa ada kata mengeluh kepada penulis dan agar lebih dewasa


(7)

iii

Dalam kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan laporan kerja praktek ini. Secara khusus peneliti sampaikan terima kasih kepada :

1. Yth. Prof. DR. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, Selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan Skripsi ini.

2. Yth. Drs. Manap Solihat, M.Si, Selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia dan Selaku Dosen wali IK-4 2007 dan juga dosen pembimbing yang juga telah membantu kelancaran dalam proses penyusunan Skripsi ini.

3. Yth. Melly Maulin, S.Sos. M.Si Selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang memberikan arahan selama masa perkuliahan.

4. Yth. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan ilmu kepada peneliti. 5. Yth. Ratna Widiasti, A.md Selaku Sekretaris Dekan FISIP Universitas

Komputer Indonesia Bandung Yang telah membantu semua keperluan peneliti selama proses penulisan Usulan Penelitian.


(8)

iv proses Usulan Penelitian.

7. Seluruh Informan peneliti dan Informan kunci yang telah memberikan dukungan semasa pencarian data dan informasi.

8. Keluargaku tercinta, khususnya Papa dan Mama, kakak dan adikku,dan orang yang special terima kasih atas semua kasih sayang, dorongan, doa dan support-nya.

9. Sahabat terbaikku, Ayu, Mamih Mitha, Rifki, Agus, Inna, Nita, Choda, Trezna yang telah membantu dalam segala hal. Dan untuk teman-teman “seperjuangan” di UNIKOM terutama anak-anak dan IK-H2.

10. Semua pihak yang telah membantu pada penulisan Usulan Penelitian yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.


(9)

v

pembaca. Serta menerima saran dan masukan tersebut dengan hati terbuka. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Amiiin....

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Febuari 2012


(10)

x

SURAT PERNYATAAN……….. ii

ABSTRAK……….. iv

ABSTRACT………. v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI………..… x

DAFTAR TABEL………. xviii

DAFTAR GAMBAR…………..………...……… xx

DAFTRA LAMPIRAN……….. xxi

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1.Latar Belakang Masalah………..………..………. 1

1.2.Identifikasi Masalah……….. 7

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian………..….……….. 8

1.3.1. Maksud Penelitian………. 8

1.3.2. Tujuan Penelitian………... 8

1.4.Kegunaan Penelitian……….. 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis………. 9

1.4.2. Kegunaan Praktis………... 9


(11)

xi

1.7.Subjek Penelitian dan Informan Penelitian……… 15

1.7.1. Subjek Penelitian………. 15

1.7.2. Informan Penelitian……… 15

1.7.3. Key Informan……….. 16

1.8.Metode Penelitian……….…. 17

1.9.Teknik Pengumpulan Data……….. 18

1.10.Teknik Analisa Data………... 21

1.11.Uji Keabsahan Data....………. 23

1.12.Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 25

1.12.1.Lokasi……… 25

1.12.2.Waktu Penelitian……… 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 27 2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi……….. 27

2.1.1. Pengertian Komunikasi……….. 27

2.1.2. Tujuan Komunikasi………... 31

2.1.3. Unsur –Unsur Komunikasi ……… 32

2.1.4. Konteks – Konteks Komunikasi……….. 33

2.1.5. Proses Komunikasi……….……… 34

2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi…..……….. 35

2.2.1. Faktor – Faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi...……… 36

2.2.2. Fungsi – Fungsi Komunikasi Antarpribadi……….. 36

2.3. Tinjauan Tentang Gaya Hidup……… 39


(12)

xii

2.4.1 Pengertian Single Parent... 48

BAB III OBJEK PENELITIAN 51 3.1.Pengertian Single Parent dan Masalahnya……… 51

3.1.1. Single Parent di Kota Bandung……….. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 57

4.1. Deskripsi Identitas Informan dan Key Informan……….…... 57

4.2. Analisis Hasil Penelitian…………...………. 64

4.2.1. Aktivitas Wanita Single Parent di kota Bandung dalam Lingkungan Kerjanya………...………. 64

4.2.2. Minat Wanita Single Parent di kota Bandung dalam Lingkungan Kerjanya ………...…………. 72

4.2.3. Citra Diri Wanita Single Parent di kota Bandung dalam Lingkungan Kerjanya ………...………... 77

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian………... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 86 5.1. Kesimpulan……….. 86

5.2. Saran………. 88

DAFTAR PUSTAKA……….. 89


(13)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104). Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.

Struktur keluarga merupakan subsistem dari struktur sosial. Struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan-satuan keluarga. Hanya dalam masyarakat yang kompleks dengan peradaban yang lebih tinggi keluarga berhenti untuk memenuhi fungsi-fungsi ini, demikian juga pada masyarakat lokal seperti halnya pembagian kelas-kelas sosialnya, cenderung untuk mempertahankan kesatuan-kesatuan keluarga.

Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan struktur organisasi yang terkecil dalam masyarakat meliputi ayah, ibu dan anak. Fenomena yang marak terjadi akhir-akhir ini adalah kondisi keluarga yang tidak memiliki struktur keluarga sebagaimana mestinya. Dalam artian sudah ada pergeseran dalam struktur keluarga, yaitu adanya keluarga yang hanya orangtua tunggal dan anak seperti ibu dan anak ataupun ayah dan anak.


(14)

Problematika kehidupan keluarga kian lama kian kompleks seiring spirit perubahan zaman dan paradigma berpikir individu maupun komunitas tertentu terhadap hakikat atau esensi sebuah perkawinan. Perkawinan adalah kegiatan yang sakral. Konsep itu selalu memandang lembaga sosial tersebut dari sudut pandang filsafat- teologis sehingga tidak jarang melahirkan benturan konsep, antara ruang yang transenden dan interpretasi menurut rasio manusia. Namun, gejolak zaman terus “menggugat” hakikat atau esensi sebuah perkawinan manakala manusia mengalami kegetiran hidup yang menuntut adanya sebuah rumusan baru atau sebuah rekonstruksi pemahaman yang lebih seimbang. Himpitan ekonomi, tranformasi budaya, politik merupakan bentuk-bentuk gugatan terhadap cara pandang di atas.

Simpul-simpul permasalahan sebuah rumah tangga yang tidak dapat diurai secara jelas dapat menyebabkan keretakan sebuah kebersamaan yang serius yaitu perceraian. Perceraian kemudian melahirkan babak kehidupan baru seperti terjadinya peran baru yang disebut single parent.

Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah dan ibu) seorang diri, karena kehilangan/terpisah dari pasangannya.

Single parent (Orang tua tunggal) – merupakan fenomena yang terjadi di beberapa kota besar, yang menghasilkanpandangan baru dalam sebuah struktur keluarga. Meluasnya fenomena menjadi orangtua tunggal, maka semakin banyak pula lah deskripsi definisi dari single parentitu sendiri. Menurut Gunawan(2006) single parentadalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua(ayah atau ibu) seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya.


(15)

Sementara menurut Sager (dalam Duval & Miller,1985) single parentadalah orang tua yang memelihara dan membesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya.

Adapun alasan-alasan seorang wanita menjadi single parent, sebagai berikut.

1.Tinggal terpisah karena pasangannya bekerja/belajar di kota/negara lain; 2. kematian pasangan;

3. perceraian;

Single parentsendiri disebabkan dua hal, diinginkan (sengaja) dan tidak diinginkan (tragedi). Dalam tulisan sebelumnya saya menuliskan persektif masyarakat terhadap single parent, yang hanya mengukur dari suatu status. Padahal masing-masing berbeda. Dalam kondisi yang disengaja, biasanya dianut oleh kaum feminist yang menginginkan kebebasan dalam menentukan komposisi suatu keluarga. Kaum feminist cenderung untuk mendobrak tatanan keluarga karena dianggap sebagai pengukungan kebebasan berdasarkan jenis kelamin. Dalam kondisi seperti ini biasanya wanita sudah mempersiapkan dirinya secara matang. Mereka lebih mandiri dalam segi finansial dan memiliki prinsip yang dipegang dalam menjalani kehidupannya sebagai single parent.

Kebutuhan hidup sekarang semakin meningkat. Bahkan kebutuhan sekunder dimasukkan dalam kebutuhan premier. Orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Kebutuhan anak sendiri sudah mendominasi kebutuhan secara kesulurahan, dan kita selalu memberikan yang terbaik dari mulai susu, pakaian, pendidikan, hingga kesenangan untuk anak itu sendiri.


(16)

Permasalahan ini akan lebih berat jika dialami oleh wanita yang sebelumnya menggantungkan hidup pada seorang suami dan memilih tidak bekerja. Banyak wanita yang setelah menikah dilarang bekerja oleh suaminya untuk mengurus keluarga. Pada saat ditinggalkan oleh suaminya (meninggal atau bercerai), tidak ada kestabilan secara ekonomi. Saat mencoba mencari pekerjaan, tingkat penghasilan tidak terlalu besar karena faktor pengalaman kerja yang masih minim. Belum lagi belum terbiasa dalam mengurus keluarga sekaligus mencari nafkah. Saat ini kondisi mental mulai terganggu. Gaya hidup pun berubah secara signifikan, yang akhirnya muncul rasa depresi. Oleh karena itu, jangan heran jika sekarang wanita tetap berjuang mengejar karirnya walaupun kondisi suaminya sudah mapan. Wanita memiliki hak untuk memasukan dirinya dalam status “aman” menghadapi sesuatu yang mungkin tidak terduga sebelumnya.

Gaya hidup seorang wanita single parent di zaman sekarang semakin berkembang, apalagi di saat peran mereka menjadi single parentyang mengurus segala halnya sendiri. Ada juga kehidupan sebagai wanita single parentyaitu menjadi wanita yang berkarier, walaupun merkea berkerja sebagai wanita berkarier tapi meereka bisa mengurusi segala hal dengan baik.

Perannya sebagai ibu, sebagai yaitu menjalankan kodratnya sebagai perempuan, meliputi mengasuh dan membesarkan anaknya, serta hal-hal yang ada dalam rumah. Walaupun dalam kondisi bekerja, tetap harus memonitor apa yang terjadi di dalam rumah. Mempersiapkan kemandirian untuk mental si anak juga sangat perlu. Kasih sayang adalah kunci segala-galanya. Memberi pengertian kepada anak pelan-pelan dengan menyesuaikan usianya. Tidak bisa dihindari,


(17)

anak akan mengalami dampak psikologis yang akan memengaruhi terhadap perilakunya di rumah, sekolah, dan masyarakat. Menumbuhkan kepercayaan dirinya dan meningkatkan rasa nyaman merupakan tugas utama. Anak merupakan skala prioritas, karena tanpa itu sia-sia semua karir dan peran yang dijalani akan sia-sia.

Dimana perannya menjadi wanita single parentyang bekerja keras untuk menafkahi anak–anaknya sehingga anak–anaknya bisa menjadi sukses. Jaman sekarang seorang wanita yang single parentbanyak melakukan pekerjaannya sendiri atau mereka berkerja menjadi wanita single parent yang sukses dalam kariernya.

Dukungan sosial bisa berupa dukungan emosional atau instrumental, seperti yang dikemukan oleh Sarason (1990). Dukungan emosional, ditandai dengan perhatian yang simpatik terhadap orang lain yang mengalami stres. Tujuannya adalah untuk mengurangi emosi negatif dan ketegangan yang dihasilkan.

Dukungan instrumental, Dukungan instrumental, ditandai dengan bantuan yang lebih nyata atau berwujud. Misalnya, nasehat-nasehat membantu individu yang stres secara aktual mengubah lingkungan yang memicu stres. Misalnya, secara aktif menyelesaikan masalah atau mengubah persepsi terhadap sumber stress.

Jika di amati dari tahun ke tahun telah terjadi peningkatan wanita “single parent”, dan hampir kebanyakan wanita “single parent” lebih ke dominan


(18)

melakukan aktifitas atau kegiatan-kegiatan tertentu. Dan itu menjadi salah satu konsep diri dan gaya hidup wanita “single parent” tersebut.

Gaya Hidup Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192 ) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan citra diri³. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (self image)” (suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (citra diri).

Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya.

Dari wacana di atas yang sudah dijelaskan, dan dapat di tarik sebuah permasalahan tentang Gaya Hidup yang digunakan oleh wanita “single parent” dalam berkarier, yaitu tentang Aktivitas, minat dan citra diri yang ada pada kaum wanita “single parent” dalam berkarier. Mengangkat pembahasan tentang wanita “single parent” dalam berkarier ini menarik untuk diteliti karena karena merupakan sebuah kaum sosial yang kini mulai banyak dan tersebar di seluruh kota besar di Indonesia dan selalu dipandang sebelah mata oleh sebagian besar


(19)

masyarakat di Indonesia. Oleh sebab itu, Peneliti kemudian mengambil rumusan masalah yaitu: Bagaimana Gaya Hidup Wanita Single Parent di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya (Studi Deskriptif mengenai Gaya Hidup Wanita Single Parent dalam Lingkungan Kerjanya di Kota Bandung)?

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka teridentifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas wanita Single Parent di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya?

2. Bagaimana minat wanita Single Parent di kota Bandung dalam lingkungan kerjanya?

3. Bagaimana citra diri wanita “Single Parent” di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya?

4. Bagaimana gaya hidup wanita “Single Parent” di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya?


(20)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan Gaya Hidup Wanita “Single Parent” di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui aktivitas wanita “single parent” di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya.

2) Untuk mengetahui minat wanita “single parent” di kota Bandung dalam lingkungan kerjanya.

3) Untuk mengetahui citra diri wanita “single parent” di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya.

4) Untuk mengetahui gaya hidup wanita “single parent” di Kota Bandung dalam lingkungan kerjanya.


(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan dan dapat memperdalam pengetahuan berhubungan dengan studi ilmu komunikasi. Penelitian ini juga lebih membuka wawasan dan pengetahuan baru bagi penulis terhadap gejala atau realitas sosial yang ada di masyarakat dan menarik untuk diteliti.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Untuk Peneliti

Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang keberadaan wanita “single parent” dalam berkarier yang selama ini menjadi sesuatu yang menimbulkan tanda tanya dalam sosialitas peneliti. Penelitian ini memberikan wawasan baru bagi peneliti akan berbagai macam perilaku sosial yang terdapat di dalam masyarakat.

2. Untuk Akademisi

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum, program Ilmu Komunikasi secara khusus sebagai literatur atau


(22)

untuk sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

3.Untuk Masyarakat

Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah untuk mengetahui tentang Pemahaman Gaya Hidup Wanita “Single Parent” dalam Berkarier yang berada di kota Bandung.

1.5Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Gaya hidup menurut Kotler adalah “perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya”1.

Sementara itu, menurut Minor dan Mowen (2002:282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001:174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan

1

Ajik Prastiyo/ Pengertian Gaya Hidup/http://.wordpress.com/16 November 2011/20.15WIB


(23)

lingkungan. Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

1. Aktivitas yaitu proses untuk menjalankan atau berpartisipasi dalam berdasarkan yang hidup. Aktivitas juga bisa diartikan juga sebagai suatu kegiatan dimana seseorang melakukan suatu proses untuk menjalani kehidupan nya.

2. Minat, adalah suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock (1990:144), “bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah ia”. Minat dapat menjadi sebab terjadinya suatu kegiatan dan hasil yang akan diperoleh. Minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya, 1978:94) Menurut Soesilowindradini dalam Bukunya Tuharjo,(1989:13),gaya hidup adalah “suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai


(24)

kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Slameto dalam “TomiDarmawan,2007” yang menyatakan “bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya”.

Suyanto (1969:9) memandang minat sebagai pemusatan perhatian yang tidak sengaja yag terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan. Utami dan Fauzan dalam “Tomi Darmawan,2007” memandang minat sebagai kecenderungan yang relatif menetap sebagai bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu. Winkel (1987:105) menyatakan “bahwa minat merupakan suatu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu”. Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditemukan adanya beberapa unsur pokok dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya dorong tiap-tiap individu dan kesenangan.

Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Citra diri Ia juga merupakan konsep diri tentang individu seperti apa yang diangkapakan Maxwell Maltz dalam Bukunya Ranjit Singh Malhi,2005, Enhancing Personal Quality. Yang mengatakan bahwa Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan,


(25)

pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya secara obyektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain melihat kita.

1.5.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Berdasarkan landasan teoritis yang telah dipaparkan diatas, maka tergambar beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam mengaplikasikan penelitian ini.Dimana dari penjelasan di atas bahwa disini ialah Gaya Hidup, yang dimana Gaya hidup itu menyangkut tentang Aktivitas, Citra dan minat wanita “singel perent” dalam berkarier. Misalnya aktivitas yang berisi tentang penampilan, perilaku dan cara memandang hidup seperti jika wanita “single parent” tersebut dalam ketertarikan untuk menjalani hidupnya melanjutkan mencari pasangan atau hidup sendiri untuk selalu mengurus anak-anaknya.

1. Aktivitas yaitu berisi tentang kegiatan yang dilakukan oleh para wanita “singel perent” dalam berkarier di Kota Bandung maupun juga dalam aktifitasnya sehari-hari.

2. Minat, ketertarikan wanita “single parent” akan gaya hidupnya terlihat dari minat mereka dalam kehidupannya, apakah mereka hidupnya akan mengikuti kesederhaan atau kemewahan.

3. Wanita “single parent” dalam berkarier memiliki citra diri,atau bisa disebut juga sebagai konsep diri, konsep diri tersendiri yang membedakan antara seorang wanita “single parent” dan bukan wanita “single parent”. Dari konsep diri yang


(26)

dibentuk oleh wanita “single parent”, menginginkan adanya penilaian dan penghargaan positif dan menginginkan dihargai dan dicintai karena nilai yang di miliki oleh mereka sebagai wanita “single parent”.

Kepribadian wanita “single parent” ini didapatkan dari pengalaman-pengalaman juga yang didapatkan dari lingkungan.

1.6 Daftar Pertanyaan Penelitian. a. Aktivitas

1. Bagaimana kegiatan anda di dalam lingkungan kerja ?

2. Bagaimana perilaku anda sebagai wanita “single parent” di lingkungan kerja? 3. Bagaimana komunikasi anda di lingkungan rumah dan di lingkungan kerja?

b. Minat

4. Bagaimana cara anda untuk memenuhi kebutuhan anda sebagai wanita single parent pada kehidupan anda sehari - hari?

5. Bagaimana perhatian yang anda dapatkan sebagai wanita single parent pada lingkungan kerja dan lingkungan keluarga anda?

6. Pendapat anda tentang “perlunya pasangan hidup untuk menemani setiap saat”?

c. Citra Diri

7. Bagaimana anda menilai diri anda sebagai wanita single parent? 8. Bagaimana perasaan anda menjadi seorang wanita single parent?


(27)

10.Bagaimana tanggapan atau penilaian orang terhadap anda sebagai wanita single parent?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan Penelitian

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya ( atributt -nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian (Tatang M, 2009)

Subjek Penelitian ini adalah wanita “single parent” berkarier di kota Bandung.

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif adalah purposive sampling (teknik sampel bertujuan) dimana diambil dengan melalui pertimbangan


(28)

tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk lebih jelas, informan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Informan

No Nama Usia Keterangan

1 Henny Hendrawati 48 Tahun Pegawai Swasta 2 Atik Gurtika 53 Tahun Pegawai Swasta 3 Tati Kartini 51 Tahun Guru

Sumber : Peneliti, 2011

1.7.3 Key Informan

Dalam penelitian ini, ada seorang yang menjadi narasumber kunci (Key informan) yaitu seorang Psikolog yang dimana sumber psikolog mengetahui tetang masalah perkawinan keluarga.

Psikolog adalah seorang ahli dalam bidang psikologi, bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Psikolog dapat dikategorikan ke dalam beberapa bidang tersendiri sesuai dengan cabang ilmu psikologi yang ditekuninya.


(29)

Tabel 1.2 Key Informan

No Nama Usia Keterangan

1 Amanda 50 Tahun Psikolog

1.8 Metode Penelitian

Dalam pendekatan kualitatif, realitas dipandang sebagai sesuatu yang berdimensi banyak, suatu kesatuan yang utuh serta berubah – ubah sehingga biasanya rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitian di mulai untuk alasan itu pula, pengertian kualitatif sering di asosiasikan dengan teknik analisa data dan penulisan laporan penelitian.

Dan dalam penelitian ini juga, peneliti menggunakan study deskriptif karena berdasarkan penjelasan yang banyak dijelaskan diatas, terbentuklah mengenai definisi penelitian deskriptif, melalui teknik analisis deskriptif dan mengetahui dengan jelas perilaku yang dilakukan oleh wanita “single parent” ini.


(30)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam ( in depth interview )

Untuk memperoleh data informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah pengumpulan data yang dalam pelaksanaan nya adalah mengadakan tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitan nya dengan permasalahan, baik tertulis maupun lisan guna memperoleh masalah yang di teliti.

Wawancara menurut Koentjaraningrat11 adalah:

Percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interview) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai (interview) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Koentjaraningrat, 1996) Wawancara dapat beberapa kali dilakukan untuk mendapatkan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatklan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, wawancara ini dilakukan kepada wanita “single parent”.


(31)

2. Observasi

Cara observasi dilakukan peneliti untuk menunjang data yang telah ada. Observasi penting dilakukan agar dalam penelitian tersebut data-data yang diperoleh dari wawancara dan sumber tertulis dapat di analisis nantinya dengan melihat kecenderungan yang terjadi melalui proses dilapangan. Observasi penelitian dilakukan dengan cara mendatangi dan melihat langsung ke tempat wanita “single parent” di Kota Bandung.

3. Studi Literatur

Peneliti juga menggunakan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini, sebagai data sekunder. Diantaranya studi literatur untuk mendapatkan kerangka teoritis dan untuk mendapatkan kerangka teoritis dan memperkaya latar belakang penelitian melalui jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian, kliping dari berbagai media cetak yang mendukung penelitian.

4. Internet Searching/ penelusuran data online

Penelusuran data online menurut Burhan Bungin adalah :

“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148).


(32)

Perkembangan teknologi kini telah banyak membantu dalam kegiatan penelitian. Perkembangan teknologi dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian. Internet digunakan sebagai salah satu pilihan peneliti untuk sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Internet menjelma menjadi ensyklopedia raksasa yang memuat berbagai informasi termasuk informasi mengenai penelitian dari berbagai daerah di berbagai penjuru didunia. Penulis menggunakan internet searching karena didalam internet terdapat banyak bahasan dan sumber data yang beragam dan dinamis tentang perkembangan penelitian yang dalam hal ini tentang pria metroseksual. Peneliti menggunakan internet sebagai media teknologi informasi yang mendunia untuk mendapatkan informasi terbaru dan informasi yang telah ada sebelumnya. Dalam penggunaannya, peneliti mencari berbagai data yang brkenaan dengan penelitian seperti buku para ahli dari luar negeri dan lain-lain tanpa ada batasan ruang dan waktu. Teknik pengumpulan data internet searching ini sangat efektif untuk mendapatkan berbagai informasi yang kemungkinan bentuk fisiknya belum terdapat di dalam masyarakat, sehingga memungkinkan mendapatkan informasi untuk mendapatkan informasi diberbagai tempat.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental seseorang.


(33)

1.10. Teknik Analisisa Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975:79) dalam Buku Metodologi Penelitian Kualitatif mendefinisikan bahwa :

“Analisa data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu.” (Moleong,2010:280)

Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari “khusus ke umum” bukan dari “umum ke khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles (1984) melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini:


(34)

Gambar 1.1

Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif

Sumber: Faisal (dalam Bungin, 2003: 69)

a. Data collection merupakan kegiatan pengumpulan data – data yang ada terlebih dahulu.

b. Data reduction merupakan kegiatan mereduksi data – data yang diperoleh setelah dilakukan pengumpulan dengan suatu bentuk analisis yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan dan mengorganisasi data.

c. Data display merupakan kegiatan memperlihatkan data yang diperoleh setelah direduksi terlebih dahulu.

d. Conclusion drawing (verification) merupakan kegiatan membuat kesimpulan dengan menggambarkan atau memverifikasi data – data yang diperoleh.

Data Collection

Data Display

Data Reduction

Conclution Drawing & Verifying


(35)

1.11 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji kepercayaan terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.

Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian menurut Sugiyono dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. (2005:270).

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan


(36)

pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono,2005:270-274)

4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat berarti pemerikasaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007:334)

5. Analisis kasus negatif, peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

6. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.(Sugiyono, 2005:275-276)


(37)

1.12 Lokasi Dan Waktu Penelitian

l.12.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini bertepat di kota Bandung. Penelitian yang dilakukan tidak terfokus pada satu tempat, tetapi dilakukan berdasarkan kesepakatan antara peniliti dan informan.

l.12.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 4 bulan, yaitu mulai dari bulan November 2011 sampai sengan bulan Febuari 2012. Adapun waktu penelitian ditampilkan dalam tabel.

Tabel 1.3

Waktu dan Kegiatan Penelitian

No. Uraian Bulan

November November Januari Febuari

1. Persiapan

Studi pendahuluan

Pengajuan Judul

Persetujuan Judul


(38)

Penulisan BAB I  Bimbingan

Penulisan BAB II

Penulisan BAB III

Bimbingan

2. Pelaksanaan

Bimbingan

Pengolahan Data

3. Penulisan BAB IV

Bimbingan

Penulisan BAB V


(39)

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi

Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications dalam

bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti sama ,communico, communication, atau communicare yang berarti membuat sama(to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagaiasal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yangmirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu

pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal daribahasa latin atau communicatio dan bersumber dari kata communis yangberarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orangterlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsungselama ada kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik

si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy,2002: 9).

Carl. I. Hovland yang dikutup oleh Onong Uchjana Effendymendefinisikan komunikasi sebagai berikut:


(40)

The process by which an individual (the communicator) transmitsstimuli (usually verbal symbols).”(Proses dimana seseorang(komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambingbahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).(Effendy, 2002:49).

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakarkomunikasi seperti yang diungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip olehOnong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi teori dan Praktek , ilmukomunikasi adalah Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegasasas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap(Effendy, 2001: 10)

Hovland juga mengungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmukomunikasi bukan hanya penyampaian informasi melainkan jugapembentukan pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (publicattitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkanperanan yang amat penting.Dalam pengertian khusus komunikasi, Hovlandyang dikutip dari Onong Uchana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek mengatakan bahwa komunikasi adalahProses mengubah perilaku orang lain (communication is the procces tomodify the behaviour of other individuals) Jadi dalam berkomunikasi bukansekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atausejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh

komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atauperilaku orang lain, hal ini bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikanbersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan


(41)

pesan-pesanharus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapaitujuan komunikasi yang komunikatif. (Effendy, 2001:10)

Menurut Willbur Schramn, seorang ahli ilmu komunikasi kenamaandalam karyanya Communication Research In The United States menyatakanbahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan olehkomunikator cocok dengan kerangka acuan (Frame of Reference) yaknipanduan pengalaaman dan pengertian (collection of experience and meanings)yang pernah diperoleh komunikan.Proses komunikasi pada dasarnya adalah

proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang komunikatorkepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima)komponen yang melandasi komunikasi yang dikutip dari buku Astrid P.Susanto yang berjudul Komunikasi Dalam Praktek dan Teori , yaitu sebagaiberikut:

- Sumber (source) - Komunikator (encoder) - Pertanyaan/pesan (messege) - Komunikan (decoder) - Tujuan (destination)

Unsur-unsur pesan dari proses komunikasi diatas, merupakanfaktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut olehpara ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secarakhusus. Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagianyaitu:


(42)

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yangmenggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan bicarayang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal yangdisengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untukberhubungan orang lain secara lisan. Basaha dapat juga dianggapsebagai suatu sistem kode verbal

2. Komunikasi Non Verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukankata-kata. Menurut Larry. A. Samovat dan Richard. E. Porter,komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (terkecualirangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkanoleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yangmempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim ataupenerima”.(Mulyana, 2004:237).

Membahas tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau juga definisi yang salah.Sama hal nya seperti model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatan untuk menjelaskan sesuatu yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik . Atau terlalu luas , misalnya Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikan. Dalam penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, bukanlah hal yang mudah, sebab apabila mudah tidak akan mungkin terjadinya komunikasi yang meleset. Pada saat dua orang berkomunikasi, ibarat dua dunia yang berbeda bertemu sebab


(43)

masing-masing individu memiliki pengalaman yang berbeda atau latar belakang yang berbeda.

Dalam proses penyampaian juga harus bisa menimbulkan kesamaan makna mengenai apa yang ada dibahas. Kesamaan makna dapat terlihat dari mengerti bahasa yang digunakan dan mengerti makna dari hal yang dipercakapkan. Dengan adanya kesamaan tersebut maka akan memudahkan penerimaan informasi dari orang yang kita ajak berkomunikasi.

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Dalam menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka, agar apa yang kita sampaikan dapat dimengerti sehinggakomunikasi yang kita laksanakan dapat tercapai. Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain:

a. “Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain denganpendekatan yang persuasif bukan memaksanakan kehendak.

b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harusmengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yangdiinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapikita memberi jalur ke timur.

c. Menggerakan orang untuk melakukan sesuatu, menggerakkansesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatanyang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang banyakmendorong, namun yang penting harus diingat adalahbagaimana cara yang terbaik.


(44)

d. “Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagaipejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepadakomunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknyadan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kitamaksudkan”.(Effendy, 1993:18).

Jadi secara singkat dapat dikatakan tujuan komunikasi itu adalahmengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan. Setiap hari kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu menelitiapa tujuan kita tersebut:

1. Apakah kita ingin orang mengerjakan sesuatu atau supaya merekamau bertindak.

2. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu pada orang lain.

3. Apakah kita ingin orang lain menerima dan mendukung gagasan kita.

2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan darikomunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsuryang harus di pahami,menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya yangberjudul Dinamika Komunikasi bahwa dari berbagai pengertian komunikasiyang telah ada tampak adanya sejumlah kommponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut menurut Onong Uchana Effendy adalah sebagai berikut:

 Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan.

 Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang.


(45)

 Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan

 bilakomunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

 Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy: 2002, 6)

2.1.4 Konteks-Konteks Komunikasi

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks lomunkasi di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yakni terdiri dari:

1. Aspek bersifat fisik, seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan.

2. Aspek psikologis, seperti : sikap dan emosi para peserta komunikasi. 3. Aspek sosial, seperti: norma, nilai serta budaya.

4. Aspek waktu, yakni waktu berkomunikasi. Konteks komunikasi antara lain:

1. Komunikasi Antar Persona 2. Komunikasi Kelompok 3. Komunikasi Organisasi, dan 4. Komunikasi Massa


(46)

2.1.5 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak bisa terlepas dari yang namanya proses. Oleh karena itu apakah suatu komunikasi dapat berlangsung dengan baik atau tidak tergantung dari proses yang berlangsung tersebut. Menurut Rusady Ruslan proses komunikasi adalah :

“Diartikan sebagai “transfer informasi”‖ atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) atau antar kedua belah pihak.”(Ruslan 1999 : 69).

Sementara itu menurut Onong Uchjana Effendy proses komunikasi terbagi dua tahap, berikut uraiannya :

1. Proses komunikasi secara primer

Proses pencapaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. 2. Proses komunikasi secara sekunder

“Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media kedua yang sering digunakan diantaranya adalah surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan lain lain.” (Effendy, 1984 : 11-17). Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan


(47)

dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya, bukan satu jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara yang disiarkan melalui radio atau televisi.

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi Antarpribadi

Seperti komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadipun mempunyaijenis-jenisnya yang berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain. MenurutOnong Uchjana Effendy bahwa Secara teoritis komunikasi antarpribadidiklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yakni:

1. Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi yang menerima pesan.Oleh karena pelaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens, komunikator memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan itu.

2. Komunikasi Triadik (Triadic Communication) adalah komunikasiantarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorangkomunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengankomunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, Karenakomunikator memusatkan perhatiaanya hanya pada seorang


(48)

komunikan,sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan, sepenuhnyajuga umpan balik yang berlangsung, merupakan kedua factor yang sangatberpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi. (1993:62)

2.2.1Faktor-faktor Pembentuk Komunikasi Antarpribadi

Setiap kegiatan yang dijalankan oleh manusia dikarenakan timbul faktor-faktor yang mendorong manusia tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan.Begitu pula dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat, didorong oleh faktor-faktor tertentu.Mengapa manusia ingin melaksanakan komunikasi dengan yang lainnya, khususnya jenis komunikasi antarpribadi yang sifatnya langsung dan tatap muka antar pihak yang melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.

2.2.2 Fungsi-fungsi Komunikasi Antarpribadi

Adapun fungsi komunikasi antarpribadi menurut Allo Liliweri terdiri atas: a. Fungsi sosial

Komunikasi antar pribadi secara otomatis mempunyai fungsi social, karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks social yang orang-orangnya berinteraksi satu sama lain. Dalam keadaan demikian, maka fungsi social komunikasi antarpribadi mengandung aspek-aspek:


(49)

1. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan biologis dan psikologis

2. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

3. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

4. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri

5. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

b. Fungsi pengambilan keputusan

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal sebagai sarana berpikir yang tidak dimiliki oleh semua makhluk di muka bumi. Karenanya ia mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan dalam setiap hal yang harus dilaluinya. Pengambilan keputusan meliputi penggunaan informasidan pengaruh yang kuat dari orang lain. Ada dua aspek dari fungsi pengambilan keputusan jika dikaitkan dengan komunikasi yaitu:

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain

Tujuan pokok dalam berkomunikasi adalah untuk mempengaruhi orang lain, dan menjadikan diri kita sebagai suatu agen yang dapat mempengaruhi, agen yang dapat menentukan atas lingkungan kita menjadi suatu yang kita maui (Sugiyo,


(50)

2005: 9). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah:

a. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri.

b. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

c. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain,

d. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan perilaku sendiri dan orang lain,

e. Komunikasi antarpribadi merupakan proses belajar f. Mempengaruhi orang lain

g. Mengubah pendapat orang lain h. Membantu orang lain.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain, membantu orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi ini kita dapat menjadikan diri sebagai suatu agen yang dapat mengubah diri dan lingkungan sesuai dengan yang kita kehendaki, selain itu komunikasi ini juga bertujuan sebagai suatu proses belajar menuju perubahan yang lebih baik.


(51)

2.3 Tinjauan tentang Gaya Hidup 2.3.1 Definisi Gaya Hidup

Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192)adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan citra dirinya. Gaya hidup menggambarkan ―keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), gaya hidup adalah ―A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”.

Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup,bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu13. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.


(52)

Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

Dalam Gaya Hidup terbagi oleh 3 yaitu :

1. Aktivitas yaitu proses untuk menjalankan atau berpartisipasi dalam berdasarkan yang hidup. Aktivitas juga bisa diartikan juga sebagai suatu kegiatan dimana seseorang melakukan suatu proses untuk menjalani kehidupan nya14. Akhir-akhir ini, biseksualitas telah diterima sebagai sebuah orientasi seksual tersendiri. Namun, kurangnya penerimaan oleh kaum gay dan lesbian serta kaum heteroseksual membuat penyusunan identitas biseksual sangat menantang.

2. Minat, adalah suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

Sesuai pendapat yang dikemukakan Hurlock (1990:144), ―bahwa semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah


(53)

ia. Minat dapat menjadi sebab terjadinya suatu kegiatan dan hasil yang akan diperoleh. Minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya, 1978:94)

Menurut Soesilowindradini dalam Bukunya Tuharjo,(1989:13),gaya hidup

adalah ―suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan

prestasi yang kurang menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda

dengan pendapat Slameto dalam “TomiDarmawan,2007” yang menyatakan

bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya.

3. Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Citra diri Ia juga merupakan konsep diri tentang individu seperti apa yang diangkapakan Maxwell Maltz dalam Bukunya Ranjit Singh

Malhi,2005, Enhancing Personal Quality. Yang mengatakan bahwa Citra diri

seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah


(54)

menilainya secara obyektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain melihat kita. Citra diri juga bisa disebut dengan konsep diri.

2.3.2 Bentuk – bentuk Gaya hidup

Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain :

a. Industri Gaya Hidup

Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalamiestetisisasi, “estetisisasi kehidupan sehari-hari” dan bahkantubuh/diri (body/self) pun justru mengalami estetisisasi tubuh.Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek,benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!”adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskankegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industry gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan.

b. Iklan Gaya Hidup

Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), parapolitisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalamera globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besardalam membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa(taste culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visualyang kadang-kadang mempesona dan memabukkan. Iklanmerepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara


(55)

halus(subtle) arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklanjuga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kitabuat.

c. Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup

Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulanbahwa dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture),para selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari parakonsumen kontemporer.Dalam budaya konsumen, identitas menjadisuatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi baru yang dikenalsebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang inidianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti(celebrity-inspired identity)-cara mereka berselancar di dunia maya(Internet), cara mereka gonta-ganti busana untuk jalan-jalan. Iniberarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan momen demimomen untuk membantu konsumen dalam parade identitas. d. Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepadasesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan.Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawabmaksudnya melakukan perubahan secara sadar dan memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko


(56)

dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gayahidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagimemenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.

e. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untukmencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat berupa gaya hidup darisuatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis yang di idola kan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan sematasampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.

2.3.3 Faktor Pembentuk Gaya Hidup

Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidupseseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individuseperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakanbarang-barang dan jasa, termasuk didalamnya


(57)

proses pengambilankeputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjutAmstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktoryang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu factor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasaldari luar (eksternal).

A. Faktor Internal Sikap.

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku.Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

Pengalaman dan pengamatan.

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akandapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.

Kepribadian.

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.


(58)

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsepdiri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amatluas untuk menggambarkan hubungan antara konsep dirikonsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandangdirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsepdiri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilakuindividu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karenakonsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awalperilaku.

Motif.

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

Persepsi.

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

B. Faktor Eksternal

Kelompok referensi.

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruhlangsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilakuseseorang.Kelompok yang


(59)

memberikan pengaruh langsungadalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanyadan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang member pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidakmenjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruhtersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gayahidup tertentu.

Keluarga.

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalampembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuhorang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidaklangsung mempengaruhi pola hidupnya.  Kelas sosial.

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsure pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat yaitu kedudukan (status) dan peranan.Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak - haknya serta kewajibannya.Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran.Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.


(60)

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

2.4. Tinjauan Mengenai Single Parent 2.4.1.PengertianSingle Parent

Single parentadalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah dan ibu) seorang diri, karena kehilangan/terpisah dari pasangannya.

Single parent(Orang tua tunggal) – merupakan fenomena yang terjadi di beberapa kota besar, yang menghasilkanpandangan baru dalam sebuah struktur keluarga. Meluasnya fenomena menjadi orangtua tunggal, maka semakin banyak pula lah deskripsi definisi dari single parentitu sendiri. Menurut Gunawan(2006) single parentadalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua(ayah atau ibu) seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya. Sementara menurut Sager (dalam Duval & Miller,1985) single parentadalah orang tua yang memelihara dan membesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya.

Single parent.Seiring dengan semakin meluasnya fenomena menjadi orangtua tunggal, maka semakin banyak pula lah deskripsi definisi dari single parent itu sendiri. Menurut Gunawan(2006)


(61)

Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua(ayah atau ibu) seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya. Sementara menurut Sager (dalam Duval & Miller,1985)orang tua tunggal (single parent)adalah orang tua yang memelihara danmembesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya.


(62)

51 BAB III

OBJEK PENELITIAN

3. 1 Pengertian Single Parent dan Masalahnya

Keluarga merupakan unit terkecil dalam sendi masyarakat. Ada perbedaan yang lumayan mencolok mengenai definisi sebuah keluarga pada masyarakat primitif dan masyarakat modern. Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan struktur organisasi yang terkecil dalam masyarakat, meliputi ayah, ibu, dan anak. Lalu bagaimana dengan “single parent”?

Simpul-simpul permasalahan sebuah rumah tangga yang tidak dapat diurai secara jelas dapat menyebabkan keretakan sebuah kebersamaan yang serius yaitu perceraian. Perceraian kemudian melahirkan babak kehidupan baru seperti terjadinya peran baru yang disebut single parent.

Pengertian Single Parent (Orang tua tunggal) – merupakan fenomena yang terjadi di beberapa kota besar, yang menghasilkanpandangan baru dalam sebuah struktur keluarga. Meluasnya fenomena menjadi orangtua tunggal, maka semakin banyak pula lah deskripsi definisi dari single parent itu sendiri. Menurut Gunawan(2006) single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua(ayah atau ibu) seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya. Sementara menurut Sager (dalam Duval & Miller,1985) single parent adalah orang tua yang memelihara dan membesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya.


(63)

Single parent sendiri disebabkan dua hal, diinginkan (sengaja) dan tidak diinginkan (tragedi). Dalam tulisan sebelumnya saya menuliskan persektif masyarakat terhadap single parent, yang hanya mengukur dari suatu status. Padahal masing-masing berbeda. Dalam kondisi yang disengaja, biasanya dianut oleh kaum feminist yang menginginkan kebebasan dalam menentukan komposisi suatu keluarga. Kaum feminist cenderung untuk mendobrak tatanan keluarga karena dianggap sebagai pengukungan kebebasan berdasarkan jenis kelamin. Dalam kondisi seperti ini biasanya wanita sudah mempersiapkan dirinya secara matang. Mereka lebih mandiri dalam segi finansial dan memiliki prinsip yang dipegang dalam menjalani kehidupannya sebagai single parent.

Akan tetapi menjadi single parent juga terkadang suatu pilihan yang memang sebenarnya tidak diinginkan oleh seorang wanita atau pria itu sendiri. Bisa jadi karena pasangan yang menikah tetapi tiba-tiba salah satunya meninggal dunia atau bercerai (bercerai dalam kondisi terdesak). Kondisi menjadi lebih sulit bagi pelakunya. Dilanda masalah pergolakan perasaan (misalnya rasa kehilangan), kesiapan ekonomi untuk keluarga kecilnya, dan bagaimana menghadapi permasalahan-permasalahan dalam sosial masyarakat.

Ada dua jenis kategori orang tua tunggal yaitu yang sama sekali tidak pernah menikah dan yang sempat/pernah menikah. Mereka menjadi orang tua tunggal bisa saja disebabkan, karena ditinggal mati lebih awal oleh pasangan hidupnya, ataupun akibat perceraian atau bisa juga ditinggal oleh sang kekasih yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya.


(64)

Ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang menjadi Single Parent, diantaranya :

1. Tinggal terpisah karena pasangannya bekerja/belajar di kota/negara lain.

2. Kematian pasangan

3. Perceraian

Single parent yang terpisah dengan pasangan karena bekerja/belajar di kota/negara lain, memiliki beberapa masalah, seperti : merasa kesepian, tidak terpenuhinya kebutuhan seks sementara secara de jure ia seharusnya bisa mendapatkan pemenuhan kebutuhan seks dari pasangannya. Saat pasanganya berada jauh darinya, ia juga merasa berat membesarkan anak sendiri.

Seseorang yang menjadi single parent karena kematian juga mengalami masalah yang berat. Kematian pasangan yang mendadak membuat ia tidak siap menerima kenyataan.

Namun jika mendapatkan pelayanan pendampingan/konseling yang tepat, ia dapat melalui masa-masa gelapnya. Idealnya, ia harus mendapatkan konseling kedukaan yang tepat sehingga kedukaannya tidak berlarut-larut (tidak lebih dari 6 bulan). Kedukaan yang berlarut-larut memperlambat pemulihan hati anak-anaknya. Selain itu, beberapa single parent yang ditinggal mati pasangannya mengalami masalah keuangan dan merasa kesepian.


(65)

Dibandingkan dengan kedua jenis single parent di atas, single parent yang berpisah dengan pasangannya karena perceraian, memiliki masalah yang lebih serius lagi. Setidaknya saya mencatat ada 6 masalah besar, yaitu :

1.Masalah emosional

2.Masalah hukum (hak asuh, dll)

3.Menjalin hubungan baik dengan mantan suami/istri

4.Menghadapi anak

5.Masalah dengan lingkungan

6.Masalah keuangan

Kondisi emosional single parent pasca perceraian :

1. Kecewa 2. Marah

3. Mencari kambing hitam

4. Membenci mantan suami/istrinya 5. Cemburu terhadap rivalnya 6. Mudah marah kepada anak-anak 7. Luka batin/trauma

8. Kesepian

9. Merasa tak berharga

10.Merasa teraniaya oleh lingkungan 11.Mengasihani dirinya sendiri


(66)

Masalah Single Parent Pasca Cerai Dengan Anak-anaknya :

1. Single parent yang belum mengampuni dan masih membenci mantan suami/istrinya akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya.

2. Single parent seringkali tidak menyadari bahwa ia bukan "super man/super women" sehingga di depan anak-anaknya ia berusaha menunjukkan dirinya perkasa dan dapat menyelesaikan segala sesuatu tanpa orang lain. Ia tidak melihat bahwa anak-anaknya memerlukan tokoh pengganti ibu/ayah.

Single parent pasca perceraian juga mengalami masalah dengan mantan pasangannya. Karena pengalaman pahitnya, seorang single parent sering tidak menyadari bahwa sejelek apapun mantan suami/istri-nya, ia tetap ayah/ibu dari anak-anaknya. Sebelum single parent mengampuni mantan pasangannya, ia cenderung ingin balas dendam. Beberapa single parent bahkan melakukan usaha balas dendam balas dendam kepada mantan pasangannya, dengan memanfaatkan anak-anaknya.1

3.1.1 Single Parent di Kota Bandung

Single parent di Kota Bandung sebagaimana kota besar dimana banyak ekonomi atau bisnis, maupun kegiatan lainnya seperti wisata dan lain – lainnya. Sudah tentu banyak lapangan kerja yang tersedia dan yang sudah untuk membutuhkan tenaga kerja. Apalagi banyaknya pabrik – pabrik seperti pabrik

1


(67)

garment dimana disitu dibutuhkan tenaga kerja wanita karena tenaga kerja wanita disamping gajinya lebih rendah dari pria karena cara kerjanya lebih teliti dan disiplin.

Hal – hal yang demikianlah yang menyebabkan banyaknya kaum wanita di kota Bandung yang memilih menjadi single parent untuk membiayai anak – anaknya dan keluarganya setelah ditinggal oleh suaminya karena perceraian maupun ditinggal karena suaminya meninggal dunia.

Kebanyakan hal tersebut dialami oleh kaum single parent dari kalangan menengah kebawah sedangkan dari kaum menengah ketas semakin berkembang juga, hal tersebut tidak lepas dari banyaknya mall – mall, factory outlet, kantor – kantor perusahaan besar maupun dari kantor perwakilan asing yang dalam perkembangannya membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan bependidikan tinggi dan hal ini juga yang menyebabkan lapangan kerja di kalangan menengah keatas semakin terbuka lebar dan banyak di kota Bandung. Sedikit banyak kesempatan – kesempatan kerja inilaah yang mendorong seorang wanita single parent di kalangan menengah keatas untuk berkiprah di dalamnya hal tersebut akan beda dengan wanita single parent di kota – kota kecil dimana lapangan kerja terbatas sehingga membatasi bergeraknya seorang single parent wanita untuk mencari nafkah dalam membiayai kehidupan anak – anaknya dan keluarganya.


(1)

89

DAFTAR PUSTAKA

Buku – buku :

Adlin Alfathri. 2006. Resistensi Gaya Hidup. Jakarta : Jalasutra

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grapindo

Persada

Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosda.

Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung ; Alfabeta

Sugiharti Rahma. 2010. Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme. Jakarta : Graha Ilmu

Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja

Rosdakarya

Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. 2010. Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta :Rosdakarya


(2)

Sumber lain :

Skripsi

Yustini, Ayu Gaya Hidup Kamu Biseksual di Kalangan Mahasiswa Kota Bandung. Universitas Komputer Indonesia

Herlinawati, Ferry Fenomena Gaya Hidup Pengguna Blackberry Smartphone di Kalangan Mahasiswa Kota Bandung.

Universitas Komputer Indonesia

Internet :

http://www.scribd.com/doc/35446606/Single-Parent 16 November 2011/0:47 wib

http://female.kompas.com/read/2011/09/07/18284955/Jangan.Takut.Menjadi.Singl e.Parent. 17 November 2011/ 12.34 wib

Ajik Prastiyo/ Pengertian Gaya Hidup/http://.wordpress.com / 16 November 2011/20.16 wib

http://newsinformationforyou.blogspot.com/2011/12/single-parent-struktur-keluarga-dan.html. 21 Desember 2011/14.26 wib

http:// indosingleparent.blogspot.com/ Selasa 24 Januari 2012, 15.45 wib


(3)

CURRICULLUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Irna Gustina

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 10 Agustus 1988 Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 23 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Komplek Pandanwangi Blok F-3

Telepon : (022) 7562319

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : H. Gunarso Soeworo

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Hj. I. Murniasih

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Komplek Pandanwangi Blok F-3 Motto : Tetap Semangat dan Berusaha .. E-mail : Irnagustina@yahoo.com


(4)

PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2007 - Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

-

2. 2004 – 2007 SMA Pasundan 1 – Bandung Berijazah 3. 2001 – 2004 SMPN 51 - Bandung Berijazah 4. 1995 – 2001 SDN Jakapurwa 1 – Bandung Berijazah

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2001-2004  Anggota aktif PMR dan Pramuka SMPN 51 Kabupaten Bandung

 Anggota aktif OSIS SMPN 51 Kabupaten Bandung


(5)

PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2007 Peserta Workshop Sehari Gen’ Asik 1 Day 4 The Future, Bandung

Bersertifikat

2. 2008 Peserta Pelatihan Table Manner di Hotel Jayakarta, Bandung

Bersertifikat

3. 2008 Peserta training PT. Duta Future International Bersertifikat 4. 2008 Peserta Workshop On Modern Strategi Public

Relations di Universitas Padjadjaran, Bandung

Bersertifikat

5. 2008 Peserta Mentoring Agama Islam, Bandung Bersertifikat 6. 2009 Peserta Study Tour Mass Media, Jakarta Bersertifikat 7. 2009 Peserta Kuliah Umum “Kebudayaan Film &

Sensor Film”, Bandung

Bersertifikat

8. 2010 Peserta seminar Fotografi, dan Apresiasi Seni, Bandung


(6)

KEAHLIAN

Mampu Mengoperasikan Program Komputer dan lainnya

:

Microsoft Office (Word, Excel, Acces, Front Page, Power Point) Adobe Photosho, Photoscape